Sabtu, 09 Juli 2022

AYAT-AYAT ALKITAB/BIBEL YANG BERTENTANGAN HANYA NAMPAKNYA SAJA BERTENTANG ( 5)

12. Yesus menyembuhkan satu orang buta ( Mrk. 10 : 46 - 52, Luk 18 : 35,38 ) atau dua orang buta ( Mat 20 : 30 ) ? Ayat-ayat Alkitab/Bibel yang dikemukakan pengasuh Katolisitas dikutip berikut menurut versi Alkitab LAI 1968 -1971 : a. Penyembuhan satu orang buta menurut : Markus 10 : 46 – 52 : ….. Apabila Yesus KELUAR DARI YERIKHO dengan murid-muridnya dan amat banyak orang sertanya, adalah ANAK TIMEUS bernama BARTIMEUS YANG BUTA, duduk di tepi jalan, meminta sedekah. ( 46 ) Setelah didengarnya bahwa itulah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru-seru, kata-nya : “ Ya Yesus, anak Daud, kasihankanlah hamba “. (47) Maka banyak orang menengking dia, menyuruh diam tetapi makin sangat ia berseru : “ Ya Anak Daud, kasihankanlah hamba ini “. (48) Maka berdirilah Yesus serta berkata : “ Panggilah dia “. Lalu mereka itupun memanggil orang buta itu, katanya : “ Pertetapkanlah hatimu, bangunlah, ia memanggil engkau “.(49) Maka ditinggalkannya selimutnya, lalu bangkit berdiri serta datang kepada Yesus.(50) Maka sahut Yesus serta berkata kepadanya : “ Apakah engkau suka yang aku ini akan perbuat bagimu ? “.Maka kata orang buta itu kepadanya : “ Ya Guru, mohonkanlah hamba dapat melihat “. (51) Maka kata Yesus kepadanya : “ Pergilah engkau, imammu sudah memulihkan engkau “. Seketika itu juga ia menerima penglihatannya, lalu mengikut Yesus sepanjang jalan. (52) Lukas 18 : 35,38 ( dikutip juga ayat 36 dan 37 sampai ayat 43 ) Tatkala ia DATANG DEKAT YERIKHO, adalah seorang buta duduk di tepi jalan meminta sedekah. ( 35) Serta didengarnya orang banyak lalu, maka ia pun bertanya : “ Apakah ini ? “. ( 36 ) Maka jawab orang kepadanya bahwa Yesus orang Nazaret lalu. ( 37) Maka berseru-serulah ia, katanya : “ Ya Yesus Anak Daud, kasihankanlah hamba “.(38) Maka orang yang berjalan dahulu itu menengking dia menyuruh diam, tetapi makin kuat ia berseru : “ Ya Anak Daud, kasihankanlah hamba “. (39) Maka berdirilah Yesus serta menyuruh orang membawa dia kepadanya. Setelah ia datang dekat lalu Yesus menanya dia. (40) “ Apakah yang engkau suka aku perbuat padamu ? “. Maka ia pun berkata : “ Ya Tuhan, mohonkanlah hamba dapat melihat “. (41) Maka kaya Yesus kepadanya : “ Melihatlah pula engkau ! Imam-mu sudah memulihkan engkau “. (42) Seketika itu juga, nampak pula ia lalu mengikut dia sambil memuliakan Allah. Maka segenap kaum yang melihat hal itu pun memuji-muji Allah. (43). b. Penyembuhan dua orang buta menurut Matius 20 : 30 ( dikutip dari ayat 29 sampai ayat 34 ). Apabila mereka itu BERJALAN KE LUAR DARI NEGERI YERIKHO maka amatlah banyak orang mengikut dia. (29) Maka adalah DUA ORANG BUTA duduk di tepi jalan serta didengarnya bahwa Yesus ada lalu, berseru-serulah keduanya, katanya : “ Ya Tuhan, ya ANAK DAUD, kasihankan-lah kami “. (30) Maka orang banyak itu menengking MEREKA itu menyuruh diam tetapi makin kuat KEDUANYA berseru, katanya : “ Ya Tuhan, ya ANAK DAUD, kasihanlah kami “. (31) Maka berdirilah Yesus serta memanggil KEDUANYA itu lalu berkata : “ Apakah yang kamu suka aku perbuat padamu ? “.(32 ) Maka kata MEREKA itu kepadanya : “ Ya Tuhan, mohonlah mata kami dicelikkan “. (33) Maka kasihanlah Yesus akan MEREKA itu, lalu menjamah matanya; maka seketika itu juga nampak pula MEREKA itu lalu mengikut dia .(34) Demikian versi-versi Matius- Markus dan Lukas tentang penyembuhan orang buta, yang sebenarnya ketiga versi menyajikan sejumlah perbedaan yaitu : - Menurut Matius 20 : 29 dan Markus 10 : 46 ,Yesus menyembuhkan orang buta KETIKA KELUAR MENINGGALKAN YERIKHO sedangkan menurut Lukas 18 : 35, Yesus menyembuhkan orang buta KETIKA DATANG DEKAT KE YERIKHO. - Ketika Bartimeus yang buta mendekati Yesus setelah berseru-seru kepada Yesus agar mengasihaninya dan disambut oleh Yesus, menurut Markus 10: 50, si buta Bartimeus dengan segera : “ ditinggalkannya selimutnya, lalu bangkit berdiri serta datang kepada Yesus “. Gambaran yang diberikan seakan- akan Bartimeus yang buta datang sendiri seperti orang yang tidak buta. Sama seperti yang digambarkan oleh versi Matius 20 : 32 : “ berdirilah Yesus serta memanggil KEDUANYA … “ yang berarti datang sendiri seakan-akan bukan orang buta. Menurut Lukas 18 : 40 , Yesus : “ … menyuruh orang membawa dia kepadanya “ . Gambaran yang diberi-kan yaitu orang buta itu benar-benar buta. Pengasuh Katolisitas hanya menfokus pada perbedaan jumlah orang buta antar versi Markus-Lukas yang menyebut “ SATU ORANG BUTA “ dengan versi Matius yang menyebut “ DUA ORANG BUTA “. Aspek perbedaan lain antar ketiga versi diabaikan. Pengasuh Katolisitas berupaya mempertahankan tidak adanya perbedaan antar versi Markus-Lukas dengan versi Matius mengenai JUMLAH ORANG BUTA yang disembuh-kan Yesus dengan menyajikan argumentasi alasan berikut : Kita lihat di sini bahwa Injil yang menyebutkan “ seorang ” yang disembuhkan, tidak mengatakan bahwa “ hanya satu orang/seorang saja ” yang disembuhkan ataupun “ hanya ia sendirian saja ” yang disembuhkan. Pernyataan yang bersilat lidah tanpa nalar logika yang benar. Gambaran kisah Markus 10 : 46 : “ …adalah ANAK TIMEUS bernama BARTIMEUS YANG BUTA, duduk di tepi jalan, meminta sedekah “ dan Lukas 18 : 35 : “ …. adalah seorang buta duduk di tepi jalan meminta sedekah “ hanya berkisah tentang SATU ORANG BUTA bukan DUA ORANG BUTA. Bila pernyataan apologi pengasuh Katolisitas ini benar, yaitu kata “ se-orang “ yang buta dan disembuhkan oleh Yesus bukan “ hanya satu orang/seorang saja “ atau “ hanya ia sendirian saja ” yang disembuhkan, siapa lagi orang buta yang disembuhkan Yesus selain ANAK TIMEUS bernama BARTIMEUS yang buta ( versi Markus 10 : 46 ) atau “ seorang buta “ ( versi Lukas 18 : 35 ) ? . Bagaimana penjelasan pengasuh Katolisitas dengan kisah yang diceritakan terkait dengan penyebutan “ ANAK TIMEUS bernama BARTIMEUS yang buta “ (versi Markus 10 : 46) sebagai penun-jukan diri identitas “ seorang buta “ ( versi Lukas 18 : 35 ) ?. Jadi kata “ seorang “ terkait dengan “ ANAK TIMEUS bernama BARTIMEUS yang buta “. Jangan kata “ seorang “ dipertentangkan dengan “ bukan hanya satu orang/seorang saja “ gara-gara ada awalan “ se “ yang berarti “ satu “ pada kata “ orang “ padahal awalan “ se “ tidak harus selalu diartikan dengan “ satu “. Sebagai contoh, kata “ sebagaimana “ apakah diartikan “ satu bagaimana “ dan kata “ sesungguhnya “ apakah diartikan : “ satu sungguhnya “ ?. Belajarlah tata bahasa Indonesia supaya tidak salah kaprah seperti itu. Kalau dikatakan “ seorang yang buta “ berarti yang buta itu adalah manusia, bukan binatang. Kalau dikatakan “ seekor monyet “ berarti monyet adalah binatang, bukan manusia. Oleh karena itu, tidak ada hubungan kata “ seorang “ yang dipahami dengan “ hanya satu orang/seorang saja ” yang disembuhkan ataupun “ hanya ia sendirian saja ” menurut nalar logika keliru pengasuh Katolisitas. Pengasuh Katolisitas menyajikan lawakan dengan pernyataan berikut : Sebab hanya jika Lukas mengatakan demikian, pernyataannya bertentangan dengan kedua penulis Injil yang lain. Namun yang ditulis Lukas adalah kurang lebih demikian : ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan, lalu Yesus lewat dan ia mohon disembuhkan, dan Yesus menyembuhkan dia. Maka, penulisan ini tidak bertentangan dengan tulisan kedua Injil lainnya yang menyatakan bahwa yang disembuhkan ada dua orang buta. Pernyataan pengasuh Katolisitas yang dikutip, jelas keliru. Pengasuh Katolisitas menga-takan, perbedaan yang terjadi adalah antara Matius – Markus dengan Lukas (“ jika Lukas mengatakan demikian, pernyata-annya bertentangan dengan kedua penulis Injil yang lain “ ) padahal yang benar adalah perbedaan antara “ Markus – Lukas “ dengan “ Matius “. Keanehan terlihat pada pernyataan pengasuh Katolisitas : “ … yang ditulis Lukas adalah kurang lebih demikian : ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan, lalu Yesus lewat dan ia mohon disembuhkan, dan Yesus menyembuhkan dia. Maka, penu-lisan ini tidak bertentangan dengan tulisan kedua Injil lainnya yang menyatakan bahwa yang disembuhkan ada dua orang buta “. Yang menyebut “ dua orang buta “ hanya Injil Matius sedangkan Markus dan Lukas menyebut “ seorang yang buta “. Sangat tidak benar pengasuh Katolisitas mengatakan “ penulisan ini “ - yang maksudnya penulisan versi Lukas - : “ tidak bertentangan dengan tulisan kedua Injil lainnya yang menyatakan bahwa yang disembuhkan ada dua orang buta “. Kekeliruan ini direvisi karena pernya-taan pengasuh Katolisitas berikutnya kembali mendudukkan yang sebenarnya antara “ Markus – Lukas “ de-ngan “Matius “ ( “ Lukas ataupun Markus menyebutkan satu di antara kedua orang itu “). Revisi yang tidak bermanfaat sama sekali karena pernyataan yang dikemukakan tetap tidak mampu membatalkan pertentangan Markus- Lukas dengan Matius apalagi diimbuhi kekeliruan dan kejanggalan sebagaimana yang telah ditunjukkan. Begitu pula de-ngan meletakkan di bawah payung: “ dapat terjadi “ dan “kemungkinan “ dengan berkata : Sebab dapat terjadi bahwa yang disembuhkan ada dua orang, hanya saja Lukas ataupun Markus menyebutkan satu di antara kedua orang itu, kemungkinan karena telah mengenal/ bertemu dengan orang itu, sehingga menyebutnya secara khusus. Markus bahkan menyebutkan namanya, yaitu Bartimeus. Satu pernyataan penjelasan yang pontang-panting. Menjelaskan “ kebenaran kitab suci “ tidak bisa dengan bermain akrobat kata-kata : “ dapat terjadi “ dan “ kemung-kinan “. Ketika pengasuh Katolisitas berkata : “ dapat terjadi “ lalu apa sebenarnya yang terjadi ?. Tentu yang dimaksud oleh pengasuh Katolisitas, “ yang terjadi “ adalah yang disembuhkan Yesus : “ dua orang buta “ menurut versi Matius, bukan “ satu orang buta “ versi Markus – Lukas. Apa alasannya ?. Walaupun di bawah payung “ kemung-kinan “, pengasuh Katolisitas menjelaskan: “ hanya saja Lukas atau pun Markus menye-butkan satu di antara kedua orang itu, kemungkinan karena telah mengenal/bertemu dengan orang itu, sehingga menyebutnya secara khusus. Markus bahkan menyebutkan namanya, yaitu Bartimeus “. Apakah karena Markus dan Lukas “ telah mengenal/bertemu “ dengan salah seorang dari “ dua orang buta “ itu, sehingga cukup menyebutnya dengan “ satu orang buta “ dan tidak perlu menyebut “ dua orang buta “ ?. Apakah demi-kian ?. Jelas ini merupakan kebohongan akibat semangat yang menggebu-gebu dalam upaya mempertahankan tidak ada pertentangan antar ayat-ayat Alkitab/Bibel dengan mendasarkan pada “ kemungkinan “ padahal ayat-ayat Alkitab/Bibel tersebut SANGAT JELAS BERTENTANGAN. Mana petunjuk ayat dalam Injil Lukas yang mengatakan, Lukas mengenal salah seorang dari “ dua orang buta “ tersebut ?. Tidak ada secuilpun kata yang bisa dijadikan dasar bagi pernyataan seperti itu. Atas dasar apa sehingga pengasuh Katolisitas mengatakan : “ … Lukas atau pun Markus menyebutkan satu di antara kedua orang itu ……“ ?. Begitu pula ketika dikaitkan dengan Markus bagi pernyataan “ telah mengenal/bertemu “ dengan salah seorang dari “ dua orang buta “ yang menyebut nama “ BARTIMEUS “ yang buta, apakah Markus menyaksikan sendiri peristiwa penyembuhan orang buta oleh Yesus tersebut ?. Menyimak pernyataan : “ Markus bahkan menyebutkan namanya, yaitu Bartimeus “ berarti pengasuh Katolisitas memiliki pemahaman, Markus pengarang Injil Markus menyaksikan sendiri peristiwa penyembuhan orang buta oleh Yesus. Satu KEBOHONGAN LUAR BIASA YANG SANGAT NYATA ditunjukkan pengasuh Katolisi-tas karena Markus BUKAN SAKSI MATA PERISTIWA PENYEMBUHAN ORANG BUTA OLEH YESUS. Para pakar Alkitab/Bibel mengungkapkan, Injil Markus BUKAN DIKA-RANG OLEH MARKUS melainkan dikarang oleh orang tidak dikenal dan menurut pen-dapat beberapa pakar Alkitab/Bibel, Injil Markus dikarang puluhan tahun sesudah pergi-nya ( menghulangnya ) Yesus. Di sinilah diketahui, pengarang Injil Markus dikarang oleh seseorang yang tidak dikenal sehingga atas dasar apa pengasuh Katolisitas menyakini : “ Markus bahkan menyebutkan namanya yaitu Bartimeus “ padahal BUKAN SAKSI MATA PERISTIWA tersebut ?. Sangat jelas, penyebutan nama orang buta: “ Bartimeus “ hanya pengisahan kembali oleh pengarang Injil Markus yang tidak dikenal, BUKAN KARENA PENGARANG INJIL MARKUS YANG TIDAK DIKENAL ITU, MENGENAL NAMA “ BARTIMEUS “ sebagai salah seorang dari “ DUA ORANG BUTA “ versi Matius. Jelaslah tidak ada ruang untuk mengatakan, Markus 10 : 46–52 dan Lukas 18 : 35,38 tidak bertentangan dengan Matius 20 : 30 bahkan sangat jelas kedua kelompok versi justru SANGAT BERTENTANGAN. Pada tema bahasan nomor 11 tentang perbedaan orang yang dirasuk setan, apakah satu orang ( versi Markus 5 : 2 - Lukas 8 : 27 ) ataukah dua orang ( versi Matius 8 : 28 ), pengasuh Katolisitas berkata : “ Perbedaan serupa juga terjadi dalam penulisan perikop Yesus menyembuhkan seorang atau dua orang yang buta berikut ini “. Telah dikemukakan, terkait dengan perbedaan versi Markus 5 : 2 - Lukas 8 : 27 ( satu orang dirasuk setan ) dengan versi Matius 8 : 28 ( dua orang dirasuk setan), pengasuh Katolisitas hanya bisa mengarahkan ke pembahasan tentang tidak ada perbedaan versi Markus 10 : 46 -52; Lukas 18 : 35,38 yang mengatakan Yesus menyembuhkan “ SATU ORANG BUTA “ dengan versi Matius 20 : 30 yang mengatakan Yesus menyembuhkan : “ DUA ORANG BUTA “. Padahal latar belakang kisah antara kedua perbedaan tidak sama sehingga alasan penjelasan pengasuh Katolisitas tentang tidak berbedanya versi Markus 5 : 2 - Lukas 8 : 27 dengan versi Matius 8 : 28 tentang orang dirasuk setan tidak terbukti sama sekali. 13. Berapa jumlah keledai yang digunakan Yesus memasuki Yerusalem? ( Mrk 11 : 2 ; Luk 19 : 30 : seekor ; Mat 21 : 2 : dua ekor ) Mengenai ayat-ayat Alkitab/Bibel yang dibicarakan dikutip sebagai berikut menurut versi Alkitab LAI 1968 . Markus 11 : 2 : Serta berkata kepada mereka itu : “ Pergilah kamu ke dusun yang di hadapan kamu; apabila kamu masuk ke dalamnya, kamu akan jumpa SEEKOR KELEDAI MUDA yang tertambat yang belum pernah ditunggang oleh seorang juapun ; orakkanlah talinya, bawa dia kemari. Lukas 19 : 30 : Katanya : “ Pergilah kamu ke kampong yang di hadapan kamu; apabila kamu masuk kampong itu, kamu akan jumpa SEEKOR ANAK KELEDAI tertambat, yang belum pernah ditunggang orang; orakkanlah talinya, bawa dia kemari. Matius 21 : 2 : Serta berkata kepada mereka itu : “ Pergilah kamu ke kampung yang di hadapan kamu, maka dengan segeranya kamu akan jumpa SEEKOR KELEDAI tertambat beserta DENGAN ANAKNYA ; orakkanlah talinya, bawa dia kepadaku. Dalam penjelasannya, pengasuh Katolisitas memulai dengan pertanyaan : “ Mana yang benar “ ?. Menjawab pertanyaan ini, pengasuh Katolisitas berkata : Tentang Tuhan Yesus memasuki Yerusalem dengan mengendarai keledai, adalah nubuat Nabi Zakaria, “ Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda ” ( Za 9 : 9 ). Pengaitan dengan Zakaria 9 : 9 hanya dilakukan pengarang Injil Matius sedangkan pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas, sama sekali tidak menyebutnya. Mengapa Markus dan Lukas tidak mencantumkan “ Nubuat Nabi Zakaria “ ?. Hal ini harus dijelaskan pengasuh Katolisitas. Fakta pertentangan Matius dengan Markus –Lukas khususnya mengenai jumlah keledai yaitu menurut Matius ada DUA EKOR KELEDAI dan menurut Markus dan Lukas hanya SATU EKOR KELEDAI tidak bisa dihapus dengan mengatakan: TIDAK BERBEDA. Memang pengarang Injil Matius punya hobi selalu mengaitkan ayat-ayat Perjanjian Lama antara lain Zakaria 9 : 9 sebagai penubuatan tentang Yesus tetapi pengenaannya tidak pernah tidak cocok. Hal ini bisa didiskusikan pada tema lain karena kalau diulas sekarang akan menyebabkan menjadi sangat panjang. Oleh karenanya bila membahas ketidak-bertentangan Markus 11 : 2 - Lukas 19 : 30 dengan Matius 21 : 2 bukan hanya pada aspek perbedaan “SEEKOR KELEDAI “ dengan “ DUA EKOR KELEDAI “ melainkan juga berkaitan dengan dasar atau latar belakang penubuatan yang menyebut tentang “ KELEDAI “. Lebih lanjut dengan merujuk The Navarre Bible Commentary , pengasuh Katolisitasberkata : “…. maksud Rasul Matius adalah bahwa Kristus menaiki anak keledai itu, namun bersamaan dengan itu, Ia juga mengarahkan induknya. Injil Markus dan Lukas hanya memfokuskan kepada masuknya Yesus ke kota suci Yerusalem dengan mengendarai anak keledai ( Mrk 11 : 2; Luk 19 : 30 ). Sedangkan Rasul Matius melihat anak keledai dan keledai sebagai penggenapan nubuat Zakaria, di mana keduanya disebutkan….“. Ketika berkata : “ …. Rasul Matius melihat anak keledai dan keledai sebagai pengge-napan nubuat Zakaria di mana keduanya disebutkan … “ pengasuh Katolisitas menunjukkan kekeliruan pemahamannya. Ada dua aspek kekeliruan pernyataan pengasuh Katolisitas yang sangat fatal yaitu : a. Pengasuh Katolisitas menyebut “ RASUL MATIUS “ yang berarti memiliki keyakinan, Injil Matius dikarang oleh murid Yesus yang bernama MATIUS. Padahal Injil Matius dikarang oleh seseorang tidak dikenal, bukan dikarang oleh MATIUS murid Yesus. K.Riedel dalam kitab “ TAFSIRAN INIL MATIUS “ ( hal. 14 ) yang diterbitkan BPK Jakarta ( sebuah lembaga penerbitan Katolik ) berkata : Menurut pendapat kita, PENGARANG INJIL MATIUS BUKANNYA SEORANG DARI KEDUA-BELAS RASUL melainkan seorang Kristen berbangsa Yahudi yang TIDAK DIKENAL. b. Menurut pengasuh Katolisitas, penyebutan “ SEEKOR KELEDAI tertambat beserta DENGAN ANAKNYA “ versi Matius sebagai penggenapan nubuat Nabi Zakaria padahal nubuat Nabi Zakaria hanya menyebut “ seekor keledai “ dengan identitas : “ seekor keledai beban yang muda “. Pengasuh Katolisitas sangat setuju dengan kisah YESUS MASUK YERUSALEM YANG MENAIKI DUA EKOR KELEDAI versi Matius tetapi mengentuti tanpa ampun NUBU-ATAN NABI ZAKARIA yang hanya menyebut : SEEKOR KELEDAI padahal justru ayat Zakaria 9 : 9 selalu ditunjuk penganut Kristen sebagai nubuatan tentang Yesus. Pengasuh Katolisitas berkilah : “ Injil Markus dan Lukas hanya memfokuskan kepada masuknya Yesus ke kota suci Yerusalem dengan mengendarai anak keledai (Mrk 11 : 2; Luk 19 : 30 ) “ untuk menunjukkan ketidak-berbedaan Matius 21 : 2 yang menyebut “ SEEKOR KELEDAI DAN ANAKNYA “ ( ber-arti “ DUA EKOR KELEDAI “ ) dengan Markus 11 : 2 - Lukas 19 : 30 yang menyebut “ SEEKOR KELEDAI “sejalan dengan ayat Zakaria 9 : 9. Hebatnya pengasuh Katoli-sitas !. Dari mana pengasuh Katolisitas menge-tahui, pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas sebenarnya mengetahui tentang “ DUA EKOR KELEDAI “ tetapi menfokus pada: “ masuknya Yesus ke kota suci Yeru-salem dengan mengendarai anak keledai “ ?. Demikian itu hanya penafsiran pengasuh Katolisitas yang harus diperdebatkan kebenarannya karena tidak memiliki dalil dalam Alkitab/Bibel. Begitu pula dengan “ Nubuat Nabi Zakaria “ yang diyakini semua penga-nut Kristen (- apa pun sekte yang dianut -) sebagai nubuatan tentang Yesus, yang hanya menyebut : “ mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda ” ( Zakaria 9 : 9 ), apakah Nabi Zakaria sebenarnya mengetahui, yang dikendarai oleh “ raja “ adalah “ DUA EKOR KELEDAI “ tetapi Nabi Zakaria dalam nubuatannya hanya menfokus pada “ SEEKOR KELEDAI “ ?. Tunjukkan dalilnya menurut ayat-ayat Alkitab/Bibel yang diyakini sebagai firman Tuhan, jangan mengedepankan penafsiran pribadi tanpa memiliki landasan yang kuat karena penafsiran pribadi bukan firman Tuhan. Berilah analisa dengan nalar logika yang benar menurut kriteria manusia waras. Untuk memahami maksud ayat-ayat yang dibahas pengasuh Katolisitas dalam upaya-nya menunjukkan ketidak-berbedaan antara Matius 21 : 2 yang menyebut “ SEEKOR KELEDAI DAN ANAKNYA “ ( berarti “ DUA EKOR KELEDAI “ ) dengan Markus 11 : 2 - Lukas 19 : 30 yang menyebut “ SEEKOR KELEDAI “ yang dinaiki Yesus ketika masuk Yerusalem berikut dikutip ayat-ayat dari ketiga versi kisah dimaksud . a. Matius 21 : 2,5,7 Versi Alkitab LAI 1976- 2000 : Dengan pesan : ‘ Pergilah ke kampung yang di depanmu itu dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada di dekatnya . Lepaskan keledai itu dan bawalah keduanya kepadaku . Katakanlah kepada puteri Sion. Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya lalu mengalasinya dengan pa-kaian mereka dan Yesus pun naik di atasnya . Versi Alkitab LAI 1968- 1971 : Serta berkata kepada mereka itu : ‘ Pergilah kamu ke kampung yang di hadapan kamu maka dengan segeranya kamu akan jumpa seekor keledai tertambat beserta dengan anaknya ; orakkanlah talinya , bawa dia kepadaku . Katakanlah kepada puteri Sion , Tengok, Rajamu datang kepadamu . Dengan rendah hati-nya mengendarai seekor keledai yaitu seekor keledai muda, anak dari binatang yang menanggung kuk . Maka dibawanya keledai itu dengan anaknya serta membubuhkan ke atasnya pakaian mereka itu lalu duduklah ia di atasnya . Terlihat ada beberapa perbedaan antara kedua versi seperti penyebutan “ keledai beti-na “ versi Alkitab LAI 1976- 2000 sedangkan versi Alkitab LAI 1968-1971 hanya menyebut : “ keledai “ tanpa “ betina “ . Ayat Matius 21 : 5 versi Alkitab LAI 1976- 2000 menyebut “ seekor keledai beban yang muda “ dan versi Alkitab LAI 1968-1971 menyebutnya “ keledai muda “ tanpa disebut fungsi sebagai pengangkut beban. Anehnya Matius 21 : 7 versi Alkitab LAI 1968-1971 mengatakan : “ keledai itu dengan anaknya “ dan versi Alkitab LAI 1976 -2000 mengatakan : “ keledai betina itu bersama anaknya “. Dikaitkan dengan Matius 21 : 5, apakah “ keledai muda “ sudah bisa beranak ?. Terlihat, pengaitan Matius 21 : 5 dengan Matius 21 : 2,7 merupakan kejang-galan yang dilakukan pengarang Injil Matius yang punya hobi selalu mengaitkan ayat-ayat Perjanjian Lama sebagai penubuatan atas Yesus. Pantas saja versi Markus dan versi Lukas tidak mencantumkannya ayat semacam Matius 21 : 5 ; mungkin karena kejanggalannya. Pengasuh Katolisitas lebih setuju dengan versi Matius ketimbang versi Markus dan versi Lukas. Dalam manuskrip Vaticanus, kata “ keledai “ pada Matius 21 : 2,5,7 adalah “ ȏνον “ (onon) dan “ πὠλον “ (polon). Peneremahan kedua kosa kata pada versi-versi terjemah-an Injil Matius disajikan berikut : 1. The Emphatic Diaglott dalam terjemahan harfiah Manuskrip Vulgata, kata “ ȏνον “ (onon) dengan “ an ass “ dan kata “ πὠλον “ ( polon ) dengan “ a colt “ pada Matius 21 : 2 : “…an ass tied and a colt with her “. Sama seperti pada Matius 21: 7. Sedangkan pada Matius 21 : 5, kata “ ȏνον “ (onon) diterjemahkan “ an ass “ dan kata “ πὠλον “ ( polon ) diterjemahkan : “ a foal “ bukan “ a colt “ dengan keterangan : “ a son of a beast of burden “ (= seekor anak dari seekor binatang beban yang buas). 2. Holy Bible menterjemahkan kata “ ȏνον “ (onon) dengan “ an ass “ dan kata “ πὠλον “ ( polon ) dengan “ a colt “ pada Matius 21 : 2 : “…. ye shall find an ass tied and a colt with her “. Sama seperti pada Matius 21 : 7 . Sedangkan pada Matius 21: 5, kata “ ȏνον “ (onon) diter- jemahkan dengan “ an ass “ dan kata “ πὠλον “ (polon) dengan “ a colt the foal of an ass “. 3. The Jerusalem Bible –New Testament menterjemahkan kata “ ȏνον “ (onon) dengan “ a tethered donkey “ dan kata “ πὠλον “ ( polon ) dengan “ a colt “ pada Matius 21 : 2. Sama seperti pada Matius 21: 7. Sedangkan pada Matius 21: 5, kata “ ȏνον “ (onon) diterjemahkan : “ a donkey an ass “ dan kata “ πὠλον “ ( polon ) dengan “ a colt “ yang diberi keterangan : “ the foal of a beast of burden “ ( = seekor anak kuda dari seekor binatang beban yang buas ). 4. The Four Gospel menterjemahkan kata “ ȏνον “ ( onon) dengan “ donkey “ dan kata “ πὠλον “ ( polon ) dengan “ a colt “ pada Matius 21 : 2 : “…You find will be a tethered donkey and a colt with her “. Sama seperti pada Matius 21 : 7 . Sedangkan Matius 21 : 5, tidak tercantum kecuali diberi catatan kaki : “ This took place so that the word spoken through the Prophet might be fulfilled : Say to the Daughter of Sion, ‘ Behold thy King is coming to thee, humble and mounted on an ass and on a colt , the foal of an ass “. Ditiadakannya Matius 21 : 5 dalam versi The Four Gospel - sejalan dengan penyajian Markus dan Lukas yang tidak menyebutkannya sama sekali - mengindikasikannya sebagai ayat tambahan. Andaikata Matius 21 : 5 menjadi bagian ayat , berarti kata “ ȏνον “ (onon) diterjemahkan dengan “ an ass “ dan kata “ πὠλον “ (polon) dengan “ a colt the foal of an ass “. 5. Perjanjian Baru–New Testament : menterjemahkan kata “ ȏνον “ ( onon ) dengan “ an ass “ dan kata “ πὠλον “ ( polon ) dengan “ a colt “ pada Matius 21 : 2 : “…. ye shall find an ass tied and a colt with her “. Sama seperti pada Matius 21 : 7. Sedangkan pada Matius 21 : 5, kata “ ȏνον “ (onon) diterjemahkan dengan “ an ass “ dan kata “ πὠλον “ ( polon ) dengan “ a colt the foal of an ass “. 6. New Testament in Contemporary English : menterjemahkan kata “ ȏνον “ ( onon) dengan “ a donkey “ dan kata “ πὠλον “ (polon) dengan “ a colt “ pada Matius 21 : 2 : “…you will at once find a donkey and her a colt “. Sama seperti pada Matius 21 : 7. Sedangkan, kata “ ȏνον “ ( onon ) pada Matius 21 : 5 diterjemahkan : “ colt “ dan kata “ πὠλον “ ( polon ) dengan “ a donkey “ dalam kalimat : “ He comes on the colt of a donkey “. b. Markus 11 : 2,4,7 Versi Alkitab LAI 1976- 2000 : Dengan pesan : ‘ Pergilah kamu ke kampung yang di depanmu itu. Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan segera menemukan SEEKOR KELEDAI MUDA tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang . Lepaskan keledai itu dan bawalah ke mari. Mereka pun pergi dan menemukan seekor keledai muda tertambat dekat pintu di luar di pinggir jalan lalu melepaskannya Lalu mereka membawa keledai itu kepada Yesus dan mengalasinya dengan pakaian mereka , kemudian Yesus naik ke atasnya . Versi Alkitab LAI 1968- 1971 : Serta berkata kepada mereka itu : ‘ Pergilah kamu ke kampung yang di hadapan kamu maka dengan segeranya kamu akan jumpa seekor keledai tertambat beserta dengan anaknya ; orakkanlah talinya , bawa dia kepadaku . Maka pergilah mereka itu, didapatinya seekor keledai muda tertambat dekat pintu di luar pada jalan lalu diorakkannyalah talinya Maka dibawanya keledai muda itu kepada Yesus serta membubuhkan ke atasnya pakaian mereka itu lalu duduklah ia di atasnya . Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua versi . Dalam manuskrip Vaticanus, kata “ keledai “ pada Markus 11 : 2,4,7 adalah “ πὠλον “ (polon ) yang diterjemahkan dengan “ a colt “. Tidak ada kata “ ȏνον “ (onon ). Penerjemahan kosa kata “ πὠλον “ ( polon ) pada versi-versi terjemahan adalah “ a colt “ kecuali New Testament in Contemporary English : menterjemahkan kata “ πὠλον “ ( polon ) dengan “ a young donkey “ pada Markus 11 : 2 : “…. you will find a young donkey “ dan dalam Markus 21 : 7 diterjemahkan dengan “ the donkey “ bukan “ a young donkey “. c. Lukas 19 : 30, 33, 35 Versi Alkitab LAI 1976- 2000 : Dengan pesan : ‘ Pergilah kamu ke kampung yang di depanmu itu. Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan segera menemukan SEEKOR KELEDAI MUDA tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang . Lepaskan keledai itu dan bawalah ke mari. Ketika mereka melepaskan KELEDAI itu, berkatalah orang yang empunya KELEDAI itu : “ Mengapa kamu melepaskan KELEDAI itu ? “. Mereka membawa KELEDAI itu kepada Yesus lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan menolong Yesus naik ke atasnya . Versi Alkitab LAI 1968- 1971 : katanya : ‘ Pergilah kamu ke kampung yang di hadapan kamu; apabila kamu masuk kampung itu, kamu akan jumpa SEEKOR ANAK KELEDAI tertambat, yang belum pernah ditunggang orang ; orakkanlah talinya, bawa dia kemari . Sedang mereka itu mengorakkan tali ANAK KELEDAI itu maka kata orang yamng mempu-nyainya : “ Apakah sebabnya kamu lepaskan ANAK KELEDAI itu ?” Lalu dibawanyalah kepada Yesus dan dihamparkannya pakaiannya sendiri di atas ANAK KELEDAI itu serta didudukkannya Yesus di atasnya. Terdapat perbedaan antara kedua versi dalam penyebutan “ ANAK KELEDAI “ ( versi Alkitab LAI 1968- 1971 ) dengan “ KELEDAI MUDA “ ( versi Alkitab LAI 1976- 2000 ). Sebutan “ ANAK KELEDAI “ terlalu umum karena keledai tua juga adalah anak keledai seperti penyebutan keledai yang baru dilahirkan sedangkan sebutan “KELEDAI MUDA “ sejalan dengan keadaan “ belum pernah ditunggangi orang “ yaitu keledai dewasa bukan keledai yang baru dilahir-kan dan juga bukan pula keledai tua. Kata “ keledai “ pada Lukas 19 : 30,33, 35 dalam manuskrip Vaticanus, adalah “ πὠλον “ ( polon ) yang diterjemahkan dengan “ colt “. Tidak ada kata “ ȏνον “ ( onon ). Sama seperti versi Markus, penerjemahan kosa kata “ πὠλον “ ( polon ) pada versi-versi terjemahan adalah “ a colt “ kecuali New Testament in Contemporary English : menterjemahkan kata “ πὠλον “ ( polon ) dengan “ a young donkey “ pada ayat Lukas 19 : 30 : “…. you will find a young donkey “ dan dalam Markus 19 : 35 diterjemahkan dengan “ the donkey “ bukan “ a young donkey “. Ada empat sebutan/istilah untuk menyebut “ keledai “ pada semua versi terjemahan bahasa Inggeris yaitu : the ass, the colt , donkey dan the foal pada ayat-ayat Matius 21 : 2,5,7 ; Markus 11: 2,4,7 dan Lukas 19 : 30, 33, 35. Apakah keempat kosa kata yang disebutkan mempunyai makna yang sama untuk diterjemahkan dengan keledai ? Menurut kamus AN ENGLISH – INDONESIAN DICTIONARY oleh John M. Echols dan Hassan Shadily : - ass : keledai ( dipakai juga sebagai ungkapan : orang bodoh , pantat ). - colt : anak kuda jantan ( diadopsi menjadi : nama jenis pistol ). - foal : anak kuda ( dalam kata kerja intransitif : beranak kuda ) - donkey : keledai. Sebutan “ colt “ yang mengkhusus sebagai “ anak kuda jantan “ ditegaskan pula dalam situs Google : The term " COLT " only describes young male horses and is not to be confused with FOAL, which is a horse of either sex less than one year of age. Similarly, A YEARLING is a horse of either sex between the ages of one and two. A young female horse is called A FILLY, and A MARE once she is an adult animal. Istilah “ COLT “ hanya menggambarkan : KUDA JANTAN MUDA dan jangan dibingungkan dengan “ FOAL “, yaitu seekor kuda dari salah satu jenis kelamin [ jantan atau betina, pen ] yang umurnya kurang dari satu tahun. Hal yang sama, yaitu YEARLING adalah seekor kuda dari salah satu jenis kelamin [jantan atau betina, pen ] yang berumur antara satu dan dua tahun. Kuda betina yang musa disebut : A FILLY dan A MARE ( kuda betina ) adalah seekor binatang dewasa. Wikipedia memberi pengertian yang lebih umum yaitu : ...... a colt is an uncastrated ( intact ) male horse, pony, donkey, or mule younger than four years of age. ....... A COLT adalah KUDA JANTAN, KUDA KERDIL, KELEDAI atau BAGAL muda yang ber-umur empat tahun yang murni ( tidak dikebiri ) ..... Didapatkan pula pengertian “ A COLT “ yang dikatakan hanya berhubungan dengan “ MALE DONKEY “ ( keledai jantan ). Berbeda dengan penyebutan : “ KUDA JANTAN “ menurut versi yang dikemukakan sebelumnya. Kata “ KELEDAI “ dijumpai dalam Bilangan 22 : 21- 33 ( kecuali ayat 24 dan 26 ). Istilah yang digunakan dalam Alkitab/Bibel versi terjemahan bahasa Inggeris yaitu : “ the ass “ ( Holy Bible ) – “ donkey “ ( Good News Bible ); keduanya diartikan “keledai “ ; bukan “ a colt “ dan “ a foal “. Terlihat beragamnya istilah dalam versi-versi Alkitab/Bibel dalam bahasa Inggeris yang digunakan untuk kata “ KELEDAI “ ( versi Alkitab LAI ). Berpegang pada kamus AN ENGLISH – INDONESIAN DICTIONARY - John M. Echols dan Hassan Shadily, didapatkan kejanggalan-kejanggalan pada beberapa versi terje-mahan, khususnya terjemahan Alkitab/Bibel versi-versi berbahasa Inggeris. Ketika versi Markus dan versi Lukas menterjemahkan kata “ πὠλον “ ( polon ) dengan “ a colt “ yang maknanya : ANAK KUDA JANTAN ( menurut kamus AN ENGLISH – INDONESIAN DICTIONARY - John M. Echols dan Hassan Shadily ) berarti hewan yang disuruh ambil oleh Yesus adalah: ANAK KUDA JANTAN, BUKAN KELEDAI !. Bagaimana pengasuh Katolisitas menjelaskannya ?. Mungkin akan berkilah, ANAK KUDA JANTAN sama saja dengan KELEDAI. Jika demikian kilahnya, berarti ada yang salah pada pengasuh Kato-lisitas. Jika dimaksudkan dengan “KELEDAI “ adalah “ a young donkey “ ( menurut penerjemahan atas kata “ πὠλον “ ( polon ) versi New Testament in Contemporary English atas Markus 11 : 2 – Lukas 19 : 30 yang berarti “ keledai muda “ ) dan “ the donkey “ yang berarti “ keledai “ ( Markus 21 : 7 – Lukas 19 : 35 ) bukan “ a young donkey “, lebih sesuai dibanding versi Matius. Artinya, Penerjemahan kata “ πὠλον “ ( polon ) dengan “ COLT “ adalah satu kekeliruan. Bahasan yang disajikan terkait dengan istilah “ πὠλον “ ( polon ) pada versi Markus dan versi Lukas. Bagaimana dengan versi Matius?. Menyimak Matius 21: 2,5,7 dari ragam versi yang disajikan, terlihat perbedaan-perbeda-an yang menyolok antar versi. Mana yang benar ?. Kata “ πὠλον “ ( polon ) pada versi-versi terjemaham bahasa Inggeris yang dikutip , ada yang menterjemahkannya dengan “ a colt “ - “ a foal , a son of a beast of burden “ - “ a colt the foal of an ass “ - “ a colt the foal of a beast of burden “ - “ a donkey “. Mana terjemahan yang sebenarnya ?. Istilah-istilah dalam Matius 21 : 2,5,7 dari ragam versi terjemahan berbahasa Inggeris yang disajikan diterjemahkan dengan merujuk ke kamus AN ENGLISH – INDONESIAN DICTIONARY - John M. Echols dan Hassan Shadily, apakah sesuai dengan sebutan “ KELEDAI “ pada versi terjemahan bahasa Indonesia ( Alkitab LAI – Perjanjian Baru LBI ). a. Menurut Holy Bible, Matius 21 : 2 : “ find an ass tied and a colt with her “ yang berarti : “ menemukan seekor keledai dan seekor anak kuda jantan yang ber-sama keledai itu “.Matius 21 : 5 mengatakan : “ a colt the foal of an ass “ yang berarti : “ seekor anak kuda jantan yaitu anak kuda dari seekor keledai “. Berarti keledai beranakkan anak kuda jantan. Matius 21: 7 mengatakan : “ and brought the ass and the colt ...“ yang berarti : “ memasangkan pada keledai dan anak kuda jantan...“. Artinya yang dipasangi pelana pada kedua binatang yaitu “ KELEDAI “ dan “ ANAK KUDA JANTAN “. b. Menurut Good News Bible, Matius 21 : 2 : “ a donkey tied up with her colt beside her “ yang diterjemahkan : “ seekor keledai yang terikat bersama anak kuda jantan-nya disampingnya “. Hal yang sama disebut pula dalam Matius 21 : 7. Matius 21 : 5 menjelaskan mengenai “ colt “ yaitu : “ the foal of a donkey “ yang diterjemahkan : “ anak kuda dari keledai “. Artinya keledai mempunyai anak berupa anak kuda, sama seperti yang disebut dalam versi Holy Bible. c. The Jerusalem Bible-New Testament mengatakan hal yang sama. Hanya pada Matius 21 : 5 dijelaskan mengenai “ colt “ yang sedikit berbeda yaitu : “ the foal of beast of burden “ yang diterjemahkan : “anak kuda dari binatang beban “ sedang-kan binatang beban bisa saja keledai atau kuda. d. Menurut terjemahan harfiah Greek Text , Matius 21 : 2 : “ an ass having been bound and a foal with her “ yang berarti : “ seekor keledai yang terikat dan seekor anak kuda bersamanya “ . Tidak jelas apakah anak kuda adalah jantan atau betina. Hanya disebut “ anak kuda “. Holy Bible menyebutnya : anak kuda jantan. Ayat Matius 21 : 5 ,7 mengatakan hal yang sama yaitu : “ an ass “ ( seekor keledai ) dan “ a foal “ ( seekor anak kuda ), sama seperti pada Matius 21 : 2. e. Menurut terjemahan dalam The Empatic Diaglott, “ an ass tied and a colt with her “ yang diterjemahkan : “ seekor keledai yang terikat dan seekor anak kuda jantan bersamanya “. Ayat Matius 21 : 5,7 mengatakan hal yang sama : “ an ass “ (seekor keledai) dan “ a colt “ ( seekor anak kuda ), sama seperti pada Matius 21 : 2. Terlihat betapa versi Matius sangat compang-camping dalam mengisahkan hewan yang ditunggangi Yesus. Versi Markus dan versi Lukas tidak terlalu menunjukkan nilai kecom-pang-campingan seperti itu. Dengan fakta yang demikian, bagaimana pengasuh Katoli-sitas bisa mengatakan , versi Matius yang menyebut “ DUA EKOR KELEDAI “ tidak berbeda dengan versi Markus-versi Lukas yang menyebut “ SEEKOR KELEDAI “ ? Lebih mengherankan, ayat Matius 21:7 mengatakan, setelah para murid membawa “ the ass and the colt “ ( Holy Bible ) – “ keledai dan anaknya “ ( Alkitab LAI 1968 / Alkitab LAI 1976 ) - “ the donkey and the colt “ ( Good News Bible ) – “ the ass and the foal “ (Greek Text – The Emphatic Diaglott ), para murid memasang pakaian mereka sebagai pelana di atas punggung “ the ass and the colt “ sesuai dengan kalimat : “ and put on them their clothes “. Kata “ them “ menunjuk pada kedua binatang itu. Para murid : “ and they set him thereon “ atau mendudukkan Yesus di atas punggung “ the ass and the colt “ ( keledai dan anak kuda jantan ). Hal ini sangat jelas dikatakan versi Greek Text : “ they caused to sit on of them “ yang maksudnya para murid menduduk-kan Yesus di atas punggung kedua binatang. Kata “ them “ menunjuk “ the ass and the colt “ ( keledai dan anak kuda jantan ). Juga dari pemahaman atas teks versi The Em-phatic Diaglott : “ put their mantles over them and made him ride “ dan versi Good News Bible : “ threw their cloaks over them, and Jesus got on “ . Sulit dibayangkan bagaima-na mungkin Yesus duduk di atas punggung keledai sambil duduk di atas pung-gung anak kuda jantan dan mengendarainya . Sangat hebat ! Hal ini hanya dilakukan tukang akrobat dalam satu pertunjukan sirkus, kaki kanan di atas punggung keledai sedangkan kaki kiri di atas punggung anak kuda jantan. Tentu Yesus bukan tukang akrobat , dan Yesus tidak pula berdiri di atas punggung kedua binatang itu dengan kaki mencangkang pada kedua punggung binatang melainkan duduk. Bagai-mana cara Yesus menempatkan pantatnya ketika duduk di atas kedua punggung binatang secara bersamaan dalam waktu yang sama ? . Gambaran kepintaran Yesus berakrobat dapat ditangkap pula dari versi Alkitab LAI 1976 ( - juga dari versi Alkitab LAI 1968 ) : “ Maka dibawanya keledai itu dengan anaknya “ dan setelah membubuhkan pakaian mereka ke atas keledai itu dengan anaknya , “ lalu duduklah ia di atasnya “ yaitu duduk di atas punggung keledai dan anaknya . Apakah Yesus mengendarai keledai ( the ass ) dan anak kuda jantan ( the colt ) secara bersamaan dalam waktu yang sama ? Kalau merujuk ayat Matius 21 : 5 versi Alkitab LAI, jelas mustahil. Matius 21 : 5 versi Alkitab LAI 1968 menginfor-masikan : “ mengendarai seekor keledai yaitu seekor keledai muda , anak dari bina-tang yang menanggung kuk “. Jadi yang dikendarai oleh Yesus adalah seekor keledai muda, anak keledai beban, bukan induk keledai atau keledai beban sekalipun muda. Apapun upaya yang hendak ditegakkan menghindari keanehan Yesus duduk dan mengendari keledai dan anak kuda jantan secara bersamaan dalam waktu yang sama dengan menggunakan ayat Matius 21 : 5 versi Alkitab LAI 1968, namun hal itu harus menafikan dulu ayat Matius 21 : 5 versi Holy Bible dan lainnya yang menyebut Yesus “ sitting upon an ass and a colt the foal of an ass “ ( duduk di atas keledai dan anak kuda jantan anak dari keledai ) . Keanehan yang melukiskan Yesus sebagai TUKANG AKROBAT dalam sirkus ini tidak akan muncul bila berpegang pada versi Markus dan versi Lukas yang hanya menyebut “ keledai muda yang belum pernah ditunggang oleh seorang juapun “ ( Alkitab LAI 1968 - Alkitab LAI 1976 ) atau “ a colt “ ( = seekor anak kuda jantan ) ( Holy Bible , terjemahan The Emphatic Diaglott, Greek Text ). Tidak akan ada keanehan seperti yang digambarkan versi Matius yaitu Yesus mengendarai keledai dan anak kuda jantan secara bersamaan dalam waktu yang sama seperti tukang akrobat dalam sebuah sirkus . Fakta penting yang terangkat pada ayat Matius 21 : 2,5,7 yaitu pengisahan yang disajikan penuh dengan kejanggalah sebagai hasil dari peru-bahan-perubahan sehingga terjadi perbedaan antar versi. Berdasarkan fakta yang demikian, pengasuh Katolisitas sangat keliru mengatakan, Matius 21 : 2,5,7 tidak bertentangan dengan Markus 11: 2,4,7 dan Lukas 19 : 30,33, 35 ?. Tidak akan ada satupun argumentasi yang bisa dikemukakan untuk mengatakan Matius 21 : 2,5,7 tidak bertentangan dengan Markus 11: 2,4,7 dan Lukas 19 : 30,33,35.

Jumat, 08 Juli 2022

AYAT-AYAT ALKITAB/BIBEL YANG BERTENTANGAN HANYA NAMPAKNYA SAJA BERTENTANGAN ( 4 )

LANJUTAN. 9. Yudas wafat gantung diri atau jatuh tertelungkup ? Siapa yang membeli tanah dari uang perak tersebut ? ( Matius 27 : 5 - 7 dan KRR 1 : 18 ). Berikut dikutip kedua ayat Perjanjian Baru yang dibahas menurut Alkitab LAI 1968 tentang kematian Yudas. Matius 27 : 5 – 7. Maka ia pun mencampakkan segala keping perak itu ke dalam Bait Allah itu sertanya berjalan lalu pergi menggantung dirinya. Maka kepala Imam itupun memungut keeping perak itu sambil berkata : “ Tiada halal dita-ruhkan uang ini dalam peti derma karena itulah suatu harga darah. Lalu berpakatlah mereka itu membeli dengan uang itu sebidang tanah tukang periuk, akan menjadi tempat pekuburan orang keluaran. KRR 1 : 18. Adapun orang ini memperoleh sebidang tanah dengan upah kejahatannya lalu jatuh ter-jerumus serta terbelah dua sehingga terburai isi perutnya. Menurut pengasuh Katolisitas, kedua ayat yang menceritakan tentang penggunaan uang oleh Yudas dan tentang cara kematian Yudas tidak bertentangan melainkan hanya nampaknya saja bertentangan. Pengasuh Katolisitas memberi penjelasan berdasarkan A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard, OSB sebagai berikut : Kata “ membeli ” yang dipakai oleh Rasul Matius dalam Injilnya, untuk menjelaskan apa yang dilakukan oleh para imam-imam kepala dengan uang 30 uang perak yang dilemparkan oleh Yudas, adalah ἀγοράζω, agorázō, yaitu hanya mengacu kepada tindakan membeli, namun belum tentu berarti memiliki. “ Sesudah berunding mereka [ imam-imam kepala ] membeli (agorázō) dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing ”. ( lih. Mat 27:7) Sedangkan dalam Kisah para Rasul, kata yang dipakai di sana adalah κτάομαι, ktáomai, yang berarti : “ memperoleh, memiliki, membeli “ . Yudas ini telah membeli ( ktáomai ) sebi-dang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar ”. Sehingga di sini artinya adalah Yudaslah yang menjadi pemilik dari tanah itu. Permasalahan apa yang hendak dijelaskan pengasuh Katolisitas dalam membela tidak adanya pertentangan antara ayat Matius 27 : 5-7 dengan KRR 1 : 18 ?. Mencermati penjelasan yang disajikan, pengasuh Katolisitas lebih mengarah kepada masalah siapa yang membeli tanah dari UANG DARAH yang diterima Yudas dan siapa yang memiliki tanah tersebut. Sedangkan cara kematian Yudas yang diceritakan kedua ayat hanya disinggung sekilas padahal itulah sebenarnya fokus masalah perbedaan yang seharusnya dijelaskan pengasuh Katolisitas sehingga terbukti tidak ada pertentangan antara ayat Matius 27 : 5-7 dengan KRR 1 : 18. Pengasuh Katolisitas mengulas kata “ membeli “ ( dalam Matius 27 : 5 – 7 terangkat dalam kata : “ ἀγοράζω - agorázō “ ) yang hanya mengacu kepada tindakan membeli, namun belum tentu berarti memiliki. Sedangkan dalam KRR 1 : 18 terangkat dalam kata “ κτάομαι “ ( ktáomai ), yang berarti : “ mem-peroleh, memiliki, membeli “. Menyajikan kata : “ ἀγοράζω “ ( agorázō ) ( Mat. 27 : 5-7 ) dan kata : “ κτάομαι “ ( ktáomai ) berarti pengasuh Katolisitas merujuk Teks Yunani. Sayangnya bunyi teks Yunani yang mengangkat kata-kata tersebut, tidak dikutip sama sekali oleh pengasuh Katolisitas. Seharusnya pengasuh Katolisitas menyajikan ayat menurut teks Yunani yang memuat kedua kata Yunani dimaksud. Pengasuh Katolisitas merasa cukup hanya menyuruh orang percaya saja dengan pernyataan argumentasinya. Apakah benar ada kedua kata tersebut dalam ayat-ayat ditunjuknya, sulit diklarifikasi. Berikut disajikan teks Yunani ( Greek Text ) ayat Matius 27 : 5–7 dan KRR 1 : 18, menurut Manuskrip Vatikan masing-masing dengan terjemahan harfiah dalam bahasa Inggeris. Matius 27 : 5 – 7 . Καί ρίψας τά άϱγϱϱια έν τψ ναψ άνεχώϱητε χαί άπελϑών άπήγξατο And hurling the pieces of silver in the temple he withdrew and having gone forth strangled himself Οί δέ άρχιερείς , λαϐόντες τά άργύρια , είπον. Οϋχ έξεστι ϐαλεϊν αύτά εις ….. The and high priets taking the pieces of silver, said : Not is it lawful to put them into …. .... τόν χορϐανάν, έπει τιμή αϊματός έστι .... the treasury since price of blood it is Σνμϐούλιον δέ λαϐὸντες, ήγόρασαν έξ αύτών τον άγρόν τοΰ χεραμέως είς ταφήν τοίς ξένοις Counsel and taking they bought with them the field of the potter to bary the strangers KRR 1 : 18 Οΰτος μέν οΰν έχτήσατο χωρίον έχ μισϑού τής άδιχίας χαί This indeed therefore bought a field out of a reward of the wickedness and πρηνής , γενόμενος έλάχησε μέσος χαί έξεχύθη πάντα τά ...... head-foremost having fallen he burst in middle and were poured out all the ...... σπλάγχνα αύτοΰ bowels of him Terjemahan yang diberikan Benyamin Wilson dalam “ Emphatic Diaglott : Matius 27 : 5 – 7 . And hurling the SHEKELS in the widthdrew and having gone away, strangled him self. And the HIGH-PRIESTS taking the MONEY, said “ It is not lawful to put it into the CORBAN AN seeing it is the Price of Blood “. And taking Counsel they bought with it the POTTER’S FIELD, as a burial-place for STRANGERS KRR 1 : 18 . ( This man, there fore, purchased a Field with the WAGES of the WICKEDNESS and falling head foremost, he burst in the middle and All his BOWELS were poured out ..... Catatan : Terlihat ada tanda kurung pada KRR. 1: 18 yang berlanjut ke ayat KRR. 1 : 19. Pertanyaan, mengapa diberi tanda kurung?. Pemberian “tanda kurung“ hanya menunjukkan keragu-raguan atas keberadaan ayat tersebut. Tidak diungkapkan, bentuk keragu-raguan atas ayat KRR. 1 : 18 – 19 sehingga memberinya “ tanda kurung “. Berdasarkan teks manuskrip Vatikan, kata “ membeli “ pada Matius 27 : 5-7 tercantum dalam ayat 7 dengan bentuk kata “ ήγόρασαν “ ( egoratan ) yang berarti “ they bought “ (= mereka membeli ) bukan “ ἀγοράζω “ ( agorázō ) yang diangkat pengasuh Katolisitas. Begitu pula kata “ membeli “ pada KRR.1 : 18 dengan bentuk kata “ έχτήσατο “ ( echterato ) bukan “ κτάομαι “ ( ktáomai ) yang diangkat pengasuh Katolisitas. Bagaimana penjelasan pengasuh katolisitas atas perbedaan kosa kata Yunani yang diangkatnya dengan kosa kata dalam Manuskrip Vatikan ?. Telah dikemukakan, pengasuh Kaltolisitas lebih memfokus tentang siapa yang membeli dan memiliki tanah hasil “ uang darah “ dari Yudas. Dalam hal ini, pengasuh Katolisitas menjelaskan berdasarkan A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard : Matius mengatakan bahwa para imam melakukan tindakan pembelian tanah itu, tetapi mereka tidak otomatis menjadi pemilik tanah itu. Uang yang mereka gunakan untuk membeli tanah itu adalah uang Yudas, sehingga mereka membeli tanah itu atas nama Yudas, sehingga secara hukum tanah itu adalah milik Yudas. Sebab menurut pemikiran saat itu, pembelian tanah dengan uang darah macam itu adalah najis - ………... Maka, para imam kepala itu membeli tanah tersebut untuk pekuburan bagi kepentingan bait Allah, untuk menghindari asosiasi kenajisan secara ritual, mereka harus membelinya dengan nama Yudas Iskariot, yang memperoleh uang darah tersebut. Hak milik dan transaksi ini tercatat secara publik, sehingga ini dapat diketahui oleh Lukas, yang menuliskan Kisah para Rasul, sehingga ia mencatat bahwa Yudas telah membeli/memiliki tanah itu. Maka ia menggunakan kata ‘ ktáomai ‘ tersebut, untuk menjelaskan keadaan itu. Pengasuh Katolisitas menegaskan, pemilik tanah darah adalah Yudas dan para imam membeli tanah dengan atas nama Yudas sehingga para Imam tidak oto-matis menjadi pemiliknya melainkan secara hukum pemiliknya adalah Yudas. Lucunya pengasuh Kato-lisitas mengatakan : “para imam kepala itu membeli tanah tersebut untuk pekuburan bagi kepentingan bait Allah “. Kok,“ UANG NAJIS “ dipakai bagi kepentingan Bait Allah?. Lagi pula, dari mana Yudas memperoleh “ UPAH DARAH “ ?. Bukankah diperoleh dari para Imam yang menginginkan kematian Yesus sebagai upah pengkhianatan Yudas kepada Yesus ?. Dari asal-usul “ UPAH DARAH “ yaitu para Imam sendiri bagaimana pengasuh Katolisitas bisa berkata : “ Uang yang mereka gunakan untuk membeli tanah itu adalah uang Yudas, sehingga mereka membeli tanah itu atas nama Yudas, se-hingga secara hukum tanah itu adalah milik Yudas “ ?. Apalagi dikisahkan dipakai untuk membeli tanah UNTUK BAIT ALLAH !!!Sangat jelas, betapa kocar-kacirnya penjelasan pengasuh Katolisitas tentang siapa pembeli dan pemilik tanah hasil “ uang darah “ Yudas yang sesungguhnya justru BERASAL DARI PARA IMAM itu sendiri. Satu hal yang dilupakan pengasuh Katolisitas dalam penjelasannya yaitu ketika dikisah-kan dalam KRR 1 : 18 ( “… orang ini memperoleh sebidang tanah dengan upah keja-hatannya “) apakah sebidang tanah tersebut sudah dibeli oleh Yudas ataukah belum ?. Menyimak teks terkutip, jelas YUDAS SUDAH MEMBELI SEBIDANG TANAH dimaksud dengan uang upah yang diperoleh dari para Imam. Rujukkan kesimpulan ini ke Matius 27 : 5 ( “ … ia pun mencampakkan segala keping perak itu ke dalam Bait Allah ...) yang berarti YUDAS BELUM SAMA SEKALI MEMBELI SEBIDANG TANAH dimaksud dengan uang upah yang diperoleh dari para Imam. Justru YANG MEMBELI TANAH ADALAH PARA IMAM , menggunakan uang upah yang diterima Yudas dari mereka ( Matius 27: 7 ) dan dilaksanakan SETELAH KEMATIAN YUDAS. Memperhatikan perbedaan yang demikian jelas antara “ SUDAH MEMBELI “ dengan “ SUDAH MEMBELI “ tanah oleh Yudas, tidak perlu lagi pengasuh Katolisitas memberi penjelasan pontang-panting demi mempertahankan tidak adanya pertentangan Matius 27 : 5 – 7 dengan KRR 1 : 18. Matius 27: 3 yang mendahului Matius 27 : 5-7 mengisahkan penyesalan Yudas atas per-buatannya yang menyerahkan Yesus, gurunya dan mengembalikan uang upah pengkhianatannya yang diterimanya dari kepala –kepala Imam dan orang tua-tua Yahudi : Apabila dilihat oleh Yudas yang telah menyerahkan Yesus itu bahwa sudah dijatuhkan hu-kum atasnya, maka menyesallah ia lalu DIPULANGKANNYA BALIK PERAK YANG TIGA PULUH KEPING ITU KEPADA KEPALA IMAM DAN ORANG TUA-TUA ITU. Yudas menerima upah darah dari kepala-kepala Imam dikisahkan Matius 26 : 14-15 : Kemudian pergilah seorang dari antara kedua belas murid itu yang bernama Yudas Iskariot kepada SEGALA KEPALA IMAM , Serta berkata : “ Apakah hendak kamu beri aku jikalau aku menyerahkan Yesus kepada- mu ? “. Maka mereka itupun menimbangkan TIGA PULUH KEPING PERAK baginya. Penyerahan uang upah pengkhianatan kepada Yudas langsung diberikan para Imam ketika Yudas menyatakan kesediaan menyerahkan Yesus. Tidak menunggu waktu me-lainkan saat itu juga. Hal ini berbeda dengan yang dikisahkan Markus 14 : 10-11 : Maka Yudas Iskariot yaitu seorang daripada kedua belas murid itu pergilah kepada KEPALA KEPALA IMAM, hendak menyerahkan Yesus kepada mereka itu. Maka sukacitalah mereka itu mendengar hal itu lalu BERJANJI MEMBERI UANG KEPA-DANYA. Maka Yudas pun mencari daya, bagaimana dapat menyerahkan dia [ Yesus, pen ] pada suatu ketika yang baik. Hal yang sama dikisahkan Lukas 22 : 4-6 : Maka pergilah ia kepada KEPALA-KEPALA IMAM dan PENGHULU LASYKAR serta ber-bicara peri bagaimana ia hendak menyerahkan Yesus kepada mereka itu. Maka bersukacitalah mereka itu SAMBIL BERJANJI MEMBERI UANG KEPADANYA. Maka Yudas pun mengakulah serta mencari ketika yang baik akan menyerahkan Yesus, pada waktu lengang. Antara Matius 26 : 15 dengan Markus 14 : 11 - Lukas 22 : 5 berbeda tentang “ UANG UPAH “. Menurut Matius 26 : 15, uang upah sebesar TIGA PULUH KEPING UANG PERAK langsung diserahkan oleh para kepala Imam kepada Yudas dalam pertemuan mereka yang berlangsung; sedangkan menurut Markus 14 : 11 - Lukas 22: 5, para kepala Imam hanya BERJANJI MEMBERI UANG TANPA DISEBUT BESARNYA kepada Yudas. Artinya, ketika proses penyerahan Yesus kepada para Imam, sebenar-nya Yudas BELUM MENERIMA UANG UPAH tersebut. Bagaimana yang sebenarnya ?. Ketika Markus 14 : 11 - Lukas 22 : 5 mengisahkan TIDAK TERJADI PENYERAHAN UANG kepada Yudas, berarti PENYERAHAN UANG TIGA PULUH PERAK kepada Yudas oleh para Imam yang dikisahkan dalam Matius 26 : 15 perlu dipertanyakan kebe-narannya. Apalagi Injil Markus dan Injil Lukas sama sekali TIDAK MENGISAHKAN PENYESALAN YUDAS atas pengkhianatannya terhadap Yesus , juga tidak mencerita-kan pengembalian UANG UPAH kepada para Imam. Begitu pula Injil Yohanes sama sekali tidak menceritakan mengenai UANG UPAH Yudas – entah sudah diberikan atau hanya janji saja – dari para Imam kepada Yudas. Fakta Markus 14 : 11 - Lukas 22 : 5 cukup menjadi dasar ketidak-benaran pengasuh Katolisitas yang menolak adanya pertentangan Matius 26 : 15 dengan KRR.1 : 18 . Sebenarnya tentang siapa pembeli dan pemilik tanah hasil “ uang darah “ dari Yudas tidak perlu dibahas untuk menunjukkan tidak berbedanya Matius 27 : 5-7 dengan KRR. 1 : 18 melainkan cara kematian Yudas yang dikisahkan berbeda oleh kedua ayat, itulah yang menjadi tema bahasan. Pengasuh Kato-lisitas hanya memberi komentar singkat tentang hal itu , yang dikutip berikut : Sedangkan Mat 27 : 5 dan Kis 1 : 18 tetap dapat sama-sama menjelaskan bagaimana Yudas wafat. Sebab dapat terjadi Yudas menggantung diri, namun entah karena talinya putus atau dahan pohon tempat ia menggantung diri patah, sehingga akhirnya Yudas jatuh tertelungkup dan seluruh isi perutnya tertumpah ke luar. Aneh ! Sudah jelas kedua ayat berbeda menceritakan cara matinya Yudas, tetapi pengasuh Katolisitas berkata: “....sama-sama menjelaskan bagaimana Yudas wafat “ dengan alasan : “ dapat terjadi “ yang bermakna “ mungkin “ dan diramu dengan kalimat “ entah karena talinya putus atau dahan pohon tempat ia menggantung diri patah, sehingga akhirnya Yudas jatuh tuh tertelungkup dan seluruh isi perutnya tertumpah ke luar “ menurut versi Alkitab LAI 1976 – 1986 – 2000- Perjanjian Baru ( The Gideon International ) - Kitab Suci Perjanjian Baru ( Bi-mas Katolik). Sedangkan petilan teks KRR. 1: 18 versi Alkitab LAI 1968 - Perjanjian Baharu 1977 ( The Gideon International ) - : “ jatuh terjerumus “. Tentu saja “ jatuh tertelungkup “ jelas berbeda dengan “ jatuh terjerumus “. Kalau dikatakan “ jatuh terjerumus “ berarti jatuh ke dalam lobang sedangkan “ jatuh tertelungkup “ tidak harus dalam lobang hanya saja gaya jatuh ke tiba di tanah adalah menelungkup. Mana yang benar antara “ jatuh terjerumus “ dengan “ jatuh tertelungkup “?. Kedua istilah ini adalah terjemahan untuk kata Yunani : “….πρηνής, γενόμενος …“ (… Prenes, genomenos…) yang terjemahan harfiahnya: “ head-foremost, having fallen “ ( dalam “ The Emphatic Diaglott “) yang terjemahan menurut Benyamin Wilson : “ falling head foremost “. Holy Bible menyebut : “ falling headlong “ - The Bible Society in Australia 1995 menyebut : “ fell headfirst “ tertelungkup dan seluruh isi perutnya tertumpah ke luar “ sebagai kesimpulan peng-gabungan kedua teks ayat. Satu pengakuan ketidak-pastian. Aneh sekali ! Hal yang tidak pasti dan tidak jelas di bawah payung “ dapat terjadi “ – “ entah …..“ bisa-bisanya dijadikan dasar argumentasi tidak berbedanya pengisahan Matius 27 : 5-7 dan KRR. 1 : 18 tentang cara matinya Yudas. Tampak sekali pengasuh Katolisitas tidak mampu menjelaskan ketidak-berbedaannya dengan menggunakan kata “ dapat terjadi “ – “ entah …..“. Kebenaran kitab suci model apa yang dijelaskan seperti itu ?. Mengapa tidak jujur saja mengakui perbedaan kedua ayat mengenai cara matinya Yudas daripada memberi penjelasan yang berakrobat jungkir-balik mempertahankan kedua ayat sebagai yang tidak bertentangan padahal memang bertentangan ?. Lebih jauh, diulas cara kematian Yudas yang dikisahkan Matius 27: 5-7 dan KRR. 1 : 18. Pengasuh Katolisitas telah memberi satu gambaran yang ber-lebih-lebihan yaitu dengan berkata : “... entah karena talinya putus atau dahan pohon tempat ia menggantung diri patah, “ ( Matius 27: 5-7 ) dan “ ... sehingga akhirnya Yudas jatuh tertelungkup dan seluruh isi perutnya tertumpah ke luar “ ( KRR. 1 : 18 ). Adakah Matius 27: 5 mengatakan Yudas menggantung diri pada dahan pohon dan karena talinya putus atau dahannya patah akhirnya Yudas terjatuh ?. Pengasuh Kato-lisitas terlalu berlebih-lebihan berkhayal memberi pernyataan yang tidak terangkat dalam Matius 27: 5 agar bisa mempertahankan, tidak ada pertentangannya dengan KRR. 1 : 18 karena hanya dikatakan : “... lalu pergi menggantung dirinya “. Tidak disebut sama sekali cara dan di tempat apa Yudas menggantung diri tidak disebut. Namun dalam khayalan pengasuh Katolisitas, Yudas menggantung diri di dahan pohon . Apa alasan pengasuh Katolisitas sehingga tidak mengkhayalkan Yudas menggantung pada kosen atap rumah ?. Sangat pasti tidak ada ayat lanjutan Matius 27 : 5 yang menyebut dahan pohon tempat Yudas menggantung diri, patah sehingga Yudas yang sudah jadi mayat terjatuh. Dalam ketidak-pastian khayalannya, pengasuh Katolisitas mengajukan kemungkinan lain yaitu tali yang menjerat leher Yudas, putus (bukan dahan pohon tempat Yudas menggantung diri yang patah ) sehingga Yudas yang sudah jadi mayat terjatuh. Aneh-aneh saja menyajikan penjelasan berdasarkan khayalan demi membuktikan tidak adanya pertentangan Matius 27: 5 -7 dengan KRR. 1 : 18. Terkait KRR. 1 : 18, pengasuh Katolisitas mengatakan : “ Yudas jat. Ketiganya berarti “ jatuh dengan kepala terlebih dahulu “. Apakah “ jatuh dengan kepala terlebih dahulu “ sama artinya dengan “ jatuh terjerumus “ dan “ jatuh tertelungkup “ ?. Berbeda dari semua istilah yang disebutkan, Good News Bible dan The New Testament in Todays English Version menterjemahkannya : “ fell to his death “ ( jatuh yang menyebabkan kematian ) yang pengertiannya sangat umum, tidak harus “ kepala jatuh terlebih dahulu “ atau “ jatuh terjerumus “ atau “ jatuh tertelungkup “. Fakta yang disebutkan memberi gambaran yang membingungkan, bagaimana terjemahan sebenarnya. Ayat KRR.1: 18, sangat diragukan dan dinilai sebagai tambahan baru. Telah dikemuka-kan, terjemahan menurut The Empatic Diaglott, ayat KRR. 1: 18 diberi tanda kurung yang berlanjut ke KRR. 1 : 19. Sama seperti pada Good News Bible dan The New Testament in Todays English version. Hal yang sama dijumpai pada versi terjemahan Alkitab LAI 1976 sama seperti pada Kitab Suci Perjanjian Baru ( Bimas Katolik ) dan Alkitab LAI 1974– 2000 tetapi bukan tanda kurung melainkan dengan garis tanda pisah ( “ -….. - “ ). Juga The Jerusalem Bible- New Testament memberi tanda khusus untuk ayat KRR. 1 : 18-19 tetapi bukan memberi tanda kurung (“ ( ….) “) atau memberi garis tanda pisah ( “ -…..- “ ) melainkan memberi tanda bintang ( * …..* ). Ketiga bentuk tanda khusus yang diberikan pada KRR. 1 : 18-19 tidak dijumpai pada Perjanjian Baharu 1977 ( The Gideon International ) - Perjanjian Baharu 1995 (The Bible Society in Australia 1995 ) - Holy Bible dan Alkitab LAI 1968, 1971. Pertanyaan, mengapa diberi tanda khusus pada KRR.1 : 18-19 berupa tanda kurung, tanda pisah dan tanda bintang?. Pemberian tanda khusus yang demikian hanya menun-jukkan keragu-raguan atas keberadaan ayat KRR.1 : 18-19 dan diyakini sebagai tambahan baru yang diberikan ketika penyalinan dilakukan. Artinya, KRR. 1 : 18 -19 adalah AYAT PALSU. Jika bukan ayat palsu silakan dibantah uraian yang diberikan. Berdasarkan ketidak-jelasan makna kata “… πρηνής, γενόμενος … “ (…Prenes, genomenos…) dan juga sebagai ayat yang ditambahkan, sangat tidak tepat bila KRR. 1 : 18 disandingkan dengan Matius 27 : 5 -7 untuk dibahas sebagai dua ayat yang tidak bertentangan. Kedua ayat sangat jelas bertentangan, tidak secuilpun pernyataan apologi yang masuk akal sebagai dalil yang menunjukkan tidak ada pertentangan antara kedua ayat. 10. Yesus membaptis ( Yoh 3 : 22 ) atau tidak membaptis ( Yoh 4 : 1-2 )? Kedua ayat yang diangkat pengasuh Katolisitas dikutip berikut menurut versi Alkitab LAI 1968 : Yohanes 3 : 22 : Kemudian daripada itu, datanglah Yesus dengan murid-muridnya ke tanah Yudea ; maka tinggallah ia di sana bersama-sama dengan mereka itu SAMBIL MEMBAPTISKAN ORANG. Yohanes 4 : 1-2 : Setelah Yesus mengetahui sebagaimana yang orang Parisi sudah mendengar bahwa Yesus itu memperoleh lebih banyak murid dan MEMBAPTISKAN ORANG lebih banyak daripada Yohanes. ( meskipun Yesus sendiri tiada membaptiskan orang melainkan murid-muridnya membaptiskan ) Pengasuh Katolisitas menjelaskan ketidak-bertentangan kedua ayat gara-gara Yohanes 3 : 22 mengatakan Yesus MEMBAPTISKAN ORANG sedangkan Yohanes 4 : 2 menegaskan, Yesus sendiri TIADA MEMBAPTISKAN ORANG melainkan yang membaptis-kan orang adalah murid-muridnya dengan menyandarkan kepada St. Agustinus seakan-akan St. Agustinus adalah Tuhan yang menginspirasikan Alkitab/Bibel sehingga apa yang dikatakannya pasti benar. Pengasuh Katolisitas berkata : Menurut pengajaran St. Agustinus, kedua pernyataan ini benar, tergantung bagaimana kita mengartikan kata “ membaptis ”. Sebab Yesus membaptis, dalam artian Ia-lah yang menyucikan [ orang yang dibaptis ], namun dikatakan Ia tidak membaptis, dalam artian bukan Yesus yang mencelupkan orang itu ke dalam air [ melainkan para murid-Nya ]. Para murid melayani secara jasmani, namun Kristus menyempunakannya dengan memberikan meterai rohani yang tentangnya Baptisan itu diucapkan. Dengan arti rohani ini, maka dikatakan bahwa Kristus membaptis. Penjelasan St. Agustinus tidak bermakna sedikitpun bila kedua ayat - Yohanes 3 : 22 dan Yohanes 4 : 1- 2 - tidak dikaji dan dianalisa. Apalagi St. Agustinus BUKAN TUHAN yang pernyataannya pasti benar. Sebenarnya pengasuh Katolisitas tidak perlu repot-repot “ mengadu “ Yohanes 4 : 2 ( “ Yesus sendiri tiada membaptiskan orang …. “ ) dengan Yohanes 3 : 22 tetapi cukup “ diadu “ saja dengan Yoha-nes 4 : 1 ( “Yesus itu memperoleh lebih banyak murid dan MEMBAPTISKAN ORANG …“ ). Jadi sebenarnya, dalam satu rangkaian ayat, Yohanes 4 : 2 bertentangan dengan Yohanes 4 : 1 ( ditambah Yohanes 3 : 22 ). Oleh karena itu judul bahasan pengasuh Katolisitas, seharusnya bukan “ Yesus membaptis ( Yoh 3 : 22 ) atau tidak mem-baptis ( Yoh 4 : 1-2 )? “ melainkan “ Yesus membaptis ( Yoh. 4 : 1 - Yoh. 3 : 22 ) atau tidak membaptis ( Yoh 4 : 2 ) ? “. Judul yang diberikan pengasuh Katolisitas sudah keliru karena pengasuh Katolisitas juga mempertentangkan Yohanes 4 : 1 ( “ Yesus itu ….. MEMBAPTISKAN ORANG …“ ) dengan Yohanes 3 : 22 ( Yesus ….. SAMBIL MEM-BAPTISKAN ORANG ) padahal keduanya sama-sama menegaskan : YESUS MEM-BAPTIS ORANG. Ketika fakta menunjukkan Yohanes 4 : 2 bertentangan dengan Yohanes 4 : 1 ( ditambah Yohanes 3 : 22 ) berarti ada permasalahan dengan Yohanes 4 : 2. Ternyata Yohanes 4 : 2 memang disisipkan penyalin belakangan sehingga jelas sebagai AYAT PALSU !!!. Kajian teks terjemahan pada berbagai versi Alkitab/Bibel menunjukkan hal tersebut. Mengenai Yohanes 4:2 pada versi-versi Alkitab/ Bibel dida-patkan fakta berikut : a. The New Testament in Todays English Version – Good News Bible : “ ( Ac-tually , Jesus himself did not baptize anyone, only his disciples did ) “. Teks ayat diberi TANDA KURUNG : “ ( …… ) “. b. Kitab Suci Perjanjian Baru ( Katolik ) – Perjanjian Baru ( Gideons Internatio-nal )- Alkitab LAI 1974 –1976 – 2000 : “ - meskipun Yesus sendiri tidak membap-tis, melainkan murid-muridnya - “. Teks ayat diberi TANDA PISAH : “ -- …… -- “. c. Terjemahan Benyamin Wilson dalam The Empatic Diaglott : “ ( though Jesus himself did not immerse, but his DISCIPLES ) “.Teks ayat diberi TANDA KURUNG : “ ( …… ) “. d. The Jerusalem Bible – New Testament : “ -- * though in fact it was his DISCIP-LES who baptized, not Jesus himself * -- “. Teks ayat diberi TANDA BINTANG dan TANDA PISAH : “ -- * …… * --“. e. Holy Bible - New Testament ( Gideons International ): “ ( though Jesus himself baptized not, but his disciples ) . Teks ayat diberi TANDA KURUNG : “ ( …… ) “. f. The Four Gospels : - tidak mencantumkan dan membuang ayat Yohanes 4 : 2 - Fakta yang tertera membuktikan, ayat Yohanes 4 : 2 adalah AYAT PALSU !!!. Kajian lanjut, yaitu membahas masalah : INJIL YOHANES. Mengenai Injil Yohanes , ENCYCLOPAEDIA BRITANICA, mengungkapkan : Adapun Injil Yohanes tidak disangsikan dan tidak syak lagi kepalsuannya. Penga-rangnya bermaksud mengadakan pertentangan antara kedua orang sahabat yaitu orang-orang suci : “ Yohanes dan Matius “. Penulis Pemalsu ini mendakwakan dalam matan kitabnya bahwa dia adalah sahabat yang disayangi Al Masih “ . Kepalsuan Injil Yohanes ditegaskan pula oleh Karel A. Steenbrink dalam bukunya : “ PERKEMBANGAN TEOLOGI DALAM DUNIA KRISTEN MODERN ” ( hal.130 ) berikut : Malah kepada Injil Yohannes diberikan tambahan. Injilnya, sebenarnya sudah berakhir pada ayat penutupan bab. 20 : 30 : “ Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan murid-muridnya yang tidak tercatat dalam kitab ini , tetapi semua yang tercantum di situ telah tercatat supaya kamu percaya ……Bab 21 dalam Injil Yohannes itu pasti merupakan suatu tambahan yang ditulis oleh murid-murid Yohannes ” . Karena “ tambahan “ berarti telah terjadi perubahan. Artinya ayat Alkitab/Bibel banyak yang telah dipalsukan ! Masalah ” penutup Injil Yohanes ( Yohanes ) ” diakui pula oleh pihak Kristen tradisional ( - istilah untuk membedakan dengan kelompok Kristen yang kritis terhadap Alkitab/Bibel ) yaitu Katolik , Protestan dan Ortodoks. A.S. Hadiwinata ( Katolik ) dalam bukunya ” Tafsir Yohanes “ ( hal. 287- 290 ) menulis : Injil Yohanes yang kita miliki sekarang ini mempunyai dua penutup : 20 : 30,31 dan bab 21. Meskipun tambahan dari bab terakhir tampaknya salah satu cara merusak mutu literer konklusi 20 : 30,31, bagi beberapa ahli, dua penutup cocok. Pengarang yang bertanggung jawab atas bab 21 berpikir bahwa karyanya mempertinggi dan tidak mengurangi efektivitas dari konklusi Injil kendati klimaks kuat terdapat dalam ay.20 : 28-29 ........ Para pakar berpendapat bab ini merupakan tambahan oleh seorang redaktur untuk melengkapi Injil. Bahwa bab ini merupakan tambahan dapat dilihat jika orang menyelidiki hubungan antara bab 20 dan bab 21. Bab 20 menampilkan konklusi yang tegas dan cocok untuk seluruh Injil, sementara bab 21 menya-ikan suatu anti klimaks bahkan boleh dikatakan menghancurkan penutup yang ditawarkan dalam unit terdahulu. Sangat tidak cocok hubungan antara 20 : 30,31 dengan 21 : 25. Yang terakhir ini merupakan usaha lemah untuk meniru yang pertama. Berarti bab 21 Injil Yohanes adalah bagian Injil yang palsu dalam Perjanjian Baru ( The New Testament ). Pertanyaan yang menggugah, siapa pemalsu yang menambahkan bab 21 dalam Injil Yohanes? Apa motifnya ?. Apakah diinspirasikan Roh Kudus agar melakukan pemalsuan ? . Gambaran KEPALSUAN INJIL YOHANES terangkat jelas oleh fakta temuan Injil Yoha-nes versi Syriac. Pada tahun 1892, Agnes S. Lewis bersama saudaranya A.D. Gibson menemukan manuskrip Injil Yohanes versi bahasa Syriac di bukit Sinai yang disebut versi Palimpseste. Pakar Alkitab/Bibel memperkirakan tahun ditulisnya teks Injil Yoha-nes versi Palimpseste kira-kira abad ke 4 atau abad ke 5. Dinamakan Palimp-seste karena teks yang pertama ( asli ) telah ditutup oleh teks lain di atasnya. Setelah teks lain yang baru dihapus, barulah teks pertama ( asli ) terlihat dan terbaca lagi. Dalam Yohanes 14 : 26 versi Palimpseste, ternyata tidak tercantum atau tidak ditulis “ Roh Kudus “ melainkan hanya tertulis : ” Roh ” saja tanpa kata “ Kudus “. Tidak sebagai-mana yang dibaca dalam Alkitab/Bibel sekarang yang tertulis “ Roh Kudus “. Fakta demikian membuktikan satu hal yaitu pencantuman kata “ Roh Kudus “ dalam ayat Yohanes 14: 26 memang bermasalah dan kata “ Kudus “ yang tercantum hanyalah tambahan bela-kangan yang dilakukan tangan-tangan manusia ketika penyalinan dilakukan. Penambah-annya bukan kata ” Roh Kudus ” tetapi kata ” Kudus ” ditambahkan pada kata ” Roh ”. Fakta temuan Injil Yohanes versi bahasa Syriac ” Palimpseste ”, ketika Yohanes 14 : 26 sebenarnya hanya mencantumkan kata ” Roh “ dan di sisi lain Yohanes 14 : 17 dan Yohanes 15 : 26 menulis “ Roh Kebenaran “, diyakini ketika penyalinan dilakukan, para penyalin Injil Yohanes telah menambahkan kata ” Kudus “ di belakang kata “ Roh “ dalam Yohanes 14 : 26 dan mengabaikan teks lainnya yang tertulis ” Kebenaran ” menyertai kata ” Roh ”. Penyalin telah ” memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan ” demi mendukung dogma Kristen yang dianut sehingga kata yang hanya tertulis ” Roh ” diubah menjadi ” Roh Kudus ”. Pengubahan dari kata yang asli : ” Roh ” menjadi ” Roh Kudus ” tidak dengan ” Roh Kebenaran ” seperti dalam Yohanes 14: 17 dan Yohanes 15 : 26, memastikan adanya satu tujuan si penyalin yaitu supaya nama ” Roh Kudus” – dalam dogma Trinitas menjadi salah satu komponen dari Allah Yang Esa – bisa ternu-buatkan. Dengan demikian dogma ” Trinitas ” bisa ditegakkan. Adanya perubahan kata “ Roh “ menjadi “ Roh Kudus “ dalam Yohanes 14 : 26 , tidak bisa tidak karena adanya motivasi, sasaran dan tujuan tertentu. Dalam proses penya-linan Alkitab/Bibel selalu terjadi perubahan-perubahan yang dilakukan sengaja atas suatu teks untuk disesuaikan dengan dogma Kristen Trinitas yang dianut. Menarik disi-mak pernyataan Dr. Maurice Bucaille berikut ): Adanya kata “ Ruhulkudus “ dalam teks yang kita miliki sekarang, mungkin ada hubungannya dengan tambahan-tambahan baru yang disengaja untuk merobah arti yang sesungguhnya dalam suatu paragraf yang berkontradiksi dengan ajaran Kristen yang ingin menyatakan bahwa Yesus adalah Nabi yang terakhir, karena paragraf tersebut mengumumkan kedatangan seorang Nabi sesudah Yesus Fakta yang dikemukakan, mempertegas pengakuan pakar Alkitab/Bibel tentang KEPAL-SUAN INJIL YOHANES. Anehnya , pengasuh Katolisitas justru membahas ayat-ayat Injil Yohanes yang palsu dengan tujuan tidak ada perbedaan antara dua ayat – Yahya 3 : 1 dengan Yohanes 4 : 1-2 –. Apa manfaatnya bagi pencarian kebenaran membahas ayat-ayat dalam INJIL PALSU ? 11. Yesus mengusir roh jahat di Gerasa ( Mrk. 5 : 1 - 13, Luk 8 : 27 - 33 ) atau Gadara ( Mat. 8 : 28 - 32 ) ? Dikutip terlebih dahulu ayat-ayat yang dibicarakan pengasuh Katolisitas dalam penjelas-annya untuk menunjukkan kedua kelompok ayat sebagai tidak bertentangan padahal yang satu menyebut “ Gerasa “ ( Mrk. 5 : 1 - 13, Luk 8 : 27 - 33 ) dan yang lainnya menyebut “ Gadara “ ( Mat. 8 : 28 - 32 ) menurut versi Alkitab LAI 1968. Sebenarnya yang menyebut “ Gerasa “ hanya Markus 5 : 1 dan Lukas 8 : 26 ( - bukan Lukas 8 : 27 ) dan yang menyebut “ Gadara “ hanya Matius 8 : 28 . Begitu pula mengenai orang yang dirasuk setan hanya Matius 8 : 28 ( menyebut “ DUA ORANG “ ) dan Markus 5 : 2 ( menyebut “ SEORANG DARI KUBUR “ ) serta Lukas 8 : 27 ( menyebut : “ SEORANG YANG BERDIAM DI KUBUR-KUBUR “ . - Kelompok pertama yang menyebut “ Gerasa “ dan “ satu orang dirasuk setan “ : a. Markus 5 : 1 : " Maka sampailah mereka itu ke seberang tasik, ke TANAH ORANG GERASA ". Markus 5 : 2 : " Setelah Yesus turun dari perahu sebentar itu juga bertemulah dengan dia, SEORANG yang datang daripada kubur dan yang DIRASUK SETAN. b. Lukas 8 : 26 : " Maka berlayarlah mereka itu sampai ke tanah ORANG GERASA , yang berseberang dengan Galilea ". Lukas 8 : 27 : " Setelah ia naik ke darat maka bertemulah dengan dia SEORANG dari negeri itu yang DIRASUK SETAN ….. - Kelompok kedua Matius 8 : 28 yang menyebut “ Gadara “ dan “ dua orang dirasuk setan “ : Setelah ia sampai ke seberang di TANAH GADARA maka bertemulah dengan dia DUA ORANG YANG DIRASUK SETAN ……. Atas perbedaan Markus 5 : 1-13 , Lukas 8: 27-33 dengan Matius 8 : 28-32 pengasuh Katolistas memunculkan permasalahan : “ Penyembuhan itu dilakukan di Gerasa ( menurut Markus dan Lukas ) atau di Gadara ( menurut Matius ) ? Yesus menyembuhkan satu orang ( menurut Markus dan Lukas) atau dua orang yang kerasukan setan ( menu-rut Matius )?“. Tujuannya menjelaskan yaitu tidak ada pertentangan antara nama tempat Yesus mendarat dalam perjalanan naik perahu di danau Galilea yaitu antara “ Gadara “ ( versi Matius ) dengan “ Gerasa “ (versi Markus – Lukas ). Penjelasan pengasuh Katolistas merujuk pendapat Albert Barnes, Notes on the New Testament: Matthew and Mark ( Grand Rapids, MI: Baker, 1949), p. 91) : Gadara adalah kota tak jauh dari danau Genesaret, salah satu dari sepuluh kota yang dise-but Dekapolis. Gergesa ( kemungkinan variasi dari kata “ Gerasa ” ) adalah sebuah kota yang terletak 12 mil di sisi tenggara Gadara dan sekitar 20 mil di timur sungai Yordan. Maka tak ada kontradiksi antara ketiga Injil di sini. Yesus datang ke daerah ini di mana kedua kota terletak dan salah satu pengarang Injil menyebut kota yang satu dan dan pengarang lainnya menyebut kota lainnya. Terlihat bahwa para pengarang itu tidak setuju dalam hal menekan-kan kota yang mana, sebab jika ya, tentu mereka sudah menyebutkan nama kota yang sama. Namun hal ini menunjukkan bahwa mereka mengenal daerah tersebut. Tak ada orang yang dapat menulis sedemikian, hanya mereka yang sungguh mengenal fakta-faktanya. Berdasarkan pemahaman “ Gergesa ( kemungkinan variasi dari kata “ Gerasa ” ) adalah sebuah kota yang terletak 12 mil di sisi tenggara Gadara dan sekitar 20 mil di timur sungai Yordan “ disimpulkan : “ … tak ada kontradiksi antara ketiga Injil …. “ mengenai tempat Yesus mendarat dan menyem-buhkan orang kerasukan setan. Akan ditunjukkan keanehan penjelasan ini karena sangat jelas : “ Gadara “ beda dengan “ Gerasa “. Masalah nama “ Gadara “ dan “ GERASA “ sebagai nama tempat Yesus mendarat dan menyembuhkan orang kerasukan setan, perlu dikaji. Dari berbagai sumber seperti Wiki-pedia, didapatkan penyebutan nama tempat Yesus melakukan penyembuhan orang yang dirasuk setan, berbeda-beda. Injil Matius yang menyebut : “ Gadara “ terpecah dalam penulisan menurut versi manuskrip . Codex Vaticanus menulisnya : “ Gadara “ , Codex Washingtonianus menulisnya : “Gergesa “. Begitu pula mengenai Injil Markus yang menyebut : “ Gerasa “ terpecah dalam penulisan versi manuskrip. Codex Vatica-nus dan Codex Bezae menulisnya : “ Gerasa “, Codex Alexandrinus dan Codex Eph-raemi Ressciptus menulis : “ Gadara “. Sejumlah manuskrip lainnya menulis : “Gerge- sa “. Sedangkan Injil Lukas yang menyebut : “ Gerasa “, Codex Alexandrinus menulis : “ Gadara “, Codex Sinaiticus menulis : “ Gergesa “ dan Papirus 75 menulis : “ Gerasa “. Eusebius tokoh gereja abad 4 – tokoh yang terlibat dalam pertentangan antara Arius dan Athanasius – memunculkan tiga nama : “ Gadara “ – “ Gergesa “ – “ Girgashi “. Apakah Eusebius menyamakan “ Girgashi “ dengan “ Gadara “ tidak dipastikan. Dikata-kan pula, kata “ Gerasa “ ( Gerasenon - Γερασηνῶν ) dieja dengan “ Gergesa “ ( Ger-gesēnōn - Γεργεσηνῶν ). Ada tiga versi nama tempat ( “ khora “ yang berarti “ daerah “ atau “ tempat “ ) Yesus menyembuhkan orang yang dirasuk setan yang muncul yaitu : Gadara, Gerasa/ Gergesa dan “ Girgashi “. Mana sebenarnya yang menjadi nama tempat/negeri Yesus menyembuhkan orang yang dirasuk setan ?. Untuk mengetahui-nya, perlu ditegaskan dulu lokasi geografis dari “ Gadara “ dan “ Gerasa/Gergesa “. Menurut penelitian Ulrich Seetzen pada tahun 1806, kota Gadara ( sekarang desa " Ummul Qais " , sebuah kota kecil Bani Kinanah, wilayah Irbid , Yordania berbatasan dengan Israel dan Suriah ) terletak 6 mil (10 km ) di sebelah tenggara Danau Galilea, sedangkan kota Gerasa ( sekarang “Jerash “ di Yordania) terletak 30 mil ( 50 km ) , ke arah tenggara. Berarti , antara Gadara dengan Garasa terpisah oleh jarak 24 mil atau sekitar 40 km. Melihat posisi geografis terhadap Danau Galilea, berarti pantai tempat Yesus mendarat pasti berdekatan dengan Gadara, bukan Gerasa yang jauhnya 5 kali lipat dibandingkan jauhnya Gadara dari pantai danau Galilea. Ulasan yang diberikan tentu saja berbeda dengan penjelasan Albert Barnes, Notes on the New Testament: Matthew and Mark ( Grand Rapids, MI: Baker, 1949), p. 91) yang dikutip pengasuh Katolisitas yaitu tentang lokasi geografis “ Gerasa “ yang dikatakan terletak 12 mil di sisi tenggara Gadara dan sekitar 20 mil di timur sungai Yordan. Terkait dengan GADARA dan GERASA dikata-kan : “ Yesus datang ke daerah ini di mana kedua kota terletak, dan salah satu pengarang Injil menyebut kota yang satu dan dan pengarang lainnya menyebut kota lainnya “. Pertanyaan muncul : - Dikatakan, “ Yesus datang ke daerah ini di mana kedua kota terletak “. Apa nama “daerah ini “ yang menjadi wilayah beradanya GADARA dan GERASA ?. - Mengapa pengarang Injil Markus dan Injil Lukas menyebut “ GERASA “ sebagai kota/tempat yang berdekatan dengan Gadara padahal ada beberapa kota/ tempat yang lebih dekat dengan GADARA dibandingkan dengan GERASA ?. - Apakah hanya Gerasa yang ada di “ daerah ini “ yang berdekatan dengan Gadara sehingga tidak salah bila ada pengarang Injil kanonik yang menyebut Gadara dengan Gerasa dan disimpulkan antara Markus 5 : 1 - Lukas 8: 26 yang menyebut “ Gerasa “ tidak bertentangan dengan Matius 8 : 28 yang menyebut “ Gadara “ ?. - Jika yang dimaksud oleh pengasuh Katolisitas dengan “ daerah ini “ dalam penje-lasannya adalah wilayah DEKAPOLIS (yang berarti “ SEPULUH KOTA “), hendaknya diketahui, ada sepuluh kota/tempat di wilayah Dekapolis yaitu : DAMASCUS, CANATHA, HIPPUS, DION, RAPHANA, GADARA, SCYTOPOLIS, PEILA, GERASA dan PHILADELPHIA. Hampir semua kota di wilayah Dekapolis yang disebutkan, terletak di sebelah tenggara danau Galilea kecuali DAMASCUS dan CANATHA di barat daya danau Galilea dan SCYTOPOLIS di selatan danau Galilea. Yang terdekat dengan GADARA bagian tenggara danau Galilea adalah HIPPUS, DION dan RAPHANA sedangkan GERASA lebih jauh dari ketiganya. Mengapa GERASA yang jauh dari GADARA disebut-sebut sedangkan kota/tempat lainnya yang justru lebih dekat yaitu HIPPUS, DION dan RAPHANA tidak disebut ?. Bukankah “ GERASA “ lebih jauh dibandingkan dengan ketiga kota itu terhadap GADARA ditinjau posisinya dari Danau Galilea ?. Apa alasan masing-masing pengarang Injil Markus dan Lukas memilih GERASA yang lebih jauh sebagai pengganti nama “ GADARA “ yang disebut oleh Injil Matius ?. Satu argumentasi aneh pengasuh Katolisitas : “ Terlihat bahwa para pengarang itu tidak setuju dalam hal menekankan kota yang mana, sebab jika ya, tentu mereka sudah menyebutkan nama kota yang sama “ . Kok bisa saling tidak setuju yaitu pengarang Injil Matius tidak setuju dengan nama “ GERASA “ dan setuju dengan nama “ GADARA “ sedangkan pengarang Injil Markus dan Injil Lukas tidak setuju dengan nama “GADARA “ dan setuju dengan nama “ GERASA “. Aneh bin ajaib, bisa-bisanya kebenaran “ firman Allah “ didasarkan pada setuju dan tidak setujunya pengarang-pengarang Injil kanonik yaitu “ tidak setuju dalam hal menekankan kota yang mana “. Pertanyaan, mengapa mereka tidak setuju ?. Apa nama tempat Yesus mendarat dan menyem-buhkan orang yang kerasukan setan yang sesungguhnya ketika lokasi geografis “ GADARA “ berbeda dengan “ GERASA “ ? . Perhatikan ayat Markus 5 : 2 : " Setelah Yesus TURUN DARI PERAHU , SEBENTAR ITU JUGA bertemulah dengan dia, , SEORANG YANG DATANG DARIPADA KUBUR-KUBUR DAN DIRASUK SETAN ". Di mana lokasi tempat Yesus bertemu dengan seorang yang dirasuk setan menurut Markus 5 : 2 ?. Menyimak kalimat “ Setelah Yesus TURUN DARI PERAHU , SEBEN-TAR ITU JUGA bertemulah dengan dia …” berarti lokasi tempat Yesus bertemu dengan orang yang kerasukan setan adalah wilayah pantai atau dekat dengan wilayah pantai tetapi bukan sampai puluhan kilometer dari wilayah pantai. Berdasarkan peta, tidak lain adalah GADARA, bukan GERESA yang jauh dari pantai. Sesuai dengan ayat Matius 8 : 28 :3 Setelah ia SAMPAI KE SEBERANG DI TANAH GADARA maka bertemulah dengan dia, DUA ORANG YANG DIRASUK SETAN, yang datang daripada kubur-kubur dengan amat sangat garangnya sehingga seorangpun tiada dapat lalu pada jalan itu. Lukas 8 : 26 berkisah beda dengan menyebut “ GERASA “ , bukan “ GADARA “ yaitu : Maka berlayarlah mereka itu SAMPAI KE TANAH ORANG GERASA yang berseberangan dengan Galilea. Apakah “GADARA “ adalah “ TANAH ORANG GERASA “ ?. Pengarang Injil Lukas keliru mengatakan : “ .... TANAH ORANG GERASA yang berseberangan dengan Galilea “ padahal yang berseberangan langsung dengan danau Galilea adalah GADARA sedangkan Geresa berjarak lebih jauh dari pantai danau Galilea sekitar 50 km. Dari analisa yang diberikan betapa kelirunya pengasuh Katolisitas ketika berkata : “ Terlihat bahwa para pengarang itu tidak setuju dalam hal menekankan kota yang mana, sebab jika ya, tentu mereka sudah menyebutkan nama kota yang sama “ . Padahal bukan soal “ tidak setuju “ atau “ setuju “ antar pengarang Injil Matius – pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas melainkan pengarang Injil Lukas sangat jelas keliru mengatakan “ TANAH ORANG GERASA yang berseberangan dengan Galilea “. Jangan menerima kekeliruan pengisahan pengarang Injil Lukas sebagai yang benar ketika berbeda dengan Matius dan Markus. Pengasuh Katolisitas berkata : “ Namun hal ini menunjukkan bahwa mereka mengenal daerah tersebut. Tak ada orang yang dapat menulis sedemikian, hanya mereka yang sungguh mengenal fakta-faktanya “. Penjelasan pengasuh Katolisitas semakin tidak keruan-keruan. Hal ini ditunjukkan berikut : a. Pengasuh Katolisitas berkata : “ … mereka mengenal daerah tersebut “. Siapakah yang dimaksud dengan : “ mereka “ ?. Tentu yang dimaksud oleh pengasuh Katolisitas dengan: “ mereka “ adalah pengarang Injil Matius, pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas. Kalau pengarang Injl Yohanes tidak berbicara sama sekali tentang hal ini. Pertanyaan lanjut, siapakah pengarang Injil Matius, pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas ?. Pasti pengasuh Katolisitas menegaskannya, yaitu murid-murid Yesus. Ini merupakan satu kebohongan. Pengakuan para pakar Alkitab/ Bibel, Injil Matius, Injil Markus, Injil Yohanes BUKAN DIKARANG MURID-MURID YESUS melainkan orang-orang yang tidak dikenal sama sekali tetapi mengatas–namakan para murid Yesus. Sedangkan Injil Lukas dan Kisah Rasul-Rasul menurut para pakar Alkitab/Bibel dikarang oleh LUKAS MURID PAULUS, BUKAN MURID YESUS. Apakah “ mereka “ orang-orang yang tidak dikenal ini yang menge-nal nama-nama daerah tempat Yesus mendarat dan menyembuhkan orang yang dirasuk setan dan kemudian memasukkan kedalam “ INJIL“ yang mereka karang ?. b. Pengasuh Katolisitas mengatakan : “…Tak ada orang yang dapat menulis sedemiki-an, hanya mereka yang sungguh mengenal fakta-faktanya “. Pernyataan kebanggaan yaitu TIDAK ADA YANG DAPAT MENULIS SECARA BERBEDA MENGENAI NAMA TEMPAT DI MANA YESUS MENYEMBUHKAN ORANG YANG KERASUKAN SETAN kecuali pengarang Injil Matius, pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas (yang tidak diketahui siapa mereka). Demikian makna yang dipahami dari pernyataan pengasuh Katolisitas. Kok, bisa-bisanya pengasuh Katolisitas membanggakannya dengan pernyataan yang demikian. Padahal yang dapat MENULIS SECARA BERBEDA NAMA TEMPAT DI MANA YESUS MENYEMBUHKAN ORANG YANG KERASUKAN SETAN justru adalah MANUSIA YANG KERASUKAN SETAN juga. Dalam membanggakan pengarang Injil Matius, pengarang Injil Markus dan penga-rang Injil Lukas (yang tidak diketahui siapa mereka) yang mampu menulis secara berbeda nama tempat di mana Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan, pengasuh Katolisitas beralasan : “ …. mereka yang sungguh mengenal fakta-faktanya “. Terlihat kejanggalan alasan yang dikemukakan pengasuh Katolisitas. Padahal telah diketahui berdasarkan penelitian Ulrich Seetzen tahun 1806, kota Gadara ( sekarang desa " Ummul Qais " , sebuah kota kecil Bani Kinanah, wilayah Irbid ,Yordania berbatasan dengan Israel dan Suriah ) terletak 6 mil (10 km ) di sebelah tenggara Danau Galilea, sedangkan kota Gerasa ( sekarang “Jerash “ di Yordania) terletak 30 mil ( 50 km ) , ke arah tenggara. Berarti , Gadara terpisah oleh jarak 24 mil atau sekitar 40 km dengan Garasa. Melihat posisi geografis terhadap Danau Galilea, berarti pantai tempat Yesus mendarat pasti berdekatan dengan Gadara, bukan Gerasa yang jauhnya 5 kali lipat dibandingkan jauhnya Gadara dari pantai danau Galilea. Berdasarkan fakta lokasi geografis berbeda antara Gadara dengan Gerasa, dipertanyakan kepada pengasuh Katolisitas atas pernyataannya yang demikian, fakta-fakta apa saja di tempat Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan dan dikenal pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas sehingga menyebutnya : “ GERASA “ dan fakta-fakta apa pula yang dikenal pengarang Injil Matius di tempat tersebut sehingga menyebutnya “ GADARA “ padahal antara Gadara dengan Gerasa terpisah oleh jarak sekitar 40 km ?. Berdasarkan dua bahasan yang dikemukakan, pengasuh Katolisitas memberi argumen yang berantakan dengan berkata : “…mereka mengenal daerah tersebut. Tak ada orang yang dapat menulis sedemikian, hanya mereka yang sungguh mengenal fakta-fakta- nya “. Pengasuh Katolisitas sendiri sangat terang benderang mengatakan : “… Gerasa adalah kota yang terkenal, yang sudah dikenal oleh kaum Yunani/non-Yahudi, sedang-kan Gadara ibukota dari Perea, propinsi Romawi, adalah kota utama dari kesepuluh kota di Dekapolis “ ( merujuk Robert Lenski C.H, The Interpretation of St. Mark’s Gospel -JamesBurton Coffman, Commentary on Mark Ronald - F.Youngblood, 1995, New Illustrated Bible Dictionary ); satu pernyataan yang membedakan lokasi geografis dari Gadara dan Gerasa. Anehnya, pengasuh Katolisitas menegaskan : “… ketiga penga-rang Injil menulis tentang daerah yang sama “. Bagaimana pengasuh Katolisitas bisa mengatakan, Gadara dan Gerasa sebagai daerah yang sama padahal sebelumnya sangat jelas membedakan lokasi Gadara dengan Gerasa. Penjelasan pengasuh Kato-lisitas sangat berantakan karena penjelasannya bertentangan satu dengan yang lain. Pengasuh Katolisitas menjelaskan : “ Kedekatan antara kedua kota mengakibatkan me-reka yang tinggal di Gerasa dapat disebut orang Gadara ( Gadarenes ) “. Apa hubungan “ orang yang tinggal di Gerasa “ dapat disebut “ orang Gadara ( Gadarenes ) “ padahal permasalahan adalah perbedaan nama tempat Yesus menyembuhkan orang yang kera-sukan setan yang menurut Matius adalah “ GADARA “ sedangkan menurut Markus dan Lukas adalah “ GERASA “ ketika kedua kota itu berbeda ?. Biar jutaan kali “ orang yang tinggal di Gerasa “ disebut “ orang Gadara ( Gadarenes ) “ atau sebaliknya, namun hal itu tidak menyebabkan “ GADARA “ sama dengan “ GERASA “. Pengasuh Katolisitas seharusnya menyajikan pernyataan menurut sumber rujukannya atau ulasan dari segi anthropologi yang mengatakan “ …. mereka yang tinggal di Gerasa dapat disebut orang Gadara ( Gadarenes ) “. Kita terganggu dengan kata “ dapat “ dalam petilan kalimat “….. dapat disebut orang Gadara (Gadarenes) “ yang mengesankan, pernyataan demikian hanyalah penafsiran pribadi pengasuh Katolisitas. Betul-betul penjelasan yang ambu-radul dalam upaya mempertahankan tidak adanya pertentangan antara Markus 5 : 1-13, Lukas 8 : 27 - 33 dengan Matius 8 : 28 – 32 padahal jelas-jelas bertentangan. Perhatikan pernyataan lanjut pengasuh Katolisistas yang katanya merujuk J.W Mc Garvey, The Fourfold Gospel - John and James Strong McClintock and Strong, Cyclo-pedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature : “ Gambar kapal di koin uang logam kota Gadara kemungkinan menunjukkan bahwa Gadara kemungkinan memben-tang sampai ke danau Galilea. ….Para penulis Injil tersebut memilih untuk mengacu kepada area yang sama, dengan cara yang berbeda “. Penjelasan yang diberikan peng-asuh Katolisitas terkait dengan area wilayah Gadara berpayung pada “ kemungkinan “. Apakah wilayah Gadara yang disebut masuk wilayah Gerasa ketika pengasuh Katoli-sitas bermaksud mengatakan Gadara (versi Matius ) juga adalah Gerasa (versi Markus – versi Lukas ) ?. Apakah wilayah Gerasa juga “ kemungkinan membentang sampai ke danau Galilea…“ sehingga muncul pernyataan pengasuh Katolisitas : “ Para penulis Injil tersebut memilih untuk mengacu kepada area yang sama, dengan cara yang berbeda “. Satu kebohongan luar biasa mengatakan Gadara dan Gerasa : “ mengacu kepada area yang sama, “ padahal sebagaimana yang telah dikemukakan, berdasarkan penelitian Ulrich Seetzen tahun 1806, posisi geografis Gadara dengan Garasa terpisah oleh jarak 24 mil atau sekitar 40 km. Juga berdasarkan Robert Lenski C.H – James Burton Coffman, dan - F. Youngblood, yang justru dirujuk sendiri oleh pengasuh Katolisitas sehingga menyajikan pernyataan : “…Gerasa adalah kota yang terkenal, yang sudah dikenal oleh kaum Yunani/ non-Yahudi, sedangkan Gadara ibu-kota dari Perea, propinsi Romawi, adalah kota utama dari kesepuluh kota di Dekapolis “, pernyataan yang menegaskan lokasi geografis Gadara berbeda dengan Gerasa. Mengapa mempertahankan “ kesucian “ Alkitab/Bibel harus dengan berbohong ?. Jika bukan kebohongan, sanggahlah fakta penelitian Ulrich Seetzen dan pernyataan Robert Lenski C.H – James Burton Coffman, dan - F. Youngblood untuk menunjukkan pengasuh Katolisitas tidak melakukan kebohongan dengan pernyataannya. Kebohongan itu ternyata tetap dipertahankan pengasuh Katolisitas dengan pernyataan yang sama : “ Mereka sama-sama mengacu kepada daerah di sekitar danau Galilea “ sebagai dasar bagi pernyataannya : “ Namun yang jelas, baik Matius, Markus dan Lukas tidak saling bertentangan saat menyampaikan kejadian ini “. Daerah apa saja di sekitar danau Galilea , yang sama-sama diacu oleh pengarang Injil Matius – pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas sehingga Injil Matius mengatakan “ Gadara “ dan Injil Markus-Injil Lukas mengatakan “ Geresa “ ?. Telah dikemukakan sebe-lumnya, kota-kota di wilayah Dekapolis yang berlokasi di sekitar danau Galilea adalah HIPPUS, RAPHA-NA, GADARA dan SCYTOPOLIS. Sedangkan Geresa berada lebih jauh dari pantai danau Galilea yaitu 50 km atau lebih jauh 40 km dibandingkan Gadara. Atas dasar apa sehingga pengasuh Katolisistas mengatakan: GERESA dan GADARA sebagai : “ sama-sama mengacu kepada daerah di sekitar danau Galilea “ ?. Satu kebohongan ditunjukkan pengasuh Katoli-sitas dengan mengatakan Geresa di sekitar danau Galilea !. Menghindar dari kerumitan menyamakan “ GADARA “ dengan “ GERESA “, pengasuh Katolisitas pun berkilah, masalah tempat mukjizat Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan tidak terlalu penting dibandingkan : “ Kristus mempunyai kuasa atas dunia spiritual, dan Ia menyatakan kuasanya atas roh jahat tersebut “ . Padahal perbedaan penyebutan nama “ GADARA “ dengan “ GERESA “ sangat terkait dengan kebe-naran Alkitab/Bibel sebagai “ KITAB SUCI “. Apa arti “ Kristus mempunyai kuasa atas dunia spiritual, dan Ia menyatakan kuasanya atas roh jahat tersebut “ ketika Alkitab/ Bibel yang mengisahkan penuh kepalsuan ?. Jelas tidak ada argumentasi secuilpun yang bisa dikemukakan dalam mempertahankan, tidak adanya perbedaan antara “ GADARA “ ( Injil Matius ) dengan “ GERESA “ ( Injil Markus – Injil Lukas ). Dari bahasan yang dikemukakan, terlihat pasti Markus 5 : 1–13 ; Lukas 8 : 27- 33 ) bertentangan dengan Matius 8 : 28 – 32 , bukan “ nampaknya bertentangan “. Mengenai perbedaan orang yang dirasuk setan, apakah satu orang ataukah dua orang, pengasuh Katolisitas hanya bisa berkata : “ Sedangkan apakah Yesus menyembuhkan satu atau dua orang yang kerasukan setan, juga bukanlah suatu pertentangan. Perbe-daan serupa juga terjadi dalam penulisan perikop Yesus menyembuhkan seorang atau dua orang yang buta berikut ini “. Pengasuh Katolisitas hanya bisa mengarahkan ke pembahasan tentang perbedaan Markus 10 : 46 -52 ; Lukas 18 : 35,38 tentang Yesus menyembuhkan “ SATU ORANG BUTA “ sedangkan Matius 20 : 30 mengatakan : “ DUA ORANG BUTA “ ( - yang akan dibahas menyusul - ). Satu bukti, sebenarnya pengasuh Katolisitas tidak mampu memberikan alasan perbedaan versi Markus 5 : 1–13 ; Lukas 8 : 27- 33 yang menyebut satu orang kerasukan setan dengan versi Matius 8 : 28 – 32 yang menyebut dua orang kerasukan sebagai yang tidak berbeda. Lalu diarahkan ke perbedaan Markus 10 : 46 -52; Lukas 18 : 35,38 tentang Yesus menyembuhkan “ SATU ORANG BUTA “ sedangkan Matius 20 : 30 mengatakan : “ DUA ORANG BUTA “ pada-hal aspek latar belakang kedua perbedaan tersebut, berbeda satu dengan lainnya. Argumentasi pengasuh Katolisitas tentang tidak adanya perbedaan Markus 10 : 46 -52 ; Lukas 18 : 35,38 dengan Matius 20 : 30 tentang jumlah orang buta yang disembuhkan Yesus menjadi argumentasi pula untuk menjelaskan tidak adanya perbedaan banyak Markus 5 : 1–13 ; Lukas 8 : 27- 33 ) dengan Matius 8 : 28 – 32 tentang orang yang kerasukan setan yang disembuhkan Yesus padahal back-ground pengisahan berbeda.

AYAT-AYAT ALKITAB/BIBEL YANG BERTENTANGAN HANYA NAMPAKNYA SAJA BERTENTANGAN (3)

LANJUTAN : 7. 4000 kandang atau 40,000 kandang ( 2 Tawarikh 9 : 25 dan 1 Raja-Raja 4 : 26 )? Dikutip terlebih dahulu kedua ayat Alkitab/Bibel yang ditunjuk pengasuh Katolisitas me-nurut versi Alkitab LAI 1968 : 2 Tawarikh 9 : 25 : Dan lagi adalah pada raja Solaiman, kandang kuda dan rata empat ribu buah dan orang berkendaraan dua belas ribu, yang ditaruhnya dalam kota-kota tempat raja dan di Yerusa-lem hampir dengan baginda 1 Raja-Raja 4 : 26 : Dan lagi adalah pada raja Solaiman, empat puluh ribu kandang akan segala rata bagin-da dan dua belas ribu orang berkuda. Bandingkan dengan versi Alkitab Lai 1976 : 2 Tawarikh 9 : 25 : Salomo mempunyai juga empat ribu kandang untuk kuda-kudanya dan kereta-kere-tanya dan dua belas ribu orang berkuda yang ditempatkan dalam kota- kota kereta tempat raja dan dekat raja di Yerusalem . 1 Raja-Raja 4 : 26 : Lagi pula Salomo mempunyai kuda empat ribu kandang untuk kereta-keretanya dan dua belas ribu orang berkuda. Pengasuh Katolisitas berkomentar : “ Pada 2 Tawarikh 9 : 25, Raja Salomo mempunyai 4.000 kandang, sementara pada 1 Raja-raja 4 : 26 ada 40.000 kandang “. Komentar pengasuh Katolisitas hanya terkait dengan versi Alkitab LAI 1960-1968 yang membedakan “ empat ribu buah “ kandang bagi kuda dan rata ( 2 Tawarikh 9 : 25 ) dengan “ empat puluh ribu “ kandang kereta – tidak disebut “ kuda “. ( 1 Raja-Raja 4 : 26 ). Perbedaan demikian tidak terangkat dalam versi Alkitab LAI 1976 karena baik 2 Tawarikh 9 : 25 ataupun 1 Raja-Raja 4 : 26 sama-sama menyebut angka : “ empat ribu “. Inilah kelucuan Alkitab/Bibel. Ayat 1 Raja-Raja 4 : 26 versi Alkitab LAI 1960-1968 menyebut “ empat puluh ribu “ dan 1 Raja-Raja 4 : 26 versi Alkitab LAI 1976 menyebut “ empat ribu “, padahal sama-sama diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indone-sia ( LAI ). Ketika tahun terbit berbeda berbeda pula angka yang disebutkan, yaitu 2 Tawarikh 9 : 25 ataupun 1 Raja-Raja 4 : 26 sama-sama menyebut angka : “ empat ribu “. Tidak seperti versi Alkitab LAI 1960-1968 yang membedakan “ empat ribu buah “ kandang bagi kuda dan rata ( 2 Tawarikh 9 : 25 ) dengan “ empat puluh ribu “ kandang kereta – tidak disebut “ kuda “ ( 1 Raja-Raja 4 : 26 ). Menurut pengasuh Katolisitas, apakah ayat 1 Raja-Raja 4 : 26 versi Alkitab LAI 1960-1968 yang menyebut “ empat puluh ribu “ tidak berbeda dengan versi Alkitab LAI 1976 yang menyebut “ empat ribu “ ?. Apakah : 40.000 = 4.000 ?. Bagaimana penjelasannya sehingga tidak berbeda ?. Selanjutnya antara 2 Tawarikh 9 : 25 dengan 1 Raja-Raja 4: 26 versi Alkitab LAI 1976 terdapat perbedaan. Menurut 2 Tawa-rikh 9 : 25 : “ empat ribu kandang “ untuk kuda-kudanya dan kereta-keretanya, sedangkan menurut 1 Raja-Raja 4 : 26 : “ kuda empat ribu kandang “. Antara “ empat ribu kandang “ ( untuk kuda-kudanya dan kereta-keretanya ) dengan “ kuda empat ribu kandang “ jelas berbeda. Hal-hal ini dipertanya-kan kepada pengasuh Katolisitas : - Mana yang benar antara versi Alkitab LAI 1968 yang menyajikan teks berbeda antara 2 Tawarikh 9 : 25 ( angka “ 4.000 “ ) dengan 1 Raja-Raja 4 : 26 ( angka “ 40.000 “ ) dengan versi Alkitab LAI 1976 , baik 2 Tawarikh 9 : 25 ataupun 1 Raja-Raja 4 : 26 yang sama-sama menyebut angka “ 4.000 “ ?. - Mana yang benar antara 2 Tawarikh 9 : 25 yang menyebut “ empat ribu buah kandang bagi kuda dan rata “ dengan 1 Raja-Raja 4 : 26 “ empat puluh ribu kandang kereta “ ( tidak disebut “ kuda “ ) pada versi Alkitab LAI 1968 ?. - Mana yang benar antara 2 Tawarikh 9 : 25 yang menyebut “ empat ribu kandang untuk kuda-kudanya dan kereta-keretanya “ dengan 1 Raja-Raja 4 : 26 “ kuda empat ribu kandang “ pada versi Alkitab LAI 1976 ?. Kandang jelas berbeda dengan kuda. Hak-hal ini perlu dijelaskan oleh pengasuh Katolisitas jika benar-benar ingin menunjukkan tidak ada perbedaan teks ayat Alkitab/Bibel, jangan hanya berkutat pada soal beda angka “ 4000 “ dengan “ 40000 “ versi Alkitab LAI 1968 antara 2 Tawarikh 9 : 25 dengan 1 Raja-Raja 4 : 26, sedangkan perbedaan itu tidak terangkat dalam versi Alkitab LAI 1976 . Mengapa bisa berbeda antara versi Alkitab LAI 1968 dengan versi Alkitab LAI 1976 tentang hal itu ?. Pengasuh Katolisitas memberi penjelasan adanya beda angka “4.000 “ dengan “ 40.000 “ versi Alkitab LAI 1968 antara 2 Tawarikh 9 : 25 dengan 1 Raja-Raja 4 : 26 tetapi tidak memberi penjelasan mengapa pada versi Alkitab LAI 1976 tidak berbeda : Yang dibicarakan di sini adalah kata ֻאְרָוה/ ’urwāh: yang artinya sebuah kandang yang menampung satu binatang, maupun bangunan kandang besar, yang terdiri dari bilik-bilik kan-dang. Dalam satu bangunan kandang kuda milik Raja Salomo ini terdapat sepuluh bilik kandang kecil (stalls), satu ruang untuk satu kuda. Maka, jika urwāh diterjemahkan sebagai satu bangunan kandang kuda yang besar, jumlahnya ada 4,000, sedangkan kalau diterjemahkan sebagai bilik kandang yang memuat satu kuda, maka jumlah totalnya ada 40,000. Penjelasan pengasuh Katolisitas merupakan OMONG KOSONG BESAR dan tidak bermakna sedikitpun bila dikaitkan dengan versi Alkitab LAI 1976 yang menya-takan tidak ada perbedaan antara 2 Tawarikh 9 : 25 dengan 1 Raja-Raja 4 : 26 karena sama-sama menyebut angka “ 4.000 “. Pengasuh Katolisitas membahas kata “ ֻאְרָוה “ ( ’urwāh ) dengan menyajikan dua mak-nanya yaitu “ sebuah kandang yang menampung satu binatang “ dan “ bangunan kandang besar, yang terdiri dari bilik-bilik kandang “ untuk menunjukkan tidak ber-bedanya angka “ 4.000 “ ( 2 Tawarikh 9 : 25 ) dengan “ 40.000 “ ( 1 Raja-Raja 4 : 26 ). Pertanyaan, mana yang diinginkan kedua ayat - 2 Tawarikh 9 : 25 dan “ 1 Raja-Raja 4 : 26 untuk kata “ ֻאְרָוה “ ( ’urwāh ) , apakah “ sebuah kandang yang menampung satu binatang “ ataukah “ bangunan kandang besar, yang terdiri dari bilik-bilik kandang “ ?. Harus ada kepastian makna. Jangan ketidak-pastian dijadikan dalil tidak-berbedanya angka “4.000 “ ( 2 Tawarikh 9 : 25 ) dengan “ 40.000 “ (1 Raja-Raja 4 : 26 ) dengan menyajikan pernyataan : “ .… jika urwāh diterjemahkan sebagai satu bangunan kandang kuda yang besar, jumlahnya ada 4,000, sedangkan kalau diterjemahkan sebagai bilik kandang yang memuat satu kuda, maka jumlah totalnya ada 40,000 “. Padahal sudah sangat jelas, angka “ 4.000 “ ( 2 Tawarikh 9 : 25 ) tidak pernah sama dengan “ 40.000 “ (1 Raja-Raja 4 : 26 ). Pernyataan apologi pengasuh Katolisitas yang demi-kian hanya berarti pengarang kitab 1 Raja-Raja 4 : 26 memahamkan kata “ ֻאְרָוה “ ( ’urwāh ) dengan “ bangunan kandang besar, yang terdiri dari bilik-bilik kandang “ sehingga menyebut angka “ 40.000 “ sedangkan pengarang kitab 2 Tawarikh 9 : 25 memahamkan kata “ ֻאְרָוה “ ( ’urwāh ) dengan “ sebuah kandang yang menampung satu binatang “ sehingga menyebut angka “ 4.000 “. Dengan demikian, apa yang diinginkan Tuhan secara pasti dengan kata “ ֻאְרָוה “ ( ’urwāh ) ketika diinspirasikan kepada pengarang kitab 2 Tawarikh 9 : 25 dan kitab 1 Raja-Raja 4 : 26 ? Dikatakan pula oleh pengasuh Katolisitas : “ Dalam satu bangunan kandang kuda milik Raja Salomo ini terdapat sepuluh bilik kandang kecil (stalls), satu ruang untuk satu kuda “. Dari mana pengasuh Katolisitas mengetahui kalau Raja Salomo memiliki “ satu bangunan kandang kuda terdapat sepuluh bilik kandang kecil (stalls) “ ?. Pada kitab mana, pasal dan ayat berapa dalam Alkitab yang menegaskan demikian, supaya bisa dilakukan kajian dan analaisa ?. Jika tidak ada ayat Alkitab/Bibel yang mengatakan demikian, berarti pernyataan yang tersaji hanya karangan khayalan pengasuh Katoli-sitas semata-mata. Berikutnya pengasuh Katolisitas mengatakan : Maka, jika urwāh diterjemahkan sebagai satu bangunan kandang kuda yang besar, jumlah-nya ada 4,000, sedangkan kalau diterjemahkan sebagai bilik kandang yang memuat satu kuda, maka jumlah totalnya ada 40,000. Terjemahan mana yang paling benar menurut keinginan Tuhan?. Kok Tuhan menyerahkan kepada penerjemah Alkitab/Bibel untuk memberi makna kata “ אְרָוה “ (’urwāh). Sayangnya pengasuh Katolisitas tidak mengutipkan teks 2 Tawarikh 9 : 25 dan kitab 1 Raja-Raja 4 : 26 versi TEKS MASORAH yang memuat kata “ ֻאְרָוה “ (’urwāh). Penjelasan pengasuh Katolisitas tidak bisa menyanggah perbedaan antara 2 Tawarikh 9 : 25 dengan kitab 1 Raja-Raja 4 : 26 . 8. Yesus hanya diutus ke bangsa Israel atau seluruh dunia ( Matius 10 : 5 - 6 dan Matius 28 : 19 – 20 ) ? Pengasuh Katolisitas menjelaskan antara Matius 10 : 5-6 dan Matius 28 : 19 -20 ( versi ALKITAB LAI 1968 ) TIDAK BERTENTANGAN . Berikut dikutip kedua ayat yang dibahas : a. Matius 10 : 5-6 : Maka kedua belas orang inilah disuruhkan oleh Yesus dengan pesannya demikian : “ JANGANLAH kamu pergi ke NEGERI ORANG KAFIR dan JANGAN kamu masuk NEGERI ORANG SAMARIA melainkan PERGILAH KAMU KEPADA SEGALA DOMBA KAUM ISRAIL YANG SESAT itu. Ditambahkan pula oleh pengasuh Katolisitas dengan Matius 15 : 24 , yang dikutipkan berikut menurut versi ALKITAB LAI 1968 : Maka jawab Yesus, katanya : “ TIADALAH AKU DISURUHKAN KEPADA YANG LAIN, hanya kepada SEGALA DOMBA YANG SESAT DARI ANTARA BANI ISRAIL b. Matius 28 : 19 -20 : Sebab itu pergilah kamu, jadikanlah SEKALIAN BANGSA ITU muridku serta membaptis-kan dia dengan nama BAPA dan ANAK dan ROHU’LKUDUS Dan mengajar dia menurut segala sesuatu yang aku pesan kepadamu. Maka ketahuilah olehmu Aku ini beserta dengan kamu senantiasa hingga kepada kesudahan alam. Ditambahkan pula oleh pengasuh Katolisitas dengan menunjuk Markus 16 : 15 - 16, yang dikutip berikut menurut versi ALKITAB LAI 1968 : Lalu bersabdalah Yesus kepada mereka itu : “ Pergilah kamu ke seluruh bumi, beritakan-lah Injil itu kepada sekalian alam. Barang siapa yang percaya dan yang dibaptiskan, ialah akan diselamatkan, tetapi barang siapa yang tiada percaya itu, ialah akan dihukumkan. Jadi ada dua kelompok ayat Alkitab/Bibel terkait dengan ruang lingkup misi pengajaran Yesus dan dianggap bertentangan yaitu : “ Matius 10 : 5-6 dan Matius 15 : 24 “ dengan “ Matius 28 : 19 -20 dan Markus 16 : 15 - 16 “. Pengasuh Katolisitas menjelaskan ( dikutip yang penting saja ) : Maka mungkin orang mempertanyakan, mengapa sekilas sepertinya ayat-ayat tersebut ber-tentangan. Namun ayat-ayat dalam Kitab Suci tidak untuk dipertentangkan dan hendaknya dibaca secara keseluruhan, untuk saling melengkapi dan menjelaskan. ........ Maka Allah menjanjikan bahwa Mesias akan dilahirkan dari bangsa pilihan-Nya ini, dan melalui bangsa ini seluruh bangsa akan diberkati ( lih. Kej 12 : 3; 26 : 4; 28 : 14 ). Allah akan membangkitkan seorang dari keturunan mereka, dan Allah akan menegakkan tahta kerajaannya selama-lamanya ( lih. 1 Taw 17 : 11-14 ). Inilah yang menjelaskan mengapa Mesias dan Kerajaan Allah diberitakan kepada bangsa Israel terlebih dahulu sebelum kepada bangsa-bangsa lain. Juga karena itulah di awal karya-Nya, Yesus membatasi pewartaan-Nya dan pewartaan para Rasul kepada bangsa Israel, sebelum kemudian memerintahkan mereka untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia ( lih Mat 28 : 19 - 20; Mrk. 16 : 15 -16 ). ......... Dengan demikian baik ayat Mat. 10 : 5 - 6, Mat 15 : 24, tidak bertentangan dengan Mat. 28 :19 - 20, Mrk 16 : 15 -16, sebab Allah memang menghendaki agar semua orang dapat diselamatkan ( lih. 1 Tim 2 : 4 ), namun caranya adalah dengan terlebih dahulu memilih suatu bangsa pilihan- Nya, agar melalui mereka Sang Penyelamat dalam lahir ke dunia, dan melalui mereka, keselamatan akan mencapai ke seluruh dunia. Dengan penjelasan yang diberikan, pengasuh Katolisitas hendak menegaskan , lingkup pengutusan Yesus adalah seluruh ummat manusia . Hal ini sangat bertentangan dengan pengajaran Yesus dalam Injil-Injil kanonik yang menyatakan dirinya diutus untuk Bani Israil, bukan manusia di luarnya. Fakta Matius 10 : 5-6 dan Matius 15 : 24, tidak lain menegaskan Yesus diutus hanya kepada kaum Yahudi/Bani Israil. Bertentangan dengan ayat Matius 28 : 19 - 20 dan Markus 16 : 15- 16 yang menegaskan, Yesus menyuruh para murid menyampaikan ajaran kepada seluruh manusia ( tidak terbatas hanya kepa-da kaum Yahudi/Bani Israil semata ). Pengasuh Katolisitas menolak dikatakan bertentangan, melainkan saling melengkapi ” ... Kitab Suci tidak untuk dipertentangkan dan hendaknya dibaca secara keseluruhan, untuk saling melengkapi dan menjelaskan ” dan menyanggahnya dengan berkata : Maka Allah menjanjikan bahwa Mesias akan dilahirkan dari bangsa pilihan-Nya ini, dan melalui bangsa ini seluruh bangsa akan diberkati (lih.Kej. 12 : 3; 26 : 4; 28 : 14 ). Allah akan membangkitkan seorang dari keturunan mereka, dan Allah akan menegakkan tahta kerajaannya selama-lamanya ( lih. 1 Taw 17 : 11-14 ). Inilah yang menjelaskan mengapa Mesias dan Kerajaan Allah diberitakan kepada bangsa Israel terlebih dahulu sebelum kepada bangsa-bangsa lain. Juga karena itulah di awal karya-Nya, Yesus membatasi pewartaan-Nya dan pewartaan para Rasul kepada bangsa Israel, sebelum kemudian memerintahkan mereka untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia ( lih Mat 28 : 19 - 20; Mrk. 16 : 15 -16 ). ........... Dengan demikian baik ayat Mat. 10 : 5 - 6, Mat 15 : 24, tidak bertentangan dengan Mat. 28 :19 - 20, Mrk 16 : 15 -16, sebab Allah memang meng- hendaki agar semua orang dapat diselamatkan ( lih. 1 Tim 2 : 4 ), namun caranya adalah dengan terlebih dahulu memilih suatu bangsa pilihan-Nya, agar melalui mereka Sang Penyelamat dalam lahir ke dunia, dan melalui mereka, keselamatan akan mencapai ke seluruh dunia. Ada beberapa tema dalam pernyataan pengasuh Katolisitas yang dikutip yaitu tentang : a. ” MESIAS ” yang akan ” dilahirkan dari bangsa pilihan-Nya ini, dan melalui bangsa ini seluruh bangsa akan diberkati “ berdasarkan ayat Kejadian 12 : 3 ; 26 : 4 ; 28 : 14 . b. Allah akan ” membangkitkan seorang keturunan ” mereka ” dan tahta kerajaannya akan ditegakkan selama-lamanya ” berdasarkan 1 Tawarikh 17:11-14. c. Allah menghendaki agar semua orang dapat diselamatkan berdasarkan 1 Timotius 2 : 4 ). Mesias dan Kerajaan Allah diberitakan kepada bangsa Israel terlebih dahulu sebelum kepada bangsa-bangsa lain sehingga di awal karyanya, Yesus membatasi pewartaan dan pewartaan para Rasul kepada bangsa Israel ( Matius 10 : 5 – 6 ; Matius 15 : 24 ), sebelum kemudian memerintahkan mereka untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia ( Matius 28 : 19 - 20; Markus 16 : 15 -16 ). Dua tema (a)– (b) diperlukan pembahasan tersendiri karena menyangkut : SIAPA FIGUR MESSIAS – dan PENUBUATAN TENTANG KEDATANGAN NABI sesudah Yesus cukup luas dan panjang. Hanya dibahas tema (c). Kita tinjau ayat Markus 16 : 15-16 yang ditunjuk oleh pengasuh Katolisitas. Jelas ayat ini berada dalam rangkaian ayat Markus 16 : 9 – 20. Ternyata para ahli Alkitab/Bibel kalangan Kristen sendiri, ayat Markus 16 adalah ayat PALSU . Ds. K.Riedel dalam bukunya : ”Tafsiran Injil Markus “ ( hal.198 ) menulis : “ Menurut keterangan dari seka-lian ahli Perjanjian Baru, ayat 9 –20 ditambahkan orang di dalam abad kedua “. Dr.A.K.de Groot dalam bukunya : ” PENGAJARAN AGAMA Masehi “ ( hal.36 ) mengungkapkan : Penutup Injil Markus fasal 16 : 9 – 20 oleh orang yang berilmu sudah diputuskan asalnya dari abad kedua, karena dalam kitab yang tertua sekali, selamanya kitab Markus, tiada men-dapat beberapa ayat atau cerita itu . Pakar lainnya, Karel A.Steenbrink ( Katolik ) dalam bukunya : ” PERKEMBANGAN TEOLOGI DALAM DUNIA KRISTEN MODERN ” ( hal.129 ) berkata : .... ayat-ayat ini tidak diketemukan dalam naskah tertua dan oleh para ahli diakui sebagai suatu kompilasi dari cerita yang dimuat dalam Injil yang lain untuk mengadakan harmonisasi antara Markus dan Injil yang lain . Dr. Maurice Bucaille dalam bukunya : ” Bibel, Qur’an Dan Sains Modern, “ ( terjemahan bhs. Indonesia oleh Prof.Dr. H.M.Rosyidi hal. 108 ) berkata : Seluruh Injil Markus dianggap kanon (canon) secara resmi. Akan tetapi kita ingat bahwa akhir Injil Markus 16 : 9–20 dianggap oleh ahli-ahli modern sebagai karya yang ditambahkan. Terjemahan Ekumenik tegas dalam hal ini. Bagian terakhir tersebut tidak dimuat dalam dua manuskrip kuno Injil yang komplit yaitu Kodex Vatikanus dan Kodex Sinaitikus dari abad IV . Komentar negatif dikemukakan Bart D.Ehrman mengenai kisah yang tersaji pada akhir Injil Markus 16 : 9 –20 : Cerita ini luar biasa misterius, menyentuh dan ampuh. Cerita inilah yang digunakan oleh orang Kristen Pantekosta untuk menunjukkan bahwa para pengikut Yesus akan bisa berbicara dalam “ bahasa-bahasa “ asing sebagaimana yang terjadi dalam pertemuan i badat ; dan cerita inilah juga yang menjadi dasar bagi kelompok-kelompok “ pemegang ular Appalachian “ yang sampai hari ini masih mmegang ular berbisa guna mempertunjukkan iman mereka akan Yesus bahwa sewaktu mereka melakukan hal itu, mereka tidak akan celaka. Tetapi ada satu masalah. Sekali lagi, cerita itu tidak ada di dalam Injil Markus yang asli. Cerita ini ditambah-tambah oleh seorang penyalin belakangan. ....... Ayat-ayat itu tidak ada di dalam dua manuskrip Injil Markus yang tertua dan terbaik, ditambah lagi dengan saksi -saksi penting lainnya . .......................... Beberapa Alkitab/Bibel berbahasa Inggeris me ” respon “ ayat Markus 16 : 9 -20. Good News Bible, tetap mencantumkan utuh sampai dengan ayat Markus 16 : 9 – 20 dengan memberikan catatan kaki : Some manuscripts and ancient translation don not have this ending to the Gospel ( verses 9 – 20 ) ” ( = Beberapa manuskrip dan terjemahan tertua tidak mempunyai penutup yang demikian pada Injil ini ( ayat 9–20 ) ). Begitu pula The Jerusalem Bible–New Testament juga tetap mencantumkan utuh sampai dengan ayat Mark. 16 : 9 - 20, namun memberikan catatan kaki : Many MSS omit vv. 9 – 20 and this ending to the gospel may not have been written by Mark, though it is old enough ‘ ( Banyak manuskrip mem- buang ayat 9 -20 dan akhir dari Injil ini boleh jadi tidak ditulis oleh Markus, meskipun Injil ini cukup tua ). The Four Gospel menuliskan ayat Mark. 16 : 9 – 20 dalam TANDA KURUNG tanpa catatan kaki. Mengapa harus dalam TANDA KURUNG jika tidak ada masalah ? The New Testament In Todays English Version memberi batas antara ayat Mark. 16 : 8 dan ayat Markus 16 : 9–20 dengan kata-kata : " An Old Ending To The Gospel" yang berarti teks tertua hanya sampai pada ayat Mark. 16:8. Juga menginformasikan, teks tertua lainnya berakhir sampai pada ayat Mark 16 :10 yang berbeda sama sekali dengan ayat Mark 16 : 9–10 yang biasa ditemui dan dibaca dalam Alkitab/Bibel sekarang. New Testament in Contemporary English menuliskan kata-kata : “ Another Old Ending To Mark’s Gospel “ dengan menyajikan ayat Markus 16: 9-10 dan memberi catatan kaki : ‘Another Old Ending To Mark’s Gospel : Some manuscripts and early translations have both this shorter ending and the longer one ( verses 9 –20 ) ‘. The Emphatic Diaglott - terjemahan bahasa Inggeris dari Greek Text - teks bahasa Yunani, mulai dari ayat 9 diberi TANDA KURUNG , kemudian diberi Catatan Kaki : From this verse to the end of chapter is wanting in the Vat. MS , and in many others ancient copies. Grisbach marks the whole passage of very doubtful authenticity, but retains it in the text. Tischendorf rejects the whole clause. But judging from the evidence with regard to this passage, it is probably an authentic fragment, placed as completion of the Gospel in very early times; and therefore coming to us with strong claims on our rejection and reverence ”. ( Dari ayat ini sampai ke akhir pasal , tidak tercantum dalam Manuskrip Vatikanus dan dalam beberapa naskah kuno lainnya. Grisbach menilai keseluruhan bagian, keaslian-nya sangat meragu-ragukan, namun mempertahankannya dalam teks. Tischendorf me-nolak seluruh kalimat. Namun jika mempertimbangkan fakta yang berkenaan dengan bagian ini, ada kemungkinan sebuah fragmen yang autentik dan ditempatkan sebagai pelengkap dari Injil ini pada masa-masa yang sangat awal; dan oleh karena itu sampai kepada kita dengan penegasan yang kuat atas penolakan dan penghargaan kita ) . Kitab Suci Perjanjian Baru ( Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama RI ) ketika menyinggung ayat Mark. 16 : 8, memberi catatan kaki yang berat hati dan malu-malu dengan kalimat yang kabur : Bagian ayat ini hanya terdapat dalam beberapa naskah ( kadang-kadang sebagai kata penutup Injil ). Agaknya baru dalam abad ke-2 Mas. ditambah pada Injil MRK ”. Kekaburan terlihat dari kalimat ” Agaknya baru dalam abad ke-2 Mas. ditambah pada Injil MRK ”. Pertanyaan, yang ”Agaknya baru dalam abad ke-2 Mas. ditambah pada Injil MRK ”, apakah ayat Mark. 16 : 8 ataukah ayat Mark. 16 : 9 –20 ? Harusnya : ayat Mark. 16 : 9 –20 . Mengapa catatan kaki dikenakan pada ayat Mark. 16 : 8 yang dikatakan : ” kadang-kadang sebagai kata penutup Injil ” dan tidak tegas dikatakan saja : ” sebagai kata penutup Injil ” tapi masih ada embel-embel ”kadang-kadang “?. Terlepas dari catatan kaki yang berat hati, pihak Katolik pun mengakui, naskah-naskah tertua penutup Injil Markus adalah ayat Mark.16 : 8. Begitu pula Dr. Weymouth, Dr. Moffat, Ferrar Fenton dalam buku : “ Twentieth Centry New Testament “ menegaskan : Telah jadi kebulatan pendapat bahwa pasal 16 : 8-20 Injil Markus itu adalah suatu tambahan . Kristolog Muslim, Ahmad Deedat dalam tulisan-nya : ” Apalah Injil Firman Tuhan ” ( buku : ” THE CHOICE ”) mengungkapkan, Bibel versi RSV ( Revised Standar Version ) tidak lagi memasukkan ayat Mark. 16: 9 – 20 sebagai bagian dari ayat Injil Markus melainkan ditempatkan hanya sebagai Catatan Kaki (foot note ) saja . Ahmad Deedat berkata : Para pendakwah dibuat bersorak dan menangis. Dengan didukung dua komite golongan dari 50 golongan, mereka memaksa penerbit menggabungkan penambahan ke dalam Firman Tuhan yang telah ” diinspirasikan ”. Di dalam setiap terbitan RSV tahun 1952, bagian yang telah dihilangkan ” diperbaiki ” sesuai dengan teks . Maksud Ahmad Deedat, ayat Markus 16 : 9 – 20 kem-bali dicantumkan sebagai bagian dari Injil Markus akibat desakan dari 50 golongan Kristen yang didukung oleh dua komite, padahal tadinya sudah dibuang. Fakta-fakta yang dikemukakan, baik pengakuan para pakar Alkitab/Bibel dan ataupun fakta komentar ketercantuman ayat Markus 16 : 9 – 20 dalam versi-versi Alkitab/Bibel , tidak diragukan lagi ayat Markus 16 : 9 -20 adalah AYAT PALSU !!!. Namun ayat palsu ini ( khusus ayat Markus 16 : 15 -16 ) dijadikan sandaran oleh pengasuh Katolisitas untuk menegaskan , ajaran Yesus meliputi sekalian alam dan manusia. Ada dua aspek pada ayat Matius 28 : 19 yang dianalisa yaitu pengertian kata ” bangsa ” – ” seluruh bumi ” - ” sekalian alam ” dan keaslian teks pada Matius 28 : 19. A. Pengertian kata ” bangsa ” – ” seluruh bumi ” - ” sekalian alam ” . Istilah ” bangsa ” – ” seluruh bumi ” - ” sekalian alam ” dijumpai pula pada ayat-ayat Matius. 24 :14; Matius. 8 :19; Lukas 24 : 47 dan KRR. 1 : 8. Istilah-istilah yang perlu dianalisis pada ayat-ayat Alkitab/ Bibel yaitu : a. “ semua bangsa ( all nations ) “ ( Mat. 24 :14; Mat. 8 :19; Luk. 24 : 47 ). b. ” di seluruh dunia ( into all the world ) ” ( Mat. 24 :14 ; Mark.16 :15 ) c. “ kepada seluruh makhluk ( to every creature – kepada setiap ciptaan ) “ ( Mark.16 :15 ). d. “ di bahagian bumi yang terjauh ( unto the uttermost part of the earth ) “ atau “ sehingga sampai diujung bumi “ atau : “ to the ends of the earth ( ke ujung-ujung bumi ) “ ( KRR. 1 : 8 ). Istilah-istilah inilah yang perlu dijelaskan dengan analisis logis, bukan hanya menyaji-kan tafsir dogmatis agar sesuai dengan keyakinan yang sudah eksis dalam diri. a. Istilah : “ SEMUA BANGSA ( ALL NATIONS ) “ ( Mat. 24 :14; Mat. 8 :19; Luk. 24 : 47). Menyimak sejumlah ayat Alkitab/Bibel, ternyata kata “ NATIONS “ ( = BANGSA-BANG-SA ) sering kita jumpai dan ternyata mengandung pengertian tertentu. Sebagai contoh kita menyimak Kejadian ( Genesis ) 17 : 16 berikut : And I will bless her, and give thee a son also of her ; Yea, I will bless her, and she shall be A MOTHER OF NATIONS; kings of PEOPLE shall be of her “. ( Dan Aku akan memberkatinya dan juga memberimu seorang anak laki-laki darinya; Yah, Aku akan memberkatinya dan ia akan menjadi SE- ORANG IBU DARI BANGSA- BANGSA ; raja-raja BANGSA akan keluar darinya ). Kejadian ( Genesis) 17: 16 berbicara tentang JANJI TUHAN kepada Ibrahim (Abraham ) menyangkut isterinya Sarah. Tuhan berjanji tentang turunan Ibrahim dari isterinya Sarah. Dalam ayat ini, jelas sekali dikatakan, Sarah akan menjadi “ A MOTHER OF NATIONS ( IBU DARI BANGSA-BANGSA ) “. Bilamana istilah “ NATIONS ( BANGSA-BANGSA ) “ diartikan dengan “ SEMUA BANGSA DI ATAS MUKA BUMI INI “, tentu sangat berbeda dengan fakta yang sebenarnya, yaitu SARAH ( isteri Ibrahim ) HANYA MENURUNKAN DUA BELAS SUKU BANGSA YAHUDI/BANI ISRAEL. Tidak pernah menjadi NENEK MOYANG bangsa Cina, Mongolia, Melayu (Indonesia), Eskimo, Indian, Aborigins, Negro, German, Slavia, Melanesia, Anglo Saxon, Jepang dan sebagainya. Dengan demikian, makna kata “ NATIONS ( BANGSA-BANGSA ) “ dalam ayat Kejadian 17 : 16 harus diartikan dengan “ SUKU-SUKU BANGSA YAHUDI “. Perhatikan pula Kejadian 35 : 11 sebagai berikut : And God said unto him, I am God Almighty ; be fruitfull and multiply ; A NATION AND A COMPANY OF NATION shall be of thee , and kings shall come out of thy loins “ ( Dan Allah berfirman kepadanya : “ Bahwa Aku inilah Allah Yang Maha Kuasa ! Jadilah engkau biak dan bertambah – tambahan. Bahwa SATU BANGSA, bahkan SUATU GABUNGAN BANGSA akan jadi daripadanya dan raja-raja pun akan terpancar daripada sulbimu ) Ungkapan “ A COMPANY OF NATION “ (= Gabungan bangsa-bangsa ) dalam Kejadian. 35 : 11 mempunyai makna yang harus dikembalikan pada ungkapan sebelumnya yaitu “ A NATION “ (= Satu bangsa ), yang tidak lain menunjuk KAUM YAHUDI/ BANI ISRAEL. ( bandingkan : ayat Kejad. 48 : 4 dan Kejad. 49 : 28 ). Ayat Alkitab/Bibel lainnya yang menunjukkan pengertian “ NATIONS (BANGSA- BANGSA ) “ sebagai “ SEMUA SUKU BANGSA YAHUDI “ yaitu Yohanes 11 : 48 –51: If we let him thus alone, all men will believe on him, and the Romans shall come and take away both OUR PLACE AND NATIONS. And one of them, named Cai’aphas, being the high priest that same year said unto them. Ye know nothing at all. Nor consider thet it is expedient for us, that one man should die for THE PEOPLE, and THAT WHOLE NATIONS perish not. And this spoke he not of him self ; but being high priest that year, he prophesied that Jesus should die FOR THAT NATION “ ( Jika kita membiarkannya demikian, semua orang akan percaya kepadanya, dan orang-orang Romawi akan datang dan menguasai tempat dan BANGSA-BANGSA KITA . Dan seseorang di antara mereka yang bernama Kafayas, yang menjadi Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka, “ Kalian tiada mengetahui apapun, Ataupun tiadakah kalian berpikir bahwa hal ini adalah jalan yang berguna untuk kita, yaitu satu orang harus mati untuk KAUMNYA dan karenanya SELURUH BANGSA INI tidaklah binasa “ . Dan apa yang ia bicarakan ini bukan dari dirinya sendiri tetapi sebagai Imam Besar itu, ia meramalkan bahwa YESUS AKAN MATI UNTUK BANGSA ITU ). Terangkat istilah-istilah : “ OUR PLACE AND NATIONS “ ( BANGSA-BANGSA KITA ) – “ THE PEOPLE “ ( KAUMNYA ) - “THAT WHOLE NATIONS “ ( SELURUH BANGSA INI ) – “ Jesus should die FOR THAT NATION “ ( YESUS AKAN MATI UNTUK BANGSA ITU ). Dalam rangkaian ayat Yohanes 11 : 48–51 didapatkan ungkapan :” THE WHOLE NATION (SELURUH BANGSA) “. Apakah yang dimaksud dengan “ the whole nation ( seluruh bangsa ) “ adalah seluruh bangsa yang ada di atas muka bumi atau-kah bermaksud : SUKU-SUKU BANGSA YAHUDI/BANI ISRAEL ? Penyimakan atas ayat-ayat Yohanes 11 : 48-51 menunjukkan, ungkapan “ the whole nation ( seluruh bangsa )“ tidak lain menunjuk kepada SELURUH SUKU BANGSA YAHUDI/BANI ISRA-EL. Hal ini dapat dikaji dari ungkapan-ungkapan dalam ayat Yohanes 11 : 48 –51 yaitu : 1. .... orang-orang Romawi akan datang dan mengusai tempat dan BANGSA-BANGSA KITA. 2. Satu orang harus mati untuk kaumnya, dan karenanya SELURUH BANGSA INI tidaklah binasa . 3. Yesus akan mati untuk BANGSA ITU. Istilah “ BANGSA-BANGSA KITA “ ; “ SELURUH BANGSA INI “ dan “ BANGSA ITU “ tidak lain menunjuk SUKU-SUKU BANGSA YAHUDI/BANI ISRAEL. Dari fakta ayat-ayat yang disajikan, ternyata istilah “ ALL NATION ( SEMUA BANGSA ) “ ataupun “ THE WHOLE NATION (SELURUH BANGSA) “ selalu menunjuk kepada pengertian “ SEMUA SUKU BANGSA YAHUDI/BANI ISRAEL “ yang terdiri dari 12 suku, bukan SELURUH BANGSA YANG ADA DI ATAS MUKA BUMI . Pengertian semacam ini pulalah yang harus diberikan kepada istilah “ ALL NATIONS ( SEMUA BANGSA ) “ yang tercantum dalam ayat-ayat Matius 28 : 19 ; Matius 24 : 14 dan Lukas 24 : 47. Dengan kata lain, ungkapan “ SEMUA BANGSA ( ALL NATIONS ) “ dalam ayat-ayat tersebut bukan menunjuk kepada semua bangsa di atas muka bumi melainkan menunjuk kepada SUKU-SUKU BANGSA YAHUDI/ BANI ISRAEL saja. Pemahaman yang demikian dapat kita peroleh dari ayat Yohanes 12 : 17 –19 sebagai berikut : Lalu bersaksilah orang banyak yang beserta dengan Yesus tatkala ia memanggil Lazarus keluar dari dalam kubur dan membangkitkan dia dari antara orang mati . Itulas sebabnya orang banyak itu pun pergi menyambut dia, sebab mereka itu mende-ngar bahwa Yesus sudah mengadakan tanda ajaib itu Lalu kata orang Parisi sama sendirinya : ‘ Kamu lihat, bahwa usahamu suatupun tiada guna-nya ; tengok seisi dunia sudah pergi mengikut dia “ Dari ayat Yohanes 12 : 17–19 terlihat, istilah “ seisi dunia sudah pergi mengikut dia “ menunjuk kepada “ orang banyak itu pun pergi menyambut dia “ . Sedangkan yang dimaksud dengan “ orang banyak itu pun pergi menyambut dia “ tidak lain adalah kaum Yahudi di Palestina saat itu . Dengan demikian istilah “ seisi dunia “ mempunyai makna bukan benar-benar seluruh ummat manusia yang ada di atas muka bumi melainkan terbatas hanya pada Bani Israel semata-mata . b. ISTILAH “ SELURUH DUNIA ( ALL THE WORLD ) “( Mat. 24 :14 ; Mark.16 :15 ). Tentu saja istilah “ SELURUH DUNIA ( ALL THE WORLD ) “ tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan istilah “ SEMUA BANGSA (ALL NATIONS)“, sebab “ SELU-RUH DUNIA ( ALL THE WORLD ) “ adalah tempat hunian dari “ SEMUA BANGSA ( ALL THE NATIONS) “. Kedua ungkapan : “ All Nations “- Seluruh Bangsa ) “ dan “ All the world ( Seluruh dunia ) “ ( ayat Matius 24 : 14 ), berada dalam satu rangkaian ayat sehingga kedua istilah tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan satu dengan yang lain. Telah dikemukakan , istilah “ ALL NATIONS ( SELURUH BANGSA ) “ tidak lain menun-juk kepada pengertian “ SEMUA SUKU BANGSA YAHUDI/BANI ISRAEL “. Berarti dalam rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, istilah “ ALL THE WORLD ( SELURUH DUNIA) “ tidak bisa tidak harus menunjuk kepada pengertian “ TEMPAT PENGHUNIAN SEMUA SUKU BANGSA YAHUDI/ BANI ISRAEL “. Dengan demikian, ada dua pengertian yang dapat dikenakan untuk istilah “ ALL THE WORLD ( SELURUH DUNIA) “ dalam hubungannya sebagai tempat penghunian semua suku bangsa Yahudi, yaitu : 1. Seluruh Tanah Kanaan, tanah Yudea dan sekitarnya, sebagai “ TANAH YANG DI-JANJIKAN “ ( -menurut tradisi Yahudi - ) kepada Nabi Musa as. untuk bermukim bagi bangsa-bangsa Yahudi / Bani Israel. 2. Secara harfiah, bisa saja di seluruh dunia tetapi harus dikaitkan dengan tempat menghuninya orang-orang Yahudi. Maksudnya yaitu di seluruh dunia di mana orang Yahudi berada dan bertempat tinggal. Artinya, hanya terkait dengan bangsa Yahudi. Sejak Raja Babilonia Nebukadnezar menguasai tanah Israel, orang-orang Yahudi mulai berpencar ( berdiaspora ) ke seluruh dunia.( baca ayat Kejad. 28 : 14 ). Kenyataan itu sampai sekarang masih berlangsung. Dalam keadaan bangsa Yahudi tersebar di mana-mana di atas bumi ini, wajarlah harus disebut “ SELURUH DUNIA ( ALL THE WORLD ) “, namun tetap dimaksud agar ajaran Yesus hanya disampaikan kepada bangsa Yahudi saja, bukan untuk bangsa-bangsa lain yang non Yahudi. Jadi penggunaan istilah “ ALL THE WORLD ( SELURUH DUNIA ) “ tidaklah menunjuk-kan tugas misi ke-Rasul-an Yesus Kristus diperuntukkan kepada seluruh bangsa di dunia, melainkan hanya untuk SELURUH SUKU BANGSA YAHUDI DI MANA SAJA BERADA, baik yang berada di Tanah Kanaan dan sekitarnya ataupun di seluruh dunia. c. ISTILAH “ SELURUH MAKHLUK “ - “ EVERY CREATURE “. ( Mark.16 :15 ). Istilah “ SELURUH MAKHLUK ( EVERY CREATURE ) “ berkaitan dengan istilah “ SE-LURUH DUNIA ( ALL THE WORLD ) “, karena berada dalam satu rangkaian ayat Markus 16 : 15. Pembahasan diberikan sekedar pelengkap karena sudah jelas, Markus 16 : 9 –20 adalah tambahan baru dalam Injil Markus pada abad ke-2 Masehi , sedang-kan pada teks yang lebih tua, bagian ini tidak ada sama sekali. Oleh karena dalam Alkitab/Bibel masih tetap tercantum, istilah “ SELURUH MAKHLUK ( EVERY CREA-TURE ) “ tetap dibahas . Secara logika, pengertian “ SELURUH MAKHLUK ( EVERY CREATURE ) “ tidak bisa dilepaskan dalam hubungannya dengan pengertian “ ALL THE WORLD SELURUH DUNIA ) “. Pada sajian sebelumnya telah diungkapkan pengertian “ ALL THE WORLD ( SELURUH DUNIA ) “ yaitu sebagai TEMPAT BERMUKIMNYA SUKU-SUKU BANGSA YAHUDI/BANI ISRAEL. Dengan demikian istilah “ SELURUH MAKHLUK ( EVERY CRE-ATURE) “ haruslah diartikan dengan SETIAP DIRI ORANG-ORANG YAHUDI, bukan setiap makhluk yang ada di atas muka bumi ini, baik manusia, hewan , tumbuh-tumbuh-an ataupun benda-benda mati, selaku ciptaan dari Allah Tuhan Yang Maha Esa. Fritz Schuon dalam bukunya “ THE TRANCENDENT UNITY OF RELIGION (Terj.bhs.Indonesia : “ MENCARI TITIK TEMU AGAMA-AGAMA “, hal. 87-88 ) berkomentar: Tetapi jika Kristus menyuruh, Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada semua makhluk ( Mark. 16:15 ), perintah ini tidak ditaf- sirkan secara harfiah dengan pengertian, Injil diberitakan tanpa kecuali kepada segala makhluk termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan...” . Memang sangat aneh jika Injil harus diberitakan juga kepada hewan-hewan dan tum-buh-tumbuhan. Jadi, harus dikembangkan nalar dan pemahaman, yaitu istilah " EVERY CREATURE ( SELURUH MAKHLUK ) " berarti " SELURUH MANUSIA " atau " ALL NATIONS (SELURUH BANGSA) ", yang maksudnya "SELURUH SUKU BANGSA YAHUDI/ BANI ISRAEL ". Singkatnya, istilah " EVERY CREATURE ( SELURUH MAKHLUK ) " dalam ayat Markus 16 : 15 , tidak lain menunjuk kepada SELURUH SUKU BANGSA YAHUDI/ BANI ISRAEL. Dengan demikian, ayat Markus 16 : 15 berisi perintah Yesus kepada para murid agar mereka pergi ke " SELURUH DUNIA " dan mengajarkan Injil kepada " SELURUH MAKHLUK " ( Suku-suku bangsa Yahudi /Bani Israel ) di mana saja mereka berada , tidak lain adalah perintah Yesus kepada para murid untuk meng-ajar seluruh suku bangsa Yahudi / Bani Israel. Bukan mengajar seluruh ummat manusia. Ini terlepas dari masalah KEPALSUAN AYAT MARKUS 16 : 15 yang telah diulas sebelumnya . d. ISTILAH "DI BAHAGIAN BUMI YANG TERJAUH (UNTO THE UTTERMOST PART OF THE EARTH ) - DAN ISTILAH " SAMPAI DI UJUNG-UJUNG BUMI ( TO THE ENDS OF THE EARTH ) ". ( KRR. 1 : 8 ). Istilah " SAMPAI DI UJUNG BUMI " atau " KE UJUNG-UJUNG BUMI " atau " DI BA-HAGIAN BUMI YANG TERJAUH " adalah istilah yang lahir sesuai dengan konsep geo-grafis yang dianut masyarakat pada waktu itu. Dengan demikian, istilah-istilah tersebut tidaklah menunjuk kepada pengertian " SELURUH BUMI " dari ujung ke ujung yang mungkin kita bayangkan menurut konsep geografis saat sekarang. Timbul pertanyaan, bagaimana pengertian sebenarnya dari " UJUNG BUMI " dalam KRR. 1 : 8 ? Dr.J. Verkuyl seorang teolog Kristen menjelaskan dalam bukunya “ Fragmenta Apologetika “ ( hal.112 ) sebagai berikut : Jikalau dalam Mazmur 72 diberi kesaksian bahwa Messias yang akan datang itu akan memerintah DARI LAUT KE LAUT, maka yang dimaksud pe-Mazmur, kedua laut itu adalah LAUT TENGAH dengan TELUK PERSI. Itulah bagi dia " UJUNG BUMI " . Dalam kata-kata itu , ia nyatakan dengan pengetahuan geografis masanya bahwa kerajaan messianis itu akan meliputi SELURUH BUMI ". Pernyataan yang menunjukkan pengertian " UJUNG BUMI ", yaitu BUKAN MENCAKUP KESELURUHAN BUMI, tetapi HANYA MELIPUTI DAERAH TERBATAS ANTARA LAUT TENGAH DENGAN TELUK PERSI. Jika melihat di dalam peta, istilah " UJUNG BUMI " tersebut ternyata menunjuk daerah-daerah di sekitar Yerusalem, yang dulunya dihuni keturunan Israel (Yakub) sebanyak dua belas suku bangsa Yahudi/Bani Israel . Dengan kata lain, istilah " BUMI " hanya meliputi daerah Kanaan, Yudea dan sekitarnya. Pengertian demikian harus dikenakan juga kepada KRR .1 : 8, yang memuat ungkapan : " DI BAHAGIAN BUMI YANG TERJAUH " atau " SAMPAI DI UJUNG BUMI " yang sebenarnya tidak dimaksudkan dengan seluruh bumi, tetapi terbatas pada daerah antara LAUT TENGAH dengan TELUK PERSI. Jadi, ayat KRR. 1 : 8 tidak bisa dijadikan dalil menetapkan Yesus diutus untuk seluruh bangsa di muka bumi atau untuk seluruh umat manusia. Bahkan KRR. 1 : 8 justru menjadi dalil penetapan Yesus diutus hanya untuk bangsa Yahudi / Bani Israel , khususnya di wilayah di Palestina. Kebenaran pengertian “ UJUNG BUMI “ sebagai daerah yang terbatas antara LAUT TENGAH dengan TELUK PARSI, dapat pula diperoleh dari ayat Matius 12 : 42 ( baca Luk. 11: 31 ) sebagai berikut : The queen OF THE SOUTH shall rise up in the judgment with this generation , and shall condemn it, for she came from THE UTTERMOST PARTS OF THE EARTH to hear the wisdom of Solomon ; and, behold agreater than Solomon is here “ ( Maka raja perempuan DARI TANAH SEBELAH SELATAN akan berbangkit pada hari kiamat beserta dengan BANGSA INI , dan akan menyalahkan dia, karena raja perempuan itu DATANG DARI UJUNG BUMI YANG TERJAUH, hendak mendengar hikmat Sulaiman. maka sesungguhnya di sini ada seseorang yang lebih besar daripada Sulaiman ). Ayat ini berbicara mengenai RATU SHEBA di negeri Yaman (1 Raj. 10 : 17 ). Dikatakan raja perempuan RATU SHEBA datang dari UJUNG BUMI YANG TERJAUH. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan “ UJUNG BUMI “ adalah Negeri Yaman. Dalam peta , didapatkan, negeri Yaman berdekatan dengan Teluk Persia. Dari pembahasan terhadap istilah-istilah kunci tentang ruang lingkup misi ke-Rasul-an Yesus, ternyata samasekali tidak menunjukkan pengertian secara harfiah yaitu Yesus diutus kepada semua bangsa dan seluruh umat manusia ( baik Yahudi atau pun Non Yahudi ), melainkan justru menunjukkan Yesus diutus kepada bangsa Yahudi/Bani Israel saja. Hal ini diperkuat sejumlah ayat Alkitab/Bibel ( ayat-ayat Perjanjian Baru ) : 1. Ayat Matius 1 : 21 : Dan ia akan melahirkan seorang anak laki-laki dan engkau akan memanggil nama-nya Yesus ; karena ia akan menyelamatkan KAUMNYA dari dosa-dosa mereka. Kata “ Kaumnya “ bagi Yesus tidak lain adalah Bani Israil/Kaum Yahudi, bukan di luar-nya , bukan Jepang, Cina, bangsa-bangsa Eropa, Arab, Persia, India, Melayu ( Indone-sia, Malaysia, Filipina, Muangthai, Kampuchea) dan sebagainya. Ayat Matius 1:21, tidak mengatakan : "... untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa-dosa mereka...".!!!. Hal ini menegaskan, Yesus diutus hanya untuk Kaum Yahudi/ Bani Israil. 2. Ayat Matius 2 : 2 . Katanya, dimanakah ia yang lahir - RAJA ORANG-ORANG YAHUDI itu ?; karena kami telah melihat bintangnya di timur dan kami datang untuk meng- hormatinya ) Ayat Matius 2: 2 sangat jelas menyatakan: Yesus adalah Raja orang-orang Yahudi sama sekali tidak menyebut : Raja umat manusia. Hal ini menegaskan, Yesus Kristus ( Nabi Isa Al Masih as ) adalah Nabi yang diutus hanya kepada kaum Yahudi. 3. Ayat Matius 2 : 6 . Dan engkau Bethlehem di tanah Yudea, tiadalah berkurang di antara penghulu-penghulu Yudea ; karena dari engkau akan keluar seorang pembesar yang akan memimpin umat-Ku , Israil . Penganut Kristen mengambil ayat ini sebagai pernyataan tentang Yesus. Oleh karena itu, ungkapan : “ …dari engkau akan keluar seorang PEMBESAR yang akan memim-pin umatKu, Israil “ bermakna Yesus diutus hanya kepada kaum Yahudi (Bani Israil). Dalam ayat Matius. 2 : 6, jelas-jelas dikatakan “…umat-Ku, Israil ..”, dan tidak dikatakan : “…untuk memimpin seluruh umat manusia seluruhnya…”. Ayat Matius 2 : 6 mempertegas, Yesus diutus hanya kepada Bani Israil/Kaum Yahudi. 4. Ayat Matius 27 : 11 . Dan Yesus berdiri dihadapan Gubernur, dan Gubernur bertanya kepadanya : " Adakah engkau Raja orang-orang Yahudi ?". Dan Yesus berkata kepadanya: "Seperti katamu ". Ayat Matius 27: 11 memberi pemahaman, Yesus tidak menolak dikatakan sebagai RAJA ORANG-ORANG YAHUDI, ketika ditanya Gubernur ( Pilatus ). Jika Yesus sadar diri akan tugasnya untuk seluruh umat manusia atau seluruh bangsa, tentu Yesus akan menolaknya dengan berkata misalnya : " Aku RAJA UNTUK SELURUH MANUSIA ". Jadi, ayat Matius 27 : 11 menjadi bukti yang sangat gamblang kalau Yesus diutus hanya kepada kaum Yahudi/ Bani Israil. 5. Ayat Lukas 11 : 30 . Karena sama seperti Yunus menjadi suatu tanda ajaib kepada orang Ninive, sedemi-kian juga Anak Manusia kepada BANGSA INI . Penganut Kristen selalu menghubungkan tanda-tanda ajaib pada Yunus sebagai tan-da-tanda ajaib yang terjadi pada Yesus ( “sedemikian juga Anak Manusia kepada BANGSA INI “ ). Tanda-tanda ajaib pada Yunus diperuntukkan kepada orang-orang Niniveh, berarti diperuntukkan pada lingkup terbatas. Oleh karena tanda ajaib Yunus dikaitkan dengan tanda-tanda ajaib pada Yesus berarti tanda ajaib pada Yesus juga diperuntuk kepada lingkup terbatas yaitu untuk Bani Israil. Tidak diragukan lagi, pernyataan “ kepada BANGSA INI ( This generation ) “ menunjuk KAUM YAHUDI/ BANI ISRAIL dan Yesus diutus hanya kepada Kaum Yahudi/Bani Israil. 6. Ayat Lukas 1 : 32 . Ia akan menjadi besar dan akan dipanggil ANAK DARI YANG MAHA TINGGI; dan Tuhan Allah akan memberi kepadanya TAHTA BAPAKNYA DAUD ). Daud adalah seorang Raja Yahudi, bukan raja bagi seluruh ummat manusia. Menurut kepercayaan Islam, beliau juga seorang Nabi. Ayat Lukas. 1 : 32 dijadikan sebagai ayat nubutan bagi Yesus oleh penganut Kristen. Ayat Lukas. 1 : 32 sama sekali tidak menya-takan Yesus akan memperoleh kekuasaan Daud atas seluruh bangsa atau seluruh umat manusia di atas bumi. Sebagaimana halnya Nabi Daud menjadi raja kaum Yahudi , Bukti, Yesus juga diutus hanya kepada kaum Yahudi saja, bukan diutus untuk seluruh ummat manusia. 7. Ayat Lukas 1 : 33 . Dan Ia akan memerintah RUMAH YAKUB untuk selama-lamanya dan kerajaannya tidak akan berakhir . Ayat Lukas 1: 33 menegaskan Yesus “ akan memerintah rumah Yakub untuk selama-lamanya “. Istilah " Rumah Yakub " berarti " Bani Israil/Kaum Yahudi ", sebab ISRAIL nama lain dari YAKUB. Ayat Lukas 1 : 33 sama sekali tidak menya-takan misalnya "RUMAH ADAM " sebagai ungkapan yang menunjukkan Yesus diutus untuk seluruh umat manusia atau seluruh bangsa. Ayat Lukas 1: 33 adalah dalil yang tegas, Yesus diutus hanya untuk kaum Yahudi/Bani Israil saja. 8. Ayat Lukas 2 : 25 . Dan lihatlah, ada seorang laki-laki di Yerusalem yang bernama Simeon ; dan orang itu adil dan saleh, menunggu PENGHIBUR BAGI ISRAIL; dan Roh Suci memenuhi atasnya. Dalam pemahaman penganut Kristen, ayat Lukas 2 : 25 berkaitan dengan. Jadi menurut ayat ini, Yesus ditunggu sebagai " Penghibur bagi Israil ", tidak dikatakan " Penghibur bagi umat manusia ". Dengan kata lain Yesus diutus hanya kepada Bani Israil / Kaum Yahudi saja. 9. Ayat Lukas 2 : 4. Dan Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maryam ibunya :" Sungguh, anak ini menentukan kejatuhan dan membangkitkan lagi banyak orang Israil dan untuk suatu tanda akan dibantah . Dalam ayat Lukas 2 : 4 ditegaskan “ anak ini menentukan kejatuhan dan mem-bangkitkan lagi banyak orang Israil “ sama sekali tidak dikatakan : " akan menen-tukan kejatuhan dan membangkitkan lagi banyak ummat manusia ". Hal ini menunjukkan Yesus diutus hanya untuk Bani Israil/Kaum Yahudi saja. 10. Ayat Lukas 24 : 19. Maka kata mereka itu kepadanya : “ Dari hal Yesus orang Nazaret , yaitu seorang Nabi yang berkuasa di atas perbuatan dan perkataannya dihadapan Allah dan Segenap kaum itu “. Ayat Lukas 24 :19 dengan jelas menyatakan kehadiran Yesus Kristus sebagai yang berkuasa dengan perbuatan dan perkataannya di hadapan “ Segenap kaum itu “. Kata “ All the people ( segenap kaum itu ) “ bukan “ Sege-nap ummat manusia “. Kata “ the “ menunjuk ke “ subjek “ yang menjadi sasaran misi yang dibawa Yesus. Merujuk ayat-ayat sebelumnya, yang dimaksud dengan “All the people ( segenap kaum itu ) “ sebagai sasaran misi ajaran Yesus adalah “ Segenap Kaum Yahudi “ yang terdiri dari dua belas suku Yahudi. 11. Ayat Lukas 24 : 21. Tetapi kita percaya bahwa Ia akan menyelamatkan Israil. Dan di samping itu semua, hari ini adalah hari ketiga sejak hal-hal itu terjadi ). Ayat Lukas 24: 21 menegaskan Yesus akan menyelamatkan Israil. Tidak dikatakan : menyelamatkan seluruh ummat manusia. Ayat Lukas 24 : 21 menjadi dalil yang tidak diragu-ragukan lagi : Yesus diutus hanya kepada Bani Israil/Kaum Yahudi . 12. Ayat Yohanes 1 : 31 . Dan aku tidak mengenalnya ; tetapi karena ia akan dinyatakan kepada Israil , untuk itulah aku datang membaptis dengan air. Ayat Yohanes 1 : 31 menegaskan: " Ia akan dinyatakan kepada Israil " dan tidak dika-takan : " Ia akan dinyatakan kepada seluruh ummat manusia ". Ayat Yohanes 1 : 31 adalah dalil mengenai Yesus diutus hanya kepada Bani Israil/ Kaum Yahudi. 13. Ayat Yohanes 17 : 9 Aku berdoa untuk mereka ; Aku berdoa bukan untuk seisi dunia, melainkan untuk mereka yang Engkau serahkan kepadaku; karena mereka adalah milikmu ). Mengapa Yesus hanya berdoa untuk " mereka yang Engkau serahkan kepadaku " dan tidak berdoa " untuk seisi dunia ", andaikata Yesus diutus kepada seluruh umat manusia/ semua bangsa? Fakta ayat Yohanes 17 : 9 jelaslah : Yesus diutus hanya kepada mereka yang diserahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa yaitu Bani Israil/ Kaum Yahudi, tidak diutus untuk seluruh ummat manusia. 14. Ayat Matius 19 : 28 : Dan Yesus berkata kepada mereka, sesungguhnya aku berkata kepada kamu sekalian, bahwa kalian telah mengikuti aku dalam kelahiran kembali. Ketika Anak Manusia duduk di atas tahta kemuliannya, kamu juga akan duduk di atas dua belas tahta, mengadili dua belas suku bangsa Israil Ayat Matius 19: 28 mengungkap perkataan Yesus kepada dua belas murid utama beliau tentang masa " akan datang " , yang menegaskan kedua belas murid Yesus akan menduduki tahta masing-masing untuk mengadili dua belas suku bangsa Yahudi, bukan mengadili semua bangsa ( seluruh manusia ) di atas muka bumi. Bila benar, Yesus diutus kepada seluruh ummat manusia, sepatutnya Yesus berbicara mengenai MENGADILI UMAT MANUSIA, tidak hanya berbicara MENGADILI DUA BELAS SUKU BANGSA KAUM YAHUDI / BANI ISRAIL . Kedudukan Yesus yang diutus hanya kepada Bani Israil ( Kaum Yahudi ) ditegaskan pula dalam Kisah Rasul-Rasul dan Surat-surat Kiriman yaitu : 1. Ayat Kisah Rasul-Rasul ( KRR ) 1 : 6 : Ketika mereka telah berhimpun, mereka bertanya kepadanya, katanya : " Tuan, akankah engkau pada saat ini membangun kembali kerajaan untuk Israil ?. Ayat KRR. 1: 6 mengungkapkan dialog antara Yesus dengan para murid, sesudah Yesus " bangkit kembali dari kubur ", dan sebelum " diangkat ke surga ". Para murid bertanya kepada Yesus, apakah dengan kebangkitannya tersebut - yaitu pada saat itu sesudah kebangkitannya itu - Yesus akan membangun kembali kerajaan Israil. Para murid tidak bertanya, apakah Yesus akan membangun kerajaan untuk ummat ma-nusia, sekalipun dalam pengertian bukan kerajaan dunia. Atas pertanyaan para murid, Yesus menjawab : “ Tiada perlu bagimu untuk mengetahui waktu dan masa-nya, yang mana Bapa telah menetapkan dalam kuasaNya . ( KRR. 1 : 7 ) “. Yesus tidak memban-tah keberadaannya untuk "….Membangun kembali kerajaan untuk Israil.... " tapi yang disanggah adalah soal waktu, kapan ia akan membangun kembali kerajaan bagi Bani Israil/bangsa Yahudi. 2. Ayat Galatia 4 : 4,5. Tetapi ketika dipenuhi waktu kedatangannya, Allah mengutus Anak-nya yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat, IA DIUTUS UNTUK MENEBUS MEREKA YANG TAKLUK DI BAWAH HUKUM TAURAT, supaya kita diterima menjadi anak . Ayat Galatia 4 : 4,5 berbicara mengenai kedatangan Yesus kedua kalinya dan dihubungkan dengan tugas : “menebus mereka yang takluk di bawah hukum Taurat “. Yang takluk pada hukum Taurat adalah Kaum Yahudi/ Bani Israil , bukan manusia di luarnya ( Goyim ). Artinya, Yesus diutus hanya untuk menebus Kaum Yahudi/ Bani Israil bukan untuk menebus manusia seluruhnya. 3. Ayat 1 Peterus 5 : 2-3 . Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keun-tungan, tetapi dengan pengabaran. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang diper-cayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu . Ayat 1 Pet. 5 : 2,3 mengungkapkan nasehat Peterus kepada para panatua yang berlangsung sesudah masa Yesus. Peterus, murid Yesus yang paling dekat, mena-sehati " para guru Injil " ( Evangelis, Panatua ) agar menggembalakan kawanan domba Allah yang ada pada mereka, dan yang dipercayakan kepada mereka yaitu Bani Israil/Kaum Yahudi, dan tidak menyuruh “ menggembalakan domba Allah “ yang ada di seluruh muka bumi ( - seluruh bangsa dan seluruh umat manusia - ). 4. Ayat Yakub 1 : 1 Yakub , pelayan Allah dan pelayan tuhan Yesus Kristus kepada kedua belas suku bangsa yang bertaburan , Salam . Yakub adalah salah seorang murid Yesus , menulis surat apostolic kepada kedua belas suku bani Israil, lama sesudah perginya Yesus. Yakub menekankan : Kedua belas suku bangsa Bani Israil, bukan seluruh ummat manusia atau seluruh bangsa. Demikian sejumlah ayat Alkitab/Bibel (yi. Perjanjian Baru) yang menegaskan lingkup misi ke-Rasul-an Yesus yaitu hanya untuk Bani Israil/Kaum Yahudi saja. Hal ini harus diterapkan pula pada ayat Matius 28 : 19 -20 dan Markus 16 : 15 - 16 . Jangan dipa-hami secara harfiah untuk seluruh ummat manusia atau sekalian alam . Apalagi menja-dikan Markus 16 : 15 – 16 sebagai dalil padahal AYAT PALSU !!! Masih banyak lagi ayat-ayat yang menegaskan hal tersebut, langsung ataupun tidak lang-sung. Satu kekeliruan jika bangsa di luar Yahudi menerima Yesus sebagai Nabi mereka apalagi dijadikan sebagai tuhan yang disembah, karena Yesus diutus hanya kepada Bani Israil/Kaum Yahudi. Karel A.Steenbrink dalam bukunya “ PERKEMBANGAN TEOLOGI DALAM DUNIA KRISTEN MODERN “ ( hal. 34 ) berkata: Perbedaan ketiga antara Yesus dan Paulus terletak dalam pandangan Kristen terhadap orang di luar bangsa Yahudi. Yesus sebenarnya tidak hendak mendirikan agama atau sya-riat baru; dia hanya merupakan gerakan reformisme dalam agama Yahudi……Fokus yang semula hanya terbatas kepada bangsa Yahudi saja menjadi luas sekali waktu Paulus mengabarkan Injil Yesus dalam dunia Yunani dan Romawi . Karel A.Steenbrink mengakui Yesus diutus hanya kepada bani Israil/kaum Yahudi dan meluas sejak Paulus ikut mengabarkan ” INJIL“ karangannya bukan Injil Yesus. B. Keaslian teks Matius 28 : 19. Kritik teks menunjukkan ayat Matius 28 : 19 telah mendapatkan sisipan, perubahan atau penambahan. - Eusebius Pamphili, Uskup Kaesarea dan pengarang Ecclesiastical History, Chronicle dan pelbagai macam apologi dan komentar, mengatakan, Matius 28 : 19 pada abad ke-4 M adalah : ”membaptis mereka atas namaku ” ternyata kemudian berubah menjadi : ” membaptis mereka dengan nama Bapa, Putra dan Roh-kudus ”. - Hamilton W dalam buku ” The Modern Reader’s Guide to Matthew and Luke ” ber- komentar atas ayat Matius 28 : 19 : ” ayat-ayat ini kemungkinan lebih mencer-minkan interpretasi gereja awal dari pada kata-kata Yesus yang sebenarnya ”. - The Yerusalem Bible– New Testament berkomentar dengan memberi catatan kaki : ” This formula is perhaps a reflection of the liturgical usage of the writer’s own time ” ( = rumusan ini mungkin sebuah refleksi liturgi yang digunakan penulis pada masanya ). Pengakuan dari pakar Alkitab/Bibel yang diungkapkan menyimpulkan, Matius 28 : 19 adalah AYAT PALSU yang mengekspresikan pandangan gereja awal, bukan benar-benar pernyataan Yesus. Jelaslah ayat Matius 28: 19 dan Markus 16 : 9 -20 adalah AYAT PALSU !!!. Namun ayat palsu ini dijadikan sandaran oleh pengasuh Katolisitas untuk menegaskan, ajaran Yesus meliputi sekalian alam dan manusia. Anehnya ayat palsu ini – yang menyebut pewartaan ajaran Yesus untuk seluruh manusia – disanding-kan dengan ayat-ayat yang sangat jelas menyebut, misi ajaran Yesus hanya terbatas pada Bani Israil dan mengatakan-nya sebagai tidak bertentangan. Dicari-cari alasannya tanpa melakukan analisa kritis atas kata “ bangsa “ dalam ayat-ayat Alkitab/ Bibel yang sangat jelas menyebut, misi ajaran Yesus hanya terbatas pada Bani Israil, yang sebenarnya bermakna : SUKU BANGSA-SUKU BANGSA YAHUDI. Dari uraian atas dua aspek yang diberikan, jelas sekali ketidak-benaran penjelasan pengasuh Katolisitas.