Minggu, 07 Agustus 2011

PENGENALAN SINGKAT TENTANG BAHASA BIMA (NGGAHI MBOJO) 7


PENGGUNAAN BAHASA BIMA ( NGGAHI MBOJO ) – FORMAL DAN INFORMAL .

Ada dua istilah yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) yaitu ” NGGAHI MBOJO ” dan ” NUNTU MBOJO ” . Dalam keseharian , sebenarnya tidak ada perbedaan  antara kedua istilah ini . Mungkin perbedaannya dapat dilihat pada jenis kata , yaitu ” NGGAHI MBOJO ” adalah kata benda , sedangkan ” NUNTU MBOJO ” adalah kata kerja . Kita perhatikan contoh kalimat dalam tabel berikut  :

Contoh kalimat dengan ” NGGAHI ”
Contoh kalimat dengan ” NUNTU ”

-         Nggahi au dou re ?
-         Au si nggahi na ?
-         Ede ra mboto nggahi !


-         Nuntu  au dou re ?
-         Au si nuntu  na ?
-         Ede ra mboto nuntu  !


Kedua contoh kalimat ini boleh dikatakan sama hanya dibedakan oleh : ” NGGAHI ” dan ” NUNTU ”. Sepintas tidak berbeda , tetapi jika disimak penuh rasa bahasa Bima , terlihat bahwa ” NGGAHI ” dalam contoh itu menunjukkan kata-kata ucapan sebagai kata benda , sedangkan ” NUNTU ” menunjukkan kata-kata ucapan sebagai kata kerja . Memang masalah ini masih perlu didiskusikan, tentang perbedaan dan persamaan antara ” NGGAHI    dengan ” NUNTU ” , yang kemudian dikembangkan pada bahasan tentang perbedaan antara  ” NGGAHI MBOJO ” dengan ” NUNTU MBOJO ”.
Perbedaan keduanya mungkin dapat dibandingkan dengan istilah antara ” BAHASA INDONESIA ” sebagai bentuk kata benda dengan ” BERTUTUR BAHASA INDONESIA ”  sebagai kata kerja . Dalam hal ini ,  ” NGGAHI MBOJO ” diartikan dengan  ” BAHASA BIMA ” sebagai kata benda sedangkan ” NUNTU MBOJO ” diartikan ” BERTUTUR BAHASA BIMA ” sebagai kata kerja . Ini merupakan salah satu bentuk ” kekayaan ” kosa kata dalam bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ). Kekayaan serupa memang seringkali dijumpai dalam bahasa-bahasa lokal di Indonesia .
Ketika ” BAHASA INDONESIA ” menjadi istilah yang menyatakan kata benda , lalu apa istilah untuk menyatakan kata kerja ” BERTUTUR BAHASA INDONESIA ” ? Apakah ” TUTUR INDONESIA ” ? Bisa jadi demikian walaupun agak janggal . Tetapi dalam bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) , ketika ” NGGAHI MBOJO ” menjadi istilah yang menyatakan kata benda  ( ” BAHASA BIMA ” ) , maka istilah yang menyatakan kata kerja ” BERTUTUR BAHASA BIMA ” digunakan istilah : ” NUNTU MBOJO ” , yang kadang kala diucapkan lengkap dengan : NUNTU NGGAHI MBOJO yang memang berarti : BERTUTUR BAHASA BIMA . Di sini kita melihat pembedaan antara ” NGGAHI ” dengan ” NUNTU ”.
Sekalipun pada keseharian, tidak terdapat perbedaan makna antara ” NGGAHI MBOJO ” dengan ” NUNTU MBOJO ” karena kesalah-kaprahan penggunaannya , namun kedua istilah ini dapat dipakai untuk membedakan penggunaan dalam fungsi yang berbeda . Istilah ” NGGAHI MBOJO ” digunakan dalam kegiatan informal keseharian , sedangkan ” NUNTU MBOJO ” digunkan dalam kegiatan formal , seperti dalam pertemuan, rapat , acara adat  dan sebagainya . Jika dua orang etnik Bima ( Dou Mbojo ) bertemu dan bersapa , tidak diragukan lagi keduanya akan berbicara menggunakan bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) dengan kalimat-kalimat biasa , baik kosa kata halus ataupun kosa kata kasar .  Bercakap-cakap menggunakan bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) dalam keadaan demikian , keduanya disebut NGGAHI MBOJO . Tetapi jika seseorang menyampaikan satu pikiran dalam pertemuan formal ( pidato , rapat , acara adat dan semacamnya ) yang dihadiri semua etnik Bima ( Dou Mbojo )  yang menggunakan bahasa Bima ( Nggahi Mbojo ) maka dikatakan orang itu : NUNTU MBOJO . Dan kenyataannya , sekarang ini – dan memang sedikit sekali – tidak ada seorang etnik Bima ( Dou Mbojo ) yang mampu menyampaikan bahasa Bima dalam konteks ” NUNTU MBOJO ” dan pasti mengguna-kan bahasa Indonesia . Mengapa demikian , karena untuk ” NUNTU MBOJO ” dibutuh-kan keterampilan dan kemampuan merangkai kata-kata dalam bentuk prosa liris , dan hal itu  sekarang sangat sedikit orang etnik Bima (Dou Mbojo ) yang mampu melakukannya . Ada keindahan yang khas dalam ” NUNTU MBOJO ” yang memang bisa dirasakan oleh setiap orang Bima ( Dou Mbojo ) walaupun dirinya sendiri tidak mampu melakukannya .
Berikut ini disajikan contoh, bentuk untaian kalimat bertutur bahasa Bima (” NUNTU MBOJO ” ) yang dielaborasi untuk sebuah nasehat perkawinan :

Indo kapo ra-a saciri ma ka mori na weki
Saraka nu-u ma ndundu ma mbonci kantuwu
Ba di ru-u taho ra ncihi kaina uma ra salaja
Renta pu ba rera-mu di tando dou marimpa
“ Ka su-u sawale-ku ra katupa ba sara “

Bae-ku ademu di ma londo ndundu ba ra-a di weki
Samena-na au-au-ra mbinta na ba weki ma wara
Na ne-e ncore wea-ku : “ Sabua na nggahi bune ra katupa ba sara “
Ede-du sabua na renta labo rawi di kandadi

Indo kapo nggahi ra sake ba ndai dua-mu ma tada
Ndei kawara kantuwu ba samena weki ma ntanda ra ringa
Aina lepi rawi ra ka lapa
Sela-si nggadi ba rawi ma ncemba
Ma mbentu angi di ade weki ra ka sabua ba sara

Na wara si ma ka caba na ma ka maci rawi ra sake
Na wari ro sai-ku ba sake ra renta cua taho ba ndai duamu
Sarumbu na so-o ma lao bune sia
Na leli lelo lao bune lili
Na tambua tan-tobu lao bune kalubu
Moda karapa di ntanda ba dou marepa           

Untaian kalimat yang tercantum dalam “ NUNTU MBOJO “ ini memiliki nilai kesntunan dan keindah dalam berucap atau berkata-kata . Tidak nampak “ kekasaran “ dalam kalimat .  Bandingkan dengan untaian kalimat berikut :

Wati loa ja ndai ake hako ntau dou
Mpanga-ku ngara na ndedesi rawi
Wati dikarawi ba ndai ma bade agama ra qaro’a
Cou-cou ma hako ntau dou na peto ku ba polisi
Dou na ipi-ku damaja na karawi walisi

Kalimat yang disajikan ini bisa menjadi isi pidato dan bisa pula menjadi isi pembicaraan antara dua orang tapi bentuknya hanya sekedar ” NGGAHI MBOJO ” . Bila dibanding-kan untaian kalimat  ” NUNTU MBOJO ” terdahulu , untaian kalimat pidato ” NGGAHI MBOJO ” ini   terasa ” sangat kasar ” , tidak ada keindahan sama sekali , walaupun isinya sangat benar. Inilah yang membedakan antara ” NGGAHI MBOJO ” dengan    ” NUNTU MBOJO ”. Dan ternyata , orang etnik Bima ( Dou Mbojo ) sekarang sudah tidak lagi berkemampuan ” NUNTU MBOJO ” ( bertutur Bima ) kecuali sedikit , tetapi pasti mampu NGGAHI MBOJO ( bercakap/berbahasa Bima ). Ketidak-mampuan bertutur Bima ( NUNTU MBOJO ) dari masyarakat Bima tentu sangat memprihatinkan karena kemampuan ” NUNTU MBOJO ” mencerminkan eratnya masyarakat Bima ( Dou Mbojo ) dengan nilai-nilai budayanya .

0 komentar:

Posting Komentar