ENAM HARI PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
SEBUAH TINJAUAN SAINS
PENDAHULUAN
Pada umumnya
seorang Muslim – terutama yang awam – selalu berkeyakinan bahwa alam semesta
diciptakan dalam ENAM HARI dengan pengertian ” HARI ” seperti yang dipahami
sehari-hari yaitu : AHAD , SENIN, SELASA, RABU, KAMIS, JUM’AT dan SABTU . Berdasarkan
pemahaman demikian , dikatakan bahwa Allah menciptakan alam semesta dalam
hari-hari dengan pengertian seperti itu . Hadist Shahih pun menyatakan hal
tersebut . Misalnya Hadist Shahih Muslim ( terjemahan
bahasa Indonesia jilid 4 halaman 327-328 ) meriwayatkan mengenai hari-hari
penciptaan alam semesta sebagai berikut
:
Dari Abu Hurairah ra , katanya , Rasulullah
saw memegang tangannya lalu beliau bersabda : “ Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan tanah
pada hari Sabtu , menancapkan gunung pada hari Ahad , menumbuhkan pohon-pohon
pada hari Senin , menjadikan bahan-bahan mineral pada hari Selasa , menjadikan
cahaya pada hari Rabu , menebarkan bintang pada hari Kamis dan menjadikan Adam
pada hari Jum’at setelah selesai tercipta seluruh makhluq daripada saat
terakhir di hari Jum’at antara Ashar dan malam
Matan Hadist yang
dikutip jelas tidak masuk akal. Hal ini
bisa dijelaskan demikian . Menurut Hadist ini , urutan
penciptaan dimaksud adalah demikian :
Hari SABTU
|
: Dijadikan Tanah
|
Hari AHAD
|
: Menancapkan gunung-gunung
|
Hari SENIN
|
: Menumbuhkan pohon-pohon
|
Hari SELASA
|
: Menjadikan bahan-bahan mineral
|
Hari RABU
|
: Menjadikan cahaya
|
Hari KAMIS
|
: Menebarkan bintang
|
Hari JUM’AT
|
: Menjadikan Adam as. Antara waktu Ashar dan
malam
|
Mari kita melakukan kritik nalar atas informasi hadist di
atas sebagai berikut :
1.
Sebutan “ HARI “ menunjukkan adanya perputaran bumi
pada porosnya ( rotasi bumi ) ketika bumi mengelilingi matahari ( revolusi )
yang ditandai dengan pergeseran SIANG dan MALAM , yang akan nyata bila ada
cahaya matahari . Dengan demikian untuk menyatakan “ HARI SABTU, HARI AHAD ,
.... dstnya “ mengharuskan adanya matahari selaku sumber cahaya. Tetapi
bagaimana bisa dikatakan “ HARI SABTU
dijadikan tanah .....dan seterusnya “ padahal belum ada matahari ,
sedangkan cahaya baru dijadikan pada “ HARI RABU “ ?
2. Pohon-pohon ditumbuhkan pada
HARI SENIN . Kita tahu bahwa pertumbuhan dan perkembangan tetumbuhan
membutuhkan cahaya matahari . Tetapi bagaimana hal itu bisa terjadi
padahal cahaya baru dijadikan pada “
HARI RABU “ ?
3.
Tanah dijadikan pada HARI SABTU
lebih dahulu dari bahan-bahan mineral yang dijadikan pada HARI SELASA padahal
mineral adalah unsur yang terkandung dalam tanah ( bumi ).
4. Bintang ditebarkan pada HARI
KAMIS setelah penciptaan tanah ( bumi ) pada HARI SABTU , penciptaan
pohon-pohon pada HARI SENIN, penciptaan bahan-bahan mineral pada HARI SELASA .
Artinya , bumi , pepohonan dan bahan-bahan mineral diciptakan lebih awal dari
cahaya. Kemudian cahaya lebih dahulu ada
(diciptakan pada HARI RABU ) daripada bintang , yang justru menjadi
sumber cahaya . Bintang atau matahari adalah sumber cahaya dengan bumi sebagai
anggota ( planet ) dalam sistem tata surya. Bagaimana mungkin , bumi ( tanah )
diciptakan lebih dahulu dari sumbernya ( matahari atau bintang ) ? Bagaimana
mungkin cahaya lebih dahulu ada dari sumber cahaya ?
Kritik nalar yang dikemukakan berangkat dari fakta sains yang sudah pasti ,
bukan pada tataran teori yang masih harus dibuktikan kebenarannya . Bila
melihat isi hadist yang dibicarakan , kita mendapatkan kejanggalan dan sesuatu
yang tidak masuk akal. Apalagi tidak disebutkan pada hari apa diciptakannya
hewan-hewan . Tidak diragukan lagi - dari
segi ISI ( MATAN ) bukan dari segi SANAD
- hadist tersebut adalah HADIST
PALSU dan tidak mungkin dikatakan oleh
Nabi saw . Ketidak- benarannya , diakui pula oleh Ulama hadist . Prof. M.Hasbi
Ash Shiddiqy dengan bersumber dari
Ulama-Ulama Hadist dengan menyatakan bahwa di antara hadist yang dipandang
DHA’IF oleh para Ahli Hadist adalah hadist yang menyebutkan : “ Allah
menciptakan tanah itu pada hari Sabtu “ ( lihat “ POKOK-POKOK DIRAYAH
HADIST , halaman 66 ). Dan menariknya, hadist yang bersumber dari Abu Hurairah di
atas agak mirip dengan hari-hari penciptaan menurut Bibel .
Cerita
penciptaan alam semesta dalam Bibel
dengan rinciannya dapat kita temukan dalam Kitab Kejadian ( Genesis ;
Beresyit ) 1 : 3 -31 dan Kejadian 2.
Juga Bibel menyebut penciptaan alam semesta berlangsung dalam waktu ” 6 hari ” .
Ayat Keluaran
31 : 17 mengungkapkan :
Maka sabat itulah menjadi suatu tanda di
antara Aku dengan segala Bani Israel sampai selama-lamanya ; maka ia itu sebab Tuhan pun telah menjadikan langit dan bumi
dalam enam hari lamanya dan Tuhan
telah berhenti pada hari ketujuh serta disenangkannya dirinya .
Masa penciptaan
yang disebutkan dalam Bibel adalah : “ 6
hari “ tetapi dalam pengertian memang benar-benar “ hari “ sebagaimana yang kita kenal dan kita pahami sehari-hari
berdasarkan perputaran bumi pada porosnya ketika mengeliling matahari . Tidak
ada pengertian “ hari “ sebagai “ periode waktu “. Rincian PENCIPTAAN selama “ 6 hari “ menurut Bibel
dapat dibaca dalam kitab Kejadian
1 : 2 – 31 adalah berikut :
1. KEADAAN AWAL BUMI SEBELUM PENCIPTAAN adalah kelam kabut .
Kondisi kelam kabut yang disebut rupanya karena permukaan bumi sebelum
penciptaan diselimuti air . Ayat Kejadian
1 : 2 mengungkapkan :
Maka bumi itu lagi campur
baur adanya , yaitu suatu hal yang ketutupan kelam kabut ; maka Roh Allah
berlayang-layang di atas muka air itu
.
2. HARI PERTAMA PENCIPTAAN adalah diciptakannya TERANG , lalu
TERANG itu dipisahkan dengan GELAP. Dan TERANG itu adalah SIANG dan GELAP itu
adalah MALAM. Ayat Kejadian 1 : 3-5 mengungkapkan :
Maka firman Allah :“ Hendaklah ada TERANG “. Lalu TERANG pun jadilah . Maka dilihat Allah akan TERANG itu baiklah adanya lalu diceraikan Allah TERANG itu dengan GELAP.
Maka dinamai
Allah akan TERANG itu SIANG dan akan GELAP itu MALAM . Setelah petang dan pagi, maka itulah HARI YANG PERTAMA .
3. HARI
KEDUA PENCIPTAAN adalah
penciptaan LANGIT sebagai suatu bentangan di
tengah-tengah AIR sehingga terpisah menjadi :
AIR DI ATAS BENTANGAN dan AIR DI BAWAH
BENTANGAN . Ayat Kejadian 1 : 6-8
mengungkapkan :
Maka firman Allah : “ Hendaklah ada SUATU BENTANGAN pada sama tengah AIR
itu supaya diceraikannya AIR dengan AIR
.
Maka
dijadikan Allah akan BENTANGAN
itu serta diceraikannyalah AIR YANG
DIBAWAH BENTANGAN itu dengan AIR YANG DI ATAS BENTANGAN ; maka
jadilah demikian .
Lalu
dinamai Allah akan BENTANGAN itu LANGIT
. Setelah petang dan pagi , maka itulah HARI
YANG KEDUA .
4. HARI KETIGA PENCIPTAAN adalah penciptaan DARATAN dan LAUT
( yang berarti penciptaan BUMI) pada
AIR YANG DI BAWAH BENTANGAN ( atau pada AIR YANG DIBAWAH LANGIT). Air yang
mengumpul dinamai LAUT sedangkan bagian kekeringan yang ditinggalkan oleh air
ketika mengumpul dinamai DARATAN.Kemudian diikuti dengan penciptaan RUMPUTDAN
PEPOHONAN Ayat Kejadian 1 : 9 – 13 mengungkapkan :
Maka firman Allah : “ Hendaklah segala AIR YANG DI BAWAH LANGIT itu berhimpun kepada satu tempat , supaya
kelihatan yang KEKERINGAN itu ; maka jadilah demikian .
Lalu dinamai Allah akan yang KEKERINGAN itu DARAT dan
akan PERHIMPUNAN SEGALA AIR itu
dinamainya LAUT ; maka dilihat Allah
itu baiklah adanya .
Maka firman Allah : “ Hendaklah bumi itu menumbuhkan rumput dan
pokok yang berbiji dan pohon yang berbuah-buah dengan tabiatnya , yang berbiji
dalamnya di atas bumi itu ; maka jadilah demikian .
Yaitu ditumbuhkan bumi akan rumput dan pokok yang berbiji dengan
tabiatnya dan pohon-pohon yang berbuah-buah
yang berbiji dalamnya dengan tabiatnya ; maka dilihat Allah itu baiklah
adanya .
Setelah petang dan pagi , maka itulah HARI KETIGA .
5. HARI KEEMPAT PENCIPTAAN adalah penciptaan MATAHARI dan BULAN. Ayat Kejadian 1 : 14 – 19 mengungkapkan :
Maka firman Allah : “ Hendaklah ada
beberapa BENDA TERANG dalam BENTANGAN LANGIT , supaya diceraikannya
SIANG dengan MALAM dan menjadi tanda dan
ketentuan masa dan hari dan tahun .
Dan supaya ia itu menjadi BENDA TERANG pada BENTANGAN LANGIT akan menerang-kan BUMI ; maka jadilah demikian .
Maka dijadikan Allah akan kedua benda
terang yang besar itu , yaitu TERANG
YANG BESAR itu akan MEMERINTAHKAN
SIANG dan TERANG YANG KECIL itu
akan MEMERIN-TAHKAN MALAM DAN SEGALA
BINTANG pun.
Maka ditaruh Allah akan dia dalam BENTANGAN LANGIT akan memberi TERANG di atas bumi.
Dan akan MEMERINTAHKAN SIANG dan MALAM
dan akan MENCERAIKAN TERANG
itu dengan GELAP ; maka dilihat
Allah itu baiklah adanya .
6. HARI KELIMA PENCIPTAAN
adalah penciptaan makhluk bernyawa dan sulur menulur dalam air , unggas
dan ikan . Ayat Kejadian 1 : 20 –
23 mengungkapkan sebagai berikut :
Maka firman
Allah : “ Hendaklah dalam segala air itu menggeriak beberapa kejadian yang
bernyawa dan sulur menyulur dan hendaklah ada unggas terbang di atas bumi dalam
bentangan langit .
Maka
dijadikan Allah akan ikan raya yang besar-besar dan segala binatang sulur
menyulur , yang menggeriak dalam air itu tiap-tiap dengan tabiatnya dan segala
unggas yang bersayap
dengan tabiatnya; maka dilihat Allah
itu, baiklah adanya .
Maka
diberkati Allah akan dia , firmannya : “ Jadilah biak dan bertambah-tambahlah
kamu dan ramaikan air yang di dalam laut
itu dan hendaklah segala unggas itupun bertambah-tambah di atas bumi .
Setelah petang dan pagi , maka itulah hari yang ke lima .
7. HARI KEENAM PENCIPTAAN adalah penciptaan makhluk hidup dari
binatang yang
besar ( binatang jinak ,
binatang melata dan binatang liar ) dan kemudian manusia . Ayat Kejadian 1 : 24 -31 mengungkapkan :
Maka firman Allah : “ Hendaklah bumi itu mengeluarkan kejadian yang hidup dengan
tabiatnyayaitu dari pada binatang yang jinak dan yang menjalar dan yang
liar , tiap-tiap dengan tabiatnya ; maka jadilah demikian.
Maka dijadikan
Allah akan segala binatang yang liar di
atas bumi itu dengan tabiatnya dan segala binatang yang jinak pun dengan
tabiatnya dan segala binatang yang menjalar di atas bumi pun dengan tabiatnya ;
maka dilihat Allah itu baiklah adanya .
Maka firman
Allah : “ Baiklah kita menjadikan manusia atas peta dan atas teladan kita
supaya diperintahkannya segala ikan yang di dalam laut dan segala unggas yang
di udara sdan segala binatang yang jinak dan seisi bumi dan segala binatang
pelata yang menjalar di tanah .
Maka dijadikan Allah akan manusia itu atas
petanya yaitu atas peta Allah dijadikannya ia , maka dijadikannya mereka itu
laki-laki dan perempuan .
Maka
diberkati Allah akan keduanya serta firmannya kepadanya : “ Ber-biaklah dan
bertambah-tambahlah kamu dan penuhilah olehmu akan bumi itu dan taklukkanlah
dia dan perintahkanlah segala ikan yang di dalam laut dan segala unggas yang di
udara dan segala binatang yang menjalar di atas bumi.
Lagi
firman Allah : “ Bahwa sesungguhnya Aku telah memberikan kamu segala
tumbuh-tumbuhan yang berbiji-biji di atas seluruh muka bumi dan segala pohon
yang berbuah dengan berbiji itu akan makananmu .
Tetapi
akan segala binatang liar yang di bumi
dan segala unggas yang di udara dan segala binatang yang menjalar di atas bumi,
yang ada nyawa hidup dalamnya , maka Aku
mengaruniakan segala tumbuh-tumbuhan yang hijau akan makanannya . maka jadilah
demikian .
Maka dilihat Allah akan tiap-tiap
sesuatu yang dijadikannya itu , sesungguhnya amatlah baiknya adanya . Setelah
petang dan pagi , maka itulah hari yang ke enam .
8. HARI KETUJUH ( PASCA PENCIPTAAN ) , Allah berhenti dari
melakukan penciptaan . Ayat
Kejadian 2 : 2-3 mengungkapkan :
Maka pada hari
yang ke tujuh setelah sudah disampaikan Allah pekerjaannya yang telah
diperbuatnya itu maka berhentilah Ia pada hari yang ke tujuh itu dari pada
pekerjaannya
Maka diberkati
Allah akan hari yang ketujuh itu serta dijadikannya karena di dalamnya telah Ia
berhenti dari pada pekerjaannya yang telah diperbuatnya akan menyempurna-kan
dia .
Demikian Bibel
bercerita tentang penciptaan alam semesta . Antara kedua riwayat
penciptaan – Hadist Abu Hurairah dan Bibel - sama-sama menunjukkan kejanggalan
dan menjadi sesuatu yang tidak masuk akal , walaupun keduanya menunjukkan
urutan penciptaan yang berbeda. Untuk lebih memahaminya , berikut disajikan
urutan penciptaan menurut Hadist Abu Hurairah ra dan urutan penciptaan menurut
Bibel disajikan dalam tabel berikut :
HARI
|
MENURUT HADIST
ABU HURAIRAH
|
MENURUT BIBEL
|
SABTU/ PERTAMA
|
Dijadikan Tanah
|
Siang dan malam ( Terang dan
gelap)
|
AHAD /KEDUA
|
Menancapkan gunung-gunung
|
Langit
|
SENIN/KETIGA
|
Menumbuhkan pohon-pohon
|
Daratan dan Lautan
|
SELASA/KEEMPAT
|
Menjadikan bahan-bahan mineral
|
Benda Langit ( bintang
dan bulan )
|
RABU/KELIMA
|
Menjadikan cahaya
|
Binatang ular, binatang air dan burung
|
KAMIS/KEENAM
|
Menebarkan bintang
|
Binatang dan manusia
|
JUM’AT/KETUJUH
|
Menjadikan Adam as. Antara
waktu Ashar dan malam
|
Berhenti ( Istirahat )
|
Bibel tidak menyebut nama HARI melainkan menyebut URUTAN ORDINAL
saja , HARI PERTAMA, HARI KEDUA dan seterusnya .
Penyebutan nama HARI ada pada hadist Abu Hurairah . Hari KETUJUH menurut Bibel
adalah HARI SABTU . Tetapi secara makna kata, nama ” HARI ” yang disebut dalam
Hadist Abu Hurairah menunjukkan ” ORDINAL ” tetapi sayangnya tidak urut yaitu :
SABTU ( ” Sab’a ” ) = Tujuh , AHAD = Satu , SENIN ( ” Itsnain ” ) = Dua ,
SELASA ( ” Tsalatsa ”) = Tiga , RABU ( ”
Arba’a ”) = Empat ’ , KAMIS (” Khamsa ” ) = Lima. Sedangkan JUM’AT bukan
menunjukkan angka ordinal dan tidak untuk angka ” enam ” tidak tersebut
sebagai nama ” HARI ”.
Betapapun perbedaan urutan ,
keduanya tetap menunjukkan kejanggalan . Tetapi urutan yang disajikan
Bibel ” MASIH LEBIH LOGIS ” dari urutan
yang disajikan hadist Abu Hurairah , sehingga jika ummat Islam berpegang pada
hadist Abu Hurairah – sebuah hadist yang
dipandang dan ditetapkan sebagai hadist shahih – maka orang non Muslim,
khususnya penganut Kristen akan berpendapat ajaran Kristen lebih benar dari
ajaran agama Islam .
Demikian
ketidak-benaran hadist yang berbicara tentang HARI-HARI PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
padahal hadist Abu Hurairah adalah HADIST YANG DINYATAKAN SHAHIH dan tercantum
dalam HADIST SHAHIH BUKHARI. Ummat Islam telah terjebak dengan pemahaman yang
keliru tentang penciptaan alam semesta .
AYAT-AYAT AL QUR’AN
TENTANG HARI-HARI ATAU MASA PENCIPTAAN ALAM SEMESTA .
Ayat-ayat Al Qur’an yang menyebut
masa penciptaan “ 6 hari “ secara
langsung dimaksud , dikutipkan dengan terjemahan berdasarkan “ Al Qur’an Dan Terjemah-nya “ Dep. Agama RI sebagai berikut :
1. Ayat
Al Furqaan 59 ( Qs. 25 : 59 ) .
Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dalam enam masa , kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy , ( Dia-lah ) yang Maha
Pemurah , maka tanyakanlah ( tentang Allah ) kepada yang lebih mengetahui (
Muhammad ) tentang Dia .
2.
Ayat As Sajdah 4 ( Qs. 32 : 4 ) .
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa , kemudian
Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang
penolong dan tidak (pula) seorang pemberi safa’at. Maka pakah kamu tidak
memperhatikan ?
3.
Ayat
Qaaf 38 ( Qs. 50 : 38
) .
Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa , dan Kami
sedikitpun tidak ditimpa keletihan
4.
Ayat Al A’raaf 54 ( Qs. 7 : 54 ) .
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa , lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Dia menutup-kan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat , dan (
diciptakan-Nya pula ) matahari , bulan dan bintang-bintang ( masing-masing )
tunduk kepada perintah-Nya . Ingatlah , menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah . Maha suci Allah , Tuhan semesta Alam .
5.
Ayat Yunus
3 ( Qs. 10 : 3 ) .
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang Menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa , kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala
urusan . Tiada seorangpun
yang akan memberi safa’at kecuali sesudah ada izin-Nya . ( Dzat ) yang demikian itulah Allah , Tuhan
kamu , maka sembahlah Dia . Maka apakah kamu tidak
mengambil pelajaran ?.
6.
Ayat Huud 7a
( Qs. 11 : 7a ) .
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa , dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air , agar Dia menguji , siapakah di
antara kamu yang lebih baik amalnya . dan
jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan
dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan
berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata."
7. Al Hadiid
4 ( Qs. 57 : 4 ) .
Dia-lah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa ; Kemudian Dia
bersemayam di atas ‘Arsy . Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa
yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik
kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada . Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan .
Dalam ayat-ayat Al Qur’an yang
dikutip, terungkap kata “ yaum “ ( ﻳﻭﻡ ) , jamaknya : “ ayyam “ ( ﺃ ﻳﺎ ﻡ ) sebagai ” satuan waktu penciptaan ” . Kedua
kata - “ yaum “ ( ﻳﻭﻡ ) dan “ ayyam
“ (
ﺃ ﻳﺎ ﻡ ) - biasanya
diartikan dengan ” hari ” , kemudian oleh ummat Islam awam dimaknakan sebagai
hari-hari yang dijalani dalam kehidupan manusia yang berukuran 24 jam . Lalu secara
tegas dikatakan bahwa masa penciptaan alam semesta adalah “ 6 hari “ dengan pengertian “ hari
“ berukuran 24 jam.
Bila dihubungkan dengan hadist Abu
Hurairah tentang hari-hari penciptaan alam semesta di muka , rupanya ” 6 hari ” dalam ayat-ayat Al Qur’an ditafsirkan dengan : SABTU , AHAD , SENIN, SELASA, RABU, dan KAMIS . Sedangkan hari JUM’AT bukan hari
penciptaan alam semesta melainkan hari penciptaan manusia ( Adam ) .
Tetapi Al Qur’an dan Terjemahnya ,
Dep.Agama RI menerjemahkan kata “ yaum
“ dalam ayat-ayat tersebut dengan ” masa
” yang menunjukkan periode waktu tertentu yang bisa sangat lama atau yang sangat
singkat. Sebuah terjemahan yang sangat tepat , karena membawa pada pemahaman
yang lebih logis dan sesuai dengan fakta sains dibandingkan bila diterjemahkan
dengan ” hari ” yang bisa berimplikasi pada pemahaan yang tidak benar. Berarti kata “ Yaum“ ( ﻳﻮﻢ ), jamaknya “Ayyam “ (ﺃﻳﺎﻢ ) tidak bisa lagi dimaknakan
dengan ”hari ” dalam pengertian hari-hari dalam ukuran 24 jam : Ahad,
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu.
PENGERTIAN “ HARI “ DALAM PENCIPTAAN ALAM SEMESTA MENURUT AL QUR’AN .
Kata “ HARI “ adalah terjemahan dari kata “ Yaum
“ ( ﻳﻮﻢ ), jamaknya “Ayyam
“ (ﺃﻳﺎﻢ ). Tetapi
beberapa Ahli tafsir menterjemahkannya dengan ” masa ” . Dengan
menterjemahkan kata “ Yaum “ ( ﻳﻮﻢ ) , jamaknya “Ayyam
“ (ﺃﻳﺎﻢ ) dengan
kata ” masa ” memberikan beberapa
makna dalam Al Qur’an yang
menunjukkan :
a. Ukuran waktu 24 jam ( hari biasa ) .
Ayat Al Baqarah 184 :
( yaitu ) dalam beberapa
hari tertentu . Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan ( lalu ia berbuka ) maka ( wajiblah baginya berpuasa ) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain . Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika
mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.
Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan ,
maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.
Kata
“ ﺃ ﻳﺎ ﻣﺎ “ ( ayyaa-man
) atau “ ﺃ ﻴﺎﻢ “ ( ayyaa-min
) dalam ayat di atas menunjukkan ukuran
waktu hari-hari berpuasa yaitu siang hari dalam ukuran pergantian siang dan
malam
selama 24 jam .
b. Masa yang tidak terhingga singkatnya ( Dinyatakan
dengan “ Setiap saat “ ).
Ayat Ar Rahmaan 29 :
Semua yang
ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya . Setiap waktu Dia dalam
kesibukan
Kata
“ ﻛﻝ ﻳﻮﻡ “ tidak diterjemahkan dengan “ setiap hari “ yang bisa saja memberi pemahaman adanya tenggang waktu dalam satuan yang lebih kecil
untuk tidak sibuk melainkan dimaknakan
dengan “ setiap waktu “ yang bisa berarti bahwa sampai dengan tenggang waktu yang kecil
tak terhingga , Allah SWT tetap melakukan kesibukan sehingga tidak ada celah
waktu untuk tidak sibuk . Pengertian demikian telah menolak dogma Kristen yang menyatakan bahwa
Allah membutuhkan waktu untuk beristirahat setelah sibuk melakukan penciptaan
alam semesta . Hari istirahatnya Tuhan ini disebut HARI SABAT.
c. Masa yang abadi dan tak terhingga lamanya .
Al Fatihah 4 :
- Yang Menguasai Hari Pembalasan
Kata “ yaum “ (ﻴﻮﻡ ) yang berhubungan “ Hari pembalasan “ nanti di akhirat menunjukkan waktu yang abadi dan tak terhingga lamanya . Pengertian yang sama , dapat
dijumpai pada ayat :
Al Furqaan 17 , An Nuur
24, 25 , 64 dan sebagainya .
d. Ukuran
waktu 50.000 tahun .
Al Ma’arij 4 :
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (
menghadap ) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun .
Kata “ yaum “ ( ﻴﻮﻡ ) menunjukkan
masa waktu yang sama dengan 50.000 tahun
e. Ukuran
waktu 1000 tahun .
As Sajdah
5 :
Dia mengatur
urusan dari langit ke bumi , kemudian ( urusan ) itu naik kepada-Nya dalam satu
hari yang kadarnya ( lamanya ) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu
Kata “ yaum “ (ﻴﻮﻡ
) menunjukkan
masa waktu yang sama dengan 1000 tahun . Pengertian demikian juga diungkapkan ayat Al
Hajj 47 . Sebagai catatan , perlu
dikemukakan di sini , oleh karena ketidak-tahuan maka banyak orang – terutama penganut Kristen yang berusaha
membangun keragu-raguan ummat Islam terhadap Al Qur’an - mempertanyakan perbedaan ukuran 1 hari antara
ayat Sajdah 5 ( - 1 hari = 1000 tahun ) dengan ayat Al Ma’arij 4 ( 1 hari = 50.000 tahun - ) . Kedua ayat
tersebut tidak bisa dipertentangkan karena konteksnya berbeda . Pada ayat
Sajdah 5 , yang membutuhkan ” waktu
tempuh ” 1000 tahun adalah ” urusan , amar ” sedangkan pada ayat Al
Ma’arij 4 , yang membutuhkan ” waku
tempuh ” 50.000 tahun adalah para
malaikat dan Jibril.
f. Ukuran
waktu relatif masa hidup seseorang di
dunia .
Ayat
Thaa-haa 103-104 :
Mereka berbisik-bisik di antara mereka : “
Kamu tidak berdiam ( di dunia ) melainkan hanyalah sepuluh hari “. Kami lebih
mengetahui apa yang mere-ka katakan ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mere-ka
: “ Kamu tidak berdiam ( di dunia ) melainkan hanyalah sehari saja “
Bandingkan dan baca pula ayat Al Mu’minuun 112 -114 .
g. Saat tertentu ketika terjadi suatu peristiwa .
Ayat Ibrahim 5 :
Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan
kepadanya): " Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah ". Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang
penyabar dan banyak bersyukur.
Ayat Mursalat 12-15 :
( Niscaya dikatakan kepada mereka ) : "Sampai
hari apakah ditangguhkan ( mengazab orang-orang kafir itu ) ? ". Sampai hari keputusan. Dan tahukah
kamu apakah hari keputusan itu? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi
orang-orang yang mendustakan.
Pada ayat Ibrahim 5 dikatakan : ” Wa zakkir hum bi ayyaamillahi ” satu
perintah Allah kepada Nabi Musa as. untuk memperingatkan kaum Yahudi
dengan ”
hari-hari Allah ” yang
maksudnya : saat terjadinya peristiwa
yang menimpa kaum sebelumnya . Sedangkan pada ayat Mursalaat 12-15
mengungkapkan saat terjadinya hari
kiamat .
Memperhatikan makna yang bermacam-macam atas kata “ hari “- “ Yaum “ ( ﻳﻮﻢ ) atau “Ayyam “ ( ﺃﻳﺎﻢ ) dalam Al Qur’an menunjukkan bahwa kata “ hari
“- “ Yaum “ ( ﻳﻮﻢ ) atau “ Ayyam
“ ( ﺃﻳﺎﻢ ) adalah
“ periode waktu “ atau ” masa
” , tidak semata-mata berarti “ hari
“ dalam pengertian sehari-hari dalam
ukuran 24 jam berdasarkan rotasi bumi pada sumbunya .
AYAT FUSHSHILAT 9- 12 -
TENTANG TAHAP PENCIPTAAN
Tahap penciptaan alam semesta dalam
Al Qur’an disebutkan pada ayat Fushshilat
9 -12 . Berikut disajikan ayat Fushshilat 9 - 12 dengan terjemahan yang
diberikan berdasarkan “ Al Qur’an Dan
Terjemahnya “ Dep. Agama RI. sebagai
berikut :
Katakanlah : “ Sesungguhnya patutkah kamu
kafir kepada Yang Menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya ? ( Yang bersifat ) demikian ,
itulah Tuhan Semesta Alam .
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya . Dia memberkahinya
dan Dia menentukan padanya kadar
makanan-makanan ( penghuni )-nya dalam empat masa . ( Penjelasan ini sebagai jawaban ) bagi
orang-orang yang bertanya .
Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap , lalu Dia berkata kepadanya dan
kepada bumi : “ Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati
atau terpaksa “. Keduanya menjawab: “ kami datang dengan suka hati “.
Maka Dia menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya . Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bin-tang-bintang yang
cemerlang dan Kami memelihara dengan sebaik-baiknya . Demikianlah ketentuan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui .
Membaca
terjemahan ayat Fush-shilat 9-12 , bila dilakukan tanpa dukungan penjelasan
sains dan penalaran, bisa memunculkan tiga permasalahan , yaitu :
a.
Jumlah ” hari penciptaan ” atau ” masa penciptaan ” semesta , yang jika dipahami secara awam akan membawa
kepada tuduhan adanya kontradiksi ayat-ayat Al Qur’an.
b. Adanya pemahaman bahwa bumi lebih dahulu diciptakan dari langit. Pemahaman
ini akan membawa pula kepada tuduhan adanya kontradiksi dengan ayat lain yang
menegaskan langit lebih dahulu diciptakan dari bumi .
c.
Tentang objek yang diciptakan sebagaimana yang diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia dalam ” AL QUR’AN DAN TERJEMAHNYA ” Dep.Agama RI. Terjemahan seperti
ini justru memunculkan tuduhan bahwa Al Qur’an menyajikan ayat yang
bertentangan dengan fakta sains dan juga menyajikan ayat yang tidak masuk akal
.
Permasalahan
yang disebutkan di atas tidak perlu muncul bila ayat Fush-shilat 9-12 dipahami berdasarkan
penalaran dan penjelasan sains . Hal-hal
inilah yang menjadi kajian dalam tulisan ini . Sesuai dengan pemahaman yang dimiliki tanpa
pengetahuan dasar Al Qur’an , banyak di antara kita memahami bahwa berdasarkan ayat Fushshilat 9- 12 , masa penciptaan alam semesta oleh
Tuhan adalah 8 hari dengan rincian sebagai berikut :
Masa penciptaan bumi ( “ 2 hari “ ) + masa penciptaan
gunung-gunung yang kokoh di bumi
dan menentukan kadar
makanan-makanan ( penghuni )-nya ( “ 4 hari “ ) +
masa penciptaan langit ( “ 2
hari “ ) = 8 hari .
Cara berhitung gampangan tanpa melihat susunan dan pengertian dasar yang
terkandung dalam rangkaian ayat Fushshilat
9 -12 . Dengan pemahaman yang demikian , jadilah ayat Fush-shilat 9-12 bertentangan dengan ayat-ayat Al Qur’an yang
menyebut masa penciptaan alam semesta adalah ” 6 hari ”. Begitu pula dengan
urutan penciptaan . Sehubungan dengan ayat Fush-shilat 9-12 menarik disimak Hadist
Ibnu Abbas ra sebagaimana yang termuat dalam
kitab Hadist Shahih Bukhari . Berikut disajikan hadist dimaksud yang dikutip
dari terjemahan kitab MUKHTASAR SHAHIH BUKHARI oleh Nashiruddin Albani , jilid
4 halaman 530 :
Dari
Sa’ied , ia berkata : “ Seorang laki-laki berkata kepada Ibnu Abbas : ‘
Sesungguhnya aku mendapati dalam Al Qur’an perkara-perkara yang berselisih
atasku …………………… Firman-Nya : “ AMIS-SAMAA’U BANAAHA “ ( Ataukah langit, Dia
membangunnya ) hingga firman-Nya : “ DUHAA-HAA “ . Disebutkan padanya :
PENCIPTAAN LANGIT SEBELUM BUMI . Kemudian Dia berfirman : “ A’INNAKUM LAA
TAKFURUU-NA BIL LADZI KHALAQAL ARDHA FI YAUMI “ ( Sungguh kamu kafir kepada
Yang Menciptakan bumi dalam dua hari ).
Pada ayat ini disebutkan : PENCIPTAAN BUMI SEBELUM LANGIT ……
Maka beliau ( Ibnu Abbas ra )
menjawab : “ ……………..… ‘ KHALAQAL ARDHA FIY YAUMAINI ‘ ( Allah SWT menciptakan
bumi pada dua hari ) lalu menciptakan
langit . Kemudian Dia menuju langit dan menjadikannya pada dua hari yang
lain. Setelah itu Dia membentangkan bumi . Membentangkannya adalah dengan
mengeluarkan darinya air, padang rumput, menciptakan gunung-gunung, unta- unta , bebukitan dan apa yang ada di
antaranya pada dua hari yang lain. Itulah firman-Nya : “ KHALAQAL ARDHA FIY YAUMAIN “ ( Dia menciptakan bumi pada dua
hari ). Bumi dan segala yang ada padanya dijadikan pada empat sedangkan langit
dijadikan pada dua hari ……………………………… Jangan berselisih atasmu Al Qur’an.
Sesungguhnya , semuanya berasal dari sisi Allah ”.
Hadist di atas kita sebut
HADIST MAUQUF atau lebih tepat
disebut ATSAR SAHABAT yaitu hadist yang
berisi fatwa atau anggapan sahabat atau
yang diriwayatkan terhenti hanya sampai sahabat dan tidak sampai kepada Nabi
saw . Hadist di atas mengungkapkan penjelasan Abdullah bin Abbas ra ( Ibnu
Abbas ra ) tentang masa dan urutan penciptaan antara langit dengan bumi kepada
seorang laki-laki yang memahamkan adanya kontradiksi antara ayat An Naazi’at
27- 30 dengan ayat Fushilat 9/11. Berikut disajikan terjemahan kedua ayat Al
Qur’an yang dinilai bertentangan oleh laki-laki tersebut dan mempertanyakannya
kepada Ibnu Abbas ra .
Ayat An Naazi’at 27-30
:
Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah LANGIT
YANG TELAH DIBANGUN-NYA. Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya
Dan Dia menjadikan malamnya (
gelap gulita ) dan menjadikan siangnya ( terang benderang ) . Dan SETELAH ITU
BUMI DIA HAMPARKAN
Ayat Fush-shilat 9/11
Katakanlah : “ Pantaskah kamu ingkar kepada TUHAN
MENCIPTAKAN BUMI DALAM DUA HARI dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya ( ayat 9 )
KEMUDIAN DIA MENUJU KE LANGIT dan
(langit) itu masih berupa asap ( ayat 11)
Laki-laki itu menilai , menurut ayat An Naazi’at 27 -30
, LANGIT DICIPTAKAN LEBIH DAHULU DARI BUMI , sedangkan menurut ayat Fushshilat
9/11 , BUMI DICIPTAKAN LEBIH DAHULU DARI LANGIT . Tentu dalam keyakinan
laki-laki itu , tidak mungkin ayat Al Qur-an berkontradiksi antara satu dengan
yang lain . Oleh karena itulah ia bertanya kepada Ibnu Abbas ra tentang masalah
tersebut . Dan Ibnu Abbas ra telah memberikan penjelasan, bukan berdasarkan
keterangan Nabi saw melainkan pendapat atau menurut pemahaman Ibnu Abbas ra
pribadi sesuai dengan “ pengetahuan sains
“ yang dimiliki masyarakat pada waktu itu. Penjelasan Ibnu Abbas ra menurut
hadist di atas adalah demikian :
-
Yang mula-mula diciptakan
adalah BUMI selama dua hari .
-
Kemudian Allah menuju kepada
penciptaan LANGIT , juga selama dua hari
-
Sesudah Allah menciptakan
LANGIT , kemudian ALLAH MEMBENTANGKAN BUMI ,yang maksudnya Allah mengeluarkan
air, padang rumput , MENCIPTAKAN GUNUNG-GUNUNG
unta-unta , bebukitan dan apa yang ada di antaranya pada dua hari .
-
Dengan demikian masa penciptaan
bumi empat hari dan masa penciptaan langit dua hari .
Inti permasalahannya , mana
yang diciptakan lebih dahulu menurut Al Qur’an, BUMI ATAUKAH LANGIT ? Dan Ibnu Abbas ra telah memberikan jawaban
yang tegas bahwa BUMI DICIPTAKAN LEBIH DAHULU DARI LANGIT . Cuma pada waktu itu
BUMI BELUM DIBENTANGKAN yaitu belum ada air , belum ada gunung-gunung dan
segala yang ada . Masih kosong . Setelah langit diciptakan , barulah BUMI YANG
KOSONG dilengkapi dengan air , rumput , gunung-gunung dan sebagainya .
Kajian nalar atas isi hadist tersebut memberikan kesimpulan tentang
KETIDAK-BENARAN ISINYA sehingga dapat dikatakan hadist ini adalah HADIST DHA’IF
dari segi matannya sekalipun dari segi sanad adalah hadist shahih . Apakah kita
harus mengatakan bahwa HADIST DENGAN ISI YANG TIDAK BENAR INI ADALAH BENAR
lantaran karena shahih sanad-nya ? Bagaimana kita menetapkan ketidak-benaran
isi hadist ini ? Hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Ibnu Abbas ra mengatakan BUMI
DICIPTAKAN DALAM EMPAT HARI yaitu DUA
HARI PENCIPTAAN AWAL dan DUA HARI UNTUK
PENGHAMPARAN BUMI. Berbeda dengan terjemahan ayat Fushshilat 11 : “ DIA TENTUKAN MAKANAN-MAKANAN ( bagi
penghuninya ) DALAM EMPAT HARI “. Jadi menurut terjemahan dalam “ AL
QUR’AN DAN TERJEMAHNYA “ Dep. Agama RI,
EMPAT HARI adalah tenggang untuk menetapkan MAKANAN-MAKANAN bagi
penghuni bumi , BUKAN MASA PENCIPTAAN BUMI seperti yang dikatakan Ibnu Abbas ra
.
2.
Dalam penjelasan Ibnu Abbas ra
ada penahapan dalam penciptaan bumi yaitu PENCIPTAAN AWAL di mana bumi dalam “ KEADAAN KOSONG “ .
Kemudian pada tahap pasca penciptaan langit , ada tahap PEMBENTANGAN BUMI .
Dalam tahap ini barulah GUNUNG-GUNUNG DICIPTAKAN ! Aneh , karena bagaimanapun penciptaan
gunung menyatu dengan penciptaan bumi.
3. Penjelasan Ibnu Abbas ra dalam
hadist di atas bertentangan dengan
temuan sains yang sudah diakui kebenarannya .
Oleh karena itulah , kita tolak hadist tersebut sebagai hadist
shahih dan menyatakan secara pasti sebagai HADIST DHA’IF dalam pengertian bila
memang Ibnu Abbas ra. menyatakannya yang didasarkan pada pemahaman pribadi
sesuai dengan “ pengetahuan sains “ yang dimilikinya dan dimiliki masyarakat pada
masa itu . Kita bersepakat pada satu hal atas isi hadist Ibnu Abbas yaitu pesan
Ibnu Abbas ra : “Jangan berselisih atasmu
Al Qur’an. Sesungguhnya , semuanya berasal dari sisi Allah “ karena memang kedua ayat Al Qur’an tersebut
tidak bertentangan bahkan kedua ayat tersebut saling menunjang dan sesuai
dengan penemuan sains modern . Pemahaman kita secara awam atas ayat Al Qur’an telah
mengantarkan kita kepada sikap untuk menyatakannya sebagai ayat-ayat yang
bertentangan . Tetapi jika disimak dengan baik melalui pemahaman sains modern
justru kita mendapat kebenaran tentang ayat-ayat Al Qur’an tersebut dan kedua
ayat tersebut tidaklah bertentangan.
Dan mengenai ketidak-benaran pejelasan Ibnu Abbas ra
dalam hadist di atas bisa dipahami karena memang berangkat dari pemahaman
menurut masanya pada waktu itu . Bisa jadi banyak di antara kita yang tidak
berani menyalahkan pernyataan Ibnu Abbas ra tentang urutan penciptaan dan
periode penciptaan tersebut, apalagi pernyataan Ibnu Abbas ra tersebut tercantum
dalam Hadist Shahih Bukhari . Sikap seperti itu hanya menunjukkan kevakuman
berpikir manusia justru di zaman modern ini. Sebuah sikap yang menjadi salah
satu sumber keterbelakangan dan keterpurukan ummat Islam dibandingkan dengan
ummat agama lain. Masih saja ada yang mencoba mempertahankan “ kebenaran “ pernyataan Ibnu Abbas ra
lantaran disebutkan sebagai hadist shahih padahal yang dikatakannya sangat
tidak benar dan sangat tidak masuk akal . Tidak diragukan lagi bahwa apa yang
dikatakan Ibnu Abbas ra adalah salah . Demikian itu tidak mengherankan .
Jangankan Ibnu Abbas ra yang hidup di masa 1500 tahun yang lalu dengan
pengetahuan sains yang sangat minim, bahkan Ulama-Ulama yang di masa modern sekarangpun
bisa terjengkang dengan pernyataannya
yang tidak benar tentang alam semesta . Tidak kurang dari Ulama besar seperti
BIN BAZ dan IBNU ‘ UTSAIMIN yang
terjengkang . Majalah QIBLATI dalam kolom “ KOREKSI “ ( hal. 30 , edisi 11
tahun II , Agustus 2007 M – Rajab 1428 H ) memuat penjelasan MAMDUH FARHAN AL
BUHAIRI sebagai pembelaan atas kedua Ulama besar tersebut sebagai berikut :
…. yang menyebabkan sebagian Ulama – di antara mereka adalah IBNU
BAZ dan IBNU ‘UTSAIMI- TIDAK MENYATAKAN BERPUTARNYA BUMI adalah karena tidak
adanya dalil shahih menurut mereka dalam masalah tersebut , di tambah lagi
dengan persangkaan mereka bahwa penetapan perputaran bumi hanyalah sekedar
teori yang mungkin bisa disanggah ……...………………………………………………………………………………………… .........
– bahwa tidak termasuk menjadi SYARAT SEORANG ALIM untuk tidak melakukan suatu
kesalahan. Kesempurnaan itu langka. Maka janganlah berlebih-lebihan dalam
mencintai seorang Ulama , namun jangan pula kita mencari-cari kesalahannya
sehingga kita telah berbuat kurang adil terhadap seorang Ulama . Tidak ada seorang manusiapun di
dunia ini yang selamat dari suatu kesalahan
Bagaimana bunyi pendapat Bin Baz dan Ibnu Utsaimi tentang tidak
berputarnya bumi ( baik gerak revolusi bumi mengelilingi matahari ataupun gerak
rotasi bumi mengelilingi sumbunya ) , tidak dijelaskan oleh Mamduh Farhan
Buhairi. Namun dari pernyataan Mamduh Farhan Buhairi , tahulah kita bahwa kedua
Ulama besar tersebut – yang justru hidup di abad modern ini – masih berpendapat
bahwa bumi tidak berputar , sama
dengan pendapat manusia tiga ribu- empat ribu tahun yang lalu . Dan pendapat
kedua Ulama besar itu muncul hanya gara-gara tidak disebut dalam hadist shahih
atau dalil yang shahih . Tetapi pembelaan Mamduh Farhan Al Buhairi berlebihan .
Jika kita mengungkapkan adanya kekeliruan pendapat dan fatwa seorang Ulama dan
memberikan kritik atas pernyataannya, janganlah diartikan bahwa kita
mencari-cari kesalahan dan mencaci maki Ulama tersebut , melainkan menyatakan bagaimana yang sebenarnya
supaya mereka yang terlalu fanatik dan mengkultus-individukan seorang Ulama dapat
mengetahui yang benar tentang masalah yang dibicarakan. Kita tidak perlu
mencaci maki Ulama akibat kekeliruannya . Dan kritik yang diberikan atas
pernyataan seorang Ulama tidak harus diartikan sebagai caci-maki . Fakta ayat
Al Qur’an menunjukkan ada ayat Al Qur’an yang bersifat kauniah dan ada pula
yang bersifat kauliah . Ayat kauniah adalah ayat-ayat Al Qur’an yang terkait
dengan alam semesta sedangkan ayat kauliah adalah ayat-ayat yang terkait dengan
penetapan hukum ( baik ibadah maupun mu’amalah ). Pemahaman ayat kauniah
menjadi sandungan bagi para Ulama Fiqih dan Ulama Hadist karena penjelasan
tentang ayat-ayat kauniah membutuhkan ilmu pendukung yaitu sains , yang justru
sangat sedikit bahkan tidak dimiliki para Ulama Fiqih dan Ulama Hadist . Oleh karena
itu , perlu diluruskan paradigma yang terbangun selama ini , seakan-akan Ulama
Hadist dan Ulama Fiqih telah mengetahui segala-galanya , mulai dari Ilmu Fiqih
dan Ilmu Hadist sampai kepada Sains . Tetapi fakta yang terkait tentang “ terjungkal “-nya kedua Ulama besar – Bin
Baz dan Ibnu Utsaimi – dengan pernyataannya berkenaan dengan pemahaman tentang gerak bumi , telah
menunjukkan kesalahan paradigma tersebut . Kedua Ulama tersebut tidak memiliki
otoritas keilmuan untuk membicarakan sains karena memang wilayah disiplin
keilmuannya tidak menyentuh ke sana . Apa yang terjadi dengan pernyataan ledua
Ulama tersebut menjadi fakta yang menyadarkan kita bahwa bukan saatnya lagi
mendewa-dewakan Ulama Hadist dan Ulama Fiqih sepanjang permasalahan yang
dibicarakan melenceng dari wilayah disiplin ilmu yang dimilikinya ( ILMU AGAMA
– FIQIH – HADIST ). Tapi masalah hadist dan Fiqih patutlah kita dengarkan dan
menyimaknya karena keluasan ilmunya di bidang tersebut. Untuk urusan sains ( Ilmu Pengetahuan Alam ) serahkan kepada
ahlinya karena sains tidak bisa dibedah dengan ILMU FIQIH.
Kita simak pula tafsir Ibnu Katsier atas ayat
Fush-shilat 9 – 12 ( - dikutip dari
Terjemah Singkat TAFSIR IBNU KATSIER , oleh H. Salim Bahreisy dan H.Said Bahreisy dan yang dikutip hanya
kalimat yang mengungkap penciptaan langit dan bumi saja - ) berikut :
….. apakah kamu kafir kepada Tuhan
yang telah menciptakan bumi dalam dua masa
dan ……….. Dia-lah Tuhan seru
sekalian alam, pencipta segala sesuatu , Tuhan alam semesta , yang menjadikan bumi berbarokah
menghasilkan apa yang dibutuhkan para peng-huninya berupa padi-padian,
buah-buahan , yang bersama-sama penciptaan buminya menjadi empat masa sesuai bagi yang memerlukannya , kemudian
Dia menuju kepada penciptaan langit yang
masih merupakan asap yang naik dari air bumi tatkala diciptakan.
………………………………….. Maka Dia menjadikannya
tujuh langit dalam tempo dua masa pula dan Dia mewahyukan penertiban bagi
tiap-tiap langit apa yang dibutuhkan malaikat-malaikat dan lain-lain kebutuhan
yang hanya Dia-lah yang mengeta-huinya . Dan
Dia jualah yang menghiasi langit terdekat dengan berbagai bintang dan planet
yang bersinar cemerlang menyinari bumi………………………
Pengetahuan apa yang dapat dipetik dari Tafsir Ibnu
Katsier tentang penciptaan langit dan bumi berdasarkan ayat Fush-shilat 9 – 12
ini ? Kita dapat sarikan sebagai berikut
:
1.
Pertama-tama Tuhan menciptakan bumi dalam dua masa .
2.
Kemudian Tuhan menjadikan di atas bumi berbarakah
dengan tumbuhnya padi-padian, buah-buahan , yang dibutuhkan penghuninya . Periode penciptaannya adalah empat masa , di mana
termasuk masa penciptaan bumi itu sendiri . Dengan demikian masa penciptaan
padi-padian, buah-buahan , yang dibutuhkan atau menjadi makanan penghuninya
adalah dua masa .
3.
Kemudian Tuhan menuju penciptaan langit yang masih
berupa asap di mana asap ini diperoleh dari hasil penguapan air di bumi ketika
bumi diciptakan. Proses penciptaan
langit yang terdiri dari tujuh langit ini berlangsung dua masa .
4.
Lalu Allah SWT menghiasi langit terdekat dengan
bintang-bintang dan planet yang bersinar cemerlang dan menyinari bumi .
Menyimak isi Tafsir Ibnu Katsier di atas, kita mendapatkan pemahaman
bahwa bumi lebih dahulu diciptakan bahkan buah-buahan dan padi-padian lebih
dahulu ada daripada langit . Bagaimana
hal itu bisa terjadi padahal untuk pertumbuhan pohon–pohon sehingga berbuah ,
begitu pula dengan padi-padi, pasti
membutuhkan sinar matahari yang justru pada saat itu belum diciptakan ? Begitu
pula jika penciptaan langit dari asap yang berasal dari proses penguapan air di
bumi , lalu bagaimana penguapan itu bisa terjadi padahal matahari yang
dibutuhkan untuk melancarkan penguapan justru belum diciptakan ? Tidak
diragukan lagi betapa “ anehnya “
penafsiran Ibnu Katsier tentang penciptaan langit dan bumi menurut ayat Fush-shilat 9 – 12 tersebut . Ibnu
Kasier adalah ahli sejarah dan ahli Tafsir . Tapi sayang memberi tafsir yang
janggal atas ayat Fush-shilat 9 – 12 karena tidak tahu tentang sains. Apakah
kejanggalan tersebut harus diakui kebenarannya lantaran dikemukakan seorang
ahli Hadist dan ahli Sejarah ?
Tafsir Jalalain ( yaitu tafsir yang disusun oleh dua
orang bernama “ JALALUDDIN “ yaitu Imam Jalauddin Al Mahally dan Imam
Jalaluddin As Suyuthi ) atas ayat Fush-shilat 9 -12 juga mengungkapkan “ kejanggalan “ dari pandangan dan pemahaman
sains , sebagai berikut :
1.
Bumi diciptakan dalam dua hari yaitu hari Ahad dan hari
Senin.
2.
Dijadikan di atas bumi gunung-gunung yang kokoh dan
kuat , memberkahinya dengan air yang banyak dan tanam-tanaman serta pohon-pohon
, membagi-bagikan padanya kadar makanan-makanannya untuk manusia dan fauna ,
dalam masa dua hari yaitu hari Selasa dan hari Rabu , sehingga untuk kejadian
sempurna bagi bumi seluruhnya adalah empat hari ( Ahad- Senin- Selasa- Rabu ).
3.
Lalu diciptakan langit ( - tujuh langit - ) yang pada
saat itu masih berupa asap yang membumbung tinggi dalam dua hari yaitu hari Kamis dan hari
Jum’at . Dan pada hari itu juga – yaitu pada hari Jum’at – diciptakan Nabi Adam
. Kemudian langit dihiasi dengan bintang-bintang .
Dari tafsir Jalalain ini tidak disinggung HARI SABTU dan pada hari itu untuk penciptaan apa
ataukah pada hari itu Tuhan tidak melakukan penciptaan apa-apa ?
Merujuk pada Tafsir Jalalain ini , rupanya bumi dengan segala
pepohonan, tanaman , fauna dan sebagainya diciptakan lebih dahulu dari langit
dan segala benda langit . Jelas sekali tafsir ini bertentangan dengan fakta
sains . Tidak mungkin ada kehidupan di bumi bila tanpa cahaya matahari
sedangkan matahari baru diciptakan sesudah penciptaan bumi dengan segala
makhluk hidupnya . Juga bila
dibandingkan dengan hadist Abu Hurairah , terdapat perbedaan . Jika dalam tafsir Jalalain ini dikatakan
bahwa bumi diciptakan pada hari AHAD dan SENIN , tetapi menurut hadist Abu
Hurairah , TANAH ( - jika dimaknakan dengan BUMI - ) diciptakan pada hari SABTU
. Sedangkan menancapkan gunung dan mengadakan pepohonan serta tanam-tanaman ,
menurut hadist Abu Hurairah terjadi pada hari AHAD dan SENIN tetapi menurut tafsir Jalalain terjadi
pada hari SELASA dan RABU . Dan sebagaimana
yang telah disinggung sebelum ini , Tafsir Jalalain tidak menyebut HARI SABTU ,
sedangkan Hadist Abu Hurairah menyebut HARI SABTU sebagai hari penciptaan TANAH
. Perbedaan-perbedaan ini hanya semakin memperkuat kesimpulan ketidak benaran
tentang hari-hari penciptaaan alam semesta ( bumi dan langit ) baik menurut hadist Abu Hurairah ataupun Tafsir
Jalalain .
Selanjutnya mengenai permasalahan yang muncul dengan terjemahan ayat
Fush-shilat 9 – 12 adalah masalah objek penciptaan . Berdasarkan rangkaian ayat
, disebutkan lebih dahulu penciptaan bumi dalam dua masa , lalu penciptaan
gunung-gunung dan menetapkan kadar makanan-makanan bagi penghuninya ( penghuni
bumi ) dalam empat masa . Kemudian Allah
menuju langit dan melakukan penciptaan langit dalam dua masa . Dan selanjutnya
menghiasi langit dengan bintang-bintang , tanpa
periode penciptaan bintang-bintang .
Demikian urutan penciptaan objek alam semesta menurut Tafsir
tetapi dari kaca mata sains , sangat tidak masuk akal. Dan menjadi
pertanyaan yang sangat sentral , apakah memang demikian yang dimaksudkan oleh
Allah SWT dalam ayat Fush-shilat 9 -12 ataukah pemahaman yang demikian hanya karena berdasarkan terjemahannya ?.
Satu hal yang perlu ditekankan di sini bahwa terjemahan Al Qur’an bukanlah Al
Qur’an .
MEMAHAMI AYAT FUSHSHILAT 10
Untuk menyatakan apakah ayat - ayat Al Qur’an yang menyebut masa penciptaan alam semesta
“ 6
hari “ bertentangan atau tidak bertentangan dengan ayat Fushshilat 9,10
& 12 , yang menunjukkan masa penciptaan alam semesta adalah “ 8 hari “ ( -
menurut interpretasi orang awam ),
maka harus diyakinkan dulu apakah benar ayat Fushshilat 9,10, 12
benar-benar menyatakan masa penciptaan alam semesta adalah 8 hari ,
ataukah tidak lebih dari hasil pemahaman yang keliru atas ayat Fushshilat
9,10,12 ? Ketika kita tahu bahwa yang demikian merupakan pemahaman yang keliru
maka dengan sendirinya tidak benar lagi mempertentang-kannya dengan ayat-ayat
Al Qur’an yang menyebut masa penciptaan alam semesta : 6 hari . Mempertentangkannya
justru menunjukkan kebodohan .
Secara kesatuan ada kesulitan memahami makna
ayat Fushshilat 9 -12 berdasarkan terjemahan, khususnya mengenai
ayat Fushshilat 10. Bahkan terjemahan yang diberikan bisa membawa kepada pemahaman yang tidak
masuk akal sama sekali karena bersalahan dengan fakta sains yang sudah mapan .
Tapi syukurnya , kita masih memiliki teks asli dari ayat tersebut dalam Al Qur’an yang terjaga dari perubahan
oleh tangan-tangan manusia, sehingga kemustahilan yang muncul dari setiap
terjemahan bisa dipangkas melalui analisis ayat Al Qur’an tersebut. Tidak
seperti Bibel, kitab suci penganut Kristen yang sudah mengalami perubahan .
Mari kita
perhatikan terjemahan ayat Fushshilat 10 berdasarkan Al Qur’an Dan Terjemahnya
, Dep. Agama RI , yang dikutipkan
kembali sebagai berikut :
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh
di atasnya . Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan ( penghuni ) - nya dalam
empat masa ( Penjelasan ini sebagai jawaban ) bagi
orang-orang yang bertanya . ( ayat
10 ) .
Menyimak terjemahan ayat Fushshilat
10 di atas , kita mendapatkan
gambaran yang sangat aneh yaitu sesudah Allah menciptakan bumi dalam dua
masa , lalu Allah menciptakan
gunung-gunung di bumi , sekaligus menentukan kadar makanan penghuninya dalam
empat masa . Apakah gunung-gunung
itu bukan bagian dari bumi sehingga Allah SWT menciptakan gunung-gunung secara
tersendiri sekaligus menetapkan
kadar makanan penghuninya ? Sangat mustahil , sebab gunung-gunung adalah
bagian dari bumi , sehingga penciptaannya pun merupakan bagian dari penciptaan
bumi . Rupanya pada ayat Fushshilat 10, penterjemah telah menterjemah-tafsirkan
kata“ rawasiya “ ( ﺮﻭﺳﻰ ) dengan “ gunung-gunung “ dan kata
“ aqwaataha “ (ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ ) dengan “ makanan-makanan
penghuninya “.
Untuk memudahkan pembahasan ,
sebaiknya kedua kata yaitu “ rawasiya
“ ( ﺮﻭﺳﻰ ) dan “ aqwaataha “(ﺃ
ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ ) ini ditulis tetap dalam
terjemahannya sehingga terjemahan ayat Fushshilat 10 menjadi berbunyi sebagai
berikut :
Dan Dia menciptakan di bumi itu RAWASIYA yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia
menentukan padanya kadar AQWAAT-nya dalam empat masa .(Penjelasan ini sebagai jawaban ) bagi orang-orang yang bertanya
. ( ayat 10 ) .
Ada dua kata kunci yang perlu
dibahas pada ayat Fushshilat 10 , yaitu kata
“ rawasiya “ dan kata “ aqwaat “ , yang disajikan sebagai
berikut :
1.
Kata “ Rawasiya “ ( ﺮﻭﺳﻰ )
Kata
“ Rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ ) mempunyai akar kata “
rasaa “ ( ﺭﺳﺎ ) dengan denklinasinya :
“ ﺮﺳﻭﺍ -
ﻳﺮﺳﻭ “ yang berarti : “
tetap, tak bergerak , terikat “. Misalnya pada kata “ ﺇ ﺳﺎ - ﺃ ﺳﻰ “ berarti : “ mengikatkan
pada sauh “. Dan seperti kalimat : “ ﺮﺳﻦ ﺍ ﻠﺪ ﺍ ﺑﺔ
“ berarti “ tali
pengikat hewan “. Kembangan lain dari kata “ rasaa
“ (
ﺭﺳﺎ ) ini adalah ”
raa-sin ” ( ﺮﺍ
ﺳﻭ ) atau ” raa-siyah ”( ﺳﻴﻪ ﺮﺍ ) yang
berarti : tetap , berlabuh , kapal bersauh . Berdasarkan makna kata, maka kata “ Rawasiya “ ( ﺮﻭﺳﻰ ) mempunyai makna : pengikat
, penambat . Bayangkan oleh anda akan seekor kuda yang tertambat atau yang
terikat pada sebuah pohon dengan seutas tali . Kuda hanya bisa berlari-lari
mengelilingi dengan keadaan tetap terikat pada pohon . Antara kuda dengan pohon
terjadi gaya aksi-reaksi yang terlihat gejalanya pada tegangan tali. Dengan
kata lain , kuda tidak bisa ke mana-mana karena adanya gaya yang tampak pada
tegangan tali . Dalam hal ini , “ Rawasiya
“ (ﺮﻭﺳﻰ ) –nya bukan tali itu sendiri melainkan sesuatu yang
terbentuk pada tali sebagai bentuk interaksi antara kuda dengan pohon .
Interaksi ini disebut dengan gaya ikat
atau gaya tarik .
Kita tidak tahu, mengapa para
penterjemah Al Qur’an mengartikan kata “ Rawa-siya
“ (ﺮﻭﺳﻰ ) dengan : “ gunung-gunung “ , padahal dalam sejumlah
terjemahan ayat-ayat Al Qur’an , justru “ gunung-gunung “ adalah terjemahan untuk
kata : “ jibaala ” ( ﺧﺑﺎ ﻝ ) . Berbagai ayat Al Qur’an menunjukkan hal itu ,
misalnya :
-
Wa
takuw-nul jibaalu kal ihnil man-fuws
Dan gunung-gunung
seperti bulu yang dihambur-hamburkan
-
Wa ilal jibaali kay-fa nushibat
Dan gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan
-
Wal jibaala arsaaha
Dan gunung-gunung
dipancangkan-Nya dengan teguh
-
Wal jibaala aw-taadaa
Dan
gunung-gunung sebagai pasak
-
Yaw-ma tarjuful ardhu wal jibaalu wa kaa-natil jibaalu
katsiy-ban mahiy-la
Pada hari , bumi dan gunung-gunung bergincangan dan menjadilah gunung-gunung itu
tumpukan-tumpukan pasir yang berterbangan .
Terlihat jelas kata “ gunung-gunung
“ sebagai terjemahan untuk kata “ jibaala
” ( ﺧﺑﺎ ﻝ ) . Lalu mengapa , untuk
kata “ gunung-gunung “ dipakai
sebagai kata terjemahan untuk “ rawasiya
“ ( ﺮﻭﺳﻰ ) pada ayat Fushilat dan beberapa ayat lain-nya ? Mungkin
dihubungkan dengan makna kata “ aqwaataha
“ (ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ ) yang nanti akan dijelaskan.
Mengartikan dan menterjemahkan kata
“ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ ) dengan “ gunung-gunung
“ sebenarnya menimbulkan permasalahan . Ayat
Luqman 10 ( juga ayat Al Anbiyaa 31 ) menegaskan fungsi dari “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ ) yaitu : “ Dia meletakkan rawaasiya di bumi supaya bumi
itu tidak menggoyangkan kamu “ . Jika
“ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ ) diartikan dengan “ gunung-gunung
“ berarti fungsi dari “ gunung-gunung “ adalah supaya bumi “ tidak menggoyangkan kamu “. Fungsi yang membingungkan
sebab fakta justru menunjukkan , jika terjadi gempa , nyatanya kita tetap
bergoyang-goyang dan lucunya gunung-gunung itu sendiri ikut digoyang-goyang.
Jadi ada kejanggalan dan sesuatu yang belum dipahami jika “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ ) diterjemahkan dengan “ gunung-gunung “. Maknanya kita
kembalikan saja pada asal kata dari “ rawasiya
“ (ﺮﻭﺳﻰ ) yaitu “ gaya ikat “ atau “ gaya tarik “. Dan untuk
bumi , gaya ikat atau gaya tarik dimaksud adalah GAYA GRAVITASI BUMI . Dr. Baiquni , pakar Nuklir Indonesia
mengartikan ” rawasiya ” ini dengan gaya ikat nuklir.
Untuk diketahui sejumlah ayat yang
menyebut kata “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ ) , yaitu : Al Anbiya 31 , An Nahl 15 , Ar Ra’d 3 , Al Hijr 19 , An Naml 61 , Luqman 10 , Qaaf
7 , dan Al Mursalat 27 ,
2. Kata kunci
“ aqwaataha “ (ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ ) .
Kata “ aqwaataha “ (ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ )
berasal dari kata : “ ﻗﻭﺓ -
ﻳﻘﻭﻯ - ﻗﻭﻯ
- “ ( qawiya – yaqwaa – quwwatan ) dan
mempunyai makna ganda , yaitu :
a. Kuat ; teguh atau
menguasai . Jadi kosa kata bahasa Indonesia : “ kuat “ adalah kosa kata pinjaman dari bahasa Arab : “ quwwatan
“ lalu berkembang pula mem-bentuk kosa kata : kawat karena kuatnya jika dipakai mengikat . Kembangannya dalam pengertian ini
adalah : “ ﻗﻭﺓ “ - jamaknya
: “ ﻗﻭﺍ ﺕ ﻗﻭﻯ - “ yang berarti : kekuatan
.
b. Lapar atau kosong ; sunyi :
“ ﻗﻭﻯ - ﻗﻭﺍﺀ “
Dalam terjemahan yang telah dikutipkan di
muka, rupanya kalimat ayat Fushshilat
10 : wa qaddara fiy-haa aqwaatahaa -
ﻓﻳﻬﺎ ﻭﻗﺪﺮﻓﻳﻬﺎ ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ - telah
diterjemahkan dengan : “ menentukan padanya kadar makanan-makanan ( penghuni ) nya “, maksudnya “ makanan-makanan
penghuni bumi “. Dengan kata lain, kata “ aqwaataha
- ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ “ diartikan
dengan “ makanan-makanan ( penghuni )nya
“. Sulit memahami bagaimana
penjelasannya sehingga kata “ aqwaataha - ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ “ diartikan dengan “ makanan-makanan ( penghuni )nya “. Kita hanya menduga ,
mungkin penterjemah telah mengambil makna yang kedua dari kata “ aqwaataha - ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ “ ini , yaitu : lapar atau kosong ; sunyi . Perut yang lapar atau
kelaparan hanya dapat diobati atau selalu berhubungan dengan “ makanan “ sehingga jadilah kata “ aqwaataha - ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ “ diartikan dengan “ makanan-makanan
( penghuni )nya “. Ini hanya dugaan dan kita kembangkan . Oleh karena kata
“ aqwaataha - ﺃ
ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ “ telah diartikan dengan “ makanan-makanan ( penghuni )nya “ sedangkan makanan-makanan bisa
diperoleh di gunung- gunung , maka kata “ rawasiya
“ (ﺮﻭﺳﻰ ) yang berkaitan
dengan “ aqwaataha
- ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ “ tersebut pun diartikan
dengan “ gunung –gunung “. Jika dugaan ini benar , sangat mengherankan
mengapa tidak terpikir oleh para penterjemah untuk mengambil makna yang pertama
: Kuat ; teguh atau
menguasai ? Barangkali karena penterjemah merujuk pada kitab-kitab tafsir
terdahulu , di mana pemahaman dan penguasaan sains modern tentu saja belum
menyentuh para penafsir Al Qur’an untuk menangkap makna sains yang terkandung
dalam ayat-ayat Al Qur’an . Ini dugaan semata-mata .
Ada kejanggalan yang mengganggu jika
kata “ aqwaataha - ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ “ diartikan dengan “ makanan-makanan ( penghuni )nya “. Dalam sejumlah ayat Al Qur’an ,
kata “ quwwatan “ memang
diartikan dengan : kuat atau kekuatan
. Misalnya, dalam ayat Al Hajj 74 : innallaaha
laqawiyya ( ﺍ ﻦﺍ ﷲ ﻟﻘﻭﻯ - - ) – yang berarti : Sesungguhnya Allah Maha Kuat. Tentu
saja sangat tidak benar jika diartikan dengan : “ Sesungguhnya Allah Maha Makanan
“ . Hal yang sama dapat diterapkan , misalnya pada ayat Al Baqarah 63 dan Al Baqarah 93 : biquwwatan ( ﺑﻗﻭﺓ ) , Al Kahfi 39 : ﻗﻭﺓ ( quwwata ) dan lain sebagainya untuk menguji kebenaran jika kata “ quwwatan
“ memang diartikan dengan : makanan-makanan
. Semuanya hanya menunjukkan makna : Kuat
atau Kekuatan . Dengan demikian ,
kata “ aqwaataha - ﺃ ﻗﻭﺍ ﺗﻬﺎ “ dalam
ayat Fushshilat 10 , tidak bisa tidak, hanya bisa diartikan dengan : Kekuatan atau Gaya .
Berangkat dari
pemahaman kata “ rawasiya “ dan “ aqwaataha
“ sebagaimana yang telah dijelaskan ,
maka terjemahan ayat Fushshilat 10 ,
dapat ditulis :
Dan Dia
menciptakan di bumi itu GAYA
GRAVITASI yang kokoh di
atasnya . Dia memberkahinya dan Dia
menentukan padanya kadar KEKUATAN -nya dalam empat masa . ( Penjelasan ini sebagai jawaban ) bagi
orang-orang yang bertanya . ( ayat
10 ) .
Dengan demikian terjemahan
tafsir ayat Fushshilat 9-12 secara lengkap adalah
Katakanlah : “ Sesungguhnya patutkah kamu
kafir kepada yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kamu
adakan sekutu-sekutu bagi-Nya ? ( Yang bersifat ) demikian , itulah Tuhan
Semesta Alam . ( ayat 9 )
Dan Dia menciptakan di bumi itu GAYA GRAVITASI yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya
dan Dia menentukan padanya kadar
KEKUATAN-nya dalam empat masa. (
Penjelasan ini sebagai jawaban ) bagi orang-orang yang bertanya . ( ayat 10 ) .
Kemudian Dia menuju langit dan langit itu
masih merupakan asap , lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi : “ Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa “. Keduanya
menjawab: “ kami datang dengan suka hati “ ( ayat 11 ) .
Maka Dia menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya . Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memelihara dengan sebaik-baiknya . Demikianlah ketentuan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. ( ayat
12) .
Kembali kepada ayat Luqman 10 ( juga
ayat Al Anbiyaa 31 ) yang menegaskan fungsi dari “ rawasiya
“ (ﺮﻭﺳﻰ ) yaitu : “ Dia meletakkan rawaasiya di bumi supaya bumi
itu tidak menggoyangkan kamu “. Pemaknaan “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ ) dengan “ GAYA GRAVITASI “ akan benar-benar menunjukkan
fungsi “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ ) tersebut yaitu ” tidak
meng-goyangkan kamu ” . Jika bumi tidak memiliki gaya gravitasi , apa yang
terjadi pada manusia di atas bumi ? . Manusia akan terlempar dari bumi dan
melayang-layang dalam ruang angkasa
tanpa pijakan . Inilah makna dari
“ supaya bumi itu tidak
menggoyangkan kamu “ atau “ supaya
bumi tetap berpusing bersama kamu “ yang berarti “ supaya kamu tetap terikat di bumi “ tidak melayang-layang di
angkasa .
Selanjutnya ayat-ayat Al Qur’an yang
menyebut “ rawasiya “ (ﺮﻭﺳﻰ ) dapat dibaca
: Al Anbiyaa 31 ; An Nahl 15 ; Ar Raad 3
; Al Hijr 19 ; An Naml 61 ; Luqman 10 ;
Qaaf 7 ;
Al Mursalat 27 .
GAYA INTERAKSI DALAM ALAM
DAN PERIODE PENCIPTAAN MENURUT SAINS MODEREN.
Kita mengenal ada 4 sistem gaya
interaksi yang bekerja dalam alam semesta baik makrokosmis atau mikrokosmis
. Keempat sistem gaya interaksi tersebut adalah Gaya Gravitasi
, Gaya
Nuklir Lemah , Gaya Elektromagnetik dan Gaya Nuklir Kuat,
masing-masing memiliki kadar kekuatan sendiri-sendiri ( Wa qaddara fiy-haa aqwaatahaa ). Gaya Gravitasi yang paling lemah, menyusul Gaya
Nuklir Lemah, kira-kira seperseribu kali Gaya Elektromagnet , kemudian diikuti Gaya
Elektromagnetik , dan terakhir yang paling kuat yaitu Gaya Nuklir Kuat ,
kira-kira seratus kali Gaya Elektromagnetik. Gaya Gravitasi dan Gaya Elektromagnetik
mempunyai jangkauan panjang dan bertanggung jawab atas struktur makro, yaitu Gaya
Gravitasi mendominasi tatanan planet, bintang , galaksi dan seterusnya . Sedangkan
Gaya Elektormagnetik mendominasi atas susunan materi, benda padat , cair maupun
gas atau yang mempengaruhi perubahan suatu atom menjadi atom lain. Gaya Nuklir Kuat
dan Gaya Nuklir Lemah, mempunyai jangkauan pendek, tersembunyi di dalam inti
atom. Gaya Nuklir Lemah bertanggung jawab akan adanya proses peluruhan
radioaktif beta atau yang mengikat inti atom dan elektron . Gaya Nuklir Kuat
dipercaya bertanggung jawab dalam menyatukan nukleon ( proton dan neutron )
atau yang mengikat partikel-partikel fundamental ( quark, lepton, proton , netron
).
Bagaimanakah gaya-gaya interaksi tersebut
tercipta dan bagaimana hubungan dengan penciptaan alam semesta ? Teori yang paling unggul untuk menjelaskan
penciptaan alam semesta dan mencocoki data penelitian adalah TEORI LEDAKAN AGUNG ( BIG BANG THEORY ) . Sejak tahun
1920-an, Edwin Hubble berhipotesis bahwa
alam semesta dahulunya merupakan suatu kesatuan ( singularitas ) yang luar
biasa padatnya atau keadaan panas yang
maha mampat . Ketika terjadi “ ledakan
agung “ ( BIG BANG ) ,
terbentuklah alam semesta dalam keadaan
sekarang . Dasar pemikiran dari teori ini adalah ditemukannya fakta bahwa
galaksi-galaksi dalam alam semesta raya terlihat semakin menjauh dari
bumi. Menjauhnya galaksi atau
menjauhnya sebuah bintang yang terlihat dari bumi adalah fakta yang tidak diragukan lagi . Hal
ini dapat dideteksi berdasarkan prinsip Doppler pada cahaya. Makin jauh
letaknya sebuah galaksi makin besar kecepatan pergeserannya yaitu bertambah 15
km/detik untuk setiap gerak 10 6 tahun cahaya. Adanya pergeseran bintang/galaksi
dipahami dari adanya perubahan spektrum cahaya dari bintang atau galaksi
tersebut dari warna merah berarah ke warna ungu . Dan berdasarkan hal ini
diperkirakan alam semesta tercipta kira-kira 20 milyar tahun yang lalu .
Pada tahun 1964
– 1965, Arnos Penzias dan Robert Wilson memastikan kebenaran Teori Ledakan Agung
setelah berhasil mendeteksi radiasi yang ditinggalkan ledakan agung tersebut
pada awal terciptanya alam semesta . Dari penelusuran mundur atas jejak
keberadaan partikel-partikel dengan waktu parohnya masing-masing , kita
mendapatkan gambaran penciptaan alam semesta secara garis besar sebagai berikut
:
a. Pada saat t = 0 , awal mulainya “ ledakan agung “. Pada saat ini ,
keempat gaya interaksi merupakan satu kesatuan ( Grand Unified ) . Keempat gaya tadi identik , sama dan belum
dapat dibedakan
antara satu dengan yang lain .
b. Pada saat t = 10 -43
detik dari
ledakan agung , gaya gravitasi muncul ,
sedang ketiga gaya lainnya masih merupakan satu kesatuan .
c. Pada saat t = 10 -35 detik dari ledakan agung , gaya nuklir
kuat muncul. Pada saat ini ada tiga gaya yaitu gaya gravitasi , gaya nuklir
kuat dan kesatuan gaya elektromagnetik dengan gaya nuklir lemah .
d. Pada saat t = 10 -10
detik dari
ledakan , gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah memisah sehingga pada saat
tersebut, telah terbentuk keempat gaya yaitu gaya gravitasi , gaya nuklir
kuat , gaya elektromagnetik dan gaya
nuklir lemah .
e. Pada saat t = 10 -5 detik dari ledakang agung , mulai
terbentuk partikel-partikel fundamental seperti quark , lepton dan sebagainya .
Materialisasi energi menjadi
partikel-partikel dapat dipahami berdasarkan
rumus Einstein : E = mc2
.
f. Pada saat t = 3 menit , mulai terbentuk partikel-partikel
atom yaitu proton , netron dan electron .
g. Pada saat t = 500.000 tahun
, mulai terbentuk atom dan
seterusnya pembentukan molekul yang akan
menjadi bahan-bahan penciptaan .
Dari penelusuran ini, dapat disusun periode
penciptaan , yaitu :
1. Periode I : 0 - 10 -43 detik
, awal ledakan agung dan terbentuk satu bentuk energi yang maha
mampat dalam kemanunggalan (
singularitas ) yaitu keempat gaya
interaksi masih berupa kesatuan tunggal.
2. Periode II : 10 -43 - 10 -35 detik , muncul gaya
gravitasi , sedangkan ketiga gaya lainnya
( gaya nuklir kuat , gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah ) masih
merupakan satu kesatuan .
3. Periode III : 10 -35 - 10 -10 detik , muncul gaya nuklir
kuat . Pada saat ini sudah ada tiga gaya yaitu gaya gravitasi , gaya nuklir
kuat dan kesatuan gaya elektro-magnetik dengan gaya nuklir lemah .
4. Periode IV : 10 -10 - 10 -5 detik , gaya elektromagnetik dan gaya
nuklir lemah memisah . Jadi pada periode ini , keempat gaya interaksi (gaya
gravitasi , gaya nuklir kuat , gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah )
bereksistensi .
5. Periode V : 10
-5 detik – 3 menit , mulai pembentukan
partikel-partikel fundamental.
6. Periode VI : 3 menit – 500.000 tahun , pembentukan partikel –partikel atom seperti inti atom ( proton dan neutron ) dan elektron .
Dari
“ 6 periode waktu “
penciptaan , kita dapat melihat , ada empat
periode waktu untuk penciptaan gaya-gaya interaksi , dan ada dua periode penciptaan partikel-partikel
atom . Keempat system gaya interaksi
yang diciptakan dalam “ 4 hari “ atau “ empat periode waktu ( ﻓﻰﺃ ﺮﺑﻌﺔ ﺃ ﻳﺎ ﻢ ) sejalan dengan yang telah
diungkapkan dalam ayat Fushshilat 10 : “ Dan Dia menciptakan di bumi itu RAWASIYA yang kokoh di
atasnya . Dia memberkahinya dan Dia
menentukan padanya kadar AQWAAT-nya dalam empat masa . ( Penjelasan ini sebagai jawaban ) bagi orang-orang yang bertanya
“ ( ayat 10 ) . Jangan dipahamkan bahwa tiap satu system gaya interaksi
mengambil satu masa penciptaan, sehingga untuk keempat system gaya seluruhnya
menjadi empat periode waktu . Melainkan dipahami bahwa keempat sistem gaya interaksi tersebut
dicipta secara bertingkat dalam waktu empat periode waktu ( ﻓﻰﺃ
ﺮﺑﻌﺔ ﺃ ﻳﺎ ﻢ
) atau empat periode penciptaan RAWAASIYA ( energi ikat , baik gaya
Gravitasi semesta ataupun energi ikat inti ) .
Dua periode berikutnya
adalah penciptaan partikel-partikel atom . Atom adalah bahan dasar penciptaan
langit dan bumi . Ayat Fushshilat 11 telah digambarkanya: “ Kemudian
Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap , lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi ... “.
Kata “ asap “ adalah
terjemahan untuk kata “ dukhan “
yang dalam konteks sains dimaknakan dengan “ partikel-partikel atom “. Kalimat “ Dia berkata kepadanya (
yi . kepada langit ) dan kepada bumi “ menunjukkan keadaan langit dan bumi sebagai
yang padu . Dalam keadaan padu itulah langit diciptakan dalam “ 2 hari “ atau “ dua periode waktu “ sebagai mana yang dinyatakan dalam ayat 12 : “ Maka Dia menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya …“. Sekalipun dalam ayat ini hanya disebutkan “ LANGIT “ tetapi dalam ayat 11 dikatakan :
“ Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa “ yang menunjukkan bahwa penciptaan dalam dua
masa tersebut tidak hanya langit secara terpisah melainkan ketika langit dan
bumi masih sebagai yang padu . Jelaslah, Al Qur’an telah memberikan
isyarat-isyarat sains , yang dibuktikan kebenarannya oleh sains modern . Dengan
demikian ” kisah penciptaan alam semesta
” yang tersajikan baik dalam hadist Abu Hurairah, Hadist Ibnu Abbas, Tafsir
Ibnu Katsier, Tafsir Jalalain dan
Bibel/Alkitab, tidak sesuai dengan fakta sains .
P E N U T U P
Dari bahasan
mengenai masa penciptaan alam semesta 6 periode penciptaan yang dinyatakan
dalam Al Qur’an dan objek serta tahapan penciptaan berdasarkan penafsiran sains,
dapat disimpulkan secara garis besar
yaitu :
1.
Enam periode penciptaan terdiri dari empat periode penciptaan sistem gaya
interaksi dan dua periode penciptaan langit dan bumi . Masing-masing periode
waktu dalam tahapan penciptaan , berbeda antara satu dengan yang lain .
2.
Periode waktu penciptaan bukan dalam pengertian ” hari ” menurut ukuran perputaran bumi pada porosnya ( rotasi
bumi ) yang menghasilkan ukuran hari sebesar 24 jam . Tetapi memiliki
pengertian rentang waktu tertentu dengan ukuran masing-masing untuk setiap
objek yang diciptakan .
3.
Penciptaan langit dan bumi berlangsung bersamaan dalam dua periode waktu
yang sama.,
4.
Gaya interaksi yang dicptakan dalam empat periode waktu , besarnya
berbeda-beda . ( Dia menentukan padanya kadar AQWAAT-nya dalam empat masa . )
Dengan demikian,
bila dikatakan penciptaan alam semesta dalam ” enam hari ” maka yang dimaksud bukan pengertian hari yang dipahami
sehari-hari yang berukuran 24 jam
masing-masing melainkan dalam pengertian ”
enam masa ”, dengan rentang
waktu berbeda, yaitu :
a.
” Hari Pertama ” dengan rentang
waktu 0 - 10 -43 detik
b.
” Hari Kedua ” dengan rentang
waktu 10 -43 - 10 -35
detik
c.
” Hari Ketiga ” dengan rentang
waktu 10 -35 - 10 -10
detik
d.
” Hari Keempat ” dengan rentang
waktu 10 -10 - 10 -5
detik
e.
” Hari Kelima ” dengan rentang
waktu 10 -5 detik – 3 menit
f.
” Hari Keenam ” dengan rentang
waktu 3 menit – 500.000 tahun
Kemudian pada ” HARI KETUJUH ” ( -
tidak termasuk dalam hari-hari penciptaan alam semesta yang disebutkan di atas
), barulah diciptakan segala makhluk antara lain penciptaan manusia ( Adam )
yang menurut sejumlah hadist berlangsung pada ” HARI JUM’AT ”. Dan hal yang
terpenting adalah memahami adanya kesalahan terjemahan pada ayat Fush-shilat 10
oleh penterjemah yang menterjemahkan kata ” rawasiya ” dengan ” gunung-gunung
” dan kata ” aqwataha ” dengan ” makanan-makanan
bagi penghuninya ”, suatu terjemahan yang memunculkan tuduhan bahwa Al
Qur’an bukan wahyu Allah. Tetapi dengan penafsiran sains justru menunjukkan
kebenaran Al Qur’an sebagai wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw, sekaligus
membuktikan bahwa Al Qur’an bukanlah karangan Nabi Muhammad saw sebagaimana
yang dituduhkan kaum non Muslim ( yaitu penganut Kristen khususnya ). Banyak
isyarat-isyarat sains yang diberikan Al Qur’an dan seharusnya merangsang manusia
untuk membuktikannya. Al Qur’an menantang manusia : ” Afalaa ta’qiluwn ” – ” Afalaa
tatafak-karuwn ” – ” Afalaa
taddabaruw-nal Qur’an ”. Ketika sains yang telah dicapai manusia belum
mampu mengungkap isyarat-isyarat sains, bukan berarti ayat Al Qur’an yang
mengangkat isyarat sains tersebut adalah ayat yang tidak terbukti kebenarannya
melainkan dipahami pencapaian manusia di bidang sains belum mampu mengungkap
isyarat sains yang disebut dalam Al Qur’an. Memahami kebenaran Al Qur’an tidak bisa hanya dengan
ilmu agama ( Fiqih, Hadist, Atsar ) dan kefasihan berbahasa Arab melainkan
harus ditunjang dengan ” ILMU SEKULER ” ( Sains, Matematika,
dan ilmu-ilmu dunia lainnya ).Wallahu a’lam .
5 komentar:
mohon ijin berkunjung dan baca postingannya, trimssss.
artinya penciptaan bumi dan langit adalah 8 masa itu benar? seusai dengan ilutrasi anda tsb : 2 (untuk bumi dan isinya) + 2 untuk langit + 4 (untuk penciptaan 4 gaya gravitasi)
sedangkan di banyak ayat Al-Quran mengatakan Allah menciptakan bumi dan langit dalam 6 masa... bgaiaman anda bisa menjelaskannya?
keren................
maaf kalo boleh menambahkan siapa lebih dulu antara bumi dan matahari cobalah membuat sesuatu{apa saja boleh}maka cukuplah perhatikan apa yang lebih dulu kau ambil untuk jadi bahan dasarnya maka itulah jawabannya lalu tanyakan pada dirimu bumi atau matahari{cahaya}yang lebih dulu diciptakan...........terima kasih ilmunya
Tidak ada yang tidak mungkin bagi ALLAH SWT dengan menciptakan tumbuh-tumbuhan (tanaman) tanpa cahaya dan Air.
dari mana adanya kalian (manusia),padahal tadinya kalian tidak berbentuk sama sekali dan tidak ada sama sekali...
lalu siapa yang menciptakan kalian?
Dialah Allah Swt yang maha memungkinkan segala sesuatunya,yang tidak mungkin menjadi mungkin jika dia sudah berkehendak (Kun Fayakun, Jadilah maka Jadilah)..!!
dan anda pun menyebutkan tentang Bumi beredar pada porosnya??
Bumi mengelilingi matahari,itu adalah teori dan konsep orang yahudi dan nasrani mencuci otak umat muslim agar muslim jaman sekarang melupakan Al-Qur'an yang jelas-jelas sudah menjelaskan tentang bentuk bumi itu adalah tidak bulat,melainkan Datar.
Allah Swt Berfirman :
(Al-Baqarah):22
- Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
Al-Ĥijr:19
- Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.
Ţāhā:53
- Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.
Nuh (Nūĥ):19
- Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,
Hamparan Bumi = apakah Masih bisa kita katakan bumi itu Bulat..??
Percayalah,Bahwa Al-Qur'an dan Hadist adalah Benar adanya sebagai penolong'Mu kelak di akhirat yaitu Jannah dari Fitnah Dunia yang menyesatkan.
Urutan penciptaan yang paling kacau kakakakak
Posting Komentar