MENYAMBUT UNDANGAN JAMUAN PIHAK KRISTEN
SIAPA BILANG KITAB SUCI ALLAH MUTLAK HARUS
BEBAS DARI KONTRADIKSI ?
PENGANTAR .
Sebuah buku berjudul ” KITAB TUHAN MENJAMU TUDUHAN DAN SALAH PAHAM – Apologetika Kristiani , Khusus Untuk Penganut Dan Pengeritik Alkitab “ tanpa menyebut nama penerbit ditulis seorang Kristen bernama Eja Kalima . Entah nama sebenarnya atau nama samaran .
Sesuai dengan judulnya. buku ini menyajikan sejumlah apologi tentang berbagai keyakinan Kristen yang berbeda atau bertentangan dengan keyakinan Islam . Dan apologi ini sengaja ditujukan kepada ummat Islam selaku “ PENGERITIK PEDAS “ keyakinan Kristen . Setiap tema apologi yang dibahas diberi judul : “ SALAH PAHAM “ . Maksudnya , ada SALAH-PAHAM pihak Muslim atas keyakinan Kristen dan karenanya melalui tulisan buku itu, Eja Kalima menyajikan “ Jawaban “ atas KESALAH-PAHAMAN ummat Islam ( kaum Muslimin ) tersebut. Ini sesuai dengan JUDUL pengantarnya: MELURUSKAN TUDUHAN DAN SALAH PAHAM. Ada 22 SALAH PAHAM diungkap Eja Kalima , sekaligus ” meluruskan ” SALAH PAHAM tersebut dengan penjelasan-penjelasan apologi sekaligus menunjukkan ketidak-benaran ajaran Islam pada beberapa tema sentral yang menjadi perbedaan antara Islam dengan Kristen .Oleh karena buku tersebut merupakan UNDANGAN JAMUAN KEPADA UMMAT ISLAM, maka perlu ditanggapi. Salah satu tema yang dibahas adalah masalah KESUCIAN KITAB SUCI dari kontradiksi.Menurut Eja Kalima, Kitab Suci boleh tidak bebas dari kontradiksi.
APOLOGI 1 : BERBAGAI PENDAPAT TENTANG KONTRADIKSI AYAT -AYAT ALKITAB .
Eja Kalima memberikan pernyataan berkaitan dengan masalah kontradiksi ayat-ayat Alkitab/Bibel sebagai berikut :
Di sebuah terbitan , pernah diteriakkan bahwa Alkitab mengandung di dalamnya 5.000 kontradiksi . Akhirnya oleh Izhar-ul Haq , jumlah direduksi menjadi 119 dan oleh Shabbir Ally diciutkan menjadi 101 kontradiksi . Yang terakhir, entah kontra-diksi telah disunat menjadi berapa , sejak Jay Smith cs menyanggah dan menjelas-kan semuan serangan Shabbir Ally.
TANGGAPAN
Siapakah yang meneriakkan , Alkitab mengandung 5000 kontradiksi di dalamnya ? ummat Islam ( kaum Muslimin ) -kah atau Penganut Kristen sendiri? Ternyata yang meneriakkan adanya kontradiksi ayat-ayat Alkitab adalah dari kalangan Kristen sendiri , bukan ummat Islam ( kaum Muslimin ) . Sebagai contoh , majalah ” AWAKE ” tanggal 8 September 1957 , atau terbitan 55 tahun yang lalu ( - dihitung dari saat tanggapan ini ditulis : Januari tahun 2011), yang diterbitkan Jemaat Saksi Yehovah , kelompok Kristen yang dianggap sesat oleh ortodoksi Kristen , mengungkapkan adanya 50.000 kontradiksi sebagai berikut :
Recently , a young man purchased a King James Version Bible thingking it was without error . One day , when glancing through a back issue of LOOK magazine he came across an article entitled “ THE TRUTH ABOUT THE BIBLE “ which said that “ as early as 1720 , an English authority erstimated that there were at least 20. 000 errors ini the two editions of the New Testament commonly read by Protestants and Catholics Modern Students say there are probably 50.000 errors. The young man was shocked . His faith in the Bible’s authenticity was shaken . : How can the Bible be reliable when it contains thousands of serious discreapancies and inaccuracies ? “ he asked .
Majalah “ AWAKE “ memberitakan majalah “ LOOK “ yang mengisahkan tentang seorang pemuda yang memperoleh sebuah Bibel King James Version. Pemuda ini selalu berfikir , Bibel itu tanpa kesalahan. Tetapi dia menjadi shock (kaget) ketika melihat majalah ” LOOK ” memuat sebuah tulisan dengan judul ” THE TRUTH ABOUT THE BIBEL ” ( KEBENARAN BIBEL ) : ” as early as 1720 , an English authority estimated that there were at least 20. 000 errors ini the two editions of the New Testament commonly read by Protestants and Catholics Modern Students say there are probably 50.000 errors “ ( di awal tahun 1720 , seorang pakar bahasa Inggeris memperkirakan bahwa ada sekurang-kurangnya 20.000 kesalahan dalam dua edisi Perjanjian Baru yang biasa dibaca orang-orang Protestan dan Catholics Modern Students mengatakan kemungkinan 50.000 kesalahan ). Hal ini membuat si pemuda tadi , shock . Apa yang diyakini selama ini, Alkitab tidak mengandung kesalahan ternyata adalah satu kebohongan . Majalah “ LOOK “ telah membuka matanya dan memberikan informasi kepada pemuda itu tentang Alkitab/Bibel yang sarat kesalahan. Pantas saja si pemuda itu “ schok “ . Tapi yang pasti majalah “ LOOK “ bukan milik ummat Islam tapi milik penganut Kristen . Begitu pula dengan majalah “ AWAKE “. Informasi majalah “ LOOK “ ( - yang kisah tentang pemuda yang membacanya dimuat majalah “ AWAKE “- ) tentang kontradiksi ayat-ayat Alkitan/Bibel, tentu lebih parah dari berita dari Eja Kalima – walaupun dengan kalimat pernyataan yang umum tanpa menyebut sumber bagi pernyataannya tersebut – yang hanya menyatakan adanya 5000 kesalahan dalam Alkitab . Jika Eja Kalima manusia jujur, seharusnya yang disanggah adalah pernyataan-pernyataan yang justru datang dari kalangan Kristen sendiri dan berterima kasih kepada orang-orang Islam ( kaum Muslimin ) yang ” berbaik hati ” mengatakan cuma ”119 kontradiksi ” ( buku ” Izhar-ul Haq ”, bukan nama orang ) dan ” 110 kontradiksi ” ( Shabir Ally ). Tetapi Eja Kalima melupakan ” 20.000 kontradiksi ” dan ” 50.000 kontradiksi ” yang diungkapkan sesama Kristennya sendiri dan lebih tertarik dengan ” 119 kontradiksi ” ( buku ” Izhar-ul Haq ” ) dan ” 110 kontradiksi ” ( Shabir Ally ) yang datang dari pihak Islam dengan mengatakan : ” Yang terakhir, entah kontradiksi telah disunat menjadi berapa , sejak Jay Smith cs menyanggah dan menjelaskan semua serangan Shabbir Ally ”. Mengapa Jay Smith cs dan penganut Kristen lainnya tidak menghujat pernyataan dari kalangan Kristen sendiri yang menyatakan adanya 50.000 atau 20.000 kontradiksi hampir 200 – 500 kali lipat dan lebih memperhatikan yang dikatakan dalam buku “ Izhar-ul Haq “ dan Shabir Aly yang justru “ lebih membela “ Bibel/Alkitab dengan mengatakan hanya ” 119 kontradiksi ” ( buku ”Izhar-ul Haq ”) dan ”110 kontradiksi ” ( Shabir Ally ) ? Apakah karena yang menyatakan adanya adanya 50.000 atau 20.000 kontradiksi adalah penganut Kristen sehingga tidak perlu diperhatikan ? Dan karena yang mengatakan adanya 119 kontradiksi atau 110 kontradiksi ayat-ayat Bibel/Alkitab adalah Muslim sehingga harus diperhatikan dan ditanggapi ? Mengapa tidak legowo kepada pernyataan pihak Muslimin tentang adanya 119 kontradiksi atau 110 kontradiksi ayat-ayat Bibel ? Ini adalah gambaran ketidak-jujuran Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya dalam merespon permasalahan kontradiksi ayat-ayat Alkitab/Bibel dengan apologi yang seringkali tidak masuk akal !. Baginya ” 20.000 kontradiksi ” dan ” 50.000 kontradiksi ” yang diungkapkan sesama Kristen tidak bermakna apa-apa dibandingkan dengan ”119 kontradiksi ”( buku ”Izhar-ul Haq ”) dan ”110 kontradiksi ” ( Shabir Ally ) yang dikemukakan ummat Islam ( kaum Muslimin ) . Rupanya fokus yang lebih dituju oleh Eja Kalima bukan kepada kontradiksi ayat-ayat Bibel/Alkitab itu sendiri tetapi lebih berfokus kepada siapa yang mengatakan adanya kontadiksi ayat-ayat Bibel/Alkitab , apakah penganut Kristen ataukah ummat Islam. Kalau Muslim yang mengatakan walau “ 1 kontradiksi “, hantam saja ! Tapi kalau Kristen yang mengatakan sekalipun “ 1 juta kontradiksi “ , ya diam saja, tidak usah ditanggapi. Kebenran apa yang bisa diperoleh dengan sikap apriori semacam itu ? Sikap yang demikian ini menunjukkan ketidak-jujuran Eja Kalima, sebuah sikap yang sangat umum dilakukan penganut Kristen ketika berapologi dalam polemik dengan pihak Islam. Kebenaran tidak akan dapat dicapai dengan ketidak-jujuran. Tindakan yang seharusnya dilakukan adalah menantang individu ummat Islam yang mengatakan adanya kontradiksi ayat-ayat Bibel/Alkitab, agar menunjukkan ayat-ayat yang berkontradiksi tersebut. Baru demikian cara yang benar, bukan berapologi yang aneh-aneh.
APOLOGI 2 : MENURUT KAUM MUSLIMIN , AL QUR’AN BEBAS DARI KONTRADIKSI .
Eja Kalima berkata :
Sebaliknya Muslim meyakini bahwa Quran itu bebas dari kontradiksi apapun ! Memang benar bahwa setiap Firman Allah tak mungkin salah berkontradiksi sesamanya . Tetapi persoalannya bukan pada tingkat Allah atau Firman Allah , melainkan pada tingkat manusia . Sanggupkah manusia itu menilai Firman Allah dan berkata : ” O, ini benar ; dan O, itu hampir benar ; dan O, itu salah dan kontradiksi ” ? Jadi Alkitab menolak rumusan kriteria tersebut karena memang kita tidak punya kapasitas untuk memahami semua hakekat dan keberadaan Allah : ” O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah . Sungguh tak terselidik keputusan-keputusan-Nya , dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya ” ( Rm 11 : 33 ).
TANGGAPAN :
Memang benar, setiap Muslim sangat meyakini bahwa Qur’an bebas dari kontradiksi apapun karena memang tidak ada ayat-ayat Al Qur’an yang saling berkontradiksi apalagi dituduh berkontradiksi tanpa bukti. Dan tidak dipersoalkan apakah itu ditingkat ALLAH atau di tingkat FIRMAN ALLAH – menurut istilah Eja Kalima - dan apakah di tingkat MANUSIA. Juga tidak ada ummat Islam yang menilai ” Firman Allah ” ( Al Qur’an ) dengan berkata : ” O, ini benar ; dan O, itu hampir benar ; dan O, itu salah dan kontradiksi ” karena tidak ada satu ayatpun yang memberi indikasi sebagai ayat yang salah atau ayat yang saling berkontradiksi. Dan juga tidak ada ummat Islam yang hendak memahami hakekat dan keberadaan Allah. Untuk diketahui oleh Eja Kalima, Al Qur’an diturun-kan kepada ummat manusia, bukan bertujuan supaya manusia memahami hakekat Allah, karena tidak akan ada akal manusia yang bisa memahami bagaimana sesungguhnya HAKEKAT ALLAH itu. Tetapi Al Qur’an diturunkan sebagai tuntunan agar manusia mengakui KEESAAN ALLAH dan tidak menyekutukan Allah dengan apapun, mengabdi kepada-Nya dengan seluruh keikhlasan dan kebenaran, mengenal sifat-sifat Allah SWT, juga untuk menuntun manusia berakhlak yang baik, memberi peringatan kepada manusia agar tetap berlaku lurus. Sangat berbeda dengan AKLITAB/BIBEL dengan keberadaannya sekarang ini yang penuh dengan kontradiksi , janggal dan tidak masuk akal, kabur, walaupun di dalamnya masih tersisa ajaran para nabi yang dikutip dan dimasukkan oleh pengarang dalam kitab yang mereka karang. Dan kita bisa mengatakan demikian karena memang faktanya seperti itu. Dan hal ini tidak ada hubungannya dengan masalah ” kita tidak punya kapasitas untuk memahami semua hakekat dan keberadaan Allah ”. Apakah karenanya, dibiarkan saja ALKITAB? BIBEL dengan segala permasalahannya yang penuh dengan ayat-ayat yang kontradiktif, perbedaan, kejanggalan, tidak masuk akal dan sebagainya, kemudian tetap dikatakan sebagai ” FIRMAN ALLAH YANG BENAR ”. Lalu di mana perginya akal yang diberikan Tuhan di kepala manusia dengan bersikap seperti itu ?
APOLOGI 3 : PENDAPAT TENTANG KONTRADIKSI AYAT - AYAT ALKITAB ADALAH RELATIF.
Eja Kalima berkata :
Anggapan manusia akan ” kontradiksinya ” Kitab Allah hanyalah relatif berkaitan dengan pemahaman manusia belaka dan Tuhan tahu kemampuan manusia itu terbatas dan berbeda . Yang terbatas tidak mungkin dapat menangkap yang tidak terbatas . Dan tidak mungkin kita memasukkan seluruh obyek yang tidak terbatas ke dalam ruang lingkup manusia yang terbatas.
TANGGAPAN :
Bagaimana Eja Kalima bisa berkata bahwa kontradiksi antar ayat ALKITAB/ BIBEL bersifat relatif dari pemahaman manusia saja, ketika fakta nyata ayat-ayat ALKITAB/ BIBEL yang kontradiktif ada dihadapan kita ?. Mari kita ambil contoh dari Perjanjian Lama tentang ” ASAL USUL NAMA BIRSYEBA ” antara Kejadian 21 : 22 –23 dengan Kejadian 26 : 26 – 33 . Asal-usul “ BIRSYEBA “ menurut ayat Kejadian 21 : 22 –23 intinya sebagai berikut :
- ABIMELEKH dan panglimanya bernama PIKHOL meminta Ibrahim bersumpah bahwa tidak akan terjadi permusuhan antara mereka sampai ke anak cucu –cicit [1]).
- Ibrahim bersedia memenuhi permintaan ABIMELEKH, sekaligus mengadu kepada ABIMELEKH mengenai PERIGI yang dirampas oleh hamba-hamba ABIMLEKH .
- ABIMELEKH menyesalkan kejadian perampasan PERIGI tersebut yang dilakukan hamba-hambanya , dan menyatakan bahwa kejadian itu sama sekali di luar pengeta-huannya.
- ABIMELEKH dan Ibrahim saling berjanji. Ibrahim memberikan tujuh ekor anak domba kepada ABIMELEKH sebagai saksi bahwa Ibrahim yang telah menggali PERIGI itu [2]) .
- Dan karena itu, tempat mereka bersumpah disebut “ BIRSYEBA “.
Tidak diragukan lagi, cerita asal-usul “ BIRSYEBA “ menurut ayat Kejad. 21 : 22 – 31 melibatkan tokoh-tokoh : IBRAHIM – ABIMELEKH – PIKHOL . Selanjutnya ayat Kejadian 26 : 26 – 33 juga bercerita tentang asal-usul “ BIRSYEBA “ yang intinya sebagai berikut :
- ABIMELEKH datang dari GERAR berserta sahabatnya AHUZAT dan panglimanya PIKHOL, mendatangi ISHAK untuk mengadakan sumpah setia dan perjanjian di antara mereka [3]).
- Lalu mereka saling bersumpah untuk tidak saling mengganggu melainkan saling berbuat kebajikan satu dengan yang lain .
- Dan pada saat itu pula datanglah hamba-hamba Ishak memberitahu akan hal PERIGI yang mereka gali , yang kemudian dinamai SYEBA .
- Dan tempat mereka berada dinamai “ BIRSYEBA “ sampai pada masa ini.
Dan juga tidak diragukan lagi bahwa cerita mengenai asal-usul “ BIRSYEBA “ ini menurut ayat Kejad. 26 : 26 – 33 melibatkan tokoh-tokoh : ISHAK – ABIMELEKH – AHUZAT – PIKHOL . Jadi ada dua versi cerita yang berbeda dalam Bibel mengenai asal-usul “ BIRSYEBA “ berkenaan dengan LATAR BELAKANG dan TOKOH kisah yang diceritakan. Perbedaan TOKOH tentu bukan pada tidak disebutnya nama “ AHUZAT “ dalam Kejad. 21: 22 – 31, melainkan terletak pada penyebutan tokoh “ IBRAHIM “ ( Kejad. 21 : 26 –33 ) dan “ ISHAK “ ( Kejad. 26 : 26 – 33 ) yang mengadakan perjanjian damai dengan ABIMELEKH. Apakah IBRAHIM ataukah ISHAK, yang mengadakan perjanjian dengan ABIMELEKH sehingga tempat mereka bersumpah dan berjanji diberi nama “ BIRSYEBA “ ? Tidak mungkin dua-duanya sekaligus, karena pada waktu Ibrahim mengadakan perjanjian dengan ABIMELEKH, sesungguhnya Ishak belum lagi lahir. Merujuk kepada pernyataan Eja Kalima : ” Anggapan manusia akan ” kontradiksinya ” Kitab Allah hanyalah relatif berkaitan dengan pemahaman manusia belaka ” berarti apa yang dikatakan berbeda pada kedua ayat itu hanyalah hasil pemahaman manusia saja. Artinya menurut Eja Kalima , kedua ayat itu tidak saling berbeda . Di mana letak kerelatifan perbedaan yang tampak pada kedua ayat Alkitab/Bibel itu sebagai hasil pemahaman manusia saja sehingga kedua ayat itu tidak saling berbeda ? Dan bagaimana penjelasannya sehingga kita tidak boleh mengatakan kedua ayat itu berbeda padahal fakta yang ada di hadapan kita memang menunjukkan kedua ayat itu memang berbeda? Menjadi pertanyaan kepada Eja Kalima, apakah kita tidak boleh mengatakan kedua versi ayat ALKITAB/BIBEL ini sebagai ayat yang ” bertentangan ” karena unsur-unsur yang dicerirtakan berbeda, dengan alasan ” ..... kemampuan manusia itu terbatas dan berbeda . Yang terbatas tidak mungkin dapat menangkap yang tidak terbatas . Dan tidak mungkin kita memasukkan seluruh obyek yang tidak terbatas ke dalam ruang lingkup manusia yang terbatas ” dan membiarkannya begitu saja ?. Kalau sikap itu yang diterima Eja Kalima menghadapi dua ayat ALKITAB YANG SALING BERTABRAKAN INI , lalu ke mana akal yang menyertai otak si Kristen Penyaji Apologi itu dibuang , dan apa bedanya dengan binatang jika akal tidak digunakan untuk memilah perbedaan kedua ayat tersebut ?
Sekarang mari kita tinjau ayat Perjanjian Baru , yaitu ayat Yahya 5 : 31-32 dengan ayat Yahya 8 : 14 yang dikutipkan sebagai berikut :
JIKALAU AKU MENYAKSIKAN DARI HAL DIRIKU MAKA KESAKSIANKU ITU TIADA BENAR . Ada yang lain yang menyaksikan dari hal diriku , maka aku tahu bahwa benarlah kesaksian yang disaksikannya dari halku itu . ( Yahya 5 : 31-32 )
Maka jawab Yesus serta berkata kepada mereka itu : JIKALAU AKU MENYAKSIKAN DARI HAL DIRIKU SENDIRI PUN , BENAR JUGA KESAKISANKU ITU karena aku tahu darimana aku datang dan ke mana aku pergi tetapikamu ini tiada mengetahui dari mana aku datang dan ke mana aku pergi . ( Yahya 8 : 14 ).
Otak yang waras akan memastikan perbedaan antara ” JIKALAU AKU MENYAKSIKAN DARI HAL DIRIKU MAKA KESAKSIANKU ITU TIADA BENAR ” dengan ” JIKALAU AKU MENYAKSIKAN DARI HAL DIRIKU SENDIRI PUN , BENAR JUGA KESAKSIANKU ITU ” , kecuali manusia yang tidak waras .
Merujuk kepada pernyataan Eja Kalima : ”Anggapan manusia akan ” kontradiksinya ” Kitab Allah hanyalah relatif berkaitan dengan pemahaman manusia belaka ” berarti kontradiksi yang sangat nyata antara kedua ayat itu hanyalah menurut pemahaman manusia atau anggapan manusia saja . Artinya menurut Eja Kalima , kedua ayat itu tidak saling bertentangan walaupun faktanya memang bertentangan . Tetapi bagaimana kita tidak boleh mengatakannya bertentangan padahal fakta kedua ayat itu memang saling bertentangan ? Di manakah akal sehat ini harus ditempatkan ketika fakta menunjukkan adanya dua ayat yang berbicara tentang satu peristiwa ternyata berbeda satu sama lain , tapi harus mengatakannya tidak berbeda ? Kegilaan apakah yang hendak dibangun Eja Kalima dengan pernyataannya ini ? Menjadi pertanyaan kepada Eja Kalima, apakah kita tidak boleh mengatakan kedua versi ayat ALKITAB/BIBEL ini sebagai ayat yang bertentangan dengan alasan ”..... kemampuan manusia itu terbatas dan berbeda. Yang terbatas tidak mungkin dapat menangkap yang tidak terbatas. Dan tidak mungkin kita memasukkan seluruh obyek yang tidak terbatas ke dalam ruang lingkup manusia yang terbatas” dan membiarkannya begitu saja ?. Kalau sikap itu yang diterima Eja Kalima menghadapi dua ayat ALKITAB YANG SALING BERTAB-RAKAN INI, lalu ke mana akal yang menyertai otak Eja Kalima itu dibuang, dan apa bedanya dengan binatang jika akal tidak digunakan untuk memilah perbedaan kedua ayat tersebut ?
APOLOGI 4 : PAKAR ISLAM MENGAKUI ADANYA PERTENTANGAN TAFSIR AYAT AL QUR’AN .
Eja Kalima memberikan pernyataan berkaitan dengan masalah pendapat tentang penafsiran Al Qur’an sebagai berikut :
Sesungguhnya pakar Islam sendiri mengakui adanya pertentangan sesama penafsiran dari pelbagai mazhab dan sekte, ” Satu Al-Quran banyak penafsiran, satu Al-Quran banyak mazhab dan satu Al Quran banyak sekte . Sering di antara mereka saling menyalahkan bahkan saling mengkafirkan ........Sebagai sebuah teks ia sangat debatable ( bisa diperdebatkan ) bahkan multi intepretatif dan tafsir ” ( lihat ” AL Quran , Buku Yang Mencerahkan dan Buku Yang Mencerahkan ” p. 12 -13 , terbitan Gugus Press , 2002 ). Kita pastikan bisa menunjuk bahwa ” kontra-diksi ” untuk sebuah Kitab Suci yang mana saja , baik Alkitab maupun Al-Quran , karena kebodohan kita sendiri .
TANGGAPAN :
Perhatikan kalimat Eja Kalima : ” ......pakar Islam sendiri mengakui adanya pertentangan sesama penafsiran .......” . Jadi yang berbeda adalah PENAFSIRAN , bukan ayat-ayat Al Qur’an itu sendiri. Dan istilah ” pertentangan ” yang disebutnya, lebih tepat dikatakan ” perbedaan ” . Perbedaan penafsiran terhadap ayat Al Qur’an bukan menunjukkan adanya perbedaan atau pertentangan antar ayat-ayat Al Qur’an . Berbeda dengan ALKITAB/ BIBEL . Ketika dihadapkan dengan perbedaan terjemahan Alkitab/Bibel pada suatu bahasa, penganut Kristen sulit ” meluruskan ” perbedaan tersebut karena sumber rujukan ” ALKITAB ASLI ” sudah tidak diketahui lagi juntrungannya. Dan ini diakui semua pakar Bibel kecuali mereka yang punya mata tetapi tidak melihat , punya telinga tetapi tidak mendengar dan punya otak tetapi tidak berakal karena diletakkan di dengkul bukan di batok kepala.. Oleh karena itu betapa kelirunya Eja Kalima ketika berkata : ” Kita pastikan bisa menunjuk bahwa ” kontradiksi ” untuk sebuah Kitab Suci yang mana saja , baik Alkitab maupun Al-Quran, karena kebodohan kita sendiri ”. Pernyataan demikian hanya berlaku untuk ALKITAB/BIBEL dan tidak berlaku untuk Al Qur’an. Sangatlah tidak tepat jika dikatakan adanya kontradiksi penafsiran atas ayat-ayat Al Qur’an lalu dikatakan sebagai kontradiksi ayat-ayat Al Qur’an . Eja Kalima dipersilakan menunjukkan ayat-ayat Al Qur’an mana saja yang bertentangan jika memang ada ayat-ayat Al Qur’an yang saling bertentangan. Dan akan terbukti nanti yang berbeda adalah penafsiran atas ayat-ayat Al Qur’an, bukan pertentangan ayat-ayat Al Qur’an. Penafsiran ayat-ayat Al Qur’an bisa saja diperdebatkan sepanjang ada perbedaan antar penafsiran, tetapi yang demikian bukan memperdebatkan ayat Al Qur’an itu sendiri .
APOLOGI 5 : ALKITAB TIDAK MENGANDUNG KONTRADIKSI SEJATI .
Eja Kalima memberikan pernyataan berkaitan dengan masalah penyalinan Alkitab/Bibel sebagai berikut :
Tetapi yang terpenting adalah kenyataan bahwa Alkitab tidak mengandung KONTRADIKSI SEJATI dalam dirinya. Allah tidak akan menginspirasikan kesalahan dalam kitab-Nya. Namun dalam proses penyalinan berulang-ulang menggantikan naskah asli yang sudah rusak ( oleh usia dan cara penyimpanan yang buruk ) memang bisa diharapkan ada keteledoran penyalinan yang trivial ( remah-remah tidak berarti ). Keteledoran mana memungkinkan penyalinan beberapa ayat ( atau kata ) menjadi bergeser tidak identik, namun tidak mengubah kebenaran doktrinal apapun untuk keseluruhan Alkitab.
Pergeseran yang remah-remah ini sesungguhnya bukan monopoli penyalinan saja melainkan sama halnya dengan ” pergeseran makna ” yang pasti terjadi lewat waktu, untuk kata-kata tertentu dalam naskah tua apa saja. Bahasa di seluruh dunia mencatat banyak kata di mana makna sejatinya telah bergeser bahkan menjadi ” kosong arti ” karena mengalami evolusi dan degenerasi lewat waktu. Namun semua remah ini tidak membatalkan kebenaran Alkitab untuk apa ia diwahyukan !
TANGGAPAN
Ketika Eja Kalima berkata : ” Alkitab tidak mengandung KONTRADIKSI SEJATI dalam dirinya ” berarti Eja Kalima mengakui adanya kontradiksi ayat-ayat Alkitab, cuma kontradiksi pada Alkitab/Bibel bukan KONTRADIKSI YANG SEJATI . Supaya pembicaraan ini menjadi jelas , perlu dipertanyakan kepada Eja Kalima :
- Apa maksudnya dengan ” KONTRADIKSI SEJATI ” yang dikatakannya itu ?
- Jika dijumpai ayat-ayat Alkitab/Bibel yang berkontradiksi tentang sesuatu masalah , apakah ayat-ayat Alkitab/Bibel yang berkontradiksi itu dianggap sama-sama benar atau dianggap tidak berkontradiksi satu dengan yang lain dengan alasan kontradiksi yang tampak antara ayat-ayat Alkitab/Bibel itu bukan kontradiksi sejati ?
- Bagaimana yang seharusnya sebagai FIRMAN ALLAH untuk ayat-ayat Kejad. 21 : 22 – 31 dan ayat Kejadian 26 : 26 – 33 ketika kedua ayat ini menunjukkan perbedaannya mengenai asal-usul nama ” BIRSYEBA ” ditinjau dari ” KONTRADIKSI SEJATI ” ? . Apakah tidak bisa dianggap berkontradiksi lantaran bukan ” KONTRA-DIKSI SEJATI ” ?
- Dan bagaimana pula yang seharusnya sebagai FIRMAN ALLAH untuk ayat-ayat Yahya 5 : 31-32 dan Yahya 8 : 14 ketika kedua ayat ini menunjukkan perten-tangan mengenai ” kesaksian Yesus atas dirinya ” ditinjau dari ” KONTRADIKSI SEJATI ” ? Apakah kedua ayat tersebut tidak bisa dikatakan berkontradiksi lantaran bukan ” KONTRADIKSI SEJATI ” ?
Merujuk kepada pernyataan Eja Kalima , perbedaan antara ayat Kejad. 21 : 22 – 31 dengan ayat Kejadian 26 : 26 – 33 mengenai asal usul nama ” BIRSYEBA ” bukanlah perbedaan sejati. Artinya perbedaan itu hanyalah perbedaan semu saja karena keterbatasan pemahaman manusia . Begitu pula ayat Yahya 5 : 31-32 dengan ayat Yahya 8 : 14 mengenai ” kesaksian Yesus atas dirinya ” , bukanlah pertentangan sejati . Artinya pertentangan itu hanyalah pertentangan semu saja karena keterbatasan pemahaman manusia . Tetapi manusia waras yang membaca ayat-ayat itu tidak mungkin melihatnya sebagai sesuatu yang tidak berbeda dan tidak bertentang-an . Oleh karena itu , sebaiknya Eja Kalima menunjukkan ayat-ayat itu yang sebenarnya . Ini yang seharusnya dilakukan Eja Kalima , bukan dengan menyajikan pernyataan-pernyataan dogmatis saja .
Akhirnya Eja Kalima mengakui ” .... memang bisa diharapkan ada keteledoran penyalinan ” Alkitab / Bibel. Kok keteledoran penyalinan justru diharapkan ? Tetapi menurut Eja Kalima , keteledoran penyalinan tersebut hanyalah trivial atau sebagai remah-remah tidak berarti akibat keteledoran penyalinan tadi maka beberapa ayat ( atau kata ) menjadi bergeser tidak identik , namun tidak mengubah kebenaran doktrinal apapun untuk keseluruhan Alkitab. Apakah demikian ? Kita tidak perlu berbicara dogmatis dan penuh khayal seperti itu tetapi lihatlah fakta yang ada di depan hidung dan mata kita yaitu ayat-ayat Bibel/Alkitab. Kita ajak Eja Kalima menyimak ayat 1 Yahya 5 : 7 berikut :
Karena tiga yang menjadi saksi di surga yaitu Bapa dan Firman dan Rohul’kudus , maka ketiganya itu menjadi satu .
Para pakar Bibel memberi komentar atas ayat. Catatan kaki dalam Emphatic Diagloot yang mengomentari ayat ini , tertulis demikian :
The received text reads , ” For there are three who bear witness in heaven , the Father , the Word and the Holy Spirit, and these three are one ”. This text concerning the heavenly witness is not contained in any Greek manuscript wich was written earlier than the 15th century.
Teks yang diterima terbaca , “ Karena ada tiga yang menyaksikan di surga , Bapa, Firman dan Roh Kudus , dan ketiganya ini adalah satu “ , Teks yang menyangkut saksi-saksi di surga ini tidak tercantum dalam setiap manuskrip Yunani yang ditulis lebih awal dari abad ke-15 .
Ayat 1 Yahya 5 : 7 oleh para pakar Bibel disebut “ SISIPAN YAHYA “. Ayat ini ada dalam manuskrip-manuskrip Vulgata Latin tetapi tidak ada di dalam sebagian besar manuskrip berbahasa Yunani. Perlu diketahui , Vulgata adalah terjemahan bahasa Latin oleh St. Jerome dari Septuaginta yang berbahasa Yunani . Pada pertengahan abad ke-19 , tepatnya selama tahun 1844 – 1859 , Dr. L.C. Tischendorf menemukan naskah kuno berbahasa Yunani yang kemudian terkenal dengan nama Codex Sinaiticus dan rupanya adalah manuskrip Septuaginta . Ternyata ayat 1 Yahya 5 : 7 ini hanyalah catatan kaki dalam Codex Sinaiticus , tetapi ketika menterjemahkannya ke bahasa Latin ( Vulgata ) , St, Jerome mengangkatnya sebagai ayat suci. Dan menariknya ayat palsu ini justru dijadikan dalil oleh penganut Kristen tentang Trinitas. Bart D. Ehrman berkomentar mengenai ayat 1 Yahya 5 : 7 ini [4] ) :
Bagian ini misterius, tetapi jelas – jelas mendukung ajaran tradisional gereja mengenai ” Allah tiga serangkai yang adalah satu ”. Tanpa ayat ini , doktrin Tritunggal harus dikarang-karang dengan cara mencomot ayat dari sana sini, yang kemudian dikombinasikan sedemikian rupa untuk memperlihatkan bahwa Kristus adalah Allah, demikian pula Roh dan Bapa , dan bahwa sekalipun demikian , hanya ada satu Allah . Dengan adanya ayat itu, doktrin tersebut bisa dinyatakan secara langsung dan lugas
Ada kecenderungan terutama penganut Kristen yang ” sedikit berilmu ” sekarang ini , karena menyadari kepalsuan ayat 1 Yahya 5 : 7 , maka dalam apologi mereka, sudah jarang menyajikan ayat ini sebagai dalil tentang Trinitas . Bahkan ada dari kalangan pendeta/ evangelis ( Penginjil ) yang sengaja menghindari penggunaan ayat 1 Yahya 5 : 7 ini dalam polemik dan apologi mereka , seperti Pendeta Budi Asali yang memberi nasehat yang ” sangat baik ” kepada penganut Kristen tetapi nasehat tersebut menunjukkan ketidak-ujuran dan ketidak- beranian mempertahankan dogma Kristen yang dianut. Pendeta Budi Asali dengan
semangat Kristiani yang tinngi berkata [5] ):
Ada satu ayat Kitab Suci/Perjanjian Baru yang berbicara tentang kesatuan dari TIGA PRIBADI ALLAH itu yaitu 1 Yoh. 5 : 7-8 yang berbunyi : ” Sebab ada tiga yang memberi kesaksian ( di dalam surga : BAPA, FIRMAN, dan ROH KUDUS ; dan KETIGANYA ADALAH SATU. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi ) : ROH dan AIR dan DARAH dan KETIGANYA ADALAH SATU ”.
Tetapi perlu diketahui bahwa AYAT INI PADA BAGIAN YANG ADA DALAM TANDA KURUNG , SANGAT DIRAGUKAN KEASLIANNYA DAN DIANGGAP SEBAGAI SATU PENAMBAHAN PADA TEKS ASLI KITAB SUCI.
Persoalannya, ada banyak manuskrip yang TIDAK MEMPUNYAI BAGIAN INI. Dan manuskrip-manuskrip yang mempunyai bagian ini hanyalah MANUSKRIP-MANUSKRIP YANG KURANG BISA DIPERCAYA. Karena itu dalam beberapa Kitab Suci Bahasa Inggeris seperti NIV dan NASB , BAGIAN INI BAHKAN DIHAPUSKAN DARI TEKS KITAB SUCI dan hanya diletakkan pada FOOTNOTE ( CATATAN KAKI ). Dalam berdebat/ berdiskusi dengan orang-orang SAKSI YEHOVAH tentang Allah Tritunggal , JANGAN MENGGUNAKAN BAGIAN INI SEBAGAI DASAR DARI ALLAH TRITUNGGAL karena :
· Pada umumnya orang-orang Saksi Yehovah yang terkenal ” ahli ” dalam hal menyerang doktrin Allah Tritungga , mengetahui bahwa AYAT ITU SANGAT DIRAGUKAN KEASLIAN-NYA . Jadi kalau kita menggunakan ayat it , itu bisa justru MENJADI BUMERANG BAGI KITA.
· Tidak fair bagi kita untuk menggunakan AYAT YANG KITA TAHU KETIDAK-ORISINILANNYA .
· Dalam perang melawan setan , Firman Tuhan adalah senjata ( pedang Roh ) bagi kita ( EF. 6 : 17 ). KALAU BAGIAN INI SEBETULNYA TIDAK TERMASUK DALAM KITAB SUCI , MAKA ITU BERARTI BAHWA BAGIAN ITU JUGA BUKAN MERUPAKAN FIRMAN TUHAN DAN KARENANYA TIDAK COCOK UNTUK KITA GUNAKAN
SEBAGAI SENJATA.
· Ada cukup banyak dasar Kitab Suci yang lain, yang mendukung doktrin allah Tritunggal .
Tetapi mereka masih mampu menyajikan ayat - ayat Bibel lainnya, seperti disindir Bart D. Ehrman [6] ) : ” Tanpa ayat ini , doktrin Tritunggal harus dikarang-karang dengan cara mencomot ayat dari sana sini , yang kemudian dikombinasikan sedemikian rupa untuk memperlihatkan bahwa Kristus adalah Allah, demikian pula Roh dan Bapa , dan bahwa sekalipun demikian, hanya ada satu Allah ”. Tetapi penganut Kristen awam , masih tetap getol menggunakannya. Padahal fakta yang diakui para Ahli Bibel tentang ayat 1 Yahya 5 : 7 sangat jelas kepalsuannya.
Pertanyaan untuk Eja Kalima, apakah ” keteledoran ” penyalinan Alkitab/Bibel yang memasukkan catatan kaki sehingga menjadi ayat Alkitab/Bibel dan menjadi dalil doktrinal TRINITAS ( 1 Yahya 5 : 7 ) adalah keteledoran yang tidak bermakna apa-apa ( keteledoran trivial atau sebagai remah-remah tidak berarti ) ? . Adalah omong kosong kalau melihat kasus ayat 1 Yahya 5 : 7 sebagai satu keteledoran trivial, tidak bermakna apa-apa dan cuma remah-remah tidak berarti padahal justru ayat tersebut menjadi dasar tentang doktrin Trinitas yang diimani penganut Kristen. Apalagi kalau hanya sekedar melihatnya sebagai ” PERGESERAN MAKNA ” dari sebuah kata atau kalimat seperti yang dikatakan Eja Kalima : ” Keteledoran mana memungkinkan penyalinan beberapa ayat ( atau kata ) menjadi bergeser tidak identik , namun tidak mengubah kebenaran doktrinal apapun untuk keseluruhan Alkitab ” karena yang terjadi adalah total kalimat catatan kaki menjadi ” FIRMAN ALLAH ” dan menjadi bagian dari ayat-ayat Bibel. Dan sekarang kita bertanya kepada Eja Kalima, apakah ayat 1 Yahya 5 : 7 ini adalah asalnya FIRMAN ALLAH tetapi terwujud sesuai dengan keterbatasan unsur-unsur manusiawi ( bahasa, budaya, dan sebagainya ) ?
Sebenarnya masih banyak lagi ayat-ayat Bibel yang eksis akibat ” keteledoran penyalinan ” baik disengaja atau tidak sengaja, yang justru menyentuh doktrin ortodoksi Kekristenan , tapi cukup ayat ini saja sebagai contoh bukti betapa tidak berdasarnya pernyataan Eja Kalima. Fakta keberadaan ayat 1 Yahya 5 : 7 ini memberi pemahaman bahwa ” keteledoran penyalinan ” Alkitab/Bibel tidak khusus berkaitan dengan ” pergeseran makna ” dari sebuah kata seperti yang dikatakan penuh khayal dogmatis oleh Eja Kalima : ” Pergeseran yang remah-remah ini sesungguhnya bukan monopoli penyalinan saja melainkan sama halnya dengan ” pergeseran makna ” yang pasti terjadi lewat waktu , untuk kata-kata tertentu dalam naskah tua apa saja . Bahasa di seluruh dunia mencatat banyak kata di mana makna sejatinya telah bergeser bahkan menjadi ” kosong arti ” karena mengalami evolusi dan degenerasi lewat waktu . Namun semua remah ini tidak membatalkan kebenaran Alkitab untuk apa ia diwahyukan ! ” melainkan keseluruhan gagasan dari sebuah ayat bisa berubah dari konsep dasarnya . Terlalu naif kiranya jika masalah ” keteledorang penyalinan ” Alkitab/ Bibel ini hanya disinggungkan dengan masalah ” pergeseran makna ” dari sebuah kata. Ada penyederhanaan masalah dari sebuah permasalahan besar dan fundamental.
APOLOGI 6 : FIRMAN YANG ” DIMASUKKAN /DITURUNKAN ” DALAM KITAB TIDAK AKAN MENCAPAI KESEMPURNAAN MUTLAK .
Eja Kalima memberikan pernyataan berkaitan dengan keterbatasan unsur manusia dalam memahami Firman Allah sebagai berikut :
Untuk pengertian yang lebih jelas , silahkan baca KATA PENGANTAR dalam Injil Yesus ( yang diilhamkan kepada Yahya ). Di situ Anda akan menemui bahwa sekalipun Firman itu sendiri sempurna tanpa cacat , tanpa kontradiksi dan kekurangan terkecilpun , namun Firman yang ” dimasukkan/diturunkan ” ke dalam Kitab yang memakai unsur-unsur keterbatasan dunia ( seperti tempat-dunia, waktu dunia, budaya dunia dan bahasa dengan 26 aksara ciptaan manusia dan dengan keterpaksaan salinan ulang ), tidak akan mencapai kesempurnaan mutlak untuk melukiskan hakekat maksud dan kehendak Allah secara penuh . Satu contoh bodoh saja sudah cukup memperlihatkan betapa kitab Suci dunia manapun tidak mampu mencatat kebenaran Allah secara penuh. Misalnya kalimat populer yang dimulai dengan ” ALLAH ITU ......( panjang sabar atau maha kasih dll ). Di sini orang sudah membatasi hakekat Allah karena bagaimanapun Allah mustahil digambarkan hanya dengan sepotong kesabaran-Nya atau kasih-Nya atau apapun lainnya . Jadi , yang terjadi dalam Alkitab adalah Firman-Nya dituangkan secara BENAR, SEPERLUNYA DAN SECUKUPNYA dalam batas-batas pengertian yang mampu dibahasakan oleh permutasi ( pengocokan posisi ) 26 abjad aksara terbatas itulah. Tuhan mampu mencukupkan kesempurnaan Alkitab lewat dan dalam keterbatasan kemanusiaan . Di mana pun Tuhan tidak pernah merumuskan bahwa pendiktean mekanis yang diklaim sempurna oleh teman-teman Muslim itu harus merupakan pra syarat kebenaran Kitab-Nya. Nabi-Nabi sebelumnya tak satu pun mengenal pewahyuan mekanis demikian. Tuhan tidak bermaksud menghadirkan sebuah kitab Non-Duniawi. Ia justru memilih menghadirkan sebuah Kitab Ilahi yang harus berintegrasi dan intim berkomunikasi dengan manusia. Seintimnya !
TANGGAPAN :
Eja Kalima mengakui bahwa Firman yang ” dimasukkan/ diturunkan ” ke dalam Kitab dengan memakai unsur-unsur keterbatasan dunia ( seperti tempat- dunia , waktu dunia , budaya dunia dan bahasa dengan 26 aksara ciptaan manusia dan dengan keterpaksaan salinan ulang ) , tidak akan mencapai kesempurnaan mutlak untuk melukiskan hakekat maksud dan kehendak Allah secara penuh . Ini berarti bahwa apa yang tertulis dalam Alkitab/Bibel itu bukanlah ” FIRMAN ALLAH ” yang dikatakan Eja Kalima : ” Firman itu sendiri sempurna tanpa cacat , tanpa kontradiksi dan kekurangan terkecilpun ”. Sekarang menjadi pertanyaan, mana ” FIRMAN ALLAH ” yang dikatakan tanpa cacat , tanpa kontradiksi tersebut ? Sebaiknya Eja Kalima jangan hanya berenang dalam ” lautan dogmatis ” karena kita ini hidup di atas dunia nyata dan butuh ” Firman Allah : yang tanpa cacat dan tanpa kontradiksi dan tidak butuh Alkitab/Bibel yang amburadul . Hakekat maksud dan kehendak Allah apa yang akan dicapai jika manusia dibimbing oleh kitab suci yang cacat seperti itu . Kok aneh Tuhan membiarkan manusia berpegang pada kitab suci yan penuh cacat seperti itu dan membiarkan Firman Allah yang sebenarnya tetap tersembunyi . Kita minta si Kristen Penyajian Apologi untuk menunjukkan Firman Allah tersembunyi tersebut , bukan menunjukkan pernyataan-pernyataan apologi yang menjungkir-balik akal sehat. Firman Allah yang dimaksud bukan YESUS KRISTUS yang diyakini penganut Kristen sebagai FIRMAN ALLAH melainkan : kata-kata Allah yang terwujud dalam kitab suci .
Memang Eja Kalima suka memberi pernyataan yang kelihatan masuk akal tetapi jungkir balik . Perhatikan pernyataan Eja Kalima berikut :
Alkitab adalah Firman-Nya dituangkan secara BENAR , SEPERLUNYA DAN SECUKUPNYA dalam batas-batas pengertian yang mampu dibahasakan oleh permutasi ( pengocokan posisi ) 26 abjad aksara terbatas itulah. Tuhan mampu mencukupkan kesempurnaan Alkitab lewat dan dalam keterbatasan kemanusiaan .
Coba renungkan, bagaimana bisa dinalar bahwa ” Tuhan mampu mencukupkan kesempurnaan Alkitab lewat dan dalam keterbatasan kemanusiaan ” ?. Kesempurnaan model apa yang bisa dicapai dalam keterbatasan ? Keterbatasan jelas ” mengurangi ” kesempurnaan atau menunjukkan ketidak-sempurnaan. Terlihat sekali, sebenarnya Eja Kalima mengakui KETIDAK-SEMPURNAAN ALKITAB/BIBEL sebagai fakta yang tidak bisa diingkari , tetapi dalam keyakinan dogma Kristen yang dianutnya, yang namanya Firman Allah TIDAK MUNGKIN TIDAK SEMPURNA. Maka dalam diri si Kristen ini ” bertempur ” antara FAKTA dengan KEYAKINAN yang saling bertentangan tentang Firman Allah sehingga lahirlah pernyataan Eja Kalima yang berjumplitan seperti di atas dan pernyataan lainnya : ” Firman itu sendiri sempurna tanpa cacat, tanpa kontradiksi dan kekurangan terkecilpun, namun Firman yang ” dimasukkan / diturunkan ” ke dalam Kitab yang memakai unsur-unsur keterbatasan dunia ( seperti tempat-dunia , waktu dunia , budaya dunia dan bahasa dengan 26 aksara ciptaan manusia dan dengan keterpaksaan salinan ulang ) , tidak akan mencapai kesempurnaan mutlak untuk melukiskan hakekat maksud dan kehendak Allah secara penuh ”. Dengan mengatakan ” Firman itu sendiri sempurna tanpa cacat , tanpa kontradiksi dan kekurangan terkecilpun ” berarti Eja Kalima menyakini bahwa ALKITAB/BIBEL sangat sempurna. Tetapi dengan mengatakan : ” namun Firman yang ” dimasukkan/diturunkan ” ke dalam Kitab yang memakai unsur-unsur keterbatasan dunia ( seperti tempat-dunia , waktu dunia , budaya dunia dan bahasa dengan 26 aksara ciptaan manusia dan dengan keterpaksaan salinan ulang ) , tidak akan mencapai kesempurnaan mutlak untuk melukiskan hakekat maksud dan kehendak Allah secara penuh ” berarti Eja Kalima mengakui KETIDAK-SEMPURNAAN ALKITAB/BIBEL. Perhatikan dalam SATU PERNYATAAN terdapat dua aspek yang berkontradiksi . Pernyataan model apa yang demikian ?
Selanjutnya Eja Kalima berkata : ” Di mana pun Tuhan tidak pernah merumuskan bahwa pendiktean mekanis yang diklaim sempurna oleh teman-teman Muslim itu harus merupakan pra syarat kebenaran Kitab-Nya . Nabi-Nabi sebelumnya tak satupun mengenal pewahyuan mekanis demikian. Tuhan tidak bermaksud menghadirkan sebuah kitab Non-Duniawi . Ia justru memilih meng-hadirkan sebuah Kitab Ilahi yang harus berintegrasi dan intim berkomunikasi dengan manusia . Seintimnya ! ” . Pewahyuan Al Qur’an merupakan pendiktean mekanis dari Jibril atas perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw. Al Qur’an sendiri menegaskan :
dan tiadalah yang diucapkannya itu ( Al-Quran ) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan ( kepadanya ). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat ( An Najm 3-5 / Qs. 53 : 3-5 )
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan ( kepadanya ). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat ( An Najm 3-5 / Qs. 53 : 3-5 )
Pewahyuan mekanis ini justru DINYATAKAN OLEH BIBEL SENDIRI , sebagaimana yang kita petik dari ayat Ulangan 18 : 18 :
Dan Aku akan memberikan segala firman-KU DALAM MULUTNYA dan ia pun akan MENGATAKAN SEGALA YANG KUSURUH AKAN DIA
Ayat Ulangan 18 : 18 merupakan ayat nubuatan tentang kedatangan seorang nabi sesudah Musa . Dalam ayat ini terdapat kalimat ” Aku akan memberikan segala firman-KU DALAM MULUTNYA ” dan ” .... akan MENGATAKAN SEGALA YANG KUSURUH AKAN DIA ” yang memberi pengertian bahwa apa yang disampaikan oleh nabi itu benar-benar adalah FIRMAN yang diberikan Allah ke dalam MULUT nabi itu tanpa intervensi bahasa dari nabi tersebut. Ini menunjukkan adanya PEWAHYUAN MEKANIS dan diakui oleh Alkitab/Bibel terlepas dari kontrovesi tentang siapa NABI ITU . Dengan demikian , kalau ada penganut Kristen yang menolak adanya pewahyuan mekanis seperti implisit dalam pernyataan Eja Kalima : ” Di mana pun Tuhan tidak pernah merumuskan bahwa pendiktean mekanis ......” , maka jelas sekali pernyataan yang demikian ini merupakan SATU KEBOHONGAN karena bertentangan dengan pernyataan Alkitab/Bibel sendiri. Tetapi Al Qur’an tidak pernah menyatakan bahwa kebenaran ” wahyu Allah ” harus dengan pewahyuan dalam bentuk pendiktean mekanik tetapi ditentukan oleh isi dari wahyu Allah itu sendiri , seperti kebenaran ajarannya , terpeliharanya dari kontradiksi ( pertentangan ) antar ayat, tidak mengalami perubahan atas ayat-ayatnya, sifat keunggulannya dalam sastra terhadap karya cipta manusia , dan sebagainya, yang memberikan kedudukan kesuciannya dari intervensi unsur-unsur manusiawi. Al Qur’an sendiri memberi jaminan keterpeliharaan dari itu semua :
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an , dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya ( Qs. 15 : 9 ).
Mekanisme ” pewahyuan ” menurut Islam ada beberapa bentuk, tidak melulu harus dalam bentuk ” pewahyuan mekanik ”. Bisa jadi, Nabi-Nabi pembawa Kitab Suci sebelum Nabi Muhammad SAW tidak mengenal pewahyuan mekanis seperti yang dikatakan Eja Kalima : ” Nabi-Nabi sebelumnya tak satupun mengenal pewahyuan mekanis demikian ”. Apa alasan Eja Kalima tentang hal ini ? Apakah ada dalam Alkitab/Bibel yang menegaskan seperti itu ? Tetapi itu dugaan semata-mata lantaran teks Alkitab/Bibel tidak mengungkap masalah mekanisme pewahyuan melainkan hanya berkisah tentang adanya firman Tuhan . Hal ini tidak menutup kemungkinan adanya pewahyuan mekanis . Faktanya ayat Alkitab /Bibel mengarahkan kita akan keberadaan pewahyuan mekanis tersebut ( Ulangan 18 : 18 ). Dan sangatlah anehnya pernyataan Eja Kalima : ” Tuhan tidak bermaksud menghadirkan sebuah kitab Non-Duniawi . Ia justru memilih menghadirkan sebuah Kitab Ilahi yang harus berintegrasi dan intim berkomunikasi dengan manusia . Seintimnya ! ” . Dari mana Eja Kalima mengetahui bahwa ” TUHAN TIDAK BERMAKSUD .... ” ?. Dari mana Eja Kalima mengetahui bahwa Tuhan memilih ” menghadirkan sebuah Kitab Ilahi yang harus berintegrasi dan intim berkomunikasi dengan manusia. Seintimnya ! ” ?. Dan apa maksudnya : ” sebuah Kitab Ilahi yang harus berintegrasi dan intim berkomunikasi dengan manusia ” ? Apakah maksudnya adalah sebuah kitab yang PENUH DENGAN KETIDAK-SEMPURNAAN lantaran keterbatasan manusia untuk menerima FIRMAN ALLAH YANG SEMPURNA ? Dan juga menjadi pertanyaan SIAPAKAH YANG MEMBUAT ALKITAB/BIBEL ITU MENJADI TIDAK SEMPURNA, apakah Tuhan ataukah manusia itu sendiri ? Jika manusia yang menyebabkan ketidak sempurnaan Alkitab/Bibel lalu atas dasar apa sehingga si Kristen menyatakan : ” namun Firman yang ” dimasukkan/ diturunkan ” ke dalam Kitab yang memakai unsur-unsur keterbatasan dunia ( seperti tempat-dunia, waktu dunia , budaya dunia dan bahasa dengan 26 aksara ciptaan manusia dan dengan keterpaksaan salinan ulang ) , tidak akan mencapai kesempurnaan mutlak untuk melukiskan hakekat maksud dan kehendak Allah secara penuh ” ? Jika Tuhan sendiri yang menentukan ketidak-sempurna Alkitab/Bibel , kok, aneh sekali ! Bisa-bisanya Tuhan menghadirkan kitab suci yang penuh dengan KETIDAK-SEMPURNAAN lantaran keterbatasan manusia, ketika di sisi lain justru Allah menuntut KESEMPURNAAN KEMANUSIAAN HAMBA-NYA ? Diharapkan supaya si Kristen Penyaji Apologi tidak perlu menyajikan pernyataan-pernyataan dogmatis karena akan berjum-plitan bilamana bertemu dengan fakta ketidak-sempurnaan ayat-ayat Alkitab/Bibel.
P E N UT U P
Betapa kacau dan pontang pantingnya pernyataan Eja Kalima dalam membela ” KESEMPURNAAN ” kitab suci agama Kristen yang dianutnya yaitu ALKITAB/BIBEL ketika di sisi lain Eja Kalima harus mengakui KETIDAK-SEMPURNAAN Alkitab/Bibel . Dan anehnya , Eja Kalima nelihat KETIDAK-SEMPURNAAN Alkitab/ Bibel sebagai satu KEHARUSAN yang diperlukan untuk sebuah kitab suci karena keterbatasan manusia untuk ” menampung ” firman Allah ketika berintegrasi dengan manusia . Masalahnya sekarang , apakah Eja Kalima mengakui KETIDAK-SEMPURNAAN Alkitab/Bibel itu atau tidak ?
Sebaiknya, Eja Kalima ini jujur saja mengakui fakta KETIDAK-SEMPURNAAN Alkitab/Bibel secara lurus daripada berkelit berputar-putar mencari kilah dan apologi untuk menunjukkan KESEMPURNAAN Alkitab/Bibel. Tidak akan ada yang memaksa Eja Kalima untuk meninggalkan keyakinan Kristen yang dianutnya akibat pengakuan atas KETIDAK-SEMPURNAAN Alkitab/Bibel. Siapapun – selama memiliki otak yang masih bertengger di kepalanya - tidak akan mungkin mengakui KESEMPURNAAN Alkitab/Bibel ketika kepadanya dihadapkan dengan fakta yang ada di depan hidungnya tentang KETIDAK-SEMPURNAAN Alkitab/Bibel . Para pakar Alkitab/Bibel dari kalangan Kristen sendiri mengakui adanya KETIDAK-SEMPURNAAN Alkitab/Bibel dari berbagai aspek : perbedaan, pertentangan, ketidak-logisan, ketidak sesuaian dengan fakta, keanehan, perubahan, penyesuaian , ketidak –cocokan nubuatan dan segala macamnya . Dan pengakuan mereka ini tidak bisa dinafikan dan disanggah dengan pernyataan-pernyataan dogmatis Eja Kalima yang hendak menunjukkan KESEMPURNAAN Alkitab/Bibel . Mudah-mudahan akal sehat masih menyertai Eja Kalima.
[1] ). Dalam ayat Kejad. 20 : 2, ABIMELEKH dinyatakan sebagai raja GERAR – dan nama “ ABIMELEKH “ mungkin sama dengan “ ABU MALIK “ dalam bahasa Arab yang berarti BAPAK RAJA atau BAPAK PENGUASA
[2] ) Sebelum ayat Kejad.21 : 22-31 yaitu dalam ayat Kejad. 21 : 19 diceritakan bahwa HAGAR ( Hajar) , isteri lain dari Ibrahim ( - di samping Sarah - ) menemukan “ SUATU MATA AIR “ . Dalam tradisi Islam dan bangsa Arab , “ MATA AIR “ yang diketemukan Hagar ini adalah SUMUR ZAMZAM di Mekkah . Dan hanya mata air yang ditemukan Hagar inilah satu-satunya yang dapat dihubungkan dengan “PERIGI “ yang berkaitan dengan Ibrahim. Sebab, tidak ada ayat dalam Bibel yang mendahului ayat Kejad.21 , yang bercerita mengenai keberadaan PERIGI ini dan perampasannya dari tangan Ibrahim oleh hamba-hamba Abimelekh .Kisah ini tiba-tiba saja muncul dalam ayat Kejad. 21 tanpa cerita tentang hal-hal yang mendahului kejadian tersebut . Sambungan antara ayat Kejad. 21 : 19 yang berbicara tentang diketemukannya “ MATA AIR “ oleh Hagar dengan ayat Kejad. 21 : 24-25 yang berbicara tentang pengaduan Ibrahim kepada ABIMELEKH atas perampasan “ PERIGI “ miliknya oleh hamba-hamba ABIMELEKH , memperkuat dugaan ini .Jika penganut Kristen menolak hal tersebut , adalah cukup adil jika mereka mau menunjukkan dalam Bibel tentang “ PERIGI “ yang digali atau diketemukan Ibrahim atau menjelaskan bagaimana asal-usul “ PERIGI “ Ibrahim ini sehingga berkasus dengan ABIMELEKH , sebagaimana yang diceritakan .
[3] ). Dalam Kejad. 26 : 8 , ABIMELEKH dikatakan sebagai RAJA ORANG FILISTIN
[4] ). Bart D. Ehrman , hal. 82
[5]). Pendeta Budi Asali , Menyangkal Saksi Yehovah , hal . 127 . Menarik disimak pernyataannya tentang ayat 1 Yahya 5 : 7-8 : “ Tetapi perlu diketahui bahwa AYAT INI PADA BAGIAN YANG ADA DALAM TANDA KURUNG , SANGAT DIRAGUKAN KEASLIANNYA DAN DIANGGAP SEBAGAI SATU PENAMBAHAN PADA TEKS ASLI KITAB SUCI “. Rupanya Pendeta Budi Asali ini mengakui juga akan kepalsuan ayat 1 Yahya 5 : 7-8 ini sehingga menyarankan : “Dalam berdebat/berdiskusi dengan orang-orang SAKSI YEHOVAH tentang Allah Tritunggal , JANGAN MENGGUNAKAN BAGIAN INI SEBAGAI DASAR DARI ALLAH TRITUNGGAL .... “ . Jika demikian mengapa ayat ini masih tetap diakui sebagai “ firman Allah “ ? . Dalam keyakinan bahwa Alkitab/ Bibel itu ditulis berdasarkan inspirasi Rohul Kudus , seharusnya ayat ini diterima kebenarannya .
[6] ). Bart D. Ehrman , idem , hal.82
0 komentar:
Posting Komentar