Kamis, 13 Desember 2012

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA MENURUT AL QUR'AN

ENAM HARI PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
SEBUAH TINJAUAN SAINS

PENDAHULUAN

Pada umumnya seorang Muslim – terutama yang awam – selalu berkeyakinan bahwa alam semesta diciptakan dalam ENAM HARI dengan pengertian ” HARI ” seperti yang dipahami sehari-hari yaitu : AHAD , SENIN, SELASA, RABU, KAMIS, JUM’AT dan SABTU . Berdasarkan pemahaman demikian , dikatakan bahwa Allah menciptakan alam semesta dalam hari-hari dengan pengertian seperti itu . Hadist Shahih pun menyatakan hal tersebut . Misalnya Hadist Shahih Muslim ( terjemahan bahasa Indonesia jilid 4 halaman 327-328 ) meriwayatkan mengenai hari-hari penciptaan alam semesta  sebagai berikut :
Dari Abu Hurairah ra , katanya , Rasulullah saw memegang tangannya lalu beliau  bersabda  :       “ Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan tanah pada hari Sabtu , menancapkan gunung pada hari Ahad , menumbuhkan pohon-pohon pada hari Senin , menjadikan bahan-bahan mineral pada hari Selasa , menjadikan cahaya pada hari Rabu , menebarkan bintang pada hari Kamis dan menjadikan Adam pada hari Jum’at setelah selesai tercipta seluruh makhluq daripada saat terakhir di hari Jum’at antara Ashar dan malam
Matan Hadist yang dikutip  jelas tidak masuk akal. Hal ini bisa dijelaskan demikian . Menurut Hadist ini , urutan penciptaan dimaksud adalah demikian :
Hari  SABTU      
:  Dijadikan Tanah
Hari  AHAD       
:  Menancapkan gunung-gunung
Hari  SENIN      
:  Menumbuhkan pohon-pohon
Hari  SELASA   
:  Menjadikan bahan-bahan mineral
Hari  RABU
:  Menjadikan cahaya
Hari  KAMIS
:  Menebarkan bintang
Hari  JUM’AT
:  Menjadikan Adam as. Antara waktu Ashar dan malam

Mari kita melakukan kritik nalar atas informasi hadist di atas sebagai berikut :
1.      Sebutan  “ HARI “ menunjukkan adanya perputaran bumi pada porosnya ( rotasi bumi ) ketika bumi mengelilingi matahari ( revolusi ) yang ditandai dengan pergeseran SIANG dan MALAM , yang akan nyata bila ada cahaya matahari . Dengan demikian untuk menyatakan “ HARI SABTU, HARI AHAD , .... dstnya “ mengharuskan adanya matahari selaku sumber cahaya. Tetapi bagaimana bisa dikatakan “ HARI SABTU dijadikan tanah .....dan seterusnya “ padahal belum ada matahari , sedangkan cahaya baru dijadikan pada “ HARI RABU “ ?
2.    Pohon-pohon ditumbuhkan pada HARI SENIN . Kita tahu bahwa pertumbuhan dan perkembangan tetumbuhan membutuhkan cahaya matahari . Tetapi bagaimana hal itu bisa terjadi padahal  cahaya baru dijadikan pada “ HARI RABU “ ?
3.        Tanah dijadikan pada HARI SABTU lebih dahulu dari bahan-bahan mineral yang dijadikan pada HARI SELASA padahal mineral adalah unsur yang terkandung dalam tanah ( bumi ).
4.   Bintang ditebarkan pada HARI KAMIS setelah penciptaan tanah ( bumi ) pada HARI SABTU , penciptaan pohon-pohon pada HARI SENIN, penciptaan bahan-bahan mineral pada HARI SELASA . Artinya , bumi , pepohonan dan bahan-bahan mineral diciptakan lebih awal dari cahaya. Kemudian cahaya lebih dahulu ada  (diciptakan pada HARI RABU ) daripada bintang , yang justru menjadi sumber cahaya . Bintang atau matahari adalah sumber cahaya dengan bumi sebagai anggota ( planet ) dalam sistem tata surya. Bagaimana mungkin , bumi ( tanah ) diciptakan lebih dahulu dari sumbernya       ( matahari atau bintang ) ? Bagaimana mungkin cahaya lebih dahulu ada dari sumber cahaya ?

Kritik nalar yang dikemukakan  berangkat dari fakta sains yang sudah pasti , bukan pada tataran teori yang masih harus dibuktikan kebenarannya . Bila melihat isi hadist yang dibicarakan , kita mendapatkan kejanggalan dan sesuatu yang tidak masuk akal. Apalagi tidak disebutkan pada hari apa diciptakannya hewan-hewan . Tidak diragukan lagi - dari segi ISI ( MATAN )  bukan dari segi SANAD - hadist tersebut  adalah HADIST PALSU  dan tidak mungkin dikatakan oleh Nabi saw . Ketidak- benarannya , diakui pula oleh Ulama hadist . Prof. M.Hasbi Ash Shiddiqy  dengan bersumber dari Ulama-Ulama Hadist dengan menyatakan bahwa di antara hadist yang dipandang DHA’IF oleh para Ahli Hadist adalah hadist yang menyebutkan : “ Allah menciptakan tanah itu pada hari Sabtu “ ( lihat “ POKOK-POKOK DIRAYAH HADIST , halaman 66 ). Dan menariknya, hadist yang bersumber dari Abu Hurairah di atas agak mirip dengan hari-hari penciptaan menurut Bibel .
Cerita penciptaan alam semesta dalam Bibel  dengan rinciannya dapat kita temukan dalam Kitab Kejadian  ( Genesis ; Beresyit )  1 : 3 -31 dan Kejadian 2. Juga Bibel menyebut penciptaan alam semesta berlangsung dalam waktu ” 6 hari ” . Ayat  Keluaran   31 : 17  mengungkapkan :
         Maka sabat itulah menjadi suatu tanda di antara Aku dengan segala Bani Israel sampai selama-lamanya ; maka ia itu sebab Tuhan pun telah menjadikan langit dan bumi dalam enam hari  lamanya dan Tuhan telah berhenti pada hari ketujuh serta disenangkannya dirinya .
Masa penciptaan yang disebutkan dalam Bibel adalah : “ 6 hari “ tetapi dalam pengertian memang benar-benar “ hari “ sebagaimana yang kita kenal dan kita pahami sehari-hari berdasarkan perputaran bumi pada porosnya ketika mengeliling matahari . Tidak ada pengertian “ hari “ sebagai “ periode waktu “.  Rincian PENCIPTAAN selama “ 6 hari menurut Bibel  dapat dibaca dalam  kitab Kejadian  1 : 2 – 31 adalah berikut :
1.     KEADAAN AWAL BUMI SEBELUM PENCIPTAAN adalah kelam kabut . Kondisi kelam kabut yang disebut rupanya karena permukaan bumi sebelum penciptaan diselimuti  air . Ayat Kejadian 1 : 2 mengungkapkan :
Maka bumi itu lagi campur baur adanya , yaitu suatu hal yang ketutupan kelam kabut ; maka Roh Allah berlayang-layang di atas muka air itu  .
2.   HARI PERTAMA PENCIPTAAN adalah diciptakannya TERANG , lalu TERANG itu dipisahkan dengan GELAP. Dan TERANG itu adalah SIANG dan GELAP itu adalah MALAM. Ayat Kejadian     1 : 3-5 mengungkapkan  : 
Maka firman Allah :“ Hendaklah ada TERANG “. Lalu TERANG pun jadilah . Maka dilihat Allah akan TERANG itu baiklah adanya lalu diceraikan Allah TERANG itu dengan GELAP.
Maka dinamai Allah akan TERANG itu SIANG dan akan GELAP itu MALAM . Setelah petang dan pagi, maka itulah HARI YANG PERTAMA .                    
3.      HARI KEDUA PENCIPTAAN adalah penciptaan LANGIT sebagai suatu bentangan di
tengah-tengah AIR sehingga terpisah menjadi : AIR DI ATAS BENTANGAN  dan AIR DI BAWAH BENTANGAN . Ayat Kejadian 1 : 6-8 mengungkapkan :
Maka firman Allah : “ Hendaklah ada SUATU BENTANGAN pada sama tengah AIR itu supaya diceraikannya AIR dengan AIR  .
Maka  dijadikan Allah akan BENTANGAN itu serta diceraikannyalah AIR YANG DIBAWAH BENTANGAN  itu dengan AIR YANG DI ATAS BENTANGAN ; maka jadilah demikian .
Lalu dinamai Allah akan BENTANGAN  itu LANGIT . Setelah petang dan pagi , maka itulah HARI YANG KEDUA .
4.      HARI KETIGA PENCIPTAAN adalah penciptaan DARATAN dan LAUT ( yang berarti penciptaan BUMI) pada AIR YANG DI BAWAH BENTANGAN ( atau pada AIR YANG DIBAWAH LANGIT). Air yang mengumpul dinamai LAUT sedangkan bagian kekeringan yang ditinggalkan oleh air ketika mengumpul dinamai DARATAN.Kemudian diikuti dengan penciptaan RUMPUTDAN PEPOHONAN   Ayat Kejadian 1 : 9 – 13 mengungkapkan :
Maka firman Allah : “ Hendaklah segala AIR YANG DI BAWAH LANGIT itu berhimpun kepada satu tempat , supaya kelihatan yang KEKERINGAN  itu ; maka jadilah demikian .
Lalu dinamai Allah akan yang KEKERINGAN itu DARAT dan akan PERHIMPUNAN SEGALA AIR itu dinamainya LAUT ; maka dilihat Allah itu baiklah adanya .
Maka firman Allah : “ Hendaklah bumi itu menumbuhkan rumput dan pokok yang berbiji dan pohon yang berbuah-buah dengan tabiatnya , yang berbiji dalamnya di atas bumi itu ; maka jadilah demikian .
Yaitu ditumbuhkan bumi akan rumput dan pokok yang berbiji dengan tabiatnya dan pohon-pohon yang berbuah-buah  yang berbiji dalamnya dengan tabiatnya ; maka dilihat Allah itu baiklah adanya .
Setelah petang dan pagi , maka itulah HARI KETIGA   .                  
5.      HARI KEEMPAT PENCIPTAAN  adalah penciptaan MATAHARI dan BULAN. Ayat Kejadian 1 : 14 – 19 mengungkapkan :
Maka firman Allah : “ Hendaklah ada beberapa BENDA TERANG dalam BENTANGAN LANGIT , supaya diceraikannya SIANG dengan MALAM  dan menjadi tanda dan ketentuan masa dan hari dan tahun .
Dan supaya ia itu menjadi BENDA TERANG pada BENTANGAN LANGIT akan menerang-kan BUMI ; maka jadilah demikian .
Maka dijadikan Allah akan kedua benda terang yang besar itu , yaitu TERANG YANG BESAR itu akan MEMERINTAHKAN SIANG dan TERANG YANG KECIL itu akan MEMERIN-TAHKAN MALAM DAN SEGALA BINTANG pun.
Maka ditaruh Allah akan dia dalam BENTANGAN LANGIT akan memberi TERANG di atas bumi.
Dan akan MEMERINTAHKAN SIANG dan MALAM  dan akan MENCERAIKAN TERANG itu dengan GELAP ; maka dilihat Allah itu baiklah adanya . 
6.      HARI KELIMA PENCIPTAAN  adalah penciptaan makhluk bernyawa dan sulur menulur dalam air , unggas dan ikan . Ayat Kejadian 1 : 20 – 23 mengungkapkan sebagai berikut  :
Maka firman Allah : “ Hendaklah dalam segala air itu menggeriak beberapa kejadian yang bernyawa dan sulur menyulur dan hendaklah ada unggas terbang di atas bumi dalam bentangan langit .
Maka dijadikan Allah akan ikan raya yang besar-besar dan segala binatang sulur menyulur , yang menggeriak dalam air itu tiap-tiap dengan tabiatnya dan segala unggas yang bersayap
dengan tabiatnya; maka dilihat Allah itu, baiklah adanya .
Maka diberkati Allah akan dia , firmannya : “ Jadilah biak dan bertambah-tambahlah kamu dan ramaikan air yang  di dalam laut itu dan hendaklah segala unggas itupun bertambah-tambah di atas bumi .
Setelah petang dan pagi , maka itulah hari yang ke lima .
7.      HARI KEENAM PENCIPTAAN adalah penciptaan makhluk hidup dari binatang yang
besar ( binatang jinak , binatang melata dan binatang liar ) dan kemudian manusia . Ayat Kejadian 1 : 24 -31 mengungkapkan :
Maka firman Allah : “ Hendaklah bumi itu  mengeluarkan kejadian yang hidup dengan tabiatnyayaitu dari pada binatang yang jinak dan yang menjalar dan yang liar , tiap-tiap dengan tabiatnya ; maka jadilah demikian.
Maka dijadikan Allah akan segala binatang yang liar  di atas bumi itu dengan tabiatnya dan segala binatang yang jinak pun dengan tabiatnya dan segala binatang yang menjalar di atas bumi pun dengan tabiatnya ; maka dilihat Allah itu baiklah adanya .
Maka firman Allah : “ Baiklah kita menjadikan manusia atas peta dan atas teladan kita supaya diperintahkannya segala ikan yang di dalam laut dan segala unggas yang di udara sdan segala binatang yang jinak dan seisi bumi dan segala binatang pelata yang menjalar di tanah .
Maka dijadikan Allah akan manusia itu atas petanya yaitu atas peta Allah dijadikannya ia , maka dijadikannya mereka itu laki-laki dan perempuan .
Maka diberkati Allah akan keduanya serta firmannya kepadanya : “ Ber-biaklah dan bertambah-tambahlah kamu dan penuhilah olehmu akan bumi itu dan taklukkanlah dia dan perintahkanlah segala ikan yang di dalam laut dan segala unggas yang di udara dan segala binatang yang menjalar di atas bumi.
Lagi firman Allah : “ Bahwa sesungguhnya Aku telah memberikan kamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji-biji di atas seluruh muka bumi dan segala pohon yang berbuah dengan berbiji itu akan makananmu .
Tetapi akan segala  binatang liar yang di bumi dan segala unggas yang di udara dan segala binatang yang menjalar di atas bumi, yang ada nyawa hidup  dalamnya , maka Aku mengaruniakan segala tumbuh-tumbuhan yang hijau akan makanannya . maka jadilah demikian .
Maka dilihat Allah akan tiap-tiap sesuatu yang dijadikannya itu , sesungguhnya amatlah baiknya adanya . Setelah petang dan pagi , maka itulah hari yang ke enam .
8.   HARI KETUJUH ( PASCA PENCIPTAAN ) , Allah berhenti dari melakukan penciptaan . Ayat Kejadian 2 : 2-3  mengungkapkan :
Maka pada hari yang ke tujuh setelah sudah disampaikan Allah pekerjaannya yang telah diperbuatnya itu maka berhentilah Ia pada hari yang ke tujuh itu dari pada pekerjaannya
Maka diberkati Allah akan hari yang ketujuh itu serta dijadikannya karena di dalamnya telah Ia berhenti dari pada pekerjaannya yang telah diperbuatnya akan menyempurna-kan dia .

Demikian Bibel bercerita tentang penciptaan alam semesta . Antara kedua riwayat penciptaan  Hadist Abu Hurairah dan Bibel - sama-sama menunjukkan kejanggalan dan menjadi sesuatu yang tidak masuk akal , walaupun keduanya menunjukkan urutan penciptaan yang berbeda. Untuk lebih memahaminya , berikut disajikan urutan penciptaan menurut Hadist Abu Hurairah ra dan urutan penciptaan menurut Bibel disajikan dalam tabel berikut :

HARI
MENURUT HADIST
ABU HURAIRAH

MENURUT BIBEL

SABTU/ PERTAMA


Dijadikan Tanah

Siang dan malam ( Terang dan  gelap)

AHAD /KEDUA

Menancapkan gunung-gunung

Langit


SENIN/KETIGA

Menumbuhkan pohon-pohon

 Daratan dan Lautan


SELASA/KEEMPAT

Menjadikan bahan-bahan mineral

Benda Langit ( bintang dan bulan )

    
RABU/KELIMA

Menjadikan cahaya

Binatang ular, binatang air dan burung


KAMIS/KEENAM

Menebarkan bintang

Binatang dan manusia


JUM’AT/KETUJUH

Menjadikan Adam as. Antara
waktu Ashar dan malam

Berhenti ( Istirahat )

Bibel tidak  menyebut  nama HARI melainkan menyebut URUTAN ORDINAL saja , HARI PERTAMA, HARI KEDUA dan seterusnya . Penyebutan nama HARI ada pada hadist Abu Hurairah . Hari KETUJUH menurut Bibel adalah HARI SABTU . Tetapi secara makna kata, nama ” HARI ” yang disebut dalam Hadist Abu Hurairah menunjukkan ” ORDINAL ” tetapi sayangnya tidak urut yaitu : SABTU ( ” Sab’a ” ) = Tujuh , AHAD = Satu , SENIN ( ” Itsnain ” ) = Dua , SELASA ( ”  Tsalatsa ”) = Tiga , RABU ( ” Arba’a ”) = Empat ’ , KAMIS (” Khamsa ” ) = Lima. Sedangkan JUM’AT bukan menunjukkan angka ordinal dan tidak untuk angka ” enam ” tidak tersebut sebagai nama ” HARI ”.
Betapapun perbedaan urutan , keduanya tetap menunjukkan kejanggalan . Tetapi urutan yang disajikan Bibel  ” MASIH LEBIH LOGIS ” dari urutan yang disajikan hadist Abu Hurairah , sehingga jika ummat Islam berpegang pada hadist Abu Hurairah – sebuah hadist yang dipandang dan ditetapkan sebagai hadist shahih – maka orang non Muslim, khususnya penganut Kristen akan berpendapat ajaran Kristen lebih benar dari ajaran agama Islam .
Demikian ketidak-benaran hadist yang berbicara tentang HARI-HARI PENCIPTAAN ALAM SEMESTA padahal hadist Abu Hurairah adalah HADIST YANG DINYATAKAN SHAHIH dan tercantum dalam HADIST SHAHIH BUKHARI. Ummat Islam telah terjebak dengan pemahaman yang keliru tentang penciptaan alam semesta .

AYAT-AYAT AL QUR’AN TENTANG HARI-HARI ATAU MASA PENCIPTAAN ALAM SEMESTA .

Ayat-ayat Al Qur’an yang menyebut masa penciptaan “ 6 hari “ secara langsung dimaksud , dikutipkan dengan terjemahan berdasarkan “ Al Qur’an Dan Terjemah-nya “ Dep. Agama RI sebagai berikut :

1.      Ayat Al Furqaan 59  ( Qs. 25 : 59 ) .

Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa , kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy , ( Dia-lah ) yang Maha Pemurah , maka tanyakanlah ( tentang Allah ) kepada yang lebih mengetahui ( Muhammad ) tentang Dia .

2.      Ayat As Sajdah 4  ( Qs. 32 : 4 ) .
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa , kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolong dan tidak (pula) seorang pemberi safa’at. Maka pakah kamu tidak memperhatikan ?

3.      Ayat  Qaaf  38  ( Qs. 50 : 38  ) .
Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa , dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan 

4.        Ayat Al A’raaf 54  ( Qs. 7 : 54 ) .
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa , lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Dia menutup-kan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat , dan  ( diciptakan-Nya pula ) matahari , bulan dan bintang-bintang ( masing-masing ) tunduk kepada perintah-Nya . Ingatlah , menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah . Maha suci Allah , Tuhan semesta Alam .

5.        Ayat Yunus  3  ( Qs. 10 : 3 ) .


Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang Menciptakan langit dan bumi dalam enam masa , kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan . Tiada seorangpun yang akan memberi safa’at kecuali sesudah ada izin-Nya . (  Dzat ) yang demikian itulah Allah , Tuhan kamu , maka sembahlah Dia . Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran ?.

6.        Ayat Huud 7a  ( Qs. 11 : 7a ) .
                              
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa , dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air , agar Dia menguji , siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya . dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata."

7.      Al  Hadiid  4  ( Qs. 57 : 4  ) .

Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa ; Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada . Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan .
Dalam ayat-ayat Al Qur’an yang dikutip, terungkap kata “ yaum “ ( ﻳﻭﻡ ) , jamaknya : “ ayyam “ (  ﺃ ﻳﺎ ﻡ  )  sebagai ” satuan waktu penciptaan ” . Kedua kata -  yaum “ ( ﻳﻭﻡ ) dan   ayyam  (  ﺃ ﻳﺎ ﻡ  )  - biasanya diartikan dengan ” hari ” , kemudian oleh ummat Islam awam dimaknakan sebagai hari-hari yang dijalani dalam kehidupan manusia yang berukuran 24 jam . Lalu secara tegas dikatakan bahwa masa penciptaan alam semesta adalah “ 6 hari dengan pengertian         hari berukuran 24 jam.
Bila dihubungkan dengan hadist Abu Hurairah tentang hari-hari penciptaan alam semesta di muka , rupanya  ” 6 hari ” dalam ayat-ayat Al Qur’an  ditafsirkan dengan  : SABTU , AHAD , SENIN, SELASA, RABU,  dan KAMIS . Sedangkan hari JUM’AT bukan hari penciptaan alam semesta melainkan hari penciptaan manusia ( Adam ) .
Tetapi Al Qur’an dan Terjemahnya , Dep.Agama RI menerjemahkan kata  yaum “ dalam ayat-ayat tersebut  dengan ” masa ” yang menunjukkan  periode waktu tertentu yang bisa sangat lama atau yang sangat singkat. Sebuah terjemahan yang sangat tepat , karena membawa pada pemahaman yang lebih logis dan sesuai dengan fakta sains dibandingkan bila diterjemahkan dengan ” hari ” yang bisa berimplikasi pada pemahaan yang tidak benar.  Berarti kata “ Yaum ( ﻳﻮﻢ  ), jamaknya “Ayyam “ (ﺃﻳﺎﻢ  ) tidak bisa lagi dimaknakan dengan ”hari ” dalam pengertian hari-hari dalam ukuran 24 jam : Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu. 

PENGERTIAN “ HARI “ DALAM  PENCIPTAAN ALAM SEMESTA MENURUT  AL QUR’AN .

Kata  “ HARI “ adalah terjemahan dari kata  Yaum “ ( ﻳﻮﻢ  ), jamaknya “Ayyam  (ﺃﻳﺎﻢ    ).  Tetapi beberapa Ahli tafsir menterjemahkannya dengan ” masa ” . Dengan menterjemahkan kata  Yaum “ ( ﻳﻮﻢ  ) , jamaknya “Ayyam  (ﺃﻳﺎﻢ    )  dengan  kata ” masa memberikan  beberapa
makna dalam Al Qur’an yang menunjukkan   :  

a.       Ukuran waktu 24 jam ( hari biasa ) .  
      Ayat  Al Baqarah 184   :

( yaitu ) dalam beberapa hari tertentu . Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan ( lalu ia berbuka ) maka ( wajiblah baginya berpuasa ) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain . Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan , maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Kata    ﺃ ﻳﺎ ﻣﺎ  “ ( ayyaa-man ) atau     ﺃ ﻴﺎﻢ  “ ( ayyaa-min )  dalam ayat di atas menunjukkan ukuran waktu hari-hari berpuasa  yaitu  siang hari dalam ukuran pergantian siang dan malam
selama 24 jam .

b.      Masa yang tidak terhingga singkatnya  ( Dinyatakan  dengan “ Setiap saat “ ).
      Ayat Ar Rahmaan 29   :

        Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya . Setiap waktu Dia dalam kesibukan 
Kata    ﻛﻝ ﻳﻮﻡ     tidak diterjemahkan dengan “ setiap hari  yang bisa saja memberi pemahaman adanya  tenggang waktu dalam satuan yang lebih kecil untuk tidak sibuk melainkan  dimaknakan dengan “ setiap waktu  “ yang bisa berarti  bahwa sampai dengan tenggang waktu yang kecil tak terhingga  , Allah SWT  tetap melakukan kesibukan sehingga tidak ada celah waktu untuk tidak sibuk . Pengertian demikian telah  menolak dogma Kristen yang menyatakan bahwa Allah membutuhkan waktu untuk beristirahat setelah sibuk melakukan penciptaan alam semesta . Hari istirahatnya Tuhan ini disebut HARI SABAT.
          
c.       Masa yang abadi dan tak terhingga lamanya .
      Al Fatihah 4   :   
                                           - Yang Menguasai Hari Pembalasan
Kata “ yaum “ (ﻴﻮﻡ   ) yang berhubungan “ Hari pembalasan  “ nanti di akhirat menunjukkan  waktu yang abadi dan tak terhingga lamanya . Pengertian yang sama , dapat dijumpai pada ayat  :
Al Furqaan  17 , An Nuur  24, 25 , 64  dan sebagainya .

d.      Ukuran waktu  50.000 tahun .
      Al Ma’arij 4   :
Malaikat-malaikat dan Jibril naik ( menghadap ) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun .

Kata “ yaum “ ( ﻴﻮﻡ   ) menunjukkan  masa waktu yang sama dengan 50.000 tahun

e.       Ukuran waktu  1000  tahun .
      As Sajdah  5  

 Dia mengatur urusan dari langit ke bumi , kemudian ( urusan ) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya ( lamanya ) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu 
Kata “ yaum “ (ﻴﻮﻡ    ) menunjukkan  masa waktu yang sama dengan 1000 tahun .   Pengertian demikian juga diungkapkan  ayat Al Hajj 47 .  Sebagai catatan , perlu dikemukakan di sini , oleh karena ketidak-tahuan maka banyak orang – terutama penganut Kristen yang berusaha membangun keragu-raguan ummat Islam terhadap Al Qur’an -  mempertanyakan perbedaan ukuran 1 hari antara ayat Sajdah 5 ( - 1 hari = 1000 tahun ) dengan ayat Al Ma’arij 4 (  1 hari = 50.000 tahun - ) . Kedua ayat tersebut tidak bisa dipertentangkan karena konteksnya berbeda . Pada ayat Sajdah 5 , yang membutuhkan ” waktu tempuh ” 1000 tahun adalah  urusan , amar ” sedangkan pada ayat Al Ma’arij 4 , yang membutuhkan ” waku tempuh  50.000 tahun adalah para malaikat dan Jibril.

f.       Ukuran waktu relatif  masa hidup seseorang di dunia  .
      Ayat   Thaa-haa 103-104       :
     
           Mereka berbisik-bisik di antara mereka : “ Kamu tidak berdiam ( di dunia ) melainkan hanyalah sepuluh hari “. Kami lebih mengetahui apa yang mere-ka katakan ketika berkata  orang yang paling lurus jalannya di antara mere-ka : “ Kamu tidak berdiam ( di dunia ) melainkan hanyalah sehari saja 

Bandingkan dan baca pula ayat Al Mu’minuun 112 -114 .                         

g.      Saat tertentu ketika terjadi suatu peristiwa .
      Ayat Ibrahim 5   :
           
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): " Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah ". Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.

      Ayat Mursalat 12-15 :

( Niscaya dikatakan kepada mereka ) : "Sampai hari apakah ditangguhkan ( mengazab orang-orang kafir itu )  ? ". Sampai hari keputusan. Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.

Pada ayat Ibrahim 5 dikatakan : ” Wa zakkir hum bi ayyaamillahi  ” satu  perintah Allah kepada Nabi Musa as. untuk memperingatkan kaum Yahudi dengan    hari-hari Allah ” yang maksudnya : saat terjadinya peristiwa yang menimpa kaum sebelumnya . Sedangkan pada ayat Mursalaat 12-15 mengungkapkan saat terjadinya hari kiamat .

Memperhatikan makna yang bermacam-macam atas kata “ hari “- “ Yaum “ ( ﻳﻮﻢ ) atau “Ayyam “ ( ﺃﻳﺎﻢ  ) dalam Al Qur’an menunjukkan bahwa kata “ hari “- “ Yaum “ ( ﻳﻮﻢ  ) atau      Ayyam   ( ﺃﻳﺎﻢ   ) adalah  periode waktu  “ atau ” masa ” , tidak semata-mata berarti “ hari “ dalam pengertian sehari-hari  dalam ukuran 24 jam berdasarkan rotasi bumi pada sumbunya .  

AYAT FUSHSHILAT  9- 12  - TENTANG TAHAP PENCIPTAAN

Tahap penciptaan alam semesta dalam Al Qur’an disebutkan pada ayat Fushshilat  9 -12 . Berikut disajikan ayat Fushshilat 9 - 12 dengan terjemahan yang diberikan berdasarkan  “ Al Qur’an Dan Terjemahnya “ Dep. Agama RI.  sebagai berikut :
  
Katakanlah : “ Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang Menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya ? ( Yang bersifat ) demikian , itulah Tuhan Semesta Alam .
 
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya . Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan ( penghuni )-nya dalam empat masa .       ( Penjelasan ini sebagai jawaban ) bagi orang-orang yang bertanya .
 
Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap , lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi : “ Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa “. Keduanya menjawab: “ kami datang dengan suka hati “.
Maka Dia menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya . Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bin-tang-bintang yang cemerlang dan Kami memelihara dengan sebaik-baiknya . Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui .
Membaca terjemahan ayat Fush-shilat 9-12 , bila dilakukan tanpa dukungan penjelasan sains dan penalaran, bisa memunculkan tiga permasalahan , yaitu :
a.        Jumlah ” hari penciptaan ” atau ” masa penciptaan ” semesta  , yang jika dipahami secara awam akan membawa kepada tuduhan adanya kontradiksi ayat-ayat Al Qur’an.
b.      Adanya pemahaman bahwa bumi lebih dahulu diciptakan dari langit. Pemahaman ini akan membawa pula kepada tuduhan adanya kontradiksi dengan ayat lain yang menegaskan langit lebih dahulu diciptakan dari bumi .
c.       Tentang objek yang diciptakan sebagaimana yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dalam ” AL QUR’AN DAN TERJEMAHNYA ” Dep.Agama RI. Terjemahan seperti ini justru memunculkan tuduhan bahwa Al Qur’an menyajikan ayat yang bertentangan dengan fakta sains dan juga menyajikan ayat yang tidak masuk akal .
Permasalahan yang disebutkan di atas tidak perlu muncul bila ayat Fush-shilat 9-12 dipahami berdasarkan penalaran dan penjelasan sains . Hal-hal  inilah yang menjadi kajian dalam tulisan ini .  Sesuai dengan pemahaman yang dimiliki tanpa pengetahuan dasar Al Qur’an , banyak di antara kita memahami bahwa  berdasarkan  ayat Fushshilat  9- 12 , masa penciptaan alam semesta oleh Tuhan adalah 8 hari dengan rincian sebagai berikut :
Masa penciptaan bumi (2 hari) + masa penciptaan gunung-gunung yang kokoh di bumi  
dan menentukan kadar makanan-makanan ( penghuni )-nya ( 4 hari) +  masa penciptaan langit (2 hari) =  8  hari .
Cara berhitung gampangan tanpa melihat susunan dan pengertian dasar yang terkandung dalam rangkaian ayat Fushshilat  9 -12 . Dengan pemahaman yang demikian , jadilah ayat Fush-shilat 9-12  bertentangan dengan ayat-ayat Al Qur’an yang menyebut masa penciptaan alam semesta adalah ” 6 hari ”.  Begitu pula dengan urutan penciptaan . Sehubungan dengan ayat Fush-shilat 9-12  menarik disimak Hadist Ibnu Abbas ra  sebagaimana yang termuat dalam kitab Hadist Shahih Bukhari . Berikut disajikan hadist dimaksud yang dikutip dari terjemahan kitab MUKHTASAR SHAHIH BUKHARI oleh Nashiruddin Albani , jilid 4 halaman 530 :
Dari Sa’ied , ia berkata : “ Seorang laki-laki berkata kepada Ibnu Abbas : ‘ Sesungguhnya aku mendapati dalam Al Qur’an perkara-perkara yang berselisih atasku …………………… Firman-Nya : “ AMIS-SAMAA’U BANAAHA “ ( Ataukah langit, Dia membangunnya ) hingga firman-Nya : “ DUHAA-HAA “ . Disebutkan padanya : PENCIPTAAN LANGIT SEBELUM BUMI . Kemudian Dia berfirman : “ A’INNAKUM LAA TAKFURUU-NA BIL LADZI KHALAQAL ARDHA FI YAUMI “          ( Sungguh kamu kafir kepada Yang Menciptakan bumi dalam dua  hari ). Pada ayat ini disebutkan : PENCIPTAAN BUMI SEBELUM LANGIT ……
Maka beliau ( Ibnu Abbas ra ) menjawab : “ ……………..… ‘ KHALAQAL ARDHA FIY YAUMAINI ‘ ( Allah SWT menciptakan bumi pada dua hari ) lalu menciptakan   langit . Kemudian Dia menuju langit dan menjadikannya pada dua hari yang lain. Setelah itu Dia membentangkan bumi . Membentangkannya adalah dengan mengeluarkan darinya air, padang rumput, menciptakan gunung-gunung, unta-  unta , bebukitan dan apa yang ada di antaranya pada dua hari yang lain. Itulah firman-Nya : “ KHALAQAL ARDHA FIY  YAUMAIN “ ( Dia menciptakan bumi pada dua hari ). Bumi dan segala yang ada padanya dijadikan pada empat sedangkan langit dijadikan pada dua hari ……………………………… Jangan berselisih atasmu Al Qur’an. Sesungguhnya , semuanya berasal dari sisi Allah ”.
Hadist di atas  kita sebut HADIST MAUQUF  atau lebih tepat disebut  ATSAR SAHABAT yaitu hadist yang berisi fatwa  atau anggapan sahabat atau yang diriwayatkan terhenti hanya sampai sahabat dan tidak sampai kepada Nabi saw . Hadist di atas mengungkapkan penjelasan Abdullah bin Abbas ra ( Ibnu Abbas ra ) tentang masa dan urutan penciptaan antara langit dengan bumi kepada seorang laki-laki yang memahamkan adanya kontradiksi antara ayat An Naazi’at 27- 30 dengan ayat Fushilat 9/11. Berikut disajikan terjemahan kedua ayat Al Qur’an yang dinilai bertentangan oleh laki-laki tersebut dan mempertanyakannya kepada Ibnu Abbas ra .

Ayat An Naazi’at 27-30  :
Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah LANGIT YANG TELAH DIBANGUN-NYA. Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya
Dan Dia menjadikan malamnya ( gelap gulita ) dan menjadikan siangnya ( terang benderang ) . Dan SETELAH ITU BUMI DIA HAMPARKAN
Ayat Fush-shilat 9/11
Katakanlah : “ Pantaskah kamu ingkar kepada TUHAN MENCIPTAKAN BUMI DALAM DUA HARI dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya   ( ayat 9 )
KEMUDIAN DIA MENUJU KE LANGIT dan (langit) itu masih berupa asap ( ayat 11)

Laki-laki itu menilai , menurut ayat An Naazi’at 27 -30 , LANGIT DICIPTAKAN LEBIH DAHULU DARI BUMI , sedangkan menurut ayat Fushshilat 9/11 , BUMI DICIPTAKAN LEBIH DAHULU DARI LANGIT . Tentu dalam keyakinan laki-laki itu , tidak mungkin ayat Al Qur-an berkontradiksi antara satu dengan yang lain . Oleh karena itulah ia bertanya kepada Ibnu Abbas ra tentang masalah tersebut . Dan Ibnu Abbas ra telah memberikan penjelasan, bukan berdasarkan keterangan Nabi saw melainkan pendapat atau menurut pemahaman Ibnu Abbas ra pribadi sesuai dengan “ pengetahuan sains “ yang dimiliki masyarakat pada waktu itu. Penjelasan Ibnu Abbas ra menurut hadist di atas adalah demikian :
-    Yang mula-mula diciptakan adalah BUMI selama dua hari .
-    Kemudian Allah menuju kepada penciptaan LANGIT , juga selama dua hari
-    Sesudah Allah menciptakan LANGIT , kemudian ALLAH MEMBENTANGKAN BUMI ,yang maksudnya Allah mengeluarkan air, padang rumput , MENCIPTAKAN GUNUNG-GUNUNG  unta-unta , bebukitan dan apa yang ada di antaranya pada dua hari .
-    Dengan demikian masa penciptaan bumi empat hari dan masa penciptaan langit dua hari .
 Inti permasalahannya , mana yang diciptakan lebih dahulu menurut Al Qur’an, BUMI ATAUKAH LANGIT ?  Dan Ibnu Abbas ra telah memberikan jawaban yang tegas bahwa BUMI DICIPTAKAN LEBIH DAHULU DARI LANGIT . Cuma pada waktu itu BUMI BELUM DIBENTANGKAN yaitu belum ada air , belum ada gunung-gunung dan segala yang ada . Masih kosong . Setelah langit diciptakan , barulah BUMI YANG KOSONG dilengkapi dengan air , rumput , gunung-gunung dan sebagainya .
Kajian nalar atas isi hadist tersebut memberikan kesimpulan tentang KETIDAK-BENARAN ISINYA sehingga dapat dikatakan hadist ini adalah HADIST DHA’IF dari segi matannya sekalipun dari segi sanad adalah hadist shahih . Apakah kita harus mengatakan bahwa  HADIST  DENGAN ISI YANG TIDAK BENAR INI ADALAH BENAR lantaran karena shahih sanad-nya ? Bagaimana kita menetapkan ketidak-benaran isi hadist ini ? Hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

1.  Ibnu Abbas ra mengatakan BUMI DICIPTAKAN DALAM EMPAT HARI  yaitu DUA HARI PENCIPTAAN AWAL  dan DUA HARI UNTUK PENGHAMPARAN BUMI. Berbeda dengan terjemahan ayat Fushshilat 11  : “ DIA TENTUKAN MAKANAN-MAKANAN ( bagi penghuninya ) DALAM EMPAT HARI “. Jadi menurut terjemahan dalam “ AL QUR’AN DAN TERJEMAHNYA “ Dep. Agama RI,  EMPAT HARI adalah tenggang untuk menetapkan MAKANAN-MAKANAN bagi penghuni bumi , BUKAN MASA PENCIPTAAN BUMI seperti yang dikatakan Ibnu Abbas ra .
2.      Dalam penjelasan Ibnu Abbas ra ada penahapan dalam penciptaan bumi yaitu PENCIPTAAN AWAL  di mana bumi dalam “ KEADAAN KOSONG “ . Kemudian pada tahap pasca penciptaan langit , ada tahap PEMBENTANGAN BUMI . Dalam tahap ini barulah GUNUNG-GUNUNG DICIPTAKAN ! Aneh , karena bagaimanapun penciptaan gunung menyatu dengan penciptaan bumi.
3.    Penjelasan Ibnu Abbas ra dalam hadist di atas  bertentangan dengan temuan sains yang sudah diakui kebenarannya . 

Oleh karena itulah , kita tolak hadist tersebut sebagai hadist shahih dan menyatakan secara pasti sebagai HADIST DHA’IF dalam pengertian bila memang Ibnu Abbas ra. menyatakannya yang didasarkan pada pemahaman pribadi sesuai dengan  pengetahuan sains “ yang dimilikinya dan dimiliki masyarakat pada masa itu . Kita bersepakat pada satu hal atas isi hadist Ibnu Abbas yaitu pesan Ibnu Abbas ra : “Jangan berselisih atasmu Al Qur’an. Sesungguhnya , semuanya berasal dari sisi Allah  “ karena memang kedua ayat Al Qur’an tersebut tidak bertentangan bahkan kedua ayat tersebut saling menunjang dan sesuai dengan penemuan sains modern . Pemahaman kita secara awam atas ayat Al Qur’an telah mengantarkan kita kepada sikap untuk menyatakannya sebagai ayat-ayat yang bertentangan . Tetapi jika disimak dengan baik melalui pemahaman sains modern justru kita mendapat kebenaran tentang ayat-ayat Al Qur’an tersebut dan kedua ayat tersebut tidaklah bertentangan.
Dan mengenai ketidak-benaran pejelasan Ibnu Abbas ra dalam hadist di atas bisa dipahami karena memang berangkat dari pemahaman menurut masanya pada waktu itu . Bisa jadi banyak di antara kita yang tidak berani menyalahkan pernyataan Ibnu Abbas ra tentang urutan penciptaan dan periode penciptaan tersebut, apalagi pernyataan Ibnu Abbas ra tersebut tercantum dalam Hadist Shahih Bukhari . Sikap seperti itu hanya menunjukkan kevakuman berpikir manusia justru di zaman modern ini. Sebuah sikap yang menjadi salah satu sumber keterbelakangan dan keterpurukan ummat Islam dibandingkan dengan ummat agama lain. Masih saja ada yang mencoba mempertahankan “ kebenaran “ pernyataan Ibnu Abbas ra lantaran disebutkan sebagai hadist shahih padahal yang dikatakannya sangat tidak benar dan sangat tidak masuk akal . Tidak diragukan lagi bahwa apa yang dikatakan Ibnu Abbas ra adalah salah . Demikian itu tidak mengherankan . Jangankan Ibnu Abbas ra yang hidup di masa 1500 tahun yang lalu dengan pengetahuan sains yang sangat minim, bahkan Ulama-Ulama yang di masa modern sekarangpun  bisa terjengkang dengan pernyataannya yang tidak benar tentang alam semesta . Tidak kurang dari Ulama besar seperti BIN BAZ dan IBNU ‘ UTSAIMIN  yang terjengkang . Majalah QIBLATI dalam kolom “ KOREKSI “ ( hal. 30 , edisi 11 tahun II , Agustus 2007 M – Rajab 1428 H ) memuat penjelasan MAMDUH FARHAN AL BUHAIRI sebagai pembelaan atas kedua Ulama besar tersebut sebagai berikut :
…. yang menyebabkan sebagian Ulama – di antara mereka adalah IBNU BAZ dan IBNU ‘UTSAIMI- TIDAK MENYATAKAN BERPUTARNYA BUMI adalah karena tidak adanya dalil shahih menurut mereka dalam masalah tersebut , di tambah lagi dengan persangkaan mereka bahwa penetapan perputaran bumi hanyalah sekedar teori yang mungkin bisa disanggah ……...………………………………………………………………………………………… ......... – bahwa tidak termasuk menjadi SYARAT SEORANG ALIM untuk tidak melakukan suatu kesalahan. Kesempurnaan itu langka. Maka janganlah berlebih-lebihan dalam mencintai seorang Ulama , namun jangan pula kita mencari-cari kesalahannya sehingga kita telah berbuat kurang adil terhadap seorang   Ulama . Tidak ada seorang manusiapun di dunia ini yang selamat dari suatu kesalahan
Bagaimana bunyi pendapat Bin Baz dan Ibnu Utsaimi tentang tidak berputarnya bumi ( baik gerak revolusi bumi mengelilingi matahari ataupun gerak rotasi bumi mengelilingi sumbunya ) , tidak dijelaskan oleh Mamduh Farhan Buhairi. Namun dari pernyataan Mamduh Farhan Buhairi , tahulah kita bahwa kedua Ulama besar tersebut – yang justru hidup di abad modern ini – masih berpendapat bahwa bumi tidak berputar , sama dengan pendapat manusia tiga ribu- empat ribu tahun yang lalu . Dan pendapat kedua Ulama besar itu muncul hanya gara-gara tidak disebut dalam hadist shahih atau dalil yang shahih . Tetapi pembelaan Mamduh Farhan Al Buhairi berlebihan . Jika kita mengungkapkan adanya kekeliruan pendapat dan fatwa seorang Ulama dan memberikan kritik atas pernyataannya, janganlah diartikan bahwa kita mencari-cari kesalahan dan mencaci maki Ulama tersebut  , melainkan menyatakan bagaimana yang sebenarnya supaya mereka yang terlalu fanatik dan mengkultus-individukan seorang Ulama dapat mengetahui yang benar tentang masalah yang dibicarakan. Kita tidak perlu mencaci maki Ulama akibat kekeliruannya . Dan kritik yang diberikan atas pernyataan seorang Ulama tidak harus diartikan sebagai caci-maki . Fakta ayat Al Qur’an menunjukkan ada ayat Al Qur’an yang bersifat kauniah dan ada pula yang bersifat kauliah . Ayat kauniah adalah ayat-ayat Al Qur’an yang terkait dengan alam semesta sedangkan ayat kauliah adalah ayat-ayat yang terkait dengan penetapan hukum ( baik ibadah maupun mu’amalah ). Pemahaman ayat kauniah menjadi sandungan bagi para Ulama Fiqih dan Ulama Hadist karena penjelasan tentang ayat-ayat kauniah membutuhkan ilmu pendukung yaitu sains , yang justru sangat sedikit bahkan tidak dimiliki para Ulama Fiqih dan Ulama Hadist . Oleh karena itu , perlu diluruskan paradigma yang terbangun selama ini , seakan-akan Ulama Hadist dan Ulama Fiqih telah mengetahui segala-galanya , mulai dari Ilmu Fiqih dan Ilmu Hadist sampai kepada Sains . Tetapi fakta yang terkait tentang  “ terjungkal “-nya kedua Ulama besar – Bin Baz dan Ibnu Utsaimi – dengan pernyataannya berkenaan dengan  pemahaman tentang gerak bumi , telah menunjukkan kesalahan paradigma tersebut . Kedua Ulama tersebut tidak memiliki otoritas keilmuan untuk membicarakan sains karena memang wilayah disiplin keilmuannya tidak menyentuh ke sana . Apa yang terjadi dengan pernyataan ledua Ulama tersebut menjadi fakta yang menyadarkan kita bahwa bukan saatnya lagi mendewa-dewakan Ulama Hadist dan Ulama Fiqih sepanjang permasalahan yang dibicarakan melenceng dari wilayah disiplin ilmu yang dimilikinya ( ILMU AGAMA – FIQIH – HADIST ). Tapi masalah hadist dan Fiqih patutlah kita dengarkan dan menyimaknya karena keluasan ilmunya di bidang tersebut. Untuk urusan sains  ( Ilmu Pengetahuan Alam ) serahkan kepada ahlinya karena sains tidak bisa dibedah dengan ILMU FIQIH.
Kita simak pula tafsir Ibnu Katsier atas ayat Fush-shilat 9 – 12  ( - dikutip dari Terjemah Singkat TAFSIR IBNU KATSIER , oleh H. Salim Bahreisy dan  H.Said Bahreisy dan yang dikutip hanya kalimat yang mengungkap penciptaan langit dan bumi saja - ) berikut :
….. apakah kamu kafir kepada Tuhan yang telah menciptakan bumi dalam dua masa  dan ……….. Dia-lah Tuhan seru sekalian alam, pencipta segala sesuatu , Tuhan alam semesta , yang menjadikan bumi berbarokah menghasilkan apa yang dibutuhkan para peng-huninya berupa padi-padian, buah-buahan , yang bersama-sama penciptaan buminya menjadi empat masa  sesuai bagi yang memerlukannya , kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit yang masih merupakan asap yang naik dari air bumi tatkala diciptakan. ………………………………….. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam tempo dua masa pula dan Dia mewahyukan penertiban bagi tiap-tiap langit apa yang dibutuhkan malaikat-malaikat dan lain-lain kebutuhan yang hanya Dia-lah yang mengeta-huinya . Dan Dia jualah yang menghiasi langit terdekat dengan berbagai bintang dan planet yang bersinar cemerlang menyinari bumi………………………
Pengetahuan apa yang dapat dipetik dari Tafsir Ibnu Katsier tentang penciptaan langit dan bumi berdasarkan ayat Fush-shilat 9 – 12 ini ?  Kita dapat sarikan sebagai berikut :
1.        Pertama-tama Tuhan menciptakan bumi dalam dua masa .
2.        Kemudian Tuhan menjadikan di atas bumi berbarakah dengan tumbuhnya padi-padian, buah-buahan , yang dibutuhkan penghuninya . Periode  penciptaannya adalah empat masa , di mana termasuk masa penciptaan bumi itu sendiri . Dengan demikian masa penciptaan padi-padian, buah-buahan , yang dibutuhkan atau menjadi makanan penghuninya adalah dua masa .
3.        Kemudian Tuhan menuju penciptaan langit yang masih berupa asap di mana asap ini diperoleh dari hasil penguapan air di bumi ketika bumi diciptakan.  Proses penciptaan langit yang terdiri dari tujuh langit ini berlangsung dua masa .
4.        Lalu Allah SWT menghiasi langit terdekat dengan bintang-bintang dan planet yang bersinar cemerlang  dan menyinari bumi .

Menyimak isi Tafsir Ibnu Katsier di atas, kita mendapatkan pemahaman bahwa bumi lebih dahulu diciptakan bahkan buah-buahan dan padi-padian lebih dahulu ada daripada langit .  Bagaimana hal itu bisa terjadi padahal untuk pertumbuhan pohon–pohon sehingga berbuah , begitu pula dengan padi-padi,  pasti membutuhkan sinar matahari yang justru pada saat itu belum diciptakan ? Begitu pula jika penciptaan langit dari asap yang berasal dari proses penguapan air di bumi , lalu bagaimana penguapan itu bisa terjadi padahal matahari yang dibutuhkan untuk melancarkan penguapan justru belum diciptakan ? Tidak diragukan lagi betapa “ anehnya “ penafsiran Ibnu Katsier tentang penciptaan langit dan bumi menurut  ayat Fush-shilat 9 – 12 tersebut . Ibnu Kasier adalah ahli sejarah dan ahli Tafsir . Tapi sayang memberi tafsir yang janggal atas ayat Fush-shilat 9 – 12 karena tidak tahu tentang sains. Apakah kejanggalan tersebut harus diakui kebenarannya lantaran dikemukakan seorang ahli Hadist dan ahli Sejarah ?
Tafsir Jalalain ( yaitu tafsir yang disusun oleh dua orang bernama “ JALALUDDIN “ yaitu Imam Jalauddin Al Mahally dan Imam Jalaluddin As Suyuthi ) atas ayat Fush-shilat 9 -12  juga mengungkapkan  “ kejanggalan “ dari pandangan dan pemahaman sains , sebagai berikut :
1.        Bumi diciptakan dalam dua hari yaitu hari Ahad dan hari Senin.
2.        Dijadikan di atas bumi gunung-gunung yang kokoh dan kuat , memberkahinya dengan air yang banyak dan tanam-tanaman serta pohon-pohon , membagi-bagikan padanya kadar makanan-makanannya untuk manusia dan fauna , dalam masa dua hari yaitu hari Selasa dan hari Rabu , sehingga untuk kejadian sempurna bagi bumi seluruhnya adalah empat hari         ( Ahad- Senin- Selasa- Rabu ).
3.        Lalu diciptakan langit ( - tujuh langit - ) yang pada saat itu masih berupa asap yang membumbung tinggi  dalam dua hari yaitu hari Kamis dan hari Jum’at . Dan pada hari itu juga – yaitu pada hari Jum’at – diciptakan Nabi Adam . Kemudian langit dihiasi dengan bintang-bintang .
Dari tafsir Jalalain ini tidak disinggung HARI SABTU  dan pada hari itu untuk penciptaan apa ataukah pada hari itu Tuhan tidak melakukan penciptaan apa-apa ?
Merujuk pada Tafsir Jalalain ini , rupanya bumi dengan segala pepohonan, tanaman , fauna dan sebagainya diciptakan lebih dahulu dari langit dan segala benda langit . Jelas sekali tafsir ini bertentangan dengan fakta sains . Tidak mungkin ada kehidupan di bumi bila tanpa cahaya matahari sedangkan matahari baru diciptakan sesudah penciptaan bumi dengan segala makhluk hidupnya  . Juga bila dibandingkan dengan hadist Abu Hurairah , terdapat perbedaan .  Jika dalam tafsir Jalalain ini dikatakan bahwa bumi diciptakan pada hari AHAD dan SENIN , tetapi menurut hadist Abu Hurairah , TANAH ( - jika dimaknakan dengan BUMI - ) diciptakan pada hari SABTU . Sedangkan menancapkan gunung dan mengadakan pepohonan serta tanam-tanaman , menurut hadist Abu Hurairah terjadi pada hari AHAD dan SENIN  tetapi menurut tafsir Jalalain terjadi pada  hari SELASA dan RABU . Dan sebagaimana yang telah disinggung sebelum ini , Tafsir Jalalain tidak menyebut HARI SABTU , sedangkan Hadist Abu Hurairah menyebut HARI SABTU sebagai hari penciptaan TANAH . Perbedaan-perbedaan ini hanya semakin memperkuat kesimpulan ketidak benaran tentang hari-hari penciptaaan alam semesta ( bumi dan langit ) baik menurut hadist Abu Hurairah ataupun Tafsir Jalalain .
Selanjutnya mengenai permasalahan yang muncul dengan terjemahan ayat Fush-shilat 9 – 12 adalah masalah objek penciptaan . Berdasarkan rangkaian ayat , disebutkan lebih dahulu penciptaan bumi dalam dua masa , lalu penciptaan gunung-gunung dan menetapkan kadar makanan-makanan bagi penghuninya ( penghuni bumi ) dalam empat masa .  Kemudian Allah menuju langit dan melakukan penciptaan langit dalam dua masa . Dan selanjutnya menghiasi langit dengan bintang-bintang , tanpa  periode penciptaan bintang-bintang .
Demikian urutan penciptaan objek alam semesta  menurut Tafsir  tetapi dari kaca mata sains , sangat tidak masuk akal. Dan menjadi pertanyaan yang sangat sentral , apakah memang demikian yang dimaksudkan oleh Allah SWT dalam ayat Fush-shilat 9 -12 ataukah pemahaman yang demikian  hanya karena berdasarkan terjemahannya ?. Satu hal yang perlu ditekankan di sini bahwa terjemahan Al Qur’an bukanlah Al Qur’an .

MEMAHAMI AYAT FUSHSHILAT  10

Untuk  menyatakan apakah ayat - ayat Al Qur’an  yang menyebut masa penciptaan alam semesta  
  6 hari “ bertentangan atau tidak bertentangan dengan ayat Fushshilat 9,10 & 12 ,  yang menunjukkan  masa penciptaan alam semesta adalah “ 8 hari  ( - menurut  interpretasi orang awam ), maka harus diyakinkan dulu apakah benar ayat Fushshilat  9,10, 12  benar-benar menyatakan masa penciptaan alam semesta adalah 8 hari , ataukah tidak lebih dari hasil pemahaman yang keliru atas ayat Fushshilat 9,10,12 ? Ketika kita tahu bahwa yang demikian merupakan pemahaman yang keliru maka dengan sendirinya tidak benar lagi mempertentang-kannya dengan ayat-ayat Al Qur’an yang menyebut masa penciptaan alam semesta : 6 hari . Mempertentangkannya justru menunjukkan kebodohan .
Secara kesatuan ada kesulitan memahami makna ayat Fushshilat  9 -12  berdasarkan terjemahan, khususnya mengenai ayat Fushshilat 10. Bahkan terjemahan yang diberikan bisa membawa kepada pemahaman yang tidak masuk akal sama sekali karena bersalahan dengan fakta sains yang sudah mapan . Tapi syukurnya , kita masih memiliki teks asli dari ayat tersebut  dalam Al Qur’an yang terjaga dari perubahan oleh tangan-tangan manusia, sehingga kemustahilan yang muncul dari setiap terjemahan bisa dipangkas melalui analisis ayat Al Qur’an tersebut. Tidak seperti Bibel, kitab suci penganut Kristen yang sudah mengalami perubahan .
Mari kita perhatikan terjemahan ayat Fushshilat 10 berdasarkan Al Qur’an Dan Terjemahnya , Dep. Agama RI , yang dikutipkan kembali sebagai berikut :
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya . Dia memberkahinya dan  Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan ( penghuni ) - nya dalam empat masa     ( Penjelasan ini sebagai jawaban ) bagi orang-orang yang bertanya . ( ayat 10 ) .                  
Menyimak terjemahan ayat Fushshilat 10  di atas , kita mendapatkan gambaran  yang sangat aneh yaitu sesudah Allah menciptakan bumi dalam dua masa , lalu Allah menciptakan gunung-gunung di bumi , sekaligus menentukan kadar makanan penghuninya dalam empat masa . Apakah gunung-gunung itu bukan bagian dari bumi sehingga Allah SWT menciptakan gunung-gunung secara tersendiri sekaligus menetapkan kadar makanan penghuninya ? Sangat mustahil , sebab gunung-gunung adalah bagian dari bumi , sehingga penciptaannya pun merupakan bagian dari penciptaan bumi . Rupanya pada ayat Fushshilat 10, penterjemah telah menterjemah-tafsirkan kata“ rawasiya ( ﺮﻭﺳﻰ  ) dengan “ gunung-gunung “ dan kata  aqwaataha (ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ  ) dengan  makanan-makanan penghuninya  “.
Untuk memudahkan pembahasan , sebaiknya kedua kata yaitu “ rawasiya ( ﺮﻭﺳﻰ  ) dan           aqwaataha(ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ  ) ini ditulis tetap dalam terjemahannya sehingga terjemahan ayat Fushshilat 10 menjadi berbunyi sebagai berikut :

       Dan Dia menciptakan di bumi itu RAWASIYA yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar AQWAAT-nya dalam empat masa .(Penjelasan ini sebagai jawaban ) bagi orang-orang yang bertanya . ( ayat 10 ) .

Ada dua kata kunci yang perlu dibahas pada ayat Fushshilat 10 , yaitu kata  rawasiya “ dan kata “ aqwaat “ , yang disajikan sebagai berikut :

1.  Kata  Rawasiya “ (  ﺮﻭﺳﻰ  )
Kata  Rawasiya “ (ﻭﺳﻰ   ) mempunyai akar kata “  rasaa  (  ﺭﺳ   ) dengan denklinasinya :
ﺮﺳﻭﺍ  -  ﻳﺮﺳﻭ   yang berarti : “ tetap, tak bergerak , terikat  “. Misalnya pada kata  ﺇ ﺳﺎ - ﺃ ﺳﻰ      berarti :  mengikatkan pada sauh  “. Dan  seperti kalimat :    ﺮﺳﻦ ﺍ ﻠﺪ ﺍ ﺑﺔ     berarti  tali pengikat hewan  “.  Kembangan lain dari kata “  rasaa  (  ﺭﺳ   )  ini  adalah  raa-sin  ” (  ﺮﺍ ﺳﻭ  ) atau  raa-siyah  ”( ﺳﻴﻪ ﺮﺍ  ) yang  berarti  : tetap  , berlabuh  , kapal bersauh .  Berdasarkan makna kata, maka kata “ Rawasiya “ ( ﺮﻭﺳﻰ  ) mempunyai makna  : pengikat , penambat . Bayangkan oleh anda akan seekor kuda yang tertambat atau yang terikat pada sebuah pohon dengan seutas tali . Kuda hanya bisa berlari-lari mengelilingi dengan keadaan tetap terikat pada pohon . Antara kuda dengan pohon terjadi gaya aksi-reaksi yang terlihat gejalanya pada tegangan tali. Dengan kata lain , kuda tidak bisa ke mana-mana karena adanya gaya yang tampak pada tegangan tali . Dalam hal ini , “ Rawasiya   (ﺮﻭﺳﻰ   ) –nya bukan tali itu sendiri melainkan sesuatu yang terbentuk pada tali sebagai bentuk interaksi antara kuda  dengan pohon . Interaksi ini disebut dengan gaya ikat atau gaya tarik .
Kita tidak tahu, mengapa para penterjemah Al Qur’an mengartikan kata “ Rawa-siya “ (ﺮﻭﺳﻰ   ) dengan : “ gunung-gunung “ , padahal dalam sejumlah terjemahan ayat-ayat Al Qur’an , justru     gunung-gunung “ adalah terjemahan untuk kata : “ jibaala    ( ﺧﺑﺎ ﻝ ) . Berbagai ayat Al Qur’an menunjukkan hal itu , misalnya  :

-          Wa takuw-nul jibaalu kal ihnil man-fuws
      Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan
-          Wa ilal jibaali kay-fa nushibat
                  Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan              
-          Wal jibaala arsaaha
      Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh
-          Wal jibaala aw-taadaa
                  Dan gunung-gunung sebagai pasak
-          Yaw-ma tarjuful ardhu wal jibaalu wa kaa-natil jibaalu katsiy-ban mahiy-la
      Pada hari , bumi dan gunung-gunung bergincangan dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang berterbangan .
Terlihat jelas  kata “ gunung-gunung “ sebagai terjemahan untuk kata “ jibaala ( ﺧﺑﺎ ﻝ ) . Lalu mengapa , untuk kata “ gunung-gunung “ dipakai sebagai kata terjemahan untuk  rawasiya  (  ﺮﻭﺳﻰ  ) pada ayat Fushilat dan beberapa ayat lain-nya ? Mungkin dihubungkan dengan makna kata “ aqwaataha  (ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ  ) yang nanti akan dijelaskan.
Mengartikan dan menterjemahkan kata “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ    ) dengan “ gunung-gunung  sebenarnya menimbulkan permasalahan . Ayat Luqman 10 ( juga ayat Al Anbiyaa 31 ) menegaskan fungsi dari “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ    ) yaitu : “ Dia meletakkan rawaasiya di bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu “ . Jika  rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ    ) diartikan dengan    gunung-gunung “ berarti fungsi dari  gunung-gunung “ adalah supaya bumi “ tidak menggoyangkan kamu “. Fungsi yang membingungkan sebab fakta justru menunjukkan , jika terjadi gempa , nyatanya kita tetap bergoyang-goyang dan lucunya gunung-gunung itu sendiri ikut digoyang-goyang. Jadi ada kejanggalan dan sesuatu yang belum dipahami jika “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ  ) diterjemahkan dengan “ gunung-gunung “. Maknanya kita kembalikan saja pada asal kata dari “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ  ) yaitu  gaya ikat “ atau “ gaya   tarik “. Dan untuk bumi , gaya ikat atau gaya tarik dimaksud adalah GAYA GRAVITASI BUMI . Dr. Baiquni , pakar Nuklir Indonesia mengartikan ” rawasiya ” ini dengan gaya ikat nuklir.
Untuk diketahui sejumlah ayat yang menyebut kata “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ    ) , yaitu :  Al Anbiya 31 , An Nahl 15 , Ar Ra’d 3  , Al Hijr 19 , An Naml 61 , Luqman 10 , Qaaf 7 , dan Al Mursalat 27 ,

2.   Kata kunci  aqwaataha “ (ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ  ) .
Kata  aqwaataha “ (ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ  ) berasal dari kata :    ﻗﻭﺓ  -   ﻳﻘﻭﻯ   -   ﻗﻭﻯ  -        (  qawiya – yaqwaa – quwwatan  )  dan mempunyai makna ganda , yaitu  :

a.   Kuat ; teguh  atau menguasai . Jadi kosa kata bahasa Indonesia : “ kuat “ adalah kosa kata pinjaman dari bahasa Arab : “ quwwatan “ lalu berkembang pula mem-bentuk kosa kata : kawat karena kuatnya jika dipakai mengikat . Kembangannya dalam pengertian ini adalah :    ﻗﻭﺓ     - jamaknya :  ﻗﻭﺍ ﺕ  ﻗﻭﻯ  -      “ yang berarti  : kekuatan .
b.   Lapar  atau   kosong ; sunyi  :    ﻗﻭﻯ   -   ﻗﻭﺍﺀ                                 

Dalam terjemahan yang telah dikutipkan di muka, rupanya kalimat ayat Fushshilat  10  : wa qaddara fiy-haa aqwaatahaa -  ﻓﻳﻬﺎ ﻭﻗﺪﺮﻓﻳﻬﺎ ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ  -  telah diterjemahkan dengan :  menentukan padanya kadar makanan-makanan ( penghuni ) nya  “, maksudnya  makanan-makanan penghuni bumi “. Dengan kata lain, kata “ aqwaataha - ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ    diartikan dengan  makanan-makanan  ( penghuni )nya “. Sulit memahami bagaimana penjelasannya sehingga kata aqwaataha - ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ diartikan dengan  makanan-makanan  ( penghuni )nya “. Kita hanya menduga , mungkin penterjemah telah mengambil makna yang kedua dari kata  aqwaataha -   ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ “ ini , yaitu : lapar  atau kosong ; sunyi . Perut yang lapar atau kelaparan hanya dapat diobati atau selalu berhubungan dengan “ makanan “ sehingga jadilah kata “ aqwaataha -  ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ  “ diartikan dengan “ makanan-makanan ( penghuni )nya “. Ini hanya dugaan dan kita kembangkan . Oleh karena kata “ aqwaataha - ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ  “ telah diartikan dengan “ makanan-makanan ( penghuni )nya “ sedangkan makanan-makanan bisa diperoleh di gunung- gunung , maka kata    “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ    ) yang berkaitan dengan   aqwaataha -  ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ  “ tersebut pun diartikan dengan    gunung –gunung “. Jika dugaan ini benar , sangat mengherankan mengapa tidak terpikir oleh para penterjemah untuk mengambil makna yang pertama : Kuat ; teguh  atau menguasai  ? Barangkali karena penterjemah merujuk pada kitab-kitab tafsir terdahulu , di mana pemahaman dan penguasaan sains modern tentu saja belum menyentuh para penafsir Al Qur’an untuk menangkap makna sains yang terkandung dalam ayat-ayat Al Qur’an . Ini dugaan semata-mata .
Ada kejanggalan yang mengganggu jika kata “ aqwaataha - ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ  “ diartikan dengan “ makanan-makanan ( penghuni )nya “. Dalam sejumlah ayat Al Qur’an , kata  quwwatan “ memang diartikan dengan : kuat  atau kekuatan . Misalnya, dalam ayat Al Hajj 74  : innallaaha laqawiyya (  ﺍ ﻦﺍ ﷲ  ﻟﻘﻭﻯ  -   -  ) – yang berarti   : Sesungguhnya Allah Maha Kuat. Tentu saja sangat tidak benar jika diartikan dengan : “ Sesungguhnya Allah Maha Makanan “ . Hal yang sama dapat diterapkan , misalnya pada  ayat Al Baqarah 63 dan Al Baqarah 93 :  biquwwatan   (   ﺑﻗﻭﺓ   ) , Al Kahfi 39 :  ﻭﺓ  ( quwwata ) dan lain sebagainya untuk menguji kebenaran jika kata “ quwwatan “ memang diartikan dengan : makanan-makanan . Semuanya hanya menunjukkan makna : Kuat atau Kekuatan . Dengan demikian , kata  aqwaataha - ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ   dalam ayat Fushshilat 10 , tidak bisa tidak,  hanya bisa diartikan dengan : Kekuatan atau Gaya .
Berangkat dari pemahaman kata  rawasiya “ dan “ aqwaataha  sebagaimana yang telah dijelaskan , maka terjemahan  ayat Fushshilat 10 , dapat ditulis  :
Dan Dia menciptakan di bumi itu GAYA GRAVITASI yang kokoh di atasnya . Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar KEKUATAN -nya dalam empat masa . ( Penjelasan ini sebagai jawaban ) bagi orang-orang yang bertanya . ( ayat 10 ) .  
Dengan demikian terjemahan tafsir ayat Fushshilat 9-12 secara lengkap adalah 
Katakanlah : “ Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya ? ( Yang bersifat ) demikian , itulah Tuhan Semesta Alam . ( ayat 9 )
Dan Dia menciptakan di bumi itu GAYA GRAVITASI yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar KEKUATAN-nya dalam empat masa. ( Penjelasan ini sebagai jawaban ) bagi orang-orang yang bertanya . ( ayat 10 ) .  
Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap , lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi : “ Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa “. Keduanya menjawab: “ kami datang dengan suka hati “ ( ayat 11 ) .
 Maka Dia menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya . Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memelihara dengan sebaik-baiknya . Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.  ( ayat 12) .
      
Kembali kepada ayat Luqman 10 ( juga ayat Al Anbiyaa 31 ) yang menegaskan fungsi dari         rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ   ) yaitu : “ Dia meletakkan rawaasiya di bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu “. Pemaknaan “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ  ) dengan “ GAYA GRAVITASI “ akan benar-benar menunjukkan fungsi “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ   ) tersebut  yaitu ” tidak meng-goyangkan kamu ” . Jika bumi tidak memiliki gaya gravitasi , apa yang terjadi pada manusia di atas bumi ? . Manusia akan terlempar dari bumi dan melayang-layang dalam ruang angkasa  tanpa pijakan . Inilah makna dari  supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu “ atau “ supaya bumi tetap berpusing bersama kamu “ yang berarti “ supaya kamu tetap terikat di bumi “ tidak melayang-layang di angkasa .
Selanjutnya ayat-ayat Al Qur’an yang menyebut “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ    ) dapat dibaca :  Al Anbiyaa 31 ; An Nahl 15 ; Ar Raad 3 ;  Al Hijr 19 ; An Naml 61 ; Luqman 10 ; Qaaf 7  ;  Al Mursalat 27  .


GAYA INTERAKSI DALAM ALAM DAN PERIODE PENCIPTAAN MENURUT SAINS MODEREN.

Kita mengenal ada 4 sistem gaya interaksi yang bekerja dalam alam semesta baik makrokosmis atau  mikrokosmis  . Keempat sistem gaya interaksi tersebut adalah  Gaya Gravitasi ,  Gaya Nuklir Lemah , Gaya Elektromagnetik dan Gaya Nuklir  Kuat, masing-masing memiliki kadar kekuatan sendiri-sendiri ( Wa qaddara fiy-haa aqwaatahaa ). Gaya Gravitasi yang paling lemah, menyusul Gaya Nuklir Lemah, kira-kira seperseribu kali Gaya Elektromagnet , kemudian diikuti Gaya Elektromagnetik , dan terakhir yang paling kuat yaitu Gaya Nuklir Kuat , kira-kira seratus kali Gaya Elektromagnetik. Gaya Gravitasi dan Gaya Elektromagnetik mempunyai jangkauan panjang dan bertanggung jawab atas struktur makro, yaitu Gaya Gravitasi mendominasi tatanan planet, bintang , galaksi dan seterusnya . Sedangkan Gaya Elektormagnetik mendominasi atas susunan materi, benda padat , cair maupun gas atau yang mempengaruhi perubahan suatu atom menjadi atom lain. Gaya Nuklir Kuat dan Gaya Nuklir Lemah, mempunyai jangkauan pendek, tersembunyi di dalam inti atom. Gaya Nuklir Lemah bertanggung jawab akan adanya proses peluruhan radioaktif beta atau yang mengikat inti atom dan elektron . Gaya Nuklir Kuat dipercaya bertanggung jawab dalam menyatukan nukleon ( proton dan neutron ) atau yang mengikat partikel-partikel fundamental ( quark, lepton, proton , netron ).
Bagaimanakah gaya-gaya interaksi tersebut tercipta dan bagaimana hubungan dengan penciptaan alam semesta ?  Teori yang paling unggul untuk menjelaskan penciptaan alam semesta dan mencocoki data penelitian adalah TEORI LEDAKAN AGUNG  ( BIG BANG THEORY ) . Sejak tahun 1920-an, Edwin Hubble  berhipotesis bahwa alam semesta dahulunya merupakan suatu kesatuan ( singularitas ) yang luar biasa padatnya  atau keadaan panas yang maha mampat . Ketika terjadi “ ledakan agung “ ( BIG BANG ) , terbentuklah alam semesta  dalam keadaan sekarang . Dasar pemikiran dari teori ini adalah ditemukannya fakta bahwa galaksi-galaksi dalam alam semesta raya terlihat semakin menjauh dari bumi.  Menjauhnya  galaksi atau  menjauhnya sebuah bintang yang terlihat dari bumi  adalah fakta yang tidak diragukan lagi . Hal ini dapat dideteksi berdasarkan prinsip Doppler pada cahaya. Makin jauh letaknya sebuah galaksi makin besar kecepatan pergeserannya yaitu bertambah 15 km/detik untuk setiap gerak 10 6 tahun cahaya. Adanya pergeseran bintang/galaksi dipahami dari adanya perubahan spektrum cahaya dari bintang atau galaksi tersebut dari warna merah berarah ke warna ungu . Dan berdasarkan hal ini diperkirakan alam semesta tercipta kira-kira 20 milyar tahun yang lalu .
Pada tahun 1964 – 1965, Arnos Penzias dan Robert Wilson  memastikan kebenaran Teori Ledakan Agung setelah berhasil mendeteksi radiasi yang ditinggalkan ledakan agung tersebut pada awal terciptanya alam semesta . Dari penelusuran mundur atas jejak keberadaan partikel-partikel dengan waktu parohnya masing-masing , kita mendapatkan gambaran penciptaan alam semesta secara garis besar sebagai berikut :
a.       Pada saat t  =  0 , awal mulainya “ ledakan agung “. Pada saat ini , keempat gaya interaksi merupakan satu kesatuan ( Grand Unified )  . Keempat gaya tadi identik , sama dan belum
dapat dibedakan antara satu dengan yang lain .  
b.      Pada saat t  = 10 -43 detik dari ledakan agung , gaya gravitasi  muncul , sedang ketiga gaya lainnya masih merupakan satu kesatuan .
c.       Pada saat  t  =  10 -35  detik dari ledakan agung , gaya nuklir kuat muncul. Pada saat ini ada tiga gaya yaitu gaya gravitasi , gaya nuklir kuat dan kesatuan gaya elektromagnetik dengan gaya nuklir lemah .
d.      Pada saat  t  =  10 -10 detik dari ledakan , gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah memisah sehingga pada saat tersebut, telah terbentuk keempat gaya yaitu gaya gravitasi , gaya nuklir kuat  , gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah .
e.       Pada saat  t =  10 -5  detik dari ledakang agung , mulai terbentuk partikel-partikel fundamental seperti quark , lepton dan sebagainya . Materialisasi energi  menjadi partikel-partikel dapat dipahami berdasarkan  rumus Einstein  :  E = mc2 .
f.       Pada saat  t  = 3 menit , mulai terbentuk partikel-partikel atom yaitu proton , netron dan electron .
g.      Pada saat  t  = 500.000 tahun  , mulai terbentuk atom  dan seterusnya  pembentukan molekul yang akan menjadi  bahan-bahan penciptaan .

Dari  penelusuran ini, dapat disusun periode penciptaan , yaitu  :
1.   Periode I  : 0  - 10 -43  detik  , awal ledakan agung dan terbentuk satu bentuk energi yang maha mampat  dalam kemanunggalan ( singularitas ) yaitu  keempat gaya interaksi masih berupa kesatuan tunggal.
2.     Periode  II  : 10 -43   - 10 -35 detik  , muncul gaya gravitasi , sedangkan ketiga gaya lainnya  ( gaya nuklir kuat , gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah ) masih merupakan satu kesatuan .
3.      Periode  III :  10 -35   - 10 -10  detik , muncul gaya nuklir kuat . Pada saat ini sudah ada tiga gaya yaitu gaya gravitasi , gaya nuklir kuat dan kesatuan gaya elektro-magnetik dengan gaya nuklir lemah .
4.     Periode  IV  :   10 -10  - 10 -5  detik , gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah memisah . Jadi pada periode ini , keempat gaya interaksi (gaya gravitasi , gaya nuklir kuat , gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah ) bereksistensi  .
5.      Periode  V   :   10 -5 detik – 3   menit , mulai pembentukan partikel-partikel fundamental.
6.    Periode  VI   : 3 menit – 500.000 tahun , pembentukan  partikel –partikel  atom seperti inti atom  ( proton dan neutron ) dan elektron .

Dari  6 periode waktu “ penciptaan , kita dapat melihat , ada empat periode waktu untuk penciptaan gaya-gaya interaksi , dan ada dua periode penciptaan partikel-partikel atom . Keempat system gaya interaksi  yang diciptakan dalam  4 hari “ atau “ empat periode waktu   (  ﻓﻰﺃ ﺮﺑﻌﺔ ﺃ ﻳﺎ ﻢ   )  sejalan dengan yang  telah  diungkapkan dalam ayat Fushshilat 10 : “ Dan Dia menciptakan di bumi itu RAWASIYA yang kokoh di atasnya . Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar AQWAAT-nya dalam empat masa . ( Penjelasan ini sebagai jawaban ) bagi orang-orang yang bertanya “ ( ayat 10 ) . Jangan dipahamkan bahwa tiap satu system gaya interaksi mengambil satu masa penciptaan, sehingga untuk keempat system gaya seluruhnya menjadi empat periode waktu . Melainkan  dipahami bahwa keempat sistem gaya interaksi tersebut dicipta secara bertingkat  dalam waktu empat periode waktu ( ﻓﻰﺃ ﺮﺑﻌﺔ ﺃ ﻳﺎ ﻢ  ) atau empat periode penciptaan RAWAASIYA ( energi ikat , baik gaya Gravitasi semesta ataupun energi ikat inti ) . 
Dua periode berikutnya adalah penciptaan partikel-partikel atom . Atom adalah bahan dasar penciptaan langit dan bumi . Ayat Fushshilat 11 telah digambarkanya:  Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap , lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi ... “.  Kata “ asap “ adalah terjemahan untuk kata “ dukhan “ yang dalam konteks sains dimaknakan dengan “ partikel-partikel atom “. Kalimat “ Dia berkata kepadanya ( yi  . kepada langit ) dan kepada bumi  menunjukkan keadaan langit dan bumi sebagai yang padu . Dalam keadaan padu itulah langit diciptakan dalam “ 2 hari “ atau “ dua periode waktu “ sebagai mana yang dinyatakan dalam ayat 12 :  Maka Dia menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya …“. Sekalipun dalam ayat ini hanya disebutkan     “ LANGIT “ tetapi dalam ayat 11 dikatakan :  Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa  “ yang menunjukkan bahwa penciptaan dalam dua masa tersebut tidak hanya langit secara terpisah melainkan ketika langit dan bumi masih sebagai yang padu . Jelaslah, Al Qur’an telah memberikan isyarat-isyarat sains , yang dibuktikan kebenarannya oleh sains modern . Dengan demikian ” kisah penciptaan alam semesta ” yang tersajikan baik dalam hadist Abu Hurairah, Hadist Ibnu Abbas, Tafsir Ibnu Katsier, Tafsir Jalalain  dan Bibel/Alkitab, tidak sesuai dengan fakta sains .


P E N U T U P

Dari bahasan mengenai masa penciptaan alam semesta 6 periode penciptaan yang dinyatakan dalam Al Qur’an dan objek serta tahapan penciptaan berdasarkan penafsiran sains,  dapat disimpulkan secara garis besar yaitu :
1.        Enam periode penciptaan terdiri dari empat periode penciptaan sistem gaya interaksi dan dua periode penciptaan langit dan bumi . Masing-masing periode waktu dalam tahapan penciptaan , berbeda antara satu dengan yang lain  . 
2.        Periode waktu penciptaan bukan dalam pengertian  ” hari ” menurut  ukuran perputaran bumi pada porosnya ( rotasi bumi ) yang menghasilkan ukuran hari sebesar 24 jam . Tetapi memiliki pengertian rentang waktu tertentu dengan ukuran masing-masing untuk setiap objek yang diciptakan .
3.        Penciptaan langit dan bumi berlangsung bersamaan dalam dua periode waktu yang sama.,
4.        Gaya interaksi yang dicptakan dalam empat periode waktu , besarnya berbeda-beda .  ( Dia menentukan padanya kadar AQWAAT-nya dalam empat masa . )
Dengan demikian, bila dikatakan penciptaan alam semesta dalam ” enam hari ” maka yang dimaksud bukan pengertian hari yang dipahami sehari-hari  yang berukuran 24 jam masing-masing melainkan dalam pengertian ”  enam masa ”, dengan rentang waktu berbeda, yaitu :
a.         Hari Pertama ” dengan rentang waktu   0  - 10 -43  detik 
b.        Hari Kedua ” dengan rentang waktu  10 -43   - 10 -35 detik 
c.         Hari Ketiga ” dengan rentang waktu  10 -35   - 10 -10  detik
d.        Hari Keempat ” dengan rentang waktu  10 -10   - 10 -5  detik
e.         Hari Kelima ” dengan rentang waktu 10 -5 detik – 3   menit
f.         Hari Keenam ” dengan rentang waktu 3 menit – 500.000 tahun
Kemudian pada ” HARI KETUJUH ” ( - tidak termasuk dalam hari-hari penciptaan alam semesta yang disebutkan di atas ), barulah diciptakan segala makhluk antara lain penciptaan manusia ( Adam ) yang menurut sejumlah hadist berlangsung pada ” HARI JUM’AT ”. Dan hal yang terpenting adalah memahami adanya kesalahan terjemahan pada ayat Fush-shilat 10 oleh penterjemah yang menterjemahkan kata ” rawasiya ” dengan ” gunung-gunung ” dan  kata   aqwataha ” dengan ” makanan-makanan bagi penghuninya ”, suatu terjemahan yang memunculkan tuduhan bahwa Al Qur’an bukan wahyu Allah. Tetapi dengan penafsiran sains justru menunjukkan kebenaran Al Qur’an sebagai wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw, sekaligus membuktikan bahwa Al Qur’an bukanlah karangan Nabi Muhammad saw sebagaimana yang dituduhkan kaum non Muslim ( yaitu penganut Kristen khususnya ). Banyak isyarat-isyarat sains yang diberikan Al Qur’an dan seharusnya merangsang manusia untuk membuktikannya. Al Qur’an menantang manusia : ” Afalaa ta’qiluwn ” – ” Afalaa tatafak-karuwn ” – ” Afalaa taddabaruw-nal Qur’an ”. Ketika sains yang telah dicapai manusia belum mampu mengungkap isyarat-isyarat sains, bukan berarti ayat Al Qur’an yang mengangkat isyarat sains tersebut adalah ayat yang tidak terbukti kebenarannya melainkan dipahami pencapaian manusia di bidang sains belum mampu mengungkap isyarat sains yang disebut dalam Al Qur’an. Memahami  kebenaran Al Qur’an tidak bisa hanya dengan ilmu agama ( Fiqih, Hadist, Atsar ) dan kefasihan berbahasa Arab melainkan harus ditunjang dengan ” ILMU SEKULER ” ( Sains, Matematika, dan ilmu-ilmu dunia lainnya ).Wallahu a’lam .


5 komentar:

chipsakti mengatakan...

mohon ijin berkunjung dan baca postingannya, trimssss.

Anonim mengatakan...

artinya penciptaan bumi dan langit adalah 8 masa itu benar? seusai dengan ilutrasi anda tsb : 2 (untuk bumi dan isinya) + 2 untuk langit + 4 (untuk penciptaan 4 gaya gravitasi)
sedangkan di banyak ayat Al-Quran mengatakan Allah menciptakan bumi dan langit dalam 6 masa... bgaiaman anda bisa menjelaskannya?

Anonim mengatakan...

keren................
maaf kalo boleh menambahkan siapa lebih dulu antara bumi dan matahari cobalah membuat sesuatu{apa saja boleh}maka cukuplah perhatikan apa yang lebih dulu kau ambil untuk jadi bahan dasarnya maka itulah jawabannya lalu tanyakan pada dirimu bumi atau matahari{cahaya}yang lebih dulu diciptakan...........terima kasih ilmunya

Unknown mengatakan...

Tidak ada yang tidak mungkin bagi ALLAH SWT dengan menciptakan tumbuh-tumbuhan (tanaman) tanpa cahaya dan Air.
dari mana adanya kalian (manusia),padahal tadinya kalian tidak berbentuk sama sekali dan tidak ada sama sekali...
lalu siapa yang menciptakan kalian?
Dialah Allah Swt yang maha memungkinkan segala sesuatunya,yang tidak mungkin menjadi mungkin jika dia sudah berkehendak (Kun Fayakun, Jadilah maka Jadilah)..!!

dan anda pun menyebutkan tentang Bumi beredar pada porosnya??
Bumi mengelilingi matahari,itu adalah teori dan konsep orang yahudi dan nasrani mencuci otak umat muslim agar muslim jaman sekarang melupakan Al-Qur'an yang jelas-jelas sudah menjelaskan tentang bentuk bumi itu adalah tidak bulat,melainkan Datar.

Allah Swt Berfirman :

(Al-Baqarah):22
- Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

Al-Ĥijr:19
- Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.

Ţāhā:53
- Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.

Nuh (Nūĥ):19
- Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,

Hamparan Bumi = apakah Masih bisa kita katakan bumi itu Bulat..??

Percayalah,Bahwa Al-Qur'an dan Hadist adalah Benar adanya sebagai penolong'Mu kelak di akhirat yaitu Jannah dari Fitnah Dunia yang menyesatkan.

Yes mengatakan...

Urutan penciptaan yang paling kacau kakakakak

Posting Komentar