Minggu, 13 Maret 2022

SIFAT TUHAN ALKITAB DAN SIFAT ALLAH AL QUR'AN

APOLOGI 3 : SIFAT TUHAN ALKITAB DAN SIFAT ALLAH AL QUR’AN ( 3a ). ( Tuhan yang dikenal oleh umatNya vs. Tidak dapat dikenal ) Eja Kalima memberi pernyataan sebagai berikut : Tuhan yang dikenal oleh umatNya vs. Tidak dapat dikenal Tuhan Alkitab dapat dan perlu dikenal oleh umat-Nya . Yesus Kristus sengaja datang ke dunia agar manusia boleh mengenal Tuhan ( Yahya 17 : 3 ). Bahkan manusia dapat datang dan berhubungan secara pribadi dengan Tubuhnya. Namun dalam Islam , Allah tidak dapat dikenal dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka . Bandingkan dengan paparan Dr.Robert A. Morey berikut tentang hal yang sama : DAPAT DIKENAL vs. TIDAK DAPAT DIKENAL Menurut Alkitab, Tuhan dapat dikenal. Yesus Kristus dilahirkan ke dunia ini agar kita semua boleh mengenal Tuhan ( Yohanes 17 : 3 ). Menurut agama Islam, Allah tidak dapat dikenal. Allah Maha Tinggi dan Maha Mulia sehingga tidak ada seorangpun yang pernah secara pribadi mampu mengenalNya. Sementara itu, menurut Alkitab, manusia dapat datang dan kemudian berhubungan secara pribadi dengan Tuhan . TANGGAPAN : Pada aspek “ Tuhan yang dikenal oleh umatNya vs. Tidak dapat dikenal “, Eja Kalima membandingkan “ Tuhan Alkitab “ dengan “ Allah Al Qur’an “ dalam hal : dikenal atau tidak dikenal ummat-Nya. Menurut Eja Kalima, Tuhan Alkitab dapat dikenal karena berbentuk fisik manusia yaitu Yesus Kristus. Dengan bangga sEja Kalima berkata : ” menurut Alkitab, manusia dapat datang dan kemudian berhubungan secara pribadi dengan Tuhan ” . Sayangnya kebanggaan ini kurang lengkap. Harusnya ditambahkan menjadi : ” menurut Alkitab, manusia dapat datang dan kemudian berhubungan secara pribadi dengan Tuhan antara lain dengan cara menempelengnya, menjagurnya, memukulnya, meninjunya dan meludahinya ” !. Harus lengkap antara lain seperti itu. Dalam kebanggaan yang demikian, tersirat tepuk dada Eja Kalima, Allah Al Qur’an tidak dikenal lantaran tidak bertubuh fisik. Permasalahannya, apa yang dimaksud dengan “mengenal “ ?. Apakah dapat melihat ”wujud fisik ” Tuhan ?. Pengertian “mengenal “ Tuhan menurut si Kristen Penyaji Apologi adalah mengenal dalam arti bisa dilihat, bisa disentuh secara fisik, apakah diraba-raba atau ditempeleng dan diludahi. Semuanya terwujud dalam bentuk manusia bernama Yesus Kristus, yang dapat dilihat, dapat disentuh, dipegang dan bahkan dapat dipukul, ditempeleng, diludahi dan segala macamnya. Hak Eja Kalima dan penganut Kristen meyakini Tuhan dengan model konyol seperti itu karena Alkitab/Bibel telah menggambarkan, Tuhan berbentuk dan berprilaku seperti manusia, sebagaimana yang telah ditegaskan pada bagian sebelumnya. Cuma ada kontradisi antara ayat-ayat Alkitab/Bibel karena ada ayat yang menegaskan, Tuhan dapat dilihat dalam wujud manusia atau entah da-lam wujud lain ( Bil. 23 : 4; Kejad. 12 : 7; 17 : 1; 18 : 1; 26 : 2 ; 33 : 30 ; 35 : 9 ; 48 : 3 ; Amos 9 : 1 dan sebagainya ) dan ada pula sejumlah ayat Alkitab/Bibel yang menegas-kan, Tuhan tidak bisa dilihat atau belum pernah dipandang oleh siapapun ( 1 Yah. 4: 12; Kel. 33 : 20 , 23 dan sebagainya ). Mana yang benar tidak diketahui, padahal katanya Alkitab/Bibel dikarang manusia sesuai ilham Roh Kudus, salah satu Tuhan penyusun Ketuhanan Yang Maha Trinitas. Ummat Islam (kaum Muslimin ) tidak akan pernah mempercayai Tuhan model demikian, karena yang berbentuk manusia atau berbentuk makhluk bukan Tuhan. Hak ummat Islam ( kaum Muslimin) berkeyakinan demikian dan tidak bisa dipaksa oleh Eja Kalima. Penganut Kristen tidak perlu merasa ” kecewa ” kepada ummat Islam ( kaum Muslimin ) - apalagi menuduh ummat Islam ( kaum Muslimin ) telah menghina Yesus Kristus – lantaran tidak menyembah Yesus sebagai Tuhan berwujud manusia seperti yang dilakukan penganut Kristen. Sikap seperti itu hanya menunjukkan, penganut Kristen hendak memaksakan kepercayaan kafir kuno (paganisme) Eropah kepada ummat Islam ( kaum Muslimin ) baik secara halus atau pun secara kasar. Sejarah mencatat perilaku pemaksaan agama Kristen oleh penganut Kristen kepada non Kristen, khususnya terhadap ummat Islam ( kaum Muslimin ). Pernyataan Eja Kalima tentang “ mengenal Allah “ dalam Islam perlu digaris-bawahi : " Namun dalam Islam , Allah tidak dapat dikenal dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka " . Eja Kalima merasa lebih tahu tentang Islam dibandingkan ummat Islam ( kaum Muslimin, Ulama Islam ) sendiri. Pernyataannya tidak didasarkan ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits. Apa yang dimaksud oleh Eja Kalima dengan pernyataannya : ” ... dalam Islam , Allah tidak dapat dikenal ”. Tidak dikenal model apa ? Ummat Islam ( kaum Muslimin ) menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, justru karena “ mengenal-Nya “. Kata “ mengenal “ tidak harus dalam pengertian melihat secara fisik seperti yang dikatakan Eja Kalima. Ummat Islam ( kaum Muslimin ) mengenal Allah dengan cara mengenal sifat-sifat-Nya, mengenal-Nya melalui kejadian makhluk-Nya, mengenal dengan memperhatikan tanda-tanda yang diberikan-Nya dalam kehidupan makhluq-Nya, mengenal dengan memperhatikan alam ciptaan-Nya. Tidak harus mengenal secara fisik manusia di mana Tuhan menjadi manusia terlebih dahulu yaitu : Allah ( Firman ) berinkarnasi menjadi manusia (Yesus) yang menjadi doktrin agama Kristen, kemudian keluar liwat alat kelamin perempuan dan sesudah besar ditempeleng, dijagur, dicaci-maki, dipukul, diludahi, dan ditikam dan sebagainya oleh pasukan Romawi dan orang-orang Yahudi. Doktrin atau kepercayaan demikian bagi ummat Islam ( kaum Muslimin), merupakan satu kesesatan luar biasa dan tidak masuk akal samasekali. Jangan memaksa ummat Islam ( kaum Muslimin ) untuk berkepercayaan sesat dan tidak masuk akal seperti itu. Surah Pembuka Al Qur’an yaitu Surah Al Fatihah , salah satu ayatnya menegaskan do’a yang dipanjat kaum Muslimin ketika shalat atau pada aktivitas keagamaan lainnya : " Ghairil magh-duw-bi ’alay-him waladl-dlaalliy-na " artinya : " bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat ". Istilah ” mereka yang dimurkai ” adalah orang-orang Yahudi sedangkan ”mereka yang sesat ” adalah orang-orang Kristen. Ummat Islam (kaum Muslimin ) diajar berdoa agar ditunjukkan jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah , bukan jalan yang ditempuh oleh orang-orang Yahudi dan bukan jalan yang ditempuh penganut Kristen. Sebagai bandingan, Eja Kalima sangat meyakini keberadaan ” roh ” dalam dirinya. Pertanyaan kepada Eja Kalima, apakah roh-nya sendiri dapat dilihat dan dapat diraba ? Jika tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba, atas dasar apa Eja Kalima meyakini keberadaan roh-nya ? Tentu dari gejala yang timbul dalam sikap dan tindakan karena adanya roh dalam dirinya. Mengakui keberadaan ” roh ” dalam diri – yang menyebabkannya hidup dan bertindak - tidak harus dapat dilihat dan disentuh, melainkan berdasarkan gejala-gejala yang muncul pada diri dan perbuatan. Alkitab/Bibel menceritakan, Musa selaku pemegang otoritas kenabian di kalangan Yahudi, tidak dapat melihat Tuhan. Hal ini dikisahkan ayat Keluaran 4 : 1- 5 dan ayat Keluaran 33 : 18- 23 yang akan dianalisis menyusul. Kalau Allah bisa berwujud seperti manusia, berarti bukan Allah. Kita bisa bertanya, apakah Eja Kalima sudah melihat secara fisik ketiga Oknum Penyusun Ketuhanan Yang Maha Trinitas sehingga bertepuk dada dengan berkata : “ Bahkan manusia dapat datang dan berhubungan secara pribadi dengan Tubuhnya “ ?. Apakah Eja Kalima sudah melihat ” Bapa ” secara fisik dan bagaimana bentuk tubuhnya ? Apakah Eja Kalima sudah melihat ” Roh Kudus” dan bagaimana bentuk tubuhnya ? Bahkan ” Yesus ” belum pernah dilihat oleh Eja Kalima secara fisik dan menyentuh tubuhnya kecuali hanya melihat gambar Yesus berwajah Eropah hasil karya khayalan penganut Kristen padahal Yesus adalah bangsa Timur Tengah ( bangsa Semit ). Kita ajak Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya, jika berdialog dengan ummat Islam ( kaum Muslimin ) tidak usah menyajikan pandangan dogma Kekristenan yang justru masih membutuhkan penjelasan karena kocar-kacirnya dogma aneh tersebut. Begitu pula pernyataan ngawur Eja Kalima : ” ....dan tidak perlu dikenal-kan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ”. Susunan kata dalam struktur kalimat sangat membingungkan dan ambiguitas. Apa maksudnya ? Kalimat apologi si Kristen Penyaji Apologi bisa mempunyai tiga arti yang secara substantif sangat berbeda. - Pertama: ”...dan tidak perlu dikenal oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka”. - Kedua : ”..... dan tidak perlu dikenalkan kepada umat-Nya yang hanya hamba belaka ” . - Ketiga : ”....dan tidak perlu diperkenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ”. Ketiga pengertian, sama-sama menunjukkan kengawuran Eja Kalima. Dari ketiga pengertian yang disajikan, mana yang dimaksud oleh Eja Kalima untuk menyatakan kalimat apologinya : ” ..... dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ” ?. Jika yang dimaksud oleh Eja Kalima dengan pengertian pertama ( ” Allah tidak perlu dikenal oleh umat-Nya ” ) dan kedua ( ” ...dan tidak perlu dikenalkan kepada umat-Nya ” ), apa alasannya sehingga menyatakan demikian ?. Apa tujuan pewahyuan kepada para Nabi/Rasul Allah dengan bila ” Allah tidak perlu dikenal oleh umat-Nya ” dan bila ”...dan tidak perlu dikenal-kan kepada umat-Nya ” ? Bukankah diutusnya para Nabi/Rasul Allah adalah bertujuan memperkenalkan Allah kepada ummat manusia di mana para Nabi/Rasul Allah itu diutus ( bukan memperkenalkan dalam pengertian secara fisik seperti menatap dan melihat wajah Eja Kalima ) ? Oleh karena itu, pemaknaan pertama dan kedua atas kalimat Eja Kalima : ” ....dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ” sangat tidak benar. Tersisa pemaknaan ketiga : ”....dan tidak perlu diperkenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ”. Pemaknaan ini pun sangat janggal. Apakah karena ” umat-Nya yang hanya hamba belaka ” sehingga mereka tidak perlu memperkenalkan Tuhan Alkitab ?. Hebat ! Istilah ” umat-Nya ” biasa dipakai untuk menyatakan ” Penganut Kristen ”. Dalam pemaknaan ketiga berarti, Tuhan Alkitab ” tidak perlu diperkenalkan ” oleh penganut Kristen karena penganut Kristen tidak lebih dari ” hanya hamba belaka ”. Ketiga pemaknaan atas kalimat Eja Kalima : ” ....dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ” menjadi sangat tidak benar karena bertentangan dengan misi pemurtadan/Kristenisasi yang dijalankan penganut Kristen, ketika tidak ada pemaknaan lain yang bisa diberikan. Oleh karena itu, Eja Kalima harus menyajikan kalimat pernyataan apologi yang benar, jangan sembarangan. Berbicara tentang Risalah Ad Dienul Islam, Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad saw, agar ummat manusia mengenal Allah dalam pengertian yang benar, bukan dalam pengertian sesat seperti yang diajarkan dogma agama Kristen. Mungkin yang dimaksud oleh Eja Kalima dengan kata : ” dikenal ” ( - dalam kata ” dikenalkan ” - ) adalah secara fisik seperti melihat manusia lain. Jika demikian yang dimaksud oleh Eja Kalima, sungguh ummat Islam ( kaum Muslimin ) tidak memiliki doktrin model Tuhan yang sinting seperti itu. Mengenal secara fisik tentu menuntut syarat : bisa dilihat secara fisik. Apakah Alkitab/Bibel mengajarkan : Tuhan Alkitab bisa dilihat secara fisik ? Menjawab pertanyaan yang demikian, Alkitab/Bibel memberi penegasan yang tidak pasti. Beberapa ayat Alkitab/Bibel menyatakan Tuhan tidak bisa dilihat, tetapi ayat lainnya menyatakan Tuhan Alkitab bisa dilihat bahkan bisa diajak gelut. Eja Kalima boleh mencoba mengajak adu gelut Tuhan Alkitab, siapa tahu nanti menang gelut atas Tuhan Alkitab sehingga bisa beroleh gelar seperti Yakub yang mendapat gelar : ” Israil ” karena Tuhan Alkitab kalah gelut dari Yakub. ( Kejadian 32 : 24– 29 ). Sebenarnya kalimat mengenai Allah : ” .... tidak perlu dikenal oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ” atau ”...dan tidak perlu dikenalkan kepada umat-Nya yang hanya hamba belaka ” ( bentuk pengertian dari : ” ..... dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ” ) agak rancu karena bertentangan dengan tujuan dan fungsi kehadiran para Nabi/Rasul Allah. Jika yang dimaksud oleh Eja Kalima adalah pengertian ketiga yaitu dalam Islam, Allah : ”.....tidak perlu diperkenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ”. Pengertian ini, sangat tidak benar. Diyakini, Eja Kalima tidak memaksudkan seperti itu untuk pernyataannya : ”..... dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ”. Sayangnya, tidak diketahui, apa maksud kalimat pernyataan apologi seperti itu. APOLOGI 4 : SIFAT TUHAN ALKITAB DAN SIFAT ALLAH AL QUR’AN ( 3b ). ( Tuhan yang dikenal oleh umatNya vs. Tidak dapat dikenal ) Eja Kalima berkata : Allah begitu tinggi dan mulia sehingga tidak ada seorang manusia pun yang pernah secara pribadi mengenal-Nya . TANGGAPAN : Pernyataan Eja Kalima ditujukan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang diimani ummat Islam ( kaum Muslimin ) yang berarti merupakan penilaian dog-matis Kekristenan Eja Kalima mengenai ” Allah Al Qur’an ”. Apa maksud pernyataan Eja Kalima : ”.... tidak ada seorang manusia pun yang pernah secara pribadi mengenal-Nya ” ?. Hal mendasar yang perlu dijelaskan yaitu apa maksud ” mengenal-Nya ” yaitu mengenal Allah secara pribadi ?. Eja Kalima menyajikan istilah yang sangat kabur dan tidak memiliki makna sedikitpun dalam men-capai dan memperoleh kebenaran. Ada dua kata kunci dalam pernyataan Eja Kalima yang harus dianalisa mengenai konsep hubungan vertikal antara Allah dengan manusia yang terangkat dalam istilah yang ” sangat hebat ” tetapi sulit dicerna manusia waras karena kekaburan maksudnya yaitu ” Mengenal ” dan ” secara pribadi ”. Dalam Islam, mengenal Allah dapat dilakukan dengan memperhatikan ciptaan Allah, karena mengenal Allah muka dengan muka secara fisik di dunia adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Kita bisa mempertanyakan kembali kepada Eja Kalima, apakah sudah mengenal Allah secara pribadi dalam pengertian melihat dan merabanya?. Satu pertanyaan yang akan mudah dijawab Eja Kalima, karena yang dimaksud olehnya dengan ” mengenal Allah secara pribadi ” tidak lain adalah mengenal manusia Yesus selaku wujud fisik Allah yang sudah berinkarnasi. Artinya, Allah sudah berinkarnasi menjadi manusia fisik Yesus dan keluar liwat kemaluan perempuan sehingga bila dikatakan ” mengenal Allah secara pribadi ” walaupun Eja Kalima sendiri dan penganut Kristen lainnya belum pernah bertemu dengan Yesus kecuali lukisan wajah Yesus bermodel Barat hasil khayalan pelukis abad Pertengahan. Dengan kata lain, maksudnya adalah mengenal Yesus, yang diyakini penganut Kristen adalah Allah. Demikian itu urusan dogma Kristen, walaupun ayat-ayat Alkitab/Bibel justru menegas-kan kemanusiaan Yesus, bukan keilahian Yesus. Yang pasti, Eja Kalima tidak pernah bertemu Yesus secara fisik, bertatap muka dan berbicara dengannya atau pernah menempelengnya seperti yang dilakukan pasukan Romawi dan orang-orang Yahudi, sehingga sangatlah aneh bila dikatakan Eja Kalima bisa ” mengenal Allah secara pribadi ” dalam pengertian dogma Kristen sebagai Yesus, wujud inkarnasi dari Allah. Sebaliknya, Islam tidak mengajarkan pemahaman demikian. Segala sesuatu yang dapat dibayangkan bukanlah tuhan. Tuhan tidak terjangkau oleh indera manusia , khayalan manusia dan pikiran manusia, apalagi diraba-raba, dijagur, diludahi, ditinju dan ditempeleng; tentu lebih menjijikkan bila dikatakan Allah bisa keluar liwat kelamin perempuan. Pemahaman ”mengenal Allah secara pribadi ” seperti itu merupakan pemahaman yang tidak masuk akal sama sekali dan sangat menjijikkan. Ada dua sisi permasalahan dalam ”melihat Allah ” dalam ajaran Islam yaitu melihat Allah di dunia dan melihat Allah di surga nanti di akhirat. Melihat Allah SWT di dunia, sangat mustahil. Ayat Qs. 7:143 mengisahkan Musa as yang hendak melihat Allah SWT: Dan tatkala Musa datang untuk ( munajat dengan Kami ) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman ( langsung ) kepadanya, berkatalah Musa : " Ya Tuhanku, nampakkanlah ( diri Engkau ) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau ". Tuhan berfirman : " Kamu sekali- kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala ) niscaya kamu dapat melihat- Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata : " Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman." Kaum Musa pernah meminta kepada Nabi Musa untuk melihat Allah sebagai syarat beriman mereka atas risalah yang dibawa Musa. Al Qur’an ayat Qs. 2 : 55 mengungkap : Dan (ingatlah), ketika kamu berkata : " Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang ”, karena itu kamu disambar halilintar sedang kamu menyaksikannya ". Kaum Musa disambar halilintar akibat kekufuran mereka yang menuntut yang aneh-aneh : melihat Allah. Ayat Qs. 2 : 55 merupakan penegasan Al Qur’an secara langsung tentang ketidak-mungkinan melihat Allah di dunia. Ketidak-mungkinan melihat Tuhan di dunia dinyatakan sejumlah hadist shahih antara lain hadist Shahih Bukhari-Muslim ( menurut redaksi Muslim ) ) : Dari Abu Dzar ra, katanya: ”Aku bertanya kepada Rasulullah saw, Adakah Anda melihat Allah? ”. Jawab beliau : ” Dia Maha Cahaya , bagaimana aku bisa melihat-Nya ? ”. Dari Abu Musa ra , katanya : ” Pada suatu ketika , Rasulullah saw mengajarkan kepada kami ...... Tirai-Nya ialah cahaya . Jikalau tirai itu dibuka maka terbakarlah segala yang ada , di mana penglihatan Allah sampai kepadanya " . Ketidak – mungkinan melihat Allah di dunia- walaupun dalam pembahasan yang sangat kontroversial - dinyatakan baik secara langsung ataupun secara tidak langsung oleh Alkitab/Bibel ketika ada ayat lainnya yang menegaskan Allah bisa dilihat di dunia. Kita baca ayat Keluaran 4 : 1- 5 : Maka sahut Musa , sembahnya : ” Tetapi barangkali mereka itu tiada percaya akan daku atau tiada mendengar akan kataku , melainkan mereka itu akan berkata demikian , bahwa Tuhan tiada kelihatan padamu ! ”. Maka firman Tuhan kepada Musa : ” Apakah yang ada pada tanganmu ini ? ”. Maka sahutnya : ” Tongkat ! ”. Maka firman Tuhan : ” Campakkanlah dia ke bumi ”. Maka dicampakkannya ke bumi lalu menjadi ular . Maka larilah Musa daripadanya . Maka firman Tuhan kepada Musa : ” Ulurkan tanganmu, capailah akan dia pada ekor-nya ”. Maka diulurkannya tangannya, dicapainya, lalu menjadi tongkat pula pada tangan-nya . Maka firman Tuhan : ” Ia itu supaya mereka percaya bahwa telah kelihatan kepa-damu Tuhan, Allah nenek moyang mereka itu, yaitu Allah Ibrahim dan Allah Ishak dan Allah Yakub. Apa yang dipahami dari ayat Keluaran 4 : 1-5 )? Apakah kita memahaminya, Musa benar-benar melihat Allah-nya yaitu Allah yang tadinya berwujud tongkat di tangan Musa lalu Allah berubah menjadi Ular kemudian mengatakan kepada Musa : ” supaya mereka percaya bahwa telah kelihatan kepadamu Tuhan ” ?. Apakah demikian Tu-hannya penganut Kristen yaitu bisa dilihat dalam wujud tongkat dan ular ? Sangatlah aneh memahamkan demikian walaupun begitulah harfiah bunyi ayat Keluaran 4 : 1- 5. Ayat Keluaran 4 : 1-5 mengungkapkan, pertama-tama Musa menyatakan kekhawatiran-nya tentang sambutan kaumnya atas misi risalah yang dibawanya yaitu mengkhawatir-kan kaumnya akan berkata, Tuhan tidak kelihatan pada Musa. Bisa jadi kekhawatiran dimaksud yaitu bila kaumnya berkata kepada Musa : ” Bagaimana kami bisa percaya kepadamu padahal Tuhan yang mengutusmu tidak kelihatan ? ”. Kekhawatiran Musa disambut Allah dengan memberikan mukjizat tongkat menjadi ular. Mukjizat ” tongkat ular ” menjadi bukti, ” Tuhan telah kelihatan kepada Musa ” sebagai ungkapan yang berarti : Musa benar-benar diutus oleh Tuhan. Bukan melihat Allah dalam arti sesungguhnya. Secara tidak langsung, ayat Keluaran 4 : 1-5 menegaskan, Musa tidak bisa melihat Tuhan-nya , tetapi bila kaumnya berkata ” Bahwa Tuhan tiada kelihatan pada-mu ! ”, Allah memberi tanda mukjizat berupa berubahnya tongkat menjadi Ular sebagai bukti tidak langsung : ” Musa telah melihat Tuhan ”. Jadi tidak benar-benar Musa melihat Allah secara langsung melainkan secara tidak langsung melalui tanda-tanda mukjizat yang dianugerahi Allah kepadanya. Perhatikan pula ayat Keluaran 33 : 18- 23 yang secara tegas menyatakan tidak dapat ” melihat Allah ” kecuali ujung belakang Allah. Maka sembah Musa : ” Tunjukkan apalah sekarang kemuliaanmu kepadaku ” Tetapi firman Tuhan : ” Bahwa Aku akan menjalankan segala kebajikanKu lalu daripada matamu dan Aku akan menyebut nama Tuhan di hadapan mukamu , maka Aku akan mengasihankan barang siapa yang Kukasihankanlah dan mengaruniakan rahmat-Ku kepada barang siapa yang Kukaruniakan rahmat itu . Dan lagi firman Tuhan : ” Tiada boleh engkau memandang wajah-Ku karena seorang manusia pun tiada dapat memandang Aku serta tinggal hidup Dan lagi firman Tuhan : ” Bahwasanya adalah suatu tempat hampir dengan Aku , maka di sana hendaklah engkau berdiri di atas gunung batu . Maka akan jadi kelak , apabila kemuliaan-Ku berjalan lalu maka Aku menaruhkan dikau dalam celah batu itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku sampai sudah Aku berjalan lalu . Maka apabila Aku sudah melalukan tangan-Ku maka engkau akan melihat ujung belakang-Ku tetapi wajah-Ku itu tiada dapat dipandang ! Inti ayat Keluaran 33 : 18 - 23 adalah ketidak-mungkinan melihat wajah Allah, sama seperti yang dinyatakan Al Qur’an Qs. 7 : 143, walaupun terganggu oleh kontradiksi dengan ayat Keluaran 33 : 23 yang memberi kemungkinan melihat ” belakang Allah ”. Pengarang Alkitab/Bibel tidak menjelaskan bentuk ” belakang Allah ” yang dilihat Musa. Mungkin bentuk ” belakangnya Allah ” sama dengan belakangnya Yesus atau belakangnya Eja Kalima. Melihat Allah nanti di akhirat, dinyatakan oleh sejumlah hadist antara lain hadist shahih Bukhari- Muslim ( dengan redaksi Muslim ) : Dari Shuhaib ra. dari Nabi saw, sabdanya: ” Apabila penduduk surga telah masuk ke dalam surga, Allah Tabaaraka wa Ta’aala berfirman kepada mereka : ’ Apakah kamu semua memerlukan sesuatu yang perlu Aku tambah untukmu ? ’. Jawab mereka : ’ Bukankah muka kami telah putih gilang- gemilang ? Bukankah kami telah Engkau masukkan ke surga dan engkau bebaskan dari neraka ? ’ ”. Kata Rasulullah saw selanjutnya : ” Lalu Allah membukakan tabir yang menutup-Nya. Sekonyong-konyong penduduk surga merasakan ni’mat yang tiada taranya selain memandang Allah Azza wa Jalla ”. Sekalipun beberapa ayat Alkitab/Bibel menegaskan tidak bisa melihat Allah di dunia, namun kita disodori pula dengan sejumlah ayat Alkitab/Bibel yang justru menegaskan bisa melihat Allah di dunia, bahkan bisa diajak adu gelut. Berikut disajikan sejumlah ayat Alkitab/Bibel yang menegaskan manusia bisa melihat Allah di dunia . a. Ayat Kejadian 26 : 24 menerangkan Ishak bisa melihat Tuhan : Maka pada malam itu kelihatanlah Tuhan kepadanya serta firman-Nya : Bahwa Aku-lah Allah Ibrahim bapamu; janganlah takut karena Aku-lah menyertai akan dikau dan Aku akan memberkati akan dikau serta Aku memperbanyakkan anak buahmu karena sebab Ibrahim, hamba-Ku itu. b. Ayat Kejadian 32: 24-30 berkisah tentang pertemuan Yakub dengan ”seorang laki-laki ” yang ternyata adalah Tuhan, dan Yakub beradu gulat dengannya dan hebatnya, Tuhan kalah gelut melawan Yakub. Melainkan tinggallah Yakub seorang-orangnya, maka adalah seorang laki-laki bergumul dengan dia sampai terbit fajar. Maka apabila dilihat orang itu akan hal tiada dapat dialahkannya Yakub maka dipegangnya akan pangkal paha Yakub, lalu pangkal paha Yakub tergeliat dalam ia bergumul dengan dia. Maka katanya : ” Lepaskan aku karena fajar sudah merekah ; tetapi kata Yakub kepadanya : ” Tiada engkau kulepaskan sebelum engkau memberkati aku ”. Maka kata orang itu kepadanya : ” Siapa namamu ? ”. Maka jawabnya : ” Yakub ”. Maka kata orang itu : ” Tiada lagi engkau bernama Yakub melainkan Israil, karena engkau berlaku seperti seorang raja di hadapan Allah dan kepada manusia. Dan engkau sudah menang . Maka bertanya Yakub : ” Katakanlah kiranya namamu pun ”. Maka sahutnya : ” Mengapa engkau bertanyakan namaku ? ”. Maka diberkatinyalah akan dia di sana. Maka dinamai oleh Yakub akan tempat itu : Peni-El karena katanya : ” Sudah kulihat Allah muka dengan muka , maka nyawaku selamatlah ”. Cukup disajikan dua ayat Alkitab/Bibel sebagai dalil tentang bisa melihat Tuhan di dunia bahkan bisa diajak adu gelut. Yang menarik dari kisah pergelutan Yakub dengan Allah ( ” EL ” ) yaitu dalam pergulatan yang berlangsung lama karena baru usai ketika hampir terbit fajar, Allah dikalahkan oleh Yakub. Untuk melepaskan diri dari ” kuncian Brazilian Jui Jit Tsu ” yang dilakukan Yakub, Allah mencoba melakukan tindakan yang bernilai ” pelecehan seksual ” dengan cara memegang ” pangkal paha ” Yakub. Apa yang ada di pangkal paha Yakub ? Jelas : Kemaluan Yakub ! Istilah lain : Alat Kelamin ! Hal ini dipahami dari kalimat ayat : ”.... lalu pangkal paha Yakub tergeliat dalam ia bergumul dengan dia ”. Yang bisa menggeliat di pangkal paha ketika disentuh hanyalah kemaluan. Tegasnya, ketidak-mampuan mengalahkan Yakub dalam adu gulat, memaksa Allah memegang kemaluan Yakub. Walau pun kemaluannya dipegang sampai menggeliat ( - biasanya karena kegelian -), Yakub tetap bertahan dengan ” kuncian Brazilian Jui Jit Tsu ”-nya, sehingga membuat Allah menyatakan diri kalah kemudian memberkati serta memberi nama ” Israil ” kepada Yakub. Artinya Allah bisa dilihat di dunia bahkan bisa diajak gelut dan hebatnya, Allah bisa kalah dari Yakub dalam adu gulat. Yakub lebih maha kuasa dari Allah ! Eja Kalima boleh mengajak ” Tuhan Alkitab ” untuk adu gulat .Siapa tahu nanti bisa diangkat sebagai Nabi dan Eja Kalima diberi gelar: AZAZIEL. Eja Kalima bisa menilai sejauh mana kebenaran pernyataan penilaiannya atas ” Allah Al Qur’an ” : ” Allah begitu tinggi dan mulia sehingga tidak ada seorang manusia pun yang pernah secara pribadi mengenal-Nya ” berdasarkan fakta ayat-ayat Alkitab/Bibel yang disajikan tentang bisa melihat Tuhan di dunia. Mulia apanya Tuhan jika kalah gelut melawan Yakub bahkan dengan sisa-sisa upaya melepaskan diri dari gelutan Yakub, tanpa malu sedikitpun Tuhan memegang kemaluan Yakub ( Israil )? APOLOGI 5 : SIFAT TUHAN ALKITAB DAN SIFAT ALLAH AL QUR’AN ( 3c ). ( Tuhan yang dikenal oleh umatNya vs. Tidak dapat dikenal ) Eja Kalima berkata : Jangankan Allah, malaikat pewahyu yang Roh-pun praktis tidak dikenal oleh Islam ( Qs. 17 : 85 ). Allah Al Quran berada di tempat yang berlainan dimensi dan relatif abstrak sehingga tidak ada seorang yang pernah secara pribadi mengenalnya. TANGGAPAN : Jelas sekali, Allah yang disembah ummat Islam ( kaum Muslimin ) - istilah Eja Kalima : ALLAH AL QUR’AN - tidak terjangkau oleh manusia, walaupun dalam hadits Qudsi dikatakan, Allah lebih dekat dari urat leher manusia, sebab Allah yang disembah ummat Islam ( kaum Muslimin ) bukanlah Yesus yang dalam dogma Kristen adalah inkarnasi Tuhan, tapi lucunya dijagur, ditempeleng, ditinju, ditendang, dipukul, diludahi, dicaci-maki dan segala macamnya oleh pasukan Romawi dan orang-orang Yahudi. Tuhan model apa seperti itu. Apa maksud Eja Kalima dengan istilah ” tidak dikenal ” pada kalimat ” ...... malaikat pewahyu yang Roh-pun praktis tidak dikenal oleh Islam ( Qs. 17 : 85 ) ” ?. Apakah dalam pengertian bisa ditatap, bisa diraba dan diajak berbicara ? Apakah Eja Kalima sudah mengenal malaikat dalam pengertian, bisa ditatap, bisa dipegang dan berbicara dengannya ?. Jika bisa seperti itu – sebagai gambaran : ” bisa dikenal ”- bagaimana rupa malaikat ?. Satu dusta luar biasa bila Eja Kalima mengakui mengenal malaikat karena roh yang ada pada dirinya saja, tidak bisa diinderainya. Pernyataan Eja Kalima penuh manipulasi dan kebohongan . Ayat Qs. 17: 85 berbicara tentang ” Roh " tidak bicara mengenai ”Malaikat Pewahyu ”. Jelasnya, terjemahan ayat Qs. 17 : 85 adalah : ” Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah : " Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit ” sebagai jawaban Nabi Muhammad saw ketika ditanya oleh orang-orang Yahudi. Roh dimaksud adalah Roh pada manusia yang membuat bisa hidup, bukan Malaikat Pewahyu ( Malaikat Jibril alias Roh Kudus ). Dalam kebodohannya, Eja Kalima menyamakan ” ROH ” dalam ayat Qs. 17 : 85 dengan ” Malaikat Pewahyu ” ( Malaikat Jibril alias Roh Kudus ) walaupun Malaikat Jibril juga disebut ” Ruh ” ( Al Qadr 4 ; An Naba 38 menurut salah satu tafsir ; Maryam 17 ; Al Mu’min 15 ; Al Ma’aarij 4 ) yaitu ” Ruw-hul Amin ” ( Asy Syu’aara’ 193 ) atau ” Ruw-hul Qudus ” ( An Nahl 102 ). Kalau tidak tahu tentang Al Qur’an, tidak usah sok pintar membahas ayat-ayat Al Qur’an seperti yang ditunjukkan dengan pernyataan apologinya yang dibahas. Masalah Roh adalah urusan Allah. Tidak ada pengetahuan manusia tentang Roh, kecuali sedikit. Demikian ditegaskan Al Qur’an. Terlihat kengawuran Eja Kalima karena menunjuk ayat Qs. 17 : 85 untuk menyatakan melihat Malaikat Pewahyu ( Malaikat Jibril, Roh Kudus) padahal ayat Qs.17 : 85 tidak berbicara melihat malaikat. Terlepas dari kengawuran menunjuk ayat Qs.17 : 85 sebagai ayat tentang Malaikat Pewahyu, pernyataan Eja Kalima : ” Jangankan Allah, malaikat pewahyu yang Roh-pun praktis tidak dikenal oleh Islam ” perlu ditanggapi. Apa yang dituntut Eja Kalima dengan pernyataan seperti itu ?. Apakah Eja Kalima mengharuskan melihat Allah sebagai bukti kebenaran sebuah keyakinan ? Ada sasaran yang hendak ditampilkan Eja Kalima, yaitu kebanggaan atas dogma Kristen yang dianutnya yaitu penganut Kristen bisa melihat Allah dalam bentuk : YESUS sedangkan ummat Islam ( kaum Muslimin ) tidak bisa melihat Allah, sebab ” Jangankan Allah, malaikat pewahyu yang Roh-pun praktis tidak dikenal oleh Islam ”. Pertanyaan : - Apakah Eja Kalima sendiri dan semua penganut Kristen lainnya sudah pernah melihat Allah ? - Apakah Eja Kalima sendiri sudah pernah melihat malaikat ? - Apakah Eja Kalima sudah pernah melihat roh ? Kalau Eja Kalima benar-benar pernah melihat Allah, bagaimana wujud Allah yang dilihat ? Dapatkah diceritakan gambaran wujud Allah ? Apakah wujud Allah serupa seperti Eja Kalima ? Namun dipahami tujuan tersembunyi dari pernyataan si Kristen Penyaji Apologi yang demikian, yaitu karena Firman Allah telah berinkarnasi menjadi manusia Yesus , berarti Allah yang disembah penganut Kristen dapat dilihat dengan cara melihat Yesus. Jika tujuannya seperti itu berarti, Tuhan yang disembah si Kristen Penyaji Apologi, keluar dari vagina perempuan, meneteki payudara perempuan, disunat, suka kencing, suka ngengek, suka makan, suka minum dan sebagainya. Kalau begitu, silakan sembahlah Tuhan model seperti itu. Kami ummat Islam ( kaum Muslimin ) tidak berminat menyembahnya. Aspek lain yang tidak disadari penganut Kristen, khususnya Eja Kalima yang memaknai ” melihat Allah ” dalam pengertian melalui ” melihat Yesus ”, yaitu faktanya penganut Kristen sekarang belum pernah melihat Yesus, karena Yesus sudah ” menghilang ” sejak 2000 tahun yang lalu. Apakah dengan melihat dan mengandalkan lukisan wajah ” Yesus ” versi Barat khayalan pelukis Kristen Eropah yang terpampang dalam bingkai lukisan sebagaimana yang kita lihat sekarang padahal Yesus seorang Timur Tengah ?. Bila demikian bentuk kebanggaan ”melihat Yesus ” sebagai wujud ”melihat Allah ”, tahulah kita akan tingkat kebodohan penganut Kristen khususnya Eja Kalima, sebab lukisan wajah Yesus yang disaksikan dalam kanvas , tidak lain adalah produk khayalan pelukisnya, yaitu pelukis-pelukis Kristen Eropa di Abad Pertengahan. Mereka tidak pernah melihat Yesus, lalu bagaimana mereka bisa memastikan, wajah Barat yang mereka lukis adalah wajah Yesus ?. Akhirnya ada lukisan wajah Yesus berupa orang Eropah, orang Afrika, orang China dan sebagainya. Yang tidak ada hanya lukisan wajah Yesus berupa orang Indonesia ( Melayu ). Tegasnya penganut Kristen sama sekali belum pernah melihat Yesus dan anehnya mengklaim diri sebagai melihat Allah ? Apalagi Yesus bukan Allah. Dia adalah manusia biasa yang dilahirkan seorang perempuan !!! Hebat sekali, Tuhan bisa-bisanya keluar melalui kelamin wanita ! Begitu pula tentang mengenal Roh. Kalau Eja Kalima benar-benar mengenal Roh, ada pertanyaan yang harus dijawab sebagai pembuktian : - Roh Allah itu ada berapa ? Apakah cuma satu ataukah lebih dari satu ? Jika lebih dari satu , yang manakah yang disebut dengan Roh Kudus ? - Kata “ Roh “ (bhs. Arab), dalam bahasa Ibrani : Ruakh yang berarti “ angin “ .Ada pakar Bibel yang memberi arti: “ badai padang pasir “ . Sesuai dengan arti kata “ Roh “, bagaimana bentuk tubuhnya secara fisik dan tetap ? Apakah “ angin “ punya tubuh tetap secara fisik yang dapat diraba dan dilihat oleh Eja Kalima ?. Apakah Eja Kalima bisa menggambarkan roh yang ada dalam dirinya yang menyebabkannya menjadi manusia yang hidup ? Eja Kalima harus memberi penjelasan tuntas atas pertanyaan yang dikemukakan (- masih banyak pertanyaan lainnya, tetapi cukup tiga pertanyaan saja - ) sebagai bukti Eja Kalima benar-benar mengenal Tuhannya secara fisik. Jelas yang dimaksud oleh Eja Kalima dengan ” melihat Allah ” adalah melihat Yesus sebagai inkarnasi dari firman Allah. Artinya Yesus adalah wujud fisik dari Allah. Jika kegilaan seperti itu diakui, berarti Allah yang disembah Eja Kalima juga ngengek ( buang kotoran besar ), kencing, mimpi basah, ditempeleng Yahudi, sudah mati dan sebagainya. Itukah model ” Allah ” yang disembah penganut Kristen ( –istilah Eja Kalima : Tuhan Alkitab )? Ajaran Islam mengungkapkan dua sisi dalam hal melihat malaikat yaitu melihatnya di akhirat dan melihatnya di dunia. Dalil yang menyatakan melihat malaikat di hari kiamat atau di akhirat, dapat dibaca terjemahan ayat Qs. 25 : 22 berikut : Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa mereka berkata: " Hijraan mahjuuraa ”. Sedangkan melihat malaikat di dunia dalam Islam diungkapkan sejumlah hadist seperti hadist Shahih Bukhari-Muslim antara lain ( menurut redaksi Muslim ): Dari Jabir ra , katanya Rasulullah saw bersabda : ” .......... Kepadaku diperlihatkan juga Jibril as. Ketika itu , dia kulihat mirip dengan Dihyah ( Ibnu Khalifah ) ”. Sejumlah hadist mengungkapkan, para sahabat melihat malaikat tetapi dalam wujud manusia yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Antara lain hadist Shahih Bukhari : Dari Abu Utsman ( - yang mendengar dari Usamah bin Zaid ) , ia berkata : Aku diberi-tahu bahwa-sanya Jibril as. mendatangi Nabi saw dan di sampingnya ada Ummu Salamah. Ia mulai berbicara kemudian berdiri. Nabi saw bertanya kepada Ummu Salamah : ” Siapa ini ? ”. Ummu Salamah menjawab : ” Ini adalah Dihyah ”. Ummu Salamah berkata : ” Demi Allah, aku tidak mengira selain ia, sampai aku mendengarkan khutbah Nabi saw yang menjelaskan tentang Jibril ”. Ummu Salamah isteri Nabi saw melihat ” Dihyah ” yang sebenarnya adalah Malaikat Jibril yang mewujudkan diri sebagai Dihyah ibnu Khalifah. Hadis lainnya adalah Hadist Shahih Riwayat Bukhari – Muslim : Dari Sa’d bin Abu Waqqash ra, ia berkata : ” Pada perang Uhud , aku melihat Rasulullah bersama dua orang laki-laki ( berada di posisi kiri dan kanan Nabi saw ) , bertempur membela beliau. Keduanya mengenakan pakaian putih – bertempur dengan sangat sengit. Aku tidak pernah melihat mereka berdua sebelum maupun sesudah perang Uhud. Redaksi lain dari hadits Sa’ad bin Abi Waqqash yang diriwayatkan oleh Bukhari – Muslim tersebut : Aku telah melihat pada waktu perang Uhud, dua pria yang mengapit Rasulullah, seorang di kanannya dan seorang di sebelah kirinya. Mereka itu berpakaian hutih yang belum pernah melihatnya sebelum atau sesudah hari itu. Dua pria yang tidak kukenal itu bertempur membela Rasulullah saw. Mereka itu adalah Jibril dan Mika’il. Tidak diragukan, yang dilihat Sa’d bin Abu Waqqash tidak lain adalah dua orang yang mendampingi Rasulullah saw dalam berperang melawan kesyirikan. Hadist Shahih Muslim, menyebut kedua malaikat adalah Jibril dan Mikail. Dikisahkan dalam hadist Shahih Bukhari-Muslim, ketika Nabi Muhammad saw tengah berkumpul dengan para sahabat, tiba-tiba muncul seorang laki-laki mendatangi Nabi Muhammad saw dan duduk di depan lutut Nabi Muhammad saw dan mengajukan pertanyaan tentang Islam, Iman dan Ihsan, yang setiap jawaban Nabi Muhammad saw selalu disambut komentar : ”Benar ” oleh laki-laki tersebut. Setelah mengajukan pertanyaan dan mendapat jawaban, laki-laki tersebut kemudian pergi. Nabi Muhammad saw menyuruh sahabat memanggil laki-laki itu. Ketika dicari, laki-laki itu sudah tidak ada. Nabi Muhammad saw memberitahu para sahabat : ” Itulah Jibril. Dia sengaja datang hendak mengajarkan agama kepada anda semua karena anda tidak menanyakannya ”. Dari kesaksian tersebut, berarti para sahabat melihat malaikat Jibril yang datang dalam wujud manusia. Cuma mereka tidak menyadarinya. Hadist Shahih Riwayat Bukhari lainnya menceritakan tentang salah seorang sahabat melihat malaikat tetapi tidak mengetahuinya. Hadist ter-sebut adalah demikian : Dari Usaid bin Hudhair , ia berkata , ketika ia sedang membaca surah Al Kahfi di suatu malam , sementara kudanya terikat di dekatnya, tiba-tiba kuda itu bergerak tak menentu. Ia diam dan kuda itu menjadi tenang. Apabila ia membaca, maka kuda kembali ber-gerak. Lalu dia diam dan kuda pun tenang. Kemudian ia membaca maka kuda kembali bergerak. Akhirnya ia berhenti karena anaknya bernama Yahya berada dekat kuda itu dan ia khawatir akan terinjak . Ketika ia menariknya , ia mengangkat kepalanya ke langit hingga ia tak melihatnya . Pagi harinya ia menceritakan kepada Nabi saw lalu beliau pun bersabda kepadanya : ” Bacalah wahai Ibnu Hudhair , bacalah wahai Ibnu Hudhair ! ”. Dia berkata, ” Wahai Rasulullah, aku khawatir Yahya diinjak karena posisinya dekat kuda. Aku mengangkat kepalaku dan pergi kepadanya . Lalu aku mengangkat kepalaku ke langit dan ternyata seperti lebah yang di dalamnya semisal lampu-lampu. Aku pun keluar hingga aku tak melihatnya. Beliau bertanya : ” Apakah engkau tahu apa itu ?”. Aku berkata : ” Tidak ! ”. Beliau bersabda : ” Itulah malaikat yang mendekat karena suaramu. Sekiranya engkau terus membaca niscaya pagi hari, ia akan dilihat oleh manusia tanpa dapat menyembunyikan diri mereka ”. Berikut ditambahkan lagi hadits-hadits tentang para sahabat melihat malaikat pada kejadian-kejadian tertentu dan kandungan hadits telah dikemukakan sebelumnya . 1. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abil ’Aaliah yang mendengar seorang sahabat Anshar bercerita : Aku keluar pada suatu ketika dari rumah hendak menemui Rasulullah saw. Tiba-tiba aku melihatnya berdiri berhadapan dengan seseorang di depannya seakan-akan mereka memperbincangkan sesuatu dalam percakapan yang lama sehingga aku merasa kasihan melihat beliau berdiri begitu lama. Dan setelah pergi kawannya itu, bertanyalah aku kepada beliau : ” Siapakah orang itu ya Rasulullah ? ”. ” Apakah engkau telah melihatnya ? ” tanya beliau. ” Ya ” jawabku. ” Apakah engkau tahu siapa dia ? ” tanya beliau lagi. ” Tidak ! ” jawabku. Lalu beliau bersabda : ” Itulah Jibril yang selalu berpesan kepadaku tentang tetangga sehingga aku mengira bahwa ia ( tetangganya ) akan dijadikannya waris mewarisi ”. Kemudian beliau melanjutkan : ” Andaikan engkau memberi salam kepadanya, niscaya ia akan menyambut salammu ”. 2. Diriwayatkan oleh Abed bin Hamid dari Jabir bin Abdullah yang bercerita : Seorang pria dari dusun datang dan melihat Rasulullah sedang shalat jenazah bersama seseorang. Pria itu bertanya kepada beliau setelah dilihatnya Rasulullah seorang diri : ” Siapakah gerangan orang yang bersembahyang bersamamu itu ya Rasulullah?”. ” Apakah engkau telah melihatnya ” tanya Rasulullah. ” Ya ” kata pria itu. Maka Rasulullah saw berkata : ” Engkau telah memperoleh kebajikan yang besar. Dia itu adalah Jibril yang tidak henti-hentinya berpesan kepadaku tentang tetangga, sam-pai-sampai aku mengira bahwa ia (tetangga) akan dijadikan pewaris dan mewarisi ”. 3. Diriwayatkan oleh Yahya bin Ya’mar dari Abdullah bin Umar ( Ibnu Umar ) dari Umar bin Khattab , yang berkata : Pada suatu hari ketika kami sedang berada di sisi Rasulullah saw, sekonyong-konyong muncul di hadapan kami seorang laki-laki berpakaian sangat putih dan berambut sangat hitam. Tidak terlihat padanya bekas perjalanan dan tidak seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk di dekat Nabi saw, lalu disandarkannya lututnya ke lutut Nabi dan diletakkannya kedua telapak tangannya ke pahanya. Dia berujar : ” Ya Muhammad ! Terangkanlah kepadaku tentang Islam ”. Jawab Nabi saw : ” Islam ialah : Mengakui tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah. mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah jika engkau sanggup melaksanakannya ”. ” Engkau benar ” kata orang itu. Kami heran terhadap orang itu. Dia yang bertanya tetapi dia pula yang mengatakan benar. Kemudian orang itu berkata pula : ” Terang-kanlah kepadaku tentang Iman ”. Jawab Nabi saw: ” Iman ialah Iman dengan Allah, Iman dengan para malaikat-Nya, Iman dengan Kitab -kitab-Nya, Iman dengan para Rasul-Nya dan Iman dengan qadar baik maupun buruk ”. Kata orang itu : ” Engkau benar ”. Kemudian berkata lagi : ” Terangkanlah kepadaku tentang Ihsan ”. Jawab Nabi saw: ” Ihsan ialah menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Sekalipun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat- mu ”. Kata orang itu pula : ” Terangkanlah kepadaku kapan datangnya Kiamat ”. Jawab Nabi saw : ” Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ”. Orang itu berkata : ” Terangkanlah kepadaku tanda-tandanya ! ”. Jawab Nabi saw : ” Apabila hamba sahaya perempuan melahirkan majikannya dan apabila orang-orang dusun yang melarat telah bermewah-mewah di gedung-gedung yang indah ”. Kemudian orang itu berlalu. Tetapi tidak berapa lama antaranya, Rasulullah saw bertanya: ” Tahukah engkau, siapakah gerangan yang bertanya itu ?”. Jawabku: ” Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu ”. Sabda Rasulullah saw : ” DIA ADALAH JIBRIL. Dia datang kepadamu mengajarkan agamamu ”. Merujuk hadits-hadits yang disajikan, bagaimana Eja Kalima bisa berkata penuh kebodohan : ” Jangankan Allah, malaikat pewahyu yang Roh-pun praktis tidak dikenal oleh Islam ” ?. Bagaimana Eja Kalima bisa berkata, Malaikat Jibril praktis tidak dikenal oleh Islam, padahal keyakinan Islam sangat terang benderang menyatakan wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dari Allah SWT oleh malaikat Jibril ?. Kebodohan apa yang didemonstrasikan Eja Kalima dengan pernyataan demikian ?. Kalau tidak tahu tentang Islam, tidak usah berkomentar macam-macam tentang Islam- Al Qur’an –Nabi Muhammad saw. Sebelum melempar pernyataan dan berkomentar tentang ajaran Islam, belajar dulu ajaran Islam tentang tema yang hendak disinggung, supaya tidak muncul pernyataan ngawur seperti itu. Mengomentari ajaran Islam tetapi tidak tahu sama sekali bagaimana sebenarnya yang dikomentari, adalah satu kengawuran luar biasa dan satu tindakan dusta menipu yang hanya bisa dilakukan seorang Dajjal Penyesat. Ternyata yang dikomentari bukan ajaran Islam melainkan khayalan Eja Kalima sendiri. Eja Kalima tidak bisa membedakan antara ajaran Islam dengan khayalannya tentang Islam sehingga apa yang dikhayalkannya tentang ajaran Islam dikiranya sebagai ajaran Islam. Hal ini sangat tidak benar dalam menggali kebenaran. APOLOGI 6 : SIFAT TUHAN ALKITAB DAN SIFAT ALLAH AL QUR’AN ( 3d ). ( Tuhan yang dikenal oleh umatNya vs. Tidak dapat dikenal ) Eja Kalima memberi pernyataan sebagai berikut : Tuhan yang dikenal oleh umatNya vs. Tidak dapat dikenal Tuhan Alkitab dapat dan perlu dikenal oleh umat-Nya . Yesus Kristus sengaja datang ke dunia agar manusia boleh mengenal Tuhan ( Yahya 17 : 3 ). Bahkan manusia dapat datang dan berhubungan secara pribadi dengan Tubuhnya . Namun dalam Islam , Allah tidak dapat dikenal dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka . Bandingkan dengan paparan Dr.Robert A. Morey berikut tentang hal yang sama : DAPAT DIKENAL vs. TIDAK DAPAT DIKENAL Menurut Alkitab, Tuhan dapat dikenal. Yesus Kristus dilahirkan ke dunia ini agar kita semua boleh mengenal Tuhan ( Yohanes 17 : 3 ) Menurut agama Islam, Allah tidak dapat dikenal. Allah Maha Tinggi dan Maha Mulia sehingga tidak ada seorangpun yang pernah secara pribadi mampu mengenalNya. Sementara itu, menurut Alkitab, manusia dapat datang dan kemudian berhubungan secara pribadi dengan Tuhan . TANGGAPAN : Pada aspek “ Tuhan yang dikenal oleh umatNya vs. Tidak dapat dikenal “, Eja Kalima membandingkan “ Tuhan Alkitab “ dengan “ Allah Al Qur’an “ dalam hal : dikenal atau tidak dikenal ummat-Nya. Menurut Eja Kalima, Tuhan Alkitab dapat dikenal karena berbentuk fisik manusia yaitu Yesus Kristus. Dengan bangga Eja Kalima berkata : ” menurut Alkitab, manusia dapat datang dan kemudian berhubungan secara pribadi dengan Tuhan ” . Sayangnya kebanggaan ini kurang lengkap. Harusnya ditambahkan menjadi : ” menurut Alkitab, manusia dapat datang dan kemudian berhubungan secara pribadi dengan Tuhan antara lain dengan cara menempelengnya, menjagurnya, memukulnya, meninjunya dan meludahinya ” !. Dalam kebanggaan yang demikian, tersirat tepuk dada Eja Kalima , Allah Al Qur’an tidak dikenal lantaran tidak bertubuh fisik. Permasalahannya, apa yang dimaksud dengan “mengenal “ ?. Apakah dapat melihat ”wujud fisik ” Tuhan ?. Pengertian “mengenal “ Tuhan menurut Eja Kalima adalah mengenal dalam arti bisa dilihat, bisa disentuh secara fisik, apakah diraba-raba atau ditempeleng dan diludahi. Semuanya terwujud dalam bentuk manusia bernama Yesus Kristus, yang dapat dilihat, dapat disentuh, dipegang dan bahkan dapat dipukul, ditempeleng, diludahi dan segala macamnya. Hak Eja Kalima dan penganut Kristen meyakini Tuhan dengan model konyol seperti itu karena Alkitab/Bibel telah menggambarkan, Tuhan berbentuk dan berprilaku seperti manusia, sebagaimana yang telah ditegaskan pada bagian sebelumnya. Cuma ada kontradisi antara ayat-ayat Alkitab/Bibel karena ada ayat yang menegaskan, Tuhan dapat dilihat dalam wujud manusia atau entah dalam wujud lain ( Bil. 23 : 4; Kejad. 12 : 7; 17 : 1; 18 : 1; 26 : 2 ; 33 : 30 ; 35 : 9 ; 48 : 3 ; Amos 9 : 1 dan sebagainya ) dan ada pula sejumlah ayat Alkitab/Bibel yang menegaskan, Tuhan tidak bisa dilihat atau belum pernah dipandang oleh siapapun ( 1 Yah. 4: 12; Kel. 33 : 20 , 23 dan sebagainya ). Mana yang benar tidak diketahui, padahal katanya Alkitab/Bibel dikarang manusia sesuai ilham Roh Kudus, salah satu Tuhan penyusun Ketuhanan Yang Maha Trinitas. Ummat Islam (kaum Muslimin ) tidak akan pernah mem-percayai Tuhan model demikian, karena yang berbentuk manusia atau berbentuk makhluk bukan Tuhan. Hak ummat Islam ( kaum Muslimin) berkeyakinan demikian dan tidak bisa dipaksa oleh Eja Kalima. Penganut Kristen tidak perlu merasa ” kecewa ” kepada ummat Islam ( kaum Muslimin ) - apalagi menuduh ummat Islam ( kaum Muslimin ) telah menghina Yesus Kristus – lantaran tidak menyembah Yesus sebagai Tuhan berwujud manusia. Sikap seperti itu hanya menunjukkan, penganut Kristen hendak memaksakan kepercayaan kafir kuno (paganisme) Eropah kepada ummat Islam ( kaum Muslimin ) baik secara halus atau pun secara kasar. Sejarah mencatat perilaku pemaksaan agama Kristen oleh penganut Kristen kepada non Kristen, khususnya terhadap ummat Islam ( kaum Muslimin ). Pernyataan Eja Kalima tentang “ mengenal Allah “ dalam Islam perlu digaris-bawahi : " Namun dalam Islam , Allah tidak dapat dikenal dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ". Eja Kalima merasa lebih tahu tentang Islam dari ummat Islam ( kaum Muslimin, Ulama Islam ) sendiri. Pernyataannya tidak didasarkan ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits. Apa yang dimaksud Eja Kalima dengan pernyataannya : ” ... dalam Islam , Allah tidak dapat dikenal ”. Tidak dikenal model apa ? Ummat Islam ( kaum Muslimin ) menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, karena “ mengenal-Nya “. Kata “mengenal “ tidak harus dalam pengertian melihat secara fisik seperti yang dikatakan Eja Kalima. Ummat Islam (kaum Muslimin ) mengenal Allah dengan cara mengenal sifat-sifat-Nya, mengenal-Nya melalui kejadian makhluk-Nya, mengenal dengan memperhatikan tanda-tanda yang diberikan-Nya dalam kehidupan makhluq-Nya, mengenal dengan memperhatikan alam ciptaan-Nya. Tidak harus mengenal secara fisik manusia di mana Tuhan menjadi manusia terlebih dahulu yaitu : Allah ( Firman ) berinkarnasi menjadi manusia (Yesus) yang menjadi doktrin agama Kristen. Doktrin atau kepercayaan demikian bagi ummat Islam ( kaum Muslimin), merupakan satu kesesatan luar biasa dan tidak masuk akal samasekali. Jangan memaksa ummat Islam ( kaum Muslimin ) untuk berkepercayaan sesat dan tidak masuk akal seperti itu. Surah Pembuka Al Qur’an yaitu Surah Al Fatihah , salah satu ayatnya menegaskan do’a yang dipanjat kaum Muslimin ketika shalat atau pada aktivitas keagamaan lainnya : Ghairil magh-duw-bi ’alay-him waladl-dlaalliy-na bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Istilah ” mereka yang dimurkai ” adalah orang-orang Yahudi sedangkan ”mereka yang sesat ” adalah orang-orang Kristen. Ummat Islam (kaum Muslimin ) diajar berdoa agar ditunjukkan jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah , bukan jalan yang ditempuh oleh orang-orang Yahudi dan bukan jalan yang ditempuh penganut Kristen. Sebagai bandingan, Eja Kalima sangat meyakini keberadaan ” roh ” dalam dirinya. Pertanyaan kepada Eja Kalima , apakah roh-nya dapat dilihat dan dapat diraba ? Jika tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba, atas dasar apa Eja Kalima meyakini keberadaan roh-nya ? Tentu dari gejala yang timbul dalam sikap dan tindakan karena adanya roh dirinya. Mengakui keberadaan ” roh ” dalam diri – yang menyebabkannya hidup dan bertindak - tidak harus dapat dilihat dan disentuh, melainkan berdasarkan gejala-gejala yang muncul pada diri dan perbuatan. Alkitab/Bibel menceritakan, Musa selaku pemegang otoritas kenabian di kalangan Yahudi, tidak dapat melihat Tuhan. Hal ini dikisahkan ayat Keluaran 4 : 1- 5 dan ayat Keluaran 33 : 18- 23 yang akan dianalisis menyusul. Kalau Allah bisa berwujud seperti manusia, berarti bukan Allah. Kita bisa bertanya, apakah Eja Kalima sudah melihat secara fisik ketiga Oknum Penyusun Ketuhanan Yang Maha Trinitas sehingga bertepuk dada dengan berkata : “ Bahkan manusia dapat datang dan berhubungan secara pribadi dengan Tubuhnya “ ?. Apakah Eja Kalima sudah melihat ” Bapa ” secara fisik dan bagaimana bentuk tubuhnya ? Apakah Eja Kalima sudah melihat ” Roh Kudus” dan bagaimana bentuk tubuhnya ? Bahkan ” Yesus ” belum pernah dilihat oleh Eja Kalima secara fisik dan menyentuh tubuhnya . Kita ajak Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya, jika berdialog dengan ummat Islam ( kaum Muslimin ) tidak usah menyajikan pandangan dogma Kekristenan yang justru masih membutuhkan penjelasan karena kocar-kacirnya dogma aneh tersebut. Begitu pula pernyataan ngawur Eja Kalima : ” ....dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ”. Susunan kata dalam struktur kalimat sangat membingungkan dan ambiguitas. Apa maksudnya ? Kalimat apologi Eja Kalima bisa mempunyai tiga arti yang secara substantif sangat berbeda. - Pertama: ”...dan tidak perlu dikenal oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka”. - Kedua : ”..... dan tidak perlu dikenalkan kepada umat-Nya yang hanya hamba belaka ” . - Ketiga : ”....dan tidak perlu diperkenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ”. Ketiga pengertian, sama-sama menunjukkan kengawuran Eja Kalima . Dari ketiga pengertian yang disajikan, mana yang dimaksud oleh Eja Kalima untuk menyatakan kalimat apologinya : ” ..... dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ” ?. Jika yang dimaksud oleh Eja Kalima dengan pengertian pertama ( ” Allah tidak perlu dikenal oleh umat-Nya ” ) dan kedua ( ”...dan tidak perlu dikenalkan kepada umat-Nya ” ), apa alasannya sehingga menyatakan demikian ?. Apa tujuan pewahyuan kepada para Nabi/Rasul Allah dengan bila ” Allah tidak perlu dikenal oleh umat-Nya ” dan bila ”...dan tidak perlu dikenal-kan kepada umat-Nya ” ? Bukankah diutusnya para Nabi/Rasul Allah adalah bertujuan memperkenalkan Allah kepada ummat manusia di mana para Nabi/Rasul Allah itu diutus ( bukan memperkenalkan dalam pengertian secara fisik seperti menatap dan melihat wajah Eja Kalima ) ? Oleh karena itu, pemaknaan pertama dan kedua atas kalimat Eja Kalima : ” ....dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ” sangat tidak benar. Tersisa pemaknaan ketiga : ”....dan tidak perlu diperkenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ”. Pemaknaan ini pun sangat janggal. Apakah karena ” umat-Nya yang hanya hamba belaka ” sehingga mereka tidak perlu memperkenalkan Tuhan Alkitab ?. Hebat ! Istilah ” umat-Nya ” biasa dipakai untuk menyatakan ” Penganut Kristen ”. Dalam pemaknaan ketiga berarti, Tuhan Alkitab ” tidak perlu diperkenalkan ” oleh penganut Kristen karena penganut Kristen tidak lebih dari ” hanya hamba belaka ”. Ketiga pemaknaan atas kalimat Eja Kalima : ” ....dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ” menjadi sangat tidak benar karena bertentangan dengan misi pemurtadan/Kristenisasi yang dijalankan penganut Kristen, ketika tidak ada pemaknaan lain yang bisa diberikan. Oleh karena itu, Eja Kalima harus menyajikan kalimat pernyataan apologi yang benar, jangan sembarangan. Berbicara tentang Risalah Ad Dienul Islam, Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad saw, agar ummat manusia mengenal Allah dalam pengertian yang benar, bukan dalam pengertian sesat seperti yang diajarkan dogma agama Kristen. Mungkin yang dimaksud oleh Eja Kalima dengan kata : ” dikenal ” ( - dalam kata ” dikenalkan ” - ) adalah secara fisik seperti melihat manusia lain. Jika demikian yang dimaksud oleh Eja Kalima ,sungguh ummat Islam ( kaum Muslimin ) tidak memiliki doktrin model Tuhan yang sinting seperti itu. Mengenal secara fisik tentu menuntut syarat : bisa dilihat secara fisik. Apakah Alkitab/Bibel mengajarkan : Tuhan Alkitab bisa dilihat secara fisik ? Menjawab pertanyaan yang demikian, Alkitab/Bibel memberi penegasan yang tidak pasti. Beberapa ayat Alkitab/Bibel menyatakan Tuhan tidak bisa dilihat, tetapi ayat lainnya menyatakan Tuhan Alkitab bisa dilihat bahkan bisa diajak gelut. Eja Kalima boleh mencoba mengajak adu gelut Tuhan Alkitab, siapa tahu nanti Eja Kalima menang gelut atas Tuhan Alkitab sehingga bisa beroleh gelar seperti Yakub yang mendapat gelar : ” Israil ” ketika Tuhan Alkitab kalah gelut dari Yakub. ( baca Kejadian 32 : 24 – 29 ). Sebenarnya kalimat mengenai Allah : ” .... tidak perlu dikenal oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ” atau ”...dan tidak perlu dikenalkan kepada umat-Nya yang hanya hamba belaka ” ( bentuk pengertian dari : ” ..... dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ” ) agak rancu karena bertentangan dengan tujuan dan fungsi kehadiran para Nabi/Rasul Allah. Jika yang dimaksud oleh Eja Kalima adalah pengertian ketiga yaitu dalam Islam, Allah : ”.....tidak perlu diperkenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ”. Pengertian ini, sangat tidak benar. Diyakini, Eja Kalima tidak memaksudkan seperti itu untuk pernyataannya : ”..... dan tidak perlu dikenalkan oleh umat-Nya yang hanya hamba belaka ”. Sayangnya, tidak diketahui, apa maksud kalimat pernyataan apologi seperti itu.

TUHAN ALKITAB SAMA DENGAN ALLAH AL QUR'AN ?

TANGGAPAN ATAS TUDUHAN DAN SALAH PAHAM 1 : TUHAN ALKITAB SAMA DENGAN ALLAH AL QUR’AN ? (2) TEMA : SIFAT TUHAN ALKITAB DAN SIFAT ALLAH AL QUR’AN (Tuhan yang hadir dan aktif di dunia vs. Allah yang kehadiran-Nya pasif ) 1. Eja Kalima berkata : Tuhan yang hadir dan aktif di dunia vs. Allah yang kehadiran-Nya pasif. Allah Alkitab hadir, exist dan tampak dalam kehadiran-Nya di tengah- tengah umat-Nya. Ia berbicara langsung dengan manusia ( termasuk nabi- nabi Allah ). Ia bernubuat di antara sejarah manusia . Ia bermujizat di antara para saksi . Ia tidak menjadi penonton atau agen sejarah dan hanya berwahyu lewat malaikat melainkan bertindak secara pribadi dan ber-inkarnasi menjadi manusia . Ia masuk dalam sejarah kehidupan manusia secara aktif. Mendengar, mengajari, menuntun, melayani, memulihkan, meneguhkan, memberi contoh teladan dan melaksanakan/menggenapi janji-janji Allah untuk menyelamatkan ummat manusia. Sebaliknya Allah Al-Quran bahkan tidak pernah berbicara dan bertindak langsung dengan manusia kecuali lewat dua tahapan sesama mahluk yaitu Jibril dan nabi. Bandingkan dengan paparan Dr.Robert A. Morey dalam bukunya “ The Islamic Invansion “ tentang perbandingan Tuhan menurut Kristen dengan Tuhan menurut Islam dalam hal ” AKTIF vs. PASIF DALAM SEJARAH ” yang dikutipkan berikut : AKTIF vs. PASIF DALAM SEJARAH . Allah di dalam Kitab Al Qur’an secara pribadi tidak pernah masuk terlibat dalam kehi-dupan sejarah umat manusia . Dia hanya bertindak selaku agen sejarah . Dia selalu berhubungan dengan dunia melalui firman-firman-Nya , para nabi dan malaikat-Nya . Dia tidak turun ke dunia secara pribadi untuk berhubungan langsung dengan manusia . Alangkah jauh bedanya dengan pandangan yang ada di dalam Alkitab mengenai INKARNASI Tuhan di mana Tuhan sendirilah yang masuk ke dalam sejarah kehidupan manusia dan melakukan tindakan langsung untuk menyelamatkan umat manusia. TANGGAPAN : Perbandingan antara ” Tuhan Alkitab ” dengan ” Allah Al-Quran ” yang disajikan Eja Kalima boleh dikatakan “ kutipan yang sudah tidak murni “ dari Dr. Robert A. Morey . Eja Kalima mengakui bersumber dari Dr. Robert Morey dan Dr. EC Sproul , tetapi sudah dimodifikasi. Dr. Robert A. Morey tidak menyatakan sama sekali : ” Sebaliknya Allah Al-Quran bahkan tidak pernah berbicara dan bertindak langsung dengan manusia kecuali lewat dua tahapan sesama mahluk yaitu Jibril dan nabi ” sebagaimana yang dikatakan Eja Kalima. Benar-benar Pendusta !. Dalam Islam disebut Dajjal Penyesat. Lebih aneh lagi adalah sikap Eja Kalima yang menulis “ Allah Alkitab “, padahal sebelumnya memprotes ummat Islam ( kaum Muslimin ) yang dituduhnya secara biadab yaitu ummat Islam ( kaum Muslimin ) telah, mengganti kata “ Yahwe “ menjadi bernama “ Allah “ sebagai nama Tuhan, walaupun ummat Islam ( kaum Musli-min ) tidak tahu menahu dengan nama “ Yahwe “, karena Al Qur’an tidak pernah mengajarkan, nama Tuhan adalah “ Yahwe “ melainkan “ Allah “. Juga tidak tahu menahu, mengapa Lembaga Alkitab Indonesia ( LAI ) Jakarta menuliskan kata “ Allah “ dalam Alkitab/Bibel berbahasa Indonesia padahal " Allah " adalah nama Tuhan dalam agama Islam. Sebelumnya, Eja Kalima menuliskan “ Tuhan Alkitab “ ( bukan “Allah Alkitab “ ) ketika memperbandingkan dengan “ Allah Al Qur’an “. Sekarang Eja Kalima tanpa rasa malu sedikitpun menuliskan kata “ Allah “ dalam petilan kata “ Allah Alkitab “. Pertanyaan, kalau begitu apa sebenarnya tujuan Eja Kalima sehingga memprotes keberadaan nama “ Allah “ dalam agama Islam dan tidak memprotes keberadaan nama “ Allah “ dalam Alkitab ( bukan dalam Bibel ), tetapi di sisi lain kenyataannya justru menulis nama Tuhannya dengan “ Allah “ dalam bentuk kata “ Allah Alkitab “ ? . Justru para penulis Kristen-lah yang menyamakan secara eksoteris antara Tuhan Alkitab dengan Allah Al Qur’an dengan segala sifat-sifatnya. Contoh, Thomas Mc Elwain dalam bukunya : ” Islam In The Bible ” dan sebagainya. Pernyataan mereka berbeda dengan Dr. Robert A. Morey dan Samuel Zwemer apalagi dibandingkan dengan kutipan oleh Eja Kalima yang memanipulasi tulisan Dr. Robert A. Morey dan Samuel Zwemer. Satu pengelabuan yang dilakukan Eja Kalima. Penulis-penulis Muslim tidak tertarik membahas sifat-sifat Yahweh (Yehovah) yang ada di dalam Alkitab/Bibel, apalagi hendak disamakan dengan sifat-sifat Allah dalam Al Qur’an karena ummat Islam ( kaum Muslimin ) tidak pernah tahu nama Tuhan : Yahwe ( Yahuwa – Yehuwa – Yehovah – Huwa ). Dipahami, “sifat Tuhan “ dalam Alkitab/ Bibel “sangat mengerikan “ sehingga tidak mau membahasnya. Dari segi kepercayaan Islam, sifat Tuhan dalam Alkitab/Bibel, sangat menghina Tuhan !.Hal ini akan disajikan pada bagian yang menyusul. Eja Kalima membandingkan sifat Tuhan menurut dogma Kristen, yang disebutnya : “ Allah Alkitab “ ( – padahal sebelumnya mempertanyakan istilah “ Allah “ dan menggunakan istilah ” Tuhan Alkitab ”- ) dengan sifat Allah menurut iman Islam, yang disebutnya : ” Allah Al Qur’an ”. Sudah dipastikan dalam ” kajian ” bandingannya, Eja Kalima mengunggulkan sifat “ Allah Alkitab “ ( harusnya : ” Tuhan Alkitab ” ) daripada sifat “ Allah Al Qur’an “. Sangat subyektif ! Demikian itu hak Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya, tetapi sangat tidak bermoral bila disajikan dan disodorkan kepada ummat Islam ( kaum Muslimin ) yang diundang dalam acara ” jamuan ” yang diadakannya . Pernyataan apologi Eja Kalima yang dikutip dari aspek “ Tuhan yang hadir dan aktif di dunia vs. Allah yang kehadiran-Nya pasif “ dibahas . 1. Si Kristen Penyaji Apologi berkata : ” Allah Alkitab hadir, exist dan tampak dalam kehadiran-Nya di tengah-tengah umat-Nya. Ia berbicara langsung dengan manusia ( termasuk nabi-nabi Allah ). Ia bernubuat di antara sejarah manusia . Ia bermujizat di antara para saksi . Ia tidak menjadi penonton atau agen sejarah dan hanya ber-wahyu lewat malaikat melainkan bertindak secara pribadi dan berinkarnasi menjadi manusia. Ia masuk dalam sejarah kehidupan manusia secara aktif. Mendengar, mengajari, menuntun, melayani, memulihkan, meneguhkan, memberi contoh teladan dan melaksanakan/menggenapi janji-janji Allah untuk menyelamatkan ummat manu-sia ”. Perlu dicatat, Eja Kalima menggunakan istilah ” Allah Alkitab ” padahal sebelumnya memprotes penggunaan kata ” Allah ” dan mempertanyakan mengapa ummat Islam (kaum Muslimin) mengganti nama Tuhan : Yahweh menjadi Allah, padahal ummat Islam ( kaum Muslimin ) tidak tahu menahu dengan ” Yahweh ” sebagai nama Tuhan. Juga Eja Kalima menggunakan istilah ” Tuhan Alkitab ” untuk membedakannya dengan ” Allah Al Qur’an ” dalam menolak istilah ” Allah ”. Tiba-tiba dalam pernyataannya yang dikutip, Eja Kalima menggunakan istilah ” Allah Alkitab ” sebagai nama Tuhannya. Model sikap dan pernyataan yang tidak konsisten. Perlu dipertanyakan, mengapa si Kristen Penyaji Apologi menggunakan kata ” Allah ” ketika berbicara tentang Sifat ”Tuhan Alkitab ” padahal sebelumnya mempertanyakan kepada ummat Islam (kaum Muslimin) tentang penggunaan kata ”Allah ” menggantikan nama ” Yahwe ” ( Yahuwa - Yehuwa – Huwa - Yehovah ) sebagai nama Tuhan ?. Maksud Eja Kalimadengan ” kehadiran Tuhan secara fisik ” adalah kehadiran Tuhan yang berwujud manusia : Yesus Kristus. Dalam dogma Kristen, Yesus adalah wujud fisik Tuhan yang hadir di tengah-tengah manusia. Bagi Eja Kalima, Yesus adalah ” Allah Alkitab ” padahal Yesus dilahirkan dan keluar dari kan-dungan melalui alat kelamin wanita . Eja Kalima merasa bangga dengan ” Tuhan ”-nya yang hadir ke dunia melalui kelamin perempuan dan menyajikan berbagai ungkapan sanjungan (– hadir dan tampak di tengah manusia, berbicara langsung dengan manusia – bernubuat – bermukjizat – bertindak secara pribadi – berinkarnasi menjadi manusia– mendengar, mengajari, menuntun, melayani, memulihkan, meneguh-kan, memberi contoh teladan dan melaksanakan/menggenapi janji-janji Allah ) untuk menunjukkan, Tuhan yang disembahnya bisa hadir eksis dan tampak secara fisik di tengah-tengah umat-Nya. Sebaliknya Eja Kalima tidak bangga ketika Tuhannya yang keluar liwat kelamin perempuan, mati digebuk, ditempeleng, dijagur, diludahi, dicaci-maki Yahudi dan pasukan Romawi misalnya dengan berkata : ” Allah Alkitab mati digebuk, ditempeleng, dijagur, diludahi, dicaci-maki Yahudi ” . Eja Kalima seharusnya bangga ketika Tuhannya yang disembahnya keluar liwat kelamin perempuan misalnya dengan berkata ” Allah Alkitab keluar liwat kelamin perempuan ”. Eja Kalima juga tidak menyajikan kebanggaan ketika Tuhannya disunat misalnya dengan berkata ” Allah Alkitab disunat ” sedangkan ” Allah Al Qur’an ” tidak disunat. Atau Eja Kalima juga tidak menyajikan kebanggaan ketika Tuhannya ngengek dan kencing misalnya dengan berkata : ”Allah Alkitab punya kemaluan ” atau bila Tuhannya, menangis, susah, marah dan menghina dengan berkata : ” Allah Alkitab sangat emosional ” atau bila Tuhannya menetek dengan berkata : ” Allah Alkitab menetek pada payudara perempuan ”. Tidak diungkap kebang-gaan Eja Kalima atas hal-hal itu. Tidak mengherankan bila Eja Kalima membanggakan model Allah Alkitab yang demikian karena dalam Alkitab/Bibel, Tuhan Alkitab dikatakan berwajah dan berprilaku seperti manusia (marah, emosi, pendendam, kasih, murah hati, pembunuh, menyesal, berkelahi dan kalah gulat, kadang-kadang tidak tahu, dan segalanya yang manusiawi ). Demikian konsep “ Tuhan “ menurut Alkitab/Bibel. Jangan marah bila ummat Islam ( kaum Muslimin ) mengungkapnya secara gamblang karena memang demikianlah yang diungkap Alkitab/Bibel. Bahasan tentang sifat-sifat ” Tuhan Alkitab ” disajikan pada bahagian akhir tulisan ini sebagai bahan renungan Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya ketika berbicara tentang sifat ” Tuhan Alkitab ” yang dibandingkan dengan ”Allah Al Qur’an ”. Bagi ummat Islam (kaum Muslimin ), keyakinan demikian sangat menjijikkan karena sangat menghina Tuhan. Ummat Islam ( kaum Muslimin) berkeyakinan, Allah tidak bisa diserupakan dengan makhluq. Keyakinan demikian sejalan dengan pengakuan ummat Islam (kaum Muslimin) tentang Nabi Isa Al Masih as ( menurut Kristen : Yesus Kkristus ) yang cuma manusia biasa, hamba Allah yang diangkat sebagai nabi dan Rasul Allah bagi Bani Israil dan tidak mempercayainya sama sekali sebagai Tuhan. Harap diingat, hak ummat Islam ( kaum Muslimin ) berkeyakinan demikian karena demikianlah ajaran Al Qur’an. Ada penganut Kristen berpendapat, ketidak percayaan terhadap Nabi Isa Al Masih as sebagai Tuhan merupakan penghinaan terhadap Nabi Isa Al Masih as . Keterlaluan ! Apakah supaya tidak dikatakan menghina Yesus Kristus, ummat Islam ( kaum Muslimin ) harus menyembah Yesus Kristus sebagai Tuhan seperti yang dilakukan penganut Kristen ?. Pendapat demikian, jelas pendapat ngawur manusia bodoh dan sesat karena merupakan satu pemaksaan agama. Mengatakan Nabi Isa Al Masih as (Yesus Kristus) adalah Tuhan yang disembah, justru itulah bentuk penghinaan kepada Yesus Kristus. Harus dikatakan : Hak Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya meyakini demikian, tetapi sangat tidak bermoral bila disajikan dalam ” jamuan ” yang diadakan dengan mengundang ummat Islam ( kaum Muslimin ). 2. Eja Kalima berkata : Sebaliknya Allah Al-Quran bahkan tidak pernah berbicara dan bertindak langsung dengan manusia kecuali lewat dua tahapan sesama mahluk yaitu Jibril dan nabi ”. TANGGAPAN : Eja Kalima mengatakan Allah yang disembah ummat Islam ( kaum Muslimin ) adalah pasif . Pasif dalam pengertian apa ?. Apakah pasif karena tidak berwujud langsung sebagai manusia agar bisa disapa secara langsung dan kemudian ditempeleng Yahudi ? Apakah Eja Kalima sudah membaca Al Qur’an sehingga mengatakan demikian ? Mengatakan Allah yang disembah ummat Islam ( kaum Muslimin ) adalah pasif, tidak pernah berbicara dan bertindak langsung dengan manusia jelas pandangan yang didasarkan pada dogma Kristen yang dianut, bukan ajaran Yesus. Jangan mengukur aktif –pasif Allah dengan ukuran bisa tidaknya Tuhan menjadi manusia. Ukuran demikian adalah ukuran para penyembah berhala dan kepercayaan kafir kuno Eropa yang juga berkepercayaan Trinitas dan terlalu kerdil dan bodoh untuk dijadikan ukuran perbandingan. Wajar, agama Kristen adalah agama penyembah ber-hala. Konsep ” Keesaan ” Tuhan Yang Maha Trinitas adalah bentuk kepercayaan kafir kuno Eropa yang diadopsi Paulus dalam rangka menghancurkan ajaran yang dibawa Nabi Isa Al Masih as. Sifat Allah yang disembah ummat Islam ( kaum Muslimin ), tergambar melalui “ Asmaa-ul Husna “ , betapa Allah menyapa manusia secara aktif dan tanpa harus menjadi manusia seperti yang dipercaya orang-orang Kristen pengikut Paulus ( bukan pengikut Yesus ). Dengan sifat “ Rahman “ –Nya , Allah memberi rahmat kepada hamba-Nya dan sebagainya tanpa membedakan apakah manusia itu kafir men-syarikatkan-Nya dengan sesuatu atau beriman kepada Allah. Demikian kepercayaan Islam tentang Tuhan. Sebenarnya yang perlu dituntaskan dalam ” jamuan ” adalah penjelasan Eja Kalima, benarkah Yesus itu Tuhan dan apa buktinya ?. Eja Kalima harus membuktikan terlebih dahulu dari pada membandingkan sifat Tuhan Alkitab dengan Allah Al Qur’an. Pernyataan Eja Kalima tentang sifat Tuhan menurut Alkitab/Bibel dengan sifat Allah menurut Al Qur’an, menjadi pernyataan mengawang-awang dan sangat dogmatis sehingga tidak wajar ditampilkan kepada ummat Islam ( kaum Muslimin ) dalam ” jamuan ” yang diadakannya.