Senin, 05 November 2012

SEBUTAN " ANAK " KEPADA YESUS KRISTUS

FIRMAN ALLAH : YESUS ATAU AL QUR'AN ?

 MENYAMBUT UNDANGAN JAMUAN PIHAK KRISTEN
SIAPAKAH FIRMAN ALLAH YANG DITURUNKAN KE DUNIA ITU ?
 
PENGANTAR .

Sebuah buku berjudul ” KITAB TUHAN MENJAMU TUDUHAN DAN SALAH PAHAM  Apologetika Kristiani , Khusus Untuk Penganut Dan Pengeritik Alkitab  tanpa menyebut nama penerbit  ditulis seorang Kristen bernama Eja Kalima . Entah nama sebenarnya atau nama samaran .
Sesuai dengan judulnya. buku ini menyajikan sejumlah apologi tentang berbagai keyakinan Kristen yang berbeda atau bertentangan dengan keyakinan Islam . Dan apologi ini sengaja ditujukan kepada ummat Islam selaku “ PENGERITIK PEDAS “ keyakinan Kristen . Setiap tema apologi yang dibahas diberi judul : “ SALAH PAHAM  “ . Maksudnya , ada  SALAH-PAHAM pihak Muslim atas keyakinan Kristen dan karenanya melalui tulisan buku itu, Eja Kalima menyajikan “ Jawaban “ atas KESALAH-PAHAMAN ummat Islam ( kaum Muslimin ) tersebut. Ini sesuai dengan JUDUL pengantarnya: MELURUSKAN TUDUHAN DAN SALAH PAHAM. Ada 22 SALAH PAHAM  diungkap Eja Kalima , sekaligus ” meluruskan ” SALAH PAHAM tersebut dengan penjelasan-penjelasan apologi sekaligus menunjukkan ketidak-benaran ajaran Islam pada beberapa tema sentral yang menjadi perbedaan antara Islam dengan  Kristen .Oleh karena buku tersebut merupakan UNDANGAN JAMUAN KEPADA UMMAT ISLAM, maka perlu ditanggapi. Salah satu tema yang dibahas adalah klaim tengan Yesus memiliki sifat-sifat keilahian. Salah satu tema yang diangkat Eja Kalima adalah masalah " FIRMAN ALLAH " dengan pertanyaan : YESUS ATAUKAH AL QUR'AN .
 
APOLOGI  1   :  FIRMAN TURUN KE DUNIA MENJADI MANUSIA

Eja Kalima memberi pernyataan  :
Injil Yohanes memulai ayatnya dengan menegaskan bahwa Firman Allah itu ( sejak semula ) adalah bersama –sama dengan Allah dan adalah Allah. Sang FIRMAN YANG ILAHI INI TURUN KE DUNIA MENJADI MANUSIA yang dinamai Yesus ( Yoh. 1 : 1,14 ). Quran pun dalam Surat 4 : 171 terkesan mengandung kemiripan seperti ayat di atas, namun segera ditafsirkan bahwa “ KALIMAT ALLAH “ hanyalah sebatas “ KATA-KATA “ yang keluar dari mulut  Allah dan Isa adalah AKIBAT dari kalimat “ JADILAH “ ( kun ) MAKA JADILAH DIA ISA .

TANGGAPAN  :
Pembicaraan mengenai ayat Yahya 1 : 1,14  telah dikemukakan dalam seri tulisan bagian ke 1   ( lihat bagian pertama seri tulisan dengan judul : ” MENJAWAB APOLOGI PENGANUT KRISTEN  TENTANG  KONSEP TRINITAS ” ).  Oleh karena itu masalah ayat Yahya 1 : 1, 14  tidak lagi dibahas pada bagian 2 seri tulisan  ini. Satu hal yang menjadi keprihatinan yaitu Eja Kalima mengajukan ayat Yahya 1 : 1,14  kepada ummat  Islam yang diundang hadir dalam ” Jamuan ” yang diadakannya sebagai dalil bagi YESUS selaku FIRMAN ALLAH maka dalam konteks dialog agama yang diadakannya adalah sangat tidak etis, sebab Bibel/ Alkitab bukan kita suci agama Islam, dan itu adalah urusan penganut Kristen.
Namun akan dibahas  pernyataan Eja Kalima yang melihat kemiripan antara ayat Yahya 1 : 1 dengan ayat Qs. 4: 17 yaitu : ” Quran pun dalam Surat 4 : 17 terkesan mengandung kemiripan seperti ayat di atas, namun segera ditafsirkan bahwa “ KALIMAT ALLAH “ hanyalah sebatas “ KATA-KATA “ yang keluar dari mulut  Allah dan Isa adalah AKIBAT dari kalimat  “ JADILAH “ ( kun ) MAKA JADILAH DIA ISA  ”. Sejauh mana kebenaran pernyataan Eja Kalima , untuk jelasnya , berikut dikutipkan terjemahan ayat Qs. 4 : 171  :
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu , dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan)kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan ( dengan tiupan ) roh dari-Nya . Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan : " (Tuhan itu) tiga ", berhentilah ( dari ucapan itu ). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
Melengkapi ayat Qs. 4 : 171 , berikut ditampilkan terjemahan dua ayat lain yang juga berbicara tentang kejadian dan kelahiran Isa Al Masih as (Yesus Kristus ) yaitu Qs.3 : 59  dan Qs. 3 : 45  :
Sesungguhnya misal ( penciptaan ) Isa di sisi Allah, adalah seperti ( penciptaan ) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah , kemudian Allah berfirman kepadanya : " Jadilah " ( seorang manusia ), maka jadilah dia. (  Qs. 3 : 59  )
( Ingatlah ), ketika Malaikat berkata : " Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu ( dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan ) dengan kalimat ( yang datang ) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa  putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan ( kepada Allah ), ( Qs. 3 : 45 ).
Ayat-ayat ini sangat jelas dan tidak membutuhkan penafsiran lagi bahwa Isa Al Masih diciptakan dengan kalimat yang diucapkan Allah yaitu ” KUN ” maka ” JADILAH ” Isa dalam rahim Maryam. Jadi menurut Al Qur’an , Yesus adalah produk dari kata ” KUN ” bukan ”KUN ” itu sendiri. Sedangkan ayat Alkitab/Bibel Yahya 1 : 1, mengajarkan : ” ... Pada awal pertama adalah Firman dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itulah juga Allah ” dan Yahya 1 : 14 mengajarkan pula : ”  Firman itu telah menjadi manusia serta tinggal di antara    kita .....”. Dipahami kedua ayat Alkitab/Bibel tersebut memberi pengajaran dogma Kristen bahwa Yesus ( - selaku Firman yang menjadi daging - ) adalah kalimat  ” KUN ”. Jelas ini tidak mirip bahkan bertentangan sama sekali dengan penegasan ayat Qs. 4 : 171 ;  Qs.  3 : 59  dan Qs.    3 : 45 . Eja Kalima  rupanya asal ucap .
Penciptaan Isa Al Masih ini sama dengan penciptaan Adam ( Qs. 3 : 59 ) dan juga penciptaan semua makhluk sebagaimana yang ditegaskan dalam Qs.16 : 40 : Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya : " kun ( jadilah ) ", maka jadilah ia  ”. Ini bukan penafsiran tetapi memang demikian pengertian yang dinyatakan oleh ayat-ayat Al Qur’an tersebut.  Oleh karena itu , betapa kelirunya si Kristen ketika berkata : ” ..... namun segera ditafsirkan bahwa “ KALIMAT ALLAH “ hanyalah sebatas “ KATA-KATA “ yang keluar dari mulut  Allah dan Isa adalah AKIBAT dari kalimat   “ JADILAH “  ( kun ) MAKA JADILAH DIA ISA ”. Tidak ada istilah ” segera ditafsirkan ” karena ayat-ayat Al Qur’an tersebut memang mengatakan demikian, bukan ditafsirkan yaitu ISA DICIPTAKAN DENGAN KALIMAH-NYA seperti halnya penciptaan/kejadian makhluk lainnya, BUKAN KALIMAH-NYA YANG BERINKARNASI MENJADI MANUSIA YESUS.
Bagi Ummat Islam , tidak ada kesan sama sekali bahwa ayat Qs. 4 :171 mirip dengan ayat Yahya 1 : 1 , 14  karena ” inti berita ” yang disampaikan keduanya sangat berbeda bahkan bertentangan. Ayat Yahya 1 : 1 menegaskan ” FIRMAN ” itu ” ALLAH ” dan pesan dengan pengertian seperti itu tidak ada dalam ayat Qs . 4 : 171 .  Begitu  pula  ayat  Yahya  1 :  14  yang  menyatakan  terjadinya  INKARNASI ” FIRMAN ” menjadi  ” MANUSIA ”. Tidak ada pesan dengan pengertian seperti itu dalam ayat Qs. 4 : 171 dan ayat-ayat lainnya. Hanya Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya saja yang mengatakan adanya kesan kemiripan antara ayat Qs. 4 : 171 dengan Yahya 1 : 1,14 lantaran kebodohannya. Tentu kesan seperti itu dipengaruhi oleh dogma Kristen Kristen yang dianut dengan membaca ayat Qs. 4 : 171 menurut kacamata dogma Kristen . Jadi Eja Kalima telah ” menafsir ” ayat Qs. 4 : 171 dengan ayat Bibel/Alkitab ayat Yahya 1 : 1 , 14  . Ini perbuatan yang sangat keterlaluan dan menunjukkan kejahilan .

APOLOGI  2 :       SANG KALIMAT –  SEBAB HAKIKI DAN PENYEBAB TUNGGAL DARI SEGALA YANG ADA .

Eja Kalima memberi pernyataan  :
Muslim tidak siap melihat Isa dari sisi yang  lain  yaitu sebagai SANG KALIMAT –  “ AKULAH KALIMAT “ yang justru merupakan SEBAB HAKIKI dan PENYEBAB TUNGGAL dari segala yang ada ( Yoh. 1 : 3 , dll ) . Dialah yang merupakan PEMBICARA ILAHI dan PENYATA DIRI ALLAH untuk manusia ( Ibr. 1 : 1 , Yoh 1 : 18 ) agar Allah yang tidak bisa dipahami menjadi dapat dipahami oleh manusia .

TANGGAPAN  :
Sikap  keberagamaan  kaum  Muslimin  didasarkan  pada  Al  Qur’an  dan  Hadist/Sunnah. Jadi bukan soal  siap  atau  tidak  siap . Karena  ini menyangkut akidah dasar Islam , tidak mungkin kaum Muslimin mau melihat Isa dari sisi lain mendasarkan pada dogma Kristen padahal Al Qur’an sangat menegaskan bahwa Isa itu bukan Tuhan , bukan apanya Allah , melainkan makhluk yang diciptakan Allah , sama seperti penciptaan makhluk lain .  Kalau Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya berkeyakinan bahwa Yesus  : ” sebagai SANG KALIMAT –  “ AKULAH KALIMAT “ yang justru merupakan SEBAB HAKIKI dan PENYEBAB TUNGGAL dari segala yang ada ( Yoh. 1 : 3 , dll )  ” maka yang demikian itu adalah urusan Eja Kalima . Tapi jangan meminta ummat Islam untuk berpendapat dan berkeyakinan seperti itu karena Al Qur’an sudah jelas mengatakan – bukan tafsirnya kaum Muslimin – bahwa ISA AL MASIH DICIPTAKAN DARI KALIMAT ” KUN ” , yang berarti ISA AL MASIH ADALAH PRODUK DARI KALIMAT ” KUN ” , sama seperti kejadian Adam , manusia pada umumnya dan makhluk lainnya , BUKAN KALIMAT YANG BERINKARNASI MENJADI ISA AL MASIH .
Begitu pula dengan pernyataan keyakinan tentang Yesus yang disajikan Eja Kalima : ” Dialah yang merupakan PEMBICARA ILAHI dan PENYATA DIRI ALLAH untuk manusia ( Ibr. 1 : 1 , Yoh 1 : 18 ) agar Allah yang tidak bisa dipahami menjadi dapat dipahami oleh manusia ”, itu pun urusan Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya sesuai dengan dogma Kristen yang dianutnya. Tapi jangan meminta kesiapan kaum Muslimin untuk memahami seperti itu, karena sudah jelas dalam keyakinan Islam bahwa Allah dipahami melalui segala sifat-Nya dengan memperhatikan dan merenungkan akan segala ke-MAHA KUASA-an, ke-MAHA-BESAR-an dan ke-MAHA-an lainnya dari Allah melalui hasil ciptaan-Nya. Bukan dipahami seperti hendak memahami sebuah benda dengan cara membedah dan memilah-milah Allah. Ummat Islam tidak membutuhkan keyakinan YANG TIDAK MASUK AKAL atau KEYAKINAN YANG TIDAK WARAS seperti itu yaitu agar Allah bisa dipahami , Allah harus menjadi manusia terlebih dahulu. Keyakinan yang demikian tidak lebih baik dengan kepercayaan kafir kuno tentang dewa-dewa.Jika Eja Kalima benar-benar mau menjamu ummat Islam, tunjukkan berdasarkan Al Qur'an, dan Hadist bahwa Yesus adalah
Kemudian berbicara mengenai istilah ” PEMBICARA ILAHI ” atau ” PENYATA DIRI ALLAH ” bagi Yesus sangat tergantung bagaimana memaknai istilah- istilah tersebut. Dalam Islam , kedua istilah itu bisa dikenakan kepada setiap RASUL ALLAH , seperti Nabi Muhammad SAW dan Nabi Isa Al Masih as ( Yesus Kristus ) yang membawa perintah dan risalah dari Allah tentang KEESAAN ALLAH  dan  BERTAUHID KEPADA ALLAH . Dan Islam tidak pernah akan memahami jika kedua istilah tersebut hendak dikenakan kepada MANUSIA sebagai ALLAH itu sendiri yang berinkarnasi menjadi manusia . Ummat Islam ( kaum Muslimin ) tidak akan menempatkan kepalanya dalam pemahaman bodoh seperti itu .

APOLOGI  3   :   SUBYEK  TELAH MENJADI  OBYEK BAGI  “ KALIMAT ALLAH “

Si  Kristen Penyaji Apologi memberi pernyataan  :
Para penafsir Quran yang memaknakan SUBYEK menjadi OBYEK bagi  “ KALIMAT ALLAH “ (sebagai akibat dari KALIMAT ALLAH yang berfirman “JADILAH “) akan menemui kesulitan oleh kenyataan bahwa KALIMAT ALLAH adalah juga AL QURAN yang diturunkan ke dunia . Apakah AL QURAN dapat sama  dengan  ISA : akibat dari kalimat “ JADILAH “?

TANGGAPAN  :
Sekali lagi, pemahaman atas ayat Qs. 4 : 171 bukan hasil penafsiran kaum  Muslimin melainkan karena memang demikianlah yang ditegaskan oleh ayat Qs.  4 : 171 . Perlu dijelaskan di sini , TIDAK ADA KESULITAN YANG AKAN DITEMUI OLEH PARA PENAFSIR AL QUR’AN SEHUBUNGAN DENGAN DIKATAKAN AL QUR’AN ADALAH KALIMAH ALLAH KETIKA DI SISI LAIN DIKATAKAN ISA ALMASIH ADALAH KALIMAH ALLAH  ( dalam pengertian sebagai produk dari kalimat ” Kun ” ) SEHINGGA TIDAK PERLU DISIMPULKAN : AL QUR’AN DAPAT SAMA DENGAN ISA . Menyatakan adanya kesulitan seperti yang dikatakan Si Kristen Penyaji Apologi sesungguhnya tidak lebih dari khayalan Si Kristen Penyaji Apologi sendiri. Dalam Al Qur’an kata ” KALIMAH ” mempunyai banyak makna . Oleh karena itu pernyataan Si Kristen Penyaji Apologi : ” Para penafsir Quran yang memaknakan SUBYEK menjadi OBYEK bagi  “ KALIMAT ALLAH “ ( sebagai akibat dari KALIMAT ALLAH yang ber-firman “JADILAH “ ) akan menemui kesulitan oleh kenyataan bahwa KALIMAT ALLAH adalah juga AL QURAN yang diturunkan ke dunia. Apakah AL QURAN dapat sama  dengan ISA : akibat dari kalimat “ JADILAH “ ? ” sebenarnya muncul KARENA SI KRISTEN PENYAJI APOLOGI TIDAK MEMAHAMI ARTI ’ KALIMAT ” DALAM AL QUR’AN. Untuk itu, berikut ini disajikan beberapa pengertian ” KALIMAH ” menurut Al Qur’an untuk diketahui oleh Si Kristen Penyaji Apologi  dan
penganut Kristen pada umumnya sebelum menyajikan pernyataannya tersebut .
Dalam ayat An Nisaa’ 171 , dikatakan  Isa Al Masih as adalah “ Kalimatuhu “ ( Kalimat-Nya ) atau dalam ayat Ali ‘Imran 45 : “ Kalimati (n)mminhu “ ( Kalimat dari-Nya ). Menjadi pertanyaan pula, apa yang dimaksud dengan kata “ Kalimat “ pada kata-kata tersebut ? Menjawab pertanyaan ini, sangatlah tidak tepat bagi penganut Kristen dengan menunjuk Bibel, ayat Yahya 1 : 1 yang Hellenistic sebagai penjelasan , melainkan harus dikembalikan kepada ayat-ayat Al Qur’an itu sendiri. Pemahaman atas kata “ Kalimat “ bergantung pada penggunaan kata tersebut dalam ayat-ayat Al Qur’an , sedangkan merujukkannya kepada ayat Yahya 1 : 1 merupakan langkah yang konyol sebab ayat Al Qur’an bukanlah ayat Bibel ! Penganut Kristen tidak percaya dengan ayat-ayat Al Qur’an sebagai wahyu Allah. Lalu bagaimana mereka menggunakan ayat Al Qur’an untuk membenarkan kepercayaan Kristen walaupun dengan cara menerapkan ayat Bibel atas ayat-ayat Al Qur’an tersebut ?
Berikut ini disajikan makna “ Kalimat “ pada berbagai ayat Al Qur’an. Terjemahan yang disajikan diambil dari terjemahan tafsir  “ Al Qur’an Dan Terjemahnya “ Departemen Agama RI , dengan sedikit perubahan yaitu kata “ kalimat “ tetap dipertahankan dalam terjemahan yang disajikan .

1.      Kalimat “ adalah Do’a Taubat .
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubat-nya . Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (  Al Baqarah  37  )
Dalam ayat Al Baqarah  37   dikatakan : “ Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya  lalu  lanjutannya dikatakan : “ maka Allah menerima taubatnya “ . Apa yang disimpulkan dari kedua pernyataan ini ? Rupanya Adam menerima ajaran dari Allah bagaimana do’a taubat yang harus dipanjatkan untuk kesalahan yang dilakukan ,  kemudian dilaksanakan oleh Adam dan Allah SWT menerima taubatnya . Dan berkaitan dengan taubatnya Adam dan Hawa, diungkapkan dalam  ayat Al A’raaf 23  :
       Keduanya berkata : “ Ya Tuhan kami , kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami , niscaya pastilah kami termasuk orang yang merugi “
Satu bentuk “ ratapan “seorang hamba kepada Al Khaliq lantaran dosa yang dilakukan . Dan itulah yang dilakukan oleh Adam dan Hawa . Allah SWT mengampuni dosanya. Hal ini ditegaskan dalam surah Thaa-haa 122 :
       Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.
Dengan demikian pengertian dari “ Kalimat “ dalam ayat Al Baqarah 37 : “ Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya  adalah  DO’A TAUBAT “.

2.      Kalimat “ adalah Kalimat Tauhid : Laa ilaaha illallah
Katakan , Hai Ahli Kitab , marilah ( berpegang ) kepada kalimat yang tidak ada peselisihan antara kami dan kamu bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak ( pula ) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah . Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka : “ Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri ( kepada Allah ) “ . ( Ali ‘Imran 64  )
Pernyataan  kalimatin sawaa-i(n)mm baynanaa wa baynakum “ (  kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu ), yang kemudian dilanjuti dengan penjelasan risalah tauhid  yang menjadi dasar Islam : “ allaa na’buda illallaaha wa laa nusyrika bihi “ ( tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun ) dan “ wala yattakhiza ba’dunaa ba’dan arbaa-bam mindunillahi “ ( tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah  ) menunjukkan bahwa kata “ Kalimat “ yang dalam ayat ini tidak lain adalah kalimat Tauhid : LAA ILAAHA ILLALLAH , yang implementasi akidahnya  adalah  hanya  menyembah Allah SWT yang Esa secara mutlak baik substansi-Nya
maupun sifat-Nya , bukan Esa dalam konsep Trinitas.
Ungkapan “ kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu “ tergambar dari penegasan tauhid dalam surah Al Ikhlas: “ Katakanlah Allah itu Esa  yang sama dengan ajaran Musa yang masih tersisa dalam Bibel : “ Syema Yesrael , Yahwe Elohonu Yahwe Ehad “ ( Dengarlah hai Israel , Tuhan Allahmu adalah Tuhan yang Esa ) [1] ). Baca pula dibaca ayat Az Zukhruf 28 yang memberikan makna “ kalimat “ sebagai kalimat tauhid  :
Dan ( Ibrahim ) menjadikan kalimat itu ( kalimat yang ) kekal pada keturunannya supaya mereka kembali ( kepada kalimat  itu )
Pemaknaan “ Kalimat “ sebagai kalimat tauhid : Laa ilaaha illallah pada ayat Az Zukhruf 28 ini , tidak salah karena pada ayat sebelumnya yang mendahului yaitu ayat Az Zukhruf 27 ditegaskan : “ … Tetapi ( aku menyembah ) Tuhan yang menjadikanku , karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku “. Ungkapan “ Tuhan yang menjadikanku  “ dan “sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku “ merupakan statemen dan kesaksian ketauhidan . Dan Ibrahim mengajarkan ketauhidan kepada anak-anaknya dan selanjutnya turun temurun untuk tetap dipertahankan. Banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan hal ini, misalnya Nabi Yakub as. betapa sebelum ajal datang, mengumpulkan anak-anaknya dan meminta mempertahankan ketauhidan kepada Allah SWT. 
Makna “ Kalimat “ sebagai kalimat tauhid juga dapat dilihat pada ayat Al Fath 26 :
       Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan ( yaitu ) kesombongan jahiliyah , lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Rasul-Nya dan kepada orang-orang Mu’min dan Allah mewajibkan kepada mereka : kalimat taqwa dan adalah berhak dengannya ( kalimat taqwa itu ) dan patut memilikinya . Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
Dalam ayat ini disebutkan :  Kalimat Taqwa “ yang ditafsirkan dengan “ kalimat tauhid “ dan  memurnikan ketaatan kepada Allah SWT ” ( Al Qur’an Dan Terjemahnya , Dep. Agama RI ).

3.      Kalimat “ adalah Janji-Janji Allah .
Dan sesungguhnya telah didustakan ( pula ) rasul-rasul sebelum kamu , akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan ( yang dilaku kan ) terhadap mereka sampai datang  pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu.  ( Al An-aam  34  )
Ayat ini berbicara tentang keadaan rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad saw yang mengalami pendustaan dan penganiayaan kaumnya  sehingga datang pertolongan Allah kepada rasul-rasul tersebut . Kemudian berlanjut pada pernyataan : “Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat Allah  “ .  Pernyataan ini terkait dengan  sampai datang pertolongan Kami kepada mereka “. Dalam hubungan ini , maka makna “ kalimat “ dalam ayat ini adalah “ janji-janji Allah “ atau boleh juga bermakna “ ketetapan Allah “ untuk memberikan pertolongan kepada para rasul Allah ketika menghadapi tantangan, pendustaan, dan pengania-yaan kaumnya pada saat menyampaikan risalah Tuhannya. Oleh karena itu, terjemahan yang diberikan dalam “ Al Qur’an dan Terjemahnya “ Dep.Agama RI , ditulis : “  Tak ada seorang-pun yang dapat merobah kalimat-kalimat ( janji-janji ) Allah  “. Makna “ kalimat Allah “ sebagai     janji-janji Allah “ juga ada dalam ayat Yunus 64: 
Bagi mereka berita gembira di dalam  kehidupan di dunia dan ( dalam kehidupan ) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar  .
Ayat Yunus 64 ini berbicara tentang peruntukan yang diperoleh WALI-WALI ALLAH yaitu orang-orang yang beriman dan selalu bertaqwa  ( ayat Yunus 62-63 ) .  Wali-Wali Allah ini akan mendapatkan berita gembira dalam kehidupan di dunia dan di akhirat . Lalu dipertegas : “ Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat Allah “ . Dari konteks ayat , terlihat bahwa yang dimaksud dengan “ kalimat-kalimat Allah “, tidak lain adalah “ janji-janji Allah “ untuk memberikan kebahagian di dunia dan di akhirat bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa ( wali-wali Allah ). Makna  ini , juga dapat disimak pada ayat Ash-Shaaffat 171 .

4.     Kalimat “ adalah Ayat-ayat Al Qur’an .
Telah sempurnahlah  kalimat Tuhanmu (  sebagai kalimat ) yang  benar  dan adil. Tidak ada yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang mendengar lagi Maha Mengetahui .  ( Al An-aam 115  )
Dalam ayat Al An-aam 115 ini , ada dua sub kalimat yang mengandung kata “ kalimat “ yaitu :   Telah sempurnahlah kalimat Tuhan-mu ) dan “ Tidak ada yang dapat merobah kalimat-   Nya ”. Pada ayat sebelumnya , ayat Al An-aam 114 , disinggung kedudukan Al Qur’an sebagai kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw secara terperinci , dan orang-orang Ahli Kitab sesungguhnya mengetahui bahwa Al Qur’an diturunkan dari Allah dengan sebenarnya . Kemudian bersambung ke ayat 115 sebagaimana yang dikutipkan dengan dua sub kalimatnya mengandung kata “ kalimat “. Dari hubungan kedua ayat ini- ayat 114 dan 115 - dapatlah dipahami bahwa kata “ kalimat “ pada ayat 115 tidak lain berarti :  Al Qur’an dan ayat-ayat Al Qur’an . Terinci dan benar, menunjukkan kesempurnaannya . Hal ini dinyatakan pula dalam ayat Al An-aam 38 : “ Tiadalah Kami abaikan sesuatupun di dalam Al Kitab ……  “ yang menegaskan kesempurnaan Al Qur’an. [2] ) . Dan kesempurnaan dari “ kalimat Tuhanmu “ ( Al Qur’an ) yang disebut ayat Al An-aam 115 ini, secara implisit dalam pengertian yang lebih luas , dijelaskan pula dalam ayat  Al  Maa-idah 3 c  :
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu , agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu .
Kesempurnaan agama berfondasi pada kesempurnaan undang-undang yang menjadi basis ajaran agama tersebut. Untuk agama Islam, undang-undangnya adalah Al Qur’an. Ini berarti ketika Allah SWT menegaskan kesempurnaan agama Islam berarti Al Qur’an sebagai basis ajaran agama Islam sesungguhnya telah sempurna .
Selanjutnya pada sub kalimat yang kedua “ Tidak ada yang dapat merobah kalimat-Nya  berkaitan dengan kesempurnaan “ kalimat Tuhanmu “ yang disebutkan sebelumnya. Dengan demikian kata “ kalimat “ dalam sub kalimat yang kedua berarti : “ ayat-ayat Al Qur’an “. Dan dalam kesempurnaan Al Qur’an , tidak akan ada yang dapat mengubah ayat-ayatnya seperti yang telah terjadi pada Taurat dan Injil, sehingga berwujud menjadi “ Bibel “ sekarang ini .
Kepastian “ Tidak ada yang dapat merobah kalimat-Nya ” ditegaskan sendiri oleh Allah SWT, yang memberikan janji menjaga A Qur’an dari perubahan tersebut sebagai mana yang tercantum  dalam ayat  Al Hijr 9 :    
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz Dzikr ( Al Qur’an ) dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya  .
Memang ada tuduhan para Orientalis Kristen bahwa Al Qur’an pada masa pencatatannya telah mengalami perubahan, antara lain dengan membandingkan antara mushaf Utsman dengan mushaf Ibnu Mas’ud atau dengan menampilkan hadist-hadist tentang beberapa kata atau kalimat yang seharusnya ada dalam suatu ayat tetapi pada waktu pengumpulan Al Qur’an dilakukan, kata-kata tersebut tidak ada lagi. Tuduhan tersebut tidak beralasan [3]).
Makna “ Kalimat Allah “ sebagai “ ayat-ayat Al Qur’an “ dijumpai pula dalam ayat Al Kahfi 27   yang terjemahannya  :
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu yaitu kitab Tuhanmu ( Al Qur’an ). Tidak ada ( seorangpun ) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya . Dan kamu tidak dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya .
Dalam ayat Al Kahfi 27 ini ditegaskan :  Tidak ada yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya ” . Penegasan ini setelah perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw : “ Dan bacakanlah  apa yang diwahyukan kepadamu yaitu kitab Tuhan-mu ” yang berarti : membaca Al Qur’an . Dengan demikian, dari konteks ayat, kata “ kalimat  “ tidak lain adalah ayat-ayat Al Qur’an .
Pemahaman “ kalimat “ dengan makna sebagai “ Al Qur’an “ dapat pula disimak pada ayat  Asy Syuura 24 :
Bahkan mereka mengatakan : “ Dia ( Muhammad ) telah  mengada - adakan dusta terhadap  Allah “. Maka jika Allah menghendaki, niscaya Dia mengunci mati hatimu dan Allah menghapuskan yang bathil dan membenarkan yang hak dengan kalimat-kalimat-Nya . Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati .
Kalimat “ dan Allah menghapuskan yang bathil dan membenarkan yang hak dengan kalimat-kalimat-Nya ” merupakan janji Allah untuk menegakkan kebe-naran dan menghapuskan kebathilan. Al Qur’an berisi ajaran bagi ummat manusia untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kebathilan tersebut. Oleh karena itu, dari konteks ayat , maka “ kalimat “ dalam ayat As Syuura 24 ini mempunyai makna : Al Qur’an. Pemaknaan yang sama pada ayat Al Anfaal 7 : “ Dan Allah mengehendaki untuk membenarkan yang benar dengan kalimat-kalimat-Nya ”.

5.      Kalimat “ adalah Kitab-Kitab Allah atau Firman Allah dalam Kitab-Kitab Allah .
Katakanlah : “ Hai manusia , sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua , yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi ; tidak ada Tuhan ( yang berhak disembah ) selain Dia , Yang Menghidupkan dan Mematikan , maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya , Nabi yang ummi , yang beriman kepada kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk “.  (  Al A’raaf 158 )
 Ayat ini berisi ajakan yang harus dilakukan oleh Nabi Muhammad saw kepada seluruh ummat manusia untuk tauhid kepada Allah SWT. Dalam ayat ini ditegaskan bahwa  Nabiyyul ummi “ ( Nabi Muhammad saw ) itu beriman kepada : Allah dan Kalimat-Nya . Dalam konteks yang demikian , kata “ kalimat-Nya “ bermakna : “ kitab-kitab Allah “ atau “ Firman-firman Allah yang tercantum dalam kitab-kitab Allah  “. Kitab-kitab Allah ini adalah : Taurat, Zabur, Injil, Al Qur’an , dan Suhuf-suhuf para Nabi , termasuk suhuf Nabi  Ibrahim
Pengertian “ Kalimat “ sebagai “ Firman-firman Allah dalam kitab-kitab “ dapat dibaca pula dalam ayat Ali ‘Imran 39  :
Kemudian  Malaikat ( Jibril ) memanggil Zakariya , sedang ia tengah berdiri melakukan sholat di mihrab ( katanya ) : “ Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran ( seorang putera bernama) Yahya, yang membenarkan kalimat ( yang datang ) dari Allah , menjadi ikutan, menahan diri ( dari hawa nafsu ) dan seorang Nabi, termasuk keturunan orang-orang saleh .
Tetapi  dalam tafsir yang diberikan dalam “ Al Qur’an Dan Terjemahnya “  ( - lihat foot note No.193 ) , kalimat  : “ kalimat ( yang datang ) dari Allah   “ dalam ayat Ali ‘Imran 39 tersebut  adalah Nabi Isa Al Masih as , yang diciptakan dari kata  “ KUN “  tanpa bapak . Ada kejanggalan tafsir ini dilihat dari segi urutan waktu kedatangan Nabi Yahya as dengan Nabi Isa Al Masih as. Nabi Yahya as. datang lebih dahulu dari Nabi Isa Al Masih as , walaupun kemudian dakwah kedua nabi suci ini berjalan seiring. Jika yang datang duluan berbicara tentang yang datang kemudian, istilahnya “ penubuatan “, bukan “ membenarkan “. Tampaknya lebih logis jika pernyataan “ membenarkan kalimat ( yang datang ) dari Allah “ dipahamkan : Nabi Yahya as . membenarkan firman-firman Allah dalam kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya yaitu Taurat dan Zabur . Pemahaman  demikian dapat dibandingkan pula dengan ayat Tahrim 12.
Dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya , maka Kami tiupkan ke dalam         ( rahim) nya sebagian dari Roh ( ciptaan ) Kami dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya dan adalah dia termasuk orang-orang yang ta’at  .
Sebagaimana  telah kita ketahui kalimat ayat “Kami tiupkan ke dalam (rahim) nya sebagian dari Roh ( ciptaan ) Kami   menunjuk kepada Nabi Isa Al Masih as . ( Yesus Kristus ). Dan lanjutan dari kalimat ayat ini dikatakan Nabi Isa Al Masih as.( Yesus Kristus ) itu “ membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya“. Apa yang dimaksud dengan ” kalimat-kalimat Tuhannya ” di sini ? Apakah menunjuk kepada Yesus atau kepada seseorang lainnya ataukah menunjuk kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum Nabi Isa Al Masih as ? Menjawab pertanyaan ini, secara lebih jelas dalam ayat  Ash Shaff  6, diungkapkan pernyataan Nabi Isa Al Masih as :
Dan (ingatlah) ketika ‘Isa putera Maryam berkata : ‘ Hai Bani Israil , sesung-guhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan ….. 
Jadi yang dimaksud dengan “ membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya  “ pada ayat Tahrim 12  adalah  : membenarkan Kitab Taurat . Pengertian ini pulalah yang dapat ditangkap dari ayat  Ali ‘Imran 39 tentang Nabi Yahya as.: “ yang membenarkan kalimat ( yang datang ) dari Allah “, yang maksudnya adalah membenarkan kitab ( yang turun ) sebelumnya, yaitu Taurat. Tafsir yang diberikan dalam Al Qur’an Dan Terjemahnya, Dep. Agama RI  menyatakan bahwa “ kalimat ( yang datang ) dari Allah  “ dalam ayat Ali ‘Imran 39 tersebut  adalah Nabi Isa Al Masih as. Membenarkan seorang Nabi yang datang sesudahnya? Ataukah menubuatkan nabi yang datang sesudahnya ?

6.     Kalimat “ adalah berarti :  Rencana , Kehendak , Keinginan  .
Jika kamu ( orang-orang beriman ) tidak menolongnya ( Muhammad ) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya ( Muhammad ) (yaitu ) ketika orang-orang kafir  ( musyrikin Mekkah ) mengeluarkannya ( dari Mekkah ) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua diwaktu dia berkata kepada temannya : “ Janganlah kamu berduka cita , sesungguh-nya Allah beserta kita “. Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya           ( Muhammad ) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya dan Allah menjadikan kalimat orang-orang kafir itulah yang rendah . Dan kalimat Allah , itu yang tinggi . Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana . (  Al Bara-ah / At Taubah 40  )
Dalam ayat Al Bara-ah ( At Taubah ) 40 ini , kata : “ Kalimat “ muncul dua kali, yaitu dalam kalimat : “ kalimat orang-orang kafir ” dan “ kalimat Allah ”. Keduanya dipertentangkan . Untuk memahami maksudnya , perlu diketahui bahwa ayat Al Bara-ah ( At Taubah ) 40 ini mengungkap kisah perjalanan pengungsian ( hijrah ) Nabi Muhammad saw bersama sahabat beliau Abu Bakar Ash Shiddiq  dari Mekkah berhijrah ke Jatsrib ( Madinah ) . Kaum musyrikin Mekkah berkeinginan menangkap dan membunuh Nabi Muhammad saw. Untuk itu mereka telah berjaga mengawasi  rumah Nabi Muhammad saw agar jangan sampai Nabi Muhammad saw dapat melarikan diri meninggalkan Mekkah . Tetapi Allah SWT berkehendak lain . Sekalipun di bawah penjagaan kuat oleh para pemuda-pemuda Quraisy , Nabi Muhammad saw  bisa melarikan diri dan meninggalkan mereka dalam keadaan tertidur dengan kepala tertabur tanah. Menyadari Nabi Muhammad saw telah meninggalkan rumahnya, kaum musyrikin Mekkah melakukan pengejaran. Tapi Nabi Muhammad saw dan Abubakar bersembunyi di gua Tsur sehingga selamat dari upaya pengejaran kaum musyrikin Mekkah , padahal para pengejar sebenarnya juga sudah menyelidiki gua Tsur tersebut . Gagallah keinginan kaum musyrikin Mekkah untuk menangkap Nabi Muhammad saw  dan yang terjadi adalah kehendak Allah SWT yaitu Nabi Muhammad saw selamat dari upaya penangkapan dan pembunuhan yang direncanakan kaum musyrikin Mekkah.  Inilah yang ditegaskan Allah SWT dengan : “ Allah menjadikan kalimat orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah, itu yang tinggi “. Dengan demikian, kata “ kalimat “ dalam ayat Al Bara-ah ( At Taubah ) 40 ini mempunyai makna : “ Rencana , Kehendak , Keinginan “.
Hal lain yang perlu diungkapkan berkenaan dengan ayat Al Bara-ah ( At Taubah ) 40  ini  yaitu ketika berada dalam gua Tsur , Abubakar Ash Shiddiq menjadi sangat ketakutan jika sampai terpergok orang-orang musyrik Mekkah , Nabi Muhammad saw menghiburnya : “ Janganlah kamu berduka cita , sesungguhnya ALLAH BESERTA KITA  “. Kalimat “ ALLAH BESERTA KITA “ adalah terjemahan dari kalimat : “  INNALLAHA MA’ANAA ”  [4] ).

7.      Kalimat “ adalah  Wahyu Allah atau Firman Allah yang berisi : “ Aturan -Aturan ; Undang-Undang ; Sunatullah ; Pengetahuan; Isyarat-Isyarat; Hikmat , Falsafah  dan semacamnya 

Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhan-ku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis ( ditulis ) kalimat-kalimat Tuhan-ku, meskipun kamu datangkan tambahan sebanyak itu   ( Al Kahfi 109  ) 
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan ke-padanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)-nya, niscaya tidak akan habis-habisnya ( dituliskan ) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( Luqman 27 ) 
Asbabunnuzul ayat ini  adalah  adanya pernyataan sebahagian kaum kafir Quraisy bahwa wahyu-wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw sudah habis . Allah SWT memberi jawaban dengan mewahyukan ayat ini kepada Nabi Muhammad saw .
Jadi ,  kata  kalimat  “ dalam  kedua  ayat ini bermakna wahyu Allah atau firman Allah yang berisi : Aturan-Aturan ; Undang-Undang; Sunatullah; Pengetahuan ; Isyarat-Isyarat ; Hikmat , Falsafah  dan semacamnya  “.

8.     Kalimat “ adalah  Perintah dan larangan
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat lalu Ibrahim  menu-naikannya. Allah berfirman : “  Sesungguhnya Aku akan menjadikan iman bagi seluruh manusia “. Ibrahim berkata : “ ( Dan ) saya mohon juga dari keturunanku “. Allah berfirman :     “ Janjiku ( ini ) tidak mengenai orang-orang yang zalim . (  Al Baqarah 124  )
Dalam ayat ini, jelas diungkapkan bahwa  Ibrahim diuji oleh Tuhan dengan beberapa kalimat . Menjadi pertanyaan , apakah yang dimaksud dengan “ beberapa kalimat “ ini ? Untuk memahaminya , dapat disimak dari kata-kata lanjutannya : “ Ibrahim menunaikannya “ . Dalam implementasi keagamaan seseorang , kata  menunaikan “ tidak lain dimaksudkan kecuali : melaksanakan perintah Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya. Ini adalah wujud dari ketaatan . Oleh karena itu , pengertian dari  beberapa kalimat   dalam ayat Al Baqarah 124 ini tidak lain adalah : PERINTAH DAN LARANGAN yang ditetapkan Allah kepada Ibrahim dan dengan penuh ketaatan , Ibrahim melaksanakan perintah dan larangan tersebut .  Contoh dari perintah dan larangan yang diterima Nabi Ibrahim as sebagai ujian bagi Ibrahim , misalnya perintah Tuhan melalui mimpi kepada Ibrahim untuk menyembelih putera tunggalnya ( - pada waktu itu - ) : Ismail . Juga perintah sunat  ( khitan ) dan perintah untuk membawa isterinya : Hajar dan anaknya Ismail ke tanah Makkah yang saat itu merupakan lembah gersang tanpa penghuni . Semuanya itu dilaksanakan Ibrahim penuh ketaatan . Untuk itu Tuhan menetapkan Ibrahim sebagai imam bagi manusia : “ Sesungguhnya Aku akan menjadikan imam bagi seluruh manusia “.
Penyebutan “ beberapa kalimat “ ini mengingatkan kita pada ayat Al Baqarah 37 , yang juga mengungkapkan bahwa Nabi Adam as. menerima “ beberapa kalimat “ dari Tuhannya . Sebagaimana yang dijelaskan , “ beberapa kalimat “ yang diterima Nabi Adam as. dari Tuhannya ini adalah “ do’a taubat “. Sedangkan “ beberapa kalimat “ yang diterima Nabi Ibrahim as. dari Tuhannya ini adalah “ perintah dam larangan  “. Dengan demikian  , makna kata  beberapa kalimat “ pada kedua ayat ini , berbeda .

9.      Kalimat “ adalah  Ucapan  “ atau “ kata-kata yang keluar dari mulut “.    
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat permisalan kalimat yang baik seperti pohon yang baik , akarnya teguh dan cabangnya ( menjulang ) ke langit . Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk , yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi , tidak dapat tetap ( tegak ) sedikitpun .  ( Ibrahim 24 -26  ;  band. ayat Ibrahim  29  ).
Tidak diragukan lagi, pernyataan “ kalimat yang baik “ dan “ kalimat yang buruk “ berarti  ucapan “ atau “ kata-kata “. Dalam hal ini “ kalimat yang baik ” adalah segala ucapan dan kata-kata yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran , termasuk di dalamnya ucapan kalimat tauhid. Sedangkan “ kalimat yang buruk ” adalah ucapan, kata-kata atau pernyataan yang mengandung kekufuran, syirik, tidak benar, sia-sia, kotor, buruk, tidak bermanfaat dan sebagainya .
Pemahaman  kalimat “ sebagai “ ucapan “ atau  kata-kata “ dapat pula disimak dari ayat Al Kahfi  5 :  
Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu , begitu pula nenek moyang mereka . Alangkah jeleknya kalimat yang keluar dari mulut mereka ; mereka tidak mengatakan ( sesuatu ) kecuali dusta .
Kalimat ayat “ Alangkah jeleknya kalimat yang keluar dari mulut mereka ” menunjukkan makna “ kalimat “ sebagai : ucapan atau kata-kata . Juga dapat disimak dalam ayat Al Mu’minuun 99 -100   :
 Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata  : “ Ya, Tuhanku kembalikanlah aku ( ke dunia ) agar aku berbuat amal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan “. Sekali-kali tidak ! Sesungguhnya itu adalah kalimat yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan .
Dalam ayat ini dikatakan “ kalimat yang diucapkannya “ yang berarti “ kalimat “ adalah ucapan atau kata-kata . Hal yang sama dapat dijumpai pada ayat Bara-ah  ( At Taubah  ) 74  :  
Sesungguhnya mereka telah mengucapkan kalimat kekafiran dan telah menjadi kafir sesudah Islam .
Kata kerja  mengucapkan “ atau  berkata “ menunjukkan bahwa  kalimat “ itu merupakan : perkataan , ucapan atau kata-kata .

10.   Kalimat “ adalah “ Ketentuan , Ketetapan  “.   

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhan-mu , tidaklah akan beriman . ( Yunus  96  )
Ayat Yunus 96 tanpa diragukan lagi mempunyai makna bahwa orang yang telah ditetapkan atau diputuskan sebagai orang kafir , tidak akan beriman . Dalam konteks demikian , makna “ kalimat “ dalam ayat Yunus 96 ini adalah : Ketetapan atau Keputusan . Dapat pula disimak ayat Huud 118 -119  :                
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia ummat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhan-mu telah ditetapkan: “ Sesungguh-nya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia ( yang  durhaka ) semuanya  .
Dalam ayat di atas ada ketetapan Allah SWT : “ Sesungguhnya Aku akan meme-nuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia ( yang durhaka ) semuanya “. Lalu diikuti dengan pernyataan dalam ayat Huud 119 : “ Dan telah sempurna Kalimat Tuhanmu “.  Dari konteks ayat dapat dipahami , yang dimaksud dengan “ Kalimat Tuhan  “ yang sempurna dalam ayat Huud 118-119 itu  adalah : “ Keputusan Allah , Ketetapan Allah “ yang berkenaan dengan jin dan manusia durhaka nanti dihari kiamat. Dengan demikian, “ kalimat “ mempunyai makna : Ketetapan, Keputusan. Bandingkan dengan ayat Yunus 19  :
Manusia dahulunya hanyalah satu ummat , kemudian mereka berselisih . Kalau tidaklah karena kalimat yang telah ada dari Tuhan-mu dahulu , pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan .
Seperti halnya ayat  Huud 118 -119  , maka ayat Yunus 19 ini mengungkapkan bahwa manusia
dahulunya adalah ummat yang satu , tetapi kemudian berselisih . Allah bisa saja memberikan keputusan atas apa yang diperselisihkan , tetapi karena sudah ada “ kalimat “ ( ketetapan ) Allah terdahulu yaitu untuk memutuskan perselisihan itu di akhirat , maka hal itu tidak dilakukan Allah di dunia ini . Ini yang dinyatakan dengan :  Wa law-laa kalimatun sabaqat mi(n)rrabika = Dan kalau tidak ada kalimat terdahulu dari Tuhan-mu  ”.
Pemaknaan “ kalimat “ sebagai “ ketetapan atau keputusan “ , dapat pula dijumpai pada berbagai ayat Al Qur’an , yaitu  :
a.      Ayat Yunus 33 : “ Demikianlah telah tetap kalimat Tuhan-mu terhadap orang-orang yang fasik , karena sesungguhnya mereka tidak beriman  “.
b.      Ayat Yunus 82 : “ Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan kalimat-Nya walaupun orang-orang  yang berbuat dosa tidak menyukai (-nya ).
c.      Ayat Huud 110  yang dinyatakan dengan :  “ ( Wa law-laa kalimatun sabaqat mi(n)rrabika = Dan kalau tidak ada kalimat terdahulu dari Tuhan-mu ) “ sama seperti pada ayat  Huud 119 . 
d.      Ayat Fushshilat 45 : “ ( Wa law-laa kalimatun sabaqat mi(n)rrabika = Dan kalau tidak ada kalimat terdahulu dari Tuhan-mu ) “  sama seperti pada ayat  Huud  110 dan 119 . 
e.      Ayat Thaa-haa  129   : ( “ ( Wa law-laa kalimatun sabaqat mi(n)rrabika = Dan kalau tidak ada kalimat terdahulu dari Tuhan-mu ) “  sama seperti pada ayat  Huud  110 dan 119 ; ayat Fushshilat 45 . 
f.       Ayat Az Zumaar 19 : ( Afaman haqqat ‘alay-hi kalimatul’azaabi = Apakah ( kamu hendak merobah nasib ) orang-orang telah pasti kalimat azab atas- nya ? )
g.      Ayat Az Zumaar 71 c : ( Walaakin haqqat kalimatul ‘azaabi  alal kaafiriy-na = Tetapi telah pasti berlaku kalimat azab terhadap orang-orang kafir )
h.      Ayat Al Mu’min 6 : ( “ Wa kadzaa lika haqqat kalimatu rabbika  = Dan demikianlah telah pasti berlaku kalimat Tuhanmu )
i.        Ayat  Asy Syuura 14a. : “ ( Wa law-laa kalimatun sabaqat mi(n)rrabika = Dan kalau tidak ada kalimat terdahulu dari Tuhan-mu ) “  sama seperti pada ayat  Huud 110 dan 119.
j.        Ayat Asy Syuura 21b : “( Wa law-laa kalimatul fashli laqudiya bay-nahum = sekiranya tidak ada kalimat yang menentukan – dari Allah – tentu mereka telah dibinasakan ).
Semua ayat yang disajikan menunjukkan makna “ kalimat “ sebagai “ ketetapan , keputusan “ untuk sesuatu yang sudah ditetapkan Allah sehingga Allah tidak mengubahnya lagi.
Dari berbagai pengertian  kalimat “ yang disajikan berdasarkan serjumlah ayat Al Qur’an, terlihat “ kalimat “ yang digunakan dalam Al Qur’an mempunyai beberapa  makna , yaitu  :
1.   Do’a Taubat
2.   Kalimat Tauhid : Laa ilaaha illallah
3.   Janji-Janji Allah
4.   Ayat-ayat Al Qur’an .
5.   Kitab-Kitab Allah atau Firman Allah dalam Kitab-Kitab Allah .
6.   Rencana , Kehendak , Keinginan  .
7.   Wahyu Allah atau Firman Allah yang berisi : “ Aturan-Aturan ; Undang-Undang ; Sunatullah; Pengetahuan; Isyarat-Isyarat ; Hikmat , Falsafah  dan semacamnya .
8.   Perintah dan larangan .
9.   Ucapan   atau  kata-kata
10.   Ketentuan , Ketetapan, Taqdir  .
Demikianlah makna “ kalimat “ pada sejumlah  ayat Al Qur’an. Dan bahasan ini dimunculkan kembali dalam Tanggapan Atas Tuduhan Salah Paham 20 ( lihat tulisan seri bagian 7 ). Dan makna ” kalimat ” yang hendak diterapkan harus dikenakan kepada setiap kata “ kalimat “ yang dibicarakan, mana yang cocok maknanya. Jadi tidak sembarangan berbicara tentang        ” kalimat ” dalam ayat-ayat Al Qur’an. Oleh karena itu , pengertian ” Kalimah ” untuk Al Qur’an , berbeda dengan ” Kalimah ” yang dikenakan kepada  Isa Al Masih as (Yesus ). Jangan karena sama-sama ” Kalimah ” lalu hendak disamakan  Yesus Kristus ( Isa Al Masih as ) = Al Qur’an. Itu merupakan kebodohan luar biasa. Dengan demikian betapa sangat salahnya pernyataan Si Kristen Penyaji Apologi : ” Para penafsir Quran yang memaknakan SUBYEK menjadi OBYEK bagi  “ KALIMAT ALLAH ...........akan menemui kesulitan oleh kenyataan bahwa KALIMAT ALLAH adalah juga AL QURAN yang diturunkan ke dunia . Apakah AL QURAN dapat sama  dengan  ISA : akibat dari kalimat “ JADILAH “?  ”. Kesalahannya karena Si Kristen Penyaji Apologi memberi makna yang sama atas kata  ” KALIMAT ” untuk Al Qur’an dengan kata           ” KALIMAT ” untuk Isa Al Masih as. ( Yesus ). Sebaiknya, jika Si Kristen Penyaji Apologi memang belum mengerti ayat-ayat Al Qur’an, tidak usahlah memberi pernyataan atau menafsir atas ayat-ayat Al Qur’an, apalagi memberi pernyataan atas ayat-ayat Al Qur’an menurut kacamata dogma Kristen . Itu sangat tidak benar .
APOLOGI  4   :   MELURUS-LURUSKAN APA YANG TELAH LURUS

Si  Kristen Penyaji Apologi dengan menunjuk ayat Qs. 4 : 171 , kemudian berkata :
Tafsiran berjalan tidak mulus sehingga kita tidak usah heran menjumpai sang penafsir harus terus memberi catatan tambahan di bawah tanda kurung bagi penterjemah Quran demi             “ melurus-luruskan “ apa yang aslinya telah lurus apa yang aslinya telah lurus dalam ayat berikut :
Sesungguhnya Al Masih , Isa putra Maryam itu adalah Utusan Allah dan Kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan Roh daripada-Nya ……. ( Surat 4 : 171 ).
Bukankah tampak di sini bahwa UTUSAN ALLAH ( Rasulullah ) dan KALIMAT-NYA                     ( Kalimatullah ) dan ROH DARI PADANYA ( Rohullah ) adalah semua perujukan kepada SUBJEK yang bernama AL MASIH ?

TANGGAPAN  :
Maksud Si Kristen Penyaji Apologi dengan pernyataannya ini adalah sehubungan dengan penjelasan yang diberikan dalam tanda kurung untuk istilah ” KALIMAT-NYA ” dan ” ROH-NYA ” sebagaimana yang terdapat dalam terjemahan ayat Qs. 4 : 171 sebagai berikut :
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu , dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan ( yang diciptakan dengan) kalimat-Nya  yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan ( dengan tiupan ) roh dari-Nya . Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan : " ( Tuhan itu ) tiga ", berhentilah ( dari ucapan itu ). ( Itu ) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
Dalam  terjemahan  ayat  Qs.  4 : 171,  kata ” KALIMATUHU ” ( terjemahan harfiahnya :             Kalimat-Nya ”) diberikan keterangan dalam tanda kurung yaitu  ” (yang diciptakan dengan ) ” sehingga terjemahan untuk kata ” KALIMATUHU  ” menjadi : ” ( yang diciptakan dengan ) kalimat-Nya  ”. Begitu pula dengan kata  ” RUW-HUM-MINHU ” yang terjemahan harfiahnya :           ” ROH DARI-NYA ” tetapi diberikan keterangan dalam tanda kurung , yaitu : ” ( dengan tiupan ) ” sehingga terjemahan untuk kata ” RUW-HUM-MINHU ” menjadi ” ( dengan tiupan ) roh dari- Nya ” . Itulah yang dimaksud oleh Si Kristen Penyaji Apologi.  Tetapi menurut Si Kristen Penyaji Apologi , cara penjelasan dengan memberi catatan tambahan di bawah tanda kurung oleh penterjemah Quran adalah ” .....demi “ melurus-luruskan “ apa yang aslinya telah lurus.....” . Dari pernyataan Si Kristen Penyaji Apologi ini , ditangkap maksudnya yaitu jika tidak diberi keterangan dalam tanda kurung itu maka menjadilah terjemahan ayat Qs. 4 : 171 sebagai berikut :
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu , dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya  yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan roh dari-Nya . Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan : " ( Tuhan itu ) tiga ", berhentilah ( dari ucapan itu ). ( Itu ) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
Dan ditangkap maksud Si Kristen Penyaji Apologi , yaitu kalimat  Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya  yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan roh dari-Nya  ” tanpa tambahan ” ( yang diciptakan dengan ) ” pada ” kalimat-Nya  ” dan ” ( dengan tiupan ) ” pada ” roh dari-Nya ” itulah terjemahan yang menurut Si Kristen Penyaji Apologi :       apa yang aslinya telah lurus ”. Dan dalam terjemahan ” apa yang aslinya telah lurus ” maka ayat Qs. 4 : 171 akan sama seperti yang dinyatakan Alkitab/Bibel ayat Yahya 1 : 1. Jelas ini merupakan satu kengawuran yang dihasilkan penerapan dogma Kristen terhadap ayat Al Qur’an.  Si Kristen Penyaji Apologi ini rupanya tidak mengetahui bagaimana pengertian dari kata ” KALIMAT ” dan ” RUH ” dalam Al Qur’an. Dan juga tidak mengetahui alasan, mengapa penterjemah menambahkan kata dalam tanda kurung itu sebagai penjelasan.
Apakah yang dilakukan penterjemah Al Qur’an itu salah ?. Tidak ! Justru yang dilakukan penterjemah Al Qur’an dengan memberikan penjelasan melalui keterangan dalam tanda kurung tersebut , itulah yang sangat benar karena sesuai dengan ajaran akidah Islam dan sesuai pula dengan ayat Al Qur’an lainnya. Jika tidak demikian , kita akan mendapatkan bentuk kalimat terjemahan yang kabur . Ambil contoh misalnya kata dalam tanda kurung ” ( Tuhan itu ) ” -         ( dari ucapan itu ) ” dan ” ( itu ) ” di mana kata-kata ini merupakan penjelasan untuk kalimat atau kata tertentu : ” TIGA ”- ” BERHENTILAH ”. Jika ketiga kata penjelasan dalam tanda kurung tersebut ditiadakan maka secara letterlijk kalimat terjemahan bahasa Indonesia-nya adalah : ” .... janganlah kamu mengatakan : " tiga ", Berhentilah. Lebih baik bagimu ”. Apakah terjemahan yang demikian ini yang dimaksud Si Kristen Penyaji Apologi sebagai ” yang aslinya telah  lurus ” itu  sebagai terjemahan dari kalimat teks dalam bahasa Arab Al Qur’an-nya ? Harusnya demikian karena Si Kristen Penyaji Apologi menggugat adanya kata-kata dalam tanda kurung yang diberikan penterjemah bahasa Indonesia .
Jika seperti itu maknanya menurut Si Kristen Penyaji Apologi sebagai yang aslinya telah lurus ” sehingga penterjemah Al Qur’an tidak perlu lagi ” menambahi ” dengan kata tanda kurung  maka sejumlah pertanyaan perlu diajukan kepadanya :
-    Apa maksud kalimat terjemahan : ”... janganlah kamu mengatakan : " tiga ", Berhentilah. Lebih baik bagimu ” dari ayat Qs. 4 : 171 ini ?
-    Apa maksud kalimat ”..... janganlah kamu mengatakan : " tiga ".....” dalam ayat Qs. 4 : 171 tersebut ? Apakah ini berarti kita tidak boleh mengatakan atau tidak boleh membilang angka ” TIGA ” ?. Oleh karena itu angka atau bilangan ” TIGA ” apa yang tidak boleh dikatakan itu ?
-    Kemudian dalam teks kalimat terjemahan ada perintah : ” BEHENTILAH ”. Berhenti dari hal apa ?  Apakah berhenti membilang angka ” TIGA ” ?
-    Juga dikatakan dalam teks kalimat terjemahan : ” LEBIH BAIK BAGIMU ”. Apanya yang lebih baik ? Apakah lebih baik jika tidak membilang angka ” TIGA ”
Sungguh aneh, bagaimana mungkin dalam ayat Al Qur’an bisa ada larangan menyebut atau membilang angka ” TIGA ”. Tetapi yang demikian itu adalah dampak yang terjadi ketika ayat Qs. 4 : 171 diterjemahkan dalam bahasa Indonesia lalu kita memahami secara bodoh menurut harfiah terjemahannya tersebut. Padahal sesungguhnya ayat Qs.4 : 171 tidak melarang menyebut atau membilang angka ” TIGA ” karena yang dimaksud bukanlah demikian . Jika Si Kristen Penyaji Apologi menyadari benar akan pernyataannya : ” ...... sang penafsir harus terus memberi catatan tambahan di bawah tanda kurung bagi penterjemah Quran demi “ melurus-luruskan “ apa yang aslinya telah lurus apa yang aslinya telah lurus ” tentu Si Kristen Penyaji Apologi harus bisa menjawab pertanyaan tersebut. Dan bilamana Si Kristen Penyaji Apologi ternyata tidak mampu menjawabnya sesuai dengan makna yang dihajatkan oleh teks bahasa Arab Al Qur’an , berarti Si Kristen Penyaji Apologi dihadapkan dengan kekaburan makna menurut terjemahan bahasa Indonesia secara letterlijk atas ayat Qs. 4 : 171  tersebut , bukan menurut teks bahasa Arabnya. Karena kekaburan makna teks kalimat dalam bahasa terjemahan ( bahasa Indonesia ) inilah - sedangkan di sisi lain , makna yang diinginkan dalam bahasa Arab-nya sangat jelas -  maka penterjemah memberi tambahan kata : ( Tuhan itu ) ” - ”( dari ucapan itu ) ” dan ” ( itu ) ” sebagai penjelasan agar makna yang dihajatkan dalam bahasa Arabnya terpenuhi. Jadi tidaklah heran jika terjemahannya menjadi : ” ..........dan janganlah kamu mengatakan : " ( Tuhan itu ) tiga ", berhentilah ( dari ucapan itu ). ( Itu ) lebih baik bagimu ” supaya pesan yang dihajatkan dalam bahasa Arab-nya tersampaikan dengan kalimat bahasa Indonesia. Yang demikian ini adalah penjelasan yang diberikan penterjemah sesuai dengan tuntutan makna yang diinginkan dalam bahasa Arabnya dan sama sekali bukan  tafsir. Jadi bukan hendak membengkokkan apa yang sudah lurus. Oleh karena itu betapa ngawurnya Si Kristen Penyaji Apologi ketika berkata : ” sang penafsir harus terus memberi catatan tambahan di bawah tanda kurung bagi penterjemah Quran demi “ melurus-luruskan “ apa yang aslinya telah lurus apa yang aslinya telah lurus ” padahal tuntutan atas ketepatan makna dalam bahasa terjemahan sesuai dengan pesan yang hendak disampaikan dalam bahasa Arab Al Qur’an sangat mutlak. Memang penerjemahan kalimat dari satu bahasa ke bahasa lain tidak bisa menghindari diri dari adanya ” penambahan ” seperti itu sebagai penjelasan .  Hal yang sama berlaku pula untuk kalimat dalam tanda kurung ” ( yang diciptakan dengan ) ” dan ” ( dengan tiupan ) ”. Alasan mendasar mengapa diberi tambahan kata dalam tanda kurung pada terjemahannya karena kata ” KALIMAT ” dan ” RUH ” dalam Al Qur’an itu mempunyai banyak makna. Supaya tidak terjadi kekeliruan yang menyimpang dari makna yang dituntut oleh teks bahasa Arab-nya maka diberikan tambahan kata dalam tanda kurung dalam teks terjemahannya .
Perlu penjelasan apa maksudnya dengan ” kalimat-Nya  ” dan ” roh dari-Nya ” dalam ayat Qs. 4 : 171 tersebut ketika kata ” KALIMAT ” dalam Al Qur’an memiliki banyak pengertian  sebagaimana yang telah dibahas sebelum ini.


[1] ).  Untuk diketahui, penganut Kristen-pun berapologi bahwa Allah itu Esa tetapi terdiri atas tiga kodrat , yaitu Bapa menunjukkan kodrat Allah ketika mencipta , Anak Allah ( Firman Allah ) adalah kodrat Allah ketika berfirman dan Rohulkudus adalah kodrat Allah ketika memelihara. Tetapi berbagai ayat dalam Bibel justru membedakan ketiganya sebagai pribadi yang terpisah satu dengan yang lain , sehingga menunjukkan keberadaan ketiganya sebagai tiga Tuhan yang terpisah satu dengan yang lain . Memang tidak semua sekte Kristen berpendapat seperti itu tentang Ketuhanan Trinitas . Antara satu sekte Kristen dengan sekte Kristen lainnya berbeda pemahamannya akan saling mencerca tentang konsep Trinitas yang dianut oleh masing-masing sekte Kristen tersebut .
[2] ). Untuk diketahui oleh penganut Kristen supaya tidak memberikan pemahaman yang macam-macam , kata “ Al Kitab “ pada ayat Al An-aam 38 ini bukan dimaksudkan dengan : Bibel  (- dalam terjemahan bahasa Indonesia menggunakan nama : Alkitab -) melainkan : Al Qur’an , sebab “ Al Kitab “ juga adalah nama lain dari Al Qur’an, di samping nama lainnya: Al Furqaan, Al Bayan , Az Dzikir dan sebagainya .
[3] ). Hal ini dapat dibaca buku berjudul  “ THE HISTORY OF THE QUR’ANIC TEXT , FROM RELEVATION TO COMPILATION “ oleh Prof.DR.M.M. Al A’zami .

[4] ). Bibel , kitab suci agama Kristen juga menyinggung kalimat “ ALLAH BESERTA KITA  “ ini yaitu dalam  ayat Matius 1 : 23 :    Sesungguhnya anak dara itu akan mengandung dan beranakkan seorang laki-laki dan disebut orang namanya : “ IMMANUEL “ yang diterjemahkan , artinya : ALLAH BESERTA KITA “.Penganut Kristen pasti menghubungkan figur : “ IMMANUEL “ ini dengan “ Yesus Kristus “. Tetapi penganut Kristen lupa dengan sejumlah fakta , yaitu :
1.     Tidak ada satupun ayat dalam Perjanjian Baru  yang menunjukkan bahwa Yesus pernah dipanggil dengan “ IMMANUEL “ oleh para murid ataupun oleh orang-orang Yahudi . Ini menjadi satu fakta dengan kemungkinan :
a.     Ayat Matius 1: 23  merupakan khayalan pengarang Injil Matius . Dan memang pengarang Injil Matius mempunyai hobi untuk menceritakan keadaan Yesus Kristus yang selalu dihubungkan dengan ayat-ayat Perjanjian Lama , padahal ayat Perjanjian Lama yang dinisbatkan sebagai nubuatan untuk Yesus Kristus itu sebenarnya tidak ada kaitan dengan Yesus Kristus .
b.    Sebutan “ IMMANUEL “ sesungguhnya bukanlah nama melainkan pernyataan yang hanya menyatakan keadaan seseorang yang selalu disertai Allah . Ini berarti sebutan tersebut bersifat umum yang dapat dikenakan pada setiap nabi/rasul Allah . Dan dalam hal ini , Nabi Muhammad saw pernah berkata :  ALLAH BESERTA KITA    ( INNALLAHA MA’ANAA ).
2.     Ketika berbicara mengenai ayat Matius 1 : 23 ,  penganut Kristen mengambilnya sebagai dasar pengidentifikasian terhadap Yesus Kristus karena dikatakan : “ anak dara itu akan mengandung dan beranakkan seorang laki-laki “. Namanya “anak dara “ tentu adalah “anak perawan “ sedangkan anak perawan yang secara mukjizat melahirkan anak laki-laki tanpa disentuh laki-laki adalah Maryam . Dasar Identifikasi ini , sangat tidak berdasar. Teks Yunani: “ PARTHENOS “ yang diterjemahkan dengan : “ the virgin “ ( anak perawan , anak dara ) merupakan terjemahan yang menyimpang dari teks Ibrani : “ ALMAH “ yang sebenarnya berarti : “ PEREMPUAN MUDA “ yang bisa saja sudah tidak perawan karena bersuami . Sedangkan kata “ the virgin ( anak perawan , anak dara ) “ adalah terjemahan untuk kata Ibrani :  BATILAH “.
Dengan demikian  kata keadaan yang digambarkan dengan “ IMMANUEL “ harus dihubungkan dengan seorang laki-laki yang dilahirkan oleh “ PEREMPUAN  MUDA “ yang  sudah tidak perawan karena bersuami . Nabi Muhammad saw dilahir-kan oleh “ perempuan muda “ bernama Siti Aminah , yang wafat ketika Nabi Muhammad saw berumur 6 tahun . Dan Nabi Muhammad saw berucap : “ ALLAH BESERTA KITA    ( INNALLAHA MA’ANAA ).