Jumat, 08 Juli 2022

AYAT-AYAT ALKITAB/BIBEL YANG BERTENTANGAN HANYA NAMPAKNYA SAJA BERTENTANGAN ( 4 )

LANJUTAN. 9. Yudas wafat gantung diri atau jatuh tertelungkup ? Siapa yang membeli tanah dari uang perak tersebut ? ( Matius 27 : 5 - 7 dan KRR 1 : 18 ). Berikut dikutip kedua ayat Perjanjian Baru yang dibahas menurut Alkitab LAI 1968 tentang kematian Yudas. Matius 27 : 5 – 7. Maka ia pun mencampakkan segala keping perak itu ke dalam Bait Allah itu sertanya berjalan lalu pergi menggantung dirinya. Maka kepala Imam itupun memungut keeping perak itu sambil berkata : “ Tiada halal dita-ruhkan uang ini dalam peti derma karena itulah suatu harga darah. Lalu berpakatlah mereka itu membeli dengan uang itu sebidang tanah tukang periuk, akan menjadi tempat pekuburan orang keluaran. KRR 1 : 18. Adapun orang ini memperoleh sebidang tanah dengan upah kejahatannya lalu jatuh ter-jerumus serta terbelah dua sehingga terburai isi perutnya. Menurut pengasuh Katolisitas, kedua ayat yang menceritakan tentang penggunaan uang oleh Yudas dan tentang cara kematian Yudas tidak bertentangan melainkan hanya nampaknya saja bertentangan. Pengasuh Katolisitas memberi penjelasan berdasarkan A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard, OSB sebagai berikut : Kata “ membeli ” yang dipakai oleh Rasul Matius dalam Injilnya, untuk menjelaskan apa yang dilakukan oleh para imam-imam kepala dengan uang 30 uang perak yang dilemparkan oleh Yudas, adalah ἀγοράζω, agorázō, yaitu hanya mengacu kepada tindakan membeli, namun belum tentu berarti memiliki. “ Sesudah berunding mereka [ imam-imam kepala ] membeli (agorázō) dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing ”. ( lih. Mat 27:7) Sedangkan dalam Kisah para Rasul, kata yang dipakai di sana adalah κτάομαι, ktáomai, yang berarti : “ memperoleh, memiliki, membeli “ . Yudas ini telah membeli ( ktáomai ) sebi-dang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar ”. Sehingga di sini artinya adalah Yudaslah yang menjadi pemilik dari tanah itu. Permasalahan apa yang hendak dijelaskan pengasuh Katolisitas dalam membela tidak adanya pertentangan antara ayat Matius 27 : 5-7 dengan KRR 1 : 18 ?. Mencermati penjelasan yang disajikan, pengasuh Katolisitas lebih mengarah kepada masalah siapa yang membeli tanah dari UANG DARAH yang diterima Yudas dan siapa yang memiliki tanah tersebut. Sedangkan cara kematian Yudas yang diceritakan kedua ayat hanya disinggung sekilas padahal itulah sebenarnya fokus masalah perbedaan yang seharusnya dijelaskan pengasuh Katolisitas sehingga terbukti tidak ada pertentangan antara ayat Matius 27 : 5-7 dengan KRR 1 : 18. Pengasuh Katolisitas mengulas kata “ membeli “ ( dalam Matius 27 : 5 – 7 terangkat dalam kata : “ ἀγοράζω - agorázō “ ) yang hanya mengacu kepada tindakan membeli, namun belum tentu berarti memiliki. Sedangkan dalam KRR 1 : 18 terangkat dalam kata “ κτάομαι “ ( ktáomai ), yang berarti : “ mem-peroleh, memiliki, membeli “. Menyajikan kata : “ ἀγοράζω “ ( agorázō ) ( Mat. 27 : 5-7 ) dan kata : “ κτάομαι “ ( ktáomai ) berarti pengasuh Katolisitas merujuk Teks Yunani. Sayangnya bunyi teks Yunani yang mengangkat kata-kata tersebut, tidak dikutip sama sekali oleh pengasuh Katolisitas. Seharusnya pengasuh Katolisitas menyajikan ayat menurut teks Yunani yang memuat kedua kata Yunani dimaksud. Pengasuh Katolisitas merasa cukup hanya menyuruh orang percaya saja dengan pernyataan argumentasinya. Apakah benar ada kedua kata tersebut dalam ayat-ayat ditunjuknya, sulit diklarifikasi. Berikut disajikan teks Yunani ( Greek Text ) ayat Matius 27 : 5–7 dan KRR 1 : 18, menurut Manuskrip Vatikan masing-masing dengan terjemahan harfiah dalam bahasa Inggeris. Matius 27 : 5 – 7 . Καί ρίψας τά άϱγϱϱια έν τψ ναψ άνεχώϱητε χαί άπελϑών άπήγξατο And hurling the pieces of silver in the temple he withdrew and having gone forth strangled himself Οί δέ άρχιερείς , λαϐόντες τά άργύρια , είπον. Οϋχ έξεστι ϐαλεϊν αύτά εις ….. The and high priets taking the pieces of silver, said : Not is it lawful to put them into …. .... τόν χορϐανάν, έπει τιμή αϊματός έστι .... the treasury since price of blood it is Σνμϐούλιον δέ λαϐὸντες, ήγόρασαν έξ αύτών τον άγρόν τοΰ χεραμέως είς ταφήν τοίς ξένοις Counsel and taking they bought with them the field of the potter to bary the strangers KRR 1 : 18 Οΰτος μέν οΰν έχτήσατο χωρίον έχ μισϑού τής άδιχίας χαί This indeed therefore bought a field out of a reward of the wickedness and πρηνής , γενόμενος έλάχησε μέσος χαί έξεχύθη πάντα τά ...... head-foremost having fallen he burst in middle and were poured out all the ...... σπλάγχνα αύτοΰ bowels of him Terjemahan yang diberikan Benyamin Wilson dalam “ Emphatic Diaglott : Matius 27 : 5 – 7 . And hurling the SHEKELS in the widthdrew and having gone away, strangled him self. And the HIGH-PRIESTS taking the MONEY, said “ It is not lawful to put it into the CORBAN AN seeing it is the Price of Blood “. And taking Counsel they bought with it the POTTER’S FIELD, as a burial-place for STRANGERS KRR 1 : 18 . ( This man, there fore, purchased a Field with the WAGES of the WICKEDNESS and falling head foremost, he burst in the middle and All his BOWELS were poured out ..... Catatan : Terlihat ada tanda kurung pada KRR. 1: 18 yang berlanjut ke ayat KRR. 1 : 19. Pertanyaan, mengapa diberi tanda kurung?. Pemberian “tanda kurung“ hanya menunjukkan keragu-raguan atas keberadaan ayat tersebut. Tidak diungkapkan, bentuk keragu-raguan atas ayat KRR. 1 : 18 – 19 sehingga memberinya “ tanda kurung “. Berdasarkan teks manuskrip Vatikan, kata “ membeli “ pada Matius 27 : 5-7 tercantum dalam ayat 7 dengan bentuk kata “ ήγόρασαν “ ( egoratan ) yang berarti “ they bought “ (= mereka membeli ) bukan “ ἀγοράζω “ ( agorázō ) yang diangkat pengasuh Katolisitas. Begitu pula kata “ membeli “ pada KRR.1 : 18 dengan bentuk kata “ έχτήσατο “ ( echterato ) bukan “ κτάομαι “ ( ktáomai ) yang diangkat pengasuh Katolisitas. Bagaimana penjelasan pengasuh katolisitas atas perbedaan kosa kata Yunani yang diangkatnya dengan kosa kata dalam Manuskrip Vatikan ?. Telah dikemukakan, pengasuh Kaltolisitas lebih memfokus tentang siapa yang membeli dan memiliki tanah hasil “ uang darah “ dari Yudas. Dalam hal ini, pengasuh Katolisitas menjelaskan berdasarkan A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard : Matius mengatakan bahwa para imam melakukan tindakan pembelian tanah itu, tetapi mereka tidak otomatis menjadi pemilik tanah itu. Uang yang mereka gunakan untuk membeli tanah itu adalah uang Yudas, sehingga mereka membeli tanah itu atas nama Yudas, sehingga secara hukum tanah itu adalah milik Yudas. Sebab menurut pemikiran saat itu, pembelian tanah dengan uang darah macam itu adalah najis - ………... Maka, para imam kepala itu membeli tanah tersebut untuk pekuburan bagi kepentingan bait Allah, untuk menghindari asosiasi kenajisan secara ritual, mereka harus membelinya dengan nama Yudas Iskariot, yang memperoleh uang darah tersebut. Hak milik dan transaksi ini tercatat secara publik, sehingga ini dapat diketahui oleh Lukas, yang menuliskan Kisah para Rasul, sehingga ia mencatat bahwa Yudas telah membeli/memiliki tanah itu. Maka ia menggunakan kata ‘ ktáomai ‘ tersebut, untuk menjelaskan keadaan itu. Pengasuh Katolisitas menegaskan, pemilik tanah darah adalah Yudas dan para imam membeli tanah dengan atas nama Yudas sehingga para Imam tidak oto-matis menjadi pemiliknya melainkan secara hukum pemiliknya adalah Yudas. Lucunya pengasuh Kato-lisitas mengatakan : “para imam kepala itu membeli tanah tersebut untuk pekuburan bagi kepentingan bait Allah “. Kok,“ UANG NAJIS “ dipakai bagi kepentingan Bait Allah?. Lagi pula, dari mana Yudas memperoleh “ UPAH DARAH “ ?. Bukankah diperoleh dari para Imam yang menginginkan kematian Yesus sebagai upah pengkhianatan Yudas kepada Yesus ?. Dari asal-usul “ UPAH DARAH “ yaitu para Imam sendiri bagaimana pengasuh Katolisitas bisa berkata : “ Uang yang mereka gunakan untuk membeli tanah itu adalah uang Yudas, sehingga mereka membeli tanah itu atas nama Yudas, se-hingga secara hukum tanah itu adalah milik Yudas “ ?. Apalagi dikisahkan dipakai untuk membeli tanah UNTUK BAIT ALLAH !!!Sangat jelas, betapa kocar-kacirnya penjelasan pengasuh Katolisitas tentang siapa pembeli dan pemilik tanah hasil “ uang darah “ Yudas yang sesungguhnya justru BERASAL DARI PARA IMAM itu sendiri. Satu hal yang dilupakan pengasuh Katolisitas dalam penjelasannya yaitu ketika dikisah-kan dalam KRR 1 : 18 ( “… orang ini memperoleh sebidang tanah dengan upah keja-hatannya “) apakah sebidang tanah tersebut sudah dibeli oleh Yudas ataukah belum ?. Menyimak teks terkutip, jelas YUDAS SUDAH MEMBELI SEBIDANG TANAH dimaksud dengan uang upah yang diperoleh dari para Imam. Rujukkan kesimpulan ini ke Matius 27 : 5 ( “ … ia pun mencampakkan segala keping perak itu ke dalam Bait Allah ...) yang berarti YUDAS BELUM SAMA SEKALI MEMBELI SEBIDANG TANAH dimaksud dengan uang upah yang diperoleh dari para Imam. Justru YANG MEMBELI TANAH ADALAH PARA IMAM , menggunakan uang upah yang diterima Yudas dari mereka ( Matius 27: 7 ) dan dilaksanakan SETELAH KEMATIAN YUDAS. Memperhatikan perbedaan yang demikian jelas antara “ SUDAH MEMBELI “ dengan “ SUDAH MEMBELI “ tanah oleh Yudas, tidak perlu lagi pengasuh Katolisitas memberi penjelasan pontang-panting demi mempertahankan tidak adanya pertentangan Matius 27 : 5 – 7 dengan KRR 1 : 18. Matius 27: 3 yang mendahului Matius 27 : 5-7 mengisahkan penyesalan Yudas atas per-buatannya yang menyerahkan Yesus, gurunya dan mengembalikan uang upah pengkhianatannya yang diterimanya dari kepala –kepala Imam dan orang tua-tua Yahudi : Apabila dilihat oleh Yudas yang telah menyerahkan Yesus itu bahwa sudah dijatuhkan hu-kum atasnya, maka menyesallah ia lalu DIPULANGKANNYA BALIK PERAK YANG TIGA PULUH KEPING ITU KEPADA KEPALA IMAM DAN ORANG TUA-TUA ITU. Yudas menerima upah darah dari kepala-kepala Imam dikisahkan Matius 26 : 14-15 : Kemudian pergilah seorang dari antara kedua belas murid itu yang bernama Yudas Iskariot kepada SEGALA KEPALA IMAM , Serta berkata : “ Apakah hendak kamu beri aku jikalau aku menyerahkan Yesus kepada- mu ? “. Maka mereka itupun menimbangkan TIGA PULUH KEPING PERAK baginya. Penyerahan uang upah pengkhianatan kepada Yudas langsung diberikan para Imam ketika Yudas menyatakan kesediaan menyerahkan Yesus. Tidak menunggu waktu me-lainkan saat itu juga. Hal ini berbeda dengan yang dikisahkan Markus 14 : 10-11 : Maka Yudas Iskariot yaitu seorang daripada kedua belas murid itu pergilah kepada KEPALA KEPALA IMAM, hendak menyerahkan Yesus kepada mereka itu. Maka sukacitalah mereka itu mendengar hal itu lalu BERJANJI MEMBERI UANG KEPA-DANYA. Maka Yudas pun mencari daya, bagaimana dapat menyerahkan dia [ Yesus, pen ] pada suatu ketika yang baik. Hal yang sama dikisahkan Lukas 22 : 4-6 : Maka pergilah ia kepada KEPALA-KEPALA IMAM dan PENGHULU LASYKAR serta ber-bicara peri bagaimana ia hendak menyerahkan Yesus kepada mereka itu. Maka bersukacitalah mereka itu SAMBIL BERJANJI MEMBERI UANG KEPADANYA. Maka Yudas pun mengakulah serta mencari ketika yang baik akan menyerahkan Yesus, pada waktu lengang. Antara Matius 26 : 15 dengan Markus 14 : 11 - Lukas 22 : 5 berbeda tentang “ UANG UPAH “. Menurut Matius 26 : 15, uang upah sebesar TIGA PULUH KEPING UANG PERAK langsung diserahkan oleh para kepala Imam kepada Yudas dalam pertemuan mereka yang berlangsung; sedangkan menurut Markus 14 : 11 - Lukas 22: 5, para kepala Imam hanya BERJANJI MEMBERI UANG TANPA DISEBUT BESARNYA kepada Yudas. Artinya, ketika proses penyerahan Yesus kepada para Imam, sebenar-nya Yudas BELUM MENERIMA UANG UPAH tersebut. Bagaimana yang sebenarnya ?. Ketika Markus 14 : 11 - Lukas 22 : 5 mengisahkan TIDAK TERJADI PENYERAHAN UANG kepada Yudas, berarti PENYERAHAN UANG TIGA PULUH PERAK kepada Yudas oleh para Imam yang dikisahkan dalam Matius 26 : 15 perlu dipertanyakan kebe-narannya. Apalagi Injil Markus dan Injil Lukas sama sekali TIDAK MENGISAHKAN PENYESALAN YUDAS atas pengkhianatannya terhadap Yesus , juga tidak mencerita-kan pengembalian UANG UPAH kepada para Imam. Begitu pula Injil Yohanes sama sekali tidak menceritakan mengenai UANG UPAH Yudas – entah sudah diberikan atau hanya janji saja – dari para Imam kepada Yudas. Fakta Markus 14 : 11 - Lukas 22 : 5 cukup menjadi dasar ketidak-benaran pengasuh Katolisitas yang menolak adanya pertentangan Matius 26 : 15 dengan KRR.1 : 18 . Sebenarnya tentang siapa pembeli dan pemilik tanah hasil “ uang darah “ dari Yudas tidak perlu dibahas untuk menunjukkan tidak berbedanya Matius 27 : 5-7 dengan KRR. 1 : 18 melainkan cara kematian Yudas yang dikisahkan berbeda oleh kedua ayat, itulah yang menjadi tema bahasan. Pengasuh Kato-lisitas hanya memberi komentar singkat tentang hal itu , yang dikutip berikut : Sedangkan Mat 27 : 5 dan Kis 1 : 18 tetap dapat sama-sama menjelaskan bagaimana Yudas wafat. Sebab dapat terjadi Yudas menggantung diri, namun entah karena talinya putus atau dahan pohon tempat ia menggantung diri patah, sehingga akhirnya Yudas jatuh tertelungkup dan seluruh isi perutnya tertumpah ke luar. Aneh ! Sudah jelas kedua ayat berbeda menceritakan cara matinya Yudas, tetapi pengasuh Katolisitas berkata: “....sama-sama menjelaskan bagaimana Yudas wafat “ dengan alasan : “ dapat terjadi “ yang bermakna “ mungkin “ dan diramu dengan kalimat “ entah karena talinya putus atau dahan pohon tempat ia menggantung diri patah, sehingga akhirnya Yudas jatuh tuh tertelungkup dan seluruh isi perutnya tertumpah ke luar “ menurut versi Alkitab LAI 1976 – 1986 – 2000- Perjanjian Baru ( The Gideon International ) - Kitab Suci Perjanjian Baru ( Bi-mas Katolik). Sedangkan petilan teks KRR. 1: 18 versi Alkitab LAI 1968 - Perjanjian Baharu 1977 ( The Gideon International ) - : “ jatuh terjerumus “. Tentu saja “ jatuh tertelungkup “ jelas berbeda dengan “ jatuh terjerumus “. Kalau dikatakan “ jatuh terjerumus “ berarti jatuh ke dalam lobang sedangkan “ jatuh tertelungkup “ tidak harus dalam lobang hanya saja gaya jatuh ke tiba di tanah adalah menelungkup. Mana yang benar antara “ jatuh terjerumus “ dengan “ jatuh tertelungkup “?. Kedua istilah ini adalah terjemahan untuk kata Yunani : “….πρηνής, γενόμενος …“ (… Prenes, genomenos…) yang terjemahan harfiahnya: “ head-foremost, having fallen “ ( dalam “ The Emphatic Diaglott “) yang terjemahan menurut Benyamin Wilson : “ falling head foremost “. Holy Bible menyebut : “ falling headlong “ - The Bible Society in Australia 1995 menyebut : “ fell headfirst “ tertelungkup dan seluruh isi perutnya tertumpah ke luar “ sebagai kesimpulan peng-gabungan kedua teks ayat. Satu pengakuan ketidak-pastian. Aneh sekali ! Hal yang tidak pasti dan tidak jelas di bawah payung “ dapat terjadi “ – “ entah …..“ bisa-bisanya dijadikan dasar argumentasi tidak berbedanya pengisahan Matius 27 : 5-7 dan KRR. 1 : 18 tentang cara matinya Yudas. Tampak sekali pengasuh Katolisitas tidak mampu menjelaskan ketidak-berbedaannya dengan menggunakan kata “ dapat terjadi “ – “ entah …..“. Kebenaran kitab suci model apa yang dijelaskan seperti itu ?. Mengapa tidak jujur saja mengakui perbedaan kedua ayat mengenai cara matinya Yudas daripada memberi penjelasan yang berakrobat jungkir-balik mempertahankan kedua ayat sebagai yang tidak bertentangan padahal memang bertentangan ?. Lebih jauh, diulas cara kematian Yudas yang dikisahkan Matius 27: 5-7 dan KRR. 1 : 18. Pengasuh Katolisitas telah memberi satu gambaran yang ber-lebih-lebihan yaitu dengan berkata : “... entah karena talinya putus atau dahan pohon tempat ia menggantung diri patah, “ ( Matius 27: 5-7 ) dan “ ... sehingga akhirnya Yudas jatuh tertelungkup dan seluruh isi perutnya tertumpah ke luar “ ( KRR. 1 : 18 ). Adakah Matius 27: 5 mengatakan Yudas menggantung diri pada dahan pohon dan karena talinya putus atau dahannya patah akhirnya Yudas terjatuh ?. Pengasuh Kato-lisitas terlalu berlebih-lebihan berkhayal memberi pernyataan yang tidak terangkat dalam Matius 27: 5 agar bisa mempertahankan, tidak ada pertentangannya dengan KRR. 1 : 18 karena hanya dikatakan : “... lalu pergi menggantung dirinya “. Tidak disebut sama sekali cara dan di tempat apa Yudas menggantung diri tidak disebut. Namun dalam khayalan pengasuh Katolisitas, Yudas menggantung diri di dahan pohon . Apa alasan pengasuh Katolisitas sehingga tidak mengkhayalkan Yudas menggantung pada kosen atap rumah ?. Sangat pasti tidak ada ayat lanjutan Matius 27 : 5 yang menyebut dahan pohon tempat Yudas menggantung diri, patah sehingga Yudas yang sudah jadi mayat terjatuh. Dalam ketidak-pastian khayalannya, pengasuh Katolisitas mengajukan kemungkinan lain yaitu tali yang menjerat leher Yudas, putus (bukan dahan pohon tempat Yudas menggantung diri yang patah ) sehingga Yudas yang sudah jadi mayat terjatuh. Aneh-aneh saja menyajikan penjelasan berdasarkan khayalan demi membuktikan tidak adanya pertentangan Matius 27: 5 -7 dengan KRR. 1 : 18. Terkait KRR. 1 : 18, pengasuh Katolisitas mengatakan : “ Yudas jat. Ketiganya berarti “ jatuh dengan kepala terlebih dahulu “. Apakah “ jatuh dengan kepala terlebih dahulu “ sama artinya dengan “ jatuh terjerumus “ dan “ jatuh tertelungkup “ ?. Berbeda dari semua istilah yang disebutkan, Good News Bible dan The New Testament in Todays English Version menterjemahkannya : “ fell to his death “ ( jatuh yang menyebabkan kematian ) yang pengertiannya sangat umum, tidak harus “ kepala jatuh terlebih dahulu “ atau “ jatuh terjerumus “ atau “ jatuh tertelungkup “. Fakta yang disebutkan memberi gambaran yang membingungkan, bagaimana terjemahan sebenarnya. Ayat KRR.1: 18, sangat diragukan dan dinilai sebagai tambahan baru. Telah dikemuka-kan, terjemahan menurut The Empatic Diaglott, ayat KRR. 1: 18 diberi tanda kurung yang berlanjut ke KRR. 1 : 19. Sama seperti pada Good News Bible dan The New Testament in Todays English version. Hal yang sama dijumpai pada versi terjemahan Alkitab LAI 1976 sama seperti pada Kitab Suci Perjanjian Baru ( Bimas Katolik ) dan Alkitab LAI 1974– 2000 tetapi bukan tanda kurung melainkan dengan garis tanda pisah ( “ -….. - “ ). Juga The Jerusalem Bible- New Testament memberi tanda khusus untuk ayat KRR. 1 : 18-19 tetapi bukan memberi tanda kurung (“ ( ….) “) atau memberi garis tanda pisah ( “ -…..- “ ) melainkan memberi tanda bintang ( * …..* ). Ketiga bentuk tanda khusus yang diberikan pada KRR. 1 : 18-19 tidak dijumpai pada Perjanjian Baharu 1977 ( The Gideon International ) - Perjanjian Baharu 1995 (The Bible Society in Australia 1995 ) - Holy Bible dan Alkitab LAI 1968, 1971. Pertanyaan, mengapa diberi tanda khusus pada KRR.1 : 18-19 berupa tanda kurung, tanda pisah dan tanda bintang?. Pemberian tanda khusus yang demikian hanya menun-jukkan keragu-raguan atas keberadaan ayat KRR.1 : 18-19 dan diyakini sebagai tambahan baru yang diberikan ketika penyalinan dilakukan. Artinya, KRR. 1 : 18 -19 adalah AYAT PALSU. Jika bukan ayat palsu silakan dibantah uraian yang diberikan. Berdasarkan ketidak-jelasan makna kata “… πρηνής, γενόμενος … “ (…Prenes, genomenos…) dan juga sebagai ayat yang ditambahkan, sangat tidak tepat bila KRR. 1 : 18 disandingkan dengan Matius 27 : 5 -7 untuk dibahas sebagai dua ayat yang tidak bertentangan. Kedua ayat sangat jelas bertentangan, tidak secuilpun pernyataan apologi yang masuk akal sebagai dalil yang menunjukkan tidak ada pertentangan antara kedua ayat. 10. Yesus membaptis ( Yoh 3 : 22 ) atau tidak membaptis ( Yoh 4 : 1-2 )? Kedua ayat yang diangkat pengasuh Katolisitas dikutip berikut menurut versi Alkitab LAI 1968 : Yohanes 3 : 22 : Kemudian daripada itu, datanglah Yesus dengan murid-muridnya ke tanah Yudea ; maka tinggallah ia di sana bersama-sama dengan mereka itu SAMBIL MEMBAPTISKAN ORANG. Yohanes 4 : 1-2 : Setelah Yesus mengetahui sebagaimana yang orang Parisi sudah mendengar bahwa Yesus itu memperoleh lebih banyak murid dan MEMBAPTISKAN ORANG lebih banyak daripada Yohanes. ( meskipun Yesus sendiri tiada membaptiskan orang melainkan murid-muridnya membaptiskan ) Pengasuh Katolisitas menjelaskan ketidak-bertentangan kedua ayat gara-gara Yohanes 3 : 22 mengatakan Yesus MEMBAPTISKAN ORANG sedangkan Yohanes 4 : 2 menegaskan, Yesus sendiri TIADA MEMBAPTISKAN ORANG melainkan yang membaptis-kan orang adalah murid-muridnya dengan menyandarkan kepada St. Agustinus seakan-akan St. Agustinus adalah Tuhan yang menginspirasikan Alkitab/Bibel sehingga apa yang dikatakannya pasti benar. Pengasuh Katolisitas berkata : Menurut pengajaran St. Agustinus, kedua pernyataan ini benar, tergantung bagaimana kita mengartikan kata “ membaptis ”. Sebab Yesus membaptis, dalam artian Ia-lah yang menyucikan [ orang yang dibaptis ], namun dikatakan Ia tidak membaptis, dalam artian bukan Yesus yang mencelupkan orang itu ke dalam air [ melainkan para murid-Nya ]. Para murid melayani secara jasmani, namun Kristus menyempunakannya dengan memberikan meterai rohani yang tentangnya Baptisan itu diucapkan. Dengan arti rohani ini, maka dikatakan bahwa Kristus membaptis. Penjelasan St. Agustinus tidak bermakna sedikitpun bila kedua ayat - Yohanes 3 : 22 dan Yohanes 4 : 1- 2 - tidak dikaji dan dianalisa. Apalagi St. Agustinus BUKAN TUHAN yang pernyataannya pasti benar. Sebenarnya pengasuh Katolisitas tidak perlu repot-repot “ mengadu “ Yohanes 4 : 2 ( “ Yesus sendiri tiada membaptiskan orang …. “ ) dengan Yohanes 3 : 22 tetapi cukup “ diadu “ saja dengan Yoha-nes 4 : 1 ( “Yesus itu memperoleh lebih banyak murid dan MEMBAPTISKAN ORANG …“ ). Jadi sebenarnya, dalam satu rangkaian ayat, Yohanes 4 : 2 bertentangan dengan Yohanes 4 : 1 ( ditambah Yohanes 3 : 22 ). Oleh karena itu judul bahasan pengasuh Katolisitas, seharusnya bukan “ Yesus membaptis ( Yoh 3 : 22 ) atau tidak mem-baptis ( Yoh 4 : 1-2 )? “ melainkan “ Yesus membaptis ( Yoh. 4 : 1 - Yoh. 3 : 22 ) atau tidak membaptis ( Yoh 4 : 2 ) ? “. Judul yang diberikan pengasuh Katolisitas sudah keliru karena pengasuh Katolisitas juga mempertentangkan Yohanes 4 : 1 ( “ Yesus itu ….. MEMBAPTISKAN ORANG …“ ) dengan Yohanes 3 : 22 ( Yesus ….. SAMBIL MEM-BAPTISKAN ORANG ) padahal keduanya sama-sama menegaskan : YESUS MEM-BAPTIS ORANG. Ketika fakta menunjukkan Yohanes 4 : 2 bertentangan dengan Yohanes 4 : 1 ( ditambah Yohanes 3 : 22 ) berarti ada permasalahan dengan Yohanes 4 : 2. Ternyata Yohanes 4 : 2 memang disisipkan penyalin belakangan sehingga jelas sebagai AYAT PALSU !!!. Kajian teks terjemahan pada berbagai versi Alkitab/Bibel menunjukkan hal tersebut. Mengenai Yohanes 4:2 pada versi-versi Alkitab/ Bibel dida-patkan fakta berikut : a. The New Testament in Todays English Version – Good News Bible : “ ( Ac-tually , Jesus himself did not baptize anyone, only his disciples did ) “. Teks ayat diberi TANDA KURUNG : “ ( …… ) “. b. Kitab Suci Perjanjian Baru ( Katolik ) – Perjanjian Baru ( Gideons Internatio-nal )- Alkitab LAI 1974 –1976 – 2000 : “ - meskipun Yesus sendiri tidak membap-tis, melainkan murid-muridnya - “. Teks ayat diberi TANDA PISAH : “ -- …… -- “. c. Terjemahan Benyamin Wilson dalam The Empatic Diaglott : “ ( though Jesus himself did not immerse, but his DISCIPLES ) “.Teks ayat diberi TANDA KURUNG : “ ( …… ) “. d. The Jerusalem Bible – New Testament : “ -- * though in fact it was his DISCIP-LES who baptized, not Jesus himself * -- “. Teks ayat diberi TANDA BINTANG dan TANDA PISAH : “ -- * …… * --“. e. Holy Bible - New Testament ( Gideons International ): “ ( though Jesus himself baptized not, but his disciples ) . Teks ayat diberi TANDA KURUNG : “ ( …… ) “. f. The Four Gospels : - tidak mencantumkan dan membuang ayat Yohanes 4 : 2 - Fakta yang tertera membuktikan, ayat Yohanes 4 : 2 adalah AYAT PALSU !!!. Kajian lanjut, yaitu membahas masalah : INJIL YOHANES. Mengenai Injil Yohanes , ENCYCLOPAEDIA BRITANICA, mengungkapkan : Adapun Injil Yohanes tidak disangsikan dan tidak syak lagi kepalsuannya. Penga-rangnya bermaksud mengadakan pertentangan antara kedua orang sahabat yaitu orang-orang suci : “ Yohanes dan Matius “. Penulis Pemalsu ini mendakwakan dalam matan kitabnya bahwa dia adalah sahabat yang disayangi Al Masih “ . Kepalsuan Injil Yohanes ditegaskan pula oleh Karel A. Steenbrink dalam bukunya : “ PERKEMBANGAN TEOLOGI DALAM DUNIA KRISTEN MODERN ” ( hal.130 ) berikut : Malah kepada Injil Yohannes diberikan tambahan. Injilnya, sebenarnya sudah berakhir pada ayat penutupan bab. 20 : 30 : “ Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan murid-muridnya yang tidak tercatat dalam kitab ini , tetapi semua yang tercantum di situ telah tercatat supaya kamu percaya ……Bab 21 dalam Injil Yohannes itu pasti merupakan suatu tambahan yang ditulis oleh murid-murid Yohannes ” . Karena “ tambahan “ berarti telah terjadi perubahan. Artinya ayat Alkitab/Bibel banyak yang telah dipalsukan ! Masalah ” penutup Injil Yohanes ( Yohanes ) ” diakui pula oleh pihak Kristen tradisional ( - istilah untuk membedakan dengan kelompok Kristen yang kritis terhadap Alkitab/Bibel ) yaitu Katolik , Protestan dan Ortodoks. A.S. Hadiwinata ( Katolik ) dalam bukunya ” Tafsir Yohanes “ ( hal. 287- 290 ) menulis : Injil Yohanes yang kita miliki sekarang ini mempunyai dua penutup : 20 : 30,31 dan bab 21. Meskipun tambahan dari bab terakhir tampaknya salah satu cara merusak mutu literer konklusi 20 : 30,31, bagi beberapa ahli, dua penutup cocok. Pengarang yang bertanggung jawab atas bab 21 berpikir bahwa karyanya mempertinggi dan tidak mengurangi efektivitas dari konklusi Injil kendati klimaks kuat terdapat dalam ay.20 : 28-29 ........ Para pakar berpendapat bab ini merupakan tambahan oleh seorang redaktur untuk melengkapi Injil. Bahwa bab ini merupakan tambahan dapat dilihat jika orang menyelidiki hubungan antara bab 20 dan bab 21. Bab 20 menampilkan konklusi yang tegas dan cocok untuk seluruh Injil, sementara bab 21 menya-ikan suatu anti klimaks bahkan boleh dikatakan menghancurkan penutup yang ditawarkan dalam unit terdahulu. Sangat tidak cocok hubungan antara 20 : 30,31 dengan 21 : 25. Yang terakhir ini merupakan usaha lemah untuk meniru yang pertama. Berarti bab 21 Injil Yohanes adalah bagian Injil yang palsu dalam Perjanjian Baru ( The New Testament ). Pertanyaan yang menggugah, siapa pemalsu yang menambahkan bab 21 dalam Injil Yohanes? Apa motifnya ?. Apakah diinspirasikan Roh Kudus agar melakukan pemalsuan ? . Gambaran KEPALSUAN INJIL YOHANES terangkat jelas oleh fakta temuan Injil Yoha-nes versi Syriac. Pada tahun 1892, Agnes S. Lewis bersama saudaranya A.D. Gibson menemukan manuskrip Injil Yohanes versi bahasa Syriac di bukit Sinai yang disebut versi Palimpseste. Pakar Alkitab/Bibel memperkirakan tahun ditulisnya teks Injil Yoha-nes versi Palimpseste kira-kira abad ke 4 atau abad ke 5. Dinamakan Palimp-seste karena teks yang pertama ( asli ) telah ditutup oleh teks lain di atasnya. Setelah teks lain yang baru dihapus, barulah teks pertama ( asli ) terlihat dan terbaca lagi. Dalam Yohanes 14 : 26 versi Palimpseste, ternyata tidak tercantum atau tidak ditulis “ Roh Kudus “ melainkan hanya tertulis : ” Roh ” saja tanpa kata “ Kudus “. Tidak sebagai-mana yang dibaca dalam Alkitab/Bibel sekarang yang tertulis “ Roh Kudus “. Fakta demikian membuktikan satu hal yaitu pencantuman kata “ Roh Kudus “ dalam ayat Yohanes 14: 26 memang bermasalah dan kata “ Kudus “ yang tercantum hanyalah tambahan bela-kangan yang dilakukan tangan-tangan manusia ketika penyalinan dilakukan. Penambah-annya bukan kata ” Roh Kudus ” tetapi kata ” Kudus ” ditambahkan pada kata ” Roh ”. Fakta temuan Injil Yohanes versi bahasa Syriac ” Palimpseste ”, ketika Yohanes 14 : 26 sebenarnya hanya mencantumkan kata ” Roh “ dan di sisi lain Yohanes 14 : 17 dan Yohanes 15 : 26 menulis “ Roh Kebenaran “, diyakini ketika penyalinan dilakukan, para penyalin Injil Yohanes telah menambahkan kata ” Kudus “ di belakang kata “ Roh “ dalam Yohanes 14 : 26 dan mengabaikan teks lainnya yang tertulis ” Kebenaran ” menyertai kata ” Roh ”. Penyalin telah ” memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan ” demi mendukung dogma Kristen yang dianut sehingga kata yang hanya tertulis ” Roh ” diubah menjadi ” Roh Kudus ”. Pengubahan dari kata yang asli : ” Roh ” menjadi ” Roh Kudus ” tidak dengan ” Roh Kebenaran ” seperti dalam Yohanes 14: 17 dan Yohanes 15 : 26, memastikan adanya satu tujuan si penyalin yaitu supaya nama ” Roh Kudus” – dalam dogma Trinitas menjadi salah satu komponen dari Allah Yang Esa – bisa ternu-buatkan. Dengan demikian dogma ” Trinitas ” bisa ditegakkan. Adanya perubahan kata “ Roh “ menjadi “ Roh Kudus “ dalam Yohanes 14 : 26 , tidak bisa tidak karena adanya motivasi, sasaran dan tujuan tertentu. Dalam proses penya-linan Alkitab/Bibel selalu terjadi perubahan-perubahan yang dilakukan sengaja atas suatu teks untuk disesuaikan dengan dogma Kristen Trinitas yang dianut. Menarik disi-mak pernyataan Dr. Maurice Bucaille berikut ): Adanya kata “ Ruhulkudus “ dalam teks yang kita miliki sekarang, mungkin ada hubungannya dengan tambahan-tambahan baru yang disengaja untuk merobah arti yang sesungguhnya dalam suatu paragraf yang berkontradiksi dengan ajaran Kristen yang ingin menyatakan bahwa Yesus adalah Nabi yang terakhir, karena paragraf tersebut mengumumkan kedatangan seorang Nabi sesudah Yesus Fakta yang dikemukakan, mempertegas pengakuan pakar Alkitab/Bibel tentang KEPAL-SUAN INJIL YOHANES. Anehnya , pengasuh Katolisitas justru membahas ayat-ayat Injil Yohanes yang palsu dengan tujuan tidak ada perbedaan antara dua ayat – Yahya 3 : 1 dengan Yohanes 4 : 1-2 –. Apa manfaatnya bagi pencarian kebenaran membahas ayat-ayat dalam INJIL PALSU ? 11. Yesus mengusir roh jahat di Gerasa ( Mrk. 5 : 1 - 13, Luk 8 : 27 - 33 ) atau Gadara ( Mat. 8 : 28 - 32 ) ? Dikutip terlebih dahulu ayat-ayat yang dibicarakan pengasuh Katolisitas dalam penjelas-annya untuk menunjukkan kedua kelompok ayat sebagai tidak bertentangan padahal yang satu menyebut “ Gerasa “ ( Mrk. 5 : 1 - 13, Luk 8 : 27 - 33 ) dan yang lainnya menyebut “ Gadara “ ( Mat. 8 : 28 - 32 ) menurut versi Alkitab LAI 1968. Sebenarnya yang menyebut “ Gerasa “ hanya Markus 5 : 1 dan Lukas 8 : 26 ( - bukan Lukas 8 : 27 ) dan yang menyebut “ Gadara “ hanya Matius 8 : 28 . Begitu pula mengenai orang yang dirasuk setan hanya Matius 8 : 28 ( menyebut “ DUA ORANG “ ) dan Markus 5 : 2 ( menyebut “ SEORANG DARI KUBUR “ ) serta Lukas 8 : 27 ( menyebut : “ SEORANG YANG BERDIAM DI KUBUR-KUBUR “ . - Kelompok pertama yang menyebut “ Gerasa “ dan “ satu orang dirasuk setan “ : a. Markus 5 : 1 : " Maka sampailah mereka itu ke seberang tasik, ke TANAH ORANG GERASA ". Markus 5 : 2 : " Setelah Yesus turun dari perahu sebentar itu juga bertemulah dengan dia, SEORANG yang datang daripada kubur dan yang DIRASUK SETAN. b. Lukas 8 : 26 : " Maka berlayarlah mereka itu sampai ke tanah ORANG GERASA , yang berseberang dengan Galilea ". Lukas 8 : 27 : " Setelah ia naik ke darat maka bertemulah dengan dia SEORANG dari negeri itu yang DIRASUK SETAN ….. - Kelompok kedua Matius 8 : 28 yang menyebut “ Gadara “ dan “ dua orang dirasuk setan “ : Setelah ia sampai ke seberang di TANAH GADARA maka bertemulah dengan dia DUA ORANG YANG DIRASUK SETAN ……. Atas perbedaan Markus 5 : 1-13 , Lukas 8: 27-33 dengan Matius 8 : 28-32 pengasuh Katolistas memunculkan permasalahan : “ Penyembuhan itu dilakukan di Gerasa ( menurut Markus dan Lukas ) atau di Gadara ( menurut Matius ) ? Yesus menyembuhkan satu orang ( menurut Markus dan Lukas) atau dua orang yang kerasukan setan ( menu-rut Matius )?“. Tujuannya menjelaskan yaitu tidak ada pertentangan antara nama tempat Yesus mendarat dalam perjalanan naik perahu di danau Galilea yaitu antara “ Gadara “ ( versi Matius ) dengan “ Gerasa “ (versi Markus – Lukas ). Penjelasan pengasuh Katolistas merujuk pendapat Albert Barnes, Notes on the New Testament: Matthew and Mark ( Grand Rapids, MI: Baker, 1949), p. 91) : Gadara adalah kota tak jauh dari danau Genesaret, salah satu dari sepuluh kota yang dise-but Dekapolis. Gergesa ( kemungkinan variasi dari kata “ Gerasa ” ) adalah sebuah kota yang terletak 12 mil di sisi tenggara Gadara dan sekitar 20 mil di timur sungai Yordan. Maka tak ada kontradiksi antara ketiga Injil di sini. Yesus datang ke daerah ini di mana kedua kota terletak dan salah satu pengarang Injil menyebut kota yang satu dan dan pengarang lainnya menyebut kota lainnya. Terlihat bahwa para pengarang itu tidak setuju dalam hal menekan-kan kota yang mana, sebab jika ya, tentu mereka sudah menyebutkan nama kota yang sama. Namun hal ini menunjukkan bahwa mereka mengenal daerah tersebut. Tak ada orang yang dapat menulis sedemikian, hanya mereka yang sungguh mengenal fakta-faktanya. Berdasarkan pemahaman “ Gergesa ( kemungkinan variasi dari kata “ Gerasa ” ) adalah sebuah kota yang terletak 12 mil di sisi tenggara Gadara dan sekitar 20 mil di timur sungai Yordan “ disimpulkan : “ … tak ada kontradiksi antara ketiga Injil …. “ mengenai tempat Yesus mendarat dan menyem-buhkan orang kerasukan setan. Akan ditunjukkan keanehan penjelasan ini karena sangat jelas : “ Gadara “ beda dengan “ Gerasa “. Masalah nama “ Gadara “ dan “ GERASA “ sebagai nama tempat Yesus mendarat dan menyembuhkan orang kerasukan setan, perlu dikaji. Dari berbagai sumber seperti Wiki-pedia, didapatkan penyebutan nama tempat Yesus melakukan penyembuhan orang yang dirasuk setan, berbeda-beda. Injil Matius yang menyebut : “ Gadara “ terpecah dalam penulisan menurut versi manuskrip . Codex Vaticanus menulisnya : “ Gadara “ , Codex Washingtonianus menulisnya : “Gergesa “. Begitu pula mengenai Injil Markus yang menyebut : “ Gerasa “ terpecah dalam penulisan versi manuskrip. Codex Vatica-nus dan Codex Bezae menulisnya : “ Gerasa “, Codex Alexandrinus dan Codex Eph-raemi Ressciptus menulis : “ Gadara “. Sejumlah manuskrip lainnya menulis : “Gerge- sa “. Sedangkan Injil Lukas yang menyebut : “ Gerasa “, Codex Alexandrinus menulis : “ Gadara “, Codex Sinaiticus menulis : “ Gergesa “ dan Papirus 75 menulis : “ Gerasa “. Eusebius tokoh gereja abad 4 – tokoh yang terlibat dalam pertentangan antara Arius dan Athanasius – memunculkan tiga nama : “ Gadara “ – “ Gergesa “ – “ Girgashi “. Apakah Eusebius menyamakan “ Girgashi “ dengan “ Gadara “ tidak dipastikan. Dikata-kan pula, kata “ Gerasa “ ( Gerasenon - Γερασηνῶν ) dieja dengan “ Gergesa “ ( Ger-gesēnōn - Γεργεσηνῶν ). Ada tiga versi nama tempat ( “ khora “ yang berarti “ daerah “ atau “ tempat “ ) Yesus menyembuhkan orang yang dirasuk setan yang muncul yaitu : Gadara, Gerasa/ Gergesa dan “ Girgashi “. Mana sebenarnya yang menjadi nama tempat/negeri Yesus menyembuhkan orang yang dirasuk setan ?. Untuk mengetahui-nya, perlu ditegaskan dulu lokasi geografis dari “ Gadara “ dan “ Gerasa/Gergesa “. Menurut penelitian Ulrich Seetzen pada tahun 1806, kota Gadara ( sekarang desa " Ummul Qais " , sebuah kota kecil Bani Kinanah, wilayah Irbid , Yordania berbatasan dengan Israel dan Suriah ) terletak 6 mil (10 km ) di sebelah tenggara Danau Galilea, sedangkan kota Gerasa ( sekarang “Jerash “ di Yordania) terletak 30 mil ( 50 km ) , ke arah tenggara. Berarti , antara Gadara dengan Garasa terpisah oleh jarak 24 mil atau sekitar 40 km. Melihat posisi geografis terhadap Danau Galilea, berarti pantai tempat Yesus mendarat pasti berdekatan dengan Gadara, bukan Gerasa yang jauhnya 5 kali lipat dibandingkan jauhnya Gadara dari pantai danau Galilea. Ulasan yang diberikan tentu saja berbeda dengan penjelasan Albert Barnes, Notes on the New Testament: Matthew and Mark ( Grand Rapids, MI: Baker, 1949), p. 91) yang dikutip pengasuh Katolisitas yaitu tentang lokasi geografis “ Gerasa “ yang dikatakan terletak 12 mil di sisi tenggara Gadara dan sekitar 20 mil di timur sungai Yordan. Terkait dengan GADARA dan GERASA dikata-kan : “ Yesus datang ke daerah ini di mana kedua kota terletak, dan salah satu pengarang Injil menyebut kota yang satu dan dan pengarang lainnya menyebut kota lainnya “. Pertanyaan muncul : - Dikatakan, “ Yesus datang ke daerah ini di mana kedua kota terletak “. Apa nama “daerah ini “ yang menjadi wilayah beradanya GADARA dan GERASA ?. - Mengapa pengarang Injil Markus dan Injil Lukas menyebut “ GERASA “ sebagai kota/tempat yang berdekatan dengan Gadara padahal ada beberapa kota/ tempat yang lebih dekat dengan GADARA dibandingkan dengan GERASA ?. - Apakah hanya Gerasa yang ada di “ daerah ini “ yang berdekatan dengan Gadara sehingga tidak salah bila ada pengarang Injil kanonik yang menyebut Gadara dengan Gerasa dan disimpulkan antara Markus 5 : 1 - Lukas 8: 26 yang menyebut “ Gerasa “ tidak bertentangan dengan Matius 8 : 28 yang menyebut “ Gadara “ ?. - Jika yang dimaksud oleh pengasuh Katolisitas dengan “ daerah ini “ dalam penje-lasannya adalah wilayah DEKAPOLIS (yang berarti “ SEPULUH KOTA “), hendaknya diketahui, ada sepuluh kota/tempat di wilayah Dekapolis yaitu : DAMASCUS, CANATHA, HIPPUS, DION, RAPHANA, GADARA, SCYTOPOLIS, PEILA, GERASA dan PHILADELPHIA. Hampir semua kota di wilayah Dekapolis yang disebutkan, terletak di sebelah tenggara danau Galilea kecuali DAMASCUS dan CANATHA di barat daya danau Galilea dan SCYTOPOLIS di selatan danau Galilea. Yang terdekat dengan GADARA bagian tenggara danau Galilea adalah HIPPUS, DION dan RAPHANA sedangkan GERASA lebih jauh dari ketiganya. Mengapa GERASA yang jauh dari GADARA disebut-sebut sedangkan kota/tempat lainnya yang justru lebih dekat yaitu HIPPUS, DION dan RAPHANA tidak disebut ?. Bukankah “ GERASA “ lebih jauh dibandingkan dengan ketiga kota itu terhadap GADARA ditinjau posisinya dari Danau Galilea ?. Apa alasan masing-masing pengarang Injil Markus dan Lukas memilih GERASA yang lebih jauh sebagai pengganti nama “ GADARA “ yang disebut oleh Injil Matius ?. Satu argumentasi aneh pengasuh Katolisitas : “ Terlihat bahwa para pengarang itu tidak setuju dalam hal menekankan kota yang mana, sebab jika ya, tentu mereka sudah menyebutkan nama kota yang sama “ . Kok bisa saling tidak setuju yaitu pengarang Injil Matius tidak setuju dengan nama “ GERASA “ dan setuju dengan nama “ GADARA “ sedangkan pengarang Injil Markus dan Injil Lukas tidak setuju dengan nama “GADARA “ dan setuju dengan nama “ GERASA “. Aneh bin ajaib, bisa-bisanya kebenaran “ firman Allah “ didasarkan pada setuju dan tidak setujunya pengarang-pengarang Injil kanonik yaitu “ tidak setuju dalam hal menekankan kota yang mana “. Pertanyaan, mengapa mereka tidak setuju ?. Apa nama tempat Yesus mendarat dan menyem-buhkan orang yang kerasukan setan yang sesungguhnya ketika lokasi geografis “ GADARA “ berbeda dengan “ GERASA “ ? . Perhatikan ayat Markus 5 : 2 : " Setelah Yesus TURUN DARI PERAHU , SEBENTAR ITU JUGA bertemulah dengan dia, , SEORANG YANG DATANG DARIPADA KUBUR-KUBUR DAN DIRASUK SETAN ". Di mana lokasi tempat Yesus bertemu dengan seorang yang dirasuk setan menurut Markus 5 : 2 ?. Menyimak kalimat “ Setelah Yesus TURUN DARI PERAHU , SEBEN-TAR ITU JUGA bertemulah dengan dia …” berarti lokasi tempat Yesus bertemu dengan orang yang kerasukan setan adalah wilayah pantai atau dekat dengan wilayah pantai tetapi bukan sampai puluhan kilometer dari wilayah pantai. Berdasarkan peta, tidak lain adalah GADARA, bukan GERESA yang jauh dari pantai. Sesuai dengan ayat Matius 8 : 28 :3 Setelah ia SAMPAI KE SEBERANG DI TANAH GADARA maka bertemulah dengan dia, DUA ORANG YANG DIRASUK SETAN, yang datang daripada kubur-kubur dengan amat sangat garangnya sehingga seorangpun tiada dapat lalu pada jalan itu. Lukas 8 : 26 berkisah beda dengan menyebut “ GERASA “ , bukan “ GADARA “ yaitu : Maka berlayarlah mereka itu SAMPAI KE TANAH ORANG GERASA yang berseberangan dengan Galilea. Apakah “GADARA “ adalah “ TANAH ORANG GERASA “ ?. Pengarang Injil Lukas keliru mengatakan : “ .... TANAH ORANG GERASA yang berseberangan dengan Galilea “ padahal yang berseberangan langsung dengan danau Galilea adalah GADARA sedangkan Geresa berjarak lebih jauh dari pantai danau Galilea sekitar 50 km. Dari analisa yang diberikan betapa kelirunya pengasuh Katolisitas ketika berkata : “ Terlihat bahwa para pengarang itu tidak setuju dalam hal menekankan kota yang mana, sebab jika ya, tentu mereka sudah menyebutkan nama kota yang sama “ . Padahal bukan soal “ tidak setuju “ atau “ setuju “ antar pengarang Injil Matius – pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas melainkan pengarang Injil Lukas sangat jelas keliru mengatakan “ TANAH ORANG GERASA yang berseberangan dengan Galilea “. Jangan menerima kekeliruan pengisahan pengarang Injil Lukas sebagai yang benar ketika berbeda dengan Matius dan Markus. Pengasuh Katolisitas berkata : “ Namun hal ini menunjukkan bahwa mereka mengenal daerah tersebut. Tak ada orang yang dapat menulis sedemikian, hanya mereka yang sungguh mengenal fakta-faktanya “. Penjelasan pengasuh Katolisitas semakin tidak keruan-keruan. Hal ini ditunjukkan berikut : a. Pengasuh Katolisitas berkata : “ … mereka mengenal daerah tersebut “. Siapakah yang dimaksud dengan : “ mereka “ ?. Tentu yang dimaksud oleh pengasuh Katolisitas dengan: “ mereka “ adalah pengarang Injil Matius, pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas. Kalau pengarang Injl Yohanes tidak berbicara sama sekali tentang hal ini. Pertanyaan lanjut, siapakah pengarang Injil Matius, pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas ?. Pasti pengasuh Katolisitas menegaskannya, yaitu murid-murid Yesus. Ini merupakan satu kebohongan. Pengakuan para pakar Alkitab/ Bibel, Injil Matius, Injil Markus, Injil Yohanes BUKAN DIKARANG MURID-MURID YESUS melainkan orang-orang yang tidak dikenal sama sekali tetapi mengatas–namakan para murid Yesus. Sedangkan Injil Lukas dan Kisah Rasul-Rasul menurut para pakar Alkitab/Bibel dikarang oleh LUKAS MURID PAULUS, BUKAN MURID YESUS. Apakah “ mereka “ orang-orang yang tidak dikenal ini yang menge-nal nama-nama daerah tempat Yesus mendarat dan menyembuhkan orang yang dirasuk setan dan kemudian memasukkan kedalam “ INJIL“ yang mereka karang ?. b. Pengasuh Katolisitas mengatakan : “…Tak ada orang yang dapat menulis sedemiki-an, hanya mereka yang sungguh mengenal fakta-faktanya “. Pernyataan kebanggaan yaitu TIDAK ADA YANG DAPAT MENULIS SECARA BERBEDA MENGENAI NAMA TEMPAT DI MANA YESUS MENYEMBUHKAN ORANG YANG KERASUKAN SETAN kecuali pengarang Injil Matius, pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas (yang tidak diketahui siapa mereka). Demikian makna yang dipahami dari pernyataan pengasuh Katolisitas. Kok, bisa-bisanya pengasuh Katolisitas membanggakannya dengan pernyataan yang demikian. Padahal yang dapat MENULIS SECARA BERBEDA NAMA TEMPAT DI MANA YESUS MENYEMBUHKAN ORANG YANG KERASUKAN SETAN justru adalah MANUSIA YANG KERASUKAN SETAN juga. Dalam membanggakan pengarang Injil Matius, pengarang Injil Markus dan penga-rang Injil Lukas (yang tidak diketahui siapa mereka) yang mampu menulis secara berbeda nama tempat di mana Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan, pengasuh Katolisitas beralasan : “ …. mereka yang sungguh mengenal fakta-faktanya “. Terlihat kejanggalan alasan yang dikemukakan pengasuh Katolisitas. Padahal telah diketahui berdasarkan penelitian Ulrich Seetzen tahun 1806, kota Gadara ( sekarang desa " Ummul Qais " , sebuah kota kecil Bani Kinanah, wilayah Irbid ,Yordania berbatasan dengan Israel dan Suriah ) terletak 6 mil (10 km ) di sebelah tenggara Danau Galilea, sedangkan kota Gerasa ( sekarang “Jerash “ di Yordania) terletak 30 mil ( 50 km ) , ke arah tenggara. Berarti , Gadara terpisah oleh jarak 24 mil atau sekitar 40 km dengan Garasa. Melihat posisi geografis terhadap Danau Galilea, berarti pantai tempat Yesus mendarat pasti berdekatan dengan Gadara, bukan Gerasa yang jauhnya 5 kali lipat dibandingkan jauhnya Gadara dari pantai danau Galilea. Berdasarkan fakta lokasi geografis berbeda antara Gadara dengan Gerasa, dipertanyakan kepada pengasuh Katolisitas atas pernyataannya yang demikian, fakta-fakta apa saja di tempat Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan dan dikenal pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas sehingga menyebutnya : “ GERASA “ dan fakta-fakta apa pula yang dikenal pengarang Injil Matius di tempat tersebut sehingga menyebutnya “ GADARA “ padahal antara Gadara dengan Gerasa terpisah oleh jarak sekitar 40 km ?. Berdasarkan dua bahasan yang dikemukakan, pengasuh Katolisitas memberi argumen yang berantakan dengan berkata : “…mereka mengenal daerah tersebut. Tak ada orang yang dapat menulis sedemikian, hanya mereka yang sungguh mengenal fakta-fakta- nya “. Pengasuh Katolisitas sendiri sangat terang benderang mengatakan : “… Gerasa adalah kota yang terkenal, yang sudah dikenal oleh kaum Yunani/non-Yahudi, sedang-kan Gadara ibukota dari Perea, propinsi Romawi, adalah kota utama dari kesepuluh kota di Dekapolis “ ( merujuk Robert Lenski C.H, The Interpretation of St. Mark’s Gospel -JamesBurton Coffman, Commentary on Mark Ronald - F.Youngblood, 1995, New Illustrated Bible Dictionary ); satu pernyataan yang membedakan lokasi geografis dari Gadara dan Gerasa. Anehnya, pengasuh Katolisitas menegaskan : “… ketiga penga-rang Injil menulis tentang daerah yang sama “. Bagaimana pengasuh Katolisitas bisa mengatakan, Gadara dan Gerasa sebagai daerah yang sama padahal sebelumnya sangat jelas membedakan lokasi Gadara dengan Gerasa. Penjelasan pengasuh Kato-lisitas sangat berantakan karena penjelasannya bertentangan satu dengan yang lain. Pengasuh Katolisitas menjelaskan : “ Kedekatan antara kedua kota mengakibatkan me-reka yang tinggal di Gerasa dapat disebut orang Gadara ( Gadarenes ) “. Apa hubungan “ orang yang tinggal di Gerasa “ dapat disebut “ orang Gadara ( Gadarenes ) “ padahal permasalahan adalah perbedaan nama tempat Yesus menyembuhkan orang yang kera-sukan setan yang menurut Matius adalah “ GADARA “ sedangkan menurut Markus dan Lukas adalah “ GERASA “ ketika kedua kota itu berbeda ?. Biar jutaan kali “ orang yang tinggal di Gerasa “ disebut “ orang Gadara ( Gadarenes ) “ atau sebaliknya, namun hal itu tidak menyebabkan “ GADARA “ sama dengan “ GERASA “. Pengasuh Katolisitas seharusnya menyajikan pernyataan menurut sumber rujukannya atau ulasan dari segi anthropologi yang mengatakan “ …. mereka yang tinggal di Gerasa dapat disebut orang Gadara ( Gadarenes ) “. Kita terganggu dengan kata “ dapat “ dalam petilan kalimat “….. dapat disebut orang Gadara (Gadarenes) “ yang mengesankan, pernyataan demikian hanyalah penafsiran pribadi pengasuh Katolisitas. Betul-betul penjelasan yang ambu-radul dalam upaya mempertahankan tidak adanya pertentangan antara Markus 5 : 1-13, Lukas 8 : 27 - 33 dengan Matius 8 : 28 – 32 padahal jelas-jelas bertentangan. Perhatikan pernyataan lanjut pengasuh Katolisistas yang katanya merujuk J.W Mc Garvey, The Fourfold Gospel - John and James Strong McClintock and Strong, Cyclo-pedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature : “ Gambar kapal di koin uang logam kota Gadara kemungkinan menunjukkan bahwa Gadara kemungkinan memben-tang sampai ke danau Galilea. ….Para penulis Injil tersebut memilih untuk mengacu kepada area yang sama, dengan cara yang berbeda “. Penjelasan yang diberikan peng-asuh Katolisitas terkait dengan area wilayah Gadara berpayung pada “ kemungkinan “. Apakah wilayah Gadara yang disebut masuk wilayah Gerasa ketika pengasuh Katoli-sitas bermaksud mengatakan Gadara (versi Matius ) juga adalah Gerasa (versi Markus – versi Lukas ) ?. Apakah wilayah Gerasa juga “ kemungkinan membentang sampai ke danau Galilea…“ sehingga muncul pernyataan pengasuh Katolisitas : “ Para penulis Injil tersebut memilih untuk mengacu kepada area yang sama, dengan cara yang berbeda “. Satu kebohongan luar biasa mengatakan Gadara dan Gerasa : “ mengacu kepada area yang sama, “ padahal sebagaimana yang telah dikemukakan, berdasarkan penelitian Ulrich Seetzen tahun 1806, posisi geografis Gadara dengan Garasa terpisah oleh jarak 24 mil atau sekitar 40 km. Juga berdasarkan Robert Lenski C.H – James Burton Coffman, dan - F. Youngblood, yang justru dirujuk sendiri oleh pengasuh Katolisitas sehingga menyajikan pernyataan : “…Gerasa adalah kota yang terkenal, yang sudah dikenal oleh kaum Yunani/ non-Yahudi, sedangkan Gadara ibu-kota dari Perea, propinsi Romawi, adalah kota utama dari kesepuluh kota di Dekapolis “, pernyataan yang menegaskan lokasi geografis Gadara berbeda dengan Gerasa. Mengapa mempertahankan “ kesucian “ Alkitab/Bibel harus dengan berbohong ?. Jika bukan kebohongan, sanggahlah fakta penelitian Ulrich Seetzen dan pernyataan Robert Lenski C.H – James Burton Coffman, dan - F. Youngblood untuk menunjukkan pengasuh Katolisitas tidak melakukan kebohongan dengan pernyataannya. Kebohongan itu ternyata tetap dipertahankan pengasuh Katolisitas dengan pernyataan yang sama : “ Mereka sama-sama mengacu kepada daerah di sekitar danau Galilea “ sebagai dasar bagi pernyataannya : “ Namun yang jelas, baik Matius, Markus dan Lukas tidak saling bertentangan saat menyampaikan kejadian ini “. Daerah apa saja di sekitar danau Galilea , yang sama-sama diacu oleh pengarang Injil Matius – pengarang Injil Markus dan pengarang Injil Lukas sehingga Injil Matius mengatakan “ Gadara “ dan Injil Markus-Injil Lukas mengatakan “ Geresa “ ?. Telah dikemukakan sebe-lumnya, kota-kota di wilayah Dekapolis yang berlokasi di sekitar danau Galilea adalah HIPPUS, RAPHA-NA, GADARA dan SCYTOPOLIS. Sedangkan Geresa berada lebih jauh dari pantai danau Galilea yaitu 50 km atau lebih jauh 40 km dibandingkan Gadara. Atas dasar apa sehingga pengasuh Katolisistas mengatakan: GERESA dan GADARA sebagai : “ sama-sama mengacu kepada daerah di sekitar danau Galilea “ ?. Satu kebohongan ditunjukkan pengasuh Katoli-sitas dengan mengatakan Geresa di sekitar danau Galilea !. Menghindar dari kerumitan menyamakan “ GADARA “ dengan “ GERESA “, pengasuh Katolisitas pun berkilah, masalah tempat mukjizat Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan tidak terlalu penting dibandingkan : “ Kristus mempunyai kuasa atas dunia spiritual, dan Ia menyatakan kuasanya atas roh jahat tersebut “ . Padahal perbedaan penyebutan nama “ GADARA “ dengan “ GERESA “ sangat terkait dengan kebe-naran Alkitab/Bibel sebagai “ KITAB SUCI “. Apa arti “ Kristus mempunyai kuasa atas dunia spiritual, dan Ia menyatakan kuasanya atas roh jahat tersebut “ ketika Alkitab/ Bibel yang mengisahkan penuh kepalsuan ?. Jelas tidak ada argumentasi secuilpun yang bisa dikemukakan dalam mempertahankan, tidak adanya perbedaan antara “ GADARA “ ( Injil Matius ) dengan “ GERESA “ ( Injil Markus – Injil Lukas ). Dari bahasan yang dikemukakan, terlihat pasti Markus 5 : 1–13 ; Lukas 8 : 27- 33 ) bertentangan dengan Matius 8 : 28 – 32 , bukan “ nampaknya bertentangan “. Mengenai perbedaan orang yang dirasuk setan, apakah satu orang ataukah dua orang, pengasuh Katolisitas hanya bisa berkata : “ Sedangkan apakah Yesus menyembuhkan satu atau dua orang yang kerasukan setan, juga bukanlah suatu pertentangan. Perbe-daan serupa juga terjadi dalam penulisan perikop Yesus menyembuhkan seorang atau dua orang yang buta berikut ini “. Pengasuh Katolisitas hanya bisa mengarahkan ke pembahasan tentang perbedaan Markus 10 : 46 -52 ; Lukas 18 : 35,38 tentang Yesus menyembuhkan “ SATU ORANG BUTA “ sedangkan Matius 20 : 30 mengatakan : “ DUA ORANG BUTA “ ( - yang akan dibahas menyusul - ). Satu bukti, sebenarnya pengasuh Katolisitas tidak mampu memberikan alasan perbedaan versi Markus 5 : 1–13 ; Lukas 8 : 27- 33 yang menyebut satu orang kerasukan setan dengan versi Matius 8 : 28 – 32 yang menyebut dua orang kerasukan sebagai yang tidak berbeda. Lalu diarahkan ke perbedaan Markus 10 : 46 -52; Lukas 18 : 35,38 tentang Yesus menyembuhkan “ SATU ORANG BUTA “ sedangkan Matius 20 : 30 mengatakan : “ DUA ORANG BUTA “ pada-hal aspek latar belakang kedua perbedaan tersebut, berbeda satu dengan lainnya. Argumentasi pengasuh Katolisitas tentang tidak adanya perbedaan Markus 10 : 46 -52 ; Lukas 18 : 35,38 dengan Matius 20 : 30 tentang jumlah orang buta yang disembuhkan Yesus menjadi argumentasi pula untuk menjelaskan tidak adanya perbedaan banyak Markus 5 : 1–13 ; Lukas 8 : 27- 33 ) dengan Matius 8 : 28 – 32 tentang orang yang kerasukan setan yang disembuhkan Yesus padahal back-ground pengisahan berbeda.

0 komentar:

Posting Komentar