KEKERABATAN MAKNA KOSAKATA BAHASA BIMA ( NGGAHI MBOJO ) OLEH HUBUNGAN ANTAR KONSONAN PADA AWAL KATA
Kajian yang menarik mengenai kosa kata bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) yaitu hu-bungan fonemis antar konsonan dalam kosa kata bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ). Juga dijumpai kelompok kekerabatan kosa kata dengan akar kata yang sama dalam hubungan fonemis antar konsonan ini .
Hubungan fonemis antar konsonan dalam kosa kata bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) dapat dibagi dalam beberapa varian , yaitu :
1. Perubahan fonem / konsonan menyebabkan perubahan jenis kata dan perubah-an makna tetapi tetap dalam keterkaitan makna serta ada kemiripan bentuk .
Sebagai contoh , perubahan fonem antara / b / pada kata kerja : “ beca “ ( bhs. Indo : membasahkan , membasahi ) dengan / mb / pada kata sifat : “ mbeca “ ( bhs. Indo : basah ) . Terjadi perubahan jenis kata , bentuk kata mirip , ada perubahan makna walaupun ada keterkaitan makna .
2. Perubahan fonem pada awal kata , tidak menyebabkan perubahan jenis kata dan arti kata tetapi ada perubahan hakekat makna dan masih tetap dalam keterkaitan makna . Contoh , konsonan / f / pada kata kerja : “ fou “ ( bhs. Indo : “ kejar “ atau ” mengejar ” ) dengan konsonan / mp / dalam kata kerja : “ mpou “ ( bhs. Indo : " mengejar ” tapi lebih tepat dimaknakan “ menggapai “ ) . Contoh kalimat :
- Fou wele ( mengejar layang-layang )
- Ede ra ipi mpou au ra ne-e ( Jangan terlalu mengejar yang diinginkan )
Kedua kata ini memiliki kemiripan bentuk . Perubahan fonem / konsonan antara / f / dengan / mp / menyebabkan perubahan hakekat makna tetapi tetap dalam keterkaitan makna dan tidak terjadi perubahan jenis kata . Kata ” Fou ” tidak bisa digunakan pada kalimat kedua dan sebaliknya kata ” mpou ” tidak bisa digunakan pada kalimat pertama , walaupun sama-sama berarti ” mengejar ” . Jadi perubahan konsonan / f /dengan konsonan / mp / menghasilkan perubahan hakekat ( substansi ) makna kata .
3. Perubahan fonem pada awal kata , menyebabkan perubahan jenis kata tetapi ada perubahan makna kata dan masih tetap dalam keterkaitan makna . Contoh , konsonan / t / pada kata kerja : ” tau ” ( bhs. Indo : taruh , memasukkan ) dengan konsonan / nt / pada kata sifat : ” ntau ” ( bhs. Indo : milik ) . Kedua kata ini : ” tau ” dan ” ntau ” memiliki kemiripan bentuk dan keterkaitan makna tetapi perubahan konsonan antara / t / dengan/ nt / menyebabkan perubahan jenis kata .
4. Perubahan fonem pada awal kata menyebabkan perubahan jenis kata serta perubahan makna tetapi tidak ada keterkaitan makna kecuali kalau dilihat sebagai ungkapan . Contoh : konsonan / w / pada kata kerja : “ wari “ ( bhs. Indo : “ membalikkan “ ) dengan konsonan / mb / dalam kata sifat : “ mbari“ ( bhs. Indo :“ keracunan “ atau “ mabuk “) . Perubahan antara konsonan / w / dengan konsonan / mb / menyebabkan perubahan jenis kata dan makna kata tanpa keterkaitan makna secara langsung kecuali makna ungkapan . Dalam hal ini kata “ wari “ ( bhs.Indo :“ membalikkkan “ ) dengan kata :“ mbari “ ( bhs. Indo :“ keracunan “ atau “ mabuk “ ) sama sekali tidak memiliki keterkaitan makna secara langsung. Tetapi sebenarnya kata “ mbari “ ( bhs. Indo : “ keracunan “ atau “ mabuk “ ) ini bermakna ungkapan untuk menunjukkan keadaan “ seperti orang yang terbalik “ dari keadaan normal atau ada ketidak-warasan pada diri seseorang karena sesuatu hal . Dan pen-jelasan ini dapat diterima karena ada kata lain dalam bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) yaitu “ ta-mbari “ yang berarti : “ menoleh balik ke belakang “ . Jadi ada keterkaitan dalam makna ungkapan ( konotatif ) dan juga denotatif .
5. Perubahan fonem pada awal kata menyebabkan perubahan makna tetapi masih tetap dalam keterkaitan makna serta perubahan bentuk kata tetapi tidak jenis kata tidak mengalami perubahan . Sebagai contoh : konsonan / w / pada kata kerja “ wari “ ( bhs. Indo : “ membalikkan “ ) dengan konsonan / mb / pada kata kerja “ mbali “(bhs. Indo : “ berbalik “ ) . Memang kata kerja “ wari “( bhs. Indo : “ membalikkan“ ) tersebut dapat dihubungkan dengan kata sifat : “ mbari “ ( bhs. Indo : “ keracunan“ atau “mabuk “) sebagai ungkapan atau kata kerja “ (ta)-mbari “ ( bhs. Indo : “ menoleh ke belakang “ ) dan dengan kata kerja “ mbali “ ( bhs. Indo: “ balik , berbalik “ ). Hubungan kata kerja “ wari “ ( bhs. Indo : “ membalikkan “ ) dengan kata kerja “ mbali “ ( bhs. Indo : “ berbalik “ ) ternyata menunjukkan adanya perubahan makna tetapi masih tetap dalam keterkaitan makna tanpa perubahan jenis kata karena sama-sama kata kerja tetapi bentuk katanya berubah .
Gambaran varian perubahan fonem / konsonan pada awal kata bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) yang disajikan di atas baru terbatas antara fonem / konsonan biasa dengan fonem / konsonan sengau . Berikut ini disajikan fonem/konsonan kosa kata bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) yang saling berhubungan dalam keterkaitan makna .
1. Fonem /konsonan / b / dengan / mb / .
Contoh : beca ( membasahi / kata kerja ) ----- > mbeca ( basah /kata sifat )
baro ( meraup / kata kerja ) ----- > mbaro ( cebok / kata kerja )
2. Fonem /konsonan / w / dengan / mb / .
Contoh : wou ( bau / kata sifat ) ------ > mbou ( terkenal / kata sifat )
wua ( buah/kata benda ) ------ > mbua ( berbuah / kata sifat )
wira ( menggelar / kata kerja ) ---- > mbira ( tercabik / kata sifat )
wari ( balik / kata kerja ) ------ > mbari ( mabuk / kata sifat )
------ > mbali ( balik /kata kerja ) .
3. Fonem /konsonan / t / dengan / nt / .
Contoh : tuku ( tekuk , menekuk / kata kerja ) --- > ntuku ( cacat kaki yang tertekuk / kata sifat )
tau ( memasukkan / kata kerja ) ----- > ntau ( milik / kata sifat )
keto ( ekor / kata benda ) ----- > kento ( belakangan / kata sifat )
leto ( jerat / kata kerja ) ------ > lento ( tali jerat , laso / kata benda )
tewe ( menjinjing / kata kerja ) ----- > ntewe ( menggelantung / kata kerja - kata sifat )
tuwu ( sambung/kata kerja ) --- > ntuwu ( terus menerus/kata sifat ).
te-e ( tadah / kata kerja ) ----- > ( ka)-nte-e ( kuat / kata sifat )
4. Fonem /konsonan / p / dengan / mp / .
Contoh : puku ( melipat / kata kerja ) ----- > mpuku ( cacat kaki atau tangan yang melipat / kata sifat )
poro ( pendek / kata sifat ) ----- > (sa) mporo ( sebentar / kata kete-
rangan waktu )
poku ( balik / kata kerja ) ------ > mpoku ( maling / kata kerja -kata
sifat )
5. Fonem /konsonan / d / dengan / nt / .
Contoh : dolu ( telur / kata benda ) ----- > ntolu ( bertelur/kata kerja )
dembi ( tebing / kata benda ) ---- > ntembi ( lonjong kepala/kata sifat )
6. Fonem /konsonan / d / dengan / nd / .
Contoh : dore ( merebahkan / kata kerja ) ------ > ndore ( rebah-rebahan /
kata kerja )
dida ( menekan / kata kerja ) ------> ndida ( tertekan / kata sifat )
dala ( jala / kata benda ) ------ > ndala ( menjala /kata kerja )
7. Fonem /konsonan / f / dengan / mp / .
Contoh : fiko ( telinga/ kata benda ) ------ > mpiko ( tuli/kata sifat )
fou ( kejar / kata kerja ) ------ > mpou ( menggapai / kata sifat )
fiki ( picing pada mata /kata sifat ) ------ > mpiki ( sangat kecil/kata sifat ).
8. Fonem /konsonan / c / dengan / nc / .
Contoh : cao ( berpapasan/ kata kerja ) ------ > ncao ( berkelahi/kata kerja )
cihu ( siku/ kata kerja –kata benda ) ------> ncihu ( tersinggung/kata sifat )
Dari contoh perubahan fonem/konsonan kosa kata bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) yang saling berhubungan dalam keterkaitan makna ini , terlihat adanya proses nasalisasi pada konsonan tertentu : / b / -----> / mb / ; / w / ------> / mb / ; / t / ------> / nt / ; / p / -----> / mp / ; / d / -----> / nt / ; / d / -----> / nd /; dan / c / ------ > / nc / sehingga terbentuklah hubungan kekerabatan kosa kata bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) yang mengandung kedua fonem /konsonan terkait.
Di samping keterkaitan makna dua kosa kata karena proses nasalisasi atas konsonan biasa menjadi konsonan sengau ini , ada juga hubungan konsonan awal kata dari beberapa kosa kata sebagai kelompok kata yang mempunyai makna dasar yang sama . Dalam bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) banyak dijumpai kelompok kata yang mempunyai dasar kata yang sama , baik yang memiliki makna ataupun yang tidak mempunyai makna . Seperti dalam bahasa Indonesia , kita menjumpai beberapa kata : / sebar / --- / tebar / --- / lebar / yang mengandung konsep makna ruang atau bidang yang meluas dengan hubungan fonem / konsonan pada awal kata : / s / --- / t / --- / l / dan dasar kata : / ebar / yang tidak memiliki arti leksikal . Hal serupa banyak ditemukan pada kosa kata bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) , antara lain :
1. Fonem : / s / --- / c / --- / d / --- / k / --- / t / .
Contoh : / s / umpu = ujung / kata benda
/ c / umpu = habis , usai / kata sifat
/ d / umpu = potongan kayu , sisa / kata benda
/ k / umpu = terpotong / kata sifat
/ t / umpu = mandul , tidak berkelanjutan / kata sifat.
Kata-kata ini memiliki kekerabatan makna dengan dasar kata yang sama yaitu “ umpu “ yang tidak memiliki arti leksikal . Kata “ umpu “ yang menjadi dasar kata ini hendaknya dibedakan dengan nama “ umpu “ yang lain dan berarti siput . Tidak ada hubungan kata “ umpu “ ( siput ) dengan kosa kata yang berkerabatan makna dengan dasar kata “ umpu “ tersebut di atas .
2. Fonem : / - / --- / d / --- / nd / --- / h / --- / r / --- / p / --- / nt / --- / s / --- / c / --- / mb / --- / k / --- / l / --- dan / ngg / .
Contoh : / - / eko = lilit / kata kerja
/ d / eko = melilit / kata kerja
/ nd / eko = melingkar , melilit / kata sifat
/ h / eko = mengelilingi , memutar / kata kerja
/ r / eko = ikat kepala yang dililitkan / kata benda
/ p / eko = memutar , membelok / kata kerja
/ nt / eko = berkelok -kelok / kata sifat
/ s / eko = mengaitkan kaki kepada kaki lawan / kata kerja
/ c / eko = penyiku tiang rumah panggung / kata benda
/ mb / eko = tidak lurus , melengkung / jata sifat
/ k / eko = mengelabui , menghindar / kata kerja
/ l / eko = membohongi , menipu / kata sifat
/ ngg / eko = duduk dengan kaki melipat / kata kerja-kata sifat
Terlihat kata “ eko “ merupakan dasar kata untuk sejumlah varian kata yang memiliki keterkaitan makna , yang semuanya menunjuk kepada pengertian sebagai sesuatu yang : melingkar , tidak lurus . Kata “ eko “ sendiri mempunyai arti leksikal dan dapat berdiri sendiri dalam kalimat . Di samping itu , di dapatkan pula beberapa kosa kata yang dikembangkan dari varian “ eko “ , misalnya : kukukeko dan kalileko atau kaleko yang berarti “ menipu “ dan “ berbohong “ , wujud perilaku yang tidak lurus atau perilakuk bengkok . Dalam hal ini , kata “ eko “ merupakan morfem bebas
3. Fonem : / - / --- / d / --- / p / --- / l / --- / b/ --- / mb / --- / f / --- / r /
Contoh : / - / onga = menengadah ke atas / kata kerja
/ d / onga = melihat ke atas / kata kerja
/ p/ onga = membalikkan sehingga mulut gelas atau tempayan mengarah ke bawah / kata kerja
/ l / onga = berlobang / kata sifat
/ b / onga = memasukkan ke mulut yang menganga ke atas / kata kerja
/ mb / onga = boros / kata sifat
/ f / onga = arah kepala yang mengadah sehingga lobang hi-dung terlihat / kata sifat
/ r / onga = berongga / kata sifat
Seperti halnya dengan dasar kata “ eko “ , kata “ onga “ juga menjadi morfem yang memiliki makna leksikal atau morfem bebas dan menjadi kata tersendiri serta merupakan dasar kata untuk sejumlah varian kata yang mengandung morfem “ onga “ dan memiliki keterkaitan makna antara satu dengan yang lain . Dari contoh , terlihat untuk sejumlah kata yang mengandung : “ onga “ selalu menunjukkan penampakan sesuatu yang berlobang . Didapatkan pula beberapa kosa kata yang dikembangkan dari morfem “ onga “ ini , seperti : “ baronga “ yang berarti “ menatap sesuatu dengan mulut menganga “ atau “ melongo “ dan “ karonga “ yang berarti “ lobang “.
Dan masih banyak lagi kosa kata bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) yang memiliki dasar kata yang sama dengan makna yang terkait satu dengan yang lain .
0 komentar:
Posting Komentar