NUBUATAN TENTANG KEDATANGAN NABI MUHAMMAD SAW
OLEH NABI ISA AL MASIH as ( YESUS KRISTUS )
P E N D A H U L U A N
Setiap Nabi/Rasul yang diutus kepada suatu kaum selalu menubuatkan kedatangan seorang Rasul Akhir Zaman, yang akan membimbing dan mengantar seluruh ummat manusia kepada keselamatan dunia dan akhirat . Khususnya di kalangan ummat Yahudi ( Bani Israel ) , sejak sepeninggal Nabi Musa as. ummat Yahudi ( Bani Israel ) selalu menanti-nantikan kedatangan seorang Menahem sebagaimana yang telah dinubuatkan oleh Nabi Musa as. ( baca ayat Ulangan 18 : 15,18 ) . Bahkan penantian itu masih berlangsung sampai sekarang dan mereka sebagai satu kesatuan kaum tidak pernah mau mengakui salah satu : Yesus Kristus ( Isa Al Masih as.) atau Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi Akhir Zaman . Sebagaimana halnya Nabi Musa as., juga Yesus Kristus ( Nabi Isa Al Masih as ) menubuatkan kedatangan Nabi Akhir Zaman tersebut . Hal ini dapat dijumpai dalam Perjanjian Baru , kitab suci agama Kristen . Tentu saja pernyataan ini tidak pernah dapat diterima oleh penganut Kristen. Mereka – penganut Kristen – berkeyakinan bahwa Nabi Akhir Zaman telah dipenuhi oleh Yesus Kristus ( Nabi Isa Al Masih as. ) , sekaligus sebagai ” Allah ” dalam konsep Trinitas . Tetapi konsep Trinitas itu sendiri terdapat berbagai faham yang menjadi fondasi bagi setiap sekte Kristen . Mereka meyakini , sesudah Kristus ( yi. Yesus ) tidak akan ada lagi seorang Nabi yang muncul, yang dapat menambah, mengubah , mengganti atau membatalkan pengajarannya. Jadi tidak mengherankan jika penganut Kristen tidak mau mengakui ke-Nabi-an / ke-Rasulan Muhammad saw dan sebagai Nabi Akhir Zaman . Tetapi di sisi lain , penganut Kristen telah meninggalkan ajaran Yesus dan lebih mengikuti ajaran Paulus. Sebagaimana yang diakui sejumlah pakar Kristen sendiri , sesungguhnya agama Kristen bukan didirikan oleh Yesus melainkan Paulus . Hal ini sama saja dengan sikap kaum Yahudi yang tidak mau mengakui Yesus , apalagi sebagai Tuhan dan Anak Allah bahkan Yesus sebagai nabi/rasul Allah pun tidak mau diakui oleh kaum Yahudi sampai saat sekarang . Mengapa orang-orang Yahudi menolak dan tidak mau mengakui Yesus , ada beberapa versi pendapat. Tetapi tidak diuraikan di sini karena bukan aspek yang dibahas. Mereka melihat Yesus sebagai anak haram /anak zina yang membuat kekacauan dan keonaran .
Berbeda dengan keyakinan umat Kristen justru ummat Islam berkeyakinan , Nabi Akhir Zaman yang dinubuatkan para Nabi itu , baik oleh Nabi Musa as ataupun oleh Yesus Kristus ( Nabi Isa Al Masih as. ) sesungguhnya telah dipenuhi dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW. Dan tulisan ini membahas nubuatan tentang Nabi Muhammad SAW selaku Nabi Akhir Zaman, khususnya yang terdapat dalam Injil Yahya . Untuk diketahui Injil Yahya berbeda sekali dengan ketiga Injil Kanonik lainnya yang disebut Injil Sinoptik ( Injil Matius, Injil Markus dan Injil Lukas ). Pembahasan tidak semata-mata menfokus pada ayat-ayat dalam Injil Yahya melainkan juga membahas ayat-ayat pada kitab-kitab lain dalam Bibel untuk mendukung dan memperkuat kesimpulan atas ayat-ayat Injil Yahya .
Nubuatan tentang kedatangan Nabi Akhir Zaman termuat dalam sejumlah ayat Bibel, khususnya dalam Injil Yahya yaitu Yahya 14 : 16 ,17 , 26 yang dikutipkan berikut :
Dan aku akan mintakan kepada Bapa, maka Ia akan mengaruniakan kepada kamu PENOLONG yang lain , supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya .
Yaitu ROH KEBENARAN yang dunia ini tiada dapat menyambut, oleh sebab tiada ia nampak Dia , dan tiada kenal Dia ; tetapi kamu ini kenal Dia karena Ia tinggal beserta dengan kamu dan Ia akan ada di dalam kamu .
Tetapi PENOLONG itu, yaitu ROHULKUDUS yang akan disuruhkan oleh Bapa atas namaku , ialah akan mengajarkan kepadamu segala perkara itu, dan akan mengingatkan kamu segala sesuatu yang Aku sudah katakan kepadamu .
Juga dalam ayat Yahya 15 : 26 : ” Akan tetapi apabila PENOLONG yang akan kusuruhkan kepadamu daripada Bapa, yaitu ROH KEBENARAN yang keluar daripada Bapa itu , ialah yang menyaksikan dari halku ”. Dan ayat Yahya 16 : 7-15 :
Tetapi aku ini mengatakan yang benar kepadamu bahwa berfaedahlah bagi kamu jikalau aku
ini pergi , karena jikalau tiada aku pergi, tiadalah PENOLONG itu akan datang kepadamu ; tetapi jikalau aku pergi, aku akan menyuruhkan Dia kepadamu . (7)
Apabila Ia datang maka Ialah akan menerangkan kepada isi dunia ini dari hal dosa dan keadilan dan hukuman . (8)
Dari hal dosa , sebab tiada mereka percaya akan Daku (9)
Dari hal keadilan , sebab aku pergi kepada Bapa dan tiada lagi melihat Aku. ( 10 )
Dari hal hukuman, sebab penghulu dunia ini sudah dihukumkan (11)
Banyak lagi perkara yang aku hendak katakan kepadamu tetapi sekarang ini tiada dapat menanggung dia . (12 )
Akan tetapi apabila Ia sudah datang , yaitu ROH KEBENARAN maka Ia pun akan membawa kamu kepada segala kebenaran ; karena tiada Ia berkata-kata dengan kehendaknya sendiri melainkan barang yang didengarnya, itu juga akan dikatakannya ; dan dikhabarkannya kepadamu segala perkara yang akan datang . (13 ) Maka Ia akan memuliakan aku , karena Ia akan mengambil dari pada hak aku , lalu mengabarkan kepadamu . (14 )
Segala sesuatu yang hak Bapa, itu juga hak aku. Oleh sebab itu, aku berkata bahwa diambilnya daripada hak aku, lalu dikhabarkannya kepadamu . (15)
Demikian bunyi ayat nubuatan dalam Injil Yahya tentang kedatangan seorang PENOLONG yang dijanjikan Yesus Kristus. Penganut Kristen berkeyakinan , PENOLONG yang disebutkan itu tidak lain adalah ROHULKUDUS , salah satu oknum Tuhan dalam konsep Trinitas . Pendapat ini tentu berbeda dengan pendapat ummat Islam bahwa PENOLONG yang disebutkan itu tidak lain Nabi Muhammad SAW .
Penegasan tentang hal ini akan menjadi inti pembahasan dengan analisis atas aspek-aspek yang terkandung dalam ayat-ayat Yahya yang dikutipkan di atas .
MAKNA KATA “ PENOLONG “
Ternyata terdapat penggunaan istilah yang berbeda-beda dalam berbagai Bibel/Alkitab untuk sebutan PENOLONG ini. Istilah “ PENOLONG “ yang terkandung dalam kutipan ayat-ayat Yahya di muka berdasarkan Alkitab LAI tahun 1968 dan tahun-tahun terbit berikutnya . Tetapi Alkitab LAI tahun 1952 menyebut dengan istilah “ PENGHIBUR “. Dalam Holy Bible (ASV ) disebut “COMFORTER “ yang berarti PENGHIBUR . Tetapi dalam The New Testament in Todays English Version yang diterbitkan American Bible Society. Juga Good News Bible tersebut dengan “ HELPER “ yang berarti PENOLONG. Begitu juga Perjanjian Baru diterbitkan The Gideons International menyebutnya “ PENOLONG “. Sedangkan The Yerusalem Bible New Testament menggunakan istilah “ ADVOCATE “ yang berarti “ PENGANJUR “ atau mungkin lebih tepat “ PEMBELA “. Dan teks Yunani dalam The EMPHATIC DIAGLOTT pada ayat Yahya 14 : 16 tertulis kata “ π α ρ ά χ λ η τ ο ν “ ( dibaca: Parakleton ) , sedangkan ayat Yahya 14 : 26 , Yahya 15 : 26 dan Yahya 16 : 7 tertulis kata “ π α ρ ά χ λ η τ ο ζ “ ( dibaca : Parakletos ). Juga dalam ayat 1 Yahya 2 : 1 akan dijumpai kata “ Parakleton “ ini . Para ahli Bibel dari kalangan Kristen sendiri tidak pernah membedakan makna kata Yunani “ π α ρ ά χ λ η τ ο ν “ ( dibaca: Parakleton ) dengan “ π α ρ ά χ λ η τ ο ζ “ ( dibaca: Parakletos ) . Kenyataannya , baik “ Parakleton “ maupun “ Parakletos “mereka tetap mengartikan kedua bentuk penulisan itu sama-sama diterjemahkan dengan HELPER atau PENOLONG kecuali dalam 1 Yahya 2 : 1 , untuk ” Parakleton ” ini Alkitab LAI 1968 menggunakan istilah ” Juru Safaat ” , Alkitab Lai 1976 menggunakan istilah ” Perantara ” , Holy Bible menggunakan istilah ” Advocate ” ( = Penganjur ) .
H.M.Arsyad Thalib Lubis dalam buku “PERBANDINGAN AGAMA KRISTEN DAN ISLAM “ mengungkapkan istilah yang dipakai untuk sebutan “ PENOLONG “ itu dalam Alkitab Bahasa Melayu huruf Latin terbitan Nederlandsch Bijbelgenoascap Amsterdam tahun 1927 tertulis dengan istilah “ PENGHIBUR “ . Begitu pula Bibel berbahasa Arab menyebutnya dengan “ AL MU’AZZI “ yang berarti “ PENGHIBUR “ dan juga ada yang tetap dengan istilah “ FARAQLIETH “. Dan istilah Yunani : ” PARACLETE “ atau “ PARAKLETOS “ dalam bahasa Syiria disebutkan : MENAHHEMANA . Nama ini mengingatkan kita pada tokoh Negara Israel: MENAHEM BEGIN. Mungkin dalam bahasa Ibrani kata : MENAHHEMANA ini bentuk Aramia dari : MENAHEM yang berarti PENGHIBUR.
Sulit dipahami mengapa Bibel-Bibel dalam berbagai versi terjemahan tersebut memberi sebutan yang berbeda-beda untuk pribadi yang satu , sebab bagaimanapun istilah-istilah yang berbeda itu mempunyai jangkauan makna yang berbeda pula . PENOLONG secara substansi jelas tidak sama dengan PENGHIBUR , juga tidak sama dengan ADVOKAT (= PEMBELA ). Ini dikecualikan dalam ungkapan yang sinonim untuk menyatakan hubungan istilah-istilah tersebut.
Adanya perbedaan istilah yang digunakan sebagai sebutan terhadap pribadi PENOLONG ini dalam berbagai Bibel itu menimbulkan pertanyaan : sebutan apa yang digunakan Yesus Kristus ketika menubuatkan PENOLONG YANG LAIN tersebut ? Sungguh sulit menjawab pertanyaan ini . Kita tahu Yesus bukanlah seorang Yunani , tentu tidak menggunakan istilah “ PARAKLETON “ ketika menubuatkan PENOLONG YANG LAIN itu. Pada sisi lain, naskah tertua tentang Yesus dan ajarannya adalah naskah berbahasa Yunani , sedangkan kita yakin Yesus tidaklah berbahasa Yunani ketika menyampaikan ajarannya melainkan berbahasa Aramia (Aramaic , salah satu anggota kelompok bahasa Semit . Lainya adalah bahasa Ibrani, bahasa Arab , bahasa Suryani , bahasa Ethopia dan lainnya ) .
Berdasarkan teks naskah Yunani ini , ternyata sebutan PENOLONG atau PENGHIBUR atau PEMBELA yang kita jumpai pada berbagai Bibel tadi , adalah terjemahan dari kata Yunani “ PARACLETOS “ atau “ PARACLETE “ yang mengandung arti: SEORANG PEMBELA DALAM SUATU PERKARA DI MUKA PENGADILAN. Oleh karenanya ada Bibel yang menuliskan terjemahannya dengan “ADVOKAT “ karena biasanya yang bertugas sebagai pembela di muka pengadilan adalah ADVOKAT. Ada juga kata “ PARACLETOS “ ini dipakai dalam TARGUMIN ( - paraphrase Aramaic dari Perjanjian Lama - ) dalam bentuk kata “ PARAKLIT “ sebagai terjemahan dari kata Ibrani ( Hebrew ) : MELITS ( lihat Ayub 16 : 19 dan 19 : 15 ). Tetapi apakah kata “ MELITS “ ini yang meluncur dari bibir Yesus ketika menubuatkan kedatangan PENOLONG YANG LAIN itu ? Kita tidak tahu dan semuanya serba gelap . Itulah wajah Bibel. Dalam proses kehadiran sebagai sebuah buku, telah mengalami banyak perubahan akibat dari perbuatan tangan-tangan manusia, sehingga sulit ditelusuri untuk memperoleh kebenarannya
Menurut Encyclopedia Americana, arti PARACLETOS atau PARACLETE adalah : a Counselor ( seorang penasehat ) ; Admonisher ( pemberi peringatan ) atau Comforter ( Penghibur ). Dari arti yang diberikan ini , jelaslah bahwa PARACLETOS yang dinubuatkan menunjuk kepada seseorang yang mengemban tugas menyampaikan nasehat, memberi peringatan dan penghiburan untuk membawa manusia kepada kebenaran. Dan dalam agama menjadi tugas yang disandang SEORANG NABI/ RASUL ALLAH.
Dr.J.L.Abineno dalam bukunya “ Yesus Sang Mesias Dan Sang Anak “ hal.31 menyajikan pengertian PARACLETOS ini dalam dua aspek. Pertama, aspek yuridis , menunjuk kepada pengertian Paracletos sebagai Pembela dalam suatu peradilan. Kedua aspek didaktis , menunjuk kepada pengertian Paracletos sebagai guru yang mengajarkan segala sesuatu kepada murid-murid dan mengingatkan mereka akan semua yang telah dikatakan oleh Yesus . Dari pengertian yang menyangkut fungsi dari PARACLETOS : menasehati , memberi peringatan , menghibur dan mengajar kepada objek manusia sebagaimana yang disajikan di atas , memberi gambaran bahwa Paracletos yang dinubuatkan itu haruslah makhluk nyata berupa seorang manusia , bukan makhluk yang immaterial. Jelasnya “ PARACLETOS “ adalah seorang NABI . Hal ini pada saatnya akan dibahas pada bahagian lain dari tulisan ini . Dan bagaimana tafsir dan pendapat penganut Kristen sendiri tentang PARACLETOS ? Dr.J.L. Abineno menjelaskan :
…. Tugasnya sebagai “ GURU “ akan diambil alih dan diteruskan oleh Roh Kudus …… Roh itulah yang mengajarkan segala sesuatu kepada mereka “ ( hal.35 )
Oleh pekerjaan dan bimbingan Rohkudus, mereka bukan saja bersaksi tentang Yesus tetapi “ membela “– Nya terhadap serangan-serangan orang-orang Yahudi “ ( hal. 51 ).
Berbicara mengenai pekerjaan Rohkudus , dapat disimak uraian Dr. R. Soedarno dalam bukunya “ IKHTISAR DOGMATIKA “ hal.. 51 , yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berupa pemberian kecakapan/kemampuan untuk menyembuhkan orang sakit , bernu-buat, bercakap-cakap dalam bahasa-bahasa asing dan menterjemahkan bahasa-bahasa tersebut. Pemberian kecakapan ini merupakan karunia istimewa dan berlangsung hanya pada abad pertama . Mungkin dapat dijadikan contoh di sini adalah cerita yang tercantum dalam KRR. 2 : 2-13 , tentang para murid yang dipenuhi oleh Rohkudus . Sesudah itu mereka semua dapat berbicara dengan berbagai-bagai bahasa asing . Atau cerita penyembuhan seorang yang timpang oleh Peterus ( KRR. 3 : 6-7 ). Kecakapan yang muncul pada Peterus ini adalah hasil karya Rohkudus .
2. Berupa pemberian tobat kepada manusia hingga dapat percaya kepada Yesus sebagai Tuhan . Dengan kata lain pemberian karunia yang merubah kesadaran orang di dalam budi orang. Dalam hal ini Rohkudus memanggil, memberi kepercayaan dan memberi tobat . Semua pemberian karunia ini berlangsung sejak abad pertama sampai sekarang ini . Mungkin yang dapat dijadikan contoh dalam hal ini ialah kalau ada seseorang yang tadinya tidak percaya sama-sekali kepada ketuhanan Yesus , lalu tiba-tiba orang itu masuk Kristen dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan atau percaya bahwa Tuhan itu terdiri atas TIGA OKNUM TUHAN tetapi SATU TUHAN . Hal itu tidak lain adalah hasil kerja dari Rohkudus dalam hati orang itu yang memanggilnya , yang memberinya kepercayaan , sekaligus memberinya tobat .
Secara umum berdasarkan komentar para pakar Kristen di atas , disimpulkan bahwa dalam keyakinan Kristen , PARACLETOS yang disebutkan itu tidak lain adalah ROH KUDUS , salah satu oknum Tuhan dalam kepercayaan TRINITAS , yang bekerja tidak secara fisik tetapi secara spiritual atau secara ilham atau secara roh , dengan menggerakkan hati seseorang untuk percaya kepada hal-hal yang bersifat Kristiani , seperti percaya dengan ketuhanan Yesus, percaya dengan Trinitas. Hasil kerja Rohkudus ini akan muncul dalam wujud perilaku orang yang digerakkannya tanpa melalui proses aktivitas fisik baik dari Roh-kudus sebagai subjek ataupun orang yang digerakkan sebagai objek . Singkatnya , berdasarkan penjelasan Dr.R. Sudarno ini , rupanya kegiatan Roh Kudus hanya : pemberian kemampuan dan pemberian tobat , tentu dalam konteks spiritual bukan fisik . Tidak ada aktivitas mengajar , menasehati , memberi pelajaran , membimbing budi pekerti dan semacamnya sebagai bentuk keterlibatan aktivitas fisik .
Dalam suatu debat antara Islam dengan Kristen yang berlangsung di Balai Kota Bandung pada hari / tanggal Sabtu , 6 Maret 2004 yang diadakan oleh Forum Arimatea Pusat , ketika pihak Islam - diwakili Dr.KH. Aminuddin Shaleh ,SH,MM dan Dr.H.Sanihu Munir ,SKM, MPH – mengklaim dan menyatakan bahwa ” PENOLONG “ yang disebut dalam ayat Yahya 14 : 16 itu adalah seorang manusia yang berkedudukan sebagai Nabi/Rasul Allah , maka pihak Kristen yang diwakili oleh Pdt. Dr. Robert Sitorus M.Th, dan Pdt. Dr.Stanley Rambitan M.Phil , telah mencoba membantah klaim tersebut dengan menjelaskan bahwa Penolong itu adalah Roh Kebenaran, sedangkan Roh adalah benda abstrak , yang lebih diartikan dengan semangat , nilai-nilai dan sebagainya , bukan diartikan : manusia . Ini sesuai dengan pema-haman sehari-hari atas kata ” ROH “ ( dalam bhs. Ibrani : RUAKH ) yang berarti ” angin “ atau ” angin badai padang pasir ”, yang memang tidak terjangkau secara fisik Sayangnya penjelasan ini tidak didasarkan pada analisis atas konteks ayat-ayat Injil Yahya yang dibicarakan , melainkan lebih didasarkan pada pemahaman atas kata “ Roh “ secara harfiah . Padahal kata ” ROH “ dalam Bibel tidak semata-mata ditempatkan dalam pengertian harfiahnya sebagai sesuatu yang immaterial melainkan juga menjadi istilah yang digunakan sebagai ungkapan yang menunjuk pada manusia. Demikian tafsir para penganut Kristen tentang PARACLETOS, yang menekankan pada arti harfiah , bukan sebagai ungkapan . Juga mengenai TUGAS DAN CARA KERJA dari PARACLETOS tersebut. Tetapi tafsir yang menegaskan fungsi Paracletos sebagai Roh Kudus yang bekerja secara spritual, rohani atau non fisik ini, berkontradiksi dengan kesimpulan yang diperoleh dari pengertian PARACLETOS itu sendiri yang mengarahkan kita untuk melihatnya sebagai seorang manusia sesuai dengan fungsinya yang bekerja secara nyata : menasehati , memberi peringatan , menghibur dan mengajar kepada manusia . Hal ini akan diuraikan dalam bagian lain tulisan ini . Terlalu sulit dipahami apakah seseorang yang digerakkan hatinya sehingga percaya kepada hal-hal yang bersifat Kristiani (- seperti percaya dengan ketuhanan Yesus, percaya dengan Trinitas, atau tiba-tiba berkecakapan/ berkemampuan menyembuhkan orang sakit, bernubuat, bercakap-cakap dalam bahasa-bahasa asing dan menterjemahkan bahasa-bahasa tersebut - ) adalah hasil dari proses setelah mendapat nasehat , setelah mendapat pengajaran (- yang sebe-narnya aktivitas nyata sesuai dengan pengertian dari kata PARACLETOS itu sendiri - ) dari Rohkudus ? Terlepas dari kontradiksi ini , perlu diketahui sesungguhnya uraian yang disajikan para penulis Kristen tentang PARACLETOS banyak yang membingungkan. Di samping ada yang menetapkan Paracletos itu Rohkudus , tapi ada di antara mereka yang menyatakan bahwa PARACLETOS itu tidak lain adalah ROH DARI YESUS sendiri . Seperti yang dijelaskan Pdt. Dr.Robert Sitorus M.Th dalam dialog Islam-Kristen yang disebutkan di atas bahwa PARAKLETON adalah Yesus sendiri, sedangkan PARAKLETOS adalah yang keluar dari Yesus, tentu maksudnya ROH DARI YESUS. Tapi penjelasan ini tanpa sama sekali ditunjang oleh dalil-dalil dari Bibel yang menunjukkan bahwa PARAKLETON adalah Yesus , sekaligus membedakan antara kedua istilah tersebut . Pernyataan itu lebih banyak berdasarkan pada dogma sekte Kristen yang dianutnya . Dengan penjelasan tersebut , Pdt. Dr.Robert Sitorus M.Th telah mengungkapkan pandangan akidahnya bahwa Roh Kudus itu keluar dari Bapa dan juga keluar dari Anak.. Pandangan akidah demikian ditentang gereja Ortodoks sebab menurut gereja Ortodoks , Roh Kudus hanya keluar dari BAPA dan sama sekali tidak keluar dari Anak . Tapi gereja Katolik dan gereja Protestan memiliki keyakinan bahwa Roh Kudus itu keluar dari Bapa dan Anak , yang menjadi dasar penjelasan Pdt. Dr.Robert Sitorus M.Th .
Terlepas dari perbedaan dogma kedua sekte Kristen tersebut, kalau kita simak ayat-ayat nubuatan Injil Yahya – dalam ayat Yahya 14 : 16 berbahasa Yunani tertulis : PARAKLETON - , jelas-jelas menunjuk YESUS dan PARACLETOS sebagai dua pribadi yang berbeda . Dan jelas pula, Yesus tidak berjanji akan mengirim ROH DIRI-nya tetapi Yesus hanya menubuatkan kedatangan dari PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN, yang dikaruniakan Allah kepada ummat manusia khususnya kepada kaum Yahudi . Terlihat , tafsir para ahli agama Kristen tidak dikembalikan kepada pengertian dasar dari kata “ PARACLETOS “ itu sendiri tetapi person “ PARACLETOS “ tersebut telah dibawa terlebih dahulu kepada pemahaman dogmatis Kristen kemudian baru diberikan makna kepada kata “ PARACLETOS “. Jadi, makna kata “ PARAC-LETOS “ bergantung sungguh pada dogma Kristen yang dianut . Dan berbicara mengenai tafsir yang diberikan untuk sejumlah ayat Bibel ternyata tafsir para ahli agama Kristen seringkali berkontradiksi satu dengan yang lain. Banyak contoh tentang hal tersebut. Tidak terkecuali dengan istilah “ PARACLETOS “ sebagaimana yang telah diungkapkan . Namun untuk istilah “ PARACLETOS “ tampaknya para ahli agama Kristen memberikan tafsir dasar yang seragam bahwa “ PARACLETOS “ bukan seorang Nabi/Rasul Allah sesudah Yesus . Suatu hal yang dapat dipahami karena penganut Kristen berkeyakinan , sesudah Yesus Kristus tidak akan ada lagi Nabi, sekalipun Yesus sendiri tidak pernah mengklaim bahwa sesudah beliau tidak akan ada lagi nabi. Terlalu mustahil jika ada penganut taat Kristen memberi tafsir yang menyimpang dari dogma Kristen yang dianut . Misalnya memberi tafsir ada lagi nabi sesudah Yesus padahal bertentangan dengan dogma ke-Kristenan yang menyatakan tidak akan ada lagi nabi sesudah Yesus sekalipun dogma itu sendiri bertentangan dengan ayat Bibel sendiri yang justru menyebut adanya nabi sesudah Yesus .
PARACLETOS - PERICLUTOS DAN MUHAMMAD
Ada kekaburan tentang sebutan “ PARACLETOS “. Berpijak dari sejarah eksistensi Bibel yang penuh manipulasi oleh tangan-tangan manusia, besar kemungkinan sebutan “PARACLETOS “ yang diterjemahkan dengan berbagai istilah beragam ini ( - PENOLONG, PENGHIBUR , PEMBELA ), tidak lain hanyalah kesalahan salin atau kesalahan tulis dari kata yang hampir mirip yaitu “ PERICLUTOS “ yang berarti TERPUJI. Dalam bahasa Aramia : MENAHHEMANA dan dalam bahasa Arab : MUHAMMAD atau AHMAD . Hal ini bukannya tanpa alasan . Untuk diketahui , Karen Armstrong dalam bukunya ” Muhammad , A Biography of the Prophet “ ( edisi bhs. Indonesia : ” Muhammad Sang Nabi “ hal .82 ) mengungkapkan :
Yesus mengatakan bahwa setelah kematiannya , dia akan mengirimi murid-muridnya seorang Comforter atau Paraclete ( Roh Kudus ) yang akan mengingatkan mereka pada segala yang telah diajarkan dan membantu mereka memahaminya. Dalam perbendaharaan kata Syria ” Paraclete “ diterjemahkan dengan ” munahhema “, yang setelah kejadian itu, menjadi terdengar seperti ” Muhammad “. Orang Kristen Arab lainnya membaca ” Periklytos “ bukannya ” Paraclete “, yang dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan ” Ahmad “. Ini nama umum di Arab dan – seperti ” Muhammad “- ini berarti ” yang terpuji “ .
Jika hal ini diterima berarti ayat-ayat dalam Injil Yahya tentang “ Paracletos “ , sesungguhnya menubuatkan kedatangan seseorang bernama MUHAMMAD atau AHMAD sebagai NABI AKHIR ZAMAN yang diutus untuk seluruh ummat manusia , ditunggu-tunggu segenap kaum , khususnya dalam kalangan kaum Yahudi ( baca Ulangan 18 : 15,18 ). Bagaimana hal ini dijelaskan ? Apa alasannya untuk menunjukkan kemungkinan telah terjadinya perubahan kata “ PERICLUTOS “ menjadi kata “ PARACLETOS “ tersebut ? Perhatikan yang dikatakan Karen Armstrong di atas : Orang Kristen Arab lainnya membaca ” Periklytos “ bukannya ”Paraclete “, yang dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan ” Ahmad “. Berarti ada proses pemindahan kata antara ” Periklytos “ ( Periklutos ) dengan “ Paracletos “ ( Parakletos ). Mengenai masalah ini akan disinggung lanjut pada bagian lain tulisan ini .
Perjanjian Baru, khususnya Injil-Injil Kanonik ( Injil KARANGAN Matius ; Injil KARANGAN Markus; Injil KARANGAN Lukas ; Injil KARANGAN Yahya ) memuat tradisi kehidupan Yesus dan perkataan-perkataannya. Sebelum diwujudkan dalam bentuk “ BUKU INJIL “, tradisi kehidupan dan perkataan Yesus disampaikan secara lisan ( oral tradition ), lalu dikumpulkan oleh PENGARANG INJIL dalam bentuk tertulis . Injil KARANGAN Markus diperkirakan ditulis ± 65 M ; Injil KARANGAN Lukas ± 70M ; Injil KARANGAN Matius ± 85 M dan Injil KARANGAN Yahya ± 95 M. Dan harap diperhatikan, jangan samasekali memiliki keyakinan atau membayang-kan bahwa keempat Injil Kanonik yang kita jumpai pada masa sekarang ini , sama dengan yang ditulis pada masa permulaannya . Hal itu salah sama sekali . Injil-Injil Kanonik bahkan keseluruhan Bibel yang kita temui sekarang ini sudah mengalami perubahan-perubahan akibat proses manipulasi oleh tangan-tangan manusia dalam waktu yang cukup lama. Ini diakui oleh para pakar Bibel dari kalangan Kristen. Bahkan manipulasi tersebut masih berlangsung sampai sekarang . Hal ini dapat dibuktikan dengan cara membandingkan antara Bibel - Bibel dari tahun terbit yang berbeda oleh penerbit atau lembaga yang sama .
Mary Ellan Chase dalam bukunya “ The Bible And The Common Reader “ ( hal. 281) menyatakan [1] ):
Mungkin tidak satupun kitab dalam Perjanjian Baru yang ada saat ini sama persis keadaannya ketika kitab ini lepas dari tangan penulis aslinya . Kita tidak boleh lupa bahwa bentuk pasti dan final dari Perjanjian Baru belum diselesaikan dan diedarkan sebagai sebuah kitab sampai lebih dari tiga abad setelah bagian-bagian pertamanya ditulis oleh Paulus .
Hal lain yang perlu diketahui mengenai eksistensi Bibel , yaitu sesungguhnya “ Injil – Injil “ yang beredar sebelum Konsili Nicea ( tahun 325 M ) banyak sekali . Dan semua “ Injil-Injil “ itu masing-masing diterima sebagai kitab kanonik oleh jemaat-jemaat Kristen tertentu yang mengakuinya sebagai kanonik. Namun akibat konflik teologis yang disertai dengan penyiksaan, pembunuhan dan tindakan-tindakan bengis terhadap lawan kepercayaan maka pada Konsili Nikea tahun 325 M disepakati hanya mengakui empat “ Injil “ saja sebagaimana yang kita saksikan saat ini. Sedangkan kitab “ Injil-Injil “ lain dinyatakan apokrif dan dimusnahkan . Sekalipun demikian, keempat “ INJIL “ yang kita saksikan sekarang ini, sesuai dengan perjalanan waktu , juga mengalami proses manipulasi oleh tangan-tangan manusia. Sebagai contoh, ayat 16 : 9 –20 dalam Injil KARANGAN Markus ternyata hanyalah tambahan baru sebab dalam naskah tertua dari Injil KARANGAN Markus ini , ayat dimaksud tidak tercantum sama sekali . [2] ).
Tetapi sayangnya fakta yang demikian ini pada umumnya tidak mendapatkan perhatian penganut Kristen , kecuali para pakar Bibel. Para penganut Kristen tetap menganggap dan menerima “ ayat “ sisipan tersebut sebagai “ firman Allah “. Memang sulit menyembuhkan orang yang memiliki penyakit “ mata melihat tetapi buta “ dan penyakit “ telinga mendengar tetapi tuli “ yang parah seperti itu . Sebab akal sehat dan fakta telah diletakkan bukan lagi di kepala tetapi di dengkul mereka . Jadi dari proses yang berlangsung yang dimulai sejak penyampaian secara lisan ( oral tradition ) dilanjutkan dengan penulisan, membukukan dan sampai kepada penterjemahannya , telah dihasilkan sejumlah kekeliruan, penyimpangan, dan kesalahan-kesalahan dalam Bibel berupa perubahan-perubahan, penambahan-penambahan, pengurangan-pengurangan, penyisipan dan sebagainya , baik disengaja demi kepentingan dogma yang dianut ataupun dilakukan secara tidak disengaja yang bersifat manusiawi. Hal-hal ini menghasilkan fakta yang tidak terbantah. Antara manuskrip-manuskrip Bibel terdapat perbedaan yang menyolok antara satu dengan yang lain. Pada abad ke 5, dunia Gereja di Barat hanya mengenal naskah Perjanjian Baru dalam bahasa Latin yang disebut VULGATA , yaitu naskah terjemahan yang dilakukan St.Yerome ( 340 – 420 M ) dari naskah bahasa Greek ( Yunani ). Dan berabad-abad lamanya naskah Latin - VULGATA ini diterima selaku “ Firman Allah “. Akhirnya sampai pada pertengahan abad 19 ( tepatnya selama tahun 1844 –1859 ) , ekspedisi ilmiah yang beroperasi di semenanjung Sinai di bawah pimpinan Dr.Constantine Tischendorf menemukan naskah tua berbahasa Greek ( Yunani ) yang kemudian dikenal dengan CODEX SINAITICUS . Ternyata naskah tua inilah - ( yang setelah penemuan oleh Dr. Constantine Tischendorf itu kemudian diberi nama CODEX SINAITICUS ) - justru dulunya yang menjadi sumber penyalinan dan penterjemahan menjadi VULGATA tadi .
Penemuan ini sangat menggemparkan , sebab ternyata banyak ayat - ayat dalam naskah Latin ( VULGATA ) yang ditulis St.Yerome, ternyata hanya merupakan catatan kaki pada CODEX SINAITICUS. Rupanya catatan kaki ( footnote ) pada naskah tua yang diberi nama CODEX SINAITICUS itu telah disalin dan diangkat oleh St Yerome menjadi “ ayat-ayat suci “ atau “ firman Allah “ dalam Naskah Latin ( VULGATA ). Contoh nyata tentang masalah tersebut, dapat dilihat pada ayat 1 Yahya 5 : 7 yang ternyata hanyalah CATATAN KAKI ( footnote ) dalam CODEX SINAITICUS tetapi St.Yerome telah mengangkatnya menjadi “ ayat suci “ dalam VULGATA . Hebatnya ayat 1 Yahya 5 : 7 justru menjadi salah satu dalil bagi penganut Kristen untuk mempertahankan keyakinan mereka tentang konsep KETUHANAN TRINITAS . Begitu pula banyak yang tercantum dalam CODEX SINAITICUS yang sengaja dihilangkan oleh St.Yerome , sehingga tidak dijumpai lagi dalam VULGATA. Contoh yang jelas tentang hal ini ialah kitab HERMAS dan SURAT KIRIMAN BARNABAS dalam CODEX SINAITICUS, yang mengungkapkan Ke-Esa-an Allah secara mutlak (– bukan Ke-Esaan Allah dalam konsep Trinitas–) ternyata tidak terdapat dalam VULGATA. Rupanya St. Yerome sengaja menghilangkannya karena yang tercantum dalam kitab HERMAS dan SURAT KIRIMAN BARNABAS sangat bertentangan dengan dogma KETUHANAN TRINITAS yang dianut . Ini adalah contoh dari fakta betapa ayat-ayat dalam Bibel itu telah mengalami perubahan oleh tangan-tangan manusia. Kita tidak tahu , apakah manipulasi yang dilakukan oleh St.Yerome itu berdasarkan wahyu Allah atau tidak, kita serahkan saja kepada penganut Kristen untuk menjelaskan dan meluruskannya. Bukti-bukti manipulasi itu masih kita jumpai dalam Bibel saat sekarang dengan melihat kalimat ayat yang tidak logis atau dengan memperbandingkan antara satu ayat dengan ayat yang lain yang berbicara hal yang sama , atau memperbandingkan ayat Bibel dari tahun terbit yang berbeda .
Encyclopedia Americana di bawah judul “ BIBEL “ halaman 659 mengungkapkan fakta manipulasi atas ayat-ayat Bibel ini sebagai berikut :
Errors could arise from failure to read a text properly , failure to hear correctly when manuscript were written from dictation fatigue , failure to understand what one was writing an even sheer carelessness. Sometimes , material originally written in the margin was incorpotated in the text. It can be proved that errors have slipped into the text by comparison of parts of the Hebrew Bible that give the same material in two places .
( Kesalahan-kesalahan timbul dari kegagalan membaca teks dengan tepat ; kegagalan mendengar dengan benar ketika manuskrip ditulis dari pendiktean ; kelelahan ; kegagalan memahami apa yang ditulis seseorang ; dan akibat dari pengabaian . Suatu saat, materi yang aslinya ditulis pada catatan pinggir , telah disisipkan ke dalam teks . Ini dapat dibuktikan bahwa kesalahan-kesalahan telah tersisip ke dalam teks dengan cara membandingkan bagian Bibel Ibrani yang mem-bicarakan hal yang sama dalam dua tempat yang berbeda ).
Masalah kesalahan penyalinan yang disebutkan itu, lebih jauh Encyclopedia Americana pada halaman 696 mengungkapkan salah satu sebabnya yaitu kesalahan yang diakibatkan dari proses ITACISM , sebagai berikut :
Of the abudant variations and disagreement between manuscript the vast majority are merely errors due to mistaken copyng : DETTOGRAPHY ( writing a word or phrase twice ) ; HOMOEOTELEUTON ( similar ending of two successive lines or series of lines, so that the scribe omitted one by over sight ); HAPLOGRAPHY ( writing a word once when it should be repeat. “ Lord “ instead of “ Lord, Lord “; ITACISM ( the subtitution of I ( iota ) for other similar sounding letter of dipthongs , like E , E , AI , EI , OI, and even OI , all of which were pronounced i in Hellenistic Greek ) .
Dari bermacam-macam perbedaan dan pertentangan yang berlebihan antara manuskrip-manuskrip itu, sebahagian besar berupa kesalahan-kesalahan yang dise-babkan kekeliruan dalam penyalinan , yaitu DETTOGRAFI ( penulisan ulang sebuah kata atau frase ) ; HOMOEOTELEUTON ( akhir yang serupa dari dua baris atau sederatan baris yang berturut-turut sedemikian sehingga penulisnya mengabaikan yang satunya akibat salah lihat ) ; HAPLOGRAFI ( menuliskan suatu kata yang seharusnya berulang menjadi hanya satu kali , misalnya “ Lord “ sebagai pengganti dari “ Lord , Lord “ ) ; ITACISM ( penggantian huruf i ( iota ) oleh huruf diftong yang berbunyi serupa , semacam E , E , AI , EI , OI dan juga OI , yang semuanya diucapkan dengan I dalam bahasa Greek Hellenistik .
Menarik ditelaah berbagai sumber kesalahan yang disebutkan di atas. Kegagalan mendengarkan dengan benar ( failure to hear correctly ) ketika menulis dari pendiktean dan kegagalan menulis dengan tepat suatu teks ( failure to write properly a text ) menghasilkan dugaan kuat bahwa kata yang seharusnya tertulis “ PERICLUTOS “ telah ditulis dengan “ PARACLETOS “. Memang terasa sekali kesamaaan bunyi antara kata “ PERICLUTOS “ dengan “ PARACLETOS “ , bahkan bagi orang awam hampir-hampir tidak dapat dibedakan dalam mendengar-kannya ketika kedua kata itu diucapkan. Banyak kata-kata Yunani yang hampir sebunyi tetapi berbeda sekali maknanya. Misalnya antara kata HOMOUSIOS, HOMOSIOS dan HOMOIUSIOS . Ketiga kata ini benar-benar hampir sebunyi sehingga hampir-hampir pula tidak terdapat dibedakan dalam pendengaran sekilas ketika diucapkan. Bahkan jika dilihat sepintas saja pada penulisannya, ketiga kata itu boleh dikatakan tidak berbeda. Bedanya pada huruf ” U “ antara kata HOMOUSIOS dengan HOMOSIOS; pada huruf ” I “ antara kata HOMOUSIOS dengan HOMOUISIOS dan pada huruf ” IU “ antara kata HOMOUISIOS dengan HOMOSIOS. Padahal ketiga kata tersebut mempunyai perbedaan makna yang sangat mendasar dalam teologi ke-Kristen-an, jika dikaitkan pada hubungan antara Yesus dengan Allah. Dalam hal ini sama sekali tidak dimaksudkan bahwa pada kata dasar “ prqlts “ yang seharusnya dibaca dan ditulis “ Periklutos “ telah dibaca dan ditulis dengan “ Parakletos “ . Kita tidak memaknakannya bahwa perubahan “ Periklutos “ menjadi “ Parakletos “ sebagai salah satu bentuk kesalahan ITACISM melainkan model serupa dengan kesalahan ITACISM. Maksudnya, ketika kata “ Periklutos “ dihendak ditulis, mungkin terdengar bunyinya seperti “ Parakletos “ sehingga tertulislah menjadi “ Parakletos “. Contoh kesamaan bunyi yang demikian, menimbulkan dugaan terjadinya pula perubahan secara sengaja atau tidak disengaja dalam teks Yunani dari kata “ PERICLUTOS “ menjadi “ PARACLETOS“ sehingga ayat nubuatan yang tadinya menyebut secara tegas nama “ PERICLUTOS “ (= MAUHAMANA = TERPUJI = MUHAMMAD, AHMAD ) berubah menjadi PARACLETOS (= COMFORTER, HELPER, ADVOCATE, PENGHIBUR, PENOLONG, PEMBELA, AL MU’AZZI ). Jika hal ini tidak mau diakui pihak Kristen, lalu apa penjelasannya sehingga Orang Kristen Arab lainnya membaca ” Periklytos “ (- bukannya ” Paraclete “- ) yang dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan ” Ahmad “ yang berarti ” yang terpuji “ sebagaimana yang dikatakan Karen Armstrong ? Apakah tidak mungkin jika kata ” Paraclete “ yang diakui itu justru salinan yang keliru dari kata ” Periklytos “ ketika penyalinan dilakukan ?
Berkenaan dengan istilah ” Paracletos ” ini Prof. David Benyamin Keldani ( - seorang Pendeta Katolik Roma dari Sekte Uniate-Chaldean Church di Urmia Persia yang kemudian masuk Islam dan berganti nama menjadi : ABDUL AHAD DAWUD - ) dalam bukunya ” Muhammad in The Bible ” ( hal. 244 ) mengungkapkan bahwa kata ” Paraclete ” sebenarnya bukan sebuah kata klasik . Maksudnya , bahwa kata ” Paraclete ” atau ” Parakletos ” itu tidak umum dipakai . Dan Prof. David Benyamin Keldani (Abdul Ahad Dawud) menjelaskan pula bahwa kata ” Paraclete ” tidak berarti ” Penghibur ” atau ” Penolong ”. Untuk ” Penghibur ” atau ” Penolong ” dalam bahasa Yunani digunakan kata ” Paracalon ” yang berasal dari kata ”Paracaloo ” yang berarti : memanggil, mengajak, mendesak, menghibur, berdoa, memohon. Misalnya untuk menyatakan : ” Dia yang menghibur kita dalam semua penderitaan kita ” atau ” Saya mengajak engkau untuk bekerja ” maka kata ” menghibur ” dan ” mengajak ” dalam pernyataan ini digunakan kata ” Paracalon ”. Kata Yunani lainnya untuk ” Penghibur ”( Comforter, Consoler ) adalah ” Parygorytys ” ( ” Saya menghibur ” ) . Sedangkan untuk ” Penolong ” atau ” Perantara ” (- yang oleh Gereja dinyatakan dengan ”Paraclete ” - Paracletos ” - ) , maka penggunaan kata ” Paracalon ” dapat memberikan pengertian yang sama . Tetapi istilah Yunani yang benar untuk ” Penolong ” adalah ” Sunegorus ” dan untuk ” Perantara ” ( Mediator ) adalah ” Meditéa ”. Juga Prof. David Benyamin Keldani ( Abdul Ahad Dawud ) mengungkapkan bahwa dalam Teks Septuaginta versi Yunani, kata Ibrani : ” mnáhem ” ( Menahem ) seperti dalam Ratapan Yeremia 1 : 2,9,16,17,21 dan seterusnya, diterjemahkan dengan PARACALON, tidak diterjemahkan dengan ” Parakletos ” [3] ) .
Penjelasan yang diberikan Prof. David Benyamin Keldani ( Abdul Ahad Dawud ) menegaskan bahwa penempatan kata ” Paracletos ” dalam Injil Yahya dan pemaknaannya sebagai ” Penolong ”- ” Penghibur ” ataupun lainnya merupakan PENYELEWENGAN . Bentuk yang sebenarnya adalah ” Periqlytos ” yang artinya : yang paling terkenal, termasyhur dan patut dipuji . Prof. David Benyamin Keldani (Abdul Ahad Dawud ) berkata :
......... bahwa ” Paraclete ” Injil Yohanes sama sekali bukan dan tidak bisa diartikan ” Penghibur ” atau ” Penolong ” ataupun lainnya dan bahwa itu adalah bentuk Periqlytos yang diselewengkan ..... ( hal. 251 ).
Penjelasan Prof. David Benyamin Keldani ( Abdul Ahad Dawud ) tersebut telah memperjelas
jawaban DR.Carlo , seorang pakar bahasa Yunani Kuno atas pertanyaan Ustadz Fathi tentang makna kata ”BARQULAIT“. DR.Carlo memberi jawaban : ” Para Ulama Nasrani mengartikannya sebagai PENGHIBUR atau PELIPUR LARA ”. Jawaban demikian adalah jawaban seorang Kristiani, bukan jawaban seorang pakar bahasa Yunani Kuno. Tetapi ketika didesak Ustadz Fathi akan maknanya dalam bahasa Yunani Kuno, DR.CARLO menjawab : ”BURQULAIT menurut bahasa Yunani Kuna adalah YANG BANYAK PUJIAN ”, suatu bentuk pengutamaan dari ” ALHAMDU ” yaitu AHMAD . Kata ” BURQULAIT ” tidak diragukan lagi adalah bentuk Arab dari kata Yunani : ” Paracletos ” ( Paraclete ). Jawaban Dr.Carlo menarik perhatian . Mengapa DR.Carlo memberikan pengertian atas kata ” Paracletos ” ( Paraclete ) dengan ” AHMAD ” ( Yang banyak Pujian ) ketika hampir semua penganut Kristen menolak pengertian yang demikian padahal pemaknaan demikia sangat riskan dari segi dogma Kristiani dan penganut Kristen hanya mau menerima maknanya : ” Penolong ” atau ” Penghibur ” yang dalam dogma Kristen dihubungkan dengan ROHKUDUS , Oknum Tuhan yang ketiga dalam konsep Ketuhanan Yang Maha Trinitas ?
Sekalipun kata ” Periklytos “ tidak diakui keberadaannya oleh penganut Kristen karena dikerangkeng dogma yang dianut padahal menurut Prof. David Benyamin Keldani ( Abdul Ahad Dawud ) justru kata ” Periklytos “ itu yang benar bukan “ Paracletos “ namun sebutan “ Paracletos “ pun tidak menafikan nubuatan atas diri Nabi Muhammad SAW , karena kata itu sendiri dapat dikenakan kepada Nabi Muhammad SAW , cuma tidak lebih tegas dibandingkan dengan ” Periklytos ”. Dan istilah “ PENOLONG “ menjadi sebuah ungkapan yang harus dikembangkan maknanya. Penolong dalam hal apa ? Sejauh mana dugaan tersebut dapat diyakini , ternyata ditunjang pula oleh pernyataan-pernyataan lain dalam Bibel . Jika semuanya itu dapat diterima, berarti ayat-ayat nubuatan dalam Injil Yahya yang dikutipkan di muka memang nubuatan untuk Nabi Muhammad SAW selaku Nabi Akhir Zaman yang ditunggu-tunggu kehadirannya oleh ummat manusia, khususnya oleh kaum Yahudi. Mereka kaum Yahudi sadar bahwa ciri-ciri tentang Nabi yang dinubuatkan dalam kitab Taurat memang dipenuhi seluruhnya oleh Nabi Muhammad SAW. Tetapi akibat dari kedengkian dan kesombongan, mereka menolak memberi pengakuan dan kesaksian atas ke-Rasul-an Muhammad SAW. Dan untuk mendukung penolakan mereka atas diri Nabi Muhammmad SAW sebagai NABI AKHIR ZAMAN yang namanya atau sifatnya disebutkan dalam Taurat , orang-orang Yahudi tidak ragu-ragu menyembunyikan dan mengubah ayat-ayat Taurat yang menyebutkan nama atau sifat Nabi Muhammad SAW tersebut. Sebagai contoh, ayat Bibel yang mengungkapkan perintah Allah kepada Ibrahim untuk menyembelih anaknya Kejad. 22 : 2 ) : “ .… Ambillah olehmu akan ANAKMU YANG TUNGGAL itu yaitu ISHAK yang kau kasihi … “ merupakan bukti manipulasi dan perubahan yang sangat jelas untuk menghilangkan bukti adanya nubuatan tentang Nabi Muhammad SAW . Antara “ANAKMU YANG TUNGGAL “ dengan “ ISHAK “ terdapat hubungan yang tidak faktis dan logis. Sebutan “ ANAKMU YANG TUNGGAL “ dipahami ketika sepasang suami-isteri hanya memiliki anak satu-satunya . Analisis atas istilah “ ANAKMU YANG TUNGGAL “ dan juga analisis atas urutan kejadian berdasarkan susunan cerita dalam ayat-ayat yang berkaitan, seharusnya “ ANAKMU YANG TUNG-GAL “ itu adalah ISMAIL yang menurunkan Nabi Muhammad SAW, bukan ISHAK yang menurunkan Nabi Isa Al Masih as. Sebab kondisi yang memungkinkan Ibrahim dikatakan memiliki “ Anak Tunggal “ ketika hanya memiliki seorang anak yang bernama Ismail . Sedangkan kelahiran Ishak terjadi ketika Ismail sudah ada dan berumur 14 tahun , sehingga Ishak tidak bisa disebut “ Anak Tunggal “. Sebutan ini hanya dapat dikenakan pada Ismail ketika Ishak belum lahir.
Untuk diketahui , dalam ada tiga ayat yang menyebut ” ANAKMU YANG TUNGGAL “ yaitu ayat Kejad. 22 : 2 , Kejad. 22 : 12 dan Kejad. 22 : 16. Dari ketiga ayat ini , hanya ayat Kejad. 22 : 2 yang menyebut nama ISHAK sebagai figur “ ANAKMU YANG TUNGGAL “ , sedangkan kedua ayat lainnya – Kejad. 22 : 12 dan Kejad. 22 : 16 – sama sekali tidak menyebut nama ISHAK . Hal yang sama terjadi dengan penyebutan ” ROHKUDUS “ untuk Penolong yang lain ternyata hanya disebut pada ayat Yahya 14 : 26 , sedangkan ayat lainnya yaitu Yahta 14 : 17 ; Yahya 15 : 26 dan Yahya 16 : 13 , hanya menyebut ” ROH KEBENARAN “, bukan dengan “ ROHKUDUS “ . Lalu penganut Kristen menyamakan “ ROHKUDUS “ dengan ” ROH KEBENARAN “. Lebih jauh hal ini akan dijelaskan pada bagian lain dalam tulisan ini .
PARACLETOS ITU ROH KUDUS , OKNUM TUHAN YANG KETIGA ATAUKAH SEORANG NABI ?
Telah dijelaskan di muka, para penganut Kristen berkeyakinan bahwa PENOLONG atau PARACLETOS yang dinubuatkan dalam Injil Yahya itu adalah ROH, yang tentu saja immaterial, bukan manusia. Maksudnya adalah ROH-KUDUS, salah satu oknum Tuhan dalam kepercayaan TRINITAS, karena sifatnya immaterial, tentu kerjanya juga tidak bersifat nyata melainkan pada pemberian inspirasi, penggerakan hati untuk menerima Yesus sebagai Tuhan, dan mempercayai Tuhan itu Esa tapi terbagi atas tiga oknum Tuhan .
Keyakinan para penganut Kristen bahwa PENOLONG adalah ROH KUDUS didasarkan juga pada fakta bunyi ayat Yahya 14 : 26 yang menyebut “ PENOLONG itu yaitu ROHKUDUS “. Bertolak belakang dengan keyakinan penganut Kristen yang demikian, justru ummat Islam berkeyakinan , PENOLONG itu adalah seorang manusia ( NABI ). Dalam hal ini yang dimaksud adalah NABI MUHAMMAD SAW. Untuk itu mari kita bahas ayat-ayat nubuatan dalam Injil Yahya dimaksud .
1. KATA “ KUDUS “ PADA “ ROH KUDUS “ ADALAH TAMBAHAN BARU.
Dari ayat-ayat Injil Yahya yang menubuatkan kehadiran “ PENOLONG YANG LAIN “ , kita mendapatkan sebutan “ ROH KEBENARAN “ untuk “ PENOLONG “ tersebut pada tiga tempat ( Yah. 14 : 17 ; Yah. 15 : 26 ; Yah. 16 : 13 ) . Tetapi tiba-tiba muncul dengan sebutan “ ROH KUDUS “ hanya pada satu tempat yaitu ayat Yah. 14 : 26 . Secara kritis kita melihat pencantuman kata “ ROH KUDUS “ agak aneh . Mengapa pada tiga ayat lainnya tidak dinyatakan juga dengan sebutan “ ROHKUDUS “ melainkan “ ROH KEBENARAN “ ? Munculnya kata “ ROH KUDUS “ pada satu tempat dalam ayat Yahya 14 : 26 menimbulkan kecurigaan bahwa kata tersebut merupakan tambahan baru yang dilakukan penyalin ketika naskah yang memuat ayat itu ditulis ulang dengan tujuan tertentu .
Dugaan tersebut bukannya tanpa dasar melainkan didukung oleh fakta temuan arkeologi . Pada tahun 1892 , diketemukan manuskrip Injil Yahya versi bahasa Syriac yang disebut versi PALIMPSESTE oleh AGNES S. LEWIS bersama saudaranya A.D. Gibson dibukit Sinai. Diperkirakan tahun ditulisnya teks Injil Yahya versi PALIMPSESTE ini kira-kira abad ke 4 atau abad ke 5 . Dinamakan PALIMPSESTE karena teks yang pertama ( asli ) telah ditutup oleh teks lain di atasnya . Dan setelah teks lain yang baru itu dihapus, barulah teks pertama ( asli ) terlihat dan terbaca lagi. Dalam versi PALIMPTESTE ini, untuk ayat Yahya 14: 26 ternyata tidak tercantum atau tidak ditulis dengan “ ROHKUDUS “ melainkan hanya tertulis : ” ROH ” saja tanpa tambahan kata “ KUDUS “. Tidak sebagaimana yang kita baca dalam Bibel dewasa ini yang tertulis “ ROHKUDUS “. Fakta ini membuktikan satu hal yaitu pencantuman kata “ ROHKUDUS “ dalam ayat Yahya 14 : 26 itu memang “ bermasalah “ dan kita melihat kata “ KUDUS “ yang tercantum hanyalah semata-mata tambahan kemudian yang dilakukan tangan-tangan manusia ketika penyalinan dilakukan . Diduga , ketika ayat Yahya 14 : 26 hanya tertulis kata ” ROH “ saja rupanya ayat Yahya 14 : 17 dan ayat Yahya 15 : 26 memang sudah tertulis “ ROH KEBENARAN “ . Lalu dalam penyalinan ditambahkanlah kata ” KUDUS “ di belakang kata “ ROH “ pada ayat Yahya 14 : 26 oleh para penyalin Injil Yahya.
Adanya perubahan dari kata “ ROH “ menjadi “ ROH KUDUS “ dalam teks ayat Yahya 14 : 26 tersebut tidak bisa tidak karena adanya motivasi , sasaran dan tujuan tertentu. Tentang hal ini, sangat menarik menyimak pernyataan Dr. Maurice Bucaille berikut :
Adanya kata “ RUHULKUDUS “ dalam teks yang kita miliki sekarang , mungkin ada hubungannya dengan tambahan-tambahan baru yang disengaja untuk merobah arti yang sesungguhnya dalam suatu paragraf yang berkontradiksi dengan ajaran Kristen yang ingin menyatakan bahwa Yesus adalah Nabi yang terakhir , karena paragraf tersebut mengumumkan kedatangan seorang Nabi sesudah Yesus “ ( Prof. Dr.H.M.Rasyidi “ Bibel , Qur’an Dan Sains Modern “ terjemahan , hal 159 ).
Dengan demikian , kata “ ROHKUDUS “ yang tercantum dalam ayat Yahya 14 : 26 tidak bisa dijadikan dalil untuk menetapkan bahwa PENOLONG YANG LAIN yang disebutkan Yesus itu adalah ROH KUDUS dalam pengertian : salah satu Oknum Tuhan dalam kepercayaan Trinitas .
2. ROH YANG “ KUDUS “ ITU SEORANG NABI .
Kristolog Muslim yang terkenal almarhum AHMAD DEEDAT , juga telah membahas ayat nubuatan dalam Injil Yahya ini dalam buku beliau yang berjudul “ MUHUMMED, THE NATURAL SUCCESSORS TO CHRIST “ (- edisi bhs.Indonesia : SIAPA PEWARIS YESUS , MUHAMMAD ATAUKAH ROHULKUDUS ? “ terjemahan Ibnu Achmad Z.B ). Analisa yang disajikan beliau menunjukkan bahwa “ ROH KEBENARAN “ yang disebut dalam Injil Yahya itu adalah NABI, bukan ROH KUDUS , salah satu Oknum Tuhan dalam konsep Trinitas . Ahmad Deedat telah menunjukkan kesinoniman antara kata “ ROH “ dengan “ NABI “ . Salah satu ayat Bibel mengungkapkan hal yang demikian yaitu :
Hai segala kekasihku , janganlah percaya akan sebarang ROH , melainkan ujilah SEGALA ROH itu , kalau-kalau daripada Allah datangnya ; karena banyak NABI PALSU sudah keluar ke seluruh dunia “ ( 1 Yah. 4 : 1 )
Yahya memberi peringatan : “ janganlah percaya akan sebarang ROH , melainkan ujilah SEGALA ROH itu “. Apakah “ ROH “ yang disebutkan dalam ayat ini bermakna harfiah yaitu sebagai sesuatu yang immaterial dan hanya dimaknakan dengan semangat dan sebagainya ?. Ataukah mempunyai makna ungkapan yang menunjukkan ” manusia ” ? Mari kita analisis ayat (1 Yah. 4 : 1) untuk menjawab pertanyaan tersebut .
Alasan sehingga munculnya peringatan ” janganlah percaya akan sebarang ROH , melainkan ujilah SEGALA ROH itu ” tersebut adalah “karena banyak NABI PALSU sudah keluar ke seluruh dunia “. Kita mendapatkan relasi yang sangat jelas antara ” ROH ” dengan ” NABI ” . Dengan demikian , ada dua aspek yang dapat kita tarik dari nasehat Yahya pengarang Surat Kiriman Yahya yang pertama ini yaitu :
a. Ada kesinoniman antara “ROH“ dengan “ NABI “, sebab ketika Yahya berbicara “ janganlah percaya akan sebarang ROH “ dan meminta para muridnya “ ujilah SEGALA ROH itu “ lalu tiba-tiba Yahya memberikan ALASAN : “ karena banyak NABI palsu sudah keluar ke seluruh dunia “. Tidak diragukan lagi, yang dimaksud Yahya dengan “ ROH “ tersebut tidak lain adalah “ NABI “ . Jadi sebutan “ ROH “ yang harus diuji itu dikaitkan dengan kehadiran “ NABI “. Untuk mengetahui BENAR atau PALSU-nya seorang nabi yang datang itu , kita harus menguji. Tidak mungkin kita bisa menguji ROH jika ROH tersebut dimaknakan secara harfiah. Tentu yang diuji itu adalah manusia yang mengaku diri NABI , yang disajikan dalam ungkapan : ROH .
b. Bahwa masih muncul Nabi pasca Yesus , cuma Yahya menasehati agar Nabi yang muncul itu supaya diteliti , supaya diuji , sebab mungkin itu adalah Nabi palsu . Penelitian dan pengujian ini bukannya meniadakan adanya nabi sesudah Yesus melainkan untuk menetapkan apakah Nabi yang muncul sesudah Yesus itu NABI YANG BENAR ataukah NABI YANG PALSU .
Pengertian “ ROH “ sebagai “ MANUSIA “ ( – bukan ROHKUDUS yang dipercaya penganut Kristen sebagai salah satu oknum Tuhan dalam konsep Trinitas – ) diperkuat oleh ayat 1 Yahya 4 : 2, 3 yaitu :
Dengan yang demikian, dapatlah kamu mengenal ROH ALLAH yaitu tiap-tiap roh yang mengaku bahwa Yesus Keristus sudah datang dengan keadaan MANUSIA , itu daripada Allah dan tiap-tiap roh yang tiada mengaku Yesus itu , bukanlah dari pada Allah , melainkan inilah ROH SI DAJJAL …….. .
Ternyata istilah “ ROH ALLAH “ dan “ ROH SI DAJJAL “ hanyalah ungkapan yang menunjuk kepada MANUSIA , yaitu :
· ROH ALLAH adalah orang yang mengaku Yesus Kristus sebagai manusia dan tidak lebih dari itu .
· Sebaliknya , ROH DI DAJJAL adalah orang yang tidak mau mengakui Yesus itu manusia , bahkan bilamana mengakui Yesus melebihi dari fakta keberadaannya sebagai manusia seperti menyatakannya sebagai TUHAN dan ANAK ALLAH dan sebagainya. Dengan demikian, penganut Kristen yang mengakui Yesus sebagai Tuhan mereka , sebagai Allah mereka, sebagai ANAK ALLAH dan tidak mau melihatnya sebagai manusia yang utuh dan murni , tidak lain adalah ROH-ROH SI DAJJAL .
Ini yang dapat disimpulkan dari ayat 1 Yahya 4 : 2,3 . [4] ). Pengertian ” ROH ” sebagai ungkapan yang menyatakan ” MANUSIA dapat disimak dalam ayat 1 Yahya 4 : 6 :
Kita ini daripada Allah ; dan orang yang mengenal Allah ialah yang mendengarkan kita ; maka orang yang bukan dari pada Allah, tiadalah ia mendengarkan kita. Dengan yang demikian, dapatlah kita mengenal ROH YANG BENAR dan ROH YANG SESAT itu .
Menyimak ayat 1 Yahya 4 : 6 ini , pada anak kalimat yang pertama dibicarakan mengenai ” ORANG YANG DARI ALLAH ” dan ” ORANG YANG BUKAN DARI ALLAH ”. Maksud dari ” ORANG YANG DARI ALLAH ” yaitu ” ORANG YANG MENGENAL ALLAH ” atau ” ORANG YANG MENDENGARKAN AJARAN PARA MURID YESUS ” sedangkan para murid Yesus adalah ” DARIPADA ALLAH ”. Setelah mengungkapkan pembedaan ini lalu pada anak kalimat dikatakan ” Dengan yang demikian, dapatlah kita mengenal ROH YANG BENAR dan ROH YANG SESAT itu ”. Hubungan kedua anak kalimat ini telah memberikan kesimpulan bahwa : ” ORANG YANG DARI ALLAH ” adalah ” ROH YANG BENAR ” dan ” ORANG YANG BUKAN DARI ALLAH ” adalah ” ROH YANG SESAT ”. Terlihat jelas bahwa kata ” ROH ” menunjuk kepada : MANUSIA .
Pembahasan atas istilah “ ROH “ dalam ayat-ayat di atas , tidak diragukan lagi bahwa ” ROH KEBENARAN ” dalam ayat Yahya 14 : 17 dan ayat Yahya 15 : 26 menunjuk kepada seorang “ NABI “, bukan ROHKUDUS yang diimani penganut Kristen sebagai salah satu Oknum Tuhan dalam Trinitas sehingga sebutan “ ROH KEBENARAN “ untuk PENOLONG ( PARACLETOS) berarti “ NABI YANG BENAR “ atau “ NABI YANG MEMBAWA KEBENARAN “ bukan NABI PALSU. Dan lebih jauh kalau pun disebut “ ROH KUDUS “ harus dilihat sebagai ungkapan yang berarti “ NABI YANG SUCI “ bukan diartikan sebagai salah oknum Tuhan dalam konsep Trinitas yang dipercayai penganut Kristen [5]). Jelaslah bahwa PENOLONG yang dinubuatkan oleh Injil Yahya haruslah seorang Nabi yang akan datang sesudah Yesus Kristus , yang akan memberikan pengajaran , nasehat tentang kebenaran. Bukan dengan sekedar ” bisik-bisik ke dalam hati ” lalu tiba-tiba manusia yang “ dibisik-bisik hatinya “ itu menjadi berkemampuan yang aneh-aneh. Mengenai hal ini diperkuat oleh hasil analisis atas pernyataan dalam ayat-ayat nubuatan Injil Yahya tersebut. Jadi kata ” ROH “ pada kata ” ROH KEBENARAN ” dan ” ROHKUDUS “ adalah satu ungkapan dan tidak dimaknakan secara harfiah .
ANALISIS AYAT NUBUATAN DALAM INJIL YAHYA
Sebelum ini telah diungkapkan dua hal pokok. Pertama, pencantuman kata “ ROH KUDUS “ pada ayat Yahya 14 : 26 sebagai PENOLONG YANG LAIN yang dinubuatkan Yesus itu merupakan hasil dari perubahan yang dilakukan tangan-tangan manusia dengan motivasi tertentu dari yang sebenarnya tertulis “ ROH “ saja tanpa adanya kata “ KUDUS “. Kedua , ternyata kata “ ROH “ yang dihubungkan dengan PENOLONG YANG LAIN itu harus dimaknakan dengan “ SEORANG NABI “ . Dengan demikian PENOLONG YANG LAIN itu , bukanlah ROH-KUDUS – salah satu oknum Tuhan dalam kepercayaan TRINITAS , melainkan seorang manusia – NABI/RASUL ALLAH yang diutus untuk membawa risalah Tuhannya kepada ummat manusia . Untuk mempertegas kesimpulan ini , baiklah kita menganalisis aspek-aspek yang terkandung dalam ayat-ayat nubuatan dalam Injil Yahya, yang dikutipkan di muka.
1. PENOLONG YANG LAIN .
Ketika Yesus berbicara mengenai “ PENOLONG YANG LAIN “ yang akan dimintakan kepada “ BAPA “ olehnya ( Yah. 14 : 16 ) , timbul pertanyaan, siapa PENOLONG YANG SATUNYA ? Kalau anda seorang dosen dan berkata kepada mahasiswa anda bahwa anda akan memintakan dosen yang lain untuk menggantikan anda , siapa pun pasti memahami bahwa anda adalah seorang dosen , sekalipun anda tidak mengaku diri dosen . Begitu juga dengan Yesus yang berbicara tentang PENOLONG YANG LAIN kepada para muridnya , tentu secara implisit Yesus mengakui dirinya juga seorang PENOLONG. Yesus berkedudukan sebagai PENOLONG ketika pada saat berbicara mengenai PENOLONG YANG LAIN. Kata “ YANG LAIN “ menegaskan kedudukan Yesus sebagai PENOLONG yang satunya. Dalam kedudukannya sebagai PENOLONG , Yesus hadir memberi pengajaran, dan memberi nasehat kepada murid-muridnya sebagai satu aktivitas nyata dan bukan sekedar menggerakkan hati. Aktivitas yang demikian ini sudah tentu dilakukan pula oleh PENOLONG YANG LAIN tersebut yaitu memberi pengajaran dan memberi nasehat dengan isi pengajaran dan isi nasehat seperti halnya yang dilakukan oleh Yesus untuk membawa manusia kepada kebenaran. Kebenaran itu akan sampai kepada manusia melalui proses aktivitas nyata dan bukan secara tiba-tiba muncul dalam hati manusia karena digerakkan secara spiritual. Ini sesuai dengan pengertian “ PARACLETOS “ sebagaimana yang sudah diungkapkan di muka. Dengan kata lain, PENOLONG YANG LAIN itu mempunyai fungsi dan kewajiban yang sama seperti Yesus . Dengan aktivitas fisik dan nyata ini, berarti PENOLONG YANG LAIN itu bukanlah ROHKUDUS, salah satu Oknum Tuhan dalam kepercayaan TRINITAS , sebab sebagaimana yang dikemukakan DR.R.Soedarno, Rohkudus itu bekerja tidak secara fisik tetapi secara spiritual, secara ilham, secara roh, menggerakkan hati seseorang . Tegasnya PENOLONG YANG LAIN itu adalah SEORANG MANUSIA SEJATI seperti halnya Yesus dan muncul secara fisik seperti halnya Yesus , bukan immaterial. Jadi PENOLONG YANG LAIN itu adalah MANUSIA , BUKAN ROH !!!
2. AKTIVITAS FISIK DARI “ PENOLONG YANG LAIN “
Kehadiran secara fisik dan disertai dengan aktivitas nyata dari “ PENOLONG YANG LAIN “ itu diperkuat pula oleh sejumlah pernyataan yang terkandung dalam ayat-ayat Injil Yahya tersebut. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Ayat Yahya 14 : 26 menyatakan : “…… ialah akan MENGAJARKAN kepadamu segala Perkara itu dan akan MENGINGATKAN kamu segala sesuatu …“ ( lengkapnya lihat kutipan ayat Yah.14: 26 di bagian depan ).
Kata “ Mengajarkan “ dan “ Mengingatkan “ sebagai aktivitas yang akan dilakukan PENOLONG YANG LAIN ketika nanti muncul , justru itu pulalah yang telah dilakukan Yesus selaku PENOLONG pada masa tugas KENABIANNYA .
Aktivitas “ Mengajar “ adalah memberikan ajaran, menunjukkan aturan-aturan, menjelas-kan hukum-hukum dan kebenaran-kebenaran. Dan aktivitas “ Mengingatkan “ adalah memberi peringatan kepada mereka tentang ancaman Allah dan apa hukuman yang akan diterima jika mereka melanggar ajaran, aturan-aturan, hukum-hukum dan kebenaran-kebenaran tadi . Semua ini , mau tidak mau harus dilakukan dalam bentuk aktivitas fisik dan nyata . Betapa banyak ayat-ayat dalam Bibel yang mengungkapkan aktivitas fisik ini dilakukan Yesus, bukan dengan cara menggerakkan hati sebagai bentuk aktivitas spiritual tetapi langsung Yesus memberi ajaran ( Mengajar ) dan memberi peringatan ( Mengingat-kan ) kepada murid-muridnya . Ketika Yesus menyebut keberadaan PENOLONG YANG LAIN yang akan datang , dengan sendirinya Yesus menyebut dirinya juga PENOLONG . Ini berarti YESUS dan PENOLONG YANG LAIN itu mempunyai kedudukan, tugas dan fungsi yang sama karena keduanya sama-sama sebagai PENOLONG . Ini memberi pengertian , PENOLONG YANG LAIN itu benar-benar akan hadir secara fisik seperti halnya Yesus untuk melakukan aktivitas nyata dan fisik , sama seperti yang dilakukan Yesus, yaitu MEMBERI AJARAN ( Mengajar ) dan MEMBERI PERINGATAN ( Mengingatkan ) . Tegasnya , PENOLONG YANG LAIN itu, tidak hadir secara immaterial (secara roh) lalu beraktivitas secara roh pula dalam “ mengajar “ dan “ mengingatkan “ yang berupa PEMBERIAN ILHAM DAN PENGGERAKAN HATI, lalu manusia yang menerima proses itu tiba-tiba saja menjadi TAHU, menjadi MENGERTI dan INGAT tanpa proses aktivitas fisik untuk “ MENERIMA AJARAN “ dan “ MENGINGAT AJARAN “ . Dengan kata lain , PENOLONG YANG LAIN itu adalah MANUSIA seperti YESUS , bukan ROH ( pneuma ) atau ROH KUDUS ( Holy Ghost ) , Oknum Tuhan Yang Ketiga dalam konsep Trinitas yang menjadi kepercayaan Kristen.
b. Ayat Yahya 16 :13 menegaskan tentang PENOLONG YANG LAIN yaitu “ …. Karena tiada Ia BERKATA-KATA dengan kehendaknya sendiri , melainkan barang yang DI-DENGARNYA itu, yang juga akan DIKATAKANNYA…“ ( lengkapnya ayat ini dapat dibaca pada kutipan di bahagian depan tulisan ini ) . Kalimat “ IA BERKATA-KATA “ menurut teks Yunani tertulis : λ α λ ή σ ε ι ( Lalesei ) dalam The Emphatic Diaglott diterjemahkan dengan : “ He will speak “ ( IA AKAN BERBICARA ). Sedangkan kalimat “ DIDENGAR-NYA “ menurut teks Yunani tertulis : ά χ ο ύ σ η ( Akouse ) dalam The Emphatic Diaglott diterjemahkan dengan : “ He may hear “ ( IA DENGAR ).
Dalam NOVIUM TESTAMENTUM GRAECE , sebagaimana yang diungkapkan Dr. Maurice Bucaille dalam bukunya : BIBEL, AL QUR’AN DAN SAINS MODERN ( terjemahan oleh Prof. Dr. H. M.Rasyidi ) ternyata kata “ DENGAR “ pada ayat Yahya 16 : 13 dalam teks Yunani, dinyatakan dengan istilah “ AKOUA “ yang berarti : MERASAKAN SUARA dan untuk kata “ BERKATA-KATA “ atau “ BERBICARA “ dinyatakan dengan istilah “LALEO “ yang berarti : MENGELUARKAN SUARA. Tentu “ SUARA “ di sini bukan dalam pengertian abstrak melainkan benar-benar nyata secara fisika sebagai proses getaran, dikeluarkan oleh mulut dan diterima oleh telinga normal . Untuk itu , silakan penganut Kristen membaca ayat Yahya 16 : 13 yang dikutipkan itu baik- baik, kemudian lakukan satu perenungan lalu jawablah pertanyaan berikut yaitu jika PENOLONG YANG LAIN itu adalah ROH KUDUS ( Holy Ghost ) , Oknum Tuhan yang ketiga dalam Trinitas, lalu :
- apakah Rohkudus itu berkata – kata dalam pengertian mengeluarkan suara secara fisik dan dapat didengar secara fisik pula ?
- apakah Rohkudus itu mendengar dalam pengertian merasakan suara secara fisik ?
Jikalau penganut Kristen meyakini bahwa Rohkudus bisa berkata-kata secara fisik ( MENGE- LUARKAN SUARA) dan bisa mendengar secara fisik ( MERASAKAN SUARA ) , tentu untuk pertanyaan tersebut bukanlah sesuatu yang terlalu sulit bagi penganut Kristen untuk menjawab , sebab jawabannya hanya : YA ! Tapi tolong tunjukkan satu ayat dalam Bibel yang mengungkapkan secara tegas ( - bukan interpretasi dogmatis - ) bahwa Rohkudus ada berkata-kata ( MENGELUARKAN SUARA ) secara fisik dan ada mendengar ( MERASAKAN SUARA ) secara fisik yang tentu dapat didengar secara fisik ketika berkata-kata dan dapat menyahut secara fisik ketika mendengar, sebagai proses getaran bunyi dengan udara sebagai mediumnya ! Alangkah bahagianya kita jika ada dalil yang menunjukkan Rohkudus ada berkata-kata secara fisik dan ada mendengar secara fisik dari “ BAPA ” untuk dikatakannya secara fisik pula kepada penganut Kristen . Dan pikirkan, apakah benar Rohkudus, Oknum Tuhan Ketiga dalam Trinitas yang roh ( imma-terial ) itu bisa berpenampilan secara fisik dalam berkata dan mendengar ? Arah dari permasalahan di atas sudah sangat jelas bahwa berdasarkan pengertian : AKOUA ( mengeluarkan suara ) dan LALEO ( merasakan suara ) dalam pengertian fisik tersebut, tidak bisa tidak PENOLONG YANG LAIN itu adalah MANUSIA seperti Yesus, BUKAN ROH KUDUS Oknum Tuhan yang ketiga dalam Trinitas.
c. Ayat Yahya 16 : 8 menyatakan bentuk aktivitas PENOLONG YANG LAIN : “…. Ialah akan ….…. MENERANGKAN …… “. Untuk diketahui , Alkitab tahun 1976 menyebut dengan istilah “ MENGINSYAFKAN “ . Sedangkan Holy Bible menyatakan aktivitas itu dengan “ REPROVE “ yang dapat berarti : MENGINSYAFKAN, MENUNJUKKAN , MEMARAHI ) Tetapi menurut teks Yunani tertulis dengan kata : “ έ λ έ γ ξ ε ι “ yang mungkin dibaca : ELENKHEIN ( atau ELEGXEI ? ) dan dalam EMPHATIC DIAGLOTT, diterjemahkan dengan “ CONVICT “ yang berarti “ MENGHUKUM “. Mungkin maksudnya memberikan satu keyakinan atau pendirian . Kata “ CONVICTION “ berarti keyakinan atau pendirian , prinsip . Lengkapnya bunyi ayat 16 : 8 menurut teks Yunani yang diterjemahkan dalam bahasa Inggeris dalam EMPHATIC DIAGLOTT adalah :
And having come he will CONVICT the world concerning SIN and concerning RIGHTEOUSNESS and concerning JUDGMENT .
Dan ketika telah datang , ia akan MENGHUKUM dunia mengenai DOSA dan mengenai KEBENARAN dan mengenai PENGHAKIMAN
Kegiatan “ MENERANGKAN “ atau “ MENGINSYAFKAN “ atau “ MENGHUKUM “ adalah kegiatan fisik manusia dari seseorang kepada seseorang lainnya dengan tujuan menyadarkan dan membawa orang itu kepada kebenaran . Menurut DR.J.L. Abineno, dalam bukunya “ Yesus, Sang Messiah dan Sang Anak ” jilid 2, hal 55 , menjelaskan bahwa kata “ ELENKHEIN “ mempunyai arti :
MEMBUKTIKAN ( dengan jalan memberikan argumen-argumen untuk meyakinkan seseorang) sampai kepada MENGECAM ( kalau seseorang tidak mau diyakinkan, sekalipun argumen-argumen yang dipakai adalah begitu rupa , sehingga orang itu tidak dapat menyangkalnya
Berpijak pada pengertian kata “ ELENKHEIN “ yang menjadi kegiatan dari PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN sebagaimana yang disajikan pakar Kristen DR.J.L. Abineno tersebut, maka jika anda berkeyakinan bahwa PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN itu adalah ROHKUDUS, OKNUM TUHAN YANG KETIGA dalam Trinitas , penulis mengajak anda untuk merenungkan tugas PARAC-LETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN ini yaitu ber-ELENKHEIN , yang diperankan pelaksanaannya oleh ROHKUDUS , OKNUM TUHAN YANG KETIGA dalam Trinitas tersebut. Bayangkan oleh anda betapa ROHKUDUS yang IMMATERIAL ( ROH ) itu harus : BERDISKUSI DAN BERDEBAT untuk meyakinkan seseorang yang akan diajak kepada kebenaran lalu ROH KUDUS yang IMMATERIAL ( ROH ) itu MENCACI DAN MENGECAM orang yang diajak tersebut lantaran menolak dengan penuh kepala batu atas kebenaran yang telah dikemukakan dengan dalil-dalil yang tidak bisa dibantah lagi. Dapatkah anda membayangkan bahwa itu dilakukan oleh ROHKUDUS ? Padahal menurut DR. R. Soedarno , ROH KUDUS itu bekerja secara spiritual, secara ilham atau secara roh dengan pemberian karunia yang merubah kesadaran orang di dalam budi orang tanpa proses fisik yaitu sesuatu yang berlangsung tiba-tiba pada diri seseorang tanpa proses BERDIKUSI DAN BERDEBAT yang mendahuluinya, apalagi disertai dengan MENGECAM DAN MENCACI MAKI. Jadi BERDISKUSI DAN BERDEBAT sambil mengajukan dalil-dalil, lalu dilampiri dengan MENCACI DAN MENGECAM bilamana terjadi penolakan secara kepala batu oleh orang yang diajak , maka hal itu bukanlah cara kerja dari ROHKUDUS . Kalau begitu cara kerja siapa ? Ya, cara kerja MANUSIA ! Oleh karena aktivitas ber-ELENKHEIN ini bertujuan membawa seseorang kepada kebenaran dari Tuhan maka MANUSIA yang ber-ELENKHEIN dimaksud tidak bisa tidak haruslah SEORANG NABI ( RASUL ALLAH ) !
Berpijak pada aktivitas yang dilakukan PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN sebagai-mana yang dikemukakan di atas, nyatalah bahwa PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN adalah seorang manusia (Nabi/Rasul Allah) bukan ROHKUDUS. Dan menyatakan PARAC-LETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN itu adalah ROHKUDUS – sebagai person yang berupa roh dan menjadi salah satu oknum Tuhan dalam konsep ke-TUHAN-an Trinitas , ternyata bertolak belakang dengan informasi yang diberikan ayat-ayat Bibel tentang bentuk aktivitas dari PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN ) tersebut ! Tidak mungkin ROHKUDUS yang katanya bekerja secara spiritual , secara ilham atau secara roh dengan pemberian karunia yang merubah kesadaran orang di dalam budi orang tanpa proses fisik yaitu sesuatu yang berlangsung tiba-tiba pada diri seseorang lalu tiba-tiba BERDIKUSI DAN BERDEBAT disertai dengan MENGECAM DAN MENCACI MAKI kepada orang yang diajak kepada kebenaran. Jadi sekali lagi : BERDISKUSI DAN BERDEBAT sambil mengajukan dalil-dalil, lalu dilampiri MENCACI DAN MENGECAM jika terjadi penolakan secara kepala batu atas dalil-dalil itu , bukanlah cara kerja dari ROHKUDUS melainkan cara kerja manusia . Diakui sendiri oleh penganut Kristen bahwa Rohul Kudus itu berkerja di dalam hati manusia . Tentu saja bekerja di dalam hati manusia , Rohulkudus tidak BERDISKUSI DAN BERDEBAT sambil mengajukan dalil-dalil, lalu dilampiri MENCACI DAN MENGECAM. Pekerjaan yang demikian adalah pekerjaan manusia .
MENYIMAK ASPEK LAIN DARI “ PENOLONG YANG LAIN “
Ada sejumlah aspek yang berkaitan dengan ” Penolong yang lain ” ini perlu di analisis , yang memperkuat kesimpulan bahwa PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN adalah MANUSIA ( Nabi/ Rasul Allah ), bukan ROH KUDUS yang dipercayai orang Kristen sebagai salah satu oknum Tuhan yang disembah dalam konsep Trinitas. Aspek-aspek dimaksud diuraikan berikut :
a. SYARAT KEHADIRAN “ PARACLETOS “ ( PENOLONG ) YANG LAIN
Ayat Yahya 16 : 7 mengemukakan : “ …. Jikalau tiada Aku pergi, tiadalah PENOLONG itu akan datang kepadamu …. “ . Ada hubungan yang erat antara “ KEDATANGAN PENOLONG YANG LAIN “ dengan “ PERGINYA YESUS “. Perginya Yesus adalah syarat mutlak ( pra-supposisi ) bagi kedatangan PENOLONG YANG LAIN tersebut . Artinya , kalau Yesus belum pergi , PENOLONG YANG LAIN tidak akan datang. Dan makna lanjutnya , kalau PENOLONG YANG LAIN itu datang ketika Yesus masih ada , rupanya PENOLONG YANG LAIN itu lagi tersesat, bingung , tidak tahu diri karena datang sebelum waktunya , apalagi datang jauh sebelum Yesus hadir di dunia ini . Sekali lagi, syarat KEPERGIAN YESUS diperlukan untuk KEDA-TANGAN PENOLONG YANG LAIN . Andaikata PENOLONG YANG LAIN itu datang sebelum Yesus hadir di dunia atau datang pada saat Yesus masih ada, berarti SYARAT KEPERGIAN YESUS , jelas tidak diperlukan. Untuk apa syarat itu ditampilkan jikalau memang PENOLONG YANG LAIN pernah datang sebelum dan pada masa Yesus ?. Karena itu , sesuai ayat Yahya 16 : 7 mari kita pastikan bahwa PENOLONG YANG LAIN itu BELUM PERNAH DATANG baik pada masa sebelum Yesus ataupun pada masa Yesus. Kalau anda penganut Kristen tidak mau memastikan demikian, berarti ayat Yahya 16 : 7, telah anda letakkan di punggung anda . Berdasarkan syarat bagi kehadiran PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN tersebut, sekarang marilah kita hubungkan dengan ROHKUDUS jika PARACLETOS (PENOLONG ) YANG LAIN itu adalah ROHKUDUS sebagaimana yang dipercaya penganut Kristen . Pertanyaan , apakah ROH KUDUS pernah datang baik sebelum Yesus ataupun pada masa Yesus ? Ataukah ROHKUDUS belum pernah datang sama sekali, dan akan datang jika Yesus telah pergi ? Jawabannya, mari lihat ayat-ayat Bibel.
* Ketika malaikat datang memberi tahu Maryam akan kehamilannya ( tanpa suami ) dan mempertanyakan keboleh-jadian hal tersebut, lalu malaikat berkata : “ Bahwa ROHUL-KUDUS akan turun atasmu , dan kuasa Allah Yang Maha Tinggu akan menaungi engkau ……“. (Luk. 1: 27 – 35 ). Berarti ROHKUDUS telah datang sebelum Yesus lahir !
* Ketika Yesus mandi-mandi dalam rangka dibaptis oleh Yahya Pembaptis maka “ Setelah Yesus dibaptiskan , naiklah ia dari dalam air itu dengan segera , maka terbukalah langit, lalu dilihatnya ROH ALLAH turun seperti seekor burung merpati datang ke atasnya “ ( Mat. 3:13 –16 ). Tanyalah kepada semua penganut Kristen taat, entah itu dari Katolik , entah itu dari Protestan , entah dari Orthodoks , dan sebagainya , siapakah yang dimaksud dengan ROH ALLAH tersebut ? Jawabannya pasti : ROHKUDUS ! Berarti , ROHKUDUS telah datang pada masa Yesus !
Jika demikian halnya , apakah ROHKUDUS memenuhi syarat sebagai PENOLONG YANG LAIN yang baru akan datang jika Yesus telah pergi ? Tidak dibutuhkan kemampuan aritmatika sedikitpun untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jawabannya, tidak diragukan lagi: ROHKUDUS TIDAK MEMENUHI SYARAT SEBAGAI “ PENOLONG YANG LAIN “ yang akan datang jika Yesus telah pergi , sebab pada masa sebelum Yesus dan pada masa Yesus saja , ROHKUDUS telah datang tanpa menunggu Yesus ada atau Yesus pergi terlebih dahulu . Dengan demikian, ROHKUDUS, Oknum Tuhan yang ketiga dalam Trinitas menurut kepercayaan Kristen , BUKANLAH PARACLETOS ( PENOLONG YANG LAIN ) yang dinubuatkan Yesus . Syarat ” …. Jikalau tiada Aku pergi, tiadalah PENOLONG itu akan datang kepadamu …. “ yang disebutkan ayat Yahya 16 : 7 sangat penting menjadi patokan dalam penetapan tokoh ” Penolong yang Lain ” ( Paracletos yang lain ).
b. TIDAK MEMILIKI KEHENDAK SENDIRI .
Sebelum penulis membahas ayat ini dalam kaitannya dengan PARACLETOS, baiklah disimak terlebih dahulu konsep TRINITAS menurut pengertian penganut Kristen . Memang agak sulit kita melakukan pembahasan tentang TRINITAS ini karena pemahaman yang berbeda tentang TRINITAS antara berbagai gereja . Konsep Trinitas gereja Kristen Ortodoks beda dengan Katolik dan juga benda dengan Protestan . Apalagi dengan sekte Saksi Yehovah , Gereja Unitarian dan semacamnya . Kita tidak usah menjejaki perbedaan-perbedaan antara berbagai gereja tentang TRINITAS ini karena tulisan ini tidak dalam tujuan tersebut . Mari kita pilih salah satu pemahaman tentang TRINITAS itu yang untuk sementara kita anggap representatif mewakili Kristen, walaupun mungkin Kristen Ortodoks atau lainnya menolak dan mencela pemahaman atas model ” TRINITAS “ yang diungkapkan ini .
Hamran Ambri , seorang Kristen – entah dari sekte mana , kita tidak tahu – telah menjelaskan TRINITAS sebagai berikut :
1. Allah disebut BAPA , adalah dalam aktivitasnya sebagai Al Khalik, Pencipta semesta alam , Maha Kuasa ( Qadirun = Berkuasa )
2. Allah itu juga disebut ANAK atau dengan kata lain disebut FIRMAN ( Yoh. 1 : 14 ) atau FIRMAN YANG HIDUP ( Yoh.1 : 1 ) adalah dalam aktivitasNya sebagai pemberi amaran / perintah, menetapkan hokum , menyatakan kehendak, menyatakan janji-janji Allah kepada umat manusia . ANAK atau FIRMAN ini telah menjadi daging dalam rupa manusia yaitu kelahiran Yesus Kristus ( Muridun = Berkehendak )
3. Allah yang itu juga, bukan Allah yang lain lagi , dikatakan “ ROHULKUDUS “ atau ROH KEBENARAN adalah dalam aktivitas sebagai pemberi taufik dan hidayat , memimpin rohani orang-orang Kristen, membawa kepada kebenaran, hidup yang kekal ( Hayyun = Hidup ). Sebab itu dengan penyebutan “ ALLAH BAPA “ atau “ ALLAH ANAK “ ataupun “ ALLAH ROHULKUDUS “ tidaklah sama sekali menunjuk kepada makna jumlah – banyaknya – tiga allah ,walaupun terjadi tiga kali disebut nama Allah, namun Allah itu adalah tetap hanya Esa , tidak lebih. Ketiga unsur di atas ini ( Bapa, Anak / Firman dan Rohulkudus ) digambarkan masing-masing sebagai oknum ( sebanding dengan istilah “sifat “ dalam ajaran Islam )adalah Esa dalam wujud zat Allah , yang tidak terpisahkan satu sama lain , sama kuasanya, sama kekalnya . Tidak ada yang terdahulu atau terkemudian di antara satu dengan yang lain “
Selanjutnya Hamran Ambrie memberikan contoh tentang model Trinitas tersebut sebagai berikut :
Ada seorang bernama Hamran Ambrie beralamat rumah: Jl. Ayub Timur 6 Jakarta. Ada Hamran Ambrie yang menyetir mobil di Puncak dan ada Hamran Ambrie sebagai pegawai/ karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta . Kemudian ditanyakan : “ Berapa orang Hamran Ambrie ?“. Jika dijawab : “ ada tiga orang “, jawaban ini jelas salah. Jawaban yang benar ialah : Hamran Ambrie adalah hanya seorang ( satu orang ) ”. (Hamran Ambri, “ ALLAH SUDAH PILIH SAYA “)
Di sini tidak dibahas kelemahan penjelasan Hamran Ambri tentang pengertian “TRINITAS “ yang dikatakannya tidak menunjukkan adanya tiga tuhan tetapi satu tuhan dengan tiga aktivitas yang berbeda. Penulis hanya ingin mengambil sari penjelasannya yaitu BAPA = ANAK = ROHUL KUDUS = ALLAH untuk dikaitkan dengan ayat Yahya 16 : 13. Mari kita pahami penjelasan Trinitas dari Hamran Ambrie ini .
Jelas ketika Hamran Ambrie tengah berada dirumah ( = BAPA ) tentu tidak ada Hamran Ambri dalam mobil (= ANAK) ataupun di kantor perusahaan ( ROHULKUDUS ). Begitu juga ketika Hamran Ambrie berada dalam mobil = ANAK ) , tentu tidak ada Hamran Ambrie di rumah (= BAPA ) ataupun di kantor perusahaan (= ROHULKUDUS ). Dan ketika Hamran Ambrie berada di kantor perusahaan (= ROHULKUDUS ), jelas tidak ada Hamran Ambrie di rumah ( = BAPA ) ataupun di dalam mobil (=ANAK ). Dengan kata lain , ketika Allah berada dalam satu aktivitas , jelas Allah tidak akan berada dalam aktivitas lain . Ketika Allah sedang beraktivitas sebagai BAPA , tentu tidak akan ada Allah dengan aktivitas sebagai ANAK dan juga sebagai ROHULKUDUS . Tegasnya tidak ada ANAK dan tidak ada ROHULKUDUS ketika Allah beraktivitas sebagai BAPA . Ketika Allah tengah beraktivitas sebagai ANAK , tidak akan ada Allah dengan aktivitas sebagai BAPA dan sebagai ROHULKUDUS . Tegasnua pula , tidak ada BAPA dan tidak ada ROHULKUDUS ketika Allah beraktivitas sebagai ANAK . Begitu juga ketika Allah sedang beraktivitas sebagai ROHULKUDUS, tidak akan ada Allah dengan aktivitas sebagai BAPA dan sebagai ANAK . Jelasnya tidak ada BAPA dan tidak ada ANAK ketika Allah beraktivitas sebagai ROHULKUDUS . Jadi , bagaimana wujud keberadaan Allah dibatasi dan disekat oleh aktivitasnya . Benarkah demikian ? Singkatnya khusus untuk ROHULKUDUS, kita menggaris-bawahi penjelasan Hamran Ambrie bahwa ROHUL KUDUS itu adalah ALLAH. Dan sebagai Allah yang beraktivitas memberi taufik dan hidayat , memimpin rohani orang-orang Kristen, membawa kepada kebenaran, hidup yang kekal ( Hayyun = Hidup) tentu ROHULKUDUS MEMILIKI KEHENDAK sendiri ! Terlalu mustahil, Allah tidak mempunyai kehendak, apapun bentuk aktivitasnya . Tentu bentuk aktivitas Tuhan tidak pernah membatasi dan tidak pernah memilah untuk: Allah mempunyai kehendak dan Allah tidak mempunyai kehendak. Apakah ada Allah yang mempunyai kehendak dan Allah yang tidak mempunyai kehendak ?
Kembali kita menyimak ayat Yahya 16 : 13 : “…. tiada Ia berkata-kata dengan KEHENDAKNYA sendiri …. “. [6] ). Merujuk pada ayat Yahya 16 : 13 yang menegaskan PENOLONG YANG LAIN ini : “….. ..tiada Ia berkata-kata dengan KEHENDAKNYA sendiri ….“ berarti PENOLONG YANG LAIN itu TIDAK MEMPUNYAI KEHENDAK sendiri. Dengan kata lain : PENOLONG YANG LAIN itu BUKAN ROHULKUDUS ! Sebab Roh Kudus sebagai Tuhan , mustahil tidak mempunyai kehendak . Kalau anda penganut Kristen memberi kesaksian ROHULKUDUS tidak mempunyai kehendak sendiri , berarti anda harus mengakui ROHULKUDUS BUKAN ALLAH karena terlalu mustahil bagi Allah untuk tidak mempunyai kehendak , apapun aktivitasnya saat itu. Ini berarti Anda terjebak pada pilihan : PERCAYA PADA TRINITAS yang berarti percaya bahwa Allah itu terdiri dari BAPAK - ANAK – ROH KUDUS atau memilih : MENGAKUI PENOLONG YANG LAIN ITU BUKAN ROHKUDUS ! Memang pilihan yang sulit seperti makan buah si malakama. Naik ke atas mati bapak, turun ke bawah mati ibu. Bingung dan tersesat .
c. PENOLONG YANG LAIN DISEBUT DENGAN PRONOMINA ( KATA GANTI ORANG ) KETIGA TUNGGAL “ HE “ ( IA -LAKI-LAKI )
Menarik untuk diperhatikan yaitu kata ganti orang (pronomina ) ketiga tunggal yang dikenakan pada PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN tersebut . Memperhatikan ayat-ayat nubuatan tentang PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN dalan Injil Yahya – sebagaimana yang telah dikutipkan di muka- ternyata kata ganti orang ( pronomina ) ketiga tunggal untuk PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN adalah “ IA “ ( -dalam bhs. Indonesia- ). Begitu pula dalam Holy Bible , dinyatakan dengan kata ganti orang : “ HE “ .
Untuk diketahui , dalam bahasa Indonesia tidak ada pembedaan kata ganti orang ( pronomi-na ) ketiga tunggal berdasarkan jenis kelamin . Apakah seseorang itu berjenis kelamin laki-laki ataukah perempuan , kata ganti orang ketiga tunggalnya sama yaitu : IA atau DIA . Oleh karena itu , kalau kita mendengar seseorang menyebut “ IA “ dalam satu percakapan yang tidak kita ketahui konteks pembicaraannya , pasti kita mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi jenis kelamin dari “ IA “ atau “ DIA “ yang dibicarakan . Hal ini berbeda sekali dengan beberapa bahasa asing seperti misalnya bahasa Inggeris. Dalam bahasa Inggeris, dikenal pembedaan PRONOMINA ( KATA GANTI ORANG ) KETIGA TUNG-GAL yaitu HE untuk laki-laki , SHE untuk wanita dan IT untuk benda/netral/banci . Jadi, kalau ada orang yang menyebut “ HE “ atau “ SHE “ atau “ IT “ dalam satu pembicaraan , dengan segera kita dapat memastikan jenis kelamin dari objek yang dibicarakan . Oleh karena itu , ketika membaca ayat nubuatan dalam Injil Yahya tentang PENOLONG sebagaimana yang dijumpai dalam ALKITAB ( Bibel berbahasa Indonesia ), kita akan mengalami kesulitan untuk menentukan jenis kelamin PENOLONG yang dinubuatkan .
Hal ini berbeda jika membacanya dalam HOLY BIBLE ( Bibel berbahasa Inggeris ). Ternya-ta kita mendapatkannya dengan sebutan pronomina ( kata ganti orang ) ketiga tunggal : HE . Jika anda memahami sedikit tentang bahasa Inggeris , apa yang anda pahami jika kata ganti orang ( pronomina ) ketiga tunggal “ HE “ dikenakan untuk sesuatu objek yang dibicarakan ? Kalau anda jujur pasti anda menjawab : objek itu mestinya LAKI-LAKI , bukan PEREMPUAN juga bukan NETRAL / BENDA . Jika anda percaya bahwa PENOLONG YANG LAIN yang disebutkan dalam Injil Yahya itu adalah ROHKUDUS , tentu dengan jujur pula anda harus menyatakan bahwa ROHKUDUS ITU BERJENIS KELAMIN LAKI-LAKI sebab dinyatakan dengan pronomina ( kata ganti orang ) ketiga tunggal : HE . Tegasnya , ROH KUDUS itu mempunyai alat kelamin laki-laki. Apakah demikian ? Kita yakin , bilamana kita memberitahu penganut Kristen bahwa ROHKUDUS itu mempunyai alat kelamin laki-laki – tentunya bisa kencing sesuai dengan fungsi alat kelamin atau difungsikan untuk bersenggama dan juga disunat – dapat dipastikan mereka akan menolak keras dengan penuh kemarahan . Tetapi, bukankah kita berbicara fakta Bibel yang dikonfrontasikan dengan kepercayaan mereka yaitu PENOLONG YANG LAIN yang mereka – orang-orang Kristen - percayai sebagai ROHKUDUS itu , ternyata menurut Bibel disebut dengan “ HE “ yang berarti : IA LAKI-LAKI, BUKAN IA PEREMPUAN atau BUKAN IA NETRAL / TIDAK BERJENIS KELAMIN ?. Cuma itu ! Tidak pantas mereka marah ketika diberitahukan hal itu dan mereka harus berlapang dada untuk menerima kenyataan ini walaupun sangat menyakitkan , kecuali kalau mereka mengaku bahwa PENOLONG YANG LAIN yang disebutkan Injil Yahya itu BUKAN ROHULKUDUS !
Rupanya sebutan “ HE “ ( IA LAKI-LAKI ) untuk PENOLONG YANG LAIN ini , benar-benar mengganggu dogma ke-Kristenan . Penganut Kristen dihadapkan pada kesulitan dogmatis gara-gara sebutan “ HE “ untuk PENOLONG YANG LAIN yang diklaim sebagai Rohkudus tersebut. Mereka – para penganut Kristen – sadar sepenuhnya , tidak mungkin ROHKUDUS ( salah satu OKNUM TUHAN ) itu – yang diyakini sebagai “ PENOLONG YANG LAIN “ - berjenis kelamin LAKI-LAKI . Dan untuk menghindari kesulitan dogmatis semacam ini , biasanya penganut Kristen – terutama para ulama mereka – tidak akan ragu-ragu untuk meng-ubah “ ayat-ayat “ Bibel yang mengganggu dogma ke-Kristenan mereka, suatu kebiasaan yang lumrah di kalangan penganut Kristen terhadap kitab suci mereka yang bernama “ BIBEL “. Dapat dipastikan , begitu juga dengan nasib sebutan “ HE “ untuk PENOLONG YANG LAIN .
Kristolog Muslim , almarhum Ahmad Deedat bercerita tentang hal ini . CHRISTIAN MISSI-ONARIES di India , telah merubah “ IA - LAKI-LAKI “ menjadi “ IA – PEREMPUAN “ untuk sebutan kata ganti orang bagi PENOLONG YANG LAIN yang dinubuatkan Yesus itu ( baca , A.H.Deedat “ MUHAMMAD DALAM PERJANJIAN LAMA & PERJANJIAN BARU , hal. .14 ). Memang orang-orang Kristen itu sangat pintar termasuk pintar mengubah kitab suci agama mereka bahkan mengubah ayat-ayat kitab suci agama lain khususnya ayat-ayat Al Qur’an. Tapi sayang perubahan “ IA LAKI-LAKI “ menjadi “ IA PEREMPUAN “ untuk PENOLONG YANG LAIN itu tidak memberikan pemecahan apa-apa. Bahkan sebaliknya menjadikannya tambah runyam , sebab dengan perubahan yang demikian telah menjadikan ROHKUDUS yang tadinya BERJENIS KELAMIN LAKI-LAKI , sekarang tiba-tiba menjadi BERKELAMIN PEREMPUAN dan tentunya berpeluang melahirkan anak jika kawin. Dan perubahan jenis kelamin ini tidak atas kehendak ROHKUDUS sendiri tetapi atas kemauan penganut agama Kristen ! Hebat ! Rupanya para penganut Kristen LEBIH BERKUASA dari “ Tuhan “-nya karena orang-orang Kristen bisa membuat jenis kelamin “ Tuhan “-nya berubah-ubah. Dengan kata lain , apakah ROHKUDUS itu netral atau laki-laki atau perempuan , bergantung sungguh pada maunya orang-orang Kristen . Akibatnya menjadi serba lucu dan aneh . Mengapa ? Sebab dikaitkan dengan PENOLONG yang dinubuatkan dalam versi ALKITAB (- Bibel berbahasa Indonesia -) ROHKUDUS tidak dapat diidentifikasi jenis kelaminnya . Tetapi menurut HOLY BIBLE (- Bibel berbahasa Inggeris -), ROHKUDUS itu BERKELAMIN LAKI-LAKI , sedangkan menurut BIBEL BERBAHASA URDHU ( India ), ROHKUDUS itu MEMPUNYAI ALAT KELAMIN PEREMPUAN . Adakah yang lebih lucu dari hal ini ? Tentu saja semua ini , kita kembalikan kepada orang-orang Kristen untuk menjelaskannya dan memang mereka sangat pintar berapologi . Dari fakta sebutan “ HE “ ( IA LAKI-LAKI ) untuk PENOLONG YANG LAIN ini , semakin mempertegas bahwa person dari PENOLONG yang dinubuatkan Yesus adalah MANUSIA YANG BERJENIS KELAMIN LAKI-LAKI , bukan ROHKUDUS alias HANTU SUCI (HOLY GHOST )
Sehubungan dengan penjelasan penulis tentang sebutan “ HE “ ( IA LAKI-LAKI ) untuk PENOLONG YANG LAIN itu , dr. Suradi (- sekarang : dr. Suradi ben Abraham - ) pengasuh buletin “ GEMA NEHEMIA “ dari lembaga “ CHRISTIAN CENTRE NEHEMIA “ Jakarta memberikan tanggapan sebagai berikut :
Kok ya ada-ada saja penggunaan kata ganti untuk Roh Kudus dengan HE = DIA , dipermasalahkan. Karena “ HE “ berarti laki-laki, supaya cocok buat Muhammad. Tidak mengapalah, kami harus selalu dengan sabar, lemah lembut dan rendah hati dalam menjelaskan iman kami kepada siapa saja. Maunya, kalau untuk Roh Kudus itu, kata gantinya dengan “ IT “ yang berarti netral, tidak berjenis kelamin seperti benda . Roh Kudus adalah Allah , sekalipun tidak berjenis kelamin, dituliskan dengan kata gantiNya “ HE “. Demikian juga Allah yang adalah ROH , tidak berjenis kelamin, dituliskan kata gantiNya “ HE “
Rupanya dr.Suradi pengasuh buketin “ Gema Nehemia “ sekaligus pimpinan “ CHRISTIAN CENTRE NEHEMIA “ Jakarta lupa bahwa yang mempermasalahkan kata ganti orang ( pro-nomina ) ketiga tunggal “ HE “ untuk PENOLONG YANG LAIN yang diklaim sebagai ROH KUDUS justru dari kalangan Kristen sendiri. Kita hanya sekedar mengangkatnya kembali. Bahkan Bibel sendiri bingung dengan sebutan kata ganti orang ketiga tunggal “ HE “ tersebut. Kalau kata ganti orang ketiga tunggal ini tidak menjadi masalah , lalu mengapa CHRISTIAN MISSIONARIES India repot-repot dengan penuh susah payah mengganti kata ganti orang ketiga tunggal “ HE “ ( IA LAKI-LAKI ) untuk PENOLONG YANG LAIN yang dikata-kannya ROHKUDUS tersebut dengan “ SHE “ ( IA PEREMPUAN ) ? Bukankah itu merupakan indikasi adanya masalah yang membingungkan ditinjau dari aspek dogma ke-Kristenan atas sebutan “ HE “ ( IA LAKI-LAKI ) untuk PENOLONG YANG LAIN lantaran meng-klaimnya secara paksa sebagai ROH KUDUS sehingga perlu diganti jenis kelaminnya menjadi “ SHE “ ( IA PEREMPUAN ) ? Yang benar itu apa ? Oleh karenanya , apakah benar sebutan “ HE “ untuk PENOLONG YANG LAIN yang diklaim ROHKUDUS itu tidak menjadi masalah ? Begitu juga dengan Bibel sendiri kelihatannya bingung tentang kata ganti orang ketiga yang harus dikenakan kepada “ ALLAH “. Memang dalam Bibel sering didapatkan kata “ HE “ sebagai kata ganti orang ketiga tunggal untuk Allah ( Lord ). Sebagai contoh kita kutipkan satu ayat Bibel yang mencantumkan kata ganti orang ketiga tunggal “ HE “ Allah sebagai berikut :
And he brought him forth abroad , and said , Look now toward heaven , and tell the star …. “ ( Genesis 15 : 5 )
Kata ganti orang “ he “ pada ayat tersebut adalah ALLAH ( the LORD ) sedangkan “ him “ menunjuk kepada Ibrahim ( Abraham ). Dan masih ada lagi sejumlah ayat Bibel tentang itu. Jadi betul , kata ganti untuk Allah digunakan kata “ HE “ seperti yang dikatakan dr.Suradi. Tetapi mari kita perhatikan pula ayat Bibel yang justru menggunakan kata ganti orang ketiga tunggal “ IT “ ( IA NETRAL) untuk ROHKUDUS sebagai berikut :
And John bare record, saying , I saw THE SPIRIT descending from heaven like a dove , and IT abode upon him “ ( John 1 : 32 ).
Dalam ayat Yahya 1 : 32 di atas sangat jelas , subjek “ THE SPIRIT “ ( Rohkudus ) yang dikatakan “ ALLAH “ oleh orang-orang Kristen ini , ternyata disebut dalam kata ganti orang ketiga tunggal : IT . Nah dengan fakta ini , apakah untuk “ Allah “ atau ROHKUDUS digunakan kata ganti orang ketiga tunggal “ HE “ ataukah “ IT “ ? Tampaklah betapa bingungnya Bibel dalam masalah kata ganti “ HE “ ini . Dalam kebingungan seperti itu - mungkin supaya tidak terjebak dengan masalah jenis kelamin yang harus dikenakan kepada “ ALLAH “ – kita akan mendapatkan dalam sejumlah Bibel , tidak menyatakannya dengan kata ganti “ HE “ melainkan langsung dengan sebutan diri seperti : “ THE LORD “ atau “ GOD “. Seperti dalam “ GOOD NEWS BIBLE “ ternyata ayat GENESIS15 : 5 di atas , tertulis demikian :
THE LORD took him outside and said ,‘ Look at the sky and try to count the stars ; you will have as many descendant as that .
Kita mendapatkan hal yang sama pada seluruh ayat Bible antara HOLY BIBLE dengan GOOD NEWS BIBLE, di mana dalam HOLY BIBLE , pribadi Allah Tuhan Semesta Alam dinyatakan dengan kata ganti orang ketiga tunggal “ HE “ tetapi dalam GOOD NEWS BIBLE , dinyatakan dengan sebutan diri “ THE LORD “ atau “ GOD “. Di sini timbul pertanyaan , mengapa GOOD NEWS BIBLE tidak mencantumkannya dengan kata ganti orang ketiga tunggal “ HE “ sebagaimana halnya yang tercantum dalam HOLY BIBLE melainkan mencantumkannya dengan kata “ THE LORD “ atau “ GOD “ ? Kata apa yang tercantum sebenarnya dalam sumber salinannya , apakah kata yang berarti “ HE “ ataukah kata yang berarti “ THE LORD “ dan “ GOD “ ?. Penulis menduga , penterjemah “ GOOD NEWS BIBLE “ sengaja menuliskan dengan “ THE LORD “ atau “ GOD “ untuk mengganti penggunaan kata “ HE “ dengan tujuan menghindari permasalahan jenis kelamin Allah yang muncul dari kata “ HE “ ini . Dengan demikian ada masalah ! Bibel sendiri bermasalah dengan kata “ HE “ ini dan penganut Kristen sendiri yang secara tidak langsung memasalahkannya. Bukan penulis dan ummat Islam !
Mari kita kembangkan permasalahan kata ganti orang ketiga tunggal “ HE “ ini untuk menya-takan ROHKUDUS dan MALAEKAT antara yang tercantum dalam HOLY BIBLE dengan yang tercantum dalam GOOD NEWS BIBLE. Ternyata untuk ROHKUDUS dan MALAEKAT, oleh GOOD NEWS BIBLE tidak dituliskan dengan kata ganti orang ketiga tunggal “ HE “ atau “ IM “ seperti yang ada dalam HOLY BIBLE melainkan langsung dengan sebutan diri “HOLY SPIRIT “. Diduga alasannya supaya tidak ada permasalahan jenis kelamin dari “ ROHKUDUS “ dan “ MALAIKAT “ jika dicantumkan dengan kata ganti orang ketiga tunggal “ HE “ dan “ HIM “. Tetapi untuk PENOLONG YANG LAIN , rupanya GOOD NEWS BIBLE tetap menuliskan dengan kata ganti orang ketiga tunggal “ HE “ dan “ HIM “ . Mengapa penulis GOOD NEWS BIBLE tidak menuliskan dengan sebutan diri “ HOLY SPIRIT “ atau “ HOLY GHOST “ seperti pada ayat-ayat lainnya dalam Bible sebagai ganti dari “ HE “ jika memang benar PENOLONG YANG LAIN itu adalah ROHKUDUS ? Bukankah itu menunjukkan ketidak-konsistenan ?. Pada sisi lain , sikap penterjemah GOOD NEWS BIBLE yang demikian ini justru menunjukkan pengakuan bahwa PENOLONG YANG LAIN itu BUKAN ROH KUDUS . Hal ini juga satu bentuk permasalahan yang perlu dijelaskan oleh penganut Kristen . Jadi, sekali lagi adanya permasalahan kata ganti “ HE “ dan “ HIM “ yang dimunculkan itu bukan kehendak penulis dan ummat Islam tetapi justru ulah dari penganut Kristen sendiri yang menisbatkan “ PENOLONG YANG LAIN “ sebagai ROHKUDUS .
Selanjutnya dr. Suradi berkata :
Sebenarnya kalau memang tidak bermaksud mncari-cari , bermaksud memutar-balikkan kebenaran menjadi kepalsuan supaya cocok untuk Muhammad ,tentu tidak akan mempermasalahkan kata ganti “ HE “ itu tersebut . Dalam Alquran sendiri menuliskan kata ganti “ ALLAH “ dengan “ HUWA “ yang berarti “ DIA LAKI_LAKI “. Apakah Allah-nya Zainal Arifin boleh dikatakan berjenis kelamin laki-laki ? Apakah tidak diganti “ IT “ saja supaya lebih cocok dengan Allahnya Zainal Arifin itu “ ZAT “ , bukan ? .
Tanggapan sdra.dr. Suradi di atas muncul dengan bunyi seperti itu, jelas karena ketidak-tahuannya . Menyatakan sesuatu yang tertulis , tidak perlu mencari-cari atau memutar-balikkan kebenaran menjadi kepalsuan . Fakta bunyi ayat Bibel memang demikian dan tidak bisa dipungkiri lagi . Fakta tersebut menjadi permasalahan bagi penganut Kristen sebagaimana yang penulis ungkapkan di muka. Bahkan dengan penyajian tersebut, penulis bermaksud menunjukkan kepalsuan yang dianut oleh orang-orang Kristen dan menyatakan kebenaran . Sebenarnya yang dibutuhkan dari dr. Suradi bukanlah cerca dengan ungkapan “ bermaksud mencari-cari ,bermaksud memutar-balikkan kebenaran menjadi kepalsuan supaya cocok untuk Muhammad “ tetapi bagaimana bantahan dan penjelasan logis dengan analisis yang wajar atas penggunaan kata ganti “ HE “ untuk PENOLONG YANG LAIN yang dikatakan sebagai ROHKUDUS tersebut . Memang menjadi kebiasaan orang-orang Kristen , jika dalam satu dialog sudah terdesak dan sudah tidak mampu menyajikan satu argumentasi yang logis , pasti yang akan muncul adalah kata-kata cerca dan caci maki kepada lawan dialog ( pihak Islam ) . Atau , mencaci–maki Islam dan Nabi Muhammad SAW.
Mengenai kata ganti “ Huwa “ ( yang berarti : ” Dia laki-laki ” , lebih tepat : ” Dia laki-laki satu orang ” ) untuk ALLAH dalam Islam yang dipertanyakan dr. Suradi tersebut , sesung-guhnya dr. Suradi telah menunjukkan kerudinan pengetahuannya tentang Islam . Penulis tidak akan mencaci makinya , sebab kewajiban penulis untuk memberikan penge-tahuan kepadanya tentang Islam . Dalam bahasa Arab, samasekali TIDAK DIKENAL adanya kata ganti untuk benda atau untuk bukan manusia atau netral . Tidak sama dengan bahasa Inggeris . Muncul pertanyaan , kalau begitu bagaimana menyatakan kata ganti orang khususnya kata ganti orang ketiga dalam bahasa Arab ? Untuk mudahnya , dalam bahasa Arab , jika menyatakan benda atau netral atau non manusia dengan kata ganti , dipakai atau dipinjam kata ganti untuk manusia . Tetapi ini tidak berarti bahwa benda , sesuatu yang netral atau non manusia tadi otomatis berubah menjadi manusia. Ini yang harus dipahami. Jadi persoalannya semata-mata berkenaan dengan masalah tata bahasa untuk kemudahan berkomunikasi . Kemudian mana dari benda atau sesuatu yang netral atau non manusia tadi yang harus dikenakan kata ganti pada manusia , masih ada lagi syarat-syarat-nya . Contoh : Kata ganti “ DIA “ sebagai subjek satu orang , dalam bahasa Arab digunakan kata “ HUWA “ jika berjenis kelamin laki-laki dan “ HIYA “ jika berjenis kelamin perempuan . Tetapi bagaimana penggunaannya dalam bahasa Arab ? Di samping benar-benar digunakan kepada “ MANUSIA “ ternyata juga digunakan kepada yang NON MANUSIA, benda , netral . Perhatikan contoh berikut :
a. Kalimat : HIYA HIJAARAH ( = Dia batu ). Di sini tidak dimaksudkan , batu itu adalah manusia berjenis kelamin perempuan lantaran disebut dengan kata ganti : ” HIYA ” . Dipakainya kata “ HIYA “ ( Dia – perempuan ) karena tidak ada kata ganti untuk menyatakan benda BATU . Ini dalam bahasa Arab !
b. Kalimat : HUWA BAY-TUN ( = Dia rumah ). Di sini samasekali tidak dimaksudkan, RUMAH adalah manusia berjenis kelamin laki - laki lantaran disebut dengan kata ganti “ HUWA “ . Kata “ HUWA “ dipakai sebagai kata ganti untuk RUMAH karena dalam bahasa Arab tidak ada kata ganti untuk benda rumah. Maka dipakaikata ganti “ HUWA “.
Dari contoh ini , jelaslah penggunaan kata “ HUWA “ ( Dia laki-laki ) untuk ALLAH, tidak dimaksudkan bahwa Allah adalah manusia yang berjenis kelamin laki-laki lantaran digunakan kata “ HUWA “. Dipakainya kata “ HUWA “ ( kata ganti orang ketiga tunggal : DIA LAKI- LAKI ) untuk Allah karena dalam bahasa Arab tidak dikenal kata ganti untuk Allah – benda – sesuatu yang netral – non manusia , sehingga dibantu dengan kata ganti untuk manusia . Tentu saja penjelasan ini tidak berlaku untuk dipakai dalam menjelaskan masalah penggunaan kata “ HE “ untuk Rohkudus , sebab dalam bahasa Inggeris dikenal kata ganti benda –netral – non manusia yaitu : IT . Mungkin muncul kilah dari pihak Kristen , jika memang demikian penjelasan pihak Islam mengenai penggunaan kata ” Huwa ” untuk Allah yang menunjukkan ” Ia laki-laki ” maka hal yang sama berlaku juga dengan penggunaan kata ” He ” ( = ia laki-laki ) untuk Allah , dalam Bibel . Kilah ini tidak tepat , sebab sebagaimana yang dijelaskan penggunaan kata ganti orang ” huwa ” ( = ia laki-laki ) untuk Allah dalam bahasa Arab lantaran dalam bahasa Arab tidak memiliki kosa kata ganti untuk benda dan non benda , sehingga dipinjam kata ganti orang untuk manusia . Hal ini berbeda dengan Bibel . Dalam Bibel , jelas-jelas dikatakan bahwa Allah itu memang seorang laki-laki . [7] )
Dengan demikian penggunaan ” HE “ ( = ia laki-laki ) untuk Allah benar –benar sangat wajar , karena Bibel mengatakan Allah itu seorang laki-laki , bukan karena meminjam istilah atau hal yang lain. Fakta ayat Bibel yang mengungkap bahwa Allah adalah seorang laki-laki sesungguhnya membatalkan pernyataan dr. Suradi : ” Allah yang adalah ROH , tidak berjenis kelamin “ . Perlu pula diketahui bahwa penunjukan jenis kelamin dalam suatu kalimat dalam bahasa Arab Al Qur’an tidak harus benar-benar menunjukkan jenis kelamin secara fisik . Sebagai contoh kata “ ENGKAU “ dalam bahasa Arab dinyatakan dengan “ KUM “ ( - untuk lebih dari dua orang ) untuk jenis kelamin laki-laki dan “ KUNNA “ untuk jenis kelamin perempuan . Lalu kalau kita suatu saat mendatangi atau berpidato dihadapan para ibu ( - yang tentunya berjenis kelamin perempuan - ) maka kita tidak akan menggunakan ucapan : ASSALAMU’ALAIKUNNA gara-gara “ KUNNA “ dipakai untuk manusia berjenis kelamin perempuan. Kita tetap menggunakan ucapan : ASSALAMU-’ALAIKUM (- kata “ KUM “ dipakai untuk manusia berjenis kelamin laki-laki ). Diucapkan demikian , bukan karena saat itu tiba-tiba saja ibu-ibu yang hadir dalam pertemuan itu berubah alat kelamin menjadi laki-laki . Demikian penggunaan kata ganti dalam bahasa Arab . Memang orang-orang Kristen perlu belajar bahasa Arab Al Qur’an supaya pemahamannya tentang Islam bisa tepat sehingga tidak sembrono dalam mengomentari hal-hal Keislaman. Dengan penjelasan ini , jelaslah betapa kelirunya dr. Suradi ketika mempertanyakan penggunaan kata “ HUWA ” untuk Allah dalam Al Qur’an . Tetapi dapat dipahami , hal itu akibat dari ketidak-tahuan dr. Suradi . Dan ketidak-tahuan itu pulalah yang menyebabkan munculnya tuntutan dr. Suradi yang lucu : ” Apakah tidak diganti “ IT “ saja supaya lebih cocok dengan Allahnya Zainal Arifin itu “ ZAT “ , bukan ? ” .
Tampaknya pikiran dr. Suradi tidak jalan sehingga muncullah permintaannya yang lucu tersebut. Rupanya dr. Suradi ingin supaya misalnya kalimat : QUL HUWA ALLAHU AHAD diganti dengan : QUL “ IT “ ALLAHU AHAD ! Apakah begitu ? Kata bahasa Inggeris : IT , kok disuruh menyelusup dan main umpet-umpetan di tengah-tengah kata-kata berbahasa Arab , demi sekedar memuaskan hati dr.Suradi agar jangan menggunakan kata “ HUWA “ untuk Allah seperti yang diminta dr.Suradi ?. Jelas betapa kelirunya pertanyaan dr. Suradi tersebut .
Dari uraian yang telah disajikan begitu pula tanggapan atas sanggahan yang diajukan penganut Kristen , menunjukkan bahwa sebutan kata ganti orang ketiga tunggal untuk “ PENOLONG YANG LAIN “ , tidak bisa tidak harus diarahkan pada MANUSIA, bukan ROH KUDUS , salah Oknum Tuhan penyusun TRINITAS. Analisis ini menunjang analisis atas aspek-aspek yang telah dikemukakan terdahulu yang menegaskan bahwa PENOLONG YANG LAIN yang dinubuatkan Yesus itu adalah SEORANG LAKI-LAKI yang diangkat sebagai NABI/RASUL ALLAH , dalam hal ini : NABI MUHAMMAD SAW
PARACLETOS ITU ADALAH MUHAMMAD SAW
Analisis yang dilakukan berbagai aspek, menyimpulkan demikian :
1. Kata “ ROHKUDUS “ dalam ayat Yahya 14 : 26 , berdasarkan temuan arkeologi , hanyalah tambahan baru saja. Pada teks yang lebih awal hanya tertulis “ ROH “ saja tanpa ada kata “ KUDUS “. Jadi tidak ada dasar samasekali menghubungkan PARACLETOS ( PENO-LONG ) YANG LAIN itu dengan ROHKUDUS, Oknum Tuhan Yang Ketiga dalam konsep TRINITAS .
2. Berdasarkan berbagai ayat Bibel , ternyata kata “ ROH “ lebih dihubungkan dengan manusia. Misalnya ROH DAJJAL adalah manusia yang mengakui Yesus lebih dari sekadar manusia. Sedangkan ROH ALLAH adalah manusia yang mengakui Yesus adalah manusia murni .
3. Tinjauan atas aktivitas dari PARACLETOS ( PENOLONG) YANG LAIN bukanlah bentuk aktivitas dari ROHKUDUS melainkan bentuk aktivitas dari manusia .
4. Menurut syarat kehadiran PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN menunjukkan PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN itu bukan ROHKUDUS .
5. Dari sifat PARACLETOS (PENOLONG ) YANG LAIN itu tidak mempunyai kehendak sendiri menunjukkan PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN itu bukan ROH-KUDUS. Sebab berdasarkan penjelasan , ROHKUDUS itu adalah ALLAH itu sendiri yang beraktivitas memberi taufik dan hidayat , sehingga terlalu mustahil Allah tidak mempunyai
kehendak sendiri .
6. Ungkapan “ YANG LAIN “ dalam “ PENOLONG YANG LAIN “ dalam pernyataan Yesus , menegaskan bahwa PARACLETOS ( PENOLONG ) YANG LAIN itu adalah manusia yang hadir secara fisik , sama seperti Yesus .
Dengan demikian, PARACLETOS atau PENOLONG YANG LAIN yang dinubuatkan Yesus itu adalah seorang manusia berjenis kelamin laki-laki seperti halnya Yesus, yang hidupnya penuh dengan kesucian ( ROH YANG SUCI, ROH YANG KUDUS ) dan penuh dengan kebenaran ( ROH YANG BENAR, ROH KEBENARAN), bukan ROHKUDUS , Oknum Tuhan Yang Ketiga dalam KETUHANAN YANG MAHA TRINITAS, melainkan PARACLETOS ( PENO-LONG ) YANG LAIN tersebut adalah seorang Nabi /Rasul Allah yang akan datang sesudah masa Yesus Kristus , yang akan menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan kepada manusia, termasuk ajaran yang pernah disampaikan Yesus ( Yah. 14 : 26 ) , memberikan kesaksian yang benar tentang Yesus ( Yah.15 : 26 ; Yah. 16 : 13 ) dan memuliakan Yesus dengan menempatkan Yesus pada posisi yang wajar sebagai Nabi/Rasul Allah ( PENOLONG ) ( Yah. 16 : 14 ) . Hal inilah yang ditegaskan Yesus dalam pernyataannya dalam ayat Yahya 16:14 : “ ….Ia akan mengambil daripada hak aku, lalu mengabarkan kepadamu “. Pengambilan “ HAK “ yang disebutkan Yesus tersebut merupakan proses kesinambungan rantai kenabian dalam penyampaian risalah dari Allah SWT yang berakhir dengan datangnya NABI AKHIR ZAMAN. Kedatangan seorang nabi/Rasul Allah sesudah Yesus, sesungguhnya telah ditegaskan SECARA TIDAK LANGSUNG oleh Yesus sendiri sebagaimana tercantum dalam Matius 7 : 15 :
Jagalah dirimu daripada segala NABI PALSU yang datang kepadamu dengan menyerupai dirinya seperti domba , tetapi di dalam hati mereka itu seperti serigala buas
Mengapa kita mengabaikan peringatan dari Yesus ini ? Mari kita mencoba memahami peringatan Yesus ini. Secara implisit, sesungguhnya ayat Mat. 17 : 15 memberitahu kita bahwa Yesus menubuatkan kedatangan seorang NABI/ RASUL ALLAH , cuma Yesus meminta perhatian kita agar berjaga-jaga dari NABI PALSU. Itulah yang harus dipahami dari ayat Mat. 7 : 15 tersebut dan samasekali pernyataan Yesus dalam ayat Mat. 7 : 15 itu tidak dipahamkan sebagai penegasan bahwa setiap orang yang datang sesudah Yesus dan mengaku NABI adalah NABI PALSU. Mengapa kita harus memahaminya demikian ? Jelas karena Yesus tidak menyatakan bahwa setiap orang yang mengaku NABI sesudah beliau adalah NABI PALSU. Yesus sama sekali tidak pernah menyatakan bahwa sesudah beliau tidak akan ada lagi Nabi/Rasul Allah yang akan datang. Yesus cuma meminta agar berhati-hati dengan SEGALA NABI PALSU yang berarti tidak menafikan kehadiran NABI YANG TIDAK PALSU atau kehadiran NABI YANG BENAR yang akan datang sesudah beliau ( Yesus Kristus, Nabi Isa Al Masih as ).
Penegasan lain yang mengarah kepada kehadiran seorang Nabi/Rasul Allah sesudah Yesus, dapat disimak dari pernyataan Yesus sendiri dalam ayat Matius 21 : 43 sebagai berikut :
Sebab itu Aku berkata kepadamu bahwa KERAJAAN ALLAH akan DIAMBIL DARI PADAMU dan akan DIBERIKAN KEPADA BANGSA YANG MENERBITKAN BUAHNYA
Tidak diragukan lagi , makna ayat Mat. 21 : 43 tersebut adalah “ KENABIAN “ akan diambil dari Bani Israel dan akan diberikan kepada bangsa yang akan menghasilkan “ buah “ yaitu ummat yang beriman tauhid mutlak kepada Allah setelah penyampaian risalah kebenaran. Isyarat tentang hal ini , dapat disimak dari pernyataan lain dalam Bibel yaitu Yesaya 28 : 11 :
Maka sebab itu Ia pun akan berfirman kepada bangsa ini dengan LIDAH YANG AJAIB dan DENGAN BAHASA YANG LAIN .
Untuk diketahui , Allah berfirman kepada umat manusia melalui seorang Nabi/Rasul Allah . Allah “ berkomunikasi “ dengan Bani Israel selalu melalui Nabi-Nabi dengan bahasa Ibrani atau Arama sesuai dengan bahasa yang digunakan kaum Yahudi pada masing-masing zamannya. Oleh karena itu , kalimat “ Ia pun akan berfirman kepada bangsa ini “ tentu maksudnya “ Allah berbicara dan berkomunikasi kepada bani Israel/Kaum Yahudi “ melalui seorang Nabi/Rasul Allah. Menurut kalimat ayat di atas , media komunikasi antara Allah dengan Bani Israel/Kaum Yahudi ini adalah “ DENGAN LIDAH YANG AJAIB “ dan “ DENGAN BAHASA YANG LAIN “. Berarti , Nabi/Rasul Allah yang akan menyampaikan “ firman Allah “ kepada Bani Israel/Kaum Yahudi itu, tidak dengan bahasa kaum Yahudi ( bahasa Ibrani dan bahasa Aramia ) , tetapi dengan bahasa yang lain karena memang Nabi/Rasul Allah itu tidak bisa berbahasa Ibrani ataupun berbahasa Aramia. Tegasnya , Nabi/Rasul Allah itu bukan dari kalangan Bani Israel/Kaum Yahudi , tetapi dari bangsa lain dengan bahasa yang dijadikan media komunikasi dalam menyampaikan firman Allah tersebut yang tertuang dalam susunan kalimat yang sangat indah dan menakjubkan , sehingga dikatakan “ DENGAN LIDAH YANG AJAIB “ .
Pernyataan ayat Bibel - Matius 21 : 43 dan Yesaya 28 : 11 - menyimpulkan bahwa sesudah Yesus pasti datang SEORANG NABI YANG BENAR ( ROH KEBENARAN ) DAN YANG SUCI ( ROH YANG KUDUS ) , yang bukan berasal dari kalangan Yahudi dan tidak berbahasa Yahudi (Ibrani dan Aramia ). Kalau demikian , siapakah Nabi/Rasul Allah yang dimaksud ? Jawabannya tidak lain : NABI MUHAMMAD SAW ! Beliau bukan berasal dari kalangan Bani Israel/Kaum Yahudi tetapi dari bangsa Arab. Beliau tidak pernah berbahasa Ibrani/berbahasa Aramia melainkan ber -“ BAHASA LAIN “ yaitu BAHASA ARAB . Dengan bahasa Arab inilah, Nabi Muhammad SAW menyampaikan risalah dari Tuhannya kepada bani Israel/Kaum Yahudi, tidak menggunakan bahasa Ibrani ataupun bahasa Aramia. Dan wahyu Allah yang diterima , beliau sampaikan kepada masyarakat kaumnya dan tertutur dalam kalimat yang sangat indah dan menakjubkan . Mungkin sejumlah bantahan ditampilkan oleh-oleh orang Kristen :
· Mengapa harus Muhammad ?
· Jika benar PENOLONG YANG LAIN ( PARACLETOS ) itu bukan ROHKUDUS ( Oknum Tuhan Yang Ketiga dalam konsep Trinitas ) tapi seorang manusia yang datang sesudah masa Yesus lalu bagaimana dengan fakta adanya sejumlah orang yang mengaku diri sebagai Nabi yang muncul sesudah Yesus ? Bukankah itu berarti ada begitu banyak PENOLONG, padahal Yesus hanya menubuatkan seorang PENOLONG saja ? Ini merupakan dalil logika bahwa PENOLONG itu adalah ROHKUDUS karena ROHKUDUS hanya ada satu pribadi .
Jika ada sanggahan/bantahan semacam ini, perlu ditegaskan : seberapa banyak orang yang mengaku diri sebagai NABI/RASUL ALLAH sesudah Yesus, tidak berarti mengharuskan kita untuk mengakui semuanya sebagai NABI/RASUL ALLAH. Menjadi kewajiban bagi kita untuk meneliti kebenaran pengakuan kenabian tersebut . Bukankah Yesus hanya menubuatkan seorang PENOLONG saja dan tidak menubuatkan BANYAK PENOLONG ? Ini berarti, dari sekian banyak yang mengaku diri sebagai NABI itu, pasti HANYA SATU yang benar-benar NABI/ RASUL ALLAH, dan dia itulah PENOLONG YANG LAIN yang dinubuatkan Yesus dalam Injil Yahya. Bahkan Yesus sendiri, telah memberikan penegasan dan peringatan dalam Matius 7: 15 :
Jagalah dirimu daripada segala NABI PALSU yang datang kepadamu dengan menyerupai dirinya seperti domba , tetapi di dalam hati mereka itu seperti serigala buas .
Jangan abaikan peringatan ini. Dari sejumlah mereka yang datang sesudah Yesus dan mengaku diri NABI/ RASUL ALLAH , ternyata hanya seorang saja yang benar-benar terbukti kebenaran-nya sebagai NABI/RASUL ALLAH , yaitu NABI MUHAMMAD SAW. Dengan kata lain , PENOLONG YANG LAIN yang dinubuatkan Yesus sebagaimana tercantum dalam Injil Yahya , dipenuhi dengan sempurna oleh NABI MUHAMMAD SAW. Tidak perlu dan tidak harus dipenuhi oleh orang lain yang juga bernama “ MUHAMMAD “ karena sekalipun mereka bernama “ MUHAMMAD “ tetapi mereka bukanlah MUHAMMAD yang ditetapkan Allah SWT sebagai NABI/RASUL AKHIR ZAMAN. Dan memang tidak pernah tercatat dalam sejarah ada orang yang bernama Muhammad selain Nabi Muhammad SAW yang mengaku diri sebagai nabi/Rasul Allah .
[1] ). Dikutip DR.Abdul Hamid Qadri dalam buku “ Dimension of Christianity “ – edisi bahasa Indonesia oleh Masyhur Abadi dan Lis Amalia R dengan judul “ Dimensi Keimanan Kristen “ .
[2] ) Ayat Markus 16 :15 ini berisi perintah Yesus kepada para murid untuk pergi KE SELURUH DUNIA dan mengajarkan Injil KEPADA SELURUH MAKHLUK dan oleh pihak Kristen dijadikan dalil bahwa Yesus diutus untuk seluruh ummat manusia di dunia . Telah diakui para ahli Bibel dari kalangan Kristen sendiri bahwa ayat Markus 16 itu adalah PALSU . Dr.A.K.de Groot dalam bukunya “ PENGAJARAN AGAMA Masehi “ hal.36 menegaskan : “ Penutup Injil Markus fasal 16 : 9 – 20 oleh orang yang berilmu sudah diputuskan asalnya dari abad kedua , karena dalam kitab yang tertua sekali , selamanya kitab Markus , tiada mendapat beberapa ayat atau cerita itu “. K.Riedel dalam bukunya “ Tafsiran Injil Markus “ halaman 198 , menulis : “ Menurut keterangan dari sekalian ahli Perjanjian Baru, ayat 9 –20 ditambahkan orang di dalam abad kedua “ . Pakar lainnya dari golongan Katolik , Karel A. Steenbrink berkata : ” ……ayat-ayat ini tidak diketemukan dalam naskah tertua dan oleh para ahli diakui sebagai suatu kompilasi dari cerita yang dimuat dalam Injil yang lain untuk mengadakan harmonisasi antara Markus dan Injil yang lain “ . Dr. Maurice Bucaille dalam bukunya ” Bibel , Qur’an Dan Sains Modern “ ( terjemahan bhs. Indonesia oleh Prof.Dr. H.M.Rosyidi ) berkata : “ Seluruh Injil Markus dianggap kanon ( canon ) secara resmi . Akan tetapi kita ingat bahwa akhir Injil Markus 16 : 9 –20 dianggap oleh ahli-ahli modern sebagai karya yang ditambahkan. Terjemahan Ekumenik tegas dalam hal ini . Bagian terakhir tersebut tidak dimuat dalam dua manuskrip kuno Injil yang komplit yaitu Kodex Vatikanus dan Kodex Sinaitikus dari abad IV “ . Kristolog Muslim, Ahmad Deedat dalam tulisannya yang berjudul ”APAKAH INJIL FIRMAN TUHAN ” ( baca bukunya yang berjudul ” THE CHOICE ” ) mengungkapkan masalah ayat Mark . 16 ini . Bibel versi RSV ( Revised Standar Version ) tidak lagi memasukkan ayat Mark . 16 : 9 – 20 sebagai bagian dari ayat Injil Markus melainkan ditempatkan hanya sebagai CATATAN KAKI ( foot note ) saja . Ahmad Deedat berkata : ‘ Para pendakwah dibuat bersorak dan menangis . Dengan didukung dua komite golongan dari 50 golongan , mereka memaksa penerbit menggabungkan penambahan ke dalam FIRMAN TUHAN yang telah ” diinspirasikan ”. Didalam setiap terbitan RSV tahun 1952 , bagian yang telah dihilangkan ” diperbaiki ” sesuai dengan teks ‘ . Maksud Ahmad Deedat , ayat Mark . 16 : 9 – 20 kembali dicantumkan sebagai bagian dari Injil Markus akibat desakan dari 50 golongan Kristen yang didukung oleh dua komite, padahal tadinya sudah dibuang. Beberapa Bibel berbahasa Inggeris memberikan ” respon “ atas ayat Mark . 16 : 9 – 20 . Seperti GOOD NEWS BIBLE , tetap mencantumkan utuh sampai dengan ayat Mark . 16 : 9 – 20 . Tetapi memberikan catatan kaki : ” Some manuscripts and ancient translation don not have this ending to the Gospel ( verses 9 – 20 ) ”( Beberapa manuskrip dan terjemahan tertua tidak mempunyai penutup yang demikian pada Injil ini ( ayat 9 –20 ) ) . Begitu pula THE JERUSALEM BIBLE – NEW TESTAMENT juga tetap mencantumkan utuh sampai dengan ayat Mark . 16 : 9 – 20 , namun memberikan catatan kaki : ‘ Many MSS omit vv. 9 – 20 and this ending to the gospel may not have been written by Mark , though it is old enough ‘. Sedangkan THE FOUR GOSPEL menuliskan ayat Mark. 16 : 9 – 20 DALAM TANDA KURUNG tanpa catatan kaki . Mengapa harus DALAM TANDA KURUNG jika tidak ada masalah ? Dan GOOD NEWS FOR MODERN MAN memberi batas antara ayat Mark . 16 : 8 dan ayat Mark . 16 : 9 – 20 dengan kata-kata : AN OLD ENDING TO THE GOSPEL , yang berarti teks tertua hanya sampai pada ayat Mark . 16 : 8 . Dan juga meng-informasikan bahwa teks tertua lainnya ternyata berakhir sampai pada ayat Mark 16 : 10 , di mana bunyi ayat Mark 16 : 9 –10 ini BERBEDA SAMA SEKALI DAN BUKAN ayat Mark 16 : 9 –10 yang biasa ditemui dan dibaca dalam Bibel /Alkitab sekarang ini . Hal ini dapat pula dibaca dalam New Testament in Contemporary English yang menuliskan kata-kata : ‘ ANOTHER OLD ENDING TO MARK’S GOSPEL ‘ dengan menyajikan ayat Mark 16: 9 -10 yang lain tersebut dan memberikan catatan kaki : ‘ ANOTHER OLD ENDING TO MARK’S GOSPEL : Some manuscripts and early translations have both this shorter ending and the longer one ( verses 9 –20 ) ‘( Beberapa manuskrip dan terjemahan-terjemahan awal mempunyai kedua versi ini yaitu versi yang akhirnya lebih pendek dan yang lainnya lebih panjang ( ayat-ayat 9 -20 ) ). Selanjutnya THE EMPHATIC DIAGLOTT yang mengandung teks berbahasa Yunani , mulai dari ayat 9 diberi TANDA KURUNG , kemudian diberi CATATAN KAKI : ” From this verse to the end of chapter is wanting in the Vat. MS , and in many others ancient copies. Grisbach marks the whole passage of very doubtful authenticity, but retains it in the text . Tischendorf rejects the whole clause . But judging from the evide-nce with regard to this passage , it is probably an authentic fragment , placed as completion of the Gospel in very early times ; and therefore coming to us with strong claims on our rejection and reverence ”. ” Kitab Suci Perjanjian Baru ” yang diterbitkan DITJEN BIMAS KATOLIK Dep.AGAMA RI ketika menyinggung ayat Mark. 16 : 8 telah memberikan catatan kaki yang berat hati dan malu-malu dengan kalimat yang kabur : ” Bagian ayat ini hanya terdapat dalam beberapa naskah ( kadang-kadang sebagai kata penutup Injil ). Agaknya baru dalam abad ke-2 Mas. ditambah pada Injil MRK ” . Kekaburan catatan kaki ini , terlihat dari kalimat ” Agaknya baru dalam abad ke-2 Mas. ditambah pada Injil MRK ”. Menjadi pertanyaan, yang ”Agaknya baru dalam abad ke-2 Mas. ditambah pada Injil MRK ” itu apakah ayat Mark. 16 : 8 ataukah ayat Mark. 16 : 9 –20 ? Harusnya : ayat Mark. 16 : 9 –20 . Tetapi mengapa catatan kaki tersebut dikenakan pada ayat Mark. 16 : 8 , yang dikatakan : ” kadang-kadang sebagai kata penutup Injil ” dan tidak tegas dikatakan saja : ” sebagai kata penutup Injil ” tapi masih ada embel-embel ” kadang-kadang “ ?. Tetapi terlepas dari catatan kaki yang berat hati ini , rupanya pihak Katolik pun mengakui bahwa naskah-naskah tertua penutup Injil Markus adalah ayat Mark. 16 : 8 .
[3] ). Buku Prof. David Benyamin Keldani ( Abdul Ahad Dawud) ini dalam edisi terjemahan bhs. Indonesia ada dua yaitu : ” Muhammad Dalam Bibel ” penerbit Istifad Jakarta dan ” Menguak Misteri Muhammad saw ” , penerbit Sahara , Jatiwaringin .
[4] ). Dalam ayat 1 Yahya 4 : 3 ini , dikatakan bahwa ROH SI DAJJAL itu adalah orang yang “ tiada mengaku Yesus itu “ . Tidak dikatakan : “ tiada mengaku Yesus itu manusia “ . Dengan demikian pernyataan “ tiada mengaku Yesus itu “ mempunyai makna yang bisa dikembangkan misalnya “ tiada mengaku Yesus itu Tuhan “ dan atau “ tiada mengaku Yesus itu Anak Allah “ dan sebagainya sehingga bisa saja diartikan siapa saja yang tidak mengaku Yesus itu Tuhan atau tidak mengaku Yesus itu Anak Allah adalah ROH SI DAJJAL . Supaya tidak muncul apologi dan pernyataan pokrol semacam itu , sebaiknya kita simak ayat 1 Yahya 4 : 3 tersebut yang dikutip dari Holy Bible sebagai berikut : “ Every Spirit that confesseth not that Jesus Christ is come in the flesh is not of God ; and this is that spirit of antichrist ….. . “. Dalam kutipan di atas tercantum anak kalimat “ …is come in the flesh ... “ ( “ …. Yang datang dalam daging …“ ) yang dapat dimaknakan dengan “ ....datang sebagai manusia …“ . Dan potongan kalimat ini tidak tercantum dalam ayat 1 Yahya 4 : 3 versi Alkitab LAI 1968 yang dikutipkan sebelumnya di atas . Mengapa bisa demikian , biarlah penganut agama Kristen sendiri yang menjelaskannya dengan bermacam apologi yang bisa dikemukakan oleh mereka. Dengan demikian, ungkapan “….tiada mengaku Yesus itu ….. “ versi Alkitab LAI 1968 bermakna “….tiada mengaku Yesus sebagai manusia itu …. “ . Dan memang secara bahasa haruslah dimaknakan demikian karena ayat 1 Yahya 4 : 3 ini berangkai dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 1Yahya 4 : 2 yang menegaskan masalah pengakuan terhadap Yesus sebagai “ MANUSIA“, yang berarti pengakuan terhadap Yesus dalam ayat 1 Yahya 4 : 3 harus dikaitkan dengan fakta keberadaannya sebagai MANUSIA. Oleh karena itu tidak ada dasar samasekali untuk memberi makna “….tiada mengaku Yesus itu …“ di luar pengakuan terhadap Yesus sebagai MANUSIA seperti “….tiada mengaku Yesus itu Tuhan “ ; “….tiada mengaku Yesus itu Anak Allah “ !
[5] ) Istilah “ ROH KUDUS “ dalam konsepsi Trinitas yang menjadi dogma Kristen hendaknya dibedakan dengan “ ROH KUDUS “ dalam konsep Islam . Telah kita ketahui, dalam konsep Trinitas , Roh Kudus merupakan salah satu Oknum Tuhan. Sedangkan dalam konsep Islam RUHUL KUDUS yang disebut juga dengan RUHUL-AMIN yaitu malaikat Jibril , penyampai wahyu Allah kepada para Nabi/Rasul Allah.
[6] ). Jika dikatakan “ Penolong Yang Lain “ ini adalah Roh Kudus , salah Oknum Tuhan dalam konsep Trinitas, berarti Roh Kudus yang diakui Tuhan itu tidak mempunyai kehendak sendiri . Hal ini cukup menarik . Pendeta Budi Asali – entah dari Gereja mana – dalam bukunya : ” Menyangkal Saksi Yehovah ” ( hal . 84 ) justru menegaskan bahwa Roh Kudus memeiliki KEHENDAK dengan mengangkat ayat 1 Korintus 12 : 11 . Mana yang benar ?
[7] ). Dalam Bibel pada ayat Kejad. 32 : 25–28 diceritakan bagaimana Yakub bergulat dengan ” seseorang ” sampai subuh . Rupanya Yakub mampu mengalahkan ” orang itu ” yang kemudian meminta supaya Yakub melepaskannya karena waktu fajar mulai tiba . Tetapi Yakub tidak mau melepaskan sebelum ” orang itu ” memberkatinya ( Kejad. 32 : 26 ). Rupanya ” orang itu ” itu tidak mengenal Yakub , lawan gulatnya dan bertanya kepada Yakub : “ Siapa namamu ? “ yang tentu saja dijawab oleh Yakub : “ Yakub ! “. Maka ” orang itu ” itupun memberi nama ” Israel “ kepada Yakub karena mampu mengalahkan Allah ( Kejad. 32 : 28 ). Sebenarnya Yakub menanyakan pula nama ” orang itu ” tetapi hanya mendapatkan jawaban : “ Mengapa engkau bertanyakan namaku ? ” lalu memberkati Yakub ( Kejad. 32 : 29 ). Oleh Yakub , tempat dia bergulat dengan ” orang itu ” diberi nama PENIEL ,yang maksudnya : ” Sudah kulihat Allah muka dengan muka “ ( Kejad. 32 : 30 ). Setelah mengikuti jalan cerita di atas , kita bertanya kepada penganut Kristen : ” Siapakah lawan gulat Yakub di pagi subuh berdasarkan jalan cerita tersebut ? ” . Pasti penganut Kristen men-jawabnya : “ Allah ! “. Mengingkarinya berarti menolak ayat Bibel yang mereka akui sebagi firman Allah . Mari kita kembalikan jawaban ini kepada ayat Kejad. 32 : 24 sebagai awal pertemuan Yakub dengan Allah , yang berbunyi : “ .... tinggallah Yakub seorang-orangnya , maka adalah seorang laki-laki bergumul dengan dia sampai terbit fajar “ . Ini berarti Allah sebagai lawan gulat Yakub ternyata adalah seorang laki-laki , yang tentu berjenis kelamin laki-laki !
2 komentar:
mudah untuk menguji sebuah agama, salah satunya adalah konsep ketuhanannya wajib benar tidak membingungkan dan merusak logika. Umat nasrani harus belajar kembali logika dan matematika
Menurut kristen yg punya logika jeblug
Yesus 100%manusia seratus persen tuhan..?
Bukankah
100%+100%=200%?
1+1=2?
atau
sekarusnya 50%+50%=100% (berarti yesus 50% tuhan 50% manusia?)
kesimpulan:
PERNYATAN YESUS 100% TUHAN 100% MANUSIA ADALAH LOGIKA JEBLUG
Posting Komentar