Kamis, 20 Juni 2013

PENYALIBAN YESUS DALAM DIALOG ( 1)

Dialog Via Internet Antara : Arif Lewisape ( Pihak Islam ) vs Ioannes Herawan ( Pihak Katolik ) PENGANTAR Dialog Penulis ( Arif Lewisape ) dengan beberapa penganut Kristen Katolik ( sdra. Stefan Tay, Linda Maria, Stefan dan Ioannes Wirawan ) bermula dari komentar Penulis atas tulisan dalam Situs Katolisitas yang menerangkan tentang hal-hal terkait dengan Penyaliban Yesus. Komentar Penulis adalah demikian : Arif Lewisape August 28, 2012 at 6:31 am Apakah benar Yesus wafat disalib ? Kajian atas teks-teks Injil Kanonik begitu pula dalam naskah-naskah kuno justru menunjukkan Yesus tidak mati disalib. Ayat Matius 27 : 17 mengungkapkan pertanyaan Pilatus : ” Siapakah yang kamu suka aku lepaskan bagimu ? BARABBAS-kah atau YESUS YANG DIKATAKAN KRISTUS ? “. Akhirnya yang dilepas adalah ” BARABBAS ” dan yang disalib: YESUS YANG DIKATAKAN KRISTUS. Naskah Syriac mencatat nama ”BARABBAS” dengan ” YESUS BARABBAS ” yang berarti : YESUS ANAK BAPA atau dalam istilah Kristiani : YESUS ANAK ALLAH . Sayangnya kata ” YESUS ” yang seharusya berdampingan dengan ” BARABBAS ” sengaja dihilangkan untuk tujuan-tujuan dogma Kekristenan. Hal ini menunjukkan secara jelas satu pemahaman bahwa yang disalib : YESUS YANG DIKIRA KRISTUS sedangkan yang dilepaskan ( tidak disalib ) : YESUS ANAK ALLAH . Lalu siapa YESUS ANAK ALLAH dalam tradisi Kristen ? Jelas adalah Yesus anak Maryam. Sedangkan ” YESUS YANG DIKIRA KRISTUS ” adalah orang lain yang dikira Kristus. Jelaslah Yesus anak Maryam TIDAK PERNAH DISALIB. Komentar Penulis yang demikian mendapat sambutan beberapa penganut Kristen Katolik, ada yang dari Malaysia dan ada pula dari Indonesia. Sedangkan Pengasuh Situs Katolistas yaitu sdra. Stefan Tay ( Doktor di bidang Teologi lulusan Amerika Serikat ) dan isterinya mungkin dari Malaysia. Pada kesempatan ini , disajikan dialog Penulis dengan seorang Pastor di Jawa ( mungkin Jawa Tengah ) bernama IOANNES WIRAWAN. Alasan pokok Penulis menyajikan dialog dengan sdra. Ioannes Wirawan karena argumentasi yang disajikan memiliki nilai “ilmiah“ dibanding lainnya yang memberi tanggapan yang lebih “ dogmatis “. Pada kesempatan berikutnya akan disajikan dialog dengan penganut Kristen Katolik lainnya ( sdra. Stefan Tay, Linda Maria dan Stefan ). DIALOG YANG BERLANGSUNG 1. Reply : Ioannes January 21, 2013 at 2:59 pm Salam, Arif Lewisape Syukur pada Allah, anda begitu bersemangat mencari kebenaran dari kisah hidup Yesus Kristus, termasuk dengan berusaha membuktikan otentisitas dari Injil Kanonik. Semoga Allah menuntun kita pada kepenuhan kebenaran. Saya belum tahu terlalu banyak mengenai penulis-penulis yang menolak kenyataan bahwa Yesus disalib. Namun, saya akan mencoba berbagi apa yang saya miliki. Mengenai penyangkalan bahwa Yesus disalib atau tidak, Pak Stef sudah mencoba menanyakan naskah-naskah kuno yang menuliskan bahwa Yesus dari Nazareth tidak disalib, seperti yang Sdr. Arif klaim. Sdr. Arief dapat berfokus dengan membuktikan naskah-naskah kuno mana yang saudara maksud. Sebaliknya, saya menemukan beberapa tulisan kuno yang justru meneguhkan bahwa peristiwa penyaliban Yesus dari Nazareth sungguh terjadi : 1. Terlepas dari permasalahan siapa penulis Injil Kanonik yang sebenarnya, semua dokumen Injil menyatakan satu suara bahwa Yesus disalib. Pernyataan ini diteguhkan oleh dokumen Perjanjian Baru lainnya, seperti surat-surat para Rasul. Apabila Yesus adalah tokoh besar biasa, tentu pengikutnya justru malu memberitakan penyaliban Yesus. Dari sini kita dapat menduga bahwa penyaliban Yesus benar terjadi. Namun, jika kita ragu keasliannya, kita masih dapat mencari informasi yang lebih meyakinkan. 2. Peristiwa penyaliban ini juga diteguhkan oleh ahli sejarah Yahudi yang hidup di zaman Yesus, Flavius Josephus, dalam bukunya “Antiquitates Judaicae”, Bab XVIII, 63-64. Ia bersaksi bahwa : Kira-kira pada waktu ini, hiduplah Yesus, seorang yang bijaksana. Sebab dia adalah seorang yang telah melakukan tindakan-tindakan luar biasa, dan seorang guru bagi orang-orang yang telah dengan senang menerima kebenaran darinya. Dia telah memenangkan banyak orang Yahudi dan banyak orang Yunani. Setelah mendengar dia dituduh oleh orang orang-orang terkemuka dari antara kita, maka Pilatus menjatuhkan hukuman penyaliban atas dirinya. Tetapi orang-orang yang mula-mula telah mengasihi-nya itu tidak melepaskan kasih mereka kepadanya. Dan bangsa Kristen ini, disebut demikian dengan mengikuti namanya, sampai pada hari ini tidak lenyap. Ada lagi dokumen rabinik dari periode Tannaitik (s.d tahun 220). Salah satunya adalah Sanhedrin 43a yang menuliskan : Pada Sabat perayaan Paskah, Yeshu orang Nazaret digantung. Sebab selama empat puluh hari sebelum eksekusi dijalankan, muncul seorang pemberita yang mengatakan: ‘ Inilah Yesus orang Nazaret, yang akan dirajam dengan batu sebab dia telah mempraktikkan sihir dan mejik [ tambahan : bdk Markus 3:22 ] dan memengaruhi orang Israel untuk murtad. Barangsiapa dapat mengatakan sesuatu untuk membelanya, hendaklah tampil dan membelanya.’ Tetapi karena tidak ada sesuatu pun yang tampil untuk membelanya, dia pun digantung pada sore Paskah….. 3. Sumber lain diluar tradisi Yahudi juga meneguhkan adanya peristiwa ini. Seorang satiris yang bernama Lucian dari Samosata (sekitar tahun 115-200), dalam tulisannya The Passing of Peregrinus, mengisahkan tentang orang-orang yang sangat terpikat pada Peregrinus sehingga mereka menyembahnya sebagai suatu allah. Lucian membandingkan Peregrinus dengan Yesus melalui tulisannya : “….… sesungguhnya, selain dia, juga orang yang disalibkan di Palestina karena memperke-nalkan kultus baru ini ke dalam dunia, kini masih mereka sembah.” Lucian juga meng-gambarkan orang-orang Kristen sebagai orang-orang “ yang menyembah sang bijak yang disalibkan itu sendiri dan hidup di bawah hukum-hukumnya.” Cornelius Tacitus, seorang sejarawan Romawi, menuliskan karya yang berjudul “Annals” (sekitar 116 AD). Ia mencatat bahwa Nero membakar Roma dan memanfaatkan Kristiani sebagai kambing hitam. Ia menyebut pendiri gerakan Kristiani ini sebagai Kristus : Karena itu, untuk menepis kabar angin itu, Nero menciptakan kambing hitam dan menganiaya orang-orang yang disebut ‘ orang-orang Kristen’ [ Chrestianos ], yaitu sekelompok orang yang dibenci karena tindakan-tindakan kriminal mereka yang memuakkan. Kristus, dari mana nama itu berasal, telah dihukum mati (supplicio adfectus) dalam masa pemerintahan Tiberius [14-37] di tangan salah seorang prokurator kita, Pontius Pilatus [26-36], dan takhayul yang paling merusak itu karenanya untuk sementara dapat dikendalikan, tetapi kembali pecah bukan saja di Yudea, sumber pertama dari kejahatan ini, tetapi juga di Roma, di mana segala sesuatu yang buruk, menjengkelkan dan yang menimbulkan kebencian dari segala tempat di dunia ini bertemu dan menjadi populer. (Annals 15.44). Selanjutnya, mengenai keaslian Injil Kanonik, saya masih harus mempelajari terlebih dahulu para penulis yang menyangsikan keaslian Injil-injil Kanonik. Namun, ada beberapa hal yang mungkin patut kita pertimbangkan : 1. Penulis Katolik yang menyangkal keaslian Injil Kanonik tidak membuktikan apapun, termasuk tidak membuktikan bahwa Injil-injil Kanonik pasti tidak otentik. Dalam sejarah perkembangan Gereja, banyak penulis dan teolog yang menolak ajaran Gereja maupun Injil, lalu membeberkan kebenaran alternatif yang mereka simpulkan dari penelitian mereka. Tentu saja, setiap orang bebas untuk mengutarakan pendapat dan hasil penelitian mereka. Permasalahannya, mungkin tidak semua orang melakukan metodologi penelitian secara sempurna. Mungkin pula penelitian tersebut juga belum menemukan bukti-bukti, yang membuktikan otentisitas Injil menurut standar mereka pribadi. Jika diperhatikan, bahkan semua argumen penulis yang Sdr. Arif kutip masih berputar pada dugaan. Apakah dokumen Q telah ditemukan? Karena belum ada bukti, tentu saja itu masih berupa hipotesis yang belum pasti. 2. Salah satu bukti yang jelas hingga hari ini adalah kesaksian bapa-bapa Gereja. Salah satunya adalah St. Irenaeus dari Lyons yang bersaksi mengenai otentisitas keempat Injil. Kesaksian St. Irenaeus mengenai otentisitas Injil tersebut juga dilatari oleh tulisan dari Papias dari Hierapolis, yang anda sebutkan menyatakan Yohanes Penginjil telah meninggal sebelum 70 AD. Pernyataan Papias tersebut, sebenarnya kurang kredibel. Pernyataan tersebut diperoleh dari fragmen ( pecahan dokumen, bukan sebuah kitab lengkap). Tentu saja, apabila St. Irenaeus mengutip dari Papias, pasti beliau akan menyebutkan apabila St. Yohanes penulis Penginjil telah wafat. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa fragmen tersebut mengacu pada Yohanes lain (St. Yohanes pembabtis) atau mungkin telah direkayasa ( New Advent Encyclopaedia : St. Papias). Tuduhan bahwa St. Irenaeus berbohong mengenai kematian St. Yohanes Penginjil tentu saja sangat tidak masuk akal. Berita kematian para Rasul adalah hal yang cukup besar bagi Gereja Perdana yang masih relatif kecil. Apabila St. Yohanes Penginjil wafat sebelum 70 AD, apa untungnya bagi St. Irenaeus untuk berbohong dalam Adversus Haeresies bahwa St. Yohanes Penginjil menuliskan kitab Injil Yohanes? Tentu ia akan didakwa oleh segenap umat dan Uskup-uskup lainnya. Hanya inilah yang saya ketahui untuk menjawab mengenai Otentisitas Injil sesuai argumen Sdr. Arif. Mungkin tim Katolisitas atau pembaca situs dapat memberikan yang lebih lengkap. Semoga Sang Injil yang Hidup menerangi akal budi dan iman kita untuk mencapai kasih Allah. Pacem, Ioannes 2. Reply : Arif Lewisape February 17, 2013 at 8:34 am Terima kasih sekali pak Ioannes atas replynya. karena anda telah memberikan satu bahasan dalam paparan yang INTELEK dengan semangat penalaran yang baik dan santun sekali. Saya menghargai anda. Ada dua aspek yang menjadi fokus bahasan anda, yaitu pertama masalah PENYALIBAN YESUS SEBAGAI PERISTIWA SEJARAH dengan menyajikan tulisan kuno yang berisi “ kesaksian “ dan Flavius Josephus - Lucian dari Samosata dan Cornelius Tacitus. Kedua membicarakan tentang OTENTITAS INJIL. Saya akan menyajikan tanggapan saya dalam dua bagian sesuai dengan tema yang dibicarakan oleh anda. Sebelum saya masuk ke pembicaraan tentang kedua fokus bahasan anda tersebut, saya menjelaskan dulu sebagai komentar atas pernyataan anda: “ Mengenai penyangkalan bahwa Yesus disalib atau tidak, Pak Stef sudah mencoba menanyakan naskah-naskah kuno yang menuliskan bahwa Yesus dari Nazareth tidak disalib, seperti yang Sdr. Arif klaim. Sdr. Arief dapat berfokus dengan membuktikan naskah-naskah kuno mana yang saudara maksud “. Dalam reply saya kepada para penanggap lain, saya menyajikan pernyataan dari naskah kuno tentang tidak tersalibnya Yesus.Saya merujuknya berdasarkan penyajian dari pakar Kristen sendiri. Tetapi menjadi sangat tidak cerdas bila saya dituntut untuk menghadirkan naskah –naskah kuno tersebut. Dalam metode ilmiah, penyajian fakta dapat menggunakan SUMBER SEKUNDER, tidak harus SUMBER PRIMER. Dan yang lebih penting di sini bahwa MASALAH TIDAK DISALIBNYA YESUS, justru berdasarkan kajian atas ayat-ayat Injil kanonik seperti ayat Matius 27 : 15 -26 tentang nama BARABBAS yang berarti : “ ANAK BAPA “ alias “ ANAK ALLAH “ yang dalam dogma Kristen lebih ditujukan kepada : YESUS KRISTUS , apalagi nama lengkap BARABBAS adalah YESUS BARABBAS, sehingga lengkaplah : YESUS BARABBAS = YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH. Dan dialah yang dilepas oleh Pilatus sehingga BARABBAS = YESUS BARABBAS = YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH, tidak disalib. Saya sebenarnya mengharapkan agar tanggapan yang lebih berfokus kepada analisis atas ayat Matius 27 : 15 – 26, bukan berfokus kepada naskah-naskah kuno. Sebenarnya kajian atas ayat-ayat Injil kanonik bukan terbatas hanya pada ayat Matius 27 : 15–26 saja masih ada sejumlah ayat lain dalam Injil kanonik yang dipahami bahwa YESUS TIDAK DISALIB MELAINKAN YANG DISALIB ADALAH ORANG LAIN. Dalam pembicaraan mengenai Flavius Josephus - Lucian dari Samosata dan Cornelius Tacitus , anda memberi kata “ pendahuluan “ : “ Sebaliknya, saya menemukan beberapa tulisan kuno yang justru meneguhkan bahwa peristiwa penyaliban Yesus dari Nazareth sungguh terjadi “. Saya akan mempertanyakan kepada anda “ tingkat peneguhan “ peristiwa penyaliban Yesus dari tulisan ketiga sejarawan kuno tersebut. Tingkat kepercayaan (reliabilitas) peneguhan kebenaran penyaliban Yesus tersebut secara umum dapat dibagi : 1.Si Pengisah MENYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban Yesus dan SANGAT YAKIN BAHWA YANG DISALIB adalah YESUS. 2.Si Pengisah MENYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban Yesus tetapi RAGU-RAGU JIKA YANG DISALIB adalah YESUS. 3.Si Pengisah TIDAK MENYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban Yesus, tetapi menuliskan dari SUMBER TERPERCAYA yang menyaksikan sendiri peristiwa penyaliban Yesus ( baik yakin ataupun ragu-ragu bahwa yang disalib adalah Yesus ). 4.Si Pengisah TIDAK MEYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban Yesus, tetapi menuliskan peristiwa itu dari SUMBER YANG TIDAK JELAS melainkan hanya menuliskan dari cerita lalu lalang tentang penyaliban Yesus tanpa kepastian apakah yang disalib benar Yesus atau orang lain. Saya bertanya kepada anda, apakah Flavius Josephus- Lucian dari Samosata dan Cornelius Tacitus MENYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban Yesus dan SANGAT YAKIN BAHWA YANG DISALIB adalah YESUS ? Ataukah Flavius Josephus - Lucian dari Samosata dan Cornelius Tacitus TIDAK MENYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban Yesus, tetapi menuliskan peristiwa itu dari SUMBER YANG TIDAK JELAS ? Jawaban anda atas pertanyaan ini menjadi sangat penting untuk klarifikasi kebenaran argumentasi. Saya meyakini Flavius Josephus- Lucian dari Samosata dan Cornelius Tacitus TIDAK MEYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban Yesus,tetapi menuliskan peristiwa itu dari SUMBER YANG TIDAK JELAS. Dengan demikian, sejauh mana kebenaran pernyataan mereka, masih perlu dipertanyakan karena sumber penulisan mereka TIDAK JELAS sehingga KETERPERCAYAAN pernyataan mereka membutuhkan studi dan kajian. Selanjutnya anda memberi ulasan tentang Flavius Josephus : “…. diteguhkan oleh ahli sejarah Yahudi yang hidup di zaman Yesus, Flavius Josephus ……….. “. Untuk anda ingat, menurut para ahli sejarah, Flavius Josephus lahir di Yerusalem pada tahun 37 M dan meninggal di Roma pada tahun 100 M. Jika Yesus lahir tahun 4 seb. Masehi dan wafat pada umur 33 tahun sebagaimana yang menjadi pendapat umum pakar Bibel, berarti Yesus wafat pada tahun 29 M, sedangkan Flavius Josephus lahir tahun 37 M. Berarti Flavius Josephus TIDAK SEZAMAN DENGAN YESUS , dalam pengertian Yesus sudah tidak ada lagi ketika Flavius Josephus menulis kisah yang menyebut PENYALIBAN YESUS sebab Flavius Josephus baru lahir ketika Yesus sudah tidak ada. Bertentangan dengan pernyataan anda : “…. ahli sejarah Yahudi yang hidup di zaman Yesus …“. Dengan demikian, tidak mungkin Flavius Josephus mengenal Yesus dan menyaksikan peristiwa penyaliban yang dinisbatkan kepada Yesus. Kemudian anda mengutip tulisan Flavius Josephus dalam bukunya “Antiquitates Judaicae ”, Bab XVIII, 63-64 “ : Kira-kira pada waktu ini, hiduplah Yesus, seorang yang bijaksana. Sebab dia adalah seorang yang telah melakukan tindakan-tindakan luar biasa, dan seorang guru bagi orang-orang yang telah dengan senang menerima kebenaran darinya. Dia telah memenangkan banyak orang Yahudi dan banyak orang Yunani. Setelah mendengar dia dituduh oleh orang orang-orang terkemuka dari antara kita, maka Pilatus menjatuhkan hukuman penyaliban atas dirinya. Tetapi orang-orang yang mula-mula telah mengasihinya itu tidak melepaskan kasih mereka kepadanya. Dan bangsa Kristen ini, disebut demikian dengan mengikuti namanya, sampai pada hari ini tidak lenyap. Harap anda perhatikan, Flavius Josephus hanya menceritakan kembali apa yang didengarnya tentang penyaliban, bukan menceritakan apa yang disaksikannya sendiri tentang penyaliban tersebut sehingga tidak membuktikan sedikitpun bahwa yang disalib benar-benar Yesus. Apalagi peristiwa penyaliban tersebut terjadi sebelum Flavius Josephus, lahir. Sebenarnya -menurut pendapat sejumlah pakar seperti James Harrison dalam bukunya “Ancient Arts and Rituals “ dan pakar lainnya - bahwa dalam seluruh karya Flavius Josephus hanya ada pragraf singkat yang merujuk kepada Yesus dan kedua pragraf itu telah disingkirkan oleh para ilmuwan maupun apologis Kristen sendiri karena PALSUNYA. Dan menariknya, ada pakar yang menyatakan : “ Josephus yang penggemar keajaiban itu sama sekali TIDAK MENYEBUTKAN ORANG SENEGARANYA YANG MEMBUAT MUKJIZAT: YESUS KRISTUS – walaupun ada beberapa puluh orang bernama Yoshua atau Yesus lain ditulisnya ……… Sebutan pertama kali mengenai penggalan ini dan teksnya terdapat dalam Sejarah Gereja karya …… Uskup Eusebius di abad ke empat …… tidak dikenal oleh Origenes ( 185 – 254 M ) dan penulis gereja lainnya “. ( M. Hashem dalam bukunya “ Misteri Naskah Laut Mati “ hal. 163-164 dengan mengutip pendapat Wheless ). Merujuk kepada pendapat tersebut, nyatalah penyebutan “ hiduplah Yesus “ yang termuat dalam kutipan tulisan Flavius Josephus yang anda sajikan adalah produk pemalsuan.Oleh karena itu menyajikan pernyataan Flavius Josephus sesungguhnya bukanlah bukti terpercaya tentang Yesus benar-benar disalib. Dan sebenarnya pernyataan Flavius Josephus telah “ diobok-obok “ dengan tujuan mempertegas bahwa Yesus benar-benar adalah TUHAN - KRISTUS – dan mempertegas kebenaran KEBANGKITANNYA. Berikut dikutipkan terjemahan pernyataan Flavius Josephus yang disajikan F.X. Didik Bagiyowinadi Pr. dalam bukunya: “YESUSKAH YANG DISALIBKAN? “ ( hal. 85-86 ) : Pada masa inilah muncul Yesus seorang yang bijaksana,KALAU BOLEH DIA DISEBUT MANUSIA. Karena dia adalah seorang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan dn seorang guru bagi mereka yang menerima kebenaran yang menyenangkan dan dia telah memikat banyak orang Yahudi dan orang Yunani. DIA INI ADALAH KRISTUS. Dan ketika Pilatus , atas desakan orang-orang terkemuka di antara kita, telah menghukumnya di kayu salib,mereka yang sejak semula mengasihinya tidak berhenti [ mengasihinya ] KARENA PADA HARI KETIGA DIA TELAH MENAMPAKKAN DIRI KEPADA MEREKA DALAM KEADAAN HIDUP KEMBALI. PARA NABI ALLAH TELAH MENUBUATKAN HAL INI DAN BERBICARA TENTANG ANEKA HAL AJAIB TENTANG DIA. Dan klan ( suku ) Kriten, demikian disebut menurut [nama ]-nya, masih bertahan sampai hari ini. Membandingkan antara kutipan anda dengan kutipan di atas, terdapat tambahan : “ KALAU BOLEH DIA DISEBUT MANUSIA “ - “ DIA INI ADALAH KRISTUS “ dan “KARENA PADA HARI KETIGA DIA TELAH MENAMPAKKAN DIRI KEPADA MEREKA DALAM KEADAAN HIDUP KEMBALI. PARA NABI ALLAH TELAH MENUBUATKAN HAL INI DAN BERBICARA TENTANG ANEKA HAL AJAIB TENTANG DIA “ . Ternyata CATATAN FLAVIUS JOSEPHUS ini PALSU , sebab bukan ditulis oleh Flavius Josephus sebagaimana yang diakui para ahli dari kalangan Kristen sendiri. DR.G.G. van Niftrik / Ds. B.J.Boland dalam buku mereka : “ DOGMATIKA MASA KINI “ hal. 147 , menulis : Mengenai tulisan-tulisan orang Yahudi , dapat diingatkan kepada dua sumber. Pengarang sejarah Flavius Josephus ( kira-kira tahun 100 ) menyebutkan nama Yesus dan menurut karangannya dalam bentuk sekarang, maka selanjutnya ada tertulis : “ DIALAH KRISTUS ITU “. Akan tetapi catatan ini agaknya diselipkan kemudiannya sebab rupa-rupanya “ pengakuan “ demikian tidak sesuai dengan pendirian seorang pengarang Yahudi Demikian mengenai Flavius Josephus yang pernyataannya anda angkat untuk membuktikan kebenaran penyaliban Yesus. Saya sajikan menurut pakar sejarah Bibel, bukan menurut saya. Selanjutnya anda menjelaskan tentang Lucian dari Samosata ( lahir tahun 120 dan meninggal tahun 180 di Athena ) dengan berkata : “ Sumber lain diluar tradisi Yahudi juga meneguhkan adanya peristiwa ini. Seorang satiris yang bernama Lucian dari Samosata (sekitar tahun 115-200), dalam tulisannya The Passing of Peregrinus, mengisahkan tentang orang-orang yang sangat terpikat pada Peregrinus sehingga mereka menyembahnya sebagai suatu allah “. Penjelasan anda memuat informasi tentang Peregrinus , di mana orang-orang terpikat dengan Peregrinus dan menyembah Peregrinus sebagai allah . Harap diperhatikan, penjelasan anda SANGAT BERBEDA dengan penjelasan F.X. Didik Bagiyowinadi Pr dalam bukunya “ YESUS-KAH YANG DISALIBKAN ? “ hal.88-89 : “ Dia menulis tentang Peregrinus yang telah menjadi Kristen dan yang memiliki sesama pemeluk di Palestina yang masih menyembah ‘ ORANG YANG DISALIBKAN DI PALESTINA’ “. Tidak ada disinggung sama sekali tentang Peregrinus sebagai allah seperti tercantum dalam kutipan anda. Informasi yang disajikan tidak mengungkap PENYALIBAN YESUS. Tegasnya tidak disebut sama sekali tentang “ YESUS “. Sayang sekali anda tidak mengutipkan bagaimana pernyataan Lucian dari Samosata tentang PENYALIBAN YESUS. Apakah ada? Lucian dari Samosata hanya menyebut“ORANG YANG DISALIBKAN DI PALESTINA “ tanpa menyebut nama figur yang disalib, padahal siapa sesungguhnya yang disalib dalam peristiwa penyaliban masih dipertanyakan. Hal yang paling penting , apakah Lucian dari Samosata menyaksikan sendiri tentang PENYALIBAN YESUS dan kemudian apakah ia meyakini bahwa YANG DISALIB BENAR-BENAR YESUS KRISTUS , bukan orang lain sehingga ia berkisah tentang “ORANG YANG DISALIBKAN DI PALESTINA “ tanpa menyebut nama tersebut ? Begitu pula anda berkata tentang Cornelius Tacitus : “ Cornelius Tacitus, seorang sejarawan Romawi, menuliskan karya yang berjudul “Annals” (sekitar 116 AD). Ia mencatat bahwa Nero membakar Roma dan memanfaatkan Kristiani sebagai kambing hitam. Ia menyebut pendiri gerakan Kristiani ini sebagai Kristus “. Tacitus adalah sejarawan Romawi ( lahir sekitar tahun 52-54 M dan meninggal sekitar tahun 120 M ) dan menjadi proconsul di Asia. Petilan teks Annals –nya Cornelis Tacitus yang menyebut “ KRISTUS “ berikut dikutip terjemahannya sebagai mana yang disajikan F.X. Didik Bagiyowinadi ( hal.86 ) : …. Untuk menghentikan desas desus itu, dia ( maksudnya : Nero, AL ) mengalihkan tuduhan dengan menfitnah dan menghukum dengan siksaan paling keji terhadap orang-orang yang disebut Kristen, yang dibenci karena kejahatannya, KRISTUS , darimana nama ini berasal YANG MENDERITA HUKUMAN YANG EKSTRIM dalam pemerintahan Tiberius , di tangan procurator kita POINTUS PILATUS …… Dalam kutipan di atas, fokus cerita adalah kekejaman Kaisar Nero terhadap orang-orang Kristen lalu terlampir penyebutan “ KRISTUS “ yang memperoleh hukuman di masa Pointus Pilatus. Tidak ada sama sekali dikatakan bentuk hukuman berupa penyaliban. Dan yang mengherankan adalah Eusebius yang seorang pembela fanatik agama Kristen, ternyata tidak pernah menyebut sama sekali penggalan tulisan pada karya Tacitus tersebut. Robert Taylor dalam bukunya “ The Diegest “ – sebagaimana yang dikutip M.Hashem hal.165 – mengatakan : “ ….. Itu tidak dikutip oleh Tertulianus walaupun ia telah membaca dan mengutip banyak karya-karya Tacitus … Tak ada jejak penggalan tulisan itu di dunia sebelum abad ke-15 “. Merujuk kepada pernyataan Robert Taylor tersebut, nyatalah penggalan tulisan Tacitus adalah PALSU dan baru ada sesudah abad ke-15. Tapi kita abaikan saja dulu hal tersebut. Bila yang dikatakan Tacitus benar-benar terdapat dalam karyanya, menjadi pertanyaan kepada anda, apakah Cornelius Tacitus menyaksikan sendiri peristiwa PENYALIBAN tersebut dan meyakini bahwa benar-benar yang disalib adalah YESUS ?. Demikian dulu reply saya kepada pak Ioannes untuk tema bahasan mengenai “ AHLI SEJARAH KUNO “ yang menurut anda adalah “ SAKSI ‘ tentang kebenaran penyaliban Yesus sebagai peristiwa sejarah. Terima kasih dan akan saya lanjutkan dengan reply berikutnya tentang Injil-Injil kanonik. LANJUTAN Reply : Arif Lewisape February 18, 2013 at 7:30 am Pak Ioannes, saya lanjutkan reply menanggapi reply anda tertanggal 21 Januari 2013 berkenaan dengan otentitas Injil-Injil kanonik. Tapi sebelumnya , saya menanggapi dulu pernyataan anda mengenai dokumen rabinik tentang “ kebenaran penyaliban Yesus “. Terliwat oleh saya. Anda telah mengutip petilan pernyataan dokumen rabinik tersebut sebagai berikut : Pada Sabat perayaan Paskah, Yeshu orang Nazaret digantung. Sebab selama empat puluh hari sebelum eksekusi dijalankan, muncul seorang pemberita yang mengatakan: ‘ Inilah Yesus orang Nazaret, yang akan dirajam dengan batu sebab dia telah mempraktikkan sihir dan mejik [ tambahan : bdk Markus 3:22 ] dan memengaruhi orang Israel untuk murtad. Barangsiapa dapat mengatakan sesuatu untuk membelanya, hendaklah tampil dan membelanya.’ Tetapi karena tidak ada sesuatu pun yang tampil untuk membelanya, dia pun digantung pada sore Paskah…. Saya tidak tahu, apakah yang anda maksud dengan “ dokumen rabinik “ adalah pasal-pasal dalam Talmud atau mungkin dokumen lainnya. Tetapi informasi mengenai “ Yesus orang Nazaret, ……. telah mempraktikkan sihir dan mejik “ yang anda sebutkan mengingatkan saya dengan informasi dalam Talmud mengenai YESUS BEN PANDERA sebagaimana yang diangkat para pakar Bibel, bahwa “ seorang penyihir bernama Yesus datang dari Mesir dan dihukum mati dengan hukuman rajam atau hukuman gantung … “ . Konteks informasi, persis sama . Tapi saya tidak membicarakan lebih jauh supaya pembahasan tidak berkembang ke lingkup lebih luas, kecuali kalau pada suatu saat dibutuhkan sebagai penjelasan. Saya fokus saja pada pernyataan “ dokumen rabinik “ yang anda kutip di atas. Dikatakan dalam pernyataan yang anda kutip tersebut : “ Pada Sabat perayaan Paskah, Yeshu orang Nazaret digantung “ atau lebih jelas : “ digantung pada sore Paskah “ . Pertanyaan untuk anda, digantung atau disalib ? Pertanyaan lanjut, dilakukan pada hari Sabat atau bukan ? Pertanyaan berikutnya, dihukum karena perbuatan apa ? Apakah karena melakukan sihir dan magic ? Jawaban anda atas pertanyaan-pertanyaan tersebut silakan dirujukkan dengan kisah dalam Injil-Injil kanonik. Dan pasti akan mengantarkan anda pada benar tidaknya pernyataan “ dokumen rabinik “ tersebut. Demikian tanggapan saya atas pernyataan “ dokumen rabinik “ yang anda kemukakan sebagai dalil pembenaran tentang Yesus disalib. Selanjutnya saya berikan tanggapan atas permasalahan otentitas Injil-Injil kanonik. Tema bahasan mengenai otentitas Injil-Injil kanonik (- pengarang sebenarnya dan isinya - ) saya munculkan sekaitan dengan pernyataan pak Stefan Tay : “ Kalau Anda tidak mempercayai injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri : Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus, maka apa yang mendasarkan keyakinan Anda bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik ? “ ketika menanggapi pernyataan saya yang menyinggung tentang naskah-naskah kuno yang menegaskan tidak disalibnya Yesus, padahal fokus utama saya adalah Injil-Injil kanonik, yang jika dikaji secara kritis menunjukkan TIDAK TERSALIBNYA YESUS , dan kesimpulan demikian justru DISEBUT PULA DALAM NASKAH-NASKAH KUNO. Jadi persoalannya, saya tidak secara special mendasarkan keyakinan saya bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik. Pak Stefan Tay keliru memahaminya dan menjadikan naskah-naskah kuno sebagai dasar pegangan saya. Bahkan saya menegaskan : TIDAK TERSALIBNYA YESUS ADALAH BERDASARKAN INJIL-INJIL KANONIK DAN TERNYATA JUGA DITEGASKAN OLEH NASKAH-NASKAH KUNO. Dan aspek terpenting yang terangkat dalam pernyataan pak Stefan Tay tersebut adalah “ …injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri : Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus …… “ yang dipahami maksudnya bahwa Injil-Injil kanonik itu ditulis oleh murid-murid utama Yesus sehingga yang disajikan dalam Injil-Injil kanonik pasti benar dibandingkan dengan naskah-naskah kuno. Lalu apakah menurut anda, saya harus membiarkan saja pernyataan pak Stefan Tay tersebut berlenggang tanpa saya tanggapi ?. Tidak mungkin ! Walaupun saya ingin fokus pada membahas Injil-Injil kanonik tentang tidak tersalibnya Yesus , sedangkan di sisi lain pak Stefan Tay menyajikan pernyataan tersebut untuk “ menyanggah naskah-naskah kuno “ maka saya pun menyajikan bahasan tentang otentitas : Injil Matius – Injil Markus – Injil Lukas – dan Injil Yohanes, berdasarkan pendapat para pakar Bibel. Demikian asal usul munculnya pembicaraan otentitas Injil-Injil kanonik. Dan anehnya pak Stefan dan rupanya juga anda , dalam reply yang disajikan ternyata lebih fokus kepada INJIL YOHANES saja padahal saya membicarakan semuanya : Injil Matius – Injil Markus – Injil Lukas – dan Injil Yohanes, bukan Injil Yohanes saja. Sebaiknya kalau membahas, tentu semuanya. Selanjutnya anda berkata : “ ….. saya masih harus mempelajari terlebih dahulu para penulis yang menyangsikan keaslian Injil-injil Kanonik …… “ . Pertanyaan atas sikap apriori seperti itu , apa yang akan anda pelajari ? Jika yang anda pelajari adalah latar belakang Kekristenan mereka, anda akan menghadapi hal-hal yang sangat mengejutkan karena justru mereka adalah para teolog Kristen dan para pakar Bibel. Mengapa anda tidak langsung saja melakukan kritik teks dari Injil-Injil kanonik tersebut dari pada mempelajari “ para penulis yang menyangsikan keaslian Injil-injil Kanonik “ ? Menurut saya, melakukan kritik teks Injil-Injil kanonik lebih bermanfaat dari pada anda mempelajari “ penulis yang menyangsikan keaslian Injil-injil Kanonik “. Tapi itu menurut pendapat saya. Anda berhak mengambil langkah dan bentuk “ penelitian “ yang terbaik menurut anda tanpa intervensi siapapun. Selanjutnya anda menulis : “ Penulis Katolik yang menyangkal keaslian Injil Kanonik tidak membuktikan apapun, termasuk tidak membuktikan bahwa Injil-injil Kanonik pasti tidak otentik “. Dalam satu rangkaian kalimat, anda menyajikan dua sub kalimat yang kontradiktif. Petilan kalimat pertama : “ Penulis Katolik yang menyangkal keaslian Injil Kanonik “ berkontradiksi dengan petilan kalimat kedua : “ tidak membuktikan bahwa Injil-injil Kanonik pasti tidak otentik “. Dikatakan kontradikdif karena penyangkalan keaslian Injil Kanonik justru menunjukkan bukti bahwa Injil-injil Kanonik pasti tidak otentik kecuali kalau mereka asal ucap tanpa melakukan kritik teks , kajian dan penelitian atas Injil-Injil kanonik. Saya tercengang dengan pernyataan anda. Saya menduga anda adalah seorang Katolik, tetapi anehnya meragukan Penulis Katolik yang menyangkal keaslian Injil Kanonik . Apakah “ penulis Katolik “ yang menyangkal keaslian Injil kanonik adalah orang awam yang bertindak asal-asalan saja tanpa melakukan kajian dan penelitian sehingga anda mengatakan mereka : “ tidak membuktikan bahwa Injil-injil Kanonik pasti tidak otentik “ ?. Tidak ! Mereka adalah para Pastor dan ahli Bibel. Dapatkah anda memberikan contoh penyangkalan yang dilakukan mereka tetapi mereka tidak membuktikan apa-apa tentang ke-tidak-otentitas-an Injil kanonik ? Dalam menolak pandangan “ penulis Katolik “ tentang ketidak-aslian Injil kanonik, anda mendasarkan pada “ mungkin “ yaitu : “ mungkin tidak semua orang melakukan metodologi penelitian secara sempurna “ dan “ Mungkin pula penelitian tersebut juga belum menemukan bukti-bukti, yang membuktikan otentisitas Injil menurut standar mereka pribadi “. Mendasarkan hanya pada kata “ mungkin “ untuk menolak pandangan kritis “ penulis Katolik “ tentang ketidak-aslian Injil kanonik, sangat tidak tepat dan haruslah diabaikan. Menurut saya, yang harus dilakukan adalah mencari dan menemukan kelemahan dasar kajian dari “ penulis Katolik “ dan ketidak-benaran argumentasi mereka, bukan menyajikan pernyataan dengan menduga dengan kata “ mungkin “. Kemudian anda berkata : “ Jika diperhatikan, bahkan semua argumen penulis yang Sdr. Arif kutip masih berputar pada dugaan. Apakah dokumen Q telah ditemukan? Karena belum ada bukti, tentu saja itu masih berupa hipotesis yang belum pasti “. Dikatakan dugaan bila tidak melakukan kajian dan analisis. Dan semua argumen yang saya sajikan adalah kutipan dari argumen yang disajikan oleh para pakar dan teolog Kristen sendiri. Seharusnya bukan dengan hanya menyajikan pernyataan demikian tetapi berikan pula analisis yang menunjukkan kelemahan mereka. Dan mengenai dokumen “ Q “ ( Quelle = Sumber ) adalah kesimpulan hipotesis para pakar Bibel berdasarkan pada KESAMAAN-KESAMAAN dan PERBEDAAN-PERBEDAAN antara Injil-Injil kanonik . Disimpulkan oleh para pakar Bibel bahwa PASTI ADA SUMBER BERSAMA yang menjadi rujukan para pengarang Injil sehingga terdapat KESAMAAN di samping masing-masing menggunakan SUMBER BERBEDA yang menyebabkan perbedaan. SUMBER BERSAMA dimaksud disebut Dokumen “ Q “. Hipotesis Dokumen “ Q “ tersebut sampai sekarang masih dipegang teguh oleh para pakar Bibel dan belum ada argumentasi-argumentasi yang mampu melemahkannya. Tentu terlalu aneh jika anda menuntut keberadaan Dokumen “ Q “ dimaksud. Kalau anda menolak hipotesis Dokumen “ Q “, maka menjadi kewajiban anda untuk menjelaskan mengapa bisa terdapat KESAMAAN dan PERBEDAAN antara Injil-Injil kanonik tersebut ?. Tetapi sekedar informasi, ada dugaan yang masih perlu dikaji bahwa Dokumen “ Q “ tidak lain adalah INJIL BARNABAS . Ini hanya sebuah dugaan saja dan tidak perlu diperhatikan. Dan sehubungan dengan teori sumber ” Q ” , menarik disimak pernyataan Elijah Syekh , seorang cendekiawan Kristen Iran dalam bukunya ” The True Gospel of Christ ” ( edisi terjemahan bahasa Indonesia dari ” Ash Shahih min al- Injil al- Masih ” ) . Setelah membandingkan kisah-kisah tentang Yesus Kristus dalam keempat Injil Kanonik ( Matius, Markus, Lukas, dan Yahya ) dengan segala perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan yang tidak bisa dikompromikan , Elijah Syaikh berkata : Pada akhirnya , dalam buku ini , saya hanya berusaha untuk mengungkapkan hakekat yang saya yakini yaitu bahwa KEEMPAT KITAB INJIL INI SAMA SEKALI BUKAN INJIL MILIK AL MASIH as. Tapi sebenarnya, ADA KITAB LAIN YANG PERNAH MENJADI SANDARAN bagi Injil-Injil ini , yaitu ” INJIL SHAHIH ” yang telah diwahyukan kepada Isa Al Masih as. Selanjutnya anda berbicara kesaksian Bapa-bapa Gereja. Anda berkata : “ Salah satunya adalah St. Irenaeus dari Lyons yang bersaksi mengenai otentisitas keempat Injil “. Dapatkah anda menyajikan pernyataan Irenaeus terhadap kitab-kitab Perjanjian Baru sebelum kanonisasi ?. Tanpa menyajikan pernyataan atau kutipan tulisan Irenaeus, sulit mengukur kebenaran pernyataan anda. Paling tidak, bisa dikutipkan satu pernyataan dari sebuah referensi yang ditulis seorang pakar Bibel tentang kesaksian atas “ otentisitas keempat Injil “. Anda berkata : “ Pernyataan Papias tersebut, sebenarnya kurang kredibel. Pernyataan tersebut diperoleh dari fragmen ( pecahan dokumen, bukan sebuah kitab lengkap). Tentu saja, apabila St. Irenaeus mengutip dari Papias, pasti beliau akan menyebutkan apabila St. Yohanes penulis Penginjil telah wafat. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa fragmen tersebut mengacu pada Yohanes lain ( St. Yohanes pembabtis ) atau mungkin telah direkayasa ( New Advent Encyclopaedia : St. Papias ) “. Ini terkait dengan pernyataan reply saya kepada pak Stefan Tay ketika menjelaskan bahwa Injil Yahya bukan dikarang Yahya bin Zabdi melainkan Yahya Presbyter. Penegasan mengenai Injil Yahya bukan dikarang Yahya bin Zabdi melainkan Yahya Presbyter, antara lain didasarkan pada analisis pernyataan Irenaeus bersumber dari POLICARPUS, USKUP di SMYRNA yang menerangkan bahwa pernah mendengarkan khotbah Yahya di Epesus. Lebih lanjut Irenius mengungkapkan bahwa Yahya itu meninggal pada tahun 100 M dan pada hari-hari tuanya itulah ia menulis ” INJIL “ -nya untuk MELAWAN AJARAN CERINTHUS yang mengajarkan bahwa YESUS ITU BUKAN ANAK ALLAH . Bagaimana dengan ” keterlibatan ” Papias dalam analisis ini ? Menurut Papias , Yahya bin Zabdi meninggal tahun 70 M. Cuma itu ! Dan Irenaeus tidak mengutip dari Papias . Figur ” Yahya ” ( - yang didengar Irenaeus dari Polycarpus - ) yang meninggal pada tahun 100 M ternyata jika dirujukkan dengan Yahya bin Zabdi – salah seorang murid utama – yang menurut Papias meninggal sebelum tahun 70 , ternyata tidak cocok . Hal ini membuktikan bahwa INJIL YAHYA BUKAN DIKARANG OLEH YAHYA PEMBAPTIS melainkan dikarang oleh orang lain, kemungkinan YAHYA PRESBYTER , yang meninggal tahun 100 M. Dan hendaknya Pak Ioannes ketahui, penegasan tentang Injil Yahya bukan dikarang Yahya bin Zabdi , diakui oleh sejumlah ahli Bibel dengan pernyataan-pernyataan yang sangat tegas. Lihat reply saya kepada pak Stefan Tay dan harap baca secara utuh. Tetapi rupanya anda menolak kesimpulan bahwa Injil Yahya bukan dikarang oleh Yahya bin Zabdi. Alasan anda ” Pernyataan Papias tersebut, sebenarnya kurang kredibel. Pernyataan tersebut diperoleh dari fragmen ( pecahan dokumen, bukan sebuah kitab lengkap) ”. Apa yang kurang kredibel dengan pernyataan Papias yang mengatakan bahwa Yahya bin Zabdi meninggal sekitar tahun 70 M ? Apakah karena potongan pernyataan itu hanya diperoleh dari fragmen bukan dalam sebuah dokumen lengkap ? Fragmen apa itu ? Dan bentuk dokumen lengkap macam mana yang anda butuhkan agar pernyataan Papias tentang Yahya bin Zabdi meninggal sebelum tahun 70 M , sebagai pernyataan yang kredibel ? Terus terang , saya heran dengan pernyataan anda. Selanjutnya anda berkata : ” Tuduhan bahwa St. Irenaeus berbohong mengenai kematian St. Yohanes Penginjil tentu saja sangat tidak masuk akal. Berita kematian para Rasul adalah hal yang cukup besar bagi Gereja Perdana yang masih relatif kecil. Apabila St. Yohanes Penginjil wafat sebelum 70 AD, apa untungnya bagi St. Irenaeus untuk berbohong dalam Adversus Haeresies bahwa St. Yohanes Penginjil menuliskan kitab Injil Yohanes? Tentu ia akan didakwa oleh segenap umat dan Uskup-uskup lainnya “ . Itu hanya komentar pendapat anda tanpa kajian. Apakah menurut anda, Papias telah berbohong ketika berkata Yahya bin Zabdi ( Yahya Penginjil, menurut istilah anda ) meninggal sebelum tahun 70 M ? . Bagaimana isi pernyataan Irenaeus dalam Adversus Haeresies bahwa Yahya Penginjil menuliskan kitab Injil Yohanes ? Lalu apakah para ahli Bibel yang menegaskan Injil Yohanes BUKAN DIKARANG OLEH YAHYA BIN ZABDI berdasarkan penelitian-penelitian cermat mereka adalah PARA PENDUSTA lantaran bertentangan dengan “ pernyataan Irenaeus dalam Adversus Haeresies bahwa Yahya Penginjil menuliskan kitab Injil Yohanes “ ? Hal-hal semacam ini perlu diklarifikasi dan membutuhkan jawaban anda. Demikian pembicaraan mengenai Otentisitas Injil , yang saya kemukakan BUKAN HANYA MENGENAI INJIL YOHANES melainkan semua Injil kanonik, tetapi anehnya anda lebih tertarik dengan bahasan saya tentang Injil Yohanes tidak dikarang oleh Yahya bin Zabdi melainkan Injil lain. Mengapa tidak menyinggung ketiga Injil Sinoptik ( Matius, Markus dan Lukas ) yang juga saya bahas bahwa pengarangnya bukan para murid Yesus ? Dan mengenai injil-injil tersebut, saya sajikan sekedar menanggapi reply pak Stefan Tay yang berkata : “…….. injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri : Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus …… “. Demikian terima kasih, dan saya masih akan melanjutkan lagi reply saya dengan pokok bahasan berbeda dalam pernyataan reply anda. LANJUTAN : Reply Arif Lewisape February 18, 2013 at 3:38 pm Pak Ioannes yang baik, kali ini saya kembali kepada pernyataan anda pada bagian awal reply anda, yang belum saya tanggapi sebagai bagian terakhir reply saya atas tanggapan anda. Anda berkata : “ Terlepas dari permasalahan siapa penulis Injil Kanonik yang sebenarnya, semua dokumen Injil menyatakan satu suara bahwa Yesus disalib. Pernyataan ini diteguhkan oleh dokumen Perjanjian Baru lainnya, seperti surat-surat para Rasul. Apabila Yesus adalah tokoh besar biasa, tentu pengikutnya justru malu memberitakan penyaliban Yesus. Dari sini kita dapat menduga bahwa penyaliban Yesus benar terjadi. Namun, jika kita ragu keasliannya, kita masih dapat mencari informasi yang lebih meyakinkan “. Anda mengatakan: “…semua dokumen Injil menyatakan satu suara bahwa Yesus disalib “. Justru itulah pokok permasalahannya. Peristiwa penyaliban memang terjadi, tetapi siapa-kah yang tersalib , apakah Yesus ataukah orang lain ? Kajian yang saya berikan atas ayat Matius 27 : 15 – 26 menunjukkan bahwa yang disalib bukan Yesus Kristus melainkan orang yang dikira Yesus Kristus. Masih ada lagi kajian atas Injil-Injil kanonik yang menunjukkan hal itu. Sehubungan dengan hal tersebut, saya persilakan anda menanggapi bahasan saya atas ayat Matius 27 : 15 – 26 menunjukkan bahwa yang disalib bukan Yesus Kristus melainkan orang yang dikira Yesus Kristus tersebut. Nama “ BARABBAS “ , lengkapnya “ YESUS BARABBAS “ yang dilepas oleh Pointus Pilatus mempunyai arti : YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH . Siapakah dia ? Saya berpendapat : ITULAH YESUS ANAK MARYAM !~ Dengan kata lain, YESUS TIDAK DISALIB ! Lihat reply saya atas pak Stefan , juga kepada pak Stefan Tay. Selanjutnya anda berkata : “ Pernyataan ini diteguhkan oleh dokumen Perjanjian Baru lainnya, seperti surat-surat para Rasul “. Untuk membicarakan masalah ini, mungkin perlu mem-bicarakan berbagai hal tentang “ Surat-Surat Para Rasul “ yang anda sebut ( “…. diteguhkan oleh dokumen Perjanjian Baru lainnya, seperti surat-surat para Rasul “ ). Surat-Surat Para Rasul yang anda sebut terdiri dari (1). Surat-surat kiriman Paulus sebanyak 100 pasal, (2). Surat kiriman 1 Peterus, 5 pasal , (3). Surat kiriman 2 Peterus , 3 pasal, (4). Surat kiriman Yakub , 5 pasal, ( 5 ). Surat kiriman Yahya 1, 5 pasal, ( 6 ). Surat kiriman Yahya 2 , 1 pasal, (7). Surat kiriman Yahya 3, 1 pasal ( 8). Surat kiriman Yahuda, 1 pasal. Dari keseluruhan Surat-Surat Para Rasul, jumlahnya 121 pasal, dan Surat kiriman Paulus mengambil porsi terbanyak yaitu 100 pasal dari 121 pasal atau sekitar 80 %, padahal Paulus BUKAN MURID YESUS ! Tapi saya belum memasuki pembahasan atas “ Surat-Surat Para Rasul “ kecuali saya hanya meminta kepada anda untuk menunjukkan ayat-ayat “ Surat-Surat Para Rasul “ yang meneguhkan kebenaran peristiwa penyaliban Yesus. Dan anda berkata : “ Apabila Yesus adalah tokoh besar biasa, tentu pengikutnya justru malu memberitakan penyaliban Yesus “. Pertanyaannya, apakah para murid utama Yesus memberitakan penya-liban Yesus ? Dan anehnya anda justru berkata : “ Dari sini kita dapat menduga bahwa penyaliban Yesus benar terjadi “. Mengapa harus menduga jika penyaliban Yesus benar terjadi ? Seharusnya anda menyatakannya sebagai satu keyakinan bahwa penyaliban Yesus memang benar terjadi. Dan lebih mencengang-kan, anda juga berkata : “ Namun, jika kita ragu keasliannya, kita masih dapat mencari informasi yang lebih meyakinkan “. Dua kalimat pernyataan anda tersebut hanya menunjukkan bahwa anda sendiri ragu-ragu dengan “ PENYALIBAN YESUS “ sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi. Dan untuk pernyataan anda yang kedua, saya hanya menyarankan, tidak usah “ mencari informasi yang lebih meyakinkan “ melainkan langsung melakukan kajian atas ayat-ayat Injil kanonik. Dan sebagai awal mula, saya tawarkan kepada anda agar memberikan sanggahan atas bahasan saya mengenai ayat Matius 27 : 15-26. Demikian pak Ioannes , keseluruhan tanggapan saya atas reply anda tertanggal 21 Januari 2013. Maaf jika ada kata yang tidak berkenan. Terima kasih. 3. Reply : Ioannes Wirawan February 26, 2013 at 12:59 pm Salam, Arif Lewisape Terima kasih atas jawaban diskusi dari anda. Saya sungguh menghargai semangat anda menemukan Kebenaran. Jadi, maafkan saya karena cukup lama baru sempat berdiskusi kembali. Saya akan mulai dengan diskusi mengenai Injil Kanonik, seperti yang Arif sarankan. Pada kesempatan berikutnya, kita akan berdiskusi mengenai Naskah Kuno yang telah saya ajukan sebelumnya. Semoga diskusi ini dapat menuntun kita pada Kebenaran. Sebelum diskusi, saya ingin merangkum kesimpulan dari pokok bahasan Arif berdasarkan diskusi dengan saudara Stefan. Semoga saya tidak salah mengerti. Arif berpendapat bahwa Injil Kanonik menunjukkan bahwa sebenarnya yang disalib bukanlah Yesus yang asli (menurut Arif adalah Yesus Barabbas) melainkan Yesus yang palsu (yang dituduh sebagai Kristus karena orang Yahudi salah mengira). Dengan demikian, Arif berpendapat Yesus Barabbas adalah Isa Almasih yang dimaksud dalam Quran, adalah Yesus Kristus yang asli, dan tetap hidup. Sementara itu, Yesus Kristus yang palsu adalah Yesus yang disebut Kristus, adalah tokoh utama dalam Injil, mengalami penyaliban, dan sebenarnya bukan siapa-siapa ( hanyalah orang yang dikira Kristus oleh orang Yahudi secara keliru). Supaya memudahkan, sebut saja Yesus yang menurut Arif asli dan tetap hidup adalah Barabbas dan Yesus yang menurut Arif palsu dan tersalibkan adalah Yesus “ Nobody ”. Sebelum memulai diskusi, saya ingin menjelaskan beberapa hal kecil yang ternyata menimbulkan salah paham : A) Sdr Arif menganggap kalimat “ Namun, jika kita ragu keasliannya, kita masih dapat mencari informasi yang lebih meyakinkan ” menunjukkan bahwa saya menyimpan keraguan akan peristiwa penyaliban Kristus. Sebenarnya, kesalahpahaman ini tidak perlu ada dan tidak signifikan. Kalimat tersebut tidak bertujuan menunjukkan keraguan, melainkan gaya bahasa saya yang menempatkan diri pada posisi Arif, yang berpendapat bahwa Yesus yang disalib bukanlah Yesus yang asli, melalui penggunaan kata “ kita ”. Untuk itu, mohon jangan salah paham bila ada ungkapan serupa dalam diskusi ini. Sebenarnya, entah saya ragu atau yakin dalam diri secara pribadi tidak membuktikan apapun dalam diskusi ini. Mari kita berdiskusi dengan lebih esensial. B) Saya kurang teliti dalam kalimat “ Saya harus mempelajari terlebih dahulu para penulis yang menyangsikan keaslian Injil-injil Kanonik ”. Yang saya maksud adalah mem-pelajari tulisan dan argumen para penulis yang menyangsikan keaslian Injil Kanonik, terutama mengenai hipotesis Q dan penulis Injil Yohanes. Saya memang masih perlu memperdalam pengetahuan saya untuk topik tersebut. Oleh sebab itu, saya berusaha tidak ikut terlalu jauh dalam diskusi mengenai Hipotesis Q agar memberikan penjelasan yang keliru dan hanya membagikan sebatas apa yang saya ketahui. Mohon maafkan kekurangan saya. TIDAK TERSALIBNYA YESUS BERDASARKAN INJIL KANONIK DITEGUHKAN OLEH NASKAH KUNO ? Anda mengatakan bahwa “ hasil kajian Injil Kanonik menunjukkan bahwa Yesus tidak disalib dan Naskah-naskah kuno mendukung hal tersebut” ( karena menurut Arif, yang disalib adalah Yesus “ Nobody ”, bukan Yesus Barabbas yang adalah Yesus asli, benar ? ). Menurut saya, Kitab Injil Kanonik tidak menceritakan Tidak Tersalibnya Yesus. Yang terjadi adalah anda menyimpulkan sendiri hasil tafsiran Injil Kanonik menurut anda pribadi/hasil tafsiran para ahli yang anda kutip dengan mencari dukungan dari naskah-naskah kuno tersebut. Kita mulai dari Injil Mat 27:15-26 yang anda kutip. Sebenarnya, cara umat Katolik mempelajari dan menafsirkan Kitab Suci adalah dengan memperhatikan keseluruhan Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru. Jadi, penafsiran dengan melepaskan ayat-ayat tertentu dari konteks, seperti melepaskan Mat 27:15-26 dari keseluruhan Kitab Suci, tidak akan menghasilkan tafsiran yang akurat. Namun, kita coba berdiskusi mengenai gelar Barabbas berdasarkan Mat 27:16, seperti yang Arif lakukan. Nama “Yesus” pada Yesus Barabbas tidak dihilangkan dengan “ sengaja ”, melainkan menyesuaikan konteks penulisan. St. Markus menulis untuk umat Roma, St. Lukas menulis untuk orang Yunani yang terdidik, St. Yohanes menulis untuk orang Yunani di Efesus, dimana ketiga golongan pembaca adalah orang-yang tidak pernah mendengar nama Yesus. Sehingga, nama Yesus dalam pemberitaan Injil disana adalah nama yang sangat dihormati. Selain itu, lebih mudah untuk menjelaskan bahwa Yesus yang mereka wartakan berbeda dari seorang perampok, yang kebetulan memiliki nama sama. Namun, St. Matius menulis untuk Kristiani Yahudi yang paham dengan budaya dan tradisi Yahudi. Nama Yesus (Yeshua) jamak diantara kalangan mereka. Mereka yang kenal dengan bahasa Aramaik tidak akan kebingungan atau sampai mengaburkan nama Yesus yang melakukan mukjizat dengan orang-orang lain yang juga memiliki nama Yesus. Barabbas memang berarti “Anak Bapa” menurut bahasa Semitik. Arif lalu menghubungkan dengan konsep Kristiani dimana Allah adalah Bapa, sehingga Arif menafsirkan bahwa Yesus yang asli adalah Yesus Barabbas. Permasalahannya, baik Yesus maupun Barabbas bukanlah nama yang langka atau unik di masa itu. Anthony Harvey dalam komentarnya di The New English Bible mengatakan bahwa Barabbas bukanlah nama yang tidak umum di masa itu, walaupun memang memiliki arti “Anak Bapa ”. Jadi, bisa jadi ada lebih dari satu Yesus Barabbas yang hidup di masa Yesus Barabbas hidup. Permasalahan kedua, Barabbas sebenarnya bukanlah nama asli dari Yesus Barabbas, melainkan sebutan yang dikenal atau julukan. Jika kita perhatikan dalam teks asli Perjanjian Baru, Mat 27:16 menggunakan kata “ Legomenon ”, yang diterjemahkan sebagai “ disebut sebagai ” dan memang “ Legomenon ” biasa digunakan untuk menunjukkan sebutan seseorang, bukan nama aslinya. Jadi, Barabbas bukanlah bagian dari nama Yesus Barabbas, melainkan hanya sebuah julukan. Lalu, Arif juga menggunakan Kitab Suci terjemahan Belanda untuk menduga bahwa bisa saja Yesus Barabbas adalah “ seseorang yang memperjuangkan kebaikan tapi ternyata diberi label ‘jahat’ tanpa kejelasan bentuk ‘kejahatannya’”. Sejujurnya, memang menurut teks asli Yunani, dikatakan bahwa Yesus Barabbas adalah desmion episimon atau terjemahan kasarnya “ tahanan penting ”. Begitu pula terjemahan Latin Vulgate menyebutnya sebagai “ vinctum insignem ” atau “ tahanan terkenal ”. Tidak ada deskripsi lain diluar Injil Kanonik, yang menjelaskan bahwa Yesus Barabbas adalah lestes ( bandit; Yoh 18:40) atau menyebabkan kerusuhan ( Injil Markus & Lukas ). Menurut saya, memang ada banyak kemungkinan mengenai “ jenis kejahatan ” apa yang dimaksud. Namun, itu saja tidak cukup memberikan penjelasan bahwa Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli. Pendapat populer diantara para pakar Kitab Suci adalah Barabbas terlibat dalam pemberontakan politik melawan Kekaisaran Roma. Permasalahan ketiga, Yesus “ Nobody ”, menurut Injil Kanonik, juga menyebut dirinya sebagai Anak Bapa. Dalam berbagai bagian Injil, kita dapat melihat bahwa Yesus “ Nobody ” menyebut Allah sebagai Bapa, baik dalam doaNya maupun dalam ketika berbicara di depan umum. Karakteristik ini adalah karakteristik unik milih Yesus “ Nobody ” karena tidak ada orang yang berani menyebut Allah sebagai Bapanya. Ini yang menyebabkan Yesus “ Nobody ” dianggap oleh kaum Farisi dan Ahli Taurat telah menghujat Allah. Dengan demikian, ada dua Yesus “Anak Bapa” di sini. Arif berpendapat bahwa Yesus Barabbas adalah “Anak Bapa” yang asli”, sedangkan umat Kristiani meyakini Yesus Kristus ( yang menurut Arif adalah “ orang yang dituduh Kristus karena orang Yahudi salah mengira ” ) adalah Anak Allah Bapa yang sebenarnya. Menafsirkan bahwa Yesus Barabbas adalah Yesus Kristus yang asli dan menganggap keseluruhan Injil Kanonik menceritakan mengenai Yesus “ Nobody ” ( yang menurut Arif adalah orang yang salah dikira Kristus oleh orang Yahudi) hanya berdasarkan tafsiran satu ayat, Mat 27:16, adalah kesimpulan yang terlalu terburu-buru dan tidak masuk akal. Banyak ayat-ayat lain yang Arif diskusikan dengan sdri. Linda Maria didasari asumsi awal bahwa tafsiran Arif mengenai Bar Abbas Mat 27:16 adalah benar. Apabila kita konsekuen dengan argumen Arif, maka Yesus, yang diceritakan sebagai tokoh utama menurut Injil Kanonik, yang dilahirkan oleh Perawan Maria, melakukan banyak mukjizat, membangkitkan orang mati, disalib dan wafat ( yang menurut Arif karena kekeliruan orang Yahudi ), lalu bangkit, menampakkan diri pada ratusan orang, dan naik ke surga adalah “ Nobody ”. Dan menurut Arif, Yesus “ Nobody ” ini bukanlah Isa Almasih yang dimaksud dalam Quran karena Yesus Barabbas lebih cocok berdasarkan analisa satu ayat, begitukah ? Konsekuen pula dengan penafsiran Arif bahwa tokoh utama Injil adalah Yesus “ Nobody ”, berarti Yesus Barabbas, atau Yesus yang asli menurut Arif, hanya diceritakan sangat sedikit sekali dalam Injil Kanonik. Berarti, siapakah sebenarnya Yesus Barabbas ini ? Kitab apa saja yang menceritakan dan mendeskripsikan mengenai Yesus Barabbas ini? Bagaimana kita bisa tahu ia Yesus yang asli, yang adalah Isa Almasih menurut Quran? Kemungkinan yang lebih besar adalah Yesus Barabbas adalah “Nobody” yang sebenarnya. Lagipula, sejujurnya Yesus Kristus dalam Kitab Suci tidak bergantung pada Yesus manakah yang disebut Isa Almasih dalam Quran. Seandainya memang Yesus Barabbas ialah Yesus yang dimaksud Quran sebagai Isa Almasih, menurut saya itu tidak membuktikan apapun dan tidak ada hubungannya dengan ajaran Katolik. Injil Kanonik tidak perlu dicocokkan dengan Al-Quran. Mungkin Arif akan mengajak kita memperhatikan Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik sebagai dukungan atas penafsiran Mat 27:16. Apa yang menurut Arif menunjukkan bahwa Yesus yang diceritakan dalam Nag Hammadi dan Injil-injil non-Kanonik adalah Yesus Barabbas, bukan Yesus yang lain? Kita perlu mengingat lagi bahwa nama Yesus adalah nama yang umum ditemukan di kalangan Yahudi abad pertama. NAG HAMMADI, INJIL NON-KANONIK, DAN INJIL KANONIK. Berbicara mengenai Nag Hammadi dan Injil-injil non-Kanonik, saya mengasumsikan bahwa Arif mengetahui bahwa Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik adalah naskah kuno yang berisi ajaran Gnostik. Pakar sejarah dan teolog dunia dengan jelas setuju bahwa ada perbedaan karakteristik mendasar antara ajaran Gnostik dengan ajaran Kristiani. Pada esensinya, ajaran Gnostik bukanlah ajaran Kristiani, walaupun ada pula pakar yang mengklaim bahwa Gnostik adalah bagian dari Kristiani dan menyandingkan nama keduanya. Mungkin Tim Katolisitas dapat memberikan masukan atau artikel mengenai Gnosticism sehingga lebih banyak informasi mengenai bidaah tersebut. Saya juga mengasumsikan Arif mengetahui bagaimana Kanon Kitab Suci terjadi, namun izinkan saya menjelaskan sedikit, sebagai gambaran apa yang terjadi di masa itu. Semoga berguna bagi pembaca lain di situs ini. Kita mengetahui bahwa dalam Perjanjian Baru sering disebutkan adanya injil-injil lain, ajaran sesat, ataupun nabi-nabi palsu ( Gal 1 : 6-9; 1 Tim 6 : 20; 1 Yoh 4 :1-3 ; 2 Pet. 2 :1; Yud 1:4). Apa yang dimaksud oleh ayat-ayat tersebut adalah ajaran Gnosticism. Salah satu karakteristik ajaran ini adalah menolak bahwa Yesus benar-benar disalib. Ini dapat ditemukan dalam berbagai Injil non-Kanonik seperti Injil Petrus, Injil Bartolomeus, Injil Thomas, Sophia Yesus Kristus, dan Injil Yudas yang sempat menjadi kontroversi. Nag Hammadi termasuk jenis dokumen gnostik dan, bersama dengan tulisan-tulisan St. Irenaeus, menjadi sumber informasi mengenai Gnosticism yang muncul di masa itu. Untuk mengatasi kebingungan anggota Gereja, dilakukan kanonisasi Kitab-kitab mana saja yang termasuk dalam tulisan yang diinspirasikan oleh Allah. Dari hasil keputusan Paus Damascus I, yang kemudian diteguhkan dalam konsili Hippo dan Kartago di abad ke-4, ditetapkan Injil Kanonik yang hanya berjumlah empat, Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Oleh sebab itu, sangat aneh jika kita berpendapat bahwa Injil Kanonik bermaksud menceritakan bahwa Yesus yang tersalib bukanlah Yesus asli. Para penulis Suci dan Bapa Gereja jelas bermaksud memisahkan antara kitab yang mewartakan bahwa Yesus disalib dengan kitab-kitab gnostik yang menyangkalnya. Konsili yang diikuti oleh berbagai Uskup, yang ahli dalam Kitab Suci dan literatur zaman itu, tentu lebih memahami dan mengerti baik bahasa, ungkapan, maupun latar budaya zaman dahulu daripada pakar zaman sekarang . Tentu saja, penafsiran mereka memiliki nilai kekuatan tersendiri dibandingkan dugaan akademisi dan analisis sejarawan saat ini. Bila Injil Kanonik memang menunjukkan bukan Yesus asli yang disalib, bagaimana mungkin mereka memasukkan kitab Injil tersebut dalam kanon Kitab Suci ? Selain itu, Arif bermaksud menjelaskan bahwa Injil Kanonik (yang artinya adalah salah satu tonggak kepercayaan umat Katolik sendiri) telah menyatakan bahwa Yesus yang disalib bukanlah Yesus asli. Apabila Arif mau konsisten dengan maksud Arif, silahkan gunakan Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, yang juga bagian dari tonggak ajaran Kristiani. Menggunakan naskah-naskah kuno yang ternyata berisi ajaran Gnostik, bukan ajaran Kristiani, untuk mendukung tafsiran Arif sama seperti menggunakan ajaran agama lain untuk membantah penyaliban Yesus. Tentu saja ini tidak akan masuk akal dan bertentangan dengan maksud Arif semula. Silahkan memilih antara Gnosticism yang menyangkal penyaliban Yesus asli atau ajaran Katolik yang menyatakan Yesus yang disalib adalah Yesus asli. Namun, tidak mungkin menghubungkan keduanya karena isi ajaran keduanya memang jelas berbeda. Arif kemudian menggunakan argumen dari para pakar Kitab Suci sebagai bukti bahwa Injil Kanonik tidak ditulis sendiri oleh para murid utama Kristus, sehingga meragukan bahwa murid-murid utama Kristus mewartakan mengenai penyaliban Kristus. Seperti yang saya jelaskan di awal, saya tidak memiliki kapasitas memadai untuk menjelaskan mengenai Hipotesis Q. Tim Katolisitas akan lebih kredibel untuk berdiskusi dengan Arif mengenai topik ini. Dengan segala kekurangan saya, saya minta maaf. Namun, seturut pemahaman saya, hipotesis tetap termasuk ranah dugaan, sekalipun dugaan tersebut didukung argumen-argumen yang masuk akal. Hipotesis Q akan tetap berupa “dugaan” hingga memang terbukti secara pasti. Bukti yang pasti adalah dengan ditemukan dokumen Q yang dimaksud. Setiap orang bebas mengajukan naskah manapun sebagai kandidat dokumen Q yang dimaksud, namun setiap dokumen yang diajukan masih perlu dibuktikan terlebih dahulu. Mengenai Injil Barnabas, sudah pernah dibahas dalam Katolisitas bahwa Injil tersebut diragukan keasliannya. Silahkan sdr Arif berdiskusi dalam artikel yang bersang-kutan apabila anda tertarik. Saya hanya akan menanggapi mengenai otentisitas Injil Yohanes sejauh yang saya ketahui dan bagikan dalam diskusi sebelumnya, karena saya juga masih perlu mendalami topik tersebut. St. Irenaeus adalah salah satu Bapa Gereja yang meneguhkan mengenai Injil Kanonik. Tulisan beliau yang menjadi saksi bahwa hanya empat Injil yang memuat ajaran Kristiani dan menolak Injil–Injil non-Kanonik lain. Menurut Philip Schaff, karena adanya referensi kepada Uskup Roma masa itu, diperkirakan karya ini ditulis di tahun c.180 AD. Kutipan yang dimaksud adalah : Kita telah mengetahui bukan dari siapapun tentang rencana keselamatan kita kecuali dari mereka yang melaluinya Injil telah diturunkan kepada kita, yang pada suatu saat mereka ajarkan di hadapan publik, dan yang kemudian, sesuai dengan kehendak Tuhan, diturunkan kepada kita di dalam Kitab Suci, untuk menjadi dasar dan tonggak dari iman kita…. Sebab setelah Tuhan kita bangkit dari mati [para rasul] diberikan kuasa dari atas, ketika Roh Kudus turun [atas mereka] dan dipenuhi oleh semua karunia-Nya, dan mempunyai pengetahuan yang sempurna: mereka berangkat menuju ujung-ujung bumi, mengajarkan kabar gembira yang diberikan oleh Tuhan kepada kita…. Matius… menuliskan Injil untuk diterbitkan di antara orang Yahudi di dalam bahasa mereka, sementara Petrus dan Paulus berkhotbah dan mendirikan Gereja di Roma…. Markus, murid dan penerjemah Petrus, juga meneruskan kepada kita secara tertulis, apa yang biasanya dikhotbahkan oleh Petrus. Dan Lukas, rekan sekerja Paulus, juga menyusun Injil yang biasanya dikhotbahkan Paulus. Selanjutnya, Yohanes, murid Tuhan Yesus ….juga menyusun Injil ketika tinggal di Efesus, Asia Kecil.” (Adversus Haereses, Book III, ch. 1,1). Selain St. Irenaeus, keempat Injil juga disebutkan dalam beberapa naskah lain seperti : “ Injil-Injil yang memuat silsilah Yesus [yaitu Matius dan Lukas], ditulis lebih dahulu. Injil Markus ditulis sedemikian, Ketika Petrus telah berkhotbah di hadapan umum di Roma, dan mewartakan Injil oleh Roh Kudus, banyak orang yang hadir meminta agar Markus, yang telah mengikuti dia [Petrus] untuk waktu yang lama dan mengingat perkataannya, agar menuliskan perkataan-perkataan tersebut. Dan setelah menyusun Injil itu, ia memberikannya kepada mereka yang memintanya. Ketika Petrus mengetahui hal ini, ia tidak secara langsung melarang ataupun mendukungnya. Tetapi, pada akhirnya, Yohanes, merasa bahwa fakta- fakta yang nampak dari luar telah dinyatakan dengan jelas di Injil, [karena] didorong oleh teman-temannya, dan diilhami oleh Roh Kudus, menyusun Injil rohani.” – St. Clemens dari Alexandria (150-215) sebagaimana dikutip Eusebius dalam Historica Ecclesiae. [Injil] yang pertama dituliskan oleh Matius, yang adalah seorang publikan tetapi kemudian menjadi rasul Yesus Kristus, yang menerbitkannya untuk umat Yahudi, dituliskan dalam bahasa Ibrani. [Injil] kedua oleh Markus, yang disusun di bawah bimbingan St. Petrus, yang telah mengangkatnya sebagai anak… (1 Pet 5:17). Dan ketiga, menurut Lukas, yang menyusunnya untuk umat non-Yahudi, Injil yang dibawakan oleh Rasul Paulus; dan setelah semuanya itu, [Injil] menurut Yohanes.” – Origens (185-254) sebagaimana dikutip Eusebius dalam Historica Ecclesiae. Ketiga kutipan tersebut lebih tua daripada Konsili paling awal yang menetapkan mengenai Empat Injil, yakni Konsili Hippo (393 AD) dan Konsili Kartago (397 AD). Dalam naskah tersebut, terlihat bahwa keempat Injil sudah dikenal baik di antara kalangan anggota Gereja. Oleh sebab itu, saya berpendapat bahwa saya dapat mempercayai kebenaran bahwa Injil ditulis oleh St. Matius, St. Markus, St. Lukas, & St. Yohanes sendiri berdasarkan kesaksian para Bapa Gereja. Pakar Kitab Suci saat ini bisa saja melakukan analisa dari berbagai sudut pandang untuk membuktikan bahwa Injil Kanonik bukan ditulis oleh para penulis suci tersebut. Namun, sebelum ditemukan bukti yang mutlak, seperti naskah kuno yang membuktikan argumen para pakar tersebut, pendapat bahwa Injil Kanonik tidak ditulis oleh para penulis suci sendiri, sekali lagi, hanya akan tetap berada pada “ kemungkinan ” . Bukan suatu fakta mutlak. Selain itu, menjadikan dugaan para pakar tersebut sebagai dasar argumen untuk meragukan bahwa “murid-murid utama Kristus mewartakan penyaliban Yesus Kristus asli” bagi saya kurang masuk akal. Melalui berbagai dokumen sejarah, dapat dibuktikan bahwa kematian para Rasul dan banyak anggota-anggota Gereja Perdana sungguh terjadi. Kematian mereka adalah bukti yang lebih kuat bahwa mereka mempercayai bahwa Yesus Kristus sungguh disalib dan bangkit, serta mewartakannya. MENGENAI PAPIAS, ST. IRENAEUS, DAN INJIL YOHANES. Dalam diskusi sebelumnya, saya sempat membahas argumen Arif bahwa Injil Yohanes bukan ditulis oleh St. Yohanes Rasul sendiri. Sdr. Arif mengajukan beberapa kutipan dan salah satunya menyebutkan bahwa Yohanes, yang khotbahnya di Efesus didengar oleh St. Polycarpus, telah meninggal sebelum tahun 70 AD. Inilah argumen yang masih dalam batas pengetahuan saya dan saya telah coba tanggapi. Dari argumen tersebut, disimpulkan bahwa Yohanes, yang khotbahnya didengar oleh St. Polycarpus, bukanlah St. Yohanes Rasul dan Injil Yohanes bukan dituliskan oleh St. Yohanes Rasul. Saya mengajukan argumen bahwa kematian St. Yohanes Rasul di tahun 70 AD yang konon dikutip dari Papias bermasalah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Penulisan Kitab Wahyu berkisar di tahun 95 AD. Penulis Kitab Wahyu diyakini oleh peneliti modern, dan dalam argumen sdr. Arif sendiri, adalah St. Yohanes Rasul sendiri. St. Justin Martir dan St. Irenaeus juga meneguhkan bahwa St. Yohanes Rasul adalah penulis Kitab Wahyu. Bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal di tahun 70 AD menuliskan kitab Wahyu di tahun 95 AD ? 2. Sebagaimana yang saya tuliskan, St. Irenaeus mengaku mengenal dan mengutip karya-karya St. Papias dalam karya tulisnya. Apabila St. Irenaeus mengenal dan mengutip karya St. Papias, bagaimana mungkin beliau melewatkan bagian dari tulisan St. Papias yang menyatakan bahwa St. Yohanes Rasul telah wafat di tahun 70 AD? Karena jika demikian, St. Irenaeus menipu karena telah mengatakan bahwa Injil Yohanes dan Kitab Wahyu dituliskan oleh orang yang sebenarnya telah meninggal. Katakanlah St. Irenaeus keliru dan tidak mengetahui kematian St. Yohanes Rasul yang sudah demikian lama, pasti St. Irenaeus mendapat sanggahan dari Bapa Gereja lain yang mengetahui kematian St. Yohanes Rasul di tahun 70 AD, bila beliau memang wafat di tahun 70 AD. 3. Kabar kematian St. Yohanes Rasul di abad ke 70 AD berasal dari sebuah fragmen (serpihan dokumen kuno), De Boor fragment dari epitome abad ke-5, Chronicle, yang konon mengutip St. Papias dan menyebutkan bahwa Yohanes dan Yakobus, saudaranya, telah dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Sekali lagi, bila memang fragmen ini akurat, Eusebius akan menyebutkan peristiwa ini dan St.Irenaeus tidak mungkin tidak tahu. Diduga ada kejanggalan dalam kutipan ini, entah ada yang diubah atau Yohanes yang dimaksud adalah Yohanes yang lainnya, bukan St. Yohanes Rasul. PENULIS KATOLIK DAN IMAN MEREKA. Kajian akademik dan analisis memang sarana yang berguna untuk mendekatkan diri kita pada Kebenaran. Namun, kajian dan analisis bukanlah metode yang sempurna dan mutlak untuk mencapai Kebenaran. Bagi orang Katolik, Kebenaran tersebut memiliki nama, dan namanya adalah Yesus dari Nazareth yang disebut Kristus, seperti yang diberitakan oleh Injil Kanonik. Sdr. Arif mungkin mengutip dari beberapa orang Kristiani, bahkan beberapa adalah pastor untuk membuktikan bahwa kejadian penyaliban Yesus yang asli diragukan kebenarannya. Namun, seperti yang saya katakan, kajian mereka tidak serta merta membuktikan bahwa ajaran Gereja salah. Sama seperti kaum muslim tidak mungkin menerima penafsiran Quran menurut kaum Ahmadiyah atau langsung percaya pada argumen bahwa Islam hanyalah kelanjutan dari Gnosticism (ini hanya ilustrasi dari saya dan tidak dimaksudkan untuk didiskusikan). Pertama, karena mereka bukanlah satu-satunya pengajar, dan bukan pengajar yang memiliki otoritas universal, dalam Gereja. Selain penulis yang anda kutip, ada beberapa Uskup, Imam, atau awam lain yang menafsirkan dan mengajarkan hal yang bertentangan dengan ajaran Gereja, tentu dengan metode dan analisis yang terlihat masuk akal. Namun, tidak sedikit pula berbagai kajian dan pakar yang meneguhkan ajaran Gereja, termasuk dalam topik otentisitas Injil Kanonik dan Penyaliban Yesus Kristus. Ditambah lagi, secara objektif memang kajian setiap orang memiliki kelemahan dan banyak hasil analisis yang menyimpulkan penafsiran yang berbeda dari para penulis tersebut. Keterbatasan saya dalam mengkaji satu per satu analisa mereka tidak mengubah kenyataan tersebut. Oleh sebab itu, saya tidak bermaksud mengatakan mereka sebagai pendusta. Bisa jadi ada bukti, penelitian, atau sudut pandang yang belum mereka peroleh atau terlewatkan sehingga kesimpulan mereka jadi berbeda dengan ajaran Gereja. Memang ini hanyalah komentar, namun tetap merupakan sebuah kemungkinan yang masuk akal. Bisa jadi juga sudah ada pakar-pakar yang membuktikan kelemahan argumen-argumen yang Arif kemukakan, namun tidak diketahui oleh saya maupun Arif. Terima kasih atas diskusi yang menarik ini. Mohon maaf bila ada kekurangan dari saya. Semoga Roh Kudus menuntun kita menuju kepenuhan KebenaranNya. Pacem, Ioannes 4. Reply : Arif Lewisape March 3, 2013 at 8:57 am Bagian 1 : Masalah Penyaliban dan nama “ BARABBAS “. Terima kasih atas reply pak Ioannes tertanggal 26 February 2013. Juga ucapan terima kasih atas penjelasan mengenai kalimat anda “ Namun, jika kita ragu keasliannya, kita masih dapat mencari informasi yang lebih meyakinkan ” yang ternyata tidak dimaksudkan bahwa anda juga menyimpan keraguan akan peristiwa penyaliban Kristus melainkan hanya gaya bahasa anda semata-mata yang menempatkan diri anda pada posisi saya ( - yang berpendapat bahwa Yesus yang disalib bukanlah Yesus yang asli - ). Tetapi anda tidak berbicara mengenai pernyataan anda : “ Dari sini kita dapat menduga bahwa penyaliban Yesus benar terjadi “, salah satu aspek yang menunjukkan keraguan. Mengapa anda harus menduga jika penyaliban Yesus benar terjadi ? Mengapa anda tidak mengatakan : “ peristiwa yang pasti “ ?. Dan anda pun pasti tidak akan mengajak saya untuk “ menduga bahwa penyaliban Yesus benar terjadi“ dengan menggunakan kata “ kita “ ketika saya sangat memastikan bahwa YESUS TIDAK TERSALIB sehingga kalimat seperti : “ Kalimat tersebut tidak bertujuan menunjukkan keraguan, melainkan gaya bahasa saya yang menempatkan diri pada posisi Arif, yang berpendapat bahwa Yesus yang disalib bukanlah Yesus yang asli, melalui penggunaan kata “ kita ” tidak tepat disajikan. Tapi saya bisa memaklumi bahwa dari kalimat-kalimat yang dipaparkan , terlihat pak Ioannes adalah orang rendah hati dalam bertutur sehingga muncul kalimat pernyataan demikian, dan saya menghargai dan salut pada anda. Terima kasih. Begitu pula mengenai kalimat anda : “ Saya harus mempelajari terlebih dahulu para penulis yang menyangsikan keaslian Injil-injil Kanonik ” yang ternyata anda maksudkan adalah mempelajari tulisan dan argumen para penulis yang menyangsikan keaslian Injil Kanonik, terutama mengenai hipotesis Q dan penulis Injil Yohanes. Silakan, saya tidak mempermasalah-kannya karena memang bukan pokok bahasan dalam diskusi kita. Saya hanya sekedar mencoba bersikap “ kritis “ atas setiap kalimat yang tersaji kepada saya. Pembicaraan yang semula berkenaan dengan “ BENAR TIDAKNYA YESUS DI SALIB “ ternyata telah berkembang pada dua tema pokok yaitu : (a). Masalah PENYALIBAN dan (b). Masalah Otentitas Injil. Kemudian pada “ Masalah Penyaliban “ telah berkembang kepada sub pembicaraan mengenai dokumen Nag Hammady, yang dikatakan sebagai dokumen gnostik. Pembicaran mengenai “ Gnosticism “ akan disinggung pada bagian lain dari reply saya . Dan dalam masalah Otentitas Injil, anda hanya berfokus pada Injil Yohanes saja dan lucunya hanya mendasarkan pada masalah “ FRAGMEN PAPIAS “, yang jika disimak dari pernyataan anda – mudah-mudahan saya tidak keliru memahaminya - , fragmen Papias tersebut tidak bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya untuk membuktikan Injil Yohanes tidak dikarang oleh Yahya ben Zabede ( Yahya bin Zabdi ), salah seorang murid utama Yesus, karena hanya sebuah fragmen saja . Sedangkan masalah otentitas Injil yang terkait dengan Injil Matius – Injil Markus – dan Injil Lukas , hampir-hampir tidak disinggung sama sekali oleh anda dalam satu analisis . Di samping itu anda juga menyinggung sekilas tentang “ HIPOTESIS Q “ sebagai sub pembicaraan mengenai Otentitas Injil. Semua permasalahan yang muncul dalam pernyataan anda, akan saya berikan tanggapan. Dan saya yakin pembicaraan ini akan berkembang ke seluruh dogma Kekristenan bila tidak dibatasi. Dan bagi saya sendiri tidak menjadi masalah. Dan reply saya atas reply anda kali ini, akan dibagi tiga bagian yaitu : (a). MASALAH PENYALIBAN , (b). OTENTINTAS INJIL – KEPENGARANGAN INJIL YOHANES dan (c). DOKUMEN NAG HAMMADY DAN DOKUMEN “ Q “. Saya sengaja membagi demikian, supaya tidak terlalu panjang dan secara praktis, reply yang muncul atasnya akan terpilah secara langsung untuk masing-masing topik. A. MASALAH PENYALIBAN. Memang saya berpendapat bahwa Injil Kanonik menunjukkan bahwa sebenarnya yang disalib bukanlah Yesus yang asli melainkan Yesus yang palsu ( yaitu seseorang yang dikira Kristus). Hal ini didasarkan pada kisah yang dipaparkan dalam Matius 27 : 15- 26 di mana diceritakan yang dilepas adalah Yesus Barabbas yang berarti : YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH. Sedangkan yang disalib adalah ORANG LAIN YANG DIKIRA YESUS KRISTUS. Jadi Yesus Kristus yang asli (dalam Quran : Isa Almasih ) tetap hidup. Sementara itu, Yesus Kristus yang palsu adalah Yesus yang disebut Kristus, mengalami penyaliban. Itulah yang saya sajikan dalam reply kepada pak Stefan bahkan kepada Linda Mariam. Dan sebenarnya, masih banyak lagi ayat-ayat Injil kanonik yang memberikan pemahaman demikian , tetapi belum saya sajikan. Dalam hal ini, anda berkata : “ Menurut saya, Kitab Injil Kanonik tidak menceritakan Tidak Tersalibnya Yesus. Yang terjadi adalah anda menyimpulkan sendiri hasil tafsiran Injil Kanonik menurut anda pribadi / hasil tafsiran para ahli yang anda kutip dengan mencari dukungan dari naskah-naskah kuno tersebut “. Mungkin anda keliru. Injil-Injil kanonik berkisah tentang PERISTIWA PENYALIBAN , bukan diarahkan secara khusus pada “ Kitab Injil Kanonik tidak menceritakan Tidak Tersalibnya Yesus “. Dalam berkisah tentang PERISTIWA PENYALIBAN, para pengarang Injil-Injil kanonik telah menceritakan secara keliru berdasarkan cerita tutur bersambung bahwa figur tersalib adalah YESUS KRISTUS ASLI , padahal yang tersalib adalah ORANG LAIN YANG DISERUPAKAN DENGAN YESUS KRISTUS. Wajarlah berkembang cerita bahwa yang disalib adalah YESUS KRISTUS YANG ASLI padahal bukan. Dalam hal ini , berdasarkan ayat Matius 27 : 15 – 26 , YESUS KRISTUS ASLI adalah YESUS BARABBAS, sedangkan yang tersalib adalah – menurut istilah anda – YESUS NOBODY atau menurut saya : YESUS YANG DIKIRA KRISTUS. Kesimpulan demikian, didukung pula oleh sejumlah ayat-ayat Injil kanonik sendiri bila dilakukan analisis kritis, dan tidak harus didukung oleh naskah-naskah kuno. Katakan yang demikian adalah “ TAFSIRAN PRIBADI “ saya, tapi yang pasti diungkapkan penganut Kristen sendiri atau dari penganut Kristen dan kemudian masuk Islam , yang background kepakarannya tidak usah dipertanyakan. Saya sajikan pendapat salah seorang dari “ para ahli “ tentang YESUS BARABBAS , yaitu penjelasan Dr. Jerald F.Dirks , Pendeta Gereja Metodhis Bersatu ( United Methodist Church ) Amerika Serikat dan kemudian masuk Islam , dalam bukunya “ The Cross & The Crescent “ ( hal. 147) sebagai berikut : ….. para penerjemah Alkitab secara konsisten sama-sama memberlakukan kata-kata bahasa Aramia : ‘ bar “ dan “ Abbas “ , karenanya menerjemahkan Jesus bar Abbas sebagai Yesus Barabbas, atau lebih buruk lagi dengan : Barabbas saja. Dengan pemikiran seperti ini dan dengan menyadari bahwa : “ bar “ hanyalah berarti : “ putera dari “, sekarang kita bisa mengidentifikasi : Barabbas sebagai : putera dari Abbas. ……….. sampai titik ini, terjemahan tersebut tetap agak salah arah karena : Abbas, bukanlah sebuah nama. Kata : “ Abbas “, berarti : “ Ayah “ dan Barabbas secara langsung dan tak ambigu , diidentifikasi dalam Matius sebagai “ Yesus putera Bapa “. Kini kita harus bertanya kepada seratus orang Kristen yang dipilih secara acak mengenai identitas “ Yesus putera Bapa “, niscaya kita akan mendapatkan seratus indentifikasi positif mengenai : YESUS KRISTUS . Barabbas tidak lain adalah YESUS sendiri, PUTERA BAPA. Masalahnya sekarang, tinggal sikap individu penganut Kristen untuk berlapang dada dan secara jujur untuk menerima pemahaman “ Barabbas “ dari segi makna bahasa , atau menolak demi mempertahankan dogma yag sudah mendarah daging. Anda berkata : “ Silahkan gunakan Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, yang juga bagian dari tonggak ajaran Kristiani “. Sehubungan dengan pernyataan anda yang demikian, saya tegaskan, memang saya tidak menggunakan Perjanjian Lama dan lebih berfokus kepada Perjanjian Baru, khususnya Injil-Injil kanonik. Alasan saya sangat “ praktis “ yaitu Yesus tidak hidup di masa kanonisasi Perjanjian Lama. Oleh karena itu , dalam dialog , ketika saya tidak menggunakan Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa Yesus tidak disalib, apapun alasannya maka saya kira tidak tepat anda meminta kepada saya menggunakan Perjanjian Lama dan seharusnya andalah yang menyajikan ayat-ayat Perjanjian Lama yang membuktikan kebenaran Yesus disalib untuk membantah bahasan saya. Anda berkata : “ Menggunakan naskah-naskah kuno yang ternyata berisi ajaran Gnostik, bukan ajaran Kristiani, untuk mendukung tafsiran Arif sama seperti menggunakan ajaran agama lain untuk membantah penyaliban Yesus . Tentu saja ini tidak akan masuk akal dan bertentangan dengan maksud Arif semula “. Anda sangat keliru. Dalam reply saya sebelum ini, sudah saya jelaskan bahwa saya lebih berfokus pada Injil-Injil kanonik dan sama sekali tidak mengkhususkan kepada naskah-naskah kuno, yang ternyata anda nilai sebagai gnostik. ( - Mengenai naskah “ gnostik “ , akan saya sajikan pada reply berikut nanti - ) . Saya telah menjelaskan pada reply saya tersebut sebagai berikut : Selanjutnya saya berikan tanggapan atas permasalahan otentitas Injil-Injil kanonik. Tema bahasan mengenai otentitas Injil-Injil kanonik (- pengarang sebenarnya dan isinya - ) saya munculkan sekaitan dengan pernyataan pak Stefan Tay : “ Kalau Anda tidak mempercayai injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri : Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus, maka apa yang mendasarkan keyakinan Anda bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik ? “ ketika menanggapi pernyataan saya yang menyinggung tentang naskah-naskah kuno yang menegaskan tidak disalibnya Yesus, padahal fokus utama saya adalah Injil-Injil kanonik, yang jika dikaji secara kritis menunjukkan TIDAK TERSALIBNYA YESUS , dan kesimpulan demikian justru DISEBUT PULA DALAM NASKAH-NASKAH KUNO. Jadi persoalannya, saya tidak secara special mendasarkan keyakinan saya bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik. Pak Stefan Tay keliru memahaminya dan menjadikan naskah-naskah kuno sebagai dasar pegangan saya. Bahkan saya menegaskan : TIDAK TERSALIBNYA YESUS ADALAH BERDASARKAN INJIL-INJIL KANONIK DAN TERNYATA JUGA DITEGASKAN OLEH NASKAH-NASKAH KUNO. Anda rupanya tidak peduli dengan penjelasan saya tersebut sehingga tetap “ bertahan “ membicarakan “ Naskah-Naskah Kuno “ seakan- akan pembahasan saya tentang TIDAK TERSALIBNYA YESUS hanya didasarkan pada “ Naskah-Naskah Kuno “ padahal saya justru mendasarkan pembahasan dan analisis saya pada ayat Injil kanonik, khususnya ayat Matius 27 : 15 – 26 ( - masih banyak lagi ayat-ayat lainnya tapi belum saya tampilkan - ). Dan anehnya dalam hal ini anda berkata : “ Silahkan memilih antara Gnosticism yang menyangkal penyaliban Yesus asli atau ajaran Katolik yang menyatakan Yesus yang disalib adalah Yesus asli. Namun, tidak mungkin menghubungkan keduanya karena isi ajaran keduanya memang jelas berbeda “. Anda sangat keliru dengan pernyataan tersebut. Saya tidak peduli dengan Gnoticicm atau dengan Katholicism apalagi menghubungkan keduanya melainkan saya berfokus pada analisis ayat-ayat Injil kanonik dan ternyata hasilnya menyimpulkan : YESUS TIDAK DISALIB. Seharusnya menjadi langkah yang diambil – ketika Gnoticism menyangkal penyaliban Yesus dan ajaran Katolik menyatakan Yesus disalib - adalah melakukan penelitian dan kajian atas ayat-ayat Injil kanonik, untuk menetapkan mana dari antara kedua “ ajaran “ itu yang benar. Dan saya mendapatkan kesimpulan YESUS TIDAK DISALIB , dan kesimpulan itu bukan saya peroleh dari “ Naskah-Naskah Kuno “ yang menurut anda – rupanya mengikuti apologi tradisional Kristen – adalah naskah gnosis. Dan saya melihat kesimpulan tersebut didukung pula oleh naskah-naskah kuno. Saya bertanya kepada anda , apakah dalam Naskah Gnosistik tidak mengandung kebenaran sejarah ? Memang kisah “ PENYALIBAN YESUS “ yang tersaji dalam Injil-Injil kanonik mengandung banyak hal yang dipertanyakan. Selanjutnya anda memasuki pembahasan tentang “ YESUS BARABBAS “. Saya akan membahas secara kritis beberapa point pernyataan anda. Anda berkata : “ Nama “Yesus” pada Yesus Barabbas tidak dihilangkan dengan “ sengaja ”, melainkan menyesuaikan konteks penulisan. St. Markus menulis untuk umat Roma, St. Lukas menulis untuk orang Yunani yang terdidik, St. Yohanes menulis untuk orang Yunani di Efesus, di mana ketiga golongan pembaca adalah orang-yang tidak pernah mendengar nama Yesus ”. Apa maksud anda dengan “ tidak dihilangkan dengan kata “ sengaja ”….. “ tersebut ? Apakah maksud anda yaitu dihilangkan secara TIDAK SENGAJA ? Tetapi kalau dilihat dari kalimat anda : “ melainkan menyesuaikan konteks penulisan “, berarti : DILAKUKAN SECARA SENGAJA ! Anda telah menyajikan petilan-petilan pernyataan yang kontradiktif dalam kalimat narasi anda. Selanjutnya untuk melengkapi bahasan ini , saya sajikan mengenai pencantuman kata “ Barabbas “ dalam Bibel, sebagai berikut : 1. Bibel versi King James , tahun 1611 : tercantum “ Barabbas “ saja . 2. Bibel versi Standar Yang Direvisi 1964 : tercantum “ Barabbas “ saja tetapi diberi CATATAN : Yesus Barabbas 3. Bibel versi Standar Baru Yang Direvisi 1989 : tercantum : “ Yesus Barabbas “. Kira-kira apakah yang muncul perubahan nama “ BARABBAS “ di atas adalah sebagai sesuatu yang DISENGAJA ataukah TIDAK DISENGAJA ? Saya minta penjelasan anda, untuk semua permasalahan di atas agar saya bisa memberikan tanggapan yang tepat dan benar. Dari pernyataan anda, saya mengambil kesimpulan bahwa motif tidak tercantumnya “ Yesus “ pada nama “ Barabbas “ disesuaikan dengan keadaan “ ketiga golongan pembaca adalah orang-yang tidak pernah mendengar nama Yesus ” bukan dihilangkan secara “ sengaja ”. Saya bertanya kepada anda, apakah ketercantuman nama “ Barabbas “ karena “ ketiga golongan pembaca “ tersebut pernah mendengar nama “ Barabbas “ sedangkan ketidak-tercantumnan nama “ Yesus “ karena “ ketiga golongan pembaca “ tersebut pernah mendengar nama “ Yesus “ ? Haruslah demikian, jika anda konsekwen dengan pernyataan anda. Oleh karena itu saya bertanya lanjut kepada anda , hal-hal apakah yang menyebabkan nama “ Barabbas “ lebih dikenal ketimbang nama “Yesus“ sehingga nama “ Barabbas “ menjadi tertulis dan nama “ Yesus “ ? menjadi tidak tertulis dalam Injil Kanonik ?. Saya minta penjelasan anda. Dan tentu lebih mengundang tanya yaitu pernyataan anda : “ Sehingga, nama Yesus dalam pemberitaan Injil disana adalah nama yang sangat dihormati. Selain itu, lebih mudah untuk menjelaskan bahwa Yesus yang mereka wartakan berbeda dari seorang perampok, yang kebetulan memiliki nama sama“ . Pernyataan anda sangat kontradiktif dengan pernyataan anda terdahulu . Bagaimana anda bisa mengatakan “ ….. nama Yesus dalam pemberitaan Injil disana adalah nama yang sangat dihormati “ padahal sebelumnya anda mengatakan : “ ….“ ketiga golongan pembaca adalah orang-yang tidak pernah mendengar nama Yesus ” ?! Aneh ! Orang tidak mengenal nama “ Yesus “ tapi sangat menghormati Yesus !!!. Mungkin maksud anda, nama “ Yesus “ pada “ Barabbas “ sengaja dihilangkan agar tidak bercampur aduk dengan nama “ Yesus “ yang diceritakan dalam kitab yang dikarang yaitu Injil kanonik sekarang. Dalam kemungkinan demikian , kalau disebut nama lengkap “ Yesus Barabbas “ padahal dia adalah “ PENJAHAT BESAR “ maka pewartaan tentang “ Yesus “ menjadi terkacaukan. Jika demikian maksud anda, maka yang demikian menjadi sesuatu yang mengherankan sebab nama-nama semodel : Yeshua ( Yesus ) dan Yohanes adalah nama yang dipakai secara umum sehingga tidak perlu dikhawatirkan bila kata “ Yesus “ tercantum pada kata “ Barabbas “. Apakah orang-orang lain yang juga bernama “ Yesus “ tidak mengganggu pewartaan tentang nama Yesus ? Bukankah anda sendiri berkata : “ Nama Yesus ( Yeshua ) jamak di antara kalangan mereka. Mereka yang kenal dengan bahasa Aramaik tidak akan kebingungan atau sampai mengaburkan nama Yesus yang melakukan mukjizat dengan orang-orang lain yang juga memiliki nama Yesus “ ?. Kalau sudah demikian halnya , lalu mengapa harus dikhawatirkan pencantuman kata “ Yesus “ pada kata “ Barabbas “ sehingga harus dihilangkan ? Ada yang tidak logis dalam pernyataan anda. Justru sekarang yang dicurigai adalah nama “ Yesus “ pada “ Barabbas “ sengaja dihilangkan supaya orang jangan sampai mengetahui bahwa Yesus Kristus yang asli ( = Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Bar Abbas = Yesus Barabbas = Barabbas ) sesungguhnya TIDAK DISALIB !!! Anda mengakui , Barabbas memang berarti “ Anak Bapa ” menurut bahasa Semitik. Dan saya menghubungkan dengan konsep Kristiani dimana Allah adalah Bapa, sehingga berkesimpulan : Yesus yang asli adalah Yesus Barabbas , sesuai dengan maknanya : Yesus Barabbas = Yesus anak Bapa = Yesus anak Allah . Hal ini sesuai pula dengan pendapat Dr. Jerald F. Dirk yang telah saya kutipkan. Tetapi anda menolak hal itu dengan alasan bahwa Yesus maupun Barabbas bukanlah nama yang langka atau unik di masa itu. Dengan mengutip tafsir Anthony Harvey dalam The New English Bible bahwa Barabbas bukanlah nama yang tidak umum di masa itu, walaupun memang memiliki arti “Anak Bapa ” maka anda pun berkata : “ …. bisa jadi ada lebih dari satu Yesus Barabbas yang hidup di masa Yesus Barabbas hidup “. Pernyataan anda berbeda dengan pernyataan pakar Bibel bahwa nama-nama popular yang dipakai sebagai nama diri pada masa itu adalah Yeshua , John dan sebagainya , dan tidak ada menyebut nama “ Barabbas “. Kemudian anda menjelaskan mengenai nama “ Barabbas “ sebagai julukan seseorang dengan mengangkat kata “ Legomenon “ yang menurut anda berarti : “ disebut sebagai ” sehingga anda menetapkan : Jadi, Barabbas bukanlah bagian dari nama Yesus Barabbas, melainkan hanya sebuah julukan. Karena saya bukan ahli bahasa Yunani, baiklah masalah itu saya rujukkan dengan berbagai versi dari ayat Matius 27 : 16 tersebut . Teks Yunani : Είχον δέ τότε δέσυιον έπίσηυον λεγόυενον Βαραββάν Terjemahan harfiah : They had and then a prisoner noted, being called Barabbas. Terjemahan B. Wilson : And they had then a well known Prisoner, named Barabbas Alkitab LAI 1968 : Tetapi waktu itu ada seorang terpenjara yang termasyhur jahat-nya ber-nama Barabbas Alkitab LAI 1976 : Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahat-annya yang bernama Barabas Holy Bible 1978 : And they had then a notable prisoner, called Ba-rab’bas The Jerusalem Bible : Now there was at that time a notorious prisoner , whose name was Barabbas. Kata “ λεγόυενον “ ( Legomenon ) ternyata diterjemahkan dengan : dipanggil ( being called ) – bernama (named ) - bernama – dipanggil ( called ) – yang namanya ( whose name ). Jika merujuk kepada pernyataan anda bahwa kata “ Legomenon “ berarti : “ disebut sebagai ” sehingga Barabbas bukanlah bagian dari nama Yesus Barabbas, melainkan hanya sebuah julukan , apakah saya boleh mengatakan bahwa para penterjemah versi-versi Bibel tersebut adalah orang tidak tahu arti kata “ Legomenon “ sehingga akibat ketidak-tahuannya lalu mengartikannnya dengan “ nama “ padahal menurut anda hanya berarti “ panggilan julukan “ ? Dan apakah nama seperti “ BARNABAS “ – “ BARTHOLMAI “ - “ BARSABAS “ – “ BAR SARAPION “ dan lain semacamnya juga hanya julukan atau gelar , bukan nama sebenarnya ? Saya melihat ada kekeliruan anda atau mungkin antara anda dengan saya berbeda memahami akan makna kata “ julukan “ atau “ gelar “. Menurut saya, sebutan : “ Barabbas “ atau “ Barnabas “ atau “ Barsabas “ atau “ Bartholmai “ atau “ Bar Sarapion “ atau semacam lainnya, bukan julukan/gelar melainkan PATRONIMIK seseorang, sebuah tradisi Semitik dalam penyapaan terhadap seseorang dengan merangkai nama orang tersebut dengan nama ayahnya, sama seperti dalam tradisi Arab : “ Bin Umar “ yang berarti “ anak dari Umar “ atau “ Bin Abbas “ yang berarti “ anak dari Abbas “ dan sebagainya. Beda dengan gelar/julukan. Misalnya Simon Peterus, salah seorang murid utama Yesus. Nama sebenarnya adalah “ SIMON BAR YONAH “ ( atau : Simon bin Yunus ) dan mendapatkan gelar : KEFAS, yang dialih bahasakan menjadi : PETERUS. Dalam hal ini, BAR YONAH adalah “ patronimik “ dari Simon, sedangkan KEFAS /PETERUS adalah “ julukan/gelar“ dari Simon. Jadi antara PATRONIMIK dengan JULUKAN/ GELAR , berbeda. Oleh karenanya, anda keliru mengatakan BARABBAS adalah julukan. Nama sebenarnya dari tokoh ber-patronimik “ BARABBAS “ adalah Yesus ( Yeshua ). Menjadi pertanyaan, apa arah tujuan pernyataan anda : “ Jadi, bisa jadi ada lebih dari satu Yesus Barabbas yang hidup di masa Yesus Barabbas hidup “ ? Seberapapun banyaknya yang bernama “ Yesus Barabbas ” toh tidak ada satupun di antara mereka yang diceritakan tersalib. Itu fokus bahasannya, bukan pada banyaknya yang bernama “Yesus Barabbas ”. Dan saya minta satu data dari anda untuk membuktikan kebenaran pernyataan anda “ Jadi, bisa jadi ada lebih dari satu Yesus Barabbas yang hidup di masa Yesus Barabbas hidup “ tersebut, agar tidak dikungkung dengan apologi yang berpayung pada “ BISA JADI “. Selanjutnya mengenai status BARABBAS yang dalam versi Injil-Injil kanonik dikatakan sebagai “ PENYAMUN “ dan sebagainya, saya mengucapkan terima kasih atas pengakuan anda : Sejujurnya, memang menurut teks asli Yunani, dikatakan bahwa Yesus Barabbas adalah desmion episimon atau terjemahan kasarnya “ tahanan penting ”. Begitu pula terjemahan Latin Vulgate menyebutnya sebagai “ vinctum insignem ” atau “ tahanan terkenal ”. Tidak ada deskripsi lain di luar Injil Kanonik, yang menjelaskan bahwa Yesus Barabbas adalah lestes ( bandit; Yoh 18:40) atau menyebabkan kerusuhan ( Injil Markus & Lukas ). Menurut saya, memang ada banyak kemungkinan mengenai “ jenis kejahatan ” apa yang dimaksud . Hanya sayangnya, anda menolak jika dianggap cukup memberikan penjelasan bahwa Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli sekalipun anda berkata : “ Pendapat populer diantara para pakar Kitab Suci adalah Barabbas terlibat dalam pemberontakan politik melawan Kekaisaran Roma “ . Menurut saya, persoalannya terletak pada pertentangan antara “RASIO “ dengan “ DOGMA “. Dogma bisa menolak kebenaran yang dihasilkan rasio sekalipun yang disajikan DOGMA sesungguhnya menginjak-injak akal sehat. Selanjutnya anda berkata : “ Permasalahan ketiga, Yesus “ Nobody ”, menurut Injil Kanonik, juga menyebut dirinya sebagai Anak Bapa. Dalam berbagai bagian Injil, kita dapat melihat bahwa Yesus “ Nobody ” menyebut Allah sebagai Bapa, baik dalam doaNya maupun dalam ketika berbicara di depan umum . Karakteristik ini adalah karakteristik unik milikYesus “ Nobody ” karena tidak ada orang yang berani menyebut Allah sebagai Bapanya. Ini yang menyebabkan Yesus “ Nobody ” dianggap oleh kaum Farisi dan Ahli Taurat telah menghujat Allah. Dengan demikian, ada dua Yesus “Anak Bapa” di sini “. Saya tegaskan, anda keliru memahami bahasan saya. Justru Injil kanonik bercerita tentang Yesus Kristus ( -Yesus Barabbas, dalam analisisis saya - ) dengan segala kelemahan isi pengisahan , bukan bercerita tentang “ Yesus “ Nobody ” ( dalam istilah anda ). Oleh karena itu , yang menyebut “ ANAK BAPA “ ataupun bahkan menyebut “ ALLAH SEBAGAI BAPA “ adalah Yesus Kristus ( - Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas, dalam analisisis saya - ), bukan “ Yesus “ Nobody ” ( dalam istilah anda ). Hanya pada waktu proses penangkapan,dan pengadilan Pilatus , Yesus Kristus ( - Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas, dalam analisisis saya - ) dilepas oleh Pilatus dan yang disalib adalah “ Yesus “ Nobody ” ( dalam istilah anda ). Jelas sekali kekeliruan anda dalam menangkap bahasan saya atas ayat Matius 27 : 15 -26. Oleh karena itu betapa kelirunya pula pernyataan anda bahwa saya : “ ……. menganggap keseluruhan Injil Kanonik menceritakan mengenai Yesus “ Nobody ” ….. “. Injil kanonik berkisah tentang Yesus Kristus ( - Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas, dalam analisisis saya - ) dan tidak berkisah tentang “ Yesus “ Nobody ” ( dalam istilah anda ). Begitu pula betapa kelirunya anda dengan pernyataan anda : “ Konsekuen pula dengan penafsiran Arif bahwa tokoh utama Injil adalah Yesus “ Nobody ”, berarti Yesus Barabbas, atau Yesus yang asli menurut Arif, hanya diceritakan sangat sedikit sekali dalam Injil Kanonik. Berarti, siapakah sebenarnya Yesus Barabbas ini ? “. Sekali lagi saya tegaskan, dalam bahasan saya, Injil kanonik bercerita tentang Yesus Kristus ( -Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas, dalam analisisis saya - ) dengan segala kelemahan isi pengisahan , bukan bercerita tentang “ Yesus “ Nobody ” ( dalam istilah anda ). Baru pada waktu proses penangkapan,dan pengadilan Pilatus , Yesus Kristus ( - Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas , dalam analisisis saya - ) dilepas oleh Pilatus dan yang disalib adalah “ Yesus “ Nobody ” ( dalam istilah anda ). Dengan demikian, pertanyaan anda : “ Kitab apa saja yang menceritakan dan mendeskripsikan mengenai Yesus Barabbas ini? Bagaimana kita bisa tahu ia Yesus yang asli, yang adalah Isa Almasih menurut Quran? Kemungkinan yang lebih besar adalah Yesus Barabbas adalah “Nobody” yang sebenarnya “ tidak kena sasaran. Juga betapa kelirunya anda dengan pernyataan anda : “ Apabila kita konsekuen dengan argumen Arif, maka Yesus, yang diceritakan sebagai tokoh utama menurut Injil Kanonik, yang dilahirkan oleh Perawan Maria, melakukan banyak mukjizat, membangkitkan orang mati, disalib dan wafat ( yang menurut Arif karena kekeliruan orang Yahudi ), lalu bangkit, menampakkan diri pada ratusan orang, dan naik ke surga adalah “ Nobody ”….. “ . Jelas yang dilahirkan oleh PERAWAN MARIA dan melakukan banyak mukjizat, membangkitkan orang mati , menampakkan diri dan naik ke surga adalah Yesus Kristus ( - Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas dalam bahasan saya atas ayat Matius 27 : 15 – 26 -), bukan Yesus “ Nobody “ dalam istilah anda. Yesus Kristus ( - Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas dalam bahasan saya atas ayat Matius 27 : 15 – 26 : - ) TIDAK DISALIB DAN WAFAT melainkan YESUS “ NOBODY “ . Selanjutnya anda berkata : “ Menafsirkan bahwa Yesus Barabbas adalah Yesus Kristus yang asli dan menganggap keseluruhan Injil Kanonik menceritakan mengenai Yesus “ Nobody ” ………………… hanya berdasarkan tafsiran satu ayat, Mat 27:16, adalah kesimpulan yang terlalu terburu-buru dan tidak masuk akal “ . Jika memang sebagai bahasan saya tentang ayat Matius 27 : 15 -16 merupakan “ kesimpulan yang terlalu terburu-buru dan tidak masuk akal “, saya meminta anda memberikan bahasan yang luas yang membantah bahasan saya tersebut dengan dalil-dalil yang dapat dipertanggung-jawabkan dan masuk akal . Saya masih bisa menunjukkan ayat-ayat lain dalam Injil kanonik tentang YESUS TIDAK DISALIB !!! Anda bertanya : “ Dan menurut Arif, Yesus “ Nobody ” ini bukanlah Isa Almasih yang dimaksud dalam Quran karena Yesus Barabbas lebih cocok berdasarkan analisa satu ayat, begitukah ? “. Betul sekali , Yesus “ Nobody ” ( menurut istilah anda ) BUKAN ISA AL MASIH yang disebut dalam Al Qur’an tetapi Yesus “ Nobody ” ( menurut istilah anda ) inilah menurut saya yang dikatakan Al Qur’an sebagai : ORANG LAIN YANG DISERUPAKAN DENGAN ISA AL MASIH as. Dan saya menyimpulkannya bukan hanya berdasarkan satu ayat saja ( Matius 27: 15 -26) ! Anda berkata : “ Seandainya memang Yesus Barabbas ialah Yesus yang dimaksud Quran sebagai Isa Almasih, menurut saya itu tidak membuktikan apapun dan tidak ada hubungannya dengan ajaran Katolik. Injil Kanonik tidak perlu dicocokkan dengan Al-Quran “. Saya tegaskan bahwa saya tidak perlu membawa-bawa Al Qur’an karena penganut Kristen TIDAK PERCAYA DENGAN AL QUR’AN. Aneh sekali anda menyinggung Al Qur’an padahal saya menganalisis ayat Matius 27 : 15 – 26 dan sama sekali tidak menyinggung ayat Al Qur’an. Bagaimana mungkin saya menyajikan ayat-ayat Al Qur’an kepada anda padahal anda tidak percaya dengan Al Qur’an ? Saya menyajikan dalil-dalil dari Injil kanonik yang justru anda percaya sebagai firman Allah. Pak Ioannes, harap diingat, saya TIDAK PERNAH SAMA SEKALI menghubungkan YESUS BARABBAS dengan Al Qur’an, sehingga sangat aneh bila tiba-tiba anda berkata : “ Seandainya memang Yesus Barabbas ialah Yesus yang dimaksud Quran sebagai Isa Almasih ……… “. Begitu pula dengan pernyataan anda di awal reply : “ Arif berpendapat bahwa Injil Kanonik menunjukkan bahwa sebenarnya yang disalib bukanlah Yesus yang asli (menurut Arif adalah Yesus Barabbas) melainkan Yesus yang palsu (yang dituduh sebagai Kristus karena orang Yahudi salah mengira). Dengan demikian, Arif berpendapat Yesus Barabbas adalah Isa Almasih yang dimaksud dalam Quran, adalah Yesus Kristus yang asli, dan tetap hidup. Sementara itu, Yesus Kristus yang palsu adalah Yesus yang disebut Kristus, adalah tokoh utama dalam Injil, mengalami penyaliban, dan sebenarnya bukan siapa-siapa ( hanyalah orang yang dikira Kristus oleh orang Yahudi secara keliru ) “. Harap diingat, saya belum sama sekali mengeluarkan pendapat : “ … Yesus Barabbas adalah Isa Almasih yang dimaksud dalam Quran, adalah Yesus Kristus yang asli, dan tetap hidup “ dalam pernyataan-pernyataan saya, walaupun saya meyakini demikian berdasarkan analisis ayat Matius 27 : 15 – 26. Secara psikologis, rupanya mulai ada yang “ salah “ pada anda dalam mengikuti dialog ini . Begitu pula, anda tetap menunjukkan kekeliruan anda ketika berkata : “ Sementara itu, Yesus Kristus yang palsu adalah Yesus yang disebut Kristus, adalah tokoh utama dalam Injil, mengalami penyaliban, dan sebenarnya bukan siapa-siapa ( hanyalah orang yang dikira Kristus oleh orang Yahudi secara keliru ) “ . Tokoh utama dalam Injil sangat jelas adalah YESUS KRISTUS ( = Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas ) bukan YESUS YANG DISEBUT KRISTUS , sedangkan yang disalib adalah YESUS YANG DISEBUT KRISTUS, bukan YESUS KRISTUS ( = Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas ). Jadi dalam pengisahan Injil kanonik tidak ada dua Yesus “Anak Bapa” . Hanya ada satu Yesus “Anak Bapa” yaitu : YESUS BARABBAS , sedangkan YESUS YANG DIKIRA KRISTUS , tidak pernah disapa “ Anak Bapa “. Jadi pernyataan anda : “ ….. Arif berpendapat bahwa Yesus Barabbas adalah “ Anak Bapa” yang asli ”, sedangkan umat Kristiani meyakini Yesus Kristus ( yang menurut Arif adalah “ orang yang dituduh Kristus karena orang Yahudi salah mengira ” ) adalah Anak Allah Bapa yang sebenarnya “ merupakan pernyataan keliru !. Anda berkata dan bertanya : “ Mungkin Arif akan mengajak kita memperhatikan Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik sebagai dukungan atas penafsiran Mat 27:16. Apa yang menurut Arif menunjukkan bahwa Yesus yang diceritakan dalam Nag Hammadi dan Injil-injil non-Kanonik adalah Yesus Barabbas, bukan Yesus yang lain? “ . Karena analisis atas nama : ” YESUS BARABBAS “ jelas-jelas menunjukkan : YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH, dan itu menunjukkan YESUS KRISTUS YANG ASLI dan ayat Matius 27 : 15 -26 menjelaskan bahwa YESUS BARABBAS tidak disalib , maka jelas bahwa Yesus yang diceritakan dalam Nag Hammadi dan Injil-injil non-Kanonik adalah Yesus Barabbas, bukan Yesus yang lain . Jika anda berpendapat bahwa yang diceritakan dalam Nag Hammadi dan Injil-injil non-Kanonik adalah Yesus yang lain , bukan YESUS BARABBAS ( YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH = YESUS KRISTUS ) , saya minta bahasan anda yang membantahnya. Dan supaya tidak terlalu berfokus kepada dokumen Nag Hammady , berikut saya sajikan pernyataan dari sebuah dokumen kuno “ DUA KITAB JEUS “ yang ditemukan dalam Codex Brucianus : “ …. Yesus yang masih hidup , menjawab dan mengatakan kepada para rasulnya , ‘ Diberkatilah ia yang telah menyalib dunia dan tidak mengizinkan dunia menyalibnya ‘ . Hanya menjadi pertanyaan apakah informasi-informasi seperti ini tidak pantas menjadi sumber penelitian hanya karena dituduh apokrif, gnostik , dan sebagainya ? Ada NASEHAT ORANG BIJAK : mencuri adalah kejahatan tetapi jika semua orang mencuri maka tidak mencuri merupakan kejahatan. Demikian dulu reply saya bagian pertama dan akan saya lanjutkan pada reply berikutnya. Terima kasih atas perhatian pak Ioannes dan maaf jika ada kata yang tidak berkenan. Bagian 2 : Reply Arif Lewisape March 4, 2013 at 5:41 pm Pak Ioannes , saya lanjutkan reply saya bagian kedua sebagai tanggapan atas reply anda tertanggal 26 Februari 2013. Reply saya kali ini berkaitan dengan MASALAH DOKUMEN NAG HAMMADY DAN DOKUMEN “ Q “ B. MASALAH DOKUMEN NAG HAMMADY DAN DOKUMEN “ Q “ Munculnya pembicaraan mengenai dokumen Nag Hammady karena saya menyajikan beberapa isi naskah kuno yang didapatkan di Nag Hammady . Dan anda menolak berita dari dokumen Nag Hammady karena dinilai sebagai gnostik. Ini berarti konsekwensi logis atas sikap penolakan terhadap Gnosticism , maka semua kita yang dinilai Gnosticism , harus ditolak. Berbicara mengenai Nag Hammadi dan Injil-injil non-Kanonik, para pakar Bibel menyatakannya sebagai dokumen yang berisi ajaran gnostik . Kata “ gnostik “ berasal dari kota kata bahasa Yunani : “ gnosis “ yang berarti “ pengetahuan “. Sama dengan istilah “ ma’rifat “ dalam Islam . Dan Gnosticism adalah sekelompok aliran keagamaan yang menonjolkan pentingya menerima pengetahuan rahasia untuk keselamatam dari dunia jasmani yang buruk ini . ( lihat definisi yang diberikan Bart. D. Ehrman dalam bukunya “ Misquoting Jesus “ hal. 261 ). Dan memang saya juga membaca bagaimana terjadinya kanonisasi Bibel, khususnya The New Testament ( Perjanjian Baru ) dari referensi-referensi Kristen, walaupun hanya sedikit bahkan sangat sedikit. Dan menarik sekali pernyataan anda : “ Pada esensinya, ajaran Gnostik bukanlah ajaran Kristiani, walaupun ada pula pakar yang mengklaim bahwa Gnostik adalah bagian dari Kristiani dan menyandingkan nama keduanya “, yang saya nilai mengandung dualisme. Masalahnya, jika dikatakan “ Pada esensinya, ajaran Gnostik bukanlah ajaran Kristiani “ lalu bagaimana pula bisa dikatakan “ ada pula pakar yang mengklaim bahwa Gnostik adalah bagian dari Kristiani “. Dua petilan pernyataan tersebut berada di dua kutub berbeda dan bertentangan secara dikhotomi, tapi anehnya bisa bersatu dalam pernyataan anda. Maksud saya, jika dikatakan “ Pada esensinya, ajaran Gnostik bukanlah ajaran Kristiani “ maka tidak ada tempat untuk mengatakan “ ada pula pakar yang mengklaim bahwa Gnostik adalah bagian dari Kristiani “. Ketika dikatakan : “ ada pula pakar yang mengklaim bahwa Gnostik adalah bagian dari Kristiani “ berarti mengatakan : “ Pada esensinya, ajaran Gnostik bukanlah ajaran Kristiani “ adalah sesuatu yang tidak benar. Sebenarnya menurut anda, apakah Gnostik adalah bagian dari Kristiani atau bukan ? Jika bukan. lalu bagiamana penjelasan anda untuk menolak pendapat pakar “ yang mengklaim bahwa Gnostik adalah bagian dari Kristiani “ ? . Inilah kesulitan memahami pernyataan pihak Kristen yang disajikan dalam suatu dialog yaitu selalu menyajikan pernyataan yang kontradiktif dalam satu pernyataan yang memukau. Dan mengenai ajaran Gnostik , menarik sekali pernyataan Dr. C. Groenen ofm dalam bukunya “ Sejarah Dogma Kristologi “ ( hal. 89 ) : “ Pengaruh gnosis Yunani ( dan Yahudi ) sudah terasa dalam karangan-karangan Perjanjian Baru “. Sayangnya, Dr. C. Groenen ofm tidak menunjuk, karangan-karangan mana saja dalam Perjanjian Baru yang “ berbau gnosis “ tersebut. Mungkin “ karangan-karangan Perjanjian Baru berbau gnosis “ yang disebut Dr. C. Groenen ofm dapat ditunjuk antara lain pengajaran Paulus sebagaimana yang tercantum dalam ayat Ibrani 6 : 1-2 dan dikutipkan berikut dalam beberapa versi : 1. Ayat Ibrani 6 : 1,2 ( menurut ALKITAB LAI 1968 ) Sebab itu, baiklah kita BERHENTI DARIPADA MENERANGKAN PENGAJARAN KRISTUS YANG MULA-MULA ITU, langsungkanlah kepada kesempurnaan. JANGANLAH LAGI kita membubuh alas yaitu dengan pengajaran hal tobat daripada PER-BUATAN YANG MEMBAWA KEPADA MATI dan IMAN KEPADA ALLAH dan PENGAJARAN DARI HAL BAPTISAN - dan DARI HAL MELETAKKAN TANGAN ATAS ORANG dan DARI HAL ORANG MATI BANGKIT LAGI dan HUKUMAN KEKAL 2. Ayat Ibrani 6 : 1,2 ( menurut HOLY BIBLE ) Thereforw leaving the principles of the doctrine of Christ, let us go on unto perfection; not laying again the foundation of repetance from dead works and of faith toward God , and Of the doctrine of baptisms, and of laying on of hands , and of resurrection of thr dead, and of eternal judgment 3. Ayat Ibrani 6 : 1, 2 ( menurut THE NEWTESTAMENT IN TODAYS ENGLISH VERSION ). Let us go forward , then to mature teaching and leave behind us the beginning of the Christian massage . We should not lay again the foundation of turning away useless works and believing in God , of the teaching about baptism and the laying on of hands ; of the raising of the dead and the eternal judgment Kalimat “ BERHENTI DARIPADA MENERANGKAN PENGAJARAN KRISTUS YANG MULA-MULA ITU, langsungkanlah kepada kesempurnaan “ atau “ leaving the principles of the doctrine of Christ, let us go on unto perfection “ atau “ Let us go forward , then to mature teaching and leave behind us the beginning of the Christian massage “ adalah satu bentuk pengajaran “ ngelmu “ ( bhs. Jawa ) atau gnosis. Untuk mencapai sebuah “ KESEM-PURNAAN “ seorang Kristen tidak perlu lagi mengikuti ajaran Yesus Kristus. Demikian menurut PAULUS yang dipahami dari ayat Ibrani 6 : 1, 2 . Barangkali, ayat Ibrani 6 : 1, 2 adalah salah satu contoh dari ayat-ayat yang bernilai Gnosticism dalam Perjanjian Baru, yang dikatakan oleh Dr. C. Groenen ofm dalam bukunya “ Sejarah Dogma Kristologi “ ( hal. 89 ). Satu pengakuan seorang teolog dan pakar Bibel tentang karangan-karangan Perjanjian Baru sebagai “ karya gnosis “. Sangat bertolak belakang dengan pernyataan anda : “ Pada esensinya, ajaran Gnostik bukanlah ajaran Kristiani “. Jika karangan-karangan Perjanjian Baru mengandung pengaruh ajaran gnosis Yunani dan Yahudi sebagaimana yang dikatakan Dr. C, Groenen ofm , kemudian hal itu dirujukkan dengan pernyataan anda “ Pada esensinya, ajaran Gnostik bukanlah ajaran Kristiani “ berarti karangan-karangan dalam Perjanjian Baru, bukan ajaran Kristiani. Sebuah kesimpulan logika, hasil penggabungan pernyataan anda dengan pernyataan Dr. C, Groenen ofm. Bagaimana penjelasan anda dalam hal ini ketika anda merujukkan kepada dokumen Nag Hammady sebagai ajaran gnosis ? Diharap penjelasan anda tentang hal ini. Dalam rangka membuktikan ketidak-benaran dokumen Nag Hammady, anda mencoba menyajikan dalil yang dipungut dari surat-surat apostolik : Gal 1 : 6 - 9; 1 Tim 6 : 20; 1 Yoh. 4 : 1 - 3 ; 2 Pet. 2 : 1; Yud 1 : 4. Anda berkata : “ ….. dalam Perjanjian Baru sering disebutkan adanya injil-injil lain, ajaran sesat, ataupun nabi-nabi palsu ( Gal 1 : 6-9; 1 Tim 6 : 20; 1 Yoh 4 :1-3 ; 2 Pet. 2 :1; Yud 1:4). Apa yang dimaksud oleh ayat-ayat tersebut adalah ajaran Gnosticism . Salah satu karakteristik ajaran ini adalah menolak bahwa Yesus benar-benar disalib. Ini dapat ditemukan dalam berbagai Injil non-Kanonik seperti Injil Petrus, Injil Bartolomeus, Injil Thomas, Sophia Yesus Kristus, dan Injil Yudas yang sempat menjadi kontroversi “ . Menurut anda apakah penunjukan Gal 1 : 6 - 9; 1 Tim 6 : 20 ; 1 Yoh 4 : 1 - 3 ; 2 Pet. 2 :1; Yud 1 : 4 oleh anda sebagai dalil mengenai keberadaan dokumen Nag Hammady yang tidak benar, tidak perlu ditanggapi ? Tidak mungkin ! Pernyataan anda perlu dikritisi. Pertanyaannya, apakah benar ayat-ayat Galatia 1 : 6 - 9 ; 1 Timotius 6 : 20; 1 Yohanes 4 : 1 - 3 ; 2 Peterus 2 : 1 ; Yuda ( Yehuda ) 1 : 4 mengungkapkan keberadaan ajaran Gnoticism, sebagaimana yang anda katakan, khususnya mengenai dokumen Nag Hammady ?. Saya akan mengutipkan ayat-ayat Perjanjian Baru yang anda tunjuk secara lengkap , tidak sekedar main tunjuk ayatnya saja , supaya jelas pemahaman kita terhadap ayat-ayat tersebut. Dan menurut anda, ayat-ayat Perjanjian Baru tersebut merupakan dalil tentang dokumen-dokumen gnostik seperti dokumen Nag Hammady. Sejauh mana kebenaran pernyataan anda yang demikian perlu dilakukan kajian atas ayat-ayat Perjanjian Baru tersebut. Dan saya menyadari bahwa pembahasan akan sangat panjang dan saya berharap jangan sampai anda mengatakan kepada saya bahwa saya membicarakan hal-hal yang tidak esensial. Untuk itu mari kita simak ayat-ayat yang anda tunjuk dan saya kutipkan sebagai berikut : a. Galatia 1 : 6-9 : Aku heran bahwa kamu sebegitu lekas berpaling daripada Dia, yang memanggil kamu di dalam anugerah Kristus , KEPADA SUATU INJIL YANG BERLAINAN Padahal YANG LAIN ITU, BUKANLAH INJIL tetapi ada setengah orang yang mengharukan kamu dan yang hendak menyungsangkan INJIL KRISTUS. Tetapi jikalau kami ini atau seorang malaekat dari sorga sekalipun akan memberitakan kepadamu INJIL YANG LAIN DARIPADA YANG TELAH KAMI BERITAKAN kepadamu, biarlah ia terlaknat. Sebagaimana yang telah kami katakan dahulu, sekarangpun kukatakan pula bahwa JIKALAU BARANG SEORANG MEMBERITAKAN INJIL KEPADAMU, LAIN DARIPADA YANG TELAH KAMU TERIMA ITU, biarlah ia terlaknat. Paulus secara tegas berbicara tentang adanya INJIL YANG BERLAINAN , yang maksudnya adalah Injil yang berlainan dengan Injil yang diajarkannya dan Paulus mengklaim bahwa INJIL YANG LAIN itu, bukanlah INJIL. Sejauh mana kebenaran klaim Paulus yang demikian, bisa dilakukan kajian atas ayat-ayat Perjanjian Baru. Berarti pada masa Paulus itu, ada INJIL YANG DIAJARKAN PAULUS dan ada INJIL YANG DIAJARKAN OLEH ORANG LAIN. Dan siapa orang lain yang mengajarkan “ INJIL YANG BERLAINAN “ tersebut, bisa dilakukan kajian atas ayat-ayat Perjanjian Baru . Kedua “ versi “ Injil - INJIL YANG DIAJARKAN PAULUS dan INJIL YANG BERLAINAN - pasti bertentangan antara satu dengan yang lain pada pokok-pokok ajarannya. Penegasan klaim Paulus tentang “ kebenaran “ INJIL YANG DIBERITA-KANNYA terangkat dalam beberapa ayat Perjanjian Baru , yaitu : Maka aku menyatakan kepada kamu , hai saudara-saudaraku akan Injil yang aku beritakan kepada kamu dan yang telah kamu terima itu ....... ( 1 Korintus 15 : 1 ) Pada hari Allah menghakimkan segala rahasia manusia itu oleh sebab Keristus Yesus , bersetuju dengan Injil yang aku beritakan ( Rum 2 : 16 ) Maka bagi Tuhan yang berkuasa meneguhkan kamu ( menurut Injil yang aku ajarkan dan menurut pemberitaan dari hal Yesus Kristus .... ) ( 1 Korintus 16 : 25 ) Adapun aku naik itu dengan ilham, lalu kubentangkan di hadapan mereka itu Injil yang keberitakan di antara orang kafir itu , ..... ( Galatia 2 : 2 ). Tegasnya , pada masa Paulus beraktivitas ada Injil yang berbeda dari Injil yang diajarkan Paulus. Perhatikan Galatia 2 : 2 , ternyata Injil yang diajarkan Paulus diperuntukkan kepada orang kafir . Dan secara logika, berarti “ INJIL YANG LAIN “ yang berbeda dengan “ INJIL YANG DIAJARKAN PAULUS “ mestilah diperuntukkan kepada ORANG-ORANG YAHUDI. Dengan demikian, ketika berbicara mengenai “ INJIL YANG LAIN “ yang berbeda dengan INJIL YANG DIAJARKAN PAULUS, mestilah “ YESUS KRISTUS “ selaku objek yang diberitakan dalam INJIL YANG LAIN berbeda satu dengan yang lain dengan “ YESUS KRISTUS “ selaku objek yang diberitakan dalam INJIL YANG DIAJARKAN PAULUS . Hal ini sesuai dengan pernyataan Paulus dalam ayat 2 Korintus 11 : 4 : Karena jikalau orang yang datang memberitakan YESUS YANG LAIN pula, yang tiada kami berita-kan atau jikalau kamu menerima ROH YANG BERLAINAN daripada yang sudah kamu terima atau INJIL YANG BERLAINAN daripada yang sudah kamnu sambut , maka kamu hanya menerima saja. Jika Yesus Kristus yang diajarkan Paulus merupakan tokoh JURU SELAMAT MELALUI KORBAN PENYALIBAN , bisa diduga bahwa YESUS YANG LAIN yang diajarkan INJIL YANG BERLAINAN adalah Yesus yang tidak disalib dan tidak hadir sebagai Juru Selamat. Saya ingatkan anda, bahwa ayat Galatia 1 : 6-9 telah anda jadikan dalil tentang keberadaan dokumen-dokumen gnostik termasuk dokumen-dokumen Nag Hammady. Konsekwensi logisnya, anda harus mengakui bahwa dokumen-dokumen Nag Hammady selaku dokumen gnostik telah ada di masa Paulus, sebagai “ INJIL LAIN “ yang berbeda dengan “ INJIL YANG DIAJARKAN PAULUS “ ( yang justru bisa jadi “ INJIL GNOSTIK “ itu sendiri . Lihat ayat Ibrani 6 : 1-2 ). Pertanyaannya, apakah dokumen Nag Hammady telah ada pada masa tersebut , sehingga anda menjadikan Galatia 1 : 6 - 9 sebagai dalil tentang keberadaan dokumen Nag Hammady ? Kalau anda berkata bahwa dokumen Nag Hammady belum ada pada masa Paulus beraktivitas, lalu mengapa anda menjadikan ayat Galatia 1 : 6 - 9 sebagai dalil keberadaan dokumen Nag Hammady ? Sebaliknya jika anda mengatakan bahwa dokumen Nag Hammady telah ada pada masa Paulus beraktivitas, berarti anda telah menentang pendapat seluruh pakar Bibel yang mengatakan dokumen-dokumen Nag Hammady baru ditulis pada sekitar abad ke-2 – abad ke-3 Masehi. Dalam pilihan demikian, sesungguhnya anda telah keliru menjadikan Galatia 1 : 6 - 9 sebagai dalil tentang keberadaan dokumen Nag Hammady. Dalam pilihan, kalau anda berkata bahwa dokumen Nag Hammady belum ada pada masa Paulus beraktivitas, maka menjadi pertanyaan : - SIAPAKAH YANG MENGAJARKAN INJIL YANG LAIN ( INJIL YANG BERLAINAN ) DARI INJIL YANG DIAJARKAN PAULUS ? - DAN MANA DARI ANTARA INJIL YANG LAIN DENGAN INJIL YANG DIAJARKAN PAULUS , YANG LEBIH TERPERCAYA ? Saya belum membahas kedua pertanyaan tersebut supaya pembicaraan kita tidak semakin melebar. Tetapi kalau anda berminat memberi jawaban – dan memang demikian yang diharapkan – saya persilakan anda memberikan bahasan, dan nanti akan saya berikan tanggapan. b. 1 Timotius 6 : 20 : Hai Timotius, PELIHARAKANLAH PETARUHAN YANG TERTARUH kepadamu dan palingkan dirimu daripada segala percakapan orang sesat yang sia-sia dan PERBANTAHAN MARIFAT yang bukan dengan sebenarnya dikatakan marifat. Ayat 1 Timotius 6 : 20 merupakan nasehat Paulus kepada Timotius. Isinya hanyalah pesan Paulus kepada Timotius agar tetap mempertahankan ajaran yang telah diberikannya dan jangan mendengarkan ajaran yang lain. Dalam ayat 1 Timotius 6 : 20, menurut pemahaman saya, tersirat klaim kebenaran Paulus akan Gnosticism yang diajarkannya dan supaya Timotius menjauhkan diri dari ajaran Gnosticism yang bukan Gnostic sebenarnya ( - menurut yang diajarkan Paulus - ) . Jika pemahaman saya tersebut keliru, supaya anda berikan penjelasan. Tetapi yang paling penting di sini, yaitu anda telah menjadikan 1 Timotius 6 : 20 sebagai dalil keberadaan dokumen Nag Hammady. Pertanyaan saya kepada anda , ketika Paulus berkata kepada Timotius : “ …. palingkan dirimu daripada segala percakapan orang sesat yang sia-sia dan PERBANTAHAN MARIFAT yang bukan dengan sebenarnya dikatakan marifat “ apakah pengetahuan makrifat ( gnosis ) dimaksud adalah ajaran Gnostic yang terdapat dalam dolumen Nag Hammady ? Jika anda mengatakan ya , berarti dokumen Naj Hammady telah ada pada waktu itu dan siapakah yang mengajarkannya ? Bukankah itu berarti menentang seluruh pakar Bibel yang menegaskan dokumen Naj Hammady baru ada sekitar abad ke-2 - abad ke-3 Masehi? Sebaliknya jika anda mengatakan tidak, lalu mengapa anda menjadikan 1 Timotius 6 : 20 sebagai dalil keberadaan dokumen Nag Hammady yang dinilai gnostik ? c. 1 Yoh 4 : 1-3 ( dilengkapi lagi dengan ayat 4 – 6 ): Hai segala kekasihku, janganlah percaya akan sebarang ROH, melainkan UJILAH SEGALA ROH ITU, kalau-kalau DARIPADA ALLAH DATANGNYA ; karenaBANYAK NABI PALSU SUDAH KELUAR KE SELURUH DUNIA. Dengan yang demikian, DAPATLAH KAMU MENGENAL ROH ALLAH , yaitu TIAP-TIAP ROH YANG MENGAKU BAHWA YESUS KRISTUS SUDAH DATANG DENGAN KEADAAN MANUSIA, ITU DARIPADA ALLAH. Dan TIAP-TIAP ROH YANG TIADA MENGAKU YESUS ITU, BUKANLAH DARIPADA ALLAH, melainkan INILAH ROH SI DAJJAL yang akan datang dan SEKARANG INI SUDAH ADA DI DALAM DUNIA. Hai, anak-anakku , kamu ini daripada Allah dan telah mengalahkan mereka itu , karena terlebih besarlah Ia yang ada di dalam kamu dari pada dia yang ada di dalam dunia . Mereka itu daripada dunia; sebab itulah mereka berkata-kata cara dunia dan dunia ini menurut dia. Kita ini daripada Allah dan orang yang mengenal Allah ialah mendengarkan kita, maka orang yang bukan daripada Allah tiadalah ia mendengarkan kita . Dengan yang demikian dapatlah kita mengenal roh yang benar dan roh yang sesat itu . Analisis atas ayat 1 Yahya 4 : 1-6 disajikan sebagai berikut : 1. Yohanes berkata : “ ………. karena banyak nabi palsu sudah keluar ke seluruh dunia “ ( 1 Yoh 4 : 1 ) . Juga Yahya berkata : “ …….. sekarang ini sudah ada di dalam dunia “ (1 Yoh 4 : 3 ). Ini berarti nabi palsu atau Dajjal atau Penyesat sudah muncul di masa Yohanes masih hidup dan ketika memberi nasehat tersebut . Yahya tidak mengatakan ” akan keluar “ dan ” akan ada “ melainkan “ sudah keluar “ dan ”sudah ada “. Tegasnya, dengan pernyataan “ sudah keluar ke seluruh dunia “ dan ” sudah ada ada di dalam dunia “ menunjukkan bahwa kehadiran nabi palsu atau Dajjal Penyesat sesungguhnya telah terjadi ketika Yohanes menyampaikan pengajarannya . Terbukti pula dari rangkaian pernyataan Yahya yaitu sesudah mengingatkan murid-muridnya tentang ” nabi palsu “ lalu Yohanes berbicara mengenai ” roh Dajjal “. Jadi nabi palsu sinonim dengan Dajjal . 2. Yohanes membedakan dua kelompok ” Roh ” ( = manusia ) di saat itu berdasarkan pengakuan terhadap Yesus , yaitu : a. ” Roh Allah ” yaitu tiap-tiap roh ( = manusia ) yang mengaku bahwa Yesus Kristus sudah datang dengan keadaan manusia . b. ” Roh Dajjal “ tiap-tiap roh ( = manusia ) yang tiada mengaku Yesus itu . Dan Yohanes meminta untuk mengujinya. Menjadi pertanyaan , apa yang dimaksud dengan ” tiada mengaku Yesus itu “ dan dari aspek mana pengujian dilakukan sehingga tiap-tiap roh ( = manusia ) yang melakukannya disebut ” Roh Dajjal “ ? Apakah maksudnya adalah tidak mengaku Yesus itu Tuhan , tidak mengaku Yesus itu Anak Allah, tidak mengaku Yesus itu mati disalib untuk menebus dosa manusia dan sebagainya ? Menjawab pertanyaan ini , sebenarnya apa yang dimaksud dengan ” tiada mengaku Yesus itu “ itu dikembalikan saja dengan mencari makna pada kalimat : ” mengaku Yesus itu “ , yang ternyata dalam ayat di atas , maksudnya adalah ” mengaku bahwa Yesus Kristus sudah datang dengan keadaan manusia ”. Bandingkan dengan ayat 1 Yahya 4 : 3 versi Holy Bible , yang dikutipkan berikut : And every spirit that confesseth not that Jesus Christ is come in the flesh is not God ; and this is that spirit of antichrist , whereof ye have heard that it should come ; and even now already is it in the world . yang diterjemahkan dengan : Dan setiap roh yang tidak mengaku bahwa Yesus itu datang dalam keadaan daging ( is come in the flesh ) bukan dari Allah ; dan ini adalah roh Dajjal, yang telah kamu dengan akan kedatangannya ; dan sekarang sudah ada dalam dunia ini . Ternyata dalam versi Holy Bible, ada tercantum kata-kata ” is come in the flesh “ ( datang dalam keadaan daging ) yang tentu bermakna ”datang dalam keadaan manusia “. Tetapi kalimat terebut tidak tercantum dalam ayat 1 Yahya 4 : 3 versi Alkitab LAI yang dikutipkan terdahulu dan hanya tertulis ” tiada mengaku Yesus itu “. Merujuk pada versi Holy Bible , kalimat ” tiada mengaku Yesus itu “ ini harus dimaknakan dengan ” tiada mengaku Yesus Kristus itu datang dalam keadaan manusia “ . Jadi ada perbedaan antara Holy Bible dengan Alkitab LAI mengenai ayat 1 Yahya 4 : 3 dalam hal tercantum tidaknya kata-kata ” is come in the flesh “ ( datang dalam keadaan daging ) yang dapat memberikan perbedaan pemahaman atas maksud ayat tersebut . Kalimat ” tiada mengaku Yesus Kristus itu datang dalam keadaan manusia “ yang dilakukan Dajjal Penyesat , mengandung arti bahwa Dajjal Penyesat itu tidak mengakui Yesus Kristus sebagai manusia menurut apa adanya tetapi telah memberikan identitas dan gambaran yang menyimpang dari fakta, misalnya dengan memberi status pada Yesus sebagai ” Tuhan “ ; “ Allah “ atau “ bersifat ilahi “ dan sebagainya , padahal Yesus itu adalah manusia tulen, dengan segala sifat kemanusiaannya. Mengakui Yesus sebagai manusia sekaligus sebagai Tuhan atau Allah , berarti tidak mengakui Yesus datang dengan keadaan manusia , tetapi mengakui Yesus datang dengan keadaan yang bukan manusia . Bagaimana dapat dikatakan ” mengaku Yesus Kristus itu datang dalam keadaan manusia “ kalau Yesus “ diakui sebagai Tuhan /Allah ” ? 3. Yohanes memberi identitas berupa : ” orang yang mengenal Allah ialah mendengarkan kita ” dan ” orang yang bukan daripada Allah tiadalah ia mendengarkan kita ” agar dapat dibedakan antara “ roh yang benar “ dengan “ roh yang sesat itu “. Artinya ” roh yang benar “ adalah ” orang yang mengenal Allah ialah mendengarkan kita ” dan “ roh yang sesat “ adalah ” orang yang bukan daripada Allah tiadalah ia mendengarkan kita ”. Demikian petunjuk Yohanes. Dari bahasan atas 1 Yohanes 4 : 1-6 terlihat fokusnya adalah berbicara tentang munculnya “ Nabi Palsu “ atau “ Dajjal Penyesat “ ( Anti Christ ), yang justru pada masa Yohanes, sudah muncul. Jadi tidak ada sama sekali dalam ayat 1 Yohanes 4 : 1-6 yang mengindikasikan tentang dokumen Nag Hammady. Bagaimana penjelasan anda dalam hal ini ? Mungkin anda terlalu berlebih-lebihan menunjuk 1 Yohanes 4 : 1 - 6 sebagai dalil yang menunjukkan ketidak-benaran dokumen Nag Hammady. Saya batasi dulu pembahasan mengenai 1 Yohanes 4 : 1-6 sampai di situ supaya tidak berkembang kepada pembahasan yang terlalu jauh walaupun penting juga. Mungkin pada saatnya akan saya munculkan terutama dalam menjawab pertanyaan : Siapakah tokoh “ Dajjal Penyesat “ ( Anti Christ ) yang muncul di masa Yohanes tersebut, yang tidak mau mengakui Yesus Kristus telah datang dengan keadaan manusia dan “ tiadalah ia mendengarkan kita ” tersebut ? Dan apa yang dimaksud dengan ” mendengarkan kita “ dalam pernyataan Yohanes ini ?. Tentu yang dimaksud adalah mendengarkan hal-hal yang dikatakan para murid utama Yesus berdasarkan ajaran Yesus yang diterima secara langsung dari Yesus . d. 2 Peterus 2 : 1 : Tetapi dahulu, ada juga beberapa nabi palsu di antara kaum itu, demikian pula di antara kamu akan ADA KELAK BEBERAPA GURU PALSU, yang akan MEMBAWA PENGAJARAN SESAT dengan sulit, yang membinasakan orang, maka mereka itu MENYANGKAL TUHAN YANG TELAH MENEBUS MEREKA itu serta mendatangkan ke atas dirinya kebinasaan dengan segeranya. Ayat 2 Peterus 2 : 1, sama seperti ayat 1 Yohanes 4 : 1 - 6, yang menceritakan tentang kemunculan BEBERAPA GURU PALSU YANG MEMBAWA PENGAJARAN SESAT, dan itu terjadi pada masa Peterus masih hidup. Pertanyaan, apakah cerita tersebut berkaitan dengan dokumen Naj Hammady ? Jika berkaitan dengan dokumen Naj Hammady berarti anda harus mengakui bahwa dokumen telah ada di masa Peterus masih hidup. Jelas hal ini menentang pendapat para pakar Bibel yang menegaskan bahwa dokumen Naj Hammady baru muncul di abad ke- 2 – abad ke-3 Masehi. Jelas sekali, 2 Peterus 2 : 1 tidak berkaitan dengan dokumen Naj Hammady. Tetapi anda telah menjadikan 2 Peterus 2 : 1 sebagai dalil tentang keberadaan dokumen Naj Hammady. Bagaimana penjelasan anda dalam hal ini ? e. Yuda 1 : 4 ( lebih tepat : Yuda ( Yehuda ) 4 karena hanya ada satu pasal saja ) : Karena ada BEBERAPA ORANG MERANGKAK MASUK DENGAN SEMBUNYI yaitu orang yang DAHULUNYA SUDAH TERSEDIA HUKUMANNYA : orang fasik yang mengubahkan anugerah Allah Tuhan Kita, kepada perkara MELAKUKAN PERCABULAN sambil menyangkal Penghulu dan Tuhan kita yang esa yaitu Yesus Kristus. Dalam ayat Yehuda 4 didapatkan informasi tentang sekelompok orang dengan identitas sebagai berikut : - merangkak masuk dengan sembunyi. - Dahulunya sudah tersedia hukumannya - Fasik karena mengubah anugerah Allah kepada MELAKUKAN PERCABULAN - Menyangkal Yesus Kristus Sejumlah pertanyaan muncul atas informasi Yehuda 4 : - Siapakah orang yang “ merangkak masuk dengan sembunyi “ dan apakah maksud pernyataan ini secara harfiah yaitu ada orang yang merangkak seperti kambing atau babi dan masuk secara sembunyi-sembunyi ? Dan masuk sembunyi-sembunyi ke mana ? - Siapakah orang yang “ Dahulunya sudah tersedia hukumannya “ ? - Siapakah orang yang dikatakan fasik karena “ mengubah anugerah Allah kepada MELAKUKAN PERCABULAN “, dan apa maksud kata “ PERCABULAN “ tersebut ? - Siapakah orang yang “ menyangkal Yesus Kristus “ itu dan bagaimana bentuk penyangkalan yang dilakukannya ?. Saya bisa saja memberikan bahasan atas ayat Yehuda 4 dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengikutinya di atas. Tapi supaya tidak berkembang terlalu jauh ke masalah-masalah lain dan hanya berbicara dalam kaitan dengan dokumen Nag Hammady, maka saya tidak membahasnya. Tetapi anda berkewajiban memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas. Oleh karena menjadikan Yehuda 4 sebagai dalil tentang keberadaan dokumen Nag Hammady, saya bertanya kepada anda, apa hubungan pernyataan Yehuda 4 dengan dokumen Nag Hammady ?. Dari keseluruhan ayat-ayat yang anda tunjuk yang mem-buktikan keberadaan dokumen Nag Hammady dengan ajaran yang dinilai mengandung Gnosticism dan bertentangan dengan ortodoksi Kristen, ternyata sesungguhnya tidak ada kaitan sama sekali. Inilah repotnya kalau anda hanya main tunjuk ayat tanpa memberikan kajian. Saya justru melihat, tidak ada hubungan antara Yehuda 4 dengan keberadaan dokumen Nag Hammady, kecuali kalau dicari-cari korelasinya. Dan satu pertanyaan, apakah historisitas yang disajikan sebuah naskah dianggap tidak ada akibat penilaian atasnya sebagai dokumen gnostik ? Selanjutnya anda berkata : “ …. menggunakan argumen dari para pakar Kitab Suci sebagai bukti bahwa Injil Kanonik tidak ditulis sendiri oleh para murid utama Kristus, sehingga meragukan bahwa murid-murid utama Kristus mewartakan mengenai penyaliban Kristus “ . Apakah salah, jika saya menggunakan argumen para pakar Kitab Suci tentang Injil Kanonik tidak ditulis sendiri oleh para murid utama Kristus ? Memperhatikan pernyataan anda yang demikian, saya jadi bertanya-tanya apakah para pakar Kitab Suci yang menyatakan “ Injil Kanonik tidak ditulis sendiri oleh para murid utama Kristus “ adalah manusia-manusia ngawur ? Penelitian-penelitian yang mereka lakukan memang menunjuk-kan hal yang demikian, dan seharusnya membantah mereka , tidak cukup dengan mem-berikan pernyataan seperti pernyataan anda di atas. Berikan sanggahan ilmiah atas pernyataan para pakar Kitab Suci tersebut karena pernyataan mereka, menurut saya , didasarkan pada penelitian ilmiah. Dan sebenarnya penetapan Injil kanonik tidak ditulis oleh para murid utama Yesus, dapat dikaji melalui nalar logika atas ayat-ayat Injil kanonik itu sendiri. Ketika kembali menyinggung dokumen Q , anda berkata : “ Namun, seturut pemahaman saya, hipotesis tetap termasuk ranah dugaan, sekalipun dugaan tersebut didukung argumen-argumen yang masuk akal. Hipotesis Q akan tetap berupa “dugaan” hingga memang terbukti secara pasti. Bukti yang pasti adalah dengan ditemukan dokumen Q yang dimaksud. Setiap orang bebas mengajukan naskah manapun sebagai kandidat dokumen Q yang dimaksud, namun setiap dokumen yang diajukan masih perlu dibuktikan terlebih dahulu “. Hipotesis ya tetap hipotesis. Dalam penelitian ilmiah, hipotesis merupakan “ jawaban sementara “ untuk sesuatu masalah sampai didapatkan data-data yang memberikan kesimpulan apakah hipotesis ditolak atau diterima. Sepanjang data yang ada mendukung “ jawaban sementara “ , maka selama itu pula tetap menjadi pegangan hingga ada data yang membatalkannya. Berangkat dari fakta yang ada pada Injil-Injil kanonik , di mana didapatkan sejumlah kesamaaan di samping perbedaan, maka ketika membicarakan kesamaan, dipastikan Injil-Injil kanonik tersebut memiliki “ SUMBER “ yang sama. Muncullah dalam hipotesis itu, TEORI SUMBER, yang dikenal dengan QUELLE yang berarti : SUMBER. Hipotesis itu sangat kuat sehingga belum ada yang menyanggahnya dan para pakar Bibel pun mengakuinya. Dan anda berkata : “ Hipotesis Q akan tetap berupa “dugaan” hingga memang terbukti secara pasti. Bukti yang pasti adalah dengan ditemukan dokumen Q yang dimaksud “. Saya kira anda tidak cukup mengatakan seperti itu, melainkan anda diminta untuk MENJELASKAN MENGAPA TERDAPAT KESAMAAN PADA INJIL-INJIL KANONIK DI SAMPING TERDAPAT PERBEDAAN-PERBEDAAN ? Ketika anda mencoba menjelaskannya, maka mau tidak mau anda akan “ terjebak “ kepada dokumen Q tersebut. Dan saya berharap anda bisa menjelaskannya. Dan anda berkata : “ Mengenai Injil Barnabas, sudah pernah dibahas dalam Katolisitas bahwa Injil tersebut diragukan keasliannya. Silahkan sdr Arif berdiskusi dalam artikel yang bersangkutan apabila anda tertarik “. Saya dalam pembicaraan ini tidak pernah membahas tetang Injil Barnabas, karena saya tahu, penganut Kristen sangat menolak keberadaan Injil Barnabas dengan alasan-alasan yang sangat lemah dan penuh dengan kesalahan. Tentu saja saya tertarik dengan pembicaraan mengenai Injil Barnabas, dan saya berdialog dengan anda berkenaan dengan Injil Barnabas. Demikian pak Ioannes, reply saya yang kedua menanggapi reply anda tertanggal 26 Februari 2013. Akan saya lanjutkan dengan reply berikutnya. Saya minta maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan. Dan dialog kita memang sangat menarik. Bagian 3 : Reply Arif Lewisape March 6, 2013 at 8:26 am Pak Ioannes , saya lanjutkan reply saya bagian ketiga sebagai tanggapan atas reply anda tertanggal 26 Februari 2013. Reply saya kali ini berkaitan dengan MASALAH INJIL YOHANES. Rupanya anda lebih tertarik berbicara mengenai Injil Yohanes ketimbang Injil-Injil Sinoptik. Saya bisa memakluminya setelah anda memberi pernyataan : “ Saya hanya akan menanggapi mengenai otentisitas Injil Yohanes sejauh yang saya ketahui ……“. Tapi saya mempertanyakan relevansi “ minat tinggi “ anda untuk berbicara mengenai otentitas Injil Yohanes sehubungan dengan permasalahan “ PENYALIBAN YESUS “ yang menjadi pokok pembicaraan , sedangkan masalah otentitas Injil kanonik saya sajikan hanya sebagai tanggapan terhadap pernyataan pak Stefan Tay. Tetapi tidak apa-apa. Katakan saja pembicaraan mengenai otentitas Injil Yohanes merupakan pokok pembahasan baru di luar masalah awal tentang PENYALIBAN YESUS. Anda telah menjelaskan cukup panjang berdasarkan kutipan Philip Schaff mengenai penulisan Injil-Injil kanonik dengan menyajikan pendapat Irenaeus dalam “Adversus Haereses “ yang penuh dengan ungkapan-ungkapan dogmatis seperti : “ ….. ketika Roh Kudus turun [atas mereka] dan dipenuhi oleh semua karunia-Nya ….. “. Saya yakin, Irenaeus tidak melihat Roh Kudus turun atas para murid selaku pengarang Injil kanonik sehingga berkata demikian. Dari mana dia mengetahui bahwa Roh Kudus turun atas pengarang Injil kanonik ? Irenaeus menuliskan berdasarkan pandangan dogmatis Kekristenan pada masanya sehingga tidak bisa dijadikan bukti kebenaran sebagai fakta bahkan bisa dikatakan , penyajiannya adalah sebuah khayalan yang dibangun dari dogma Kekristenan yang dianut. Hal ini tampak sekali dari kutipan dari Irenaeus tersebut berupa pernyataan tentang Lukas : “ Dan Lukas, rekan sekerja Paulus, juga menyusun Injil yang biasanya dikhotbahkan Paulus “. Benarkah Lukas menyusun Injil yang biasanya dikhotbahkan Paulus ? Menjawab pertanyaan ini , perhatikan pengakuan Lukas sendiri pada pembukaan Injil-nya : Sedangkan banyak orang sudah mencoba mengarang hikayat dari hal segala perkara yang menjadi yakin di antara kita, sebagaimana yang diserahkan kepada kita oleh orang yang dari mulanya melihat dengan matanya sendiri dan menjadi pengajar Injil itu. Maka tampaknya baik kepadaku pun , yang telah menyelidiki segala perkara itu dengan betul-betul dari asalnya…… ( Luk. 1 : 1-3 ) , Sangat jelas Lukas menulis Injilnya BUKAN YANG BIASANYA DIKHOTBAH PAULUS. Perhatikan point-point pernyataan Lukas dalam ayat Luk.1 : 1-3 tersebut : - Sudah banyak orang yang mengarang hikayat mengenai perkara yang terjadi ( tentu tentang Yesus Kristus ) - Hikayat yang dikarang merupakan perkara yang diceritakan oleh ORANG YANG DARI MULANYA MELIHAT DENGAN MATANYA SENDIRI dan menjadi pengajar Injil itu - Lukas menyusun Injilnya setelah MENYELIDIKI SEGALA PERKARA ITU dengan betul-betul dari asalnya. Apakah Paulus adalah ORANG YANG DARI MULANYA MELIHAT DENGAN MATANYA SENDIRI , dan Lukas memperolehnya dari Paulus sebagai bahan penyusunan Injilnya ? Apakah Paulus sebagai nara sumber dalam penyelidikan Lukas atas perkara yang berkaitan dengan Yesus ? Jika benar Paulus sebagai nara sumber dalam penyelidikan Lukas atas perkara yang berkaitan dengan Yesus , lalu sejak kapan Paulus bersama-sama dengan Yesus dan menyaksikan kehidupan Yesus dan mengkhotbahkannya, kemudian dicatat oleh Lukas ? Menyadari permasalahan awal penyusunan Injil oleh Lukas, terlihat BETAPA DUSTANYA IRENAEUS ketika berkata : “ Dan Lukas, rekan sekerja Paulus, juga menyusun Injil yang biasanya dikhotbahkan Paulus “ sebagaimana yang anda kutip jika memang Irenaeus ada menyatakan demikian. Oleh karena itu penyajian kutipan pernyataan Irenaeus yang anda lakukan sesungguhnya tidak bermanfaat sama sekali karena bertentangan dengan pernyataan Lukas sendiri. Fakta ini mengarahkan kita untuk mempertanyakan kebenaran pernyataan Irenaeus : “ …Yohanes, murid Tuhan Yesus … juga menyusun Injil ketika tinggal di Efesus, Asia Kecil “. Kemudian anda mengutip pernyataan dari St. Clemens dari Alexandria (150-215) sebagaimana dikutip Eusebius dalam Historica Ecclesiae : “ Ketika Petrus telah berkhotbah di hadapan umum di Roma, dan mewartakan Injil oleh Roh Kudus, banyak orang yang hadir meminta agar Markus, yang telah mengikuti dia [Petrus] untuk waktu yang lama dan mengingat perkataannya, agar menuliskan perkataan-perkataan tersebut. Dan setelah menyusun Injil itu, ia memberikannya kepada mereka yang memintanya. Ketika Petrus mengetahui hal ini, ia tidak secara langsung melarang ataupun mendukungnya. Tetapi, pada akhirnya, Yohanes, merasa bahwa fakta- fakta yang nampak dari luar telah dinyatakan dengan jelas di Injil, [karena] didorong oleh teman-temannya, dan diilhami oleh Roh Kudus, menyusun Injil rohani “. Saya “ dipaksa “ oleh anda untuk mencerna istilah-istilah yang membingungkan dalam kutipan tersebut, seperti “ mewartakan Injil oleh Roh Kudus “ . Apa maksudnya ? Begitu pula dengan “ Yohanes, merasa bahwa fakta- fakta yang nampak dari luar telah dinyatakan dengan jelas di Injil “. Injil mana yang diamati Yohanes ? Yohanes yang mana ? Jika sudah jelas “ di Injil “ lalu mengapa harus menyusun Injil lagi ? Juga petilan kalimat “ menyusun Injil rohani “. Apa maksudnya ? Terlepas dari “ kehebatan kalimat “ pernyataan tersebut, tapi sangat jelas bahwa yang tersaji dalam pernyataan Clemens terkutip tidak lebih dari PANDANGAN DOGMATIS –nya atas Injil kanonik, bukan menyajikan fakta tentang pengarang Injil-Injil kanonik. Anda berkata : “ Ketiga kutipan tersebut lebih tua daripada Konsili paling awal yang menetapkan mengenai Empat Injil, yakni Konsili Hippo (393 AD) dan Konsili Kartago (397 AD). Dalam naskah tersebut, terlihat bahwa keempat Injil sudah dikenal baik di antara kalangan anggota Gereja. Oleh sebab itu, saya berpendapat bahwa saya dapat mempercayai kebenaran bahwa Injil ditulis oleh St. Matius, St. Markus, St. Lukas, & St. Yohanes sendiri berdasarkan kesaksian para Bapa Gereja “. Hak anda untuk berkeyakinan demikian. Hanya sayang fanatisme dogmatis telah mengabaikan rasio untuk mencoba meneliti dan menggali kebenaran kebenaran, apakah benar : “ Injil ditulis oleh St. Matius, St. Markus, St. Lukas, & St. Yohanes sendiri “ ? Oleh karena anda hanya akan membahas INJIL YOHANES , maka saya akan menyajikan beberapa masalah kepada anda. Harap anda bisa memberikan penjelasan yang terang benderang tentang penulisan Injil Yohanes . Siapa yang menjadi PENGARANG INJIL YOHANES sebenarnya dapat disimak dari Injil Yohanes itu sendiri yaitu ayat Yohanes 21 : 24 : Maka IA itulah MURID YANG MENYAKSIKAN SEGALA HAL ITU dan yang melihat dan yang telah menyuratkan segala perkara ini ; dan KITA KETAHUI bahwa kesaksiannya itu dengan sebenar-benarnya. Perhatikan, dalam ayat Yohanes 21 : 24 terungkap dua ENTITAS , yang dinyatakan dengan kata ganti orang ketiga tunggal : IA dan kata ganti orang pertama jamak : KITA. Memperhatikan isi kalimat ayat tersebut terlihat jelas bahwa : “ KITA “ memberi kesaksian tentang “ IA “. Isi kesaksiannya yaitu : “ IA “ adalah : “ MURID YANG MENYAKSIKAN SEGALA HAL ITU dan yang melihat dan yang telah menyuratkan segala perkara ini “. Dengan demikian, YANG MENGARANG ADALAH “ KITA “, BUKAN “ IA “ ( = MURID YANG MENYASIKAN SEGALA HAL ITU “. Hanya masalahnya adalah : Siapa “ KITA “ dimaksud ? Dan juga SIAPA YANG DIMAKSUD DENGAN “ IA “ ( = MURID YANG MENYASIKAN SEGALA HAL ITU “ ? Ketidak jelasan menghasilkan dugaan-dugaan dan teori-teori mengenai tokoh : “ IA adalah : MURID YANG MENYAKSIKAN SEGALA HAL ITU “ dan tokoh-tokoh “ KITA “ selaku pengarang Injil Yohanes. Tetapi keberadaan “ dugaan-dugaan “ tersebut TIDAK MEMBATALKAN fakta tertulis bahwa YANG MENULIS INJIL YOHANES BUKAN “ IA “ MELAINKAN “ KITA “. Sehubungan dengan hal tersebut, saya bertanya kepada anda untuk dua pertanyaan dan saya mengharap jawaban anda : - Siapakah yang dimaksud dengan “ KITA “ selaku penulis Injil Yohanes sebagaimana yang terangkat dari ayat Yohanes 21 : 24 tersebut ? Apakah Yohanes ben Zabede ? - Siapakah yang dimaksud dengan “ IA “ yang dikatakan “ MURID YANG MENYAKSIKAN SEGALA HAL ITU “ dan hal-hal apakah yang disaksikannya ? Apakah Yohanes ben Zabede ? Saya meyakini pada satu hal bahwa dengan jawaban anda untuk kedua pertanyaan di atas akan membawa kita untuk membahas hal-hal yang lebih jauh , yang semula saya hajatkan hanya membicarakan masalah “ PENYALIBAN YESUS “ tetapi rupanya anda sangat tertarik berbicara masalah “ KEPENGARANGAN INJIL YOHANES “, dan anehnya hanya INJIL YOHANES saja dan tidak tertarik menanggapi masalah INJIL SINOPTIK. Hal lain adalah memperhatikan pernyataan Dr.C.Groenen, ofm dalam bukunya “ Sejarah Dogma Kristologi “ ( hal. 37-38 ) : Tetapi kebanyakan karangan Perjanjian Baru terlihat dalam peralihan dari alam pikiran Yahudi ke alam pikiran Yunani. Hal itu misalnya paling terang dalam karangan-karangan Paulus dan INJIL YOHANES Perhatikan oleh anda akan pernyataan Dr.C.Groenen, ofm bahwa ada peralihan dari alam pikiran Yahudi ke alam pikiran Yunani dalam INJIL YOHANES. Jika anda berfikir dan berkeyakinan bahwa Injil Yohanes dikarang oleh Yohanes ben Zabede ( rasul Yohaness, murid utama Yesus ), apakah menurut anda, Yohanes ben Zabede ( rasul Yohanes, murid utama Yesus ) sudah dipengaruhi pemikiran filsafat Helenistik ? Sangat tidak mungkin bila seorang murid utama Yesus yang dididik oleh Yesus dengan nilai-nilai Keyahudian, tiba-tiba beralih menginjil dengan nilai-nilai filsafat Helenistik Yunani. Jelas pengarang Injil Yohanes tidak dikarang oleh Yohanes ben Zabede ( rasul Yohanes, murid utama Yesus ) melainkan dikarang oleh orang lain yang sudah dipengaruhi alam pemikiran Yunani. Perhatikan pula mengenai pasal terakhir dari Injil Yohanes. Semua pakar Bibel tanpa kecuali mengakui bahwa pasal 21 Injil Yohanes adalah tambahan, sedangkan penutup sebenarnya dari Injil Yohanes adalah pasal 20 : 30-31. Saya tidak perlu lagi mengutip pernyataan-pernyataan mereka karena masalah ini sangat jelas. Sekarang menjadi pertanyaan, apakah pasal tambahan Injil Yohanes itu, dikarang oleh Yohanes ben Zabede ( rasul Yohanes, murid utama Yesus ) ataukah oleh orang lain ? Anda berkata : “ Pakar Kitab Suci saat ini bisa saja melakukan analisa dari berbagai sudut pandang untuk membuktikan bahwa Injil Kanonik bukan ditulis oleh para penulis suci tersebut. Namun, sebelum ditemukan bukti yang mutlak, seperti naskah kuno yang membuktikan argumen para pakar tersebut, pendapat bahwa Injil Kanonik tidak ditulis oleh para penulis suci sendiri, sekali lagi, hanya akan tetap berada pada “ kemungkinan ”. Bukan suatu fakta mutlak “. Pernyataan yang menggambarkan sikap yang sangat fanatic dan tidak siap membuka diri untuk melakukan kajian teks. Nalar dikesampingkan demi dogma. Di atas, saya telah menyajikan FAKTA tentang teks Injil Yohanes yaitu pasal 21 : 24 dan penutup Injil Yohanes. Apakah yang demikian masih dalam tataran “ kemungkinan “ padahal fakta ? Jika menurut anda masih dalam tataran “ kemungkinan “ , lalu bagaimana penjelasan anda mengenai teks Injil Yohanes yaitu pasal 21 : 24 dan penutup Injil Yohanes tersebut ? Apakah itu menurut anda bukan FAKTA sehingga anda menuntut “ kehadiran naskah kuno “ yang membuktikan kebenaran argumen para pakar bahwa “ Injil Kanonik tidak ditulis oleh para penulis suci “ ? Untuk lebih memberikan gambaran tentang Injil Yohanes tidak ditulis oleh Yohanes ben Zabede ( rasul Yohanes, murid utama Yesus ) berikut saya sajikan pendapat para pakar tentang Injil Yohanes . 1. A.S. Hadiwiyata dalam bukunya “ Tafsir Injil Yohanes “ bagian “ Pengantar “ ( hal.5 ) mengatakan tentang penulis Injil Yohanes sebagai berikut : ……Injil Keempat berisikan bahan-bahan tradisional yang digunakan Penginjil dalam menyusun Injilnya. Rupanya Penginjil sendiri BUKAN SAKSI MATA dari pelayanan historis Yesus, tetapi ia mempuyai akses kepada tradisi yang berasal dari komunitas Kristen Perdana dan beberapa di antara tradisi itu dibuktikan oleh seorang yang menjadi saksi mata yaitu “ murid yang terkasih “ ( 21 : 20 -24 ) Lebih jauh , A.S. Hadiwiyata pada halaman 10 menjelaskan : Identitas Penginjil Keempat, juga sulit ditentukan. Kiranya IA BUKAN SAKSI MATA Yesus dan ia tidak harus diidentifikasi dengan “ Murid yang terkasih “. Kemungkinan besar, Penginjil ( yang untuk selanjutnya kita sebut : YOHANES ) menulis bagi PENDIRI KOMUNITAS , yang kesaksiannya adalah dasar dari tradisi komunitas………………… Penginjil dengan jelas mengklaim bahwa murid terkasih ini mempunyai hubungan akrab dengan Yesus dan sama statusnya dengan Petrus …….. Dalam pernyataan tersebut, rupanya dibedakan antara “ PENGINJIL “ sebagai pengarang Injil Yohanes dengan “ MURID YANG TERKASIH “ selaku sumber dan saksi mata dalam kisah pelayanan historis Yesus. 2. Bart D. Ehrman dalam bukunya “ MISQUOTING JESUS “ ( ed. Bhs. Indonesia hal. 54-56 ) sebagai berikut : Injil ini sangat berbeda dengan ketiga Injil lainnya dalam Perjanjian Baru karena menuturkan serangkaian cerita yangberbeda dengan Injil lainnya dan menggunakan gaya penulisan yang berbeda juga. ..…….ucapan-ucapan Yesus ditampilkan sebagai ceramah-ceramah panjang, alih- alih ucapan-ucapan yang singkat, padat dan lugas ; misalnya Yesus tidak pernah menceritakan perumpamaan dalam Yohanes, tidak seperti di dalam ketiga Injil lainnya. ………. peristiwa-peristiwa yang dinarasikan di Yohanes, seringkali HANYA ADA di Injil ini, misalnya percakapan Yesus dengan Nikodemus ( pasal 3) dan dengan wanita Samaria ( pasal 4 ) atau mukjizatnya mengubahair menjadi anggur ( pasal 2 ) dan membangkitkan Lazarus dari kematian ( pasal 10 ). CARA SANG PENULIS menggambarkan Yesus, juga cukup berbeda, tidak seperti di dalam ketiga Injil lainnya, Yesus menggunakan sebagian besar waktunya untuk menjelaskan siapa dirinya ( pribadi yang diutus dari surga ) dan melakukan “ tanda-tanda “ , guna membuktikan apa yang ia katakana tentang dirinya adalah benar. PASTILAH YOHANES MEMILIKI SUMBER-SUMBER UNTUK BAHAN CERITA-NYA – mungkin suatu sumber yang menceritakan tanda-tanda Yesus, dan sumber-sumber yang menjabarkan ceramah-ceramahnya. Ia yi : PENGARANG INJIL YOHANES, ArL ) MENYATU-KAN SEMUA SUMBER ITU KE DALAM NARASINYA yang mengalir tentang kehidupan, pelayanan, kematian, dan kebangkitan Yesus . ……… Para pembaca sudah lama mengetahui bahwa PASAL 21 TAMPAKNYA ADALAH BAGIAN YANG DITAMBAHKAN. INJIL INI JELAS BERAKHIR DI PASAL 20 : 30 -31 ; DAN PERISTIWA –PERISTIWA DALAM PASAL 21 TAMPAKNYA SEPERTI TAMBAHAN , mungkin ditambahkan untuk melengkapi cerita tentang penampakan Yesus yang telah dibangkitkan …… Pernyataan Bart D. Ehrman : “ PASTILAH YOHANES MEMILIKI SUMBER-SUMBER UNTUK BAHAN CERITANYA – mungkin suatu sumber yang menceritakan tanda-tanda Yesus, dan sumber-sumber yang menjabarkan ceramah-ceramahnya. Ia ( yi : PENGARANG INJIL YOHANES , ArL ) MENYATUKAN SEMUA SUMBER ITU KE DALAM NARASINYA……“ hanya menunjukkan bahwa pengarang Injil Yohanes bukan Yohanes ben Zabede ( rasul Yohanes, murid utama Yesus ) karena bagi seorang murid utama Yesus dan yang selalu bersama-sama dengan Yesus, untuk menyusun “ Injil “-nya , dia tidak membutuhkan “ SUMBER UNTUK BAHAN CERITANYA “ karena dia sendiri justru adalah sumbernya. 3. F.F. Bruce dalam bukunya “ The New Testament Documents “ ( hal. 46 ) ketika membahas mengenai penulis Injil Yohanes , berkata sebagai berikut : …. ia tidak membedakan Yohanes Pembaptis dari Yohanes Sang Rasul, yang pasti ia kenal meskipun ia tidak menyebut namanya. Kata ganti “ IA “ secara tegas dan gamblang dinyatakan sebagai entitas berbeda dari Yohanes Pembaptis dan Yohanes Sang Rasul ( maksudnya : Yohanes ben Zabede ) dalam kalimat pernyataan F.F. Bruce. Dan dipahami, “ IA “ inilah yang mengarang Injil Yohanes , bukan Yohanes sang Rasul apalagi Yohanes Pembaptis. Selanjutnya F.F. Bruce mengutip Dr. T.L. Cross – dalam suratnya kepada “The Times“ tertanggal 13 Februari 1930 tentang Injil Yohanes - yang berkata : “ Setelah saya sendiri membaca prolog itu – kalau saya boleh katakana secara dogmatis – dalam bentuk aslinya – hal itu menguatkan bahwa KITAB INJIL KEEMPAT DITULIS OLEH YOHANES SI PENATUA, sedang Yohanes Rasul mendiktekannya waktu rasul Yohanes telah berusia lanjut “. Selanjutnya F.F.Bruce pada halaman 50 memberi komentar : “Mungkin sekali bahwa Yohanes Si Penatua adalah Penatua dari Efesus dan seorang murid dari Rasul Yohanes “. Menjadi pertanyaan, kapan ditulis? Pada halaman sebelumnya ( hal.13 ), F.F. Bruce menegaskan tentang Injil Yohanes : “ ….. kitab Injil paling akhir dari keempatnya dan yang menurut tradisi , telah ditulis di Efesus antara tahun 90 dan 100 M ….. “ berdasarkan fragmen dari sebuah codex yang memuat Yohanes 18 : 31 -33 , 37 dan seterusnya, yang sekarang tersimpan di John Rylands Library, Manchester. 4. ENCYCLOPAEDIA BRITANICA, mengungkapkan : Adapun Injil Yahya TIDAK DISANGSIKAN DAN TIDAK SYAK LAGI KEPALSUAN-NYA. Pengarangnya bermaksud mengadakan pertentangan antara kedua orang sahabat yaitu orang-orang suci : “ YAHYA dan MATIUS “. Penulis PEMALSU ini mendakwakan dalam matan kitabnya bahwa DIA ADALAH SAHABAT YANG DISAYANGI AL MASIH. Gereja mengambil pernyataan ini dengan corak yang lain dan menegaskanpula bahwa penulisnya adalah Yahya sahabat, dan namanya dicantumkan pada kitab itu, sedangkan PENULISNYA TELAH YAKIN BUKAN YAHYA . Kitab ini tidaklah keluar dari apa yang terdapat pada beberapa kitab Taurat, yang tidak ada hubungannya antara pihak yang dinisbahkan dan antara penulis yang sebenarnya. KITA MERASA IBA DAN KASIHAN KEPADA MEREKA YANG BERUSAHA MENGHUBUNG-KAN – sekalipun dengan ikatan yang lapuk – FILOSOF YANG MENGARANG KITAB INI DENGAN SAHABAT “ YAHYA PEMBURU “ yang terhormat itu. Usaha mereka itu hilang percuma karena kesalahan mereka menempuh jalan tersebut “. 5. Karel A. Steenbrink dalam bukunya ” PERKEMBANGAN TEOLOGI DALAM DUNIA KRISTEN MODERN “ ( hal.130 ) : Malah kepada Injil Yohannes diberikan tambahan . Injilnya ,sebenarnya sudah berakhir pada ayat penutupan bab. 20 : 30 :” Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan murid-muridnya yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semuayang tercantum di situ telah tercatat supaya kamu percaya ….. . Bab 21 dalam Injil Yohannes itu pasti merupakan suatu tambahan yang ditulis oleh murid – murid Yohannes ”. 6. Nancy de Flon dan John Vidmar,OP dalam bukunya “ Questions and Answer on The Da Vinci Code and the Catholic Traditions “ ( ed. Bhs. Indonesia, hal. 41 ) juga menjelaskan tentang penulis Injil Yahya : Dari keempat Injil yang masuk kanon , Injil Yohanes ditulis paling akhir , yaitu sekitar tahun 100 dan kemungkinan ditulis di Efesus. Satu-satunya petunjuk nama penulis hanyalah ” murid yang dikasihi ” yang bisa jadi adalah penyunting asli bahan-bahan tulisan tersebut. Sampai abad ke-18, murid yang dikasihi, secara keliru sering diidentikkan sebagai Yohanes Rasul, anak Zebedeus . Dalam bentuknya yang sekarang , Injil Yohanes merupakan HASIL KARYA BUKAN OLEH SATU ORANG SAJA, TETAPI KARYA DARI SUATU KELOMPOK ORANG-ORANG KRISTEN AWAL yang dikenal sebagai JEMAAT YOHANES. 7. PROF. STADLEIN – sebagaimana yang dikutip ABU ZAHRAH berkata : Sesungguhnya, seluruh Injil Yahya adalah karangan seorang murid, murid SEKOLAH ISKANDARIYAH. 8. Adolf Harnack dalam bukunya : ” What is Christianity ” ( hal.20 ) menulis : ……. The fourth Gospel does not emanate or profess to emanate fromthe apostle John. ( …. Injil yang keempat , bukan berasal atau menyatakan berasal dari rasul Yahya ) 9. Dr. Maurice Bucaille ( – akhirnya masuk Islam – ) dalam bukunya ” Bibel, Qur’an Dan Sains Modern ” ( terjemahan bhs. Indonesia oleh Prof. Dr. H.M.Rosyidi ) halaman 115 mengungkapkan : Terjemahan Ekumenik terhadap Bibel mengatakan bahwa kebanyakanpara pengeritik tidak dapat menerima anggapan bahwa Injil Yahya adalah karangan Yahya, sahabat Yesus; memang tak ada kemungkinan bahwa anggapan awam itu benar. Akan tetapi semua orang berpendapat bahwa teks Injil Yahya itu dikarang oleh beberapa penulis . Pernyataan begitu banyak pakar tentang otentitas Injil Yohanes begitu gamblang dan sangat terang dan mereka bukanlah orang awam yang berkata secara ngawur . Tapi anda belum siap untuk melakukan kajian atas Injil Yohanes, sehingga anda berkata : “ Namun, sebelum ditemukan bukti yang mutlak, seperti naskah kuno yang membuktikan argumen para pakar tersebut, pendapat bahwa Injil Kanonik tidak ditulis oleh para penulis suci sendiri, sekali lagi, hanya akan tetap berada pada “ kemungkinan “. Untuk anda ketahui, A.S. Hadiwiyata - Nancy de Flon dan John Vidmar,OP - Karel A. Steenbrink - F.F. Bruce adalah para Pastor Katolik atau pakar dan pengkaji Bibel dari pihak Katolik. Tetapi anda “ menentang “ mereka dengan pernyataan anda dan sepertinya seakan-akan anda menempatkan mereka sebagai orang-orang “ ngawur “ ketika mereka mengatakan Injil Yohanes tidak dikarang oleh Yohanes ben Zabede, walaupun sebenarnya anda tidak bermaksud demikian. Selanjutnya anda berkata : “ Selain itu, menjadikan dugaan para pakar tersebut sebagai dasar argumen untuk meragukan bahwa “murid-murid utama Kristus mewartakan penyaliban Yesus Kristus asli” bagi saya kurang masuk akal. Melalui berbagai dokumen sejarah, dapat dibuktikan bahwa kematian para Rasul dan banyak anggota-anggota Gereja Perdana sungguh terjadi. Kematian mereka adalah bukti yang lebih kuat bahwa mereka mempercayai bahwa Yesus Kristus sungguh disalib dan bangkit, serta mewartakannya “. Jika menurut anda, “ dugaan “ para pakar tersebut sebagai dasar argumen untuk meragukan bahwa “ murid-murid utama Kristus mewartakan penyaliban Yesus Kristus asli ” , sebagai “ KURANG MASUK AKAL “ . Alasan anda : “ kematian para Rasul dan banyak anggota-anggota Gereja Perdana sungguh terjadi. Kematian mereka adalah bukti yang lebih kuat bahwa mereka mempercayai bahwa Yesus Kristus sungguh disalib dan bangkit, serta mewartakannya “. Kematian seseorang menjadi ukuran kebenaran sesuatu ? Banyak orang komunis dengan sikap Atheisnya yang siap mati dengan keyakinan Komunisnya. Lalu apakah itu menjadi bukti kebenaran Komunis ? Antara “ keyakinan “ dengan “ kebe-naran “ mempunyai posisi yang berbeda. Anda yakin Tuhan Yang Maha Trinitas tetapi apakah itu sebuah kebenaran ? Bagi anda, jelas ya tapi bagi seorang Muslim yang berkeyakinan Tuhan Yang Maha Esa , kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Trinitas adalah sebuah ketidak-benaran. Anda yakin bahwa Yesus disalib tapi apakah itu sebuah kebenaran ? Bagi anda, jelas ya tapi bagi seorang Muslim, Yesus disalib adalah satu ketidak-benaran. Oleh karena itu, betapa kelirunya anda dengan pernyataan tersebut. Yang dibutuhkan adalah melakukan kajian kritis atas teks-teks Bibel untuk membuktikan apakah Yesus disalib atau tidak. Kajian yang saya lakukan atas ayat-ayat Bibel menunjukkan bahwa YESUS TIDAK DISALIB, MELAINKAN YANG DISALIB ADALAH ORANG LAIN. Berikutnya, anda telah memberikan pernjelasan tentang “ PAPIAS, ST. IRENAEUS, DAN INJIL YOHANES “ . Anda berpendapat bahwa kematian St. Yohanes Rasul di tahun 70 AD yang konon dikutip dari Papias, bermasalah. Argumentasi pertama anda tentang “ bermasalah -nya kematian St. Yohanes Rasul di tahun 70 AD yang dikutip dari Papias adalah : “ Penulisan Kitab Wahyu berkisar di tahun 95 AD. Penulis Kitab Wahyu diyakini oleh peneliti modern, dan dalam argumen sdr. Arif sendiri, adalah St. Yohanes Rasul sendiri. St. Justin Martir dan St. Irenaeus juga meneguhkan bahwa St. Yohanes Rasul adalah penulis Kitab Wahyu. Bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal di tahun 70 AD menuliskan kitab Wahyu di tahun 95 AD ? “. Berkaitan dengan petilan kalimat pernyataan anda : “ Penulisan Kitab Wahyu berkisar di tahun 95 AD. Penulis Kitab Wahyu diyakini oleh peneliti modern, dan dalam argumen sdr. Arif sendiri, adalah St. Yohanes Rasul sendiri “ maka saya tegaskan kepada anda, seingat saya, tidak pernah saya menyebut-nyebut Kitab Wahyu dan juga tidak pernah menyebut bahwa pengarangnya adalah Yohanes ben Zabede ( - yang anda istilahkan : St. Yohanes Rasul ), lalu sekarang tiba-tiba anda berkata : “ Penulis Kitab Wahyu diyakini oleh peneliti modern, dan dalam argumen sdr. Arif sendiri, adalah St. Yohanes Rasul sendiri “. Saya minta kepada anda untuk menunjukkan kalimat dalam reply saya kepada siapa saja dalam forum diskusi Katolisitas , yang menunjukkan kebenaran pernyataan anda : “ Penulis Kitab Wahyu diyakini oleh peneliti modern, dan dalam argumen sdr. Arif sendiri, adalah St. Yohanes Rasul sendiri “. Bisa saja saya lupa. Jika ternyata tidak ada, barangkali tidak salah saya bertanya kepada anda , apa motif anda sehingga mengatakan bahwa dalam argumen saya ada menyinggung atau membicarakan Kitab Wahyu dan mengakuinya dikarang oleh Yohanes ben Zabede, murid utama Yesus ? Sangat mengherankan ! Mungkin anda teringat dengan kutipan dari ENCYCLOPAEDIA BRITANICA yang saya sajikan : John the Presbyter in Asia Minor lived in the end of the firstcentury. It is a fair hypothesis that this presbyter wrote the Apocalypse and also the second and third Epistles, while thefourth Gospel may have came from another author. Yahya Presbyter di Asia Kecil hidup pada akhir abad pertama. Adalah satu dugaan yang wajar bahwa Presbyter ini menulis Kitab Wahyu dan juga Surat Kiriman Yahya kedua dan ketiga, sedangkan Injil ke empat (yi. Injil Yahya, AL) mungkin datang dari pengarang lain ). Saya menyajikan kutipan ENCYCLOPAEDIA BRITANICA dalam rangka menerangkan kepada pak Stefan Tay tentang pengarang Injil Yohanes. Jika karena kutipan ini yang menyebabkan anda berkata : “ Penulis Kitab Wahyu diyakini oleh peneliti modern, dan dalam argumen sdr. Arif sendiri, adalah St. Yohanes Rasul sendiri “ terlihat sekali anda kurang cermat, karena penyajian kutipan ENCYCLOPAEDIA BRITANICA yang saya sajikan adalah untuk menunjukkan bahwa YANG MENGARANG INJIL YOHANES – KITAB WAHYU – SURAT KIRIMAN YAHYA KEDUA – SURAT KIRIMAN YAHYA KETIGA adalah Yahya Presbyter , BUKAN YAHYA BEN ZABEDE . Lalu bagaimana anda bisa berkata bahwa saya mengakui : “ Penulis Kitab Wahyu ……… dalam argumen sdr. Arif sendiri, adalah St. Yohanes Rasul sendiri “ ? Ini adalah awal yang tidak bagus dari anda dalam menyajikan argumentasi bila ternyata kemudian tidak ada kalimat reply saya yang menying-gung Kitab Wahyu dan mengakuinya dikarang Yohanes ben Zabede . Kita tinggalkan masalah tersebut. Hanya pesan saya, kecermatan diperlukan ketika menyajikan kalimat argumentasi, jangan sampai menyimpang dari fakta. Saya sendiri akan mencoba cermat dan berhati-hati dalam penyajian argumentasi saya, jangan sampai menyimpang dari fakta. Anda berkata pada argumen pertama : “ Penulis Kitab Wahyu diyakini oleh peneliti modern, ……….. adalah St. Yohanes Rasul sendiri “ ( petilan kalimat : “…… dan dalam argumen sdr. Arif sendiri,…. “ sengaja saya buang karena seingat saya, tidak pernah menyajikan argument yang menyebut Kitab Wahyu ). Dapatkah anda ungkapkan, siapa “ PENELITI MODERN “ tersebut dan bagaimana isi pernyataan mereka ? Pertanyaan yang sangat penting adalah SIAPA YANG MENGARANG KITAB WAHYU ? Tahun berapa dikarang? Bagaimana dengan “ kehadiran “ Kitab Wahyu dalam proses kanonisasi Perjanjian Baru ? Lebih jauh dalam ENCYCLOPAEDIA BRITANICA, menegaskan : “ …. Yahya Presbyter inilah yang tinggal di Epesus dan MENULIS KITAB WAHYU TAHUN 96 dan mungkin MENULIS INJIL YAHYA PADA TAHUN 100. Atau mungkin pula Injil ini ditulis oleh YAHYA LAINNYA LAGI dan BUKAN YAHYA BEN ZABEDE yang telah mati terbunuh sebelum tahun 70 “. Dr.J.H.Bavinck dalam bukunya “ Sejarah Kerajaan Allah “ ( hal.458 ) menegaskan bahwa : YA’KUB DAN YAHYA BIN ZABDI TELAH DIBUNUH OLEH HERODES AGRIPPA II. Sebagaimana diketahui, Herodes Agrippa I meninggal pada tahun 44 dan digantikan oleh Herodes Agrippa II. Pada tahun 66, terjadi pemberontakan bangsa Yahudi terhadap pemerintah Roma. Yerusalem dikepung dan dihancurkan pada tahun 70. Sesudah itu Herodes Agrippa pindah menetap di Roma. Dengan demikian, pembunuhan atas YA’KUB DAN YAHYA BIN ZABDI OLEH HERODES AGRIPPA II, terjadi sebelum tahun 70. Di sinilah dapat diketahui ketidak-benaran pernyataan anda dalam bentuk pertanyaan : “ Bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal di tahun 70 AD menuliskan kitab Wahyu di tahun 95 AD ? “. Kekeliruan anda karena menetapkan bahwa yang mengarang Kitab Wahyu adalah Yohanes ben Zabede dan anehnya “ menonjok “ saya sebagai mengakui hal itu dengan pernyataan : “ Penulis Kitab Wahyu ………dalam argumen sdr. Arif sendiri, adalah St. Yohanes Rasul sendiri “ padahal saya tidak pernah berbicara dan membahas Kitab Wahyu. Sekarang anda boleh menjawab sendiri pertanyaan anda tersebut dengan menyadari kekeliruan yang mendasarinya. Selanjutnya anda memberikan argumentasi kedua dan ketiga : “ Sebagaimana yang saya tuliskan, St. Irenaeus mengaku mengenal dan mengutip karya-karya St. Papias dalam karya tulisnya. Apabila St. Irenaeus mengenal dan mengutip karya St. Papias, bagaimana mungkin beliau melewatkan bagian dari tulisan St. Papias yang menyatakan bahwa St. Yohanes Rasul telah wafat di tahun 70 AD ? Karena jika demikian, St. Irenaeus menipu karena telah mengatakan bahwa Injil Yohanes dan Kitab Wahyu dituliskan oleh orang yang sebenarnya telah meninggal. Katakanlah St. Irenaeus keliru dan tidak mengetahui kematian St. Yohanes Rasul yang sudah demikian lama, pasti St. Irenaeus mendapat sanggahan dari Bapa Gereja lain yang mengetahui kematian St. Yohanes Rasul di tahun 70 AD, bila beliau memang wafat di tahun 70 AD. Kabar kematian St. Yohanes Rasul di abad ke 70 AD berasal dari sebuah fragmen (serpihan dokumen kuno), De Boor fragment dari epitome abad ke-5, Chronicle, yang konon mengutip St. Papias dan menyebutkan bahwa Yohanes dan Yakobus, saudaranya, telah dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Sekali lagi, bila memang fragmen ini akurat, Eusebius akan menyebutkan peristiwa ini dan St.Irenaeus tidak mungkin tidak tahu. Diduga ada kejanggalan dalam kutipan ini, entah ada yang diubah atau Yohanes yang dimaksud adalah Yohanes yang lainnya, bukan St. Yohanes Rasul. “. Hal yang menarik dari pernyataan argumentasi anda tersebut yaitu anda mengakui bahwa “ Kabar kematian St. Yohanes Rasul di abad ke 70 AD berasal dari sebuah fragmen (serpihan dokumen kuno), De Boor fragment dari epitome abad ke-5, Chronicle, yang konon mengutip St. Papias dan menyebutkan bahwa Yohanes dan Yakobus, saudaranya, telah dibunuh oleh orang-orang Yahudi “ . Ini berarti , anda mengakui ada DOKUMEN KUNO yang menegaskan Yohanes ben Zabede meninggal tahun 70 . Hanya anda menolak mengakuinya karena ANDA MERASA ADA KEJANGGALAN dengan mempertanyakan : Apabila St. Irenaeus mengenal dan mengutip karya St. Papias, bagaimana mungkin beliau melewatkan bagian dari tulisan St. Papias yang menyatakan bahwa St. Yohanes Rasul telah wafat di tahun 70 AD ?… Katakanlah St. Irenaeus keliru dan tidak mengetahui kematian St.Yohanes Rasul yang sudah demikian lama, pasti St. Irenaeus mendapat sanggahan dari Bapa Gereja lain yang mengetahui kematian St.Yohanes Rasul di tahun 70 AD, bila beliau memang wafat di tahun 70 AD . Hal itu adalah urusan anda selaku penganut Kristen yang baik, tetapi yang pasti anda tidak bisa semudah itu mengabaikan “ fragmen (serpihan dokumen kuno), De Boor fragment dari epitome abad ke-5 “ hanya karena anda berusaha agar Yohanes ben Zabede meninggal meliwati tahun 100 ( tahun ditulisnya Injil Yohanes ). Lakukan oleh anda penelusuran sejarah dengan mempertanyakan : Apa penyebab kematian Yahya ben Zabede ? Jawabannya : Dia dibunuh ! Lanjutkan lagi oleh anda dengan pertanyaan : Siapa yang membunuhnya ? Jawabannya : Herodes Agrippa II . Lanjutkan lagi dengan pertanyaan : Kapan berakhirnya masa pemerintahan Herodes Agrippa II ? Jawabannya : tahun 70 . Apa kesimpulan anda ? Mungkinkah anda akan mengatakan Herodes Agrippa II membunuh Yohanes ben Zabede dan Yakub pada tahun yang meliwati tahun 100 demi mempertahankan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes ben Zabede pada tahun 100 ? Perhatikan Dr.J.H.Bavinck dalam bukunya “ Sejarah Kerajaan Allah “ ( hal.458 ) menegas-kan bahwa : YA’KUB DAN YAHYA BIN ZABDI TELAH DIBUNUH OLEH HERODES AGRIPPA II. Sebagaimana diketahui, Herodes Agrippa I meninggal pada tahun 44 dan digantikan oleh Herodes Agrippa II. Pada tahun 66, terjadi pemberontakan bangsa Yahudi terhadap pemerintah Roma. Yerusalem dikepung dan dihancur-kan pada tahun 70. Sesudah itu Herodes Agrippa pindah menetap di Roma. Dengan demikian, pembunuhan atas YA’KUB DAN YAHYA BIN ZABDI OLEH HERODES AGRIPPA II, terjadi sebelum tahun 70. Penelusuran sejarah mengenai data waktu ini akan membatalkan pertanyaan-pertanyaan anda di atas. Pada sub judul reply anda : “ PENULIS KATOLIK DAN IMAN MEREKA “ anda berkata : “ Namun, kajian dan analisis bukanlah metode yang sempurna dan mutlak untuk mencapai Kebenaran. Bagi orang Katolik, Kebenaran tersebut memiliki nama, dan namanya adalah Yesus dari Nazareth yang disebut Kristus, seperti yang diberitakan oleh Injil Kanonik. Sdr. Arif mungkin mengutip dari beberapa orang Kristiani, bahkan beberapa adalah pastor untuk membuktikan bahwa kejadian penyaliban Yesus yang asli diragukan kebenarannya. Namun, seperti yang saya katakan, kajian mereka tidak serta merta membuktikan bahwa ajaran Gereja salah . ………Pertama, karena mereka bukanlah satu-satunya pengajar, dan bukan pengajar yang memiliki otoritas universal, dalam Gereja. Selain penulis yang anda kutip, ada beberapa Uskup, Imam, atau awam lain yang menafsirkan dan mengajarkan hal yang bertentangan dengan ajaran Gereja, tentu dengan metode dan analisis yang terlihat masuk akal . Namun, tidak sedikit pula berbagai kajian dan pakar yang meneguhkan ajaran Gereja, termasuk dalam topik otentisitas Injil Kanonik dan Penyaliban Yesus Kristus. Ditambah lagi, secara objektif memang kajian setiap orang memiliki kelemahan dan banyak hasil analisis yang menyimpulkan penafsiran yang berbeda dari para penulis tersebut “. Saya memahami “ kegalauan “ anda ketika anda menyaksikan fakta yaitu ada para pakar yang meragukan kebenaran penyaliban Yesus dan ada pakar/teolog yang meneguhkan ajaran Gereja. Menghadapi fakta demikian, lalu apa sikap anda ?. Apakah anda tetap bertahan dengan dogma Gereja yang anda anut ataukah anda dengan keterbatasan yang dimiliki, mencoba menggali ayat-ayat Bibel dengan nalar logika yang kritis dan mempertanyakan kebenaran peristiwa penyaliban Yesus. Saya melihat, Kristen awam akan bersikap seperti anda tetapi mereka yang mencoba kritis, tentu tidak bersikap seperti anda. Dan satu hal yang saya pahami dari pernyataan anda yang tersirat, yaitu bagaimanapun fiktif dan illusif-nya penyaliban Yesus, maka selaku penganut Kristen yang taat anda akan tetap mengatakan penyaliban Yesus sebagai historis karena tanpa penyaliban Yesus, fondasi dasar agama Kristen ( entah aliran apapun ) akan hancur berantakan sehingga agama Kristen tidak akan eksis lagi. Semua apologi akan anda hadirkan betapapun lemahnya argumentasi anda. Demikian bagian akhir reply saya yang “ menjawab “ reply anda tertanggal 26 Februari 2013. Saya minta maaf jika ada kata-kata saya yang tidak berkenan. Tapi yang pasti berdiskusi dengan anda, cukup menarik. 4. Reply : Ioannes Wirawan March 15, 2013 at 11:55 am Salam, Arif Lewisape. Terima kasih atas tanggapan anda. Sebelumnya, saya mohon maaf karena menurut kebijakan Katolisitas, diskusi hanya dilakukan sebanyak 3 putaran. Ini disebabkan keterbatasan waktu dan tenaga. Kami masih harus menyediakan artikel dan berdiskusi dengan sangat banyak orang lain. Oleh sebab itu, ini akan menjadi tanggapan terakhir saya. Mohon maaf ya, semoga bisa dimaklumi. Berdasarkan tanggapan anda, sebetulnya anda lebih ingin berfokus pada Mat 27:15-26 yang menurut anda menunjukkan bahwa Yesus yang disalib bukanlah Yesus yang asli. Oleh sebab itu, saya akan berfokus pada ayat tersebut sesuai keinginan anda. A. Penyesuaian Nama Yesus dan Pewartaan Injil. Saya mulai dengan mengklarifikasi salah satu pertanyaan anda. Anda memberikan tanggapan : Kira-kira apakah yang muncul perubahan nama “ BARABBAS “ di atas adalah sebagai sesuatu yang DISENGAJA ataukah TIDAK DISENGAJA ? Saya minta penjelasan anda, untuk semua permasalahan di atas agar saya bisa memberikan tanggapan yang tepat dan benar. Mohon maaf akan keterbatasan saya dalam menjelaskan. Memang saya mengatakan nama “ Yesus ” pada Yesus Barabbas tidak dihilangkan dengan “ disengaja ”, seolah ingin menyembunyikan sesuatu, melainkan menyesuaikan konteks penulisan. Dengan mengatakan demikian, sebenarnya yang ingin saya katakan adalah tidak adanya kata “ Yesus ” pada Barabbas pada Injil Lukas dan Markus berhubungan dengan tujuan penulisan, yaitu kepada siapa Injil itu pertama-tama dituliskan, yaitu kepada kalangan Yunani yang memahami nama “ Iesous” sebagai nama yang terhormat (artinya Tuhan adalah Penyelamat). Maka, tokoh antagonis di Injil dituliskan dengan sebutannya, yaitu Barabbas agar dapat dibedakan dengan tokoh “ Iesous ”. Sebenarnya, kata “ Yesus Barabbas ” ini adalah varian teks yang ditemukan di beberapa naskah kuno sebelum abad ke-3, disamping teks kuno lain yang menyatakan hanya “Barabbas”. Kitab Suci versi Vulgata (dan versi lainnya seperti King James Version, Revised Standard Version, Duoay Rheims Bible, New American Bible, Jerusalem Bible) tidak menyebutkan adanya kata “Yesus” Barabbas pada Injil Matius. Namun demikian, sekalipun ada teks kuno yang menyebutkan Yesus Barabbas, ini tidak membuktikan bahwa ada yang “disembunyikan” dalam peulisan teks Injil Kanonik, yang mengubah arti keseluruhan kisah penyaliban Yesus. Sebab ayat-ayat lainnya menyebutkan bahwa kedua orang tersebut : (Iesous) Barabbas dan Iesous dari Nazareth adalah dua orang yang berbeda dan bahkan bertolak belakang karakternya. Iesous dari Nazareth adalah tokoh yang dijabarkan di seluruh Injil sedangkan (Iesous) Barabbas adalah tokoh yang baru muncul saat menjelang penyaliban Iesous dari Nazareth. Bar-abbas/Bar-abba, artinya adalah Anak Bapa. Nama ini adalah nama sebutan yang umum pada orang Yahudi pada saat itu, dan karena itu tidak langsung mengacu kepada anak Bapa (Anak Allah Bapa). Pada saat itu, orang Yahudi malah menganggap Yesus menghukat Allah dengan menyebut Allah sebagai BapaNya. Maka, walaupun nama Bar-Abbas ini dapar diartikan sebagai Anak Bapa (Anak Allah Bapa) dan dengan demikian memiliki konotasi Mesianik, namun orang yang saat itu bernama atau berjulukan Barabbas di zaman itu tidak langsung dapat dianggap sebagai Sang Mesias. Nama Yesus dihormati karena mereka mendengar pewartaan para Rasul mengenai seseorang bernama Yesus yang adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Mereka tidak pernah mendengar ada nama Yesus yang lain, hanya ada satu Yesus dalam konsep budaya Yunani mereka. Dengan latar budaya berbeda dengan budaya bangsa Israel dan bahasa Aram, wajar bila ada kekhawatiran mereka akan rancu ketika ada dua nama Yesus dengan kepribadian masing-masing yang bertolak belakang. Lebih mudah bila diberi suatu pembedaan antara Yesus Kristus yang diwartakan para Rasul dan Yesus Barabbas yang hadir dalam sejarah penyaliban Yesus Kristus dengan menghilangkan nama salah satu orang, yang sebenarnya hanyalah detail kecil yang tidak penting dalam pewartaan mengenai Yesus Kristus. Hal ini tidak perlu dilakukan bagi St. Matius karena beliau menuliskan Injil untuk kaum Yahudi Kristiani, dimana mereka hidup dalam budaya yang biasa menjumpai lebih dari satu orang memiliki nama Yesus tanpa menjadi rancu. Oleh sebab itu, pertanyaan anda “Apakah orang-orang lain yang juga bernama “ Yesus “ tidak mengganggu pewartaan tentang nama Yesus? ” sebenarnya sudah dijawab dalam tanggapan saya sebelumnya. Tindakan para penulis suci cukup masuk akal dan tidak ada yang aneh dengan hal ini. A. Anak Bapa Dalam Injil Kanonik Nama Barabbas memang berarti Anak Bapa. Penggunaan Barabbas memang dijadikan nama seseorang berdasarkan tradisi Patronimik Yahudi, seperti Bartholmai, Barsabas, Barsarapion. Permasalahan disini adalah adanya kata “Legomenon” dalam penulisan Kitab Injil Kanonik. Penggunaan kata ini tidak digunakan untuk menunjukkan nama, melainkan julukan seseorang, seperti yang saya jelaskan. Sebagai contoh lain, kita melihat terjemahan Latin Vulgate oleh St. Hieronimus. Ayat Mat 27:16 dituliskan sebagai : “habebat autem tunc vinctum insignem qui dicebatur Barabbas”. Kata “qui dicebatur Barabbas” berarti “Yang disebut Barabbas”. Kata “dicebatur” berarti “called, mentioned”, sedangkan “nama” dalam bahasa Latin adalah “nomine” dan dalam bahasa Yunani adalah “onoma/to onoma (bernama)”. Bila memang Barabbas adalah nama Yesus Barabbas, bukan sekedar julukan/gelar, pasti digunakan “onoma” yang artinya “bernama”. Dengan demikian, mengasosiasikan arti nama Barabbas dengan Anak Allah menjadi tidak meyakinkan karena Barabbas sendiri ternyata bukan nama pasti dari Yesus Barabbas. Selain itu, baik ‘ Yesus ’ maupun ‘ Barabbas ’ adalah nama yang umum di zaman tersebut. Ada kemungkinan yang masuk akal bahwa ada lebih dari satu Yesus Barabbas di zaman tersebut. Nampaknya, kurang masuk akal bila anda meminta saya menunjukkan siapa saja Yesus Barabbas selain Yesus Barabbas yang diadili di Pontius Pilatus. Akan lebih baik jika memang ada bukti bahwa nama Yesus Barabbas bukanlah nama yang sering ditemui di zaman Yesus Barabbas hidup. Karena jika tidak, semua Yesus Barabbas yang hidup di zaman Yesus Barabbas hidup dapat dicurigai sebagai Yesus yang asli. Sejarah menyatakan bahwa nama “Barabbas” sudah ada sejak abad ke-5 sebelum Masehi, yang berlangsung sampai abad 2-5 setelah Kristus. Di zaman para rabbi Yahudi, Barabbas juga berarti anak Rabbi. Penemuan arkeologis juga menunjukkan bahwa nama ini di zaman Kristus ditemukan pada gua di Giv’at ja-Mivtar, dekat Yerusalem, dengan nama “ Abba ”, yang anaknya adalah Barabbas dalam bahasa Yunani. Maka Barabbas pada zaman itu adalah nama yang umum, dan bukan nama langka yang hanya dimiliki Yesus Barabbas dalam Mat 27:17. Bahwa nama Barabbas dapat memiliki arti yang lebih mendalam itu benar. Namun, nama itu tidak dapat dijadikan dasar argumen bahwa pemilik nama Barabbas adalah Sang Mesias, anak Allah Bapa. Mohon maaf bila tiba-tiba saya menghubungkan dengan Quran. Saya hanya menanggapi pernyataan anda dalam diskusi dengan Stefan dimana anda menyebutkan pertama kali bahwa Yesus Barabbas adalah Isa Almasih menurut orang Islam. Oleh sebab itu, saya hanya khawatir bila sebenarnya penafsiran Arif mengenai Mat 27:15-26 telah didasari pre-conceived idea dimana Isa Almasih tidak wafat disalib sehingga muncul kesimpulan bahwa Injil Kanonik mengatakan bahwa bukan Yesus asli yang disalib. Adanya preconceived idea diteguhkan dari pernyataan anda yang mengatakan,”Padahal yang tersalib adalah ORANG LAIN YANG DISERUPAKAN DENGAN YESUS KRISTUS. Wajarlah berkembang cerita bahwa yang disalib adalah YESUS KRISTUS YANG ASLI padahal bukan.” Padahal penafsiran anda berdasarkan Mat 27:15-26, sedangkan baik perikop tersebut maupun bagian manapun di Injil Kanonik tidak menyebutkan adanya orang yang mirip dengan Yesus maupun orang yang diserupakan dengan Yesus Kristus. Maka, saya menyimpulkan bahwa ada usaha anda untuk mencocokkan penafsiran anda dengan pre-conceived idea yang telah ada sebelumnya dalam konsep anda, yang saya duga adalah Kitab Suci yang anda percayai. Inilah sebabnya saya mengatakan,”Injil Kanonik tidak perlu dicocokkan dengan Al-Quran”. Andaikan memang benar (dan sesuai pernyataan Anda sendiri) bahwa Isa Almasih yang dimaksud dalam Al-Quran adalah Yesus Barabbas, maka belum tentu yang Injil Kanonik juga harus mengatakan hal yang sama. Yesus Kristus yang diwartakan dalam Injil Kanonik adalah Yesus Kristus anak St. Perawan Maria yang adalah Allah Putra yang menjelma menjadi manusia, disiksa, wafat di salib, dan bangkit kembali pada hari ketiga, dan kemudian akan datang kembali di akhir zaman untuk mengadili orang hidup dan mati. Injil Kanonik tidak menceritakan Yesus Kristus yang hanya seorang manusia biasa. Selain itu, pewartaan bahwa Yesus yang asli sungguh disalib dan bangkit kembali telah ada sebelum Injil Kanonik dan Perjanjian Baru selesai ditulis. Di masa itu, sudah ada penindasan umat Kristiani oleh Kekaisaran Romawi. Apabila ternyata yang disalib adalah orang lain, tidak mungkin para Rasul dan anggota Gereja Perdana mau menyerahkan nyawa untuk suatu kekeliruan. Apalagi, diwartakan pula bahwa tidak hanya wafat, Yesus Kristus juga bangkit dari kematian. Anda memberikan contoh dalam diskusi dengan pak Stef & saya bahwa anggota komunis juga mati untuk prinsip yang mereka pegang dan mengatakan bahwa kematian mereka tidak membuktikan bahwa komunisme adalah prinsip yang benar. Permasalahannya, mereka mati untuk sesuatu yang benar-benar ada, yakni prinsip komunisme. Eksistensi prinsip ini sama nyatanya dengan prinsip demokrasi. Kematian para penganut komunisme memang tidak membuktikan kebenaran paham komunisme, namun kematian mereka mewartakan kepada dunia bahwa komunisme itu ada atau exist. Demikian pula kematian para martir dan para Rasul mewartakan bahwa Yesus Kristus, Putra Allah yang lahir menjadi manusia, disiksa, wafat, dan bangkit kembali pada hari ketiga sungguh terjadi. Apabila ada keraguan atau ketidakpastian mengenai terjadinya peristiwa penyaliban ini, penderitaan dan kemartiran mereka sungguh konyol karena mati demi peristiwa yang tidak pasti, apalagi demi berita bohong. Untuk apa mereka mati demi berita bohong? Berita yang mereka wartakan juga bukan hal yang megah, yakni kematian pimpinan besar mereka secara tragis di kayu salib. Tidak ada keuntungan bagi mereka untuk mewartakan berita penipuan yang memalukan, apalagi sampai mengorbankan nyawa sendiri. Ditambah lagi, tidak masuk akal untuk menafsirkan bahwa Injil Kanonik menceritakan mengenai Yesus Barabbas yang tidak disalib. Kanonisasi justru bermaksud memisahkan antara Injil non-Kanonik gnostik yang menyangkal penyaliban Yesus dan Injil Kanonik yang menceritakan penyaliban Yesus Kristus. Fakta ini sekaligus membantah argumen anda yang menyatakan bahwa murid-murid utama Kristus tidak mewartakan mengenai penyaliban Kristus. B. “ Tahanan Terkenal” Menunjukkan Yesus yang Asli? Mengatakan bahwa Yesus yang disalib bukanlah Yesus asli juga tidak masuk akal karena Injil Kanonik menyatakan bahwa Yesus Kristus melakukan banyak mukjzat dan lainnya. Berdasarkan jawaban anda sendiri dalam diskusi dengan Stefan (2012/12/25) mengatakan bahwa tokoh utama Injil Kanonik : Dan tokoh “ YESUS yang disebut KRISTUS “ atau “ YESUS KRISTUS PALSU “ inilah yang diceritakan dalam Bibel sebagai tokoh utama yang : TELAH DISALIB !. Bukan, YESUS KRISTUS( atau menurut orang Islam : Nabi Isa Al Masih as). Berdasarkan pandangan anda ini, bahwa tokoh utama Injil adalah Yesus “Nobody”, berarti Yesus Barabbas, atau Yesus asli menurut anda, hanya diceritakan sangat sedikit sekali dalam Injil Kanonik. Berarti, siapakah sebenarnya Yesus Barabbas ini? Saya hanya berusaha konsisten dengan pendapat anda ini, bahwa tokoh utama Injil Kanonik menurut anda adalah Yesus Kristus Palsu (Yesus Nobody menurut istilah saya). Tiba-tiba dalam tanggapan anda kali ini, anda mengatakan bahwa tokoh utama Injil Kanonik adalah Yesus Barabbas, yang pada akhirnya tidak tersalib. Mana yang benar? Kita coba asumsikan revisi anda adalah pendapat yang anda maksudkan. Sebenarnya, dalam Injil Markus sendiri telah ditegaskan bahwa Barabbas adalah seorang yang melakukan pembunuhan dalam suatu pemberontakan (Vulgate : qui in seditione fecerant homicidium; Dalam teks asli berbahasa Yunani : φόνον : pembunuhan). Saya tidak tahu apakah anda memperhitungkan ini sebagai salah satu keterangan yang jelas atau tidak. Bila Injil Markus bermaksud menceritakan Yesus Barabbas sebagai tokoh utama, seperti yang anda tafsirkan, tidak masuk akal bila St. Markus mengatakan bahwa Ia adalah pembunuh. Jika mengikuti tafsiran anda, apakah anda bermaksud mengatakan bahwa Yesus yang asli (yang menurut anda adalah Isa Almasih) ini adalah seorang pembunuh? Jika demikian, Yesus yang adalah pembunuh tersebut adalah Yesus yang bangkit kembali dari kubur? Jadi, Yesus yang mana yang mengatakan bahwa Ia akan disiksa, wafat, dan bangkit? Yesus yang disebut Kristus atau Yesus Barabbas? Kalau Yesus yang “asli” menurut anda adalah Yesus Barabbas, apakah berarti Yesus Barabbas sendirikah yang menubuatkan kesengsaraannya ini? Tapi lalu ia sendiri dibebaskan sehingga perkataannya ini tak tergenapi? Lagi pula, menurut alur cerita Injil Matius, Yesus Barabas digambarkan sebagai seseorang lain yang tiba-tiba disebutkan dalam Injil. Jika sedari awal Injil Kanonik berniat menceritakan Yesus Barabas sebagai tokoh utama, untuk apa penulis tiba-tiba di tengah alur cerita menyebutkan kembali “Dan pada waktu itu ada di dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabbas”? Jikalau Injil Kanonik memang bermaksud menceritakan Yesus Barabbas sedari mulanya, kenapa penulis tidak langsung menulis nama Yesus sebagai Yesus Barabbas dan menggunakan nama lain untuk Yesus palsu? Ditambah lagi, Injil sinoptik yang menghapus nama “Yesus” dari nama Yesus Barabbas adalah Injil Lukas dan Injil Markus. Jika memang mereka sedari awal berniat menceritakan Yesus Barabbas, mengapa justru menghapus nama Yesus ketika kata Barabbas disebut? Tentu jelas lebih masuk akal bila tokoh utama Injil memang adalah Yesus Kristus yang tersalib, bukan Yesus Barabbas. Tanpa didasari dogma Kristiani pun, tetap tidak masuk akal untuk menganggap Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli menurut Injil Kanonik hanya karena jenis kejahatan Yesus Barabbas tidak disebutkan secara spesifik. Kecuali, anggapan tersebut telah didasari dogma atau “preconceived idea” seperti yang dibahas diatas, yakni : bahwa Yesus yang tersalib bukanlah Yesus Kristus yang asli. Tentu bila demikian, setiap penafsiran ayat Alkitab akan dicocokkan dengan pre-conceived idea tersebut. Nampaknya yang lebih masuk akal adalah melihat kajian para pakar yang memang menyatakan Yesus Barabbas hanyalah seorang pemberontak. Salah satunya adalah Paus Emeritus Benediktus XVI, yang telah dibahas oleh Katolisitas : link to katolisitas.org. Jika mereka berpendapat bahwa Yesus Barabbas hanyalah pemberontak, apakah berarti menurut anda para pakar Kitab Suci tersebut menginjak-injak akal sehat? Dengan demikian, pandangan yang mengatakan bahwa Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli hanya karena ia cuma disebut “penjahat terkenal” adalah tidak rasional. E. Minor Details & Gnosticism Berikut ini hanyalah tanggapan mengenai beberapa hal kecil dan Gnosticism dalam diskusi yang berada diluar fokus kita. Saya susun dalam bentuk Tanggapan anda yang disusul tanggapan saya di bawahnya : 1) Anda mengatakan : “Dalam berkisah tentang PERISTIWA PENYALIBAN, para pengarang Injil-Injil kanonik telah menceritakan secara keliru berdasarkan cerita tutur bersambung bahwa figur tersalib adalah YESUS KRISTUS ASLI, padahal yang tersalib adalah ORANG LAIN YANG DISERUPAKAN DENGAN YESUS KRISTUS. Wajarlah berkembang cerita bahwa yang disalib adalah YESUS KRISTUS YANG ASLI padahal bukan.” Tanggapan : Darimana kesimpulan ini muncul? Mat 27:15-26 tidak menyebutkan apapun mengenai orang yang diserupakan. Semua Injil Kanonik juga tidak menyebutkan apapun mengenai orang yang wajahnya diserupakan Yesus atau orang yang mengikuti Yesus dengan wajah yang mirip denganNya. 2) Anda mengatakan : “Dalam reply saya sebelum ini, sudah saya jelaskan bahwa saya lebih berfokus pada Injil-Injil kanonik dan sama sekali tidak mengkhususkan kepada naskah-naskah kuno, yang ternyata anda nilai sebagai gnostik.” Tanggapan : Saya hanya mendasarkan diri pada pernyataan anda yang mengatakan bahwa Injil Kanonik menyatakan bahwa Yesus yang disalib bukan Yesus yang asli dan hal ditegaskan oleh naskah-naskah kuno. Memang betul bahwa anda tidak memfokuskan diri pada naskah kuno. Namun, anda menyatakan bahwa tafsiran Injil Kanonik menyatakan bahwa penafsiran anda “ditegaskan oleh naskah-naskah kuno”. Oleh sebab itu, saya membahas mengenai Nag Hammadi dan Injil non-kanonik untuk menjelaskan bahwa Injil non-Kanonik tidak dapat digunakan untuk mendukung penafsiran anda mengenai penyaliban Yesus dalam Injil Kanonik. Bukan karena saya yang menilai bahwa naskah kuno yang anda rujuk (Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik) adalah gnostik, namun pakar Kitab Suci, pakar Theologi, dan arkeolog dunialah yang menyimpulkan demikian. Pakar yang mengasosiasikan Kristiani dan Gnosticism memang ada namun hanya minoritas. Namun ajaran umum Kristiani yang diimani oleh umat Kristiani tidak sesuai dengan ajaran Gnosticism. Konsep Aeon, Demiurge, Pleroma, Divine Spark, dan lainnya jelas bukanlah ciri dan karakter dari Kristiani. Karena anda menyebutkan baik Injil Kanonik maupun naskah kuno, saya menanggapi keduanya, baik Injil Kanonik maupun naskah kuno. 3) Anda mengutip pernyataan saya : “Silahkan memilih antara Gnosticism yang menyangkal penyaliban Yesus asli atau ajaran Katolik yang menyatakan Yesus yang disalib adalah Yesus asli. Namun, tidak mungkin menghubungkan keduanya karena isi ajaran keduanya memang jelas berbeda.” Tanggapan : Sekali lagi, maksud pernyataan ini adalah dalam konteks argumen anda yang mengatakan bahwa naskah kuno yang anda rujuk (Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik) menegaskan kebenaran penafsiran anda bahwa “Yesus yang tersalib dalam Injil Kanonik bukanlah Yesus yang asli”. Pernyataan ini bermaksud menolak naskah kuno yang anda sebut dapat mendukung penafsiran anda karena naskah kuno tersebut berisi ajaran Gnostik. 4) Anda mengatakan : “Saya tidak peduli dengan Gnoticicm atau dengan Katholicism apalagi menghubungkan keduanya melainkan saya berfokus pada analisis ayat-ayat Injil kanonik dan ternyata hasilnya menyimpulkan : YESUS TIDAK DISALIB.” Tanggapan : Tentu saja anda harus peduli dengan konsep gnosticism dan Ajaran Katolik karena kedua hal tersebut termasuk dalam topik diskusi kita. Mana mungkin mendiskusikan hal dan topik dengan baik jika konsep yang melatarbelakanginya juga tidak dibahas? Konsep Gnosticism (juga Docetism dan Manicheism) disini menjadi penting untuk dipahami karena paham ini menolak kemanusiaan Kristus (True Humanity of Christ) sejak awal sehingga mereka juga menolak bahwa Sang Mesias benar-benar telah disalibkan. Mereka menganggap bahwa penderitaan Yesus di salib begitu “merendahkan” Mesias sehingga tidak mungkin terjadi. Akibatnya, muncul ajaran bahwa yang nampak adalah “bayang-bayang” atau sesuatu yang diserupakan. Inilah yang menyebabkan para Rasul sejak awal memperingatkan umat akan adanya Injil-injil lain yang menyimpang dari Injil yang mereka wartakan (2 Kor 11:4; Gal 1:6). Bagaimana mungkin anda mengutip naskah-naskah kuno sebagai dukungan tafsiran anda tanpa mengetahui latar belakang naskah-naskah tersebut adalah gnostik? Ditambah lagi, bila anda mengetahui mengenai ajaran gnostik, anda tidak dapat menghubungkannya dengan Kristianitas karena dasar ajaran dan isi keduanya jelas berbeda. Karena tidak ada hubungannya, anda tidak dapat menggunakan sumber ajaran gnostik untuk menyanggah ajaran Kristiani. 5) Anda mengatakan : “Anda berkata : ‘Silahkan gunakan Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, yang juga bagian dari tonggak ajaran Kristiani’. Sehubungan dengan pernyataan anda yang demikian, saya tegaskan, memang saya tidak menggunakan Perjanjian Lama dan lebih berfokus kepada Perjanjian Baru, khususnya Injil-Injil kanonik.” Tanggapan : Saya tidak mengharuskan anda menggunakan Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Jika anda hanya ingin berfokus pada Injil Kanonik, silahkan berfokus disana. Anda sendiri telah berkata,”sejumlah ayat-ayat lain dalam Injil Kanonik sendiri bila dilakukan analisis kritis..tidak harus didukung oleh naskah-naskah kuno”. Namun, setelah kita diskusikan, kesimpulan “ Yesus yang disalib bukanlah Yesus asli ” yang anda tarik berdasarkan Mat . 27:15-26 terbukti tidak rasional. 6) Anda mengatakan : “Seharusnya menjadi langkah yang diambil – ketika Gnoticism menyangkal penyaliban Yesus dan ajaran Katolik menyatakan Yesus disalib – adalah melakukan penelitian dan kajian ayat-ayat Injil kanonik, untuk menetapkan mana dari antara kedua “ajaran“ itu yang benar. Dan saya mendapatkan kesimpulan YESUS TIDAK DISALIB , dan kesimpulan itu bukan saya peroleh dari “ Naskah-Naskah Kuno “ yang gnosis. Dan saya melihat kesimpulan tersebut didukung pula oleh naskah-naskah kuno. Saya bertanya kepada anda , apakah dalam Gnosistik tidak mengandung kebenaran sejarah ? Memang kisah “ PENYALIBAN YESUS “ yang tersaji dalam Injil-Injil kanonik mengandung banyak hal yang dipertanyakan.” Tanggapan : Kajian terhadap kedua “ajaran”, baik Kristiani dan gnosticism sudah banyak dan dapat anda temukan. Sebenarnya, tidak ada bukti bahwa kitab-kitab dan Injil non-Kanonik yang termaktub dalam Nag Hammadi, maupun dokumen-dokumen gnostik lain, adalah karya asli murid-murid Kristus. Jika keaslian Injil Kanonik anda pertanyakan, kita juga dapat mempertanyakan keaslian dari Injil-injil non-Kanonik. Apakah Injil Petrus ditulis oleh St. Petrus sendiri? Apakah Injil Thomas ditulis oleh St. Thomas sendiri? Penanggalan karbon Nag Hammadi berkisar di abad ke-4. Para pakar menduga tulisan asli kitab-kitab dalam Nag Hammadi berkisar di abad ke-2, dimana para Rasul sendiri dan saksi mata langsung sudah lama meninggal. Ini bertentangan dengan prinsip yang anda sendiri ajukan, dimana penulis dari kitab-kitab Nag Hammadi dan Injil Gnostik ternyata bukanlah saksi mata langsung penyaliban Yesus Kristus. Selain itu, sumber tulisan Injil Gnostik ini juga dipertanyakan. Sebagai contoh, peristiwa penyaliban Yesus dalam Injil-injil gnostik yang berbeda-beda. Injil Yudas mengatakan Simon dari Kirene yang disalib. Injil Philip mengatakan Yesus disalib, namun kemudian meninggalkan salib tersebut. Injil Thomas dan Injil Maria tidak menyebutkan apapun mengenai penyaliban. Injil Petrus, salah satu Injil gnostik diluar Nag Hammadi, malah menyebutkan Yesus sungguh disalib, namun tidak merasakan sakit. Hal ini semakin melemahkan kredibilitas naskah kuno yang anda ajukan untuk mendukung argumen anda. D. Kesimpulan Saya telah menunjukkan bahwa kesimpulan anda mengenai Mat 27:16 dimana Yesus Barabbas = Yesus Anak Bapa = Yesus Anak Allah dapat ditolak. Secara analisis teks, tidak dapat dibuktikan bahwa Barabbas yang berarti Anak Bapa dapat langsung dihubungkan dengan konsep Kristiani dimana Allah Bapa adalah Bapa Yesus. Selain itu, analisis teks juga menunjukkan bahwa Barabbas dapat diragukan sebagai nama Yesus. Adanya kata “Legomenon” lebih menunjukkan Barabbas sebagai sebutan daripada nama asli Yesus Barabbas. Menafsirkan Yesus Barabbas sebagai Yesus asli yang diceritakan sebagai tokoh utama dalam Injil Kanonik juga tidak konsisten dengan keseluruhan Injil Kanonik. Alur cerita Injil Matius dan Injil Kanonik lain menjadi tidak masuk akal bila anda memaksakan penafsiran anda. Dengan demikian, Injil Kanonik memang menceritakan mengenai Penyaliban Yesus yang disebut Kristus sebagai Yesus yang asli, bukan Yesus Barabbas. Dengan rendah hati, saya menyarankan pada anda untuk turut memperhitungkan dokumen kuno yang mendukung peristiwa penyaliban Kristus dan pakar yang mendukung otentisitas Injil serta penyaliban Yesus. Siapa tahu, karya mereka telah menjawab argumen pakar-pakar yang anda kutip. Semoga dengan demikian, kesimpulan yang anda tarik bukanlah kesimpulan karena sepihak, melainkan memang rasional seperti yang anda tekankan dalam argumen-argumen anda. Anda memberi masukan pada saya bahwa,”Dogma bisa menolak kebenaran yang dihasilkan rasio sekalipun yang disajikan DOGMA sesungguhnya menginjak-injak akal sehat.” Saya menghargai nasihat anda, namun sayangnya nasihat ini ambivalen. Nasihat yang sama dapat ditujukan pula untuk anda, terutama setelah kita berdiskusi dan melihat bahwa argumen “Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli” adalah tidak rasional. Demikian ulasan dari saya. Masalahnya sekarang adalah, apakah seseorang mau dengan jujur melihat bahwa apakah benar kata “Barabbas” itu dapat dijadikan dasar untuk menihillkan semua penjabaran dalam Injil Kanonik tentang Yesus (demi mempertahankan paham yang sudah diyakini sebelumnya). Kami tidak dalam posisi untuk memaksakannya kepad pemmbaca. Namun, kami percaya seseorang yang jujur membaca keseluruhan Injil Kanonik (tanpa pre-conceived idea) akan dapat menyimpulkan bahwa yang disalibkan memang adalah Yesus Kristus yang telah dinubuatkan para nabi, dan yang sudah menubuatkan kematian dan kebangkitanNya serta menggenapi semua ini. Semoga Allah menuntun kita pada Sang Kebenaran, yang telah tersalib, bangkit dari kematian, dan akan datang kembali sebagai Hakim dan Raja Semesta. Pacem, Ioannes 5. Reply : Arif Lewisape March 17, 2013 at 11:04 am Pak Ioannes yang baik, terima kasih atas reply anda tertanggal 15 Maret 2013. Saya bisa memaklumi dengan kebijakan pihak Katolisitas mengenai frekuensi diskusi hanya dibatasi 3 kali. Saya memaklumi, masih banyak pula yang perlu dilakukan pihak Katolisitas ( pak Ioannes ) dalam memberikan pelayanan kepada jemaat Katolik yang berkaitan dengan Kekatolikan. Dan saya menghormatinya dan reply saya kepada pak Ioannes kali ini adalah yang terakhir dalam batasan tersebut. Dan saya tidak mendapatkan kotak “ Reply “ dalam reply anda sehingga saya terpaksa mengirimkan reply saya pada reply anda terdahulu. Saya minta izin pada pihak Katolisitas untuk menghadirkan reply saya sekarang dan berikutnya yang menanggapi reply pak Ioannes tertanggal 15 Maret 2013. Tanpa menghadirkan reply saya, rupanya ada penilaian tentang ketidak-jujuran pihak Katolisitas dalam pewartaannya. Terima kasih. Dan saya akan membagi reply saya sekarang atas bebebrapa bahagian dan saya berharap pihak Katolisitas bisa secara jujur memuat semua reply yang hadir dalam dialog ini demi penyajian “ kebenaran “ kepada para pembaca. Biarlah mereka mempertimbangkan sendiri karena Tuhan menganugerahi manusia dengan akal budi untuk menalar kebenaran. Untuk anda ketahui, reply-reply yang muncul dalam diskusi ini akan saya hadirkan dalam blog saya yaitu “ Arif Doc’s “. Anda bisa membaca tanpa harus menanggapinya supaya waktu anda tidak tersita sehubungan dengan tugas pelayanan Kekatolikan anda. BAGIAN PERTAMA A. Tanggapan atas reply bagian A yaitu : MASALAH PENGHILANGAN KATA “ YESUS “ PADA “ BARABBAS “. Penjelasan anda sesungguhnya merupakan bantahan atas pernyataan saya bahwa ketercantuman hanya nama “ BARABBAS “ padahal seharusnya “ YESUS BARABBAS “ menunjukkan adanya KESENGAJAAN menghilangkan nama “ YESUS “ supaya jangan sampai diketahui bahwa YESUS YANG ASLI ( yaitu YESUS BARABBAS ) ternyata TIDAK DISALIB. Dan dalam bantahan tersebut anda menjelaskan : “ …… tidak dihilangkan dengan “disengaja”, ….. melainkan menyesuaikan konteks penulisan “. Menjadi pertanyaan, konteks penulisan model apa yang disesuaikan itu? Anda memberi penjelasan : “ tidak adanya kata “Yesus ” pada Barabbas pada Injil Lukas dan Markus berhubungan dengan tujuan penulisan, yaitu kepada siapa Injil itu pertama-tama dituliskan, yaitu kepada kalangan Yunani yang memahami nama “Iesous” sebagai nama yang terhormat ( artinya Tuhan adalah Penyelamat).Maka,tokoh antagonis di Injil dituliskan dengan sebutannya, yaitu Barabbas agar dapat dibedakan dengan tokoh “Iesous”… “. Ada kejanggalan dalam penjelasan anda tersebut karena hanya berbicara Injil Lukas dan Injil Markus sesuai dengan kalimat anda : “ tidak adanya kata “ Yesus ” pada Barabbas pada Injil Lukas dan Markus “. Ini berarti pada Injil Matius dan Injil Yohanes ada tertulis : YESUS BARABBAS bukan BARABBAS saja. Kalau demikian, mari kita rujukkan pada berbagai versi terjemahan Bibel. Dalam : Alkitab LAI 1968 – Alkitab LAI 1976- Alkitab LAI 2000 – Holy Bible – The New Testament In Todays English Version-Perjanjian Baru , New Testament – Good News For Modern Man- The Big Word for Kids – The Jerusalem Bible , New Testament – The Emphatic Diaglot, New Tesatament , dan sebagainya, ternyata Injil Matius dan Injil Yohanes HANYA MENYEBUT : BARABBAS saja, BUKAN YESUS BARABBAS. Dengan demikian, pernyataaan anda : “ tidak adanya kata “Yesus ” pada Barabbas pada Injil Lukas dan Markus “ yang hanya menfokus pada Injil Lukas dan Injil Markus, menunjukkan kejanggalan. Mengkaji kalimat anda “ … tidak dihilangkan dengan “disengaja”, … melainkan menyesuaikan konteks penulisan “, mengandung dua aspek yang berkontradiksi . Ketika ada tujuan “…….. menyesuaikan konteks penulisan “ dan karenanya kata “ Yesus “ dihilanghan berarti penghilangan tersebut merupakan sesuatu yang disengaja, dan tidak bisa dikatakan “ ……tidak dihilangkan dengan “disengaja”…… “, kecuali kalau ada pengertian lain dari “disengaja” (karena kata “ disengaja “ diberi tanda kutip ) yang maksudnya “ tidak disengaja dihilangkan yang bertujuan supaya orang tidak tahu bahwa yang disalib bukan Yesus “ tetapi disengaja demi penyesuaian objek misi sehingga dikatakan “ …. … tidak dihilangkan dengan “ disengaja”…… “. Mungkin demikian maksud anda. Tetapi siapa yang bisa memastikan demikian ? Bukankah yang demikian hanya pendapat anda semata-mata ? Ternyata “….. menyesuaikan konteks penulisan “ dalam penjelasan anda adalah : “……kepada siapa Injil itu pertama-tama dituliskan, yaitu kepada kalangan Yunani yang memahami nama “ Iesous ” sebagai nama yang terhormat ( artinya Tuhan adalah Penyelamat ). Maka, tokoh antagonis di Injil dituliskan dengan sebutan-nya, yaitu Barabbas agar dapat dibedakan dengan tokoh “Iesous” “. Menarik diperhatikan kalimat anda : “…… kepada siapa Injil itu pertama-tama dituliskan, ……“ . Injil yang mana ? Pernyataan anda yang demikian , harus dihubungkan dengan Injil Lukas dan Injil Markus karena sebelumnya anda menyebut : Injil Lukas dan Injil Markus “. Pakar Bibel pada umumnya menyatakan bahwa Injil Lukas ditulis untuk kalangan Yunani dan siapa yang menulisnya menjadi perdebatan di kalangan pakar Bibel. Tetapi sebenarnya tetap menjadi pertanyaan, benarkah Injil Lukas ditulis untuk kalangan Yunani (dalam pengertian komunitas)? Mengapa demikian karena pada pembukaan Injil Lukas, sangat jelas pengarangnya hanya menujukan kepada Teofilus , bukan ditujukan kepada komunitas Yunani. Juga bagaimana dengan Injil Markus, benarkah ditulis untuk kalangan Yunani seperti yang anda katakan dan siapa yang menulis ? Pernyataan “…..menyesuaikan konteks penulisan “ dalam pengertian : “…… kepada siapa Injil itu pertama-tama dituliskan “ untuk masing-masing “ Injil “( Matius, Markus, Lukas dan Yohanes ) hanya didasarkan pada hipotesis-hipotesis yang masih perlu dibuktikan kebenarannya. Bukan sebuah kebenaran. Alasan lanjut anda sehingga kata “ Yesus “ pada “ Barabbas “ dihilangkan karena “ kalangan Yunani yang memahami nama “ Iesous ” sebagai nama yang terhormat ( artinya Tuhan adalah Penyelamat ). Maka, tokoh antagonis di Injil dituliskan dengan sebutannya, yaitu Barabbas agar dapat dibedakan dengan tokoh “Iesous” “. Alasan anda sulit dicerna. Jika benar demikian, maka alasan itu haruslah bersifat umum, yaitu orang-orang lain yang juga bernama “ Yesus “ ( – nama “ Yesus “ adalah nama yang umum ) tidak lagi diucapkan supaya tidak bercampur dengan nama tokoh “ Iesous “. Apakah demikian ? Jika tidak, mengapa hanya kepada Yesus Barabbas saja, yang menurut anda adalah tokoh antagonis (–tokoh antagonis dalam hal apa?–) kata “ Yesus “ dihilangkan ? Itulah yang saya pertanyakan dalam reply saya sebelum ini. Anda berkata : “ Sebenarnya,kata “Yesus Barabbas ” ini adalah varian teks yang ditemukan di beberapa naskah kuno sebelum abad ke-3, disamping teks kuno lain yang menyatakan hanya “Barabbas”. ……… tidak menyebutkan adanya kata “Yesus “ Barabbas pada INJIL MATIUS“. Saya cukup dibingungkan dengan pernyataan-pernyataan anda. Tadinya anda mengatakan “ tidak adanya kata “ Yesus ” pada Barabbas pada Injil Lukas dan Markus “. Dan saya pun menanggapinya dengan mempertanyakan masalah itu dalam Injil Matius dan Injil Yohanes. Tapi sekarang anda mengatakan : “………. tidak menyebutkan adanya kata “ Yesus “ Barabbas pada INJIL MATIUS “. Lalu ke mana “ Injil Lukas dan Markus “-nya ? Kembali kepada pernyataan anda yang menyebut versi Vulgata ( versi Italia terjemahan dari versi Yunani : Septuaginta ) tidak memuat nama “ Yesus “. Nah itulah yang menjadi permasalahan. Mana yang benar ? Apakah “ Barabbas “ saja seperti yang tercantum dalam versi Vulgata ataukah “ Yesus Barabbas “ menurut versi “ teks yang ditemukan di beberapa naskah kuno sebelum abad ke-3 “. Hal-hal seperti inilah yang seharusnya bisa dijelaskan oleh anda. Dan banyak hal yang telah saya kemukakan dalam reply-reply saya , yang sebenarnya menuntut penjelasan anda, tetapi sayangnya justru tidak muncul dalam reply-reply anda. Contohnya tentang Gnosticisme yang menjadi dasar penolakan anda terhadap naskah-naskah kuno Nag Hammady, tetapi anda tidak menjelaskan sama sekali mengenai ajaran Gnostik yang muncul dalam surat- surat Paulus ( antara lain dalam Kitab Ibrani ) di mana anda berpegang padanya dalam meyakini dogma Kristen yang anda anut. Menolak Gnosticisme naskah-naskah kuno Nag Hammady tetapi menerima Gnosticisme dalam surat-surat Paulus ! Masalah ini akan saya ulas kembali pada bagian reply saya atas reply apologi anda yang menyinggung masalah Gnosticisme. Anda berkata : “ Sebab ayat-ayat lainnya menyebutkan bahwa kedua orang tersebut : (Iesous) Barabbas dan Iesous dari Nazareth adalah dua orang yang berbeda dan bahkan bertolak belakang karakternya. Iesous dari Nazareth adalah tokoh yang dijabarkan di seluruh Injil sedangkan ( Iesous ) Barabbas adalah tokoh yang baru muncul saat menjelang penyaliban Iesous dari Nazareth “. Pernyataan anda sangat kontradiktif. Dalam satu pernyataan, menghadirkan dua petilan pernyataan yang bertentangan yaitu petilan kalimat: “…..kedua orang tersebut:( Iesous )Barabbas dan Iesous dari Nazareth adalah dua orang yang berbeda dan bahkan bertolak belakang karakternya……“ dan petilan kalimat : “ ( Iesous ) Barabbas adalah tokoh yang baru muncul saat menjelang penyaliban Iesous dari Nazareth “ . Ketika anda berkata : “ ….. kedua orang tersebut : ( Iesous) Barabbas dan Iesous dari Nazareth adalah dua orang yang berbeda dan bahkan bertolak belakang karakternya……“ maka harus dipahami bahwa Injil-Injil kanonik juga menyajikan secara luas tentang “ ( Iesous ) Barabbas “ di samping “ Iesous dari Nazareth “ agar dapat dikenali “ karakter “- nya yang berbeda dari karakter Iesous dari Nazareth. Dapatkah anda menunjukkan ayat- ayat Injil kanonik yang berkisah tentang “ ( Iesous ) Barabbas “ yang dibedakan dari “ Iesous dari Nazareth “ agar anda dapat berkata : “ …. kedua orang tersebut : ( Iesous ) Barabbas dan Iesous dari Nazareth adalah dua orang yang berbeda dan bahkan bertolak belakang karakternya……“ ?. Anda tidak akan mampu menunjukkannya karena tidak ada satupun ayat-ayat Injil kanonik yang berkisah tentang kehidupan “ ( Iesous ) Barabbas “ yang dibedakan dari “ Iesous dari Nazareth “. Kemudian anda memunculkan petilan kalimat susulan : “ ( Iesous ) Barabbas adalah tokoh yang baru muncul saat menjelang penyaliban Iesous dari Nazareth “. Pernyataan ini hanya mengindikasikan, Injil-Injil kanonik tidak berbicara apa-apa mengenai kehidupan “ ( Iesous ) Barabbas “ yang dibedakan dari “ Iesous dari Nazareth “ , sehingga tidak bisa memberikan informasi mengenai karakter “ ( Iesous ) Barabbas “. Kalau memang demikian halnya, lalu bagaimana anda bisa “….. kedua orang tersebut : ( Iesous ) Barabbas dan Iesous dari Nazareth adalah dua orang yang berbeda dan bahkan bertolak belakang karakternya……“. Betapa jelasnya kontradiksi kedua petilan kalimat pernyataan anda tersebut. Anda berkata : “ Bar-abbas/Bar-abba, artinya adalah Anak Bapa. Nama ini adalah nama sebutan yang umum pada orang Yahudi pada saat itu, dan karena itu tidak langsung mengacu kepada anak Bapa (Anak Allah Bapa) “. Anda mengatakan , nama “ Bar-abbas/Bar-abba “ adalah “ nama sebutan yang umum pada orang Yahudi pada saat itu, dan karena itu tidak langsung mengacu kepada anak Bapa (Anak Allah Bapa ) “. Saya harap agar dalam pembicaraan jangan hanya berdasarkan perkiraan tetapi hendaknya didasarkan pada referensi yang akurat. Saya tidak meminta anda agar menunjukkan bukti berdasarkan ayat-ayat Perjanjian Baru tetapi saya minta kepada anda, agar menunjukkan referensi yang dapat dipertanggung-jawabkan yang ditulis para pakar Bibel bahwa “ Bar-abbas/Bar-abba adalah nama sebutan yang umum pada orang Yahudi pada saat itu, dan karena itu tidak lang-sung mengacu kepada anak Bapa (Anak Allah Bapa ) “. Kalau anda tidak mampu menun-jukkannya, berarti pernyataan anda tidak lebih sebuah apologi yang tidak berdasar sama sekali. Lanjutan pernyataan anda tersebut adalah : “ Pada saat itu, orang Yahudi malah menganggap Yesus menghujat Allah dengan menyebut Allah sebagai BapaNya “. Pernyataan anda yang demikian, pasti merujuk kepada ayat Yohanes 10 : 24 – 35. Kalau begitu saya ajak anda menganalisis informasi ayat Yohanes 10 : 34 – 35 dengan nalar logika ( rasio ) bukan dengan dogma. Bermula dengan kedatangan orang Yahudi yang MELAKUKAN KLARIFIKASI, APAKAH YESUS ITU KRISTUS ATAU BUKAN ( Yohanes 10 : 24 : “ Berapa lamakah lagi engkau membim-bangkan hati kami ? JIKA ENGKAU INI KRISTUS KATAKANLAH KEPADA KAMI DENGAN TERUS TERANG “ ). Secara psikologis, jawaban Yesus yang diharapkan orang-orang Yahudi atas pertanyaan klarifikasi tersebut adalah PENGAKUAN YESUS BAHWA DIRINYA ADALAH KRISTUS YANG DITUNGGU-TUNGGU ORANG YAHUDI. Atas perta-nyaan klarifikasi orang-orang Yahudi tersebut , Yesus menjawab : “ Aku sudah katakan itu kepadamu, tiada kamu percaya; segala perbuatan yang aku lakukan atas nama Bapaku, ia itulah menyaksikan dari halku. Tetapi kamu ini tiada percaya karena kamu bukan masuk bilangan dombaku “ ( Yohanes 10: 25-26 ). Menjadi pertanyaan, APA YANG TELAH DIKATAKAN YESUS MENGENAI TOKOH KRISTUS TETAPI TIDAK DIPERCAYA OLEH ORANG-ORANG YAHUDI tersebut ? Pertanyaan ini tidak didapatkan jawabannya dalam rangkaian ayat Yohanes 10 : 24 – 35. Justru yang muncul adalah keinginan orang-orang Yahudi yang datang melakukan klarifikasi untuk merajam Yesus ( Yohanes 10 : 31 : “ Lalu sekali lagi orang Yahudi memungut batu hendak merajam dia “ ) setelah mendengar tuturan Yesus ( Yohanes 10 : 27 – 30 ). Menjadi pertanyaan pula, kapan sebelumnya Yesus hendak dirajam orang-orang Yahudi dan karena sebab apa hendak dirajam sehingga tersaji kalimat “ Lalu sekali lagi…….. “ dalam Yohanes 10 : 31 ?. Bisakah anda menunjukkan dalam Injil Yohanes mengenai upaya orang-orang Yahudi hendak merajam Yesus sebelum kisah yang dikatakan Yohanes 10 : 31 tersebut ? Sayang sekali, saya tidak akan pernah mendapatkan penjelasan anda karena anda sudah menyatakan bahwa “ replik-duplik “ hanya dibatasi 3 kali saja. Tidak akan ada lagi diskusi lanjut antara anda dengan saya. Dan sebenarnya saya sangat menyesalkan hal itu. Tetapi saya berharap pertanyaan tersebut bisa memotivasi anda untuk meneliti ayat-ayat Bibel dengan nalar logika ( rasio ) bukan dengan dogma, lalu lakukan perenungan yang kontemplatif oleh anda atas ayat-ayat Bibel tersebut. Yesus sendiri mempertanyakan kepada orang-orang yang hendak merajamnya : “….. oleh karena perbuatan yang manakah, kamu hendak merajam aku ? “ ( Yohanes 10 : 32 ). Orang-orang Yahudi yang hendak merajamnya ( – yang kedatangannya mempunyai tujuan pokok melakukan klarifikasi apakah Yesus itu Kristus atau bukan – ) menjawab : “ …. Hanya sebab menghujat Allah dan lagi sebab engkau ini seorang manusia menjadikan dirimu Allah “ ( Yohanes 10 : 33 ). Ada dua alasan : (1 ). Karena Yesus menghujat Allah dan, (2) Karena Yesus menjadikan dirinya Allah padahal dia manusia. Tetapi sayangnya, kita tidak mendapatkan sama sekali dalam dialog antara orang-orang Yahudi dengan Yesus yang dikisahkan Yohanes 10 : 24 - 35 tersebut yang mengungkapkan adanya kalimat pernyataan Yesus yang sekiranya bisa mengindikasikan kedua hal tersebut : Yesus menghujat Allah dan Yesus menjadikan dirinya Allah padahal dia manusia . APAKAH YANG DIKATAKAN YESUS SEHINGGA YESUS DITUDUH MENGHUJAT ALLAH ? Dan APAKAH YANG DIKATAKAN YESUS SEHINGGA YESUS DITUDUH MENJADIKAN DIRINYA ALLAH ? Jika ada, saya minta anda menunjukkannya walau pun kepada diri anda sendiri karena anda tidak akan berdiskusi dengan saya lagi, sesuai dengan kebijakan pihak Katolisitas yang membatasi “ replik –duplik “ hanya sebatas tiga kali saja. Sebagai alasan tuduhan : menghujat Allah dan menjadikan dirinya Allah padahal dia manusia, mungkin anda menunjukkan kalimat pernyataan Yesus berdasarkan paparan Yesus : “ dan aku memberikan kepadanya hidup yang kekal ……“ ( Yohanes 10 : 28 ) dan “ Aku dan Bapa itu satu adanya “ ( Yohanes 10 : 30 ). Tapi mari kita simak tanggapan Yesus atas tuduhan orang-orang Yahudi : “ … patutkah kamu mengatakan kepada Dia itu, yang dikuduskan oleh Bapa dan yang disuruhkannya ke dalam dunia , ‘ Engkau ini menghujat Allah ‘ sebab kataku , ‘ Aku ini anak Allah ‘ ? “ . (Yohanes 10 : 33 ). Terlihat dari pernyataan Yesus dalam Yohanes 10 : 33 bahwa Yesus dituduh MENGHUJAT ALLAH karena Yesus mengatakan : “ Aku ini anak Allah “, bukan karena ucapan lainnya. Menjadi pertanyaan, adakah dalam rangkaian ayat Yohanes 10 : 24 – 35 , muncul pengakuan Yesus : “Aku ini anak Allah “ ? Tidak ada satu huruf dan satu katapun ! Apalagi satu kalimat ! Terlihat bahwa tema klarifikasi awal “ APAKAH YESUS ITU KRISTUS, ATAU BUKAN “ yang dilakukan orang-orang Yahudi kepada Yesus telah berubah menjadi “ MENGHUJAT ALLAH “ karena Yesus ada mengatakan : “ Aku ini anak Allah “ ! Padahal dalam teks tidak ada satupun kalimat Yesus yang mengatakan demikian. Jadi kisah klarifikasi KRISTUS telah menyimpang tidak keruan-keruan. Dengan fakta demikian, diduga orang-orang Yahudi hendak merajam Yesus,terkait dengan HASIL KLARIFIKASI TENTANG KRISTUS,di mana Yesus memberikan kesaksian dengan memilih salah satu dari dua alternatif , yaitu (1). YESUS MENGAKUI DIRI SEBAGAI KRISTUS YANG DITUNGGU-TUNGGU ORANG YAHUDI atau (2). YESUS MENGAKUI DIRINYA BUKAN KRISTUS YANG DITUNGGU-TUNGGU ORANG YAHUDI MELAINKAN KRISTUS TERSEBUT ADALAH ORANG LAIN YANG AKAN DATANG SESUDAHNYA. Alternatif pertama, harus ditolak karena ada kejanggalan. Bila sebelumnya orang-orang Yahudi datang meminta kepastian kepada Yesus, apakah Yesus adalah KRISTUS atau bukan lalu ketika ( – dalam alternatif pertama – ) Yesus mengakui diri sebagai Kristus, ternyata orang-orang Yahudi marah. Sesuatu yang tidak mungkin sebab secara psikologis, justru dengan klarifikasi tersebut orang-orang Yahudi mengharapkan kesaksian Yesus bahwa dirinya adalah Kristus. Oleh karena itu jawaban Yesus atas klarifikasi orang-orang Yahudi tersebut dan membuat orang-orang Yahudi marah adalah pada alternatif kedua, di mana Yesus memberi kesaksian bahwa Kristus adalah seorang Nabi yang datang sesudahnya sebagai NABI AKHIR ZAMAN. Demikian bahasan saya, dan saya tidak perlu memperpanjangnya karena dibutuhkan uraian dan bahasan yang panjang tentang hal tersebut. Berikutnya anda menjelaskan : “ …. walaupun nama Bar-Abbas ini dapar diartikan sebagai Anak Bapa (Anak Allah Bapa) dan dengan demikian memiliki konotasi Mesianik, namun orang yang saat itu bernama atau berjulukan Barabbas di zaman itu tidak langsung dapat dianggap sebagai Sang Mesias “. Inilah yang saya pertanyakan kepada anda, dapatkah anda menunjukkan referensi bagi pernyataan anda tersebut berupa tulisan pakar Bibel yang menjelaskan bahwa nama “ BARABBAS “ adalah nama yang umum dipakai. Pernyataan anda yang demikian tidak lebih dari pernyataan pribadi anda sendiri tanpa didukung oleh dalil-dalil yang dapat dipertanggung-jawabkan. Selanjutnya anda berkata : “ Nama Yesus dihormati karena mereka mendengar pewartaan para Rasul mengenai seseorang bernama Yesus yang adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Mereka tidak pernah mendengar ada nama Yesus yang lain, hanya ada satu Yesus dalam konsep budaya Yunani mereka. Dengan latar budaya berbeda dengan budaya bangsa Israel dan bahasa Aram, wajar bila ada kekhawatiran mereka akan rancu ketika ada dua nama Yesus dengan kepribadian masing-masing yang bertolak belakang. Lebih mudah bila diberi suatu pembedaan antara Yesus Kristus yang diwartakan para Rasul dan Yesus Barabbas yang hadir dalam sejarah penyaliban Yesus Kristus dengan menghilangkan nama salah satu orang, yang sebenarnya hanyalah detail kecil yang tidak penting dalam pewartaan mengenai Yesus Kristus “. Paparan anda SANGAT DOGMATIS tanpa nalar logika (rasio). Pertanyaan, siapa saja para Rasul itu yang mewartakan : “ … Yesus yang adalah Allah yang menjelma menjadi manusia “ ? Sehubungan dengan pernyataan anda bahwa orang-orang Yunani yang menjadi sasaran penulisan Injil “ tidak pernah mendengar ada nama Yesus yang lain, hanya ada satu Yesus dalam konsep budaya Yunani mereka “ , maka saya bertanya kepada anda, dari mana anda mengetahuinya dan atas dasar apa anda mengatakan demikian ? Pernyataan-pernyataan kita akan menjadi bermutu jika didasarkan pada referensi, bukan berdasarkan pendapat dogma kita. Pada kelompok Kristen awal, banyak orang-orang Yunani menyatakan diri “ masuk Kristen “. Tentu mereka telah dikenalkan dengan “ Yesus “, sehingga mereka tidak perlu dibingungkan dengan “ Yesus “ yang terlampir pada “ Barabbas “ dan karenanya tidak diperlukan “ diberi suatu pembedaan antara Yesus Kristus yang diwartakan para Rasul dan Yesus Barabbas yang hadir dalam sejarah penyaliban Yesus Kristus dengan menghilangkan nama salah satu orang “. Pernyataan anda yang demikian hanya didasarkan pada perkiraan anda semata-mata. Dan kemudian anda berkata mengenai penghilangan nama “ Yesus “ tersebut : “ ….. yang sebenarnya hanyalah detail kecil yang tidak penting dalam pewartaan mengenai Yesus Kristus “. Hal ini tidak benar. Justru penghilangan tersebut SANGAT BERGUNA untuk menetapkan Yesus asli benar-benar disalib padahal Yesus yang asli ( = Yesus Barabbas = Yesus Anak Bapa = Yesus Anak Allah ) TIDAK DISALIB. Dengan kata lain, ada unsur pengelabuan dalam menghilangkan kata “ Yesus “ pada “ Barabbas “. Selanjutnya anda berkata : “ Hal ini tidak perlu dilakukan bagi St. Matius karena beliau menuliskan Injil untuk kaum Yahudi Kristiani, dimana mereka hidup dalam budaya yang biasa menjumpai lebih dari satu orang memiliki nama Yesus tanpa menjadi rancu “. Merujuk kepada pernyataan anda ini, berarti dapat dipastikan bahwa dalam Injil Matius tidak ada penghilangan kata “ Yesus “ pada “ Barabbas “. Artinya ditulis lengkap : YESUS BARABBAS ! Tapi apakah benar demikian ? Bacalah oleh anda berbagai versi Bibel yang telah saya sebutkan ( – Alkitab LAI 1968 – Alkitab LAI 1976- Alkitab LAI 2000 – Holy Bible – The New Testament In Todays English Version-Perjanjian Baru , New Testament – Good News For Modern Man-The Big Word for Kids - The Jerusalem Bible, New Testament – The Emphatic Diaglot, New Testament -) semuanya menulis : BARABBAS saja, TIDAK MENULIS : YESUS BARABBAS ! Apa apologi anda atas fakta tersebut? Betapa pernyataan anda : “ Hal ini tidak perlu dilakukan bagi St. Matius karena beliau menuliskan Injil untuk kaum Yahudi Kristiani “ tidak lebih pernyataan tanpa dasar sama sekali. Pernyataan-pernyataan anda berkontradiksi satu sama lain. Kalau peng-hilangan kata “ YESUS “ pada “ BARABBAS “ karena tujuan penulisannya adalah untuk orang-orang Yunani maka dengan fakta Injil Matius yang hanya menuliskan “ BARABBAS “ saja , bukan “ YESUS BARABBAS “ berarti Injil Matius ditulis untuk orang-orang Yunani. Tapi anda mengatakan “ …….. St. Matius karena beliau menuliskan Injil untuk kaum Yahudi Kristiani “. Mana yang benar ? Dalam hal ini pernyataan anda : “ Tindakan para penulis suci cukup masuk akal dan tidak ada yang aneh dengan hal ini “. Saya bertanya, masuk akal yang bagaimana ketika pengarang Injil Matius hanya menuliskan “ BARABBAS “ saja, dan bukan “ YESUS BARABBAS “ , padahal menurut anda, Matius menulis Injilnya untuk orang-orang Yahudi-Kristen sehingga karenanya Matius tidak perlu melakukan penghilangan kata “ Yesus “ pada nama “ BARABBAS “ ? Dan menutupi bagian reply ini , saya tegaskan bahwa anda belum menjawab sama sekali pertanyaan saya : “ Apakah orang-orang lain yang juga bernama “ Yesus “ tidak mengganggu pewartaan tentang nama Yesus ? ”. Demikian, pak Ioannes reply BAGIAN PERTAMA saya dan AKAN SAYA LANJUTKAN DENGAN REPLY BERIKUTNYA sesuai dengan reply anda. Dan saya berharap, agar pihak Katolisitas bisa bersikap fair dan jujur dengan tidak menghilangkan reply-reply saya. Terima kasih atas perhatiannya. Dan banyak maaf jika ada kata yang tidak berkenan. BAGIAN KEDUA . ( Reply Lanjutan ) : Arif Lewisape March 19, 2013 at 5:29 am Pak Ioannes yang baik, saya lanjutkan lagi reply saya yang kedua menanggapi reply anda tertanggal 15 Maret 2013. Untuk diketahui oleh anda, rupanya dalam reply anda tertanggal 15 Maret tersebut , ternyata tidak disediakan lagi oleh pihak Katolisitas akan “ kotak Reply “ sehingga saya memposting reply saya pada reply anda sebelumnya. Harap dimaklumi. Terima kasih. B. Tanggapan atas reply Anda bagian B yaitu : ANAK BAPA DALAM INJIL KANONIK . Pak Ioannes, saya lanjutkan tanggapan atas reply anda tertanggal 15 Maret 2013. Masalah yang dibicarakan menyangkut “ gelar – julukan “.Ini berawal dari pernyataan anda bahwa“ BARABBAS “ adalah gelar/julukan, sedangkan menurut saya, bukan “ gelar – julukan “ melainkan “ patronimik “ seperti halnya : BAR THOLMAI “ ( Bartolomeus ) – BARNABAS – BAR SARAPION – BARSABAS – dan sebagainya. Anda telah memberikan penjelasan yang terkait dengan istilah “ λεγόυενον “ ( Legalemon ) : Penggunaan kata ini tidak digunakan untuk menunjukkan nama, melainkan julukan seseorang, seperti yang saya jelaskan. Sebagai contoh lain, kita melihat terjemahan Latin Vulgate oleh St. Hieronimus. Ayat Mat 27:16 dituliskan sebagai : “ habebat autem tunc vinctum insignem qui dicebatur Barabbas”. Kata “ qui dicebatur Barabbas ” berarti “ Yang disebut Barabbas ”. Kata “ dicebatur ” berarti “ called, mentioned ”, sedangkan “ nama ” dalam bahasa Latin adalah “ nomine ” dan dalam bahasa Yunani adalah “ onoma/ to onoma (bernama) ”. Bila memang Barabbas adalah nama Yesus Barabbas, bukan sekedar julukan/gelar, pasti digunakan “ onoma ” yang artinya “ bernama”. Dengan demikian, mengasosiasikan arti nama Barabbas dengan Anak Allah menjadi tidak meyakinkan karena Barabbas sendiri ternyata bukan nama pasti dari Yesus Barabbas. Penjelasan anda sangat baik tetapi belum tentu benar, karena pada kenyataannya tidak seperti itu. Masalah pemaknaan “ λεγόυενον “ ( Legalemon ), pada reply saya tertanggal 3 Maret 2013 saya telah memberikan bukti dalam berbagai versi Bibel sebagai berikut : Teks Yunani : Είχον δέ τότε δέσυιον έπίσηυον λεγόυενον Βαραββάν Terjemahan harfiah : They had and then a prisoner noted, being called Barabbas. Terjemahan B. Wilson : And they had then a well known Prisoner, named Barabbas Alkitab LAI 1968 : Tetapi waktu itu ada seorang terpenjara yang termasyhur jahat-nya ber-nama Barabbas Alkitab LAI 1976 : Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahat-annya yang bernama Barabas Holy Bible 1978 : And they had then a notable prisoner, called Ba-rab’bas The Jerusalem Bible : Now there was at that time a notorious prisoner , whose name was Barabbas. Dan bisa ditambahkan lagi : 1. Perjanjian Baru – New Testament ( Gideons International : Indonesia –Inggeris ) : ” Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabbas (And they had then a notable prisoner, called Barabbas ) “. 2. The New Testament In Today’s English Version ( American Bible Society NY ) : ” At that time there was a well-known prisoner, named Jesus Barabbas “. 3. The Big Word for Kids ( Bible Society ) : At that time a well-known terrorist named Jesus Barabbas was in jail “. Kata “ λεγόυενον “ ( Legomenon) ternyata diterjemahkan dengan : dipanggil ( being called ) – bernama (named )- bernama – dipanggil ( called ) – yang namanya ( whose name ). Merujuk kepada penjelasan anda di atas ( “…Bila memang Barabbas adalah nama Yesus Barabbas, bukan sekedar julukan/gelar, pasti digunakan “ onoma ” yang artinya “ bernama” ), apakah anda mengatakan bahwa penterjemah berbagai versi Bibel yang saya sajikan di atas adalah orang-orang yang tidak mengerti atau orang-orang bodoh sehingga menerjemahkan kata “ λεγόυενον “ ( Legomenon ) dengan : yang bernama , whose name , bernama , yang dipanggil , bukannya dengan : bergelar , berjulukan dan semacamnya ? Konsekwensi logis dari penjelasan anda tersebut memaksa saya untuk mengatakan bahwa para penterjemah berbagai versi Bibel tersebut adalah MANUSIA-MANUSIA BODOH YANG TIDAK MEMAHAMI BAHASA YUNANI. Apakah harus demikian ? Dalam tradisi Semitik, Barabbas adalah patronimik, yang disandingkan dengan nama asli pemilik patronimik tersebut yaitu Yesus . Sebenarnya tradisi seperti itu ada pula pada berbagai bangsa. Kita ambil contoh, seseorang berasal dari Batak bernama James Pasaribu. Nama aslinya jelas adalah JAMES sedangkan PASARIBU adalah “ patronimik “ walaupun asalnya “ nama marga “. Tetapi ketika disebutkan “ JAMES PASARIBU “ maka keseluruhannya secara utuh menjadi nama bagi person James Pasaribu dan “ Pasaribu “ tidak terlihat lagi sebagai patronimik. Di berbagai daerah di Indonesia, penyandingan nama “ ayah “ pada nama seseorang adalah hal yang biasa. Seperti tokoh “ YUSUF KALLA “, jelas nama aslinya adalah “ YUSUF “ dan “ KALLA “ adalah nama ayahnya.Tetapi ketika disebut “ YUSUF KALLA“ maka secara utuh dan keseluruhannya menjadi nama bagi person Yusuf Kalla dan “ KALLA “ tidak terlihat lagi sebagai Patronimik. Dalam contoh-contoh tersebut, tidak bisa dikatakan “ PASA-RIBU “ dan “ KALLA “ adalah gelar atau julukan. Hal yang sama terlihat pada YESUS BARABBAS , di mana “ YESUS “ adalah nama diri sedangkan “ BARABBAS “ adalah patronimik . Tetapi ketika dikatakan “ YESUS BARABBAS “, maka keseluruhannya secara utuh, menjadi nama bagi person Yusuf Barabbas. Dalam tradisi Semitik , seperti di kalangan bangsa Arab, sering kali disapa dengan patronimiknya dan itu dipahami sebagai nama bagi person pemiliknya. Contoh, “ Abdullah bin Umar “ , nama pribadinya : ABDULLAH , sedangkan “ UMAR “ adalah nama ayahnya. Tetapi dalam keseluruhan secarah utuh, “ Abdullah bin Umar “ adalah nama pribadi dari person Abdullah tersebut. Sebagai nama pribadi, justru seringkali disapa dengan “ Ibnu Umar “ dan itu menjadi nama pribadi sekalipun asalnya adalah patronimik. Selanjutnya anda menjelaskan : Sejarah menyatakan bahwa nama “ Barabbas ” sudah ada sejak abad ke-5 sebelum Masehi, yang berlangsung sampai abad 2-5 setelah Kristus. Di zaman para rabbi Yahudi, Barabbas juga berarti anak Rabbi. Penemuan arkeologis juga menunjukkan bahwa nama ini di zaman Kristus ditemukan pada gua di Giv’at ja-Mivtar, dekat Yerusalem, dengan nama “Abba”, yang anaknya adalah Barabbas dalam bahasa Yunani. Maka Barabbas pada zaman itu adalah nama yang umum, dan bukan nama langka yang hanya dimiliki Yesus Barabbas dalam Mat 27:17. Bahwa nama Barabbas dapat memiliki arti yang lebih mendalam itu benar. Namun, nama itu tidak dapat dijadikan dasar argumen bahwa pemilik nama Barabbas adalah Sang Mesias, anak Allah Bapa. Anda telah menyajikan penjelasan walaupun kurang jelas. Anda tidak menunjukkan bukti apapun ketika berkata : “ Sejarah menyatakan bahwa nama “ Barabbas ” sudah ada sejak abad ke-5 sebelum Masehi, yang berlangsung sampai abad 2-5 setelah Kristus. Di zaman para rabbi Yahudi, Barabbas juga berarti anak Rabbi “. Dapatkah anda mengutipkan teks tentang hal itu dari referensi rujukan anda ? Apalagi mengaitkan “ Barabbas juga berarti anak Rabbi “ sebab kata “ BARABBAS “ berasal dari kata “ ABBA “ bukan “ RABBI “, sehingga sulit dinalar mengapa “ BARABBAS “ bisa berarti “ ANAK DARI RABBI “. Juga anda menyajikan penemuan arkeologis pada gua di Giv’at ja-Mivtar, dekat Yerusalem, tentang nama “Abba” di zaman Kristus dan anaknya adalah Barabbas dalam bahasa Yunani. Apakah nama “ABBA “ yang berarti “ BAPA “, menjadi nama umum sehingga bagi sejumlah orang di zaman Yesus oleh orang tua mereka diberi nama “ BAPA “ ( dalam bahasa Indonesia ) ? Ada yang aneh dan tidak masuk akal dalam penjelasan anda. Dan anda berkata melalui kata berselubung : “ …. yang anaknya adalah Barabbas dalam bahasa Yunani “, tanpa kejelasan apakah “ BARABBAS “ tersebut adalah gelar/julukan ataukah patronimik ataukan nama asli . Dan juga tanpa kejelasan apakah si “ BARABBAS “ mempunyai nama asli “ YESUS “ agar bisa menafikan pengertian YESUS BARABBAS sebagai YESUS ANAK BAPA – YESUS ANAK ALLAH . Anda lupa bahwa yang dibahas adalah “ YESUS BARABBAS “ , bukan hanya “ BARABBAS “ saja. Dengan demikian penjelasan anda tidak bermakna apa-apa . Dan juga anda lupa dengan label yang dikenakan kepada YESUS BARABBAS ( a prisoner noted, a well known Prisoner, a notable prisoner, a notorious prisoner, a well-known terrorist, seorang terpenjara yang termasyhur jahat-nya, seorang yang terkenal kejahatannya),apakah juga nyangkut pada si “ BARABBAS “ yang anda tampilkan tersebut ? Saya memahami tujuan anda yaitu hendak menunjukkan bahwa kata “ BARABBAS “ tidak bisa dijadikan patokan penetapan yang disalib bukan YESUS ANAK ALLAH = YESUS ANAK BAPA = YESUS BARABBAS = BARABBAS. Tapi penjelasan anda sangat kabur dan tidak membuktikan apa-apa untuk tujuan anda tersebut karena yang anda angkat dengan penemuan arkeologi itu hanya mengenai seseorang bernama BARABBAS, bukan seseorang yang bernama YESUS BARABBAS. Anda hanya menfokus kepada soal kata “ BARABBAS “ saja tetapi melupakan yang terpenting dari kata “BARABBAS“ yaitu “ YESUS “ ! Juga tidak boleh dilupakan, bahwa dengan penjelasan anda yang demikian, berarti Dr. Jerald F. Dirks yang membahas nama “ BARABBAS “ sebagai YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH sebagai Yesus asli, adalah manusia bodoh yang tidak tahu bahwa nama “ BARABBAS “ adalah nama umum. Begitukah ? Selanjutnya anda berkata : “ Mohon maaf bila tiba-tiba saya menghubungkan dengan Quran. Saya hanya menanggapi pernyataan anda dalam diskusi dengan Stefan dimana anda menyebutkan pertama kali bahwa Yesus Barabbas adalah IsaAlmasih menurut orang Islam. Oleh sebab itu, saya hanya khawatir bila sebenarnya penafsiran Arif mengenai Mat 27:15-26 telah didasari pre-conceived idea dimana Isa Almasih tidak wafat disalib sehingga muncul kesimpulan bahwa Injil Kanonik mengatakan bahwa bukan Yesus asli yang disalib “ . Saya menyatakan bahwa Yesus Kristus menurut Kristen, dalam Islam bernama Isa Al Masih. Cuma sebatas itu dan tidak memberikan analisis dari Al Qur’an. Dan anda cukup gegabah dengan menjadikan pernyataan sepotong informasi soal nama itu sebagai petunjuk tentang adanya “ pre-conceived idea “ pada diri saya dalam menganalisis ayat-ayat Injil kanonik dalam menetapkan bahwa Yesus tidak disalib. Padahal tidak sejumput katapun yang menyinggung Al Qur’an dalam analisis saya melainkan justru berdasarkan ayat-ayat Injil kanonik. Apakah tidak boleh saya menyatakan : Yesus Kristus dalam Kristen, dalam Islam adalah Isa Al Masih , sehingga anda menyatakan bahwa analisis saya atas Injil-Injil kanonik tentang tidak tersalibnya didasarkan pada pemahaman dasar yang saya peroleh dari Al Qur’an ? Pada kenyataannya, tidak ada satupun kata dalam Al Qur’an yang saya angkat dalam analisis saya. Kata “ pre-conceived idea “, tentu maksudnya “ gagasan pemahaman awal “ yang dimiliki dan mendasari seseorang dalam membahas sesuatu. Anda menuduh bahwa bahasan saya tentang tidak tersalibnya Yesus melainkan orang lain, yaitu pemahaman yang sudah terbentuk pada diri saya oleh Al Qur’an sehingga lahirlah kesimpulan “ bahwa Injil Kanonik mengatakan bahwa bukan Yesus asli yang disalib “. Dan menurut anda, adanya preconceived idea tersebut diteguhkan dari pernyataan saya : ” Padahal yang tersalib adalah ORANG LAIN YANG DISERUPAKAN DENGAN YESUS KRISTUS. Wajarlah berkembang cerita bahwa yang disalib adalah YESUS KRISTUS YANG ASLI padahal bukan ”. Seharusnya yang dilakukan oleh anda adalah memberikan sanggahan dengan melakukan analisis atas ayat-ayat Injil kanonik yang saya bahas untuk membuktikan bahwa bahasan saya tidak benar. Tapi anda tidak melakukan hal itu. Yang anda lakukan adalah mencari kambing hitam berupa “ pre-conceived idea “ yang anda tunjuk sebagai mendasari pembahasan saya. Keberadaan “ pre-conceived idea “ pada seseorang dalam mengkaji sesuatu permasalahan adalah wajar dan sangat umum. Tetapi ada batas-batas “ intervensi “ dari “ pre-conceived idea “. Oleh karena itu, saya sama sekali tidak pernah mengangkat ayat-ayat Al Qur’an ketika mengkaji ayat-ayat Injil-Injil kanonik. Sehubungan dengan pernyataan saya : “ …. yang tersalib adalah ORANG LAIN YANG DISERUPAKAN DENGAN YESUS KRISTUS …… “ , anda berkomentar berkenaan dengan ayat Matius 27:15-26 : “ …. baik perikop tersebut maupun bagian manapun di Injil Kanonik tidak menyebutkan adanya orang yang mirip dengan Yesus maupun orang yang diserupakan dengan Yesus Kristus “ , dan hal ini menjadi alasan anda : “ …… saya menyimpulkan bahwa ada usaha anda untuk mencocokkan penafsiran anda dengan pre-conceived idea yang telah ada sebelumnya dalam konsep anda, yang saya duga adalah Kitab Suci yang anda percayai. Inilah sebabnya saya mengatakan, Injil Kanonik tidak perlu dicocokkan dengan Al-Quran ”. Pembicaraan mengenai tidak tersalibnya Yesus melainkan orang lain, saya dasarkan bukan hanya pada ayat Matius 27 : 15– 25 semata-mata melainkan pada sejumlah ayat Bibel. Dan pemahaman mengenai “ ORANG LAIN YANG DISERUPAKAN DENGAN YESUS KRISTUS “ – sekalipun memang disebutkan oleh Al Qur’an – tapi hal itu bersumber dari ayat Bibel dengan melakukan analisis atas yaitu Yohanes 18 : 3 – 8 . Mari disimak dialog yang terjadi pada kisah penangkapan “Yesus “ oleh pasukan Romawi sebagaimana dikisahkan dalam ayat Yohanes 18 : 3 – 8 sebagai berikut : Maka Yudas membawa suatu pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi, lalu datang ke situ dengan tanglung dan suluh serta senjata . Maka Yesus sedang mengetahui segala perkara yang akan berlaku atasnya , keluarlah serta berkata kepada mereka itu : ‘ Siapakah yang kamu cari ? ‘ Maka sahut mereka itu kepadanya : ‘ Yesus orang Nazaret ‘. Maka kata Yesus kepada mereka itu : ‘ Aku-lah dia ! ‘. Maka Yudas yang hendak menyerahkan dia ada berdiri bersama-sama dengan mereka itu . Apabila dikatakan oleh Yesus : ‘ Akulah dia ! ‘ maka undurlah mereka itu serta rebah ke tanah. Maka Yesus bertanya pula kepada mereka itu : ‘ Siapakah kamu cari ? ‘ . Maka jawab mereka itu : ‘ Yesus orang Nazaret itu ‘ Maka sahut Yesus : ‘ Aku sudah mengatakan kepadamu : Akulah dia . Sebab itu jikalau kamu mencari aku , biarkanlah orang ini pergi ‘ Menyimak rangkaian ayat Yohanes 18 : 3-8 di atas, ada beberapa hal yang perlu direnungkan : a. Kalimat Yohanes 18 : 4 : ” Maka Yesus sedang mengetahui segala perkara yang akan berlaku atasnya, keluarlah serta berkata kepada mereka itu :‘ Siapakah yang kamu cari ? ”, menunjukkan ketidak-logisan . Bagaimana Yesus masih bertanya : “ Siapakah yang kamu cari ?” padahal sudah dikatakan : “ Maka Yesus sedang mengetahui segala perkara yang akan berlaku atasnya “ termasuk mengetahui maksud kedatangan anggota pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi yang tidak lain hendak menangkapnya ?. Dalam Injil Sinoptik ( Matius–Markus– Lukas ) penceritaan penangkapan Yesus yang didahului dengan diskusi seperti yang tertera dalam Injil Yohanes, tidak ada sama sekali . Diceritakan dalam Injil Sinoptik , Yudas datang bersama banyak orang yang berpedang dan berbelantan yang disuruh oleh segala kepala imam dan ahli Torat dan orang tua-tua untuk menangkap Yesus. Yudas langsung menemui Yesus dan menciumnya. Sebuah isyarat bahwa orang yang dicium Yudas , itulah Yesus yang harus ditangkap. Mengapa harus dengan isyarat, mungkin karena anggota pasukan yang dikirim untuk menangkap Yesus tidak mengenal Yesus. Lalu orang-orang yang berpedang dan berbelantan suruhan segala kepala imam dan ahli Torat dan orang tua-tua itupun mendatangkan tangannya ke atas Yesus serta menangkap Yesus (Mark.14: 43-46). Baca Injil Matius 26 : 47-50 dengan perbedaan cerita yaitu adanya tambahan pernyataan Yesus kepada Yudas : “ Hai sahabat , lakukanlah maksud engkau datang ini “ ( Mat. 26 : 50a ), yang tidak diceritakan oleh Injil Markus. Juga baca Injil Lukas 22 : 47 – 54 dengan proses penangkapan yang berbeda sama sekali yaitu adanya perlawanan para murid ( Luk.22: 49 -50 ) tetapi dilarang oleh Yesus . b. Pada ayat Yohanes 18 : 6, diungkapkan ketika Yesus mengaku : ‘ Akulah dia ! ‘ ternyata anggota pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi yang mau menangkapnya terundur dan rebah ke tanah padahal sebelumnya situasi berjalan normal yaitu Yesus keluar dari tempatnya dan bertanya kepada pasukan laskar dan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi : ‘ Siapakah yang kamu cari ? ‘ . Dan anggota pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi yang mau menangkapnya menjawab dengan situasi kejiwaan yang normal pula : ‘ Yesus orang Nazaret ‘. Tidak ada sesuatu yang hebat pada diri Yesus saat itu. Pertanyaan, tetapi mengapa mereka terundur dan jatuh rebah ke tanah ketika Yesus berkata : ‘Akulah dia ! ‘ ? . Apakah ada sesuatu “ perbawa agung yang hebat luar biasa “ dalam diri Yesus yang dilihat oleh anggota pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi sehingga mereka terundur dan rebah ke tanah ? Keberadaan “ perbawa agung yang hebat luar biasa “ demikian menjadi kebanggaan penganut Kristen sebagai alasan untuk menjelaskan mengapa anggota pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi terundur dan rebah ke tanah. Tapi mereka lupa dengan kelemahan alasan ini. Pada kenyataannya, Yesus digebuk, ditempeleng, ditendang, dijagur, ditunjui, diludahi, dicaci maki dan segala macamnya oleh orang-orang Yahudi. Kemana “ perbawa agung yang hebat luar biasa “ Yesus yang membuat anggota pasukan pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi yang mau menangkapnya terundur dan rebah ke tanah hanya dengan berkata ‘ Akulah dia ! ‘. Jadi alasan “ perbawa yang hebat luar biasa“ sangat lemah dan tidak masuk akal. Jawaban yang rasional : MEREKA KAGET LUAR BIASA ! Menjadi pertanyaan : mengapa MEREKA KAGET LUAR BIASA? Pertanyaan yang jawabannya perlu dicari dan dianalisis . c. Ayat Yohanes 18 : 8 mengungkapkan pernyataan Yesus kepada anggota pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi yaitu : Maka sahut Yesus : ‘Aku sudah mengatakan kepadamu : Akulah dia. Sebab itu jikalau kamu mencari aku, biarkanlah orang ini pergi ‘. Menyimak gambaran kejadian berdasarkan ayat Yohanes 18 : 8, kita bisa meng-konstruksi kemungkinan sebenarnya yang terjadi. Rupanya sebelum anggota pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala – kepala imam dan orang Parisi bertemu dengan Yesus, ternyata anggota pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi itu telah menangkap seseorang . Tidak jelas, apakah penangkapan terhadap seseorang itu terjadi sebelum ataukah sesudah Yesus keluar menemui dan berdialog dengan mereka sebagaimana yang diceritakan ayat Yohanes 8: 4-7. Dihubungkan dengan “kekagetan yang amat sangat “ yang dialami anggota pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Paris,lebih logis jika penangkapan terhadap seseorang itu terjadi sesudah Yesus keluar menemui mereka dan bukan sebelumnya. Menjadi pertanyaan, SIAPAKAH SESE-ORANG YANG DITANGKAP anggota pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi sehingga Yesus berkata kepada mereka : “ Aku-lah dia . Sebab itu jikalau kamu mencari aku , biarkanlah orang ini pergi ” tersebut ? Jawaban atas pertanyaan ini sebenarnya sangat penting dan akan kita hubungkan dengan kekagetan luar biasa dari anggota pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi yang menyebabkan mereka terundur dan jatuh rebah ke tanah lantaran menerima pengakuan Yesus : ”Akulah dia ! “ ketika mereka berhadapan dengan Yesus. Kita akan kesulitan mengkaji secara mendalam bila mendasarkan versi Yohanes 18 : 6-7 menurut Alkitab ( Bibel terjemahan bahasa Indonesia). Untuk itu kita beralih ke versi ayat Yohanes 18: 6-7 menurut Bibel terjemahan bahasa Inggeris. Dalam versi bahasa Inggeris, ternyata dalam Yohanes 18 : 6-7 tidak disebut nama “ JESUS “ melainkan ditulis dengan kata ganti orang ketiga tunggal : HE. Kita baca ayat Yohanes 18 : 6-7 dalam versi terjemahan bahasa Inggeris sebagai berikut : As soon then as he had said unto them : ‘ I am he ‘, they went backward ,and fell to the ground. ( Kemudian begitu IA mengatakan kepada mereka: ‘ Akulah dia ‘ mereka terundur dan jatuh rebah ke tanah) Then asked he them again:‘ Whom seek ye ? ‘. And they said : ‘Jesus of Nazareth’ ( Kemudian bertanya lagi IA kepada mereka : ‘Siapa yang kamu cari ? ‘. Dan mereka menjawab : ‘ Yesus dari Nazaret ‘) Begitu pula Bibel berbahasa Belanda , ayat Yohanes 18 : 6-7 tidak menyebut nama “ JESUS “ melainkan ditulis dengan kata ganti orang ketiga tunggal : HIJ . Als HIJ dan tot hen zeide : Ik ben het, gingen zij achterwaarts end vielen ter aarde HIJ vraagde hum dan wederom : Wien zoekt gij . En zij zeiden : Jesus den Nasarener Hal yang sama dijumpai pula dalam teks Yunani yang dituliskan dengan : είπεν ( IA berkata ) pada ayat 6 dan έπηρώτησε ( IA bertanya ) pada ayat 7. Sama sekali tidak disebut nama “JESUS “ ( ΄Ιησοΰζ = Iesouz ? ) misalnya dalam bentuk kalimat : είπεν αύτοίζ δ ΄Ιησοΰζ ( Yesus berkata kepada mereka ). Tetapi oleh penerjemah Alkitab LAI Jakarta, dalam penterjemahannya telah menuliskan secara tegas dengan “ YESUS “ untuk menggantikan kata ganti orang ketiga tunggal “ HE “ atau “ HIJ “ padahal untuk kata ganti orang ketiga tunggal tersebut tidak tertutup kemungkinan ditujukan kepada orang lain bukan kepada Yesus. Jadi ada upaya yang sangat tendensius dogmatis dalam penterjemahan Bibel ke bahasa Indonesia sehingga yang seharusnya kata “ Ia “ diganti menjadi “ Yesus “. Penggantian yang dilakukan penterjemah Alkitab LAI sudah jelas tujuannya yaitu membatasi pengembalian kata ganti “ HE “ atau “ HIJ “ hanya kepada Yesus , sebab jika tidak dilakukan demikian maka “ HE “ atau “ HIJ “ berpeluang untuk dikenakan kepada YUDAS. Mengapa harus dikenakan kepada Yudas ? Atas dasar apa sehingga “ HE “ atau “ HIJ “ dikenakan kepada YUDAS ? Pada ayat Yohanes 18 : 5 yang mendahului ayat Yohanes 18 : 6,7 diungkapkan : And Judas also which betrayed him , stood with them . Dan Yudas yang hendak menyerahkan dia juga ada berdiri bersama mereka . Subjeknya adalah Yudas bukan Yesus ! Kisah dalam Yohanes 18 : 5 berlanjut ke ayat Yohanes 18 : 6,7 tetapi subjeknya sudah berganti dengan kata ganti orang ketiga tunggal : ” HE ” atau ” HIJ ”. Dengan demikian kata ganti orang ketiga tunggal harus dikembalikan kepada nama yang tersebut sebelumnya yaitu ” Yudas ”. Jika nama “ YUDAS “ dalam Yohanes 18 : 5 digunakan menggantikan kata “ HE “ atau “ HIJ “ dalam ayat lanjutannya – ayat Yohanes 18 : 6,7 – yang secara kalimat bahasa dibenarkan karena berdasarkan kesinambungan kalimat cerita dengan subjek yang sama – didapatkan kalimat demikian : Maka Yudas yang hendak menyerahkan dia ada berdiri bersama-sama dengan mereka itu . Apabila dikatakan oleh Yudas :‘Akulah dia !‘ maka undurlah mereka itu serta rebah ketanah. Maka Yudas bertanya pula kepada mereka itu : ‘ Siapakah kamu cari ? ‘ . Maka jawab mereka itu : ‘ Yesus orang Nazaret itu ‘. Ada suasana keterkejutan luar biasa dari anggota pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi karena tadinya Yudas bersama-sama mereka,lalu sekarang tiba-tiba menjadi “ Yesus “ di tengah mereka dan berkata : ‘ Akulah dia ! ‘. Kekagetan luar biasa tentu menyebabkan : “ maka undurlah mereka itu serta rebah ke tanah “, bukan karena “ perbawa agung yang hebat luar biasa “ dari orang yang dikira ” Yesus ” padahal ia adalah Yudas. Dalam penggantian kata “ HE “ atau “ HIJ “ dengan “ YUDAS “ pada kalimat ayat Yohanes 18 : 15b -16 –17 di atas maka lebih logis pula jika kata “ YESUS “ pada ayat 18 – sebagai lanjutan ayat sebelumnya – diganti dengan “ YUDAS “ sehingga menjadi : Maka sahut YUDAS : ‘Aku sudah mengatakan kepadamu : Akulah dia . Sebab itu jikalau kamu mencari aku , biarkanlah ORANG INI ini pergi ‘ Dalam kalimat demikian, motivasi melepaskan “ ORANG INI “ dari tangkapan anggota pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi sangat kentara. Dan “ ORANG INI “ kelihatannya adalah tokoh yang sangat penting. Sayangnya Injil Yohanes tidak menceritakan, apakah “ ORANG INI “ tersebut dilepas atau tidak. Jelas sekali ” ORANG INI ” dipahami, tidak lain adalah Yesus Kristus. Demikianlah dasar kajiannya pak Ioannes,sehingga saya mengatakan “ORANG LAIN YANG DISERUPAKAN DENGAN YESUS KRISTUS “. Memang benar, secara harfiah dan secara eksplisit Mat 27:15-26, maupun bagian manapun di Injil Kanonik tidak menyebutkan perikop tentang adanya orang yang mirip dengan Yesus maupun orang yang diserupakan dengan Yesus Kristus. Tetapi kajian atas ayat-ayat Injil Yahya yang saya sajikan mengindikasikan telah terjadi penyerupaan wajah seorang Yudas menjadi berwajah Yesus. Dan hal itu menimbulkan kekagetan luar biasa pada para pasukan yang hendak menangkap Yesus sehingga jatuh rebah ke tanah. Jika anda menolak penjelasan tersebut, bagaimana penjelasan anda tentang para pasukan yang hendak menangkap Yesus sehingga bisa jatuh rebah ke tanah tersebut ? Setelah anda mendengar penjelasan , tentu betapa kelirunya anda yang berkata : “ Maka, saya menyimpulkan bahwa ada usaha anda untuk mencocokkan penafsiran anda dengan pre-conceived idea yang telah ada sebelumnya dalam konsep anda, yang saya duga adalah Kitab Suci yang anda percayai. Inilah sebabnya saya mengatakan,” Injil Kanonik tidak perlu dicocokkan dengan Al-Quran ”. Saya mendasarkannya pada ayat Injil kanonik bukan ayat Al Qur’an! Anda berkata : ” Andaikan memang benar ( dan sesuai pernyataan Anda sendiri ) bahwa Isa Almasih yang dimaksud dalam Al-Quran adalah Yesus Barabbas, maka belum tentu yang Injil Kanonik juga harus mengatakan hal yang sama “. Anda memahami secara keliru. Dalam Al Qur’an tidak pernah disebut nama “ Yesus Barabbas “ secara hurufiah. Begitu pula dalam Al Qur’an tidak pernah ada disebut “ Yesus Kristus “ secara hurufiah. Yang ada cuma “ ISA AL MASIH “ tetapi berdasarkan kesamaan kosa kata bahasa Semitik, dipahami ISA AL MASIH adalah YESUS KRISTUS. Dan Yesus Kristus dalam tradisi Yahudi-Kristen : YESUS ANAK ALLAH, yang tidak lain sama dengan YESUS ANAK BAPA = YESUS BARABBAS. Anda berkata : “ Anda memberikan contoh dalam diskusi dengan pak Stef & saya bahwa anggota komunis juga mati untuk prinsip yang mereka pegang dan mengatakan bahwa kematian mereka tidak membuktikan bahwa komunisme adalah prinsip yang benar. Permasalahannya, mereka mati untuk sesuatu yang benar-benar ada, yakni prinsip komunisme. Eksistensi prinsip ini sama nyatanya dengan prinsip demokrasi. Kematian para penganut komunisme memang tidak membuktikan kebenaran paham komunisme, namun kematian mereka mewartakan kepada dunia bahwa komunisme itu ada atau exist “. Anda telah menyimpangkan makna kehadiran orang-orang Komunis dalam perjuangan membela komunisme dengan kalimat yang kabur : “ Kematian para penganut komunisme memang tidak membuktikan kebenaran paham komunisme, namun kematian mereka mewartakan kepada dunia bahwa komunisme itu ada atau exist “. Dengan pernyataan seperti itu, rupanya menurut anda, orang-orang Komunis siap mati bukan karena meyakini kebenaran Komunis melainkan hanya memberi tahu dunia bahwa komunis itu ada. Sungguh pernyataan anda sangat aneh dan mengelabui( banyak maaf ) Mereka bukan “ mati untuk sesuatu yang benar-benar ada yakni prinsip komunisme “ melainkan “ mati karena meyakini kebenaran komunis “ dalam hal sosialisme dan penentangan agama. Anda telah menyajikan kalimat yang kabur dan ambivalen. Seseorang selalu siap mati demi kebenaran yang diyakininys bukan karena mau memberi tahu dunia bahwa ada keyakinan yang dianutnya. Anda telah menyajikan sejumlah pernyataan dogmatis Kekristenan anda : - Yesus Kristus anak St. Perawan Maria yang adalah Allah Putra yang menjelma menjadi manusia, disiksa, wafat di salib, dan bangkit kembali pada hari ketiga, dan kemudian akan datang kembali di akhir zaman untuk mengadili orang hidup dan mati - pewartaan bahwa Yesus yang asli sungguh disalib dan bangkit kembali - diwartakan pula bahwa tidak hanya wafat, Yesus Kristus juga bangkit dari kematian - Yesus Kristus, Putra Allah yang lahir menjadi manusia, disiksa, wafat, dan bangkit kembali pada hari ketiga sungguh terjadi . Itu adalah pandangan dogmatis Kekristenan anda , yang didasarkan pada ajaran Paulus, bukan ajaran Yesus sendiri. Justru Injil Kanonik menceritakan Yesus Kristus yang hanya seorang manusia biasa . Fakta adanya berbagai aliran pada Kristen menjadi bukti yang tidak terbantah bahwa ada “ konflik “ kepercayaan tentang Yesus. Pembahasan tentang ini sangat panjang sehingga saya membatasinya hanya dengan pernyataan seperti itu. Dan anda juga rupanya tidak mempelajari kepercayaan kafir kuno yang memiliki keyakinan yang sama seperti dogma Kekristenan yang anda sajikan. Pada reply kepada Linda Maria, saya telah menyajikan betapa kepercayaan Kristen tentan Yesus sama dengan kepercayaan kepada DEWA BAAL. Rupanya anda tidak membacanya atau anda mungkin membacanya namun tidak mampu menyanggahnya sehingga mengabaikan kesamaan yang hebat tersebut. Saya kutipkan kembali tentang kesamaan kepercayaan terhadap YESUS KRISTUS dengan DEWA BAAL tersebut sebagai berikut : 1. Baal ditangkap – Yesus ditangkap 2. Baal didengar perkaranya di dalam rumah di atas gunung – Yesus didengar perkaranya di dalam rumah Imam Besar dan di dalam gedung pengadilan Pilatus. 3. Baal dipukuli ( dilukai ) – Yesus disiksa. 4. Baal di bawa ke gunung untuk disalib – Yesus dibawa ke Golgota akan disalibkan . 5. Maka beserta Baal ada penyamun dibawa dan dibunuh. Ada seorang terdakwa penyamun dilepaskan dari hukumannya. Oleh sebab itu ia tiada dibawa beserta Baal – Maka serta dengan Yesus ada dua oranmg penyamun dibawa dan dipalangkan. Ada seorang ( Barabas namanya ) dilepaskan dari hukumannya atas permintaan orang banyak. Oleh sebab itu ia tiada dibawa beserta Yesus . 6. Sesudah Baal pergi ke gunung , dalam kota timbul huru hara dan terjadilah di sana peperangan – Pada ketika Yesus mati, tirai rumah Allah pun cariklah dan bumi gempa, gunung-gunung batu berbelah dan kubur-kubur terbuka dan beberapa tubuh orang mati bangkit dari dalam kuburnya lalu masuk ke dalam kota suci ( Matheus ). 7. Pakaian Baal dibawa lari-Jubah Yesus dibagi-bagikan di antara lasykar( Synopt : Yohanes , Mazmur 22 : 19 ) . 8. Seorang perempuan membasuh darah Baal yang keluar dari jantungnya sebab kena senjata (Tombakkah ? ) – Lambung Yesus ditikam dengan tombak lalu keluar darah dengan air ( Yohanes ). – Maryam Magdalena dan dua orang perempuan yang lain pergi merempah-rempahi tubuh Yesus ( Markus; Lukas ). 9. Baal pergi turun ke Gunung terjauh dari matahari dan terang , lenyap dari pemandangan manusia dan dipegang keras-keras di dalam gunung sebagai orang tawanan – Yesus dalam kubur bukit batu ( Synopt. ) ; turun ke dalam kerajaan orang mati ( I Petrus 3 : 19 ; Matheus 12 : 40 ; Kisah Segala Rasul 2 : 24 ) masuk ke dalam neraka ( Dogma ) 10. Orang-orang pengawal menunggui Baal yang dipenjarakan dengan keras di dalam Gunung – Kubur Yesus ditunggui oleh orang pengawal ( Matheus ). 11. Seorang Dewi duduk dengan Baal ; ia datang untuk memelihara Baal – Maryam Magdalena dan Mayam lainnya duduk bertentangan dengan kuburan itu ( Matheus, Markus ). 12. Mereka mencari Baal ke tempatnya dipenjarakan. Terutama seorang perempuan mencari dia dengan tangisnya di pintu kubur. Ketika sudah nyata ia di – bawa lari, permpuan itu menangis meratap , kata-nya : “ O, saudaraku laki-laki ! O, saudaraku laki-laki ! – Orang-orang perempuan terutama Maryam Magdaleana datang ke kubur mencari Yesus dan ia terdapat di belakang pintu kubur. Maryam adalah berdiri di luar hampir dengan kubur itu dengan tangisnya karena Tuhannya sudah diangkat orang ( Yohanes ) 13. Baal dihidupkan kembali ( sebagai matahari musim lente ) , ia datang ke luar dari Gunung – Yesus hidup kembali , bangun dari dalam kubur ( pada hari Ahad pagi-pagi ) Dengan melihat kesamaan kisah yang begitu “ akrab “ antara YESUS KRISTUS dengan DEWA BAAL , masihkan anda mempercayai dogma Kristen yang anda anut mengenai Yesus ? Saya sebenarnya masih bisa menunjukkan kesamaan kisah Yesus dengan kisah-kisah tokoh “ MANUSIA – TUHAN “ dalam kepercayaan kafir kuno, tapi saya batasi itu saja supaya tidak terlalu panjang. Anda berkata : “ Apabila ada keraguan atau ketidakpastian mengenai terjadinya peristiwa penyaliban ini, penderitaan dan kemartiran mereka sungguh konyol karena mati demi peristiwa yang tidak pasti, apalagi demi berita bohong. Untuk apa mereka mati demi berita bohong? Berita yang mereka wartakan juga bukan hal yang megah, yakni kematian pimpinan besar mereka secara tragis di kayu salib. Tidak ada keuntungan bagi mereka untuk mewartakan berita penipuan yang memalukan, apalagi sampai mengorbankan nyawa sendiri “. Sebagaimana yang telah saya katakan, seseorang siap mati dengan keyakinan-nya sekalipun keyakinan itu dibangun oleh CERITA BOHONG atau KTIDAK-BENARAN. Pernyataan anda tidak bermakna apa-apa. Pewartaan bahwa Yesus yang asli sungguh disalib dan bangkit kembali bisa saja terjadi tetapi di sisi lain ada pewartaan yang menegaskan bahwa Yesus yang asli tidak disalib , apalagi mati dan bangkit kembali. Tidak ada bukti satupun yang menunjukkan bahwa Yesus bangkit dari kematian karena Yesus tidak pernah mati disalib. Sebenarnya masalah ini menjadi tema yang menarik untuk didiskusikan antara saya dengan anda tetapi sayang, anda harus menghentikannya karena memang dibatasi hanya “ 3 putaran “. Begitu pula dengan pernyataan anda : “ Ditambah lagi, tidak masuk akal untuk menafsirkan bahwa Injil Kanonik menceritakan mengenai Yesus Barabbas yang tidak disalib. Kanonisasi justru bermaksud memisahkan antara Injil non-Kanonik gnostik yang menyangkal penyaliban Yesus dan Injil Kanonik yang menceritakan penyaliban Yesus Kristus. Fakta ini sekaligus membantah argumen anda yang menyatakan bahwa murid-murid utama Kristus tidak mewartakan mengenai penyaliban Kristus “ . Kanonisasi Perjanjian Baru dilakukan karena adanya konflik parah antara pembela Trinitas dengan pembela Unitarian , bukan sekedar memisahkan antara Injil non-Kanonik gnostik yang menyangkal penyaliban Yesus dan Injil Kanonik yang menceritakan penyaliban Yesus Kristus , sebagaimana yang telah dihasilkan oleh Konsili Niceae tahun 325. Ini menjadi bukti, siapa dan bagaimana tentang Yesus , termasuk penyalibannya – yang kisahnya merupakan adopsi dari kepercayaan kafir – telah menjadi persoalan konflik yang parah sejak Kristen awal. Demikian, pak Ioannes reply BAGIAN KEDUA saya dan AKAN SAYA LANJUTKAN DENGAN REPLY BERIKUTNYA sesuai dengan reply anda. Dan saya berharap, agar pihak Katolisitas bisa bersikap fair dan jujur dengan tidak menghilangkan reply-reply saya. Terima kasih atas perhatiannya. Dan banyak maaf jika ada kata yang tidak berkenan. Reply ( Lanjutan Ketiga) : Arif Lewisape March 21, 2013 at 7:51 am Pak Ioannes yang baik saya lanjutkan lagi reply saya menanggapi reply anda tertanggal 15 Maret 2013. Sekali lagi saya informasikan kepada anda, rupanya dalam reply anda tertanggal 15 Maret tersebut , ternyata tidak disediakan lagi oleh pihak Katolisitas akan “ kotak Reply “ sehingga saya memposting reply saya pada reply anda sebelumnya. Harap dimaklumi. Terima kasih. BAGIAN KETIGA C. “ Tahanan Terkenal ” Menunjukkan Yesus yang Asli? Anda memberi argumentasi sebagai berikut : “ Mengatakan bahwa Yesus yang disalib bukanlah Yesus asli juga tidak masuk akal karena Injil Kanonik menyatakan bahwa Yesus Kristus melakukan banyak mukjzat dan lainnya. Berdasarkan jawaban anda sendiri dalam diskusi dengan Stefan (2012/12/25) mengatakan bahwa tokoh utama Injil Kanonik: “Dan tokoh “ YESUS yang disebut KRISTUS “ atau “ YESUS KRISTUS PALSU “ inilah yang diceritakan dalam Bibel sebagai tokoh utama yang:TELAH DISALIB !. Bukan , YESUS KRISTUS ( atau menurut orang Islam : Nabi Isa Al Masih as). Berdasarkan pandangan anda ini, bahwa tokoh utama Injil adalah Yesus “Nobody”, berarti Yesus Barabbas, atau Yesus asli menurut anda, hanya diceritakan sangat sedikit sekali dalam Injil Kanonik. Berarti, siapakah sebenarnya Yesus Barabbas ini? Saya hanya berusaha konsisten dengan pendapat anda ini, bahwa tokoh utama Injil Kanonik menurut anda adalah Yesus Kristus Palsu ( Yesus Nobody menurut istilah saya). Tiba-tiba dalam tanggapan anda kali ini, anda mengatakan bahwa tokoh utama Injil Kanonik adalah Yesus Barabbas, yang pada akhirnya tidak tersalib. Mana yang benar? Kita coba asumsikan revisi anda adalah pendapat yang anda maksudkan “ . Anda rupanya tidak memahami pernyataan saya : “… inilah yang diceritakan dalam Bibel sebagai tokoh utama yang : TELAH DISALIB ! “. Fokusnya adalah : “ tokoh utama yang : TELAH DISALIB ! “. Jadi , saya tidak pernah mengatakan bahwa tokoh utama Injil adalah Yesus “Nobody”. Yang demikian hanyalah interpretasi anda akibat pemahaman anda yang keliru atas pernyataan saya. Justru keseluruhan Injil-Injil kanonik berkisah tentang YESUS KRISTUS ( YESUS ANAK ALLAH = YESUS ANAK BAPA=YESUS BARABBAS = BARABBAS) terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada antar Injil-Injil kanonik dan kejanggalan-kejanggalan dalam penyajian masing-masing Injil kanonik. Dan BARABBAS ( YESUS BARABBAS = YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH = YESUS KRISTUS ) inilah yang dilepas sehingga tidak disalib. Justru yang tidak pernah dikisahkan oleh Injil-Injil kanonik adalah “ YESUS YANG DISEBUT KRISTUS “ atau menurut anda : YESUS “ NO BODY “ dan kisah tentang “ YESUS YANG DISEBUT KRISTUS “ baru muncul dalam segmen pengisahan penyaliban yang “ menggantikan “Dan BARABBAS ( YESUS BARABBAS = YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH = YESUS KRISTUS ) . Dengan demikian keinginan anda : “ Saya hanya berusaha konsisten dengan pendapat anda ini, bahwa tokoh utama Injil Kanonik menurut anda adalah Yesus Kristus Palsu (Yesus Nobody menurut istilah saya) “ adalah SALAH KAPRAH karena salah memahami pernyataan saya. Konsisten apa yang akan anda lakukan kalau anda salah memahami pernyataan saya ? Dan saya tidak pernah merevisi pendapat saya seperti yang anda katakan dan tuduhan anda yang demikian muncul karena kesalah-pahaman anda atas pernyataan saya sehingga anda tidak perlu berkata : “ Mana yang benar? Kita coba asumsikan revisi anda adalah pendapat yang anda maksudkan “ . Selanjutnya anda berkata : “ Sebenarnya, dalam Injil Markus sendiri telah ditegaskan bahwa Barabbas adalah seorang yang melakukan pembunuhan dalam suatu pemberon-takan (Vulgate : qui in seditione fecerant homicidium ; Dalam teks asli berbahasa Yunani : φόνον : pembunuhan ). Saya tidak tahu apakah anda memperhitungkan ini sebagai salah satu keterangan yang jelas atau tidak “. Saya dapat memahami maksud anda yaitu jika benar BARABBAS (Yesus Barabbas) adalah Yesus Kristus asli, mengapa Injil Markus menya- takan sebagai pembunuh ? Inti permasalahannya adalah “ STATUS “ Barabbas,dan anehnya anda mengingatkan saya tentang Injil Markus yang menyebut Barabbas dengan “ φόνον “ yang berarti “ pembunuhan “ ( sebenarnya : seorang pembunuh –a murder ). Sebenarnya “ status “ Barnabas telah saya bahas dalam reply saya tanggal 13 Februari 2013 kepada pak Stefan Tay, yang dikutipkan kembali sebagai berikut : Hanya merujukkan permasalahan ini pada kalimat teks Matius 27 : 16 tentang Barabbas : ” …. seorang terpenjara yang termasyhur jahatnya bernama Barabbas ” dan Injil Yohanes 18 : 40 : ” Adapun Barabbas itu seorang penyamun “. Bandingkan dengan Lukas 23 : 19 dan Markus 15 : 7. Coba perhatikan oleh pak Stefan Tay mengenai ” status ” BARABBAS ” dalam Injil kanonik yang berbeda-beda. Menurut Matius 27:16 : ” termasyhur jahatnya”. Kejahatan apa yang dilakukan sehingga termasyhur? Menurut Markus 15:7 :” meng- adakan huru hara dan membunuh orang dalam huru-haraitu “. Apa model huru-hara yang dilakukan dan siapa saja yang dibunuh ? Menurut Lukas 23 : 19 : ” kedurhakaannya dalam negeri “. Apa bentuk kedurhakaannya ? Dan menurut Yohanes 18 : 40 : ” seorang penyamun “.Menyamun siapa dan bagaimana bentuk perbuatan menyamun tersebut ? Fakta perbedaan antar Injil kanonik dalam penilaian atas Barabbas menjadi sangat relatif. Bisa saja seseorang yang pejuang kebaikan ternyata diberi label ” jahat ” tanpa kejelasan bentuk ” kejahatannya “. Untuk itu, saya kembalikan ayat Matius 27:16 versi bahasa Belanda : ” En zij hadden toen eenen welbekenden gevangene genaamd Barabbas“. Kata ” welbekenden” berarti termasyhur dalam hal apa saja, baiknya, pintarnya, kuasanya, namanya, jahatnya, mulianya. Kelaziman bahasa Belanda, bila hendak mengatakan termasyhur jahatnya, adalah menggunakan kata ” berucht “. Jadi kata ” welbekenden ” hanya menunjukkan ” termasyhur baiknya, kuasanya, namanya, mulianya “. Bukankah Yesus memang termashyur dengan mukjizatnya, termasyhur namanya ? Deskripsi “ status “ Barabbas berbeda - beda, sehingga tidak tepat bila anda hendak mengkhususkan deskripsi “ status “ Barabbas hanya menurut Injil Markus. Justru menjadi sesuatu yang perlu direnungkan oleh anda, bagaimana deskripsi “ status “ Barabbas yang sebenarnya ? Oleh karena itu betapa tidak tepatnya pernyataan anda : “ Bila Injil Markus bermaksud menceritakan Yesus Barabbas sebagai tokoh utama, seperti yang anda tafsirkan, tidak masuk akal bila St. Markus mengatakan bahwa Ia adalah pembunuh. Jika mengikuti tafsiran anda, apakah anda bermaksud mengatakan bahwa Yesus yang asli ( yang menurut anda adalah Isa Almasih) ini adalah seorang pembunuh ? “ jika anda telah membaca penjelasan saya kepada pak Stefan Tay di atas, dan anda tidak akan menyajikan pernyataan demikian jika sebelumnya anda mau memperhatikan dan membaca penjelasan saya kepada pak Stefan Tay tersebut. Dengan demikian betapa mengherankan pernyataan anda : “ Jika demikian, Yesus yang adalah pembunuh tersebut adalah Yesus yang bangkit kembali dari kubur ? Jadi, Yesus yang mana yang mengatakan bahwa Ia akan disiksa, wafat, dan bangkit ? Yesus yang disebut Kristus atau Yesus Barabbas ? Kalau Yesus yang “ asli ” menurut anda adalah Yesus Barabbas, apakah berarti Yesus Barabbas sendirikah yang menubuatkan kesengsaraannya ini ? Tapi lalu ia sendiri dibebaskan sehingga perkataannya ini tak tergenapi ? “. Anda mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa sasaran yang jelas. Siapa yang bangkit kembali dari kubur ? Kalau diikuti penjelasan saya dan dikaitkan dengan alur kisah dalam Injil kanonik , tentu yang “ bangkit dari kubur “ adalah YESUS YANG DISEBUT KRISTUS , BUKAN BARABBAS ( = YESUS BARABBAS = YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH = YESUS KRISTUS ASLI ) karena BARABBAS dilepaskan oleh Pointus Pilatus. Tetapi adanya peristiwa “ KEBANGKITAN DARI KUBUR “ dari “ YESUS YANG DISEBUT KRISTUS “ sangat kabur dan penuh khayalan karena didasarkan pada informasi “ KUBUR YANG KOSONG “. Tidak ada seorang pun yang benar-benar melihat “ YESUS YANG DISEBUT KRISTUS “ bangkit dari kubur. Dan pertanyaan anda, “ Yesus yang mana yang mengatakan bahwa Ia akan disiksa, wafat, dan bangkit ? “. Sebaiknya anda sajikan ayat Injil kanonik yang pernyataan Yesus: “ Ia akan disiksa,wafat,dan bangkit “ tersebut. Hendaknya anda ketahui, pernyataan demikian akan berbenturan dengan pernyataan Yesus yang menunjukkan dirinya tidak disalib dan tidak disiksa, bila dilakukan kajian kritis atas ayat-ayat Injil kanonik. Saya sajikan contoh. Ayat Matius 27 : 46 mengungkapkan kalimat teriakan ” Yesus ” di atas salib : ” Ya Tuhanku, yang Tuhanku, apakah sebabnya Engkau meninggalkan aku ? ” yang sebenarnya merupakan kutipan dari Mazmur 22 : 2: “ Eli, Eli, lamah ‘azabtani “ ( teks Perjanjian Lama Ibrani ) atau “ Ho Theos,ho Theos mou, proskhes moi hina ti egka-telipes me “ ( teks Perjanjian Lama Yunani ). Tapi dalam Injil Matius tertulis dalam bahasa Yunani : “ Thee mou Thee mou, hinati me egkatelipes “ dan dalam Injil Markus 15 : 34 tertulis : “ Ho Theos, ho Theos mou , eis ti egkatelipes me “. Arahkan perhatian anda pada kalimat teriakan ” Yesus ” di atas salib : ” Ya Tuhanku, yang Tuhanku , APAKAH SEBABNYA ENGKAU MENINGGALKAN AKU ? ”. Apa kesimpulan anda atas kalimat teriakan ” Yesus ” tersebut ? Menurut saya : ORANG YANG TERSALIB ITU TELAH DITINGGALKAN OLEH ALLAH ! Orang bodoh pun pasti menyimpulkan demikian. Tapi benarkah Yesus telah ditinggalkan oleh Allah ? Mari kita perhatikan ayat Yohanes 8 : 29 : ” Maka Yang Menyuruhkan aku, Ia bersama-sama dengan aku ; maka BAPA ITU TIADA MENINGGALKAN AKU SEORANG DIRI karena senantiasa aku berbuat apa yang berkenan kepadaNya ”. Jika ” ORANG YANG TERSALIB” adalah Yesus Kristus, berarti ada dua pernyataan Yesus yang kontradiktif. Pertama seruan Yesus : ” Ya Tuhanku, yang Tuhanku , APAKAH SEBABNYA ENGKAU MENINGGALKAN AKU ? ” ( Matius 27 : 46 dan Markus 15 : 34 ) dan kedua,Yesus menegaskan : ” BAPA ITU TIADA MENINGGALKAN AKU SEORANG DIRI ” ( Yahya 8 : 29 ). Merujuk kepada Prinsip Contradictionis , tidak mungkin kedua pernyataan tersebut sama- sama benar, pasti salah satunya benar dan yang lainnya salah atau kedua-duanya salah. Dan bisa dipastikan, pernyataan Yesus yang benar adalah yang disebut dalam Yahya 8 : 29, karena Yesus sebagai NABI/RASUL ALLAH atau dalam dogma Kristen : ANAK ALLAH dan FIRMAN ALLAH,tidak mungkin ditinggalkan Allah. Dengan demikian , ucapan ” Tuhanku,Tuhanku , apakah sebabnya Engkau meninggalkan aku? ” di atas salib sesungguhnya bukan ucapan Yesus melainkan ucapan orang lain . Ini berarti yang tersalib bukan Yesus. Merujuk kepada fakta ayat-ayat Injil kanonik di atas dan kesimpulan dari kajian kritisnya, menjadi pertanyaan, apakah mungkin Yesus menegaskan bahwa dirinya : “ … akan disiksa, wafat, dan bangkit “ ?. Bart D. Ehrman dalam bukunya ” Misquoting Jesus ” mengungkapkan bahwa sebuah manuskrip Yunani dan beberapa dokumen berbahasa Latin menyajikan bunyi ayat Markus 15 : 34 yang berbeda sama sekali,yaitu : ” Allahku, Allahku mengapa engkau mencemohku ? ”. Kalimat pernyataan ini lebih mempertegas bahwa yang disalib BUKAN YESUS KRISTUS, melainkan orang lain karena tidak mungkin Allah mencemoh Yesus ! Anda berkata : “ Lagi pula, menurut alur cerita Injil Matius, Yesus Barabas digambarkan sebagai seseorang lain yang tiba-tiba disebutkan dalam Injil. Jika sedari awal Injil Kanonik berniat menceritakan Yesus Barabas sebagai tokoh utama, untuk apa penulis tiba-tiba di tengah alur cerita menyebutkan kembali. Dan pada waktu itu ada di dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabbas ? Jikalau Injil Kanonik memang bermaksud menceritakan Yesus Barabbas sedari mulanya, kenapa penulis tidak langsung menulis nama Yesus sebagai Yesus Barabbas dan menggunakan nama lain untuk Yesus palsu? “. Anda mempertanyakan : “ Jikalau Injil Kanonik memang bermaksud menceritakan Yesus Barabbas sedari mulanya, kenapa penulis tidak langsung menulis nama Yesus sebagai Yesus Barabbas dan mengguna- kan nama lain untuk Yesus palsu? “. Seharusnya anda mempertanya-kannya kepada pengarang Injil-Injil kanonik, bukan kepada saya. Pertanyaan tersebut seharusnya anda sendiri menalarnya sejak awal dengan mempertanyakan kepada pengarang Injil-Injil kanonik, mengapa ada versi naskah yang menyebut “ Yesus Barabbas “ dan ada versi naskah yang hanya menyebut “ Barabbas “ saja ?. Apakah tidak ada motif yang mendasarinya? Untuk mengungkap hal ini, jangan dilupakan masa penulisan Injil-Injil kanonik tersebut dengan segala perubahan yang berlangsung sehingga melahirkan berbagai versi naskah. Jika anda memperhatikan ayat-ayat Injil kanonik mulai dari pasal 1 , ternyata TIDAK ADA PENULISAN NAMA SESEORANG YANG MERANGKAP NAMA AYAHNYA ATAU DENGAN PATRONIMIKNYA, kecuali kalau menjelaskan identitas seseorang.Lalu sekarang anda mempertanyakan hal itu untuk “ YESUS BARABBAS “. Sebagai contoh nama “ SIMON “ yang lengkap bersama patronimiknya: SIMON BAR YONAH ternyata hanya ditulis: SIMON saja tanpa patronimik.Bahkan lebih banyak dengan gelarnya (bukan patronimik): PETERUS atau sesekali muncul dalam bahasa Ibrani : KEFAS sebagai keterangan asal kata PETERUS. Contoh lain,nama: JAMES (JAKUB). Tidak pernah ditulis: JAMES (JAKUB) BEN ZABEDEE. Tapi ada penjelasan mengenai identitas JAMES (JAKUB) seperti pada Matius 10 : 2 : “… Jakub anak Zabdi ( James the son of Zeb’edee ) - Ιάχωβος δ τού Ζεβεδαίον ( James that of the Zabedee ) …. “. Saya juga hendak memberi contoh nama YUDAS. Dalam Lukas 6 : 16 ada dua nama “ JUDAS “ yaitu “ JUDAS ANAK YAKUB “ dan “ YUDAS ISKARIOT “. Tetapi saya terhalang oleh fakta bahwa dalam Holy Bible pada ayat yang sama, tidak disebut “ JUDAS ANAK YAKUB “ melainkan “ YUDAS SAUDARA YAKUB “. Mana yang benar tentu anda selaku penganut Kristen ( Katolik ) yang lebih tahu. Jadi saya tidak jadi memberi contoh nama “ JUDAS ANAK YAKUB “. Sedangkan kata “ISKARIOT “ pada nama “YUDAS “, jelas bukan nama ayahnya melainkan nama negeri asal, sama halnya seperti SIMON KIRENE di mana “ KIRENE “ bukan nama ayah melainkan nama negeri asalnya. Itulah fakta tentang penyebutan nama dalam Injil-Injil kanonik yaitu tidak pernah dilampiri dengan nama ayah atau patronimik. Lalu anda mempertanyakan : “ … kenapa penulis tidak langsung menulis nama Yesus sebagai Yesus Barabbas… “. Tentu saja berdasarkan fakta cara penyebutan nama seseorang dalam Injil-Injil kanonik,pertanyaan anda tidak tepat. Dan menarik dengan fakta cara penyebutan nama seseorang dalam Injil-Injil kanonik tersebut, yaitu kenapa pada peristiwa penyaliban, justru yang dimunculkan adalah “ BARABBAS “ bukannya “ YESUS“ ? Ini melanggar cara penyebutan nama seseorang dalam Injil-Injil kanonik. Diduga,jika ditulis nama “YESUS “,maka akan diketahui bahwa YESUS TIDAK DISALIB ! Begitu pula dengan nama “ YESUS BARABBAS “, juga melanggar cara penyebutan nama seseorang dalam Injil-Injil kanonik karena tidak biasa dalam Injil-Injil kanonik menyebut nama seseorang disertai lampiran “ PATRONIMIK “-nya . Diduga ada motif tertentu dengan penyebutan nama yang dilengkapi patronimik tersebut, yaitu sebagai penyamaran identitas supaya tidak langsung dengan nama “ YESUS “ sehingga dengan penyamaran yang dilakukan, tidak akan diketahui bahwa YESUS TIDAK DISALIB ! Sayangnya penyamaran tersebut terungkap dengan kajian nama “ BARABBAS “ yang terdiri dari kata “ BAR “ dan “ ABBA “ yang berarti : ANAK BAPA = ANAK ALLAH = YESUS KRISTUS. Anda berkata : “ Ditambah lagi, Injil sinoptik yang menghapus nama “ Yesus ” dari nama Yesus Barabbas adalah Injil Lukas dan Injil Markus. Jika memang mereka sedari awal berniat menceritakan Yesus Barabbas, mengapa justru menghapus nama Yesus ketika kata Barabbas disebut ? Tentu jelas lebih masuk akal bila tokoh utama Injil memang adalah Yesus Kristus yang tersalib, bukan Yesus Barabbas “ . Pernyataan anda “Injil sinoptik yang menghapus nama “Yesus” dari nama Yesus Barabbas adalah Injil Lukas dan Injil Markus “ semakin memperkuat pendapat saya bahwa anda memiliki pemahaman bahwa Injil Matius dan Injil Yohanes , mencantumkan nama lengkap “ YESUS BARABBAS“ dan tidak membuang “Yesus “ dari “Barnabas “. Padahal fakta yang terlihat pada semua Injil kanonik khususnya pada terbitan lama , ternyata hanya menulis “ BARNABAS “ saja tanpa “ YESUS “. Memang pada terbitan terbaru, rupanya kata “ YESUS “ sudah dikembalikan berdampingan dengan “ BARNABAS “. Kemudian pertanyaan anda sangat aneh : “ Jika memang mereka sedari awal berniat menceritakan Yesus Barabbas, mengapa justru menghapus nama Yesus ketika kata Barabbas disebut ? “ . Saya bertanya kepada anda, apakah benar para pengarang Injil kanonik menghapus nama “ Yesus “ sehingga tertinggal “Barnabas “ saja ? Jika atas pertanyaan saya tersebut anda menjawab :“ YA ! “ lalu bagaimana dengan versi naskah kuno yang justru mencantumkan lengkap : YESUS BARABBAS ? Apakah menurut anda, kata “ YESUS “ tersebut ditambahkan kemudian oleh para penyalin sedangkan oleh pengarang aslinya hanya menuliskan saja “ BARABBAS “ ? Ataukah sebenarnya pengarang Injil kanonik menuliskan lengkap : YESUS BARABBAS tetapi oleh para penyalin pada masa berikutnya, kata “YESUS “ sengaja dibuang ? Dan bagaimana dengan versi-versi Alkitab terbaru sekarang yang justru mencantumkan lengkap : YESUS BARABBAS , apakah karena dari awalnya para pengarang Injil kanonik mencantumkan lengkap seperti itu ? Terlihat bahwa permasalahan-nya adalah VERSI BIBEL , bukan masalah pengarang Injil kanonik yang menghapus atau menambah kata “ YESUS “ pada “BARABBAS “. Oleh karena itu pernyataan anda: “Tentu jelas lebih masuk akal bila tokoh utama Injil memang adalah Yesus Kristus yang tersalib, bukan Yesus Barabbas “, salah arah dan kurang cermat. Anda berkata : “ Tanpa didasari dogma Kristiani pun, tetap tidak masuk akal untuk menganggap Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli menurut Injil Kanonik hanya karena jenis kejahatan Yesus Barabbas tidak disebutkan secara spesifik. Kecuali, anggapan tersebut telah didasari dogma atau “preconceived idea ” seperti yang dibahas diatas, yakni : bahwa Yesus yang tersalib bukanlah Yesus Kristus yang asli.Tentu bila demikian,setiap penafsiran ayat Alkitab akan dicocokkan dengan pre-conceived idea tersebut “ . Apa yang tidak masuk akal ketika dikatakan “ Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli menurut Injil Kanonik “ padahal analisa atas kata “ BARABBAS “ menunjukkan : ANAK BAPA = ANAK ALLAH , yang dalam dogma Kristen menunjukkan YESUS KRISTUS ? Dan yang demikian , bukan anggapan melainkan hasil kajian kritis. Dan faktor pre-conceived idea sebagaimana yang telah saya tegaskan baru bisa dibuktikan jika saya memberikan penafsiran berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an. Tetapi justru yang menggunakan ayat-ayat Injil kanonik untuk menunjukkan bahwa YESUS KRISTUS = YESUS ANAK ALLAH = YESUS ANAK BAPA = YESUS BAR ABBAS = YESUS BARABBAS – BARABBAS. Dalam sebuah pembahasan, pastilah ada faktor pre-conceived idea pada seseorang, tetapi sejauh mana faktor pre-conceived idea mengintervensi kajian akan terlihat dari materi argumentasi, apakah ada yang bersumber dari pre-conceived idea. Saya sudah menjelaskan hal ini. Anda hendak mengukur nilai bahasan saya dengan pre-conceived padahal saya menyajikan bahasan saya berdasarkan Injil-Injil kanonik dan tidak ada satu pun pernyataan yang datang dari sumber pre-conceived . Mengapa anda tidak memperhatikan kajian saya dan lebih cenderung dengan pre-conceived ? Anda berkata : “ Dengan demikian, pandangan yang mengatakan bahwa Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli hanya karena ia cuma disebut “penjahat terkenal” adalah tidak rasional “. Anda salah kaprah dan menyimpangkan pokok analisis.Kesimpulan mengenai Yesus Barabbas sebagai Yesus yang asli bukan dari status “ penjahat terkenal” melainkan dari analisis atas kata “ BARABBAS “ pada nama YESUS BARABBAS. Demikian dulu reply saya bagia ketiga dan akan saya lanjutkan lagi dengan reply untuk bagian –bagian berikutnya dari reply anda. Banyak maaf jika ada kata yang tidak berkenan. Reply ( Lanjutan Keempat ) Arif Lewisape March 23, 2013 at 6:40 am Pak Ioannes yang baik saya lanjutkan lagi reply saya menanggapi reply anda tertanggal tertanggal 15 Maret 2013. Sekali lagi saya informasikan kepada anda, rupanya dalam reply anda tertanggal 15 Maret tersebut , ternyata tidak disediakan lagi oleh pihak Katolisitas akan “ kotak Reply “ sehingga saya memposting reply saya pada reply anda sebelumnya. Harap dimaklumi. Terima kasih. C. BAGIAN KEEMPAT Dalam bagian dari reply anda “ D. Minor Details & Gnosticism “ , anda telah memberikan tanggapan atas petilan-petilan pernyataan saya. 1. Berkaitan dengan pernyataan saya : “Dalam berkisah tentang PERISTIWA PENYALIBAN, para pengarang Injil-Injil kanonik telah menceritakan secara keliru berdasarkan cerita tutur bersambung bahwa figur tersalib adalah YESUS KRISTUS ASLI, padahal yang tersalib adalah ORANG LAIN YANG DISERUPAKAN DENGAN YESUS KRISTUS. Wajarlah berkembang cerita bahwa yang disalib adalah YESUS KRISTUS YANG ASLI padahal bukan ”, anda telah memberikan Tanggapan berikut : Dari mana kesimpulan ini muncul ? Mat 27 : 15 - 26 tidak menyebutkan apapun mengenai orang yang diserupakan. Semua Injil Kanonik juga tidak menyebutkan apapun mengenai orang yang wajahnya diserupakan Yesus atau orang yang mengikuti Yesus dengan wajah yang mirip denganNya. Tanggapan Balik : Benar ! Memang secara eksplisit, ayat Matius 27 : 15 – 26 dan semua Injil kanonik tidak menyebutkan adanya penyerupaan wajah orang yang tersalib dengan wajah Yesus. Tetapi secara implisit dengan kajian kritis terhadap ayat-ayat Injil kanonik, menunjukkan adanya penyerupaan tersebut. Hal ini telah saya sajikan dalam reply saya sebelum ini tentang Yohanes 18 : 3 – 8 . Masih ada lagi sejumlah ayat-ayat Injil kanonik yang mengindikasikan telah terjadinya keserupaan wajah seseorang dengan wajah Yesus. 2. Sehubungan dengan pernyataan saya : “Dalam reply saya sebelum ini, sudah saya jelaskan bahwa saya lebih berfokus pada Injil-Injil kanonik dan sama sekali tidak mengkhususkan kepada naskah-naskah kuno, yang ternyata anda nilai sebagai gnostik” anda telah memberi Tanggapan sebagai berikut : Saya hanya mendasarkan diri pada pernyataan anda yang mengatakan bahwa Injil Kanonik menyatakan bahwa Yesus yang disalib bukan Yesus yang asli dan hal ditegaskan oleh naskah-naskah kuno. Memang betul bahwa anda tidak memfokuskan diri pada naskah kuno. Namun, anda menyatakan bahwa tafsiran Injil Kanonik menyatakan bahwa penafsiran anda “ ditegaskan oleh naskah-naskah kuno ”. Oleh sebab itu, saya membahas mengenai Nag Hammadi dan Injil non-kanonik untuk menjelaskan bahwa Injil non-Kanonik tidak dapat digunakan untuk mendukung penafsiran anda mengenai penyaliban Yesus dalam Injil Kanonik. Bukan karena saya yang menilai bahwa naskah kuno yang anda rujuk (Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik) adalah gnostik, namun pakar Kitab Suci, pakar Theologi, dan arkeolog dunialah yang menyimpulkan demikian. Pakar yang mengasosiasikan Kristiani dan Gnosticism memang ada namun hanya minoritas. Namun ajaran umum Kristiani yang diimani oleh umat Kristiani tidak sesuai dengan ajaran Gnosticism. Konsep Aeon, Demiurge, Pleroma, Divine Spark, dan lainnya jelas bukanlah ciri dan karakter dari Kristiani. Karena anda menyebutkan baik Injil Kanonik maupun naskah kuno, saya menanggapi keduanya, baik Injil Kanonik maupun naskah kuno. Tanggapan Balik : Apakah salah ketika berdasarkan kajian atas ayat-ayat Injil kanonik menunjukkan Yesus tidak disalib dan kesimpulan tersebut ternyata ditegaskan pula oleh naskah-naskah kuno seperti yang ditemukan Nag Hammadi ? Di mana letak kesalahannya jika itu salah ? Apa saya tidak boleh menyebut : “ naskah-naskah kuno “ ? Dan yang menarik adalah pernyataan anda : “ Bukan karena saya yang menilai bahwa naskah kuno yang anda rujuk ( Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik) adalah gnostik, namun pakar Kitab Suci, pakar Theologi, dan arkeolog dunialah yang menyimpulkan demikian “. Sumber kajian saya adalah ayat-ayat Injil kanonik, bukan lainnya. Dan ternyata kesimpulan kajian tersebut ditegaskan pula oleh naskah-naskah kuno. Lalu di mana aspek kajian saya tersebut sehingga anda mengatakan : “ ….. naskah kuno yang anda rujuk ( Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik ) …“ ? Saya tidak merujuk pada naskah-naskah kuno, kalau itu dimaksudkan sebagai sumber kajian saya. Dari pernyataan anda tersebut, anda mengakui : “ Bukan karena saya yang menilai bahwa naskah kuno yang anda rujuk ( Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik) adalah gnostik “. Rupanya anda hanya sekedar mengutip pendapat “ …. pakar Kitab Suci, pakar Theologi, dan arkeolog dunialah yang menyimpulkan demikian “ tetapi anda jadikan dasar dalam argu-mentasi anda. Anda tidak bisa disalahkan jika hanya sekedar mengutip tetapi anda “ bertanggung - jawab “ untuk menjelaskan hal-hal yang masih kabur, sebagai konsekwensi pengutipan yang dijadikan argumentasi yaitu dengan menjelaskan pertanyaan berikut : Apa kaitan stempel “ Gnostik “ yang dikenakan oleh “ …. pakar Kitab Suci, pakar Theologi, dan arkeolog dunia ….“ kepada naskah-naskah kuno ( Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik ) tersebut dengan “ PENYALIBAN YESUS “ ? Bukankah dari reply anda secara jelas menegaskan bahwa : PERNYATAAN NASKAH-NASKAH KUNO (khususnya : Nag Hammadi ) TENTANG TIDAK TERSALIBNYA YESUS TIDAK BISA DITERIMA KARENA NASKAH-NASKAH TERSEBUT ADALAH GNOSTIK ?. Dan tentu penegasan anda yang demikian, tentu berdasarkan penilaian “ …. pakar Kitab Suci, pakar Theologi, dan arkeolog dunia….“?. Oleh karena itulah saya telah mengutip pernyataan Dr. C. Groenen ofm dari bukunya “ Sejarah Dogma Kristologi “ ( hal. 89 ) : “ Pengaruh gnosis Yunani ( dan Yahudi ) sudah terasa dalam karangan-karangan Perjanjian Baru “. Lihar reply saya tertangga 3 Maret 2013. Sayangnya, Dr. C. Groenen ofm tidak menunjuk, karangan-karangan mana saja dalam Perjanjian Baru yang “ berbau gnosis “. Saya telah menunjukkan kepada anda ayat Ibrani 6 : 1-2 yang berisi pengajaran Paulus sebagai “ karangan-karangan Perjanjian Baru berbau gnosis “ yang disebut Dr. C. Groenen ofm dan dikutipkan sebagai berikut dalam beberapa versi : 1. Ayat Ibrani 6 : 1,2 ( menurut ALKITAB LAI 1968 ) Sebab itu, baiklah kita BERHENTI DARIPADA MENERANGKAN PENGAJARAN KRISTUS YANG MULA-MULA ITU, langsungkanlah kepada kesempurnaan. JANGANLAH LAGI kita membubuh alas yaitu dengan pengajaran hal tobat daripada PERBUATAN YANG MEMBAWA KEPADA MATI dan IMAN KEPADA ALLAH dan PENGAJARAN DARI HAL BAPTISAN , dan DARI HAL MELETAK-KAN TANGAN ATAS ORANG dan DARI HAL ORANG MATI BANGKIT LAGI dan HUKUMAN KEKAL 2. Ayat Ibrani 6 : 1,2 ( menurut HOLY BIBLE ) Thereforw leaving the principles of the doctrine of Christ, let us go on unto perfection; not laying again the foundation of repetance from dead works and of faith toward God , and Of the doctrine of baptisms, and of laying on of hands , and of resurrection of thr dead, and of eternal judgment 3. Ayat Ibrani 6 : 1, 2 ( menurut THE NEWTESTAMENT IN TODAYS ENGLISH VERSION). Let us go forward , then to mature teaching and leave behind us the beginning of the Christian massage . We should not lay again the foundation of turning away useless works and believing in God , of the teaching about baptism and the laying on of hands ; of the raising of the dead and the eternal judgment Kalimat “ BERHENTI DARIPADA MENERANGKAN PENGAJARAN KRISTUS YANG MULA-MULA ITU, langsungkanlah kepada kesempurnaan “ atau “ leaving the principles of the doctrine of Christ, let us go on unto perfection “ atau “ Let us go forward , then to mature teaching and leave behind us the beginning of the Christian massage “ adalah satu bentuk pengajaran “ ngelmu “ ( bhs. Jawa ) atau gnosis. Untuk mencapai sebuah “ KESEMPURNAAN “ seorang Kristen tidak perlu lagi mengikuti ajaran Yesus Kristus. Ini yang dipahami dari ayat Ibrani 6 : 1,2. Dan itu DIAJARKAN OLEH PAULUS, BUKAN DIAJARKAN OLEH YESUS. Barangkali, ini adalah salah satu contoh nilai Gnosticism dalam Perjanjian Baru, yang dikatakan oleh Dr. C. Groenen ofm dalam bukunya “ Sejarah Dogma Kristologi “ ( hal. 89 ). Satu pengakuan seorang teolog dan pakar Bibel tentang karangan-karangan Perjanjian Baru sebagai “ karya gnosis “. Ketika stempel “GNOSTIK“ dikenakan kepada naskah-naskah kuno dan karenanya naskah-naskah itu ditolak, MESTINYA SEMUA AJARAN PAULUS yang tercermin dalam “ 13 surat-surat Paulus “ HARUS DITOLAK PULA karena mengandung ajaran GNOSTICISME . Tetapi nyatanya tidak dilakukan bahkan diakui sebagai kanonik. Hal ini menyimpulkan bahwa PENOLAKAN TERHADAP NASKAH-NASKAH KUNO ( khususnya : Nag Hammadi ), bukan karena mengandung ajaran Gnosis melainkan KARENA NASKAH-NASKAH KUNO TERSEBUT MENEGASKAN YESUS TIDAK TERSALIB. 3. Sehubungan dengan PENGUTIPAN oleh saya atas pernyataan anda : “ Silahkan memilih antara Gnosticism yang menyangkal penyaliban Yesus asli atau ajaran Katolik yang menyatakan Yesus yang disalib adalah Yesus asli. Namun, tidak mungkin menghubungkan keduanya karena isi ajaran keduanya memang jelas berbeda ” , anda memberi Tanggapan berikut : Sekali lagi, maksud pernyataan ini adalah dalam konteks argumen anda yang mengatakan bahwa naskah kuno yang anda rujuk ( Nag Hammadi dan Injil non- Kanonik ) menegaskan kebenaran penafsiran anda bahwa “ Yesus yang tersalib dalam Injil Kanonik bukanlah Yesus yang asli ”. Pernyataan ini bermaksud menolak naskah kuno yang anda sebut dapat mendukung penafsiran anda karena naskah kuno tersebut berisi ajaran Gnostik. Tanggapan Balik : Anda hanya menjelaskan mengapa anda memunculkan pernyataan anda yang saya kutip dan tanggapi. Tetapi ada yang menarik dari pernyataan penjelasan anda tersebut : “ Pernyataan ini bermaksud menolak naskah kuno yang anda sebut dapat mendukung penafsiran anda karena naskah kuno tersebut berisi ajaran Gnostik “, yang maksudnya pernyataan anda yang saya kutip dan saya tanggapi : “ …. bermaksud menolak naskah kuno yang anda sebut dapat mendukung penafsiran anda karena naskah kuno tersebut berisi ajaran Gnostik “ . Benarkah demikian ? Apakah bukan karena naskah-naskah kuno tersebut menegaskan TIDAK TERSALIBNYA YESUS ? Jika hanya karena status “Gnostik “ mengapa TIDAK MENOLAK AJARAN GNOSTIK DARI PAULUS YANG TERCERMIN DALAM SURAT-SURAT PAULUS , khususnya Ibrani 6 : 1-2 ? 4. Sehubungan dengan pernyataan saya : Saya tidak peduli dengan Gnoticicm atau dengan Katholicism apalagi menghubungkan keduanya melainkan saya berfokus pada analisis ayat-ayat Injil kanonik dan ternyata hasilnya menyimpulkan : YESUS TIDAK DISALIB ”, anda memberi Tanggapan berikut : Tentu saja anda harus peduli dengan konsep gnosticism dan Ajaran Katolik karena kedua hal tersebut termasuk dalam topik diskusi kita. Mana mungkin mendiskusikan hal dan topik dengan baik jika konsep yang melatar-belakanginya juga tidak dibahas ? Konsep Gnosticism ( juga Docetism dan Manicheism ) di sini menjadi penting untuk dipahami karena paham ini menolak kemanusiaan Kristus ( True Humanity of Christ ) sejak awal sehingga mereka juga menolak bahwa Sang Mesias benar-benar telah disalibkan. Mereka menganggap bahwa penderitaan Yesus di salib begitu “ merendahkan ” Mesias sehingga tidak mungkin terjadi. Akibatnya, muncul ajaran bahwa yang nampak adalah “ bayang-bayang” atau sesuatu yang diserupakan. Inilah yang menyebabkan para Rasul sejak awal memperingatkan umat akan adanya Injil-injil lain yang menyimpang dari Injil yang mereka wartakan ( 2 Kor 11:4; Gal 1:6 ). Bagaimana mungkin anda mengutip naskah-naskah kuno sebagai dukungan tafsiran anda tanpa mengetahui latar belakang naskah-naskah tersebut adalah gnostik ? Ditambah lagi, bila anda mengetahui mengenai ajaran gnostik, anda tidak dapat menghubungkannya dengan Kristianitas karena dasar ajaran dan isi keduanya jelas berbeda. Karena tidak ada hubungannya, anda tidak dapat menggunakan sumber ajaran gnostik untuk menyanggah ajaran Kristiani. Tanggapan Balik : Lengkapnya tanggapan saya adalah : Anda sangat keliru dengan pernyataan tersebut. Saya tidak peduli dengan Gnoticicm atau dengan Katholicism apalagi menghubungkan keduanya melainkan saya berfokus pada analisis ayat-ayat Injil kanonik dan ternyata hasilnya menyimpulkan : YESUS TIDAK DISALIB. Seharusnya menjadi langkah yang diambil – ketika Gnoticism menyangkal penyaliban Yesus dan ajaran Katolik menyatakan Yesus disalib - adalah melakukan penelitian dan kajian ayat-ayat Injil kanonik, untuk menetapkan mana dari antara kedua “ ajaran “ itu yang benar. Dan saya mendapatkan kesimpulan YESUS TIDAK DISALIB , dan kesimpulan itu bukan saya peroleh dari “ Naskah-Naskah Kuno “ yang gnosis. Dan saya melihat kesimpulan tersebut didukung pula oleh naskah-naskah kuno. Saya bertanya kepada anda , apakah dalam Gnosistik tidak mengandung kebenaran sejarah ? Memang kisah “ PENYALIBAN YESUS “ yang tersaji dalam Injil-Injil kanonik mengandung banyak hal yang dipertanyakan. Munculnya tanggapan saya tersebut sehubungan dengan pernyataan anda : “ Silahkan memilih antara Gnosticism yang menyangkal penyaliban Yesus asli atau ajaran Katolik yang menyatakan Yesus yang disalib adalah Yesus asli. Namun, tidak mungkin menghubungkan keduanya karena isi ajaran keduanya memang jelas berbeda “. Jadi pernyataan anda yang memunculkan pernyataan tanggapan saya tersebut adalah : - Anda menyuruh saya untuk : memilih antara Gnosticism yang menyangkal penyaliban Yesus asli atau ajaran Katolik yang menyatakan Yesus yang disalib adalah Yesus asli - Anda menegaskan : Namun, tidak mungkin menghubungkan keduanya karena isi ajaran keduanya memang jelas berbeda. Tiba-tiba sekarang anda berkata : “ Tentu saja anda harus peduli dengan konsep gnosticism dan Ajaran Katolik karena kedua hal tersebut termasuk dalam topik diskusi kita. Mana mungkin mendiskusikan hal dan topik dengan baik jika konsep yang melatar-belakanginya juga tidak dibahas ? “. Bagaimana anda bisa berkata demikian, padahal anda menyuruh saya “ memilih antara Gnosticism yang menyangkal penyaliban Yesus asli atau ajaran Katolik yang menyatakan Yesus yang disalib adalah Yesus asli “ ?. Dan bagaimana anda menyuruh saya demikian padahal anda sudah menegaskan : “ Namun, tidak mungkin menghubungkan keduanya karena isi ajaran keduanya memang jelas berbeda “?. Pernyataan anda berkontradiksi antara satu dengan yang lain. Jelas keduanya – pada sejumlah hal yang berkaitan dengan pokok-pokok kepercayaan - mempunyai ajaran yang berbeda. Dan satu hal yang perlu saya tegaskan bahwa anda sangat keliru memahami pernyataan saya tersebut. Bagaimana anda mengharuskan saya : “ Tentu saja anda harus peduli dengan konsep gnosticism dan Ajaran Katolik karena kedua hal tersebut termasuk dalam topik diskusi kita. Mana mungkin mendiskusikan hal dan topik dengan baik jika konsep yang melatar-belakanginya juga tidak dibahas ? “ padahal saya mendasarkan pada kajian atas ayat-ayat Injil kanonik bukan pada ajaran Gnostic dan Katolik. Apalagi saya cukup mengerti bahwa Katolik SANGAT BERBEDA pada beberapa pokok ajarannya dengan Gereja Reformasi ( Protestanisme) , apalagi dibandingkan dengan Gereja Orthodoks. Bukankah yang menjadikan Gnostic sebagai topic diskusi adalah anda, bukan saya ? Kalau pun saya menyajikan naskah-naskah Nag Hammady sebagai naskah kuno yang ternyata berbicara tentang YESUS TIDAK DISALIB , bukan dalam kajian ajaran Gnostic melainkan melihat pada peristiwanya, yang ternyata sejalan dengan kesimpulan dari kajian atas ayat-ayat Injil kanonik. Begitu pula dengan ajaran Katolik, saya tidak mengkhususkan diri mendiskusikan AJARAN KATOLIK melainkan pada semua sekte Kristen ( Protestan, Katolik, Orthodoks, Unitarian, Modernisme, dan sebagainya) dan hanya kebetulan diskusi ini muncul melalui “ KATOLISITAS “ milik Katolik. Anda telah menyinggung paham : DOCETISM dan MANICHEISM. Sekedar untuk menyegarkan kembali pengetahuan kita mengenai kedua pandangan atau ajaran yang anda sebut, sedikit di sini saya berikan catatan terlebih dahulu. Kata “ DOCETISM “ berasal dari kata “ DOKEO “ yang berarti : “ tampak “ atau “ kelihatan “. Maksud pandangan ajaran DOCETISM yaitu Yesus itu benar-benar ILAHI, bukan manusia. Maksudnya, Yesus bukanlah manusia darah dan daging sepenuhnya melainkan sepenuhnya bersifat ILAHI. Yesus hanya sekedar “ TAMPAK “ atau “ KELIHATAN “ saja sebagai manusia dengan sifat-sifat kemanusiaan karena Yesus adalah ALLAH, yang tidak pernah betul-betul menjadi manusia. Ia cuma datang ke dunia dengan “ penampakan “ sebagai manusia. Ajaran DOCETISM berlawanan dengan ajaran teologis kaum EBONIT dan paham Kristologi ADOPSIONIS, yang menegaskan bahwa Yesus tidak bersifat Ilahi melainkan manusia darah daging sepenuhnya tetapi “ diadopsi “ oleh Allah sebagai “ ANAKNYA “. Diduga, MARCION, seorang filosof abad-abad awal Kekristenan adalah penganut Docetism. Dia adalah pendukung ajaran PAULUS yang paling fanatik sehingga dia menyusun “ PERJANJIAN BARU “-nya hanya berisi INJIL LUKAS DAN SURAT-SURAT PAULUS, sedangkan kitab-kitab lain, ditolak sama sekali. Saya tidak berbicara lanjut mengenai Marcion. Kemudian mengenai “ MANICHEISM “ atau menurut pengetahuan saya : AGAMA MANI adalah agama yang diajarkan oleh Mani (atau: Manes) asal Persia dengan pengajaran dualistik terutama doktrin konflik kosmis antara kekuatan terang dan gelap, kegelapan dan kejahatan materi, dan keharusan untuk asketisme, seksual vegetarian. Dan menurut pendapat para ahli, ajaran Mani merupakan campuran dari Kristen Gnostik, Buddhisme, Zoroastrianisme, dan elemen lainnya. Saya tidak mendapatkan apakah MANICHEISM mengajarkan dualisme dalam peristiwa “ PENYA-LIBAN YESUS “ sehingga anda menyebut-nyebut MANICHEISM. Tapi para ahli meng-ungkapkan, dalam ajaran Mani juga menyebut tentang penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus. Dengan demikian, sesungguhya Manicheism juga berbicara tentang “ Penyaliban Yesus “. Sehubungan dengan pernyataan anda : “ Konsep Gnosticism ( juga Docetism dan Manicheism ) di sini menjadi penting untuk dipahami karena paham ini menolak kemanusiaan Kristus (True Humanity of Christ ) sejak awal sehingga mereka juga menolak bahwa Sang Mesias benar-benar telah disalibkan “, menjadi pertanyaan apakah benar Docetism menolak pemahaman Yesus disalib ? Saya khawatir bahwa pernyataan anda yang menyebut Docetism dan Manicheism sebagai dua pandangan yang menolak penyaliban Yesus tidak lebih dari pemahaman pribadi anda akibat keliru dalam menyimak aliran Kekristenan Docetism dan disangkut-sangkutkan pula dengan Manicheism. Docetism tidak menolak “ penyaliban Yesus “ melainkan berdasarkan pandangan mereka bahwa Yesus yang sepenuhnya ILAHI atau ALLAH tidak mungkin disalib. Lalu dalam penyaliban “ Yesus “, hanya “ kelihatan “-nya atau hanya “ tampak “-nya saja Yesus disalib. Oleh karena itu, Docetism bukannya menolak “ penyaliban Yesus “ sebagai sebuah peristiwa melainkan menolak jika YESUS SEBAGAI ALLAH dikatakan disalib. Sedangkan Manicheism, berbicara tentang penyaliban “ Yesus “. 5. Sehubungan dengan pernyataan saya : “ Sehubungan dengan pernyataan anda yang demikian, saya tegaskan, memang saya tidak menggunakan Perjanjian Lama dan lebih berfokus kepada Perjanjian Baru, khususnya Injil-Injil kanonik ”, anda memberi Tanggapan berikut : Saya tidak mengharuskan anda menggunakan Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Jika anda hanya ingin berfokus pada Injil Kanonik, silahkan berfokus disana. Anda sendiri telah berkata,” sejumlah ayat-ayat lain dalam Injil Kanonik sendiri bila dilakukan analisis kritis…… tidak harus didukung oleh naskah-naskah kuno”. Namun, setelah kita diskusikan, kesimpulan “ Yesus yang disalib bukanlah Yesus asli” yang anda tarik berdasarkan Mat 27:15-26 terbukti tidak rasional. Tanggapan Balik : Munculnya pernyataan saya di atas sehubungan dengan pernyataan anda : “ Silahkan gunakan Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, yang juga bagian dari tonggak ajaran Kristiani “. Dan sayapun memberikan reply, lengkapnya demikian : Anda berkata : “ Silahkan gunakan Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, yang juga bagian dari tonggak ajaran Kristiani “. Sehubungan dengan pernyataan anda yang demikian, saya tegaskan, memang saya tidak menggunakan Perjanjian Lama dan lebih berfokus kepada Perjanjian Baru, khususnya Injil-Injil kanonik. Alasan saya sangat “ praktis “ yaitu Yesus tidak hidup di masa kanonisasi Perjanjian Lama. Oleh karena itu , dalam dialog , ketika saya tidak menggunakan Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa Yesus tidak disalib, apapun alasannya maka saya kira tidak tepat anda meminta kepada saya menggunakan Perjanjian Lama dan seharusnya andalah yang menyajikan ayat-ayat Perjanjian Lama yang membuktikan kebenaran Yesus disalib untuk membantah bahasan saya. Nyatanya anda samasekali tidak memunculkan ayat-ayat Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa Yesus mati disalib. Padahal saya sangat mengharapkan penyajian anda tentang hal itu. Sayang sekali, saya tidak bisa mendapatkan sajian ayat-ayat Perjanjian Lama dari anda untuk membuktikan bahwa Yesus mati disalib karena pihak Katolisitas membatasi diskusi hanya “ TIGA PUTARAN “. Dan yang lebih aneh dari pernyataan tanggapan anda yaitu pernyataan anda : “ Namun, setelah kita diskusikan, kesimpulan “ Yesus yang disalib bukanlah Yesus asli ” yang anda tarik berdasarkan Mat 27:15-26 terbukti tidak rasional “. Aneh ! Anda sama sekali tidak memberikan sanggahan atas begitu banyak argumentasi saya, yang saya sajikan, namun anda mengambil KESIMPULAN SENDIRI : “….. setelah kita diskusikan, kesimpulan “ Yesus yang disalib bukanlah Yesus asli ” yang anda tarik berdasarkan Mat 27:15-26 terbukti tidak rasional “. Apa tidak keliru ? Dengan fakta yang saya sajikan, berbagai argumentasi yang saya kemukakan bahkan dengan mengutip pendapat para pakar dari kalangan Kristen sendiri, ternyata anda tidak menanggapinya sehingga kesimpulannya : Yesus yang disalib bukanlah Yesus asli berdasarkan Mat 27:15-26 terbukti SANGAT RASIONAL ! Dan sebenarnya masih banyak ayat-ayat Injil kanonik – bukan hanya Matius 27 : 15–26 - yang jika dikaji secara kritis melalui penalaran logis, menunjukkan bahwa YESUS TIDAK DISALIB ! 6. Berkaitan dengan pernyataan saya : “Seharusnya menjadi langkah yang diambil – ketika Gnoticism menyangkal penyaliban Yesus dan ajaran Katolik menyatakan Yesus disalib – adalah melakukan penelitian dan kajian ayat-ayat Injil kanonik, untuk menetapkan mana dari antara kedua “ajaran“ itu yang benar. Dan saya mendapatkan kesimpulan YESUS TIDAK DISALIB , dan kesimpulan itu bukan saya peroleh dari “ Naskah-Naskah Kuno “ yang gnosis. Dan saya melihat kesimpulan tersebut didukung pula oleh naskah-naskah kuno. Saya bertanya kepada anda , apakah dalam Gnosistik tidak mengandung kebenaran sejarah ? Memang kisah “ PENYALIBAN YESUS “ yang tersaji dalam Injil-Injil kanonik mengandung banyak hal yang dipertanyakan ”, anda telah memberikan Tanggapan sebagai berikut : Kajian terhadap kedua “ajaran”, baik Kristiani dan gnosticism sudah banyak dan dapat anda temukan. Sebenarnya, tidak ada bukti bahwa kitab-kitab dan Injil non-Kanonik yang termaktub dalam Nag Hammadi, maupun dokumen-dokumen gnostik lain, adalah karya asli murid-murid Kristus. Jika keaslian Injil Kanonik anda pertanyakan, kita juga dapat mempertanyakan keaslian dari Injil-injil non-Kanonik. Apakah Injil Petrus ditulis oleh St. Petrus sendiri? Apakah Injil Thomas ditulis oleh St. Thomas sendiri? Penanggalan karbon Nag Hammadi berkisar di abad ke-4. Para pakar menduga tulisan asli kitab-kitab dalam Nag Hammadi berkisar di abad ke-2, di mana para Rasul sendiri dan saksi mata langsung sudah lama meninggal. Ini bertentangan dengan prinsip yang anda sendiri ajukan, di mana penulis dari kitab-kitab Nag Hammadi dan Injil Gnostik ternyata bukanlah saksi mata langsung penyaliban Yesus Kristus. Selain itu, sumber tulisan Injil Gnostik ini juga dipertanyakan. Sebagai contoh, peristiwa penyaliban Yesus dalam Injil-injil gnostik yang berbeda-beda. Injil Yudas mengatakan Simon dari Kirene yang disalib. Injil Philip mengatakan Yesus disalib, namun kemudian meninggalkan salib tersebut. Injil Thomas dan Injil Maria tidak menyebutkan apapun mengenai penya-liban. Injil Petrus, salah satu Injil gnostik diluar Nag Hammadi, malah menyebutkan Yesus sungguh disalib, namun tidak merasakan sakit. Hal ini semakin melemahkan kredibilitas naskah kuno yang anda ajukan untuk mendukung argumen anda. Tanggapan Balik : Anda mengatakan : “ Sebenarnya, tidak ada bukti bahwa kitab-kitab dan Injil non-Kanonik yang termaktub dalam Nag Hammadi, maupun dokumen-dokumen gnostik lain, adalah karya asli murid-murid Kristus “ . Dari mana anda mengetahui, bukan dikarang murid-murid Kristus ? Anda mengatakan : “ Jika keaslian Injil Kanonik anda pertanyakan,…..“. Rupanya anda salah paham ! Yang menyatakan ketidak-aslian Injil-Injil kanonik adalah para pakar Bibel sendiri, bukan saya. Dan saya tidak perlu juga mempertanyakannya kepada anda melainkan menyajikan ketidak-aslian Injil-Injil kanonik berdasarkan pendapat para pakar Bibel . Sebagai satu contoh saya sajikan pengakuan para ahli Bibel tentang ayat Markus 16 : 9–20 yang merupakan ayat tambahan baru. Dr.A.K.de Groot mengungkapkan dalam bukunya ” “ PENGAJARAN AGAMA Masehi “ hal. 36 : ” Penutup Injil Markus fasal 16 : 9 – 20 oleh orang yang berilmu sudah diputuskan asalnya dari abad kedua , karena dalam kitab yang tertua sekali , selamanya kitab Markus , tiada mendapat beberapa ayat atau cerita itu ” . K.Riedel menulis dalam bukunya : “ Tafsiran Injil Markus “ halaman 198 : “ Menurut keterangan dari sekalian ahli Perjanjian Baru, ayat 9 –20 ditambahkan orang di dalam abad kedua “ . Pakar lainnya dari golongan Katolik , Karel A. Steenbrink berkata : ” ……ayat-ayat ini tidak diketemukan dalam naskah tertua dan oleh para ahli diakui sebagai suatu kompilasi dari cerita yang dimuat dalam Injil yang lain untuk mengadakan harmonisasi antara Markus dan Injil yang lain “ . Dr. Maurice Bucaille dalam bukunya ” Bibel , Qur’an Dan Sains Modern “ ( terjemahan bhs. Indonesia oleh Prof.Dr. H.M.Rosyidi ) berkata : “ Seluruh Injil Markus dianggap kanon ( canon ) secara resmi . Akan tetapi kita ingat bahwa akhir Injil Markus 16 : 9 –20 dianggap oleh ahli-ahli modern sebagai karya yang ditambahkan. Terjemahan Ekumenik tegas dalam hal ini. Bagian terakhir tersebut tidak dimuat dalam dua manuskrip kuno Injil yang komplit yaitu Kodex Vatikanus dan Kodex Sinaitikus dari abad IV “. Beberapa Bibel berbahasa Inggeris memberikan ” respon “ atas ayat Mark. 16 : 9 – 20 . Seperti GOOD NEWS BIBLE, tetap mencantumkan utuh sampai dengan ayat Mark. 16 : 9 – 20 dengan memberikan catatan kaki : ” Some manuscripts and ancient translation don not have this ending to the Gospel ( verses 9 – 20 ) ” ( = Beberapa manuskrip dan terjemahan tertua tidak mempunyai penutup yang demikian pada Injil ini ( ayat 9 –20 ) ) . Begitu pula THE JERUSALEM BIBLE – NEW TESTAMENT juga tetap mencantumkan utuh sampai dengan ayat Mark. 16 : 9 – 20 , namun memberikan catatan kaki : ‘ Many MSS omit vv. 9 – 20 and this ending to the gospel may not have been written by Mark , though it is old enough ‘ ( Banyak manuskrip membuang ayat 9 -20 dan akhir dari Injil ini boleh jadi tidak ditulis oleh Markus , meskipun Injil ini cukup tua ) . Sedangkan THE FOUR GOSPEL menuliskan ayat Mark. 16 : 9 – 20 DALAM TANDA KURUNG tanpa catatan kaki. Mengapa harus DALAM TANDA KURUNG jika tidak ada masalah ? Dan GOOD NEWS FOR MODERN MAN memberi batas antara ayat Mark . 16 : 8 dan ayat Mark. 16 : 9 – 20 dengan kata-kata : AN OLD ENDING TO THE GOSPEL, yang berarti teks tertua hanya sampai pada ayat Mark. 16 : 8. Dan juga menginformasikan bahwa teks tertua lainnya ternyata berakhir sampai pada ayat Mark 16 : 10 , di mana bunyi ayat Mark .16 : 9 –10 BERBEDA SAMA SEKALI DAN BUKAN ayat Mark 16 : 9 –10 yang biasa ditemui dan dibaca dalam Bibel/Alkitab sekarang. Hal ini dapat pula dibaca dalam New Testament in Contemporary English yang menuliskan kata-kata : ‘ ANOTHER OLD ENDING TO MARK’S GOSPEL ‘ dengan menyajikan ayat Mark.16: 9 -10 yang lain tersebut dan memberikan catatan kaki : ‘ ANOTHER OLD ENDING TO MARK’S GOSPEL : Some manuscripts and early translations have both this shorter ending and the longer one (verses 9 –20 ) ‘ . THE EMPHATIC DIAGLOTT - teks berbahasa Yunani , mulai dari ayat 9 diberi TANDA KURUNG, kemudian diberi CATATAN KAKI : ” From this verse to the end of chapter is wanting in the Vat. MS, and in many others ancient copies. Grisbach marks the whole passage of very doubtful authenticity, but retains it in the text. Tischendorf rejects the whole clause . But judging from the evidence with regard to this passage , it is probably an authentic fragment, placed as completion of the Gospel in very early times; and therefore coming to us with strong claims on our rejection and reverence ”. ( Dari ayat ini sampai ke akhir pasal, tidak tercantum dalam Manuskrip Vatikanus dan dalam beberapa naskah kuno lainnya. Grisbach menilai keseluruhan bagian, keasliannya sangat meragu-ragukan, namun mempertahankannya dalam teks. Tischendorf menolak seluruh kalimat. Namun jika mempertimbangkan fakta yang berkenaan dengan bagian ini, ada kemungkinan sebuah fragmen yang autentik dan ditempatkan sebagai pelengkap dari Injil ini pada masa-masa yang sangat awal ; dan oleh karena itu sampai kepada kita dengan penegasan yang kuat atas penolakan dan penghargaan kita ) . ” Kitab Suci Perjanjian Baru ” yang diterbitkan DITJEN BIMAS KATOLIK Departemen AGAMA RI ketika menyinggung ayat Mark. 16 : 8 telah memberikan catatan kaki yang berat hati dan malu-malu dengan kalimat yang kabur : ” Bagian ayat ini hanya terdapat dalam beberapa naskah ( kadang-kadang sebagai kata penutup Injil ). Agaknya baru dalam abad ke-2 Mas. ditambah pada Injil MRK ” . Kekaburan catatan kaki ini , terlihat dari kalimat ” Agaknya baru dalam abad ke-2 Mas. ditambah pada Injil MRK ”. Menjadi pertanyaan, yang ”Agaknya baru dalam abad ke-2 Mas. ditambah pada Injil MRK ” apakah ayat Mark. 16 : 8 ataukah ayat Mark. 16 : 9 –20 ? Harusnya : ayat Mark. 16 : 9 –20 . Tetapi mengapa catatan kaki tersebut dikenakan pada ayat Mark. 16 : 8 yang dikatakan : ” kadang-kadang sebagai kata penutup Injil ” dan tidak tegas dikatakan saja : ” sebagai kata penutup Injil ” tapi masih ada embel-embel ” kadang-kadang “ ?. Tetapi terlepas dari catatan kaki yang berat hati ini , rupanya pihak Katolik pun mengakui bahwa naskah-naskah tertua penutup Injil Markus adalah ayat Mark. 16 : 8. Begitu pula Dr. Weymouth, Dr. Moffat, Ferrar Fenton dalam buku mereka “ Twentieth Centry New Testament “ menegaskan : “ Telah jadi kebulatan pendapat bahwa pasal 16 : 8-20 Injil Markus itu adalah SUATU TAMBAHAN “. Dan Kristolog Muslim, Ahmad Deedat dalam tulisannya : ” APAKAH INJIL FIRMAN TUHAN ” ( dalam bukunya : ” THE CHOICE ” ) mengungkapkan masalah ayat Mark. 16 . Bibel versi RSV ( Revised Standar Version ) tidak lagi memasukkan ayat Mark. 16 : 9 – 20 sebagai bagian dari ayat Injil Markus melainkan ditempatkan hanya sebagai CATATAN KAKI ( foot note ) saja. Ahmad Deedat berkata : ‘ Para pendakwah dibuat bersorak dan menangis . Dengan didukung dua komite golongan dari 50 golongan, mereka memaksa penerbit menggabungkan penambahan ke dalam FIRMAN TUHAN yang telah ” diinspirasikan ”. Di dalam setiap terbitan RSV tahun 1952, bagian yang telah dihilangkan ” diperbaiki ” sesuai dengan teks ‘. Maksud Ahmad Deedat, ayat Mark. 16 : 9 – 20 kembali dicantumkan sebagai bagian dari Injil Markus akibat desakan dari 50 golongan Kristen yang didukung oleh dua komite, padahal tadinya sudah dibuang. Hal yang sama diuraikan lebih luas oleh James D.Tabor dalam bukunya ” The Jesus Dynasty ” (ed. Bhs. Indonesia : ” Dinasti Yesus ”, hal 288-290 ) ketika berbicara mengenai penampakan Yesus pasca kebangkitan : .... beberapa penyalin manuskrip yang saleh membuat bagian akhir yang baru ketika mereka menyalin Injil Markus dan menambahkannya ke dalam Injil ini pada abad IV M, sekitar tiga ratus tahun setelah teks aslinya ditulis ! Bagian akhir yang dikarang kemudian ini kini menjadi Markus 16 : 9 – 20 , namun nas ini sama sekali tidak muncul di dalam salinan-salinan Injil Markus yang lebih tua dan dapat diandalkan. Bagian ini bahkan tidak lebih dari semacam gado-gado berbagai catatan penampakan diri Yesus yang dilaporkan Matius, Lukas dan Yohanes. Bagian ini sama sekali tidak memuat bahan independen yang dapat kita perlakukan sebagai khas Markus serta gaya bahasa Markus. Klemens dari Aleksandria dan Oregenes, dua orang sarjana Kristen mula-mula yang hidup pada abad III M bahkan sama sekali tidak tahu akan keberadaan dari bagian akhir yang ” lebih panjang ” ini. Pada masa mereka, nas ini sama sekali belum muncul. Eusebius dan Hieronimus, para penulis Kristen yang hidup pada abad IV M , menyadari keberadaan nas ini namun memberikan catatan bahwa nas ini tidak muncul di dalam hampir semua manuskrip Perjanjian Baru berbahas Yunani yang mereka ketahui. ....................................... Selanjutnya James D.Tabor mengulas lebih jauh mengenai ” rumit ”-nya upaya untuk mengembalikan pada naskah asli : Terjemahan-terjemahan modern Perjanjian Baru dalam bahasa Inggeris menangani masalah dari zaman purba ini dengan bewrbagai cara. Kebanyakan dari mereka masih menempatkan nas ini ke dalam teks utama namun menambahkan sebuah catatan kaki yang menunjukkan bahwa dalam manuskrip-manuskrip awal yang keakuratannya dapat diandalkan, Markus mengakhiri Injil ini pada 16 : 8. Saya ragu bahwa catatan kaki ini pun diperhatikan oleh rata-rata pembaca, sehingga tidak banyak orang menaruh perhatian terhadap akhir pendek yang mengejutkan seperti ini. Terjemahan-terjemahan lainnya mencetak 16: 9–20 dalam tanda kurung ganda yang dilengkapi vatatan. Versi awal dari Revised Standard Version ( RSV ) yang diterbitkan pada 1946 menimbulkan kehebohan ketika mereka menempatkan bagian akhir yang tidak asli itu dalam cetakan kecil di dalam sebuah catatan kaki dan terpisah dari teks utama. Tindakan ini memunculkan kegemparan luar biasa sehingga edisi-edisi selanjutnya dari RSV kembali menempatkan akhir tambahan tersebut bersama-sama dengan teks utama, plus sebuah catatan kaki. Markus 16 : 9 -20 berkisah tentang PENAMPAKAN YESUS pasca penyaliban. Dalam hal ini, James D. Tabor memberi komentar : Sebenarnya catatan-catatan paling awal tentang ” penampakan diri ” Yesus, tidak kita temukan di dalam Injil-Injil Perjanjian Baru tetapi dalam surat Paulus yang kita kenal dengan nama Surat 1 Korintus yang dituliskan pada tahun 54 M. Dengan demikian, dogma Kristen tentang ” penampakan diri ” Yesus, tidak lebih dari ajaran Paulus. Dengan fakta yang sangat jelas ini, apakah menurut anda Injil Markus adalah asli ? Dan itu saya tidak perlu mempertanyakan lagi kepada anda. Masih banyak lagi kajian yang dapat diberikan untuk menunjukkan ketidak –aslian ayat Injil-Injil kanonik. Anda mengatakan : “ …… kita juga dapat mempertanyakan keaslian dari Injil-injil non-Kanonik. Apakah Injil Petrus ditulis oleh St. Petrus sendiri? Apakah Injil Thomas ditulis oleh St. Thomas sendiri ? “. Apakah anda berpendapat bahwa Injil-Injil non-Kanonik asli tidak dikarang oleh orang dengan nama-nama yang dinisbatkan kepada Injil-Injil non kanonik tersebut dan apa alasannya ? Rupanya anda menyajikan alasan berdasarkan PENGUJIAN CARBON-12 sebagaimana yang terangkat dalam pernyataan anda : “ Penanggalan karbon Nag Hammadi berkisar di abad ke-4. Para pakar MENDUGA tulisan asli kitab-kitab dalam Nag Hammadi berkisar di abad ke-2, di mana para Rasul sendiri dan saksi mata langsung sudah lama meninggal “. Seharusnya anda menyajikan analisis atas ayat-ayat dalam Injil-Injil kanonik tersebut – sebagaimana yang dilakukan terhadap Injil-Injil kanonik – untuk menunjukkan ketidak-asliannya, bukan dengan pengujian Carbon 12. Apalagi pengujian Carbon 12 tidak menjelaskan apa-apa kecuali menyatakan bahwa “ BIASANYA DIPAHAMI bahwa buku-buku papyrus dalam bahasa Kopt yang ditemukan di Nag Hammadi itu ditulis pada tahun 300 -400 M. Tulisan asli dalam bahasa Yunani MUNGKIN ditulis pada tahun 120 -150 M “ ( Deshi Ramadhani, SJ , MENGUAK INJIL-INJIL RAHASIA , hal. 29 ) ,yang pada dasarnya sama dengan pernyataan anda di atas. Bedanya, Deshi Ramadhani SJ tidak menyebut “ PENGUJIAN CARBON “ hanya dengan “ BIASANYA DIPAHAMI “ , sedangkan anda menyebutnya dengan kalimat “ PENANGGALAN KARBON “. Perhatikan ungkapan “ BIASANYA DIPAHAMI “ dan “MUNGKIN “ - yang sama artinya dengan “ MENDUGA “ dalam pernyataan anda – untuk menetapkan masa penulisan naskah-naskah kuno Nag Hammady, yang menunjukkan ketidak pastian tentang masa penulisan yang sebenarnya. Kira-kira kebenaran model apa yang hendak diangkat dengan kata-kata “ BIASANYA DIPAHAMI “ - “MUNGKIN “ - “ MENDUGA “ tersebut ? Coba anda perhatikan pernyataan Deshi Ramadhani SJ : “ Tulisan asli dalam bahasa Yunani MUNGKIN ditulis pada tahun 120 -150 M “ sedangkan anda menyatakan dengan penuh kekaburan : “ Para pakar MENDUGA tulisan asli kitab-kitab dalam Nag Hammadi berkisar di abad ke-2 “. Apakah yang dimaksud dengan “ tulisan asli kitab-kitab dalam Nag Hammadi “ dalam pernyataan anda sama maknanya dengan “ Tulisan asli dalam bahasa Yunani “ menurut Deshi Ramadhani SJ ? Jika sama, mengapa anda tidak secara terus terang menyatakan bahwa teks-teks Nag Hammadi sebenarnya merupakan salinan dari teks berbahasa Yunani? Sehubungan dengan dikatakannya bahwa teks Nag Hammady aslinya berbahasa Yunani, lalu mengapa anda tidak melakukan kajian atas ayat-ayat Naskah Hammady dan membandingkannya dengan teks asli berbahasa Yunani, untuk membuktikan bahwa Naskah Hammady tidak asli ? Oleh karena itu betapa lemahnya pernyataan anda : “ Ini bertentangan dengan prinsip yang anda sendiri ajukan, di mana penulis dari kitab-kitab Nag Hammadi dan Injil Gnostik ternyata bukanlah saksi mata langsung penyaliban Yesus Kristus “. Untuk menetapkan bahwa pengarang Naskah-Naskah Nag Hammady bukan “ saksi mata langsung penyaliban Yesus Kristus “ melainkan orang lain lihatlah teks asli berbahasa Yunani sebab Naskah Nag Hammady hanya SALINAN DARI TEKS BERBAHASA YUNANI. Mungkin anda bersikeras bahwa “ penulis dari kitab-kitab Nag Hammadi dan Injil Gnostik ternyata bukanlah saksi mata langsung penyaliban Yesus Kristus “ berdasarkan pendapat “ Tulisan asli dalam bahasa Yunani MUNGKIN ditulis pada tahun 120 -150 M “, maka anda harus melihat bahwa pendapat tersebut masih dipayungi kata “ MUNGKIN “, yang berarti tidak bisa dipastikan. Artinya bisa saja ditetapkan bahwa DITULIS PADA AWAL KRISTEN pada masa Jemaat Yerusalem yang dipimpin oleh YAKUB, salah seorang murid utama dan sekaligus adik dari Yesus. Oleh karena itu, sekali lagi untuk membuktikan keaslian naskah-naskah Nag Hammady sebagai ditulis para murid Yesus, bukanlah dengan pengujian carbon melainkan dengan melakukan kajian atas teks dari naskah tersebut yaitu dengan membandingkan dengan teks aslinya yang berbahasa Yunani. Pengujian carbon hanya sekedar menentukan perkiraan waktu penulisan naskah, yang bisa saja penulisan salinan atau penulisan naskah asli. Rentang waktu perkiraan berdasarkan pengujian carbon bisa ratusan tahun. Selanjutnya anda berkata : “ Selain itu, sumber tulisan Injil Gnostik ini juga dipertanyakan. Sebagai contoh, peristiwa penyaliban Yesus dalam Injil-injil gnostik yang berbeda-beda. Injil Yudas mengatakan Simon dari Kirene yang disalib. Injil Philip mengatakan Yesus disalib, namun kemudian meninggalkan salib tersebut. Injil Thomas dan Injil Maria tidak menyebutkan apapun mengenai penyaliban. Injil Petrus, salah satu Injil gnostik diluar Nag Hammadi, malah menyebutkan Yesus sungguh disalib, namun tidak merasakan sakit. Hal ini semakin melemahkan kredibilitas naskah kuno yang anda ajukan untuk mendukung argumen anda. Anda mengatakan : “ Injil Yudas mengatakan Simon dari Kirene yang disalib “. Saya memiliki Injil Yudas, dan saya telah berkali-kali membacanya, dan akhir dari Injil Yudas hanya sampai pada pertemuan Yudas dengan para Imam dan Yudas menerima sejumlah uang untuk “ pengkhianatannya “. Tidak ada kisah penyaliban apalagi menunjuk “ Simon dari Kirene yang disalib “. Mungkin saya keliru. Untuk itu saya minta kepada anda untuk menunjukkan teks nomor berapa dalam Injil Yudas yang menyatakan “ Simon dari Kirene yang disalib “ ?. Jika ternyata tidak ada, tentu saya boleh bertanya dari mana anda menyatakan hal tersebut ?. Apakah Injil Yudas memiliki bermacam-macam versi ? Setahu saya yang menyatakan “ Simon dari Kirene yang disalib “ adalah aliran Basilidian. Sekalipun Injil Yudas tidak menceritakan terjadinya penyaliban, tetapi ada indikasi yang menunjukkan adanya penyaliban tersebut dengan yang tersalib : YUDAS ISKARIOT !. Pada bagian teks ( 36 ), Yesus berkata kepada Yudas : “ Ada kemungkinan bagimu untuk mencapainya tetapi engkau akan cukup banyak berduka cita. Karena orang lain akan menggantikanmu agar kedua belas [murid] menjadi komplet lagi bersama sesembahan mereka “. Hal ini mengingatkan kita kepada Kisah Rasul-Rasul 1 : 24-26. Kemudian mengenai Injil Thomas - kebetulan saya memiliki Injil Thomas , termasuk dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Kopt Mesir - , ayat 114 sebagai ayat terakhir dari Injil ini, berkisah tentang keberangan Petrus yang mengusir Maryam Magdalena ketika sedang duduk berkumpul dengan Yesus. Wajar saja jika tidak terceritakan tentang “ penyaliban Yesus “. Kita bisa berhipotesis tentang ketiadaan cerita tentang “ penyaliban Yesus “ antara lain karena YESUS TIDAK DISALIB ! Aspek lain yang perlu diperhatikan yaitu tujuan penulisan Injil Thomas sehingga tidak menceritakan kisah “ penyaliban Yesus “. Tentu saja semua dugaan yang dimunculkan masih membutuhkan penelusuran. Hal yang sama bisa kita kenakan kepada Injil Maryam. Sedangkan mengenai Injil Petrus, jelas-jelas menunjukkan YESUS TIDAK DISALIB MELAINKAN YANG DISALIB ADALAH ORANG LAIN. Tidak seperti yang anda katakan : “ Injil Petrus, salah satu Injil gnostik diluar Nag Hammadi, malah menyebutkan Yesus sungguh disalib, namun tidak merasakan sakit “ . Alangkah bagusnya bila anda menyajikan kutipan ayat pada Injil Petrus tentang dasar pernyataan anda tersebut. Dan mengenai adanya perbedaan antara Injil-Injil non kanonik seperti yang anda katakan , bukanlah sesuatu yang mengherankan. Antar Injil-Injil kanonik saja justru memunculkan perbedaan-perbedaan yang parah. Lalu apakah karena itu anda bersedia untuk MENOLAK INJIL-INJIL KANONIK karena hal itu menunjukkan tidak kredibelnya Injil-Injil kanonik ? . Yang dibutuhkan sekarang, bukan soal TOLAK – MENOLAK melainkan bagaimana kajian anda terhadap Injil-Injil kanonik tentang kebenaran “ penyaliban Yesus “. Menutup bagian ini, saya sampaikan informasi kepada anda yaitu George Sale, salah seorang Orientalis Inggeris menyatakan bahwa orang-orang Kerintus ( Cerinthians ), Carpocratians dan lain-lain sekte Kristen pada masa dulu, sesungguhnya percaya bahwa yang disalib bukanlah Yesus tetapi salah seorang murid beliau yang menyerupainya. Bahkan golongan Basilidian meyakini bahwa disalib adalah Simon Kirene . Demikian dulu, reply saya pada bagian ini. Akan saya lanjutkan dengan reply saya bagian terakhir berkaitan dengan kesimpulan anda . Saya minta maaf jika ada kata-kata saya yang tidak berkenan. Terima kasih. Reply Kelima ( Terakhir ) : Arif Lewisape March 24, 2013 at 5:34 am Pak Ioannes yang baik, saya lanjutkan lagi reply saya menanggapi reply anda tertanggal 15 Maret 2013. Dan ini adalah bagian terakhir dari keseluruhan reply saya atas reply anda tersebut. Sekali lagi saya informasikan kepada anda, rupanya dalam reply anda tertanggal 15 Maret tersebut , ternyata tidak disediakan lagi oleh pihak Katolisitas akan “ kotak Reply “ sehingga saya memposting reply saya pada reply anda sebelumnya. Harap dimaklumi. Terima kasih. BAGIAN KELIMA E. Kesimpulan. Anda berkata : “ Saya telah menunjukkan bahwa kesimpulan anda mengenai Mat 27:16 di mana Yesus Barabbas = Yesus Anak Bapa = Yesus Anak Allah dapat ditolak. Secara analisis teks, tidak dapat dibuktikan bahwa Barabbas yang berarti Anak Bapa dapat langsung dihubungkan dengan konsep Kristiani dimana Allah Bapa adalah Bapa Yesus “. Sayangnya kesimpulan anda adalah kesimpulan sepihak TANPA MEMPERHATIKAN SANGGAHAN DAN ARGUMENTASI YANG SAYA SAJIKAN. Saya melihat hampir seba-hagian besar argumentasi yang saya sajikan dan menjelaskan serta menyanggah hal-hal yang anda kemukakan , ternyata tidak mendapat JAWABAN dari anda. Dan dalam keadaan itulah, anda menulis kesimpulan anda. Lalu di mana letak kebenaran kesimpulan anda tersebut ? Secara analisis teks memang dibuktikan bahwa Barabbas yang berarti Anak Bapa dapat langsung dihubungkan dengan konsep Kristiani dimana Allah Bapa adalah Bapa Yesus . Selanjutnya anda berkata : “ Selain itu, analisis teks juga menunjukkan bahwa Barabbas dapat diragukan sebagai nama Yesus “. Aneh sekali, bagaimana anda berkata demikian, padahal nama dari Barabbas adalah Yesus ?. Dalam naskah kuno , bahkan dalam Bibel terbitan terbaru justru tertulis: YESUS BARABBAS . Oleh karena itu , cukup mengherankan pernyataan anda : “ Barabbas dapat diragukan sebagai nama Yesus “ padahal namanya memang : YESUS BARABBAS. Anda berkata : “ Adanya kata “ Legomenon ” lebih menunjukkan Barabbas sebagai sebutan daripada nama asli Yesus Barabbas. Menafsirkan Yesus Barabbas sebagai Yesus asli yang diceritakan sebagai tokoh utama dalam Injil Kanonik juga tidak konsisten dengan keseluruhan Injil Kanonik . Alur cerita Injil Matius dan Injil Kanonik lain menjadi tidak masuk akal bila anda memaksakan penafsiran anda. Dengan demikian, Injil Kanonik memang menceritakan mengenai Penyaliban Yesus yang disebut Kristus sebagai Yesus yang asli, bukan Yesus Barabbas “. Seharusnya anda menyanggah penjelasan saya mengenai “ Legamenon “ dan anda tidak perlu memberi penegasan ulang seperti itu. Apa arti dari pernyataan anda yang demikian jika anda tidak menyanggah penjelasan saya ? Saya telah jelaskan bahwa “ Barabbas “ adalah petronimik, bukan gelar atau julukan seperti yang anda katakan. Dan saya telah memberi contoh tentang hal itu. Sedangkan mengenai gelar/ julukan, saya juga berikan contoh seperti Simon yang diberi gelar “ KEFAS “ atau “ PETERUS “ . Anda berkata : “ Dengan rendah hati, saya menyarankan pada anda untuk turut memperhitungkan dokumen kuno yang mendukung peristiwa penyaliban Kristus dan pakar yang mendukung otentisitas Injil serta penyaliban Yesus. Siapa tahu, karya mereka telah menjawab argumen pakar-pakar yang anda kutip. Semoga dengan demikian, kesimpulan yang anda tarik bukanlah kesimpulan karena sepihak, melainkan memang rasional seperti yang anda tekankan dalam argumen-argumen anda “. Saran anda baik sekali. Beberapa pengetahuan saya tentang Kristologi, dan lainnya justru saya peroleh dari para pakar dari kalangan Katolik . Saya menilai ternyata mereka jujur mengemukakan hal-hal yang bertalian dengan Kekristenan dengan segala permasalahan dan kekurangannya . Mereka tetap dengan keyakinan Kristen . Dan hal itu kita hormati. Dan saya melihat bahwa keyakinan yang dibangun oleh dogma tidak selamanya harus diselaraskan dengan fakta dan kebenaran yang dihasilkan kajian nalar logika. Anda berkata : “ Anda memberi masukan pada saya bahwa “ Dogma bisa menolak kebenaran yang dihasilkan rasio sekalipun yang disajikan DOGMA sesungguhnya menginjak-injak akal sehat ” . Saya menghargai nasihat anda, namun sayangnya nasihat ini ambivalen. Nasihat yang sama dapat ditujukan pula untuk anda, terutama setelah kita berdiskusi dan melihat bahwa argumen “ Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli ” adalah tidak rasional “ . Tidak ada ambevalensi dalam nasehat saya tersebut karena sangat umum dan berlaku untuk semua komunitas aliran. Nasehat anda kepada saya dengan berkata : “ Nasihat yang sama dapat ditujukan pula untuk anda “ tidak tepat karena anda belum membuktikan apa-apa mengenai argumen “ Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli ” sebagai sesuatu yang tidak rasional. Pada kenyataannya , anda tidak menyanggah sama sekali argumentasi yang saya sajikan dan anda anda hanya meliwati dan mengabaikan argumentasi saja lalu secara sepihak , anda asyik mengambil kesimpulan sendiri. Anda berkata pada akhir reply anda : “ Masalahnya sekarang adalah, apakah seseorang mau dengan jujur melihat bahwa apakah benar kata “ Barabbas ” itu dapat dijadikan dasar untuk menihillkan semua penjabaran dalam Injil Kanonik tentang Yesus ( demi mempertahankan paham yang sudah diyakini sebelumnya ). Kami tidak dalam posisi untuk memaksakannya kepada pembaca. Namun, kami percaya seseorang yang jujur membaca keseluruhan Injil Kanonik ( tanpa pre-conceived idea ) akan dapat menyimpul-kan bahwa yang disalibkan memang adalah Yesus Kristus yang telah dinubuatkan para nabi, dan yang sudah menubuatkan kematian dan kebangkitanNya serta menggenapi semua ini. Semoga Allah menuntun kita pada Sang Kebenaran, yang telah tersalib, bangkit dari kematian, dan akan datang kembali sebagai Hakim dan Raja Semesta “. Anda menuduh bahwa pembahasan saya tentang “ BARABBAS “ yang menyimpulkan bahwa : BARABBAS = YESUS BARABBAS = YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH = YESUS KRISTUS YANG ASLI karena saya memiliki pre-conceived idea yang menyeli-mutinya . Ini terangkat dalam kalimat pernyataan anda : “demi mempertahankan paham yang sudah diyakini sebelumnya “ . Lalu menurut anda, agar pembahasan saya tersebut dapat diterima sebagai bahasan yang masuk akal oleh anda, apakah saya harus menjadi seorang Katolik atau seorang Kristen terlebih dahulu ?. Anda terlihat “ sangat ketakutan “ jika bahasan saya tentang kata “ BARABBAS “ sebagai sebuah kebenaran sehingga menjadikan pre-conceived idea sebagai kambing hitam dalam menilai bahasan saya tersebut. Benar sekali , saya memiliki keyakinan bahwa Yesus tidak disalib dan yang demikian merupakan pre-conceived idea . Tetapi saya tidak “ mengintervensi “-kannya ke dalam pembahasan saya. Anda lupa pada satu hal. Apakah orang-orang Kerintus ( Cerinthians ), Carpocratians, dan lain-lain sekte Kristen pada masa dulu, yang percaya bahwa yang disalib bukanlah Yesus tetapi salah seorang murid beliau yang menyerupainya bahkan golongan Basilidian meyakini bahwa disalib itu adalah Simon Kirene, lantaran mereka semua memiliki pre-conceived idea yang dibangun berdasar-kan keyakinan dari Al Qur’an ?. Apakah para pakar Bibel seperti PROF. MONTET ( - sebagaimana dikutip Malik bin Nabi dalam bukunya : “Fenomena Al Qur’an “- ) memiliki pre-conceived idea yang dibangun berdasarkan keyakinan dari Al Qur’an ketika menyatakan bahwa IRENEUS seorang bapak Gereja diabad kedua Masehi ( tahun 190 M ) - saksi pertama akan keabsahan Injil Yahya – mengakui bahwa Al Masih tetap memberi pengajaran kepada manusia sampai pada USIA LIMAPULUH TAHUN , berbeda dengan riwayat yang ada kini , yang menganggap bahwa kerasulan Al Masih berakhir pada usia TIGA PULUH DUA TAHUN ? . Jika Yesus Kristus masih memberi pengajaran pada usia 50 puluh tahun, lalu siapakah yang mati disalib ketika Yesus Kristus berumur 32 tahun ? Apakah Yesus Kristus ? Tidak mungkin ! Berarti yang disalib adalah orang lain. Begitu pula, apalah ENOCH PAUL, seorang politikus Inggeris dalam bukunya “ PERKEMBANGAN KITAB-KITAB INJIL “ memiliki pre-conceived idea yang dibangun berdasarkan keyakinan dari Al Qur’an ketika menegaskan bahwa kisah penyaliban yang dilakukan orang-orang Romawi atas Isa Al Masih as, tidak pernah ada dalam Injil yang asli , yang berarti kisah penyaliban Yesus Kristus adalah satu dusta ?. Melihat fakta seperti ini, tentu sangatlah lucu jika anda menjadikan pre-conceived idea dalam menilai bahasan yang saya sajikan tentang “ BARABBAS “. Alangkah bagusnya jika anda bisa menjelaskan hal ini ketika anda menjadikan pre-conceived idea sebagai kambing hitam dalam pembahasan saya mengenai kata “ BARABBAS “. Tapi sayang, sebagaimana yang telah anda katakan bahwa pihak Katolisitas hanya membatasi diskusi hanya sampai “ tiga putaran “ sehingga saya tidak bisa berharap mendapatkan jawaban anda atas pertanyaan tersebut. Sebagai penutup reply terakhir ini, saya tegaskan, jika berbicara mengenai “ Pernyaliban Yesus “ sebenarnya tidak bisa dilepaskan dengan masalah : a. Konsep Keselamatan dalam ajaran agama Kristen, dengan pertanyaan , konsep keselamatan yang menjadi dogma Kristen apakah diajarkan Yesus atau tidak ?. b. Ruang lingkup misi Yesus , dengan pertanyaan, lingkup misi Yesus apakah untuk seluruh manusia ataukah hanya untuk Bani Israel saja ?. c. Masalah “ Penyaliban Yesus “ , apakah murni Yahudi ataukah diadopsi dari ajaran kafir kuno ?. d. Keanakan Allah, apakah Yesus itu Anak Allah dalam pengertian sesungguhnya ? e. Keilahian Yesus dalam dogma Kristen , apakah Yesus itu Tuhan ? f. Masalah Trinitas , bagaimana konsep Ketuhanan Trinitas sebenarnya ? g. Dogma Kristen tentang INKARNASI, apakah benar “ FIRMAN ALLAH “ berinkarnasi menjadi manusia “ YESUS “ ? h. Messiasme , benarkan Yesus adalah Messiah yang ditunggu-tunggu kaum Yahudi ? i. Dan lain-lain yang menjadi dogma Kristen. Dari sekian permasalahan, terlihat betapa gagasan tentang “ Penyaliban Yesus “ tidak lebih dari hasil adopsi kepercayaan kafir tentang “ Manusia –Tuhan “ yang disalib. Sebenarnya saya sudah menyajikan hal ini dengan membandingkan YESUS dengan DEWA BAAL. Dan sangat menakjubkan kesamaan kisah Yesus dengan “ MANUSIA – TUHAN “ lainnya seperti ATTIS , ADONIS , MITHRA , HORUS , KRESNA dan sebagainya. Melihat kesamaan kisah Yesus dengan kisah “ Manusia-Manusia – Tuhan “ ini, tidak diragukan lagi kisah “ PENYALIBAN YESUS “ hanyalah hasil adopsi dari kepercayaan kafir kuno, sehingga disimpulkan bahwa “ PENYALIBAN YESUS “ tidak pernah terjadi. Demikian keseluruhan reply saya menanggapi reply anda tertanggal 15 Maret 2013. Dan saya juga mengakhiri reply saya sepanjang tidak ada lagi reply dari anda. Dan saya minta maaf jika ada kata-kata saya yang tidak berkenan. Dan saya merasa senang berdiskusi dengan anda. P E N U T U P Dialog via internet yang berlangsung antara Penulis ( Arif Lewisape – PIHAK ISLAM ) dengan Ioannes ( PIHAK KATOLIK ) tidak berlanjut karena Pengasuh Situs Katolisitas - sebagaimana yang diakui sdra.Ioannes - replik-duplik dibatasi masing-masing hanya tiga kali. Andaikata tidak dibatasi bisa diharap dialog ini akan berkembang kepada tema-tema lain. Tentu sangat bermanfaat untuk mengkaji kembali dogma kepercayaan yang dianut. Tanggapan Penulis terakhir, tidak terbaca dalam situs Katolisitas karena ruang “ reply “ dari sdra. Ioannes Wirawan sudah penuh. Oleh karena itu, tulisan ini disajikan dalam situs penulis sendiri. Perlu diperhatikan, banyak permasalahan yang Penulis sajikan tidak terjawab oleh sdra. Ioannes Wirawan. Para pembaca bisa melihatnya dengan membandingkankan reply Penulis dengan isi tanggapan sdra. Ioannes Wirawan.