Minggu, 19 Agustus 2012

ALLAH PUNYA ANAK ? MASA' SIH ?

MENYAMBUT UNDANGAN JAMUAN PIHAK KRISTEN 
TUDUHAN SALAH PAHAM :  MASAK ALLAH PUNYA ” ANAK ALLAH ”?

PENGANTAR

Sebuah buku berjudul ” KITAB TUHAN MENJAMU TUDUHAN DAN SALAH PAHAM  Apologetika Kristiani , Khusus Untuk Penganut Dan Pengeritik Alkitab  tanpa menyebut nama penerbit ditulis seorang Kristen bernama Eja Kalima . Entah nama sebenarnya atau nama samaran .Buku ini menyajikan sejumlah apologi tentang berbagai keyakinan Kristen yang berbeda atau bertentangan dengan keyakinan Islam. Apologi ini sengaja ditujukan kepada ummat Islam selaku “ PENGERITIK PEDAS “ keyakinan Kristen . Setiap tema apologi yang dibahas diberi judul : “ SALAH PAHAM  “ . Maksudnya , ada  SALAH-PAHAM pihak Muslim atas keyakinan Kristen dan karenanya melalui tulisan buku itu, Eja Kalima menyajikan “ Jawaban “ atas KESALAH-PAHAMAN ummat Islam ( kaum Muslimin ) tersebut. Ini sesuai dengan JUDUL pengantarnya: MELURUSKAN TUDUHAN DAN SALAH PAHAM. Ada 22 SALAH PAHAM  diungkap Eja Kalima , sekaligus ” meluruskan ” SALAH PAHAM tersebut dengan penjelasan-penjelasan apologi sekaligus menunjukkan ketidak-benaran ajaran Islam pada beberapa tema sentral yang menjadi perbedaan antara Islam dengan  Kristen. Salah satu tema yang disajikan buku tersebut, dibahas dalam tulisan ini.

APOLOGI  I  : ISTILAH " ANAK " ( WALADUN )
Eja Kalima memberi pernyataan :
Dari pelbagai tempat, suara Muslim berseru nyaring bahwa : “ ALLAH TIDAK BERANAK DAN TIDAK DIPERANAKKAN “. Menirukan apa yang diserukan dalam Quran sampai 26 kali ! Seruan ini adalah sebentuk proklamasi penolakan atas azas TRITUNGGAL dari Kristianitas yang mengimani bahwa Yesus adalah “ ANAK “ Tuhan. Namun istilah “ anak ” di sini yaitu  waladun “ lagi-lagi telah dipahami Islam dalam arti kata biologis. Karena hadirnya istilah   “ BAPA “ dan “ ANAK “, Muslim tradisional memahami bahwa “ TUHAN BAPA “ yang bergender laki-laki, telah melakukan persetubuhan dengan MARIA ( sebagai isteri/ibu ) yang membuahkan ISA sebagai ANAKNYA ALLAH. Memang latar belakang jaman jahiliyah Arab hanya dapat mengartikan “ anak “ dalam satu konteks yakni hasil perkawinan seorang pria dengan wanita . Oleh anggapan sepihak inilah , maka gencarlah ayat-ayat yang mengutuki mereka yang mengatakan “TUHAN PUNYA ANAK“ karena telah mengotorkan kemaha-sucian Allah (“ Bapa“) dengan menghadirkan “ ISTRI “ dan “ ANAK ”, yang di-Tuhan-kan bersama Allah.
Dia tidak beristri dan tidak beranak  ( Qs. 6 : 6 : 101)
Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri ( Qs. 6 : 101 )
Maha Suci Allah dari mempunyai anak ………… ( s. 4 : 171 )
Orang Nasrani berkata : ” Al Masih itu putra Allah  “ …… Dilaknati Allah-lah mereka.  ( Qs. 9 : 30 )
Hai Isa putra Maryam , adakah kamu mengatakan kepada manusia : “ Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah “ ( Qs. 5 : 116 )

TANGGAPAN  :

Tidak diragukan, memang Islam mengajarkan bahwa :  ALLAH ITU TIDAK BERANAK DAN TIDAK DIPERANAKKAN , apapun pengertian yang hendak dikenakan kepada masalah ” BERANAK ” ini . Dan juga menegaskan bahwa : ALLAH TIDAK BERISTERI , apapun pengertian yang hendak dikenakan dengan istilah ” BERISTERI ” ini . Penganut Kristen selalu menghubungkan pengertian  ” BERANAK ” dan ” BERISTERI ”  dalam konteks ” HUBUNGAN BIOLOGIS ” antara ALLAH dengan MARYAM . Ini terkait dengan pernyataan Al Qur’an yang menegaskan :   Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu    ( Qs. 6 : 101 ) dan  dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak ” ( Qs. 72 : 3 ). Padahal tidak ada sedikit pun dalam Al Qur’an yang menyatakan atau memberi satu pemahaman dalam konteks TRINITAS  bahwa ALLAH melakukan ” hubungan biologis ” dengan Maryam sehingga lahirlah Yesus sebagai  ” ANAK ALLAH ”. Al Qur’an hanya menyinggung pengenaan istilah ” ANAK ” yang dihubungkan dengan ALLAH, TUHAN YANG MAHA ESA dan sama sekali tidak merinci TRINITAS yang dikritik. Menepis sebutan ” ANAK ” yang dihubungkan dengan ALLAH, TUHAN YANG MAHA ESA itulah maka Allah SWT dalam Al Qur’an menegaskan :
a.      Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan
b.      Allah tidak beristeri dan tidak beranak
Tetapi penganut Kristen melihat penegasan ini sebagai penolakan terhadap paganisme Arab dan tidak ditujukan kepada Kristen . Padahal penegasan ini ditujukan kepada semua pemikiran tentang Tuhan dalam hubungan : BAPAK – ANAK – IBU . Dan ini bisa saja dikaitkan dengan : BAPAK-ANAK – ROH KUDUS . Geoffrey Parrinder mengungkapkan , menurut orang-orang Yahudi , sejak awal Gospel ( Alkitab/Bibel ) telah berbicara tentang ” IBUKU ROH KUDUS ” dan umumnya terdapat dalam beberapa kutipan dari nabi-nabi ( Yesaya , Jeremia , Ezkiel ). Dan Origen , seorang bapak Gereja dalam komentar Gospel-nya bahwa dalam Bibel Yahudi ada disebutkan : ” Sang penyelamat sendiri mengatakan ’ Meskipun sekarang IBUNDAKU ROH KUDUS MENG-AMBILKU ’ .... ”.  Aphraates dari Edessa menceritakan tentang seorang laki-laki yang menjadikan TUHAN SEBAGAI BAPAKNYA dan ROH KUDUS SEBAGAI IBUNYA [1] ).
Dan dalam Injil menurut Orang-orang Ibrani atau Injil Orang Nasrani , ROH KUDUS disebut sebagai IBU KRISTUS ,dan dalam bahasa Ibrani, ”ROH” (RUAKH) memang berjenis kelamin perempuan [2] ).  Fakta ini menunjukkan adanya konsep dasar Trinitas  : BAPA – ANAK – IBU dalam format : BAPA-ANAK-ROH KUDUS , sesngguhnya sama dengan kepercayaan kafir tentang Dewa Tertinggi yang memiliki isteri dan anak. Dalam konteks demikian, sangatlah wajar jika Al Qur’an yang menegaskan : ” Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu ” ( Qs. 6 : 101 ) dan  dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula ) beranak  ” ( Qs. 72 : 3 )

APOLOGI  2   :   WAHYU YANG SIA-SIA  DAN MARYAM SANG PERAWAN

Eja Kalima berkata :
Dan untuk memperkuat kemanusiaan sejati dari Isa dan ibunya, Quran menambahkan : “ Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang rasul …. Dan ibunya seorang yang sangat benar , keduanya memakan makanan “ ( Qs. 5 : 75 ).
Namun bagi umat Kristiani, wahyu ini adalah sia-sia jikalau dimaksudkan untuk menegor mereka karena sungguh tidak kena mengena dengan ajaran dan iman Kristiani yang ingin dikecam . Mereka malahan akan turut mengecam hal yang sama ! Umat Kristen paling percaya lebih dari siapapun bahwa Maria tidak diperisterikan oleh siapapun dan adalah perawan ketika mengandung Yesus dalam tubuhnya. Yesus bukan hasil karena pembuahan biologis benih manusia melainkan karena kandungan Roh Kudus ( Luk. 1: 35 ). Tuhan “ BAPA “ tidak mungkin punya isteri dan tidak berhubungan seks dengan siapapun untuk menghasilkan anak siapapun. Itu hanyalah tuduhan nyasar yang justru  mengundang pertanyaan, dari mana pengetahuan demikian itu diperoleh dan dimasukkan dalam kesucian keagamaan .

TANGGAPAN  :

1.     Al Qur’an memang menegaskan bahwa Yesus adalah  manusia  biasa yang diangkat sebagai Rasul Allah. Kemanusiaannya sangat jelas dan sedikitpun tidak memiliki sifat yang menunjukkannya sebagai TUHAN. Sebagai manusia , itu realitas Yesus . Tidak ada bukti , Yesus adalah Tuhan . Apakah karena kelahirannya tanpa ayah biologis ? Itu tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan : ADAM, HAWA dan MELKISEDIK. ADAM ” lahir ” TANPA AYAH DAN TANPA IBU . Ini lebih ajaib dari kelahiran Yesus yang cuma TANPA AYAH BIOLOGIS. Begitu pula HAWA, lahir TANPA IBU TETAPI LAHIR DARI  ” AYAH ”. Ini lebih ajaib dari kelahiran Yesus dari SEORANG IBU TANPA AYAH . Kelahiran dari seorang ibu memang wajar tetapi ” lahir ” dari seorang ayah, sangat ajaib. Dan juga lebih ajaib dari kelahiran Yesus adalah kelahiran Melkisedik. Ayat Ibrani 7 : 1- 3   mengungkapkan :
……MELKISEDIK itu jikalau diterjemahkan, pertama-tama artinya RAJA KEADILAN, kemudian pula RAJA DI SALEM yaitu RAJA DAMAI, yang tiada berbapak dan tiada beribu dan tiada bersilsilah dan tiada berawal atau berkesudahan …………………
Kalau Yesus hanya tanpa bapak, tetapi Melkisedik ini : tiada berbapak  dan tiada beribu. Mana yang lebih ajaib ? Kalau Yesus punya silsilah sampai ke Ibrahim ( menurut Matius ) atau sampai ke Adam ( menurut Lukas ) tetapi Melkisedik tiada bersilsilah ! Manakah  yang lebih ajaib, apakah kelahiran Melkisedik ataukah Yesus Kristus? Kalau Yesus berawal karena tanpa Maryam dan nenek moyangnya, Yesus tidak akan pernah ada, sedangkan Melkisedik menurut Bibel/Alkitab benar-benar tiada berawal. Mana yang lebih ajaib ? Yesus-kah atau Melkisedik ? Jjika Yesus berkesudahan hidupnya di dunia karena ia ternyata dapat mati dan sudah mati ( atau menurut kepercayaan Kristen : pernah mati lalu bangkit hidup kembali) , tetapi Melkisedik ternyata benar-benar tidak pernah mengalami kematian karena Melkisedik tiada berkesudahan. Mana yang lebih ajaib ? Yesus-kah atau Melkisedik ? Dalam kejujuran, penganut Kristen tidak mungkin mengelak memberikan pengakuan bahwa memang kelahiran Melkisedik jauh lebih ajaib dari Yesus ! Tapi mengapa Melkisedik tidak dijadikan Tuhan yang disembah atau ditetapkan sifat-sifat ilahiah-nya ? Bukankah dari  kelahiran ini, Melkisedik lebih patut dijadikan Tuhan dari pada Yesus Kristus ? Apakah Yesus dijadikan Tuhan karena dapat menghidupkan orang mati ?  Menghidupkan orang mati adalah mukjizat Yesus Kristus atas kuasa Allah SWT. Tetapi itu bukanlah menjadikannya bersifat ilahiah sebagaimana yang diklaim penganut Kristen. Sebab, kemampuan menghidupkan orang mati , tidak hanya dilakukan Yesus  tetapi juga dilakukan oleh orang lain , bahkan lebih ajaib dari kemampuan Yesus. Dalam Bibel,  ayat I Raja-Raja 17 : 17-24  mengungkapkan kisah Elia  yang dapat menghidupkan orang mati.
Maka didengar Tuhan akan doa Elia itu , lalu kembalilah nyawa kanak-kanak itu ke dalamnya sehingga hiduplah ia pula   ( I Raja-Raja 17 : 22 )
Ternyata Elia  memiliki kemampuan mukjizat menghidupkan orang mati . Lalu mengapa penganut Kristen tidak menetapkan sifat-sifat ilahiah pada Elia dan menjadikannya sebagai Tuhan yang disembah ? Padahal masih ada kelebihan lain dari Elia dibandingkan dengan Yesus . Misalnya, dalam kepercayaan Kristen, Yesus diangkat ke langit setelah mengalami kematian dan dikubur selama tiga hari  tiga malam , sedangkan Elia naik ke langit tanpa mengalami kematian terlebih dahulu  ( baca II Raja-Raja 2 : 1-11 ). Ini berarti, Yesus pernah dikuasai maut , sedangkan Elia tidak pernah dikuasai maut !  Mana di antara keduanya yang lebih diunggulkan , Elia  atauYesus ? Juga ELISA – murid Elia – dapat menghidupkan orang mati sebagaimana diceritakan dalam II Raja-Raja 4 : 17 -36  ( baca pula II Raja-Raja 8 : 1,5 ). Dan lebih hebat lagi,  dalam Bibel , ayat II Raja-Raja 13 : 21  bercerita  bagaimana mayat Elisa dapat menghidupkan orang mati :
….. lalu dicampakkannya orang mati itu ke dalam kubur Elisa , maka baru saja orang mati itu dimasukkan ke dalamnya dan kena mayat Elisa itu , maka hiduplah orang itu pula , lalu bangun berdiri
Mari kita renungkan, manakah yang lebih ajaib dalam “ menghidupkan orang mati “ ini , antara YESUS dengan MAYAT ELISA ? Dalam kewarasan berfikir, Yesus selaku manusia yang hidup dan menghidupkan orang mati tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan BENDA MATI  ( - berupa tulang-tulang mayat Elisa ) yang menghidupkan orang mati. Lalu mengapa penganut Kristen tidak menetapkan saja mayat Elisa ( - yang sudah berupa tulang-tulang - ) itu sebagai yang memiliki sifat-sifat ilahiah dan menjadikannya sebagai Tuhan yang  disembah ? Bukankah mayat Elisa yang menghidupkan orang mati jauh lebih ajaib dari Yesus yang hidup menghidupkan orang mati ?
Tidak adanya kelebihan Yesus dengan mukjizatnya menghidupkan orang mati ini ditunjukkan pula oleh keberadaan dukun VODOO di Haiti  yang masih marak di abad modern ini . Untuk diketahui , dukun-dukun VODOO memiliki kemampuan menghidupkan orang-orang mati dan memanfaatkan tenaga mayat-mayat VODOO ( -mayat-mayat hidup -)  untuk disuruh-suruh. Jika kemukjizatan Yesus menghidupkan orang mati menyebabkan Yesus ditetapkan memiliki sifat-sifat ilahiah dan menjadikannya sebagai Tuhan yang disembah, tentu penganut Kristen perlu memberikan penghormatan kepada dukun-dukun Vodoo ini dengan menetapkan-nya pula sebagai Tuhan yang disembah berdampingan dengan Yesus karena dukun-dukun VODOO ini juga memiliki sifat-sifat ilahiah seperti yang diklaim penganut Kristen terhadap Yesus. Atau apakah Yesus ditetapkan  sebagai  TUHAN dan BERSIFAT ILAHIAH karena Yesus dapat menjadikan burung dari tanah ?  Sesungguhnya  kemukjizatan  Yesus  membuat  burung  dari  tanah, sama sekali tidak menunjukkan keistimewaan yang berlebih-lebihan dari Yesus , apalagi hendak dijadikan dasar penetapan sifat - sifat ilahiah-nya dan menjadikannya sebagai Tuhan yang disembah sebab kemampuan itu TIDAK HANYA DIMILIKI Yesus .
1.    HARUN – saudara Musa membuat tongkat menjadi seekor ular naga. Ini dapat dibaca dalam ayat Keluaran 7 : 10   sebagai berikut  :
…. Maka dicampakkan Harun tongkatnya di hadapan Firaun dan dihadapan segala pegawainya , lalu tongkat itu menjadi seekor ular naga
2.     Tradisi Islam mengungkapkan SAMIRI salah seorang pengikut Musa yang ingkar telah membuat sapi dari emas perhiasan. Al Qur’an menceritakan  :
Dan kaum Musa , setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhi-asan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara  ( Al A’raaf 148 ).
Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara , maka mereka berkata : "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa             ( Thaahaa 87 - 88 )
Berkata Musa: " Apakah yang mendorongmu ( berbuat demikian ) hai Samiri ?   
Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku . ( Thaahaa 95- 96 )
Fakta ayat Bibel dan ayat Al Qur’an yang disajikan telah membatalkan semua klaim penganut Kristen yang menetapkan sifat ilahiah dan menjadikan Yesus sebagai Tuhan yang disembah , sebab ternyata HARUN – saudara Musa – bisa menjadikan ular naga dari tongkat dan Samiri bisa menjadikan  sapi yang hidup dari logam emas . Jika penganut Kristen menetapkan sifat ilahiah dan menjadikan Yesus sebagai Tuhan yang disembah lantaran memiliki mukjizat membuat burung hidup dari tanah  maka penganut Kristen harus menetapkan pula sifat-sifat ilahiah dari Harun dan Samiri serta menjadikan keduanya sebagai Tuhan yang disembah .
Untuk diketahui , cerita mukjizat  tentang Yesus membuat burung dari tanah tidak terdapat dalam Injil-Injil Kanonik ( Injil Matius , Injil Markus , Injil Lukas dan Injil Yahya ) , kecuali dalam kitab Injil Thomas, juga dijumpai dalam Jewish Toidoth Jeshu dan Arabic Infancy Gospel Jesus . Tapi kitab-kitab ini adalah apokrif, kitab yang tidak diakui gereja Kristen dan tentu pula ditolak penganut Kristen.  Juga cerita mukjizat Yesus membuat burung dari tanah ini memang ada dalam Al Qur’an . Dan anehnya dalam berbagai dialog/polemik , pihak Kristen justru selalu menampilkan ayat Al Qur’an yang mengungkapkan kemukjizatan Nabi Isa Al Masih ( Yesus Kristus ) yang membuat burung dari tanah ini , ketika Alkitab/ Bibel sendiri tidak berbicara apa-apa tentang hal itu  [3] ). Apakah penganut Kristen percaya kepada Al Qur’an ? . Bisa “ berbicara pada masa bayi “ mungkin tidak bisa dikategorikan  mukjizat “ jika dipahamkan bahwa “ mukjizat “ adalah kemampuan yang ditampilkan oleh seorang rasul berdasarkan izin dan kehendak Allah sebagai bukti pendukung kebenaran risalah ke-rasulan yang disampaikannya. Tentu Yesus yang diceritakan bisa “ berbicara pada masa bayi “ itu , pada waktu itu belum melaksanakan tugas ke-rasulannya. Oleh karena itu, kisah “ berbicara pada masa bayi “ cukup dianggap sebagai keajaiban yang melingkungi Nabi Isa as. ( Yesus ) . Dan kisah Yesus “ berbicara pada masa bayi “ ini tidak dijumpai dalam Bibel (  Injil-Injil Kanonik ), kecuali dalam Injil-Injil apokrif  . Misalnya dalam Arabic Infancy Gospel Jesus yang justru adalah sumber-sumber yang tidak mau diterima oleh penganut Kristen dan ditolak gereja Kristen . Sekalipun demikian , penganut Kristen tanpa rasa malu sedikitpun menunjuk kisah Yesus “ berbicara pada masa bayi “ ini dari sumber yang justru mereka tidak akui – yaitu Al Qur’an khususnya - untuk menunjukkan sifat ilahiah Yesus dan menjadikan Yesus sebagai Tuhan yang disembah. Kisah-kisah dalam tradisi Islam, mengungkapkan  sejumlah bayi yang bisa berbicara waktu masih bayi, antara lain  :
1.      Kisah  ahli  ibadah Yahudi  bernama JURAID yang dituduh berzina dengan seorang pelacur sehingga hamil dan melahirkan seorang bayi , padahal bayi itu hasil zinahnya dengan seorang penggembala. Si ahli ibadah JURAID ini mendapat pembelaan dari sang bayi yang baru dilahirkan itu, yang memberikan pengakuan bahwa ayahnya adalah seorang penggembala, bukan JURAID.
2.        Kisah bayi Masyithoh yang memberi spirit kepada ibunya ( Masyithoh ) untuk tidak ragu-ragu terjun masuk dalam penggorengan yang berisi minyak mendidih demi mempertahankan akidah tauhidnya di hadapan Firaun yang memaksanya untuk kafir dan melepaskan keimanannya . Sedangkan ayahnya sudah lebih dulu masuk dalam didihan minyak itu .
3.        Kisah bayi yang berbicara memberi kesaksian atas kebenaran Nabi Yusuf as. dalam kasus fitnah melakukan pelecehan seksual terhadap isteri menteri kerajaan Mesir pelecehan seksual yang dituduhkan kepadanya lantaran tidak mau mengikuti keinginan nafsu seksual si isteri menteri kerajaan Mesir tersebut .
Dan masih banyak lagi, dan menurut Geoffrey Parrinder dalam bukunya “ YESUS DALAM QURAN “, dalam tradisi Islam ada sebelas bayi yang bisa berbicara . Dengan fakta yang dikemukakan ini, lalu apa kelebihan Yesus yang berbicara pada waktu masih berada dalam buaian sehingga diklaim memiliki sifat-sifat ilahiah dan dijadikan sebagai Tuhan yang disembah , padahal ada sejumlah bayi yang juga bisa berbicara pada waktu bayinya ? Atau apakah Yesus ditetapkan sebagai TUHAN dan memiliki sifat-sifat Ilahiah karena dapat menyembuhkan penyakit ? Kalau kemampuan Yesus ini dijadikan dasar, betapa banyaknya TUHAN di atas dunia ini karena begitu banyak orang yang mampu menyembuhkan penyakit sehingga berhak pula mendapatkan apresiasi dari penganut Kristen untuk ditetapkan bersifat ilahiah dan dijadikan sebagai TUHAN yang disembah. Atau Yesus dtetapkan memiliki sifat-sifat ilahiah dan dijadikan TUHAN yang disembah itu lantaran Yesus memiliki mukjizat memperbanyak makanan (  Matius 14 :  13-21 ; Markus 6 : 30 -44 ; Lukas 9 : 16 -17 dan Yahya 6  : 1-13 ) ? . Keempat Injil Kanonik ini sama-sama menceritakan mukjizat Yesus memperbanyak makanan yang sedikit untuk 5000 orang . Tetapi hal ini tidak menunjukkan kehebatan mukjizat Yesus sehingga diklaim memiliki sifat-sifat ilahiah dan menjadikannya Tuhan yang disembah, sebab ada orang lain yang justru bisa melakukannya dengan lebih ajaib dari itu .
1.      Ayat I Raja-Raja 17 : 10 – 16 menceritakan Elia dengan mukjizatnya bisa memperbanyak makanan dan tidak habis-habis dimakan bersama seorang janda dan keluarganya selama setahun .
2.      Ayat II Raja-Raja 4 : 41 – 44  menceritakan Elisa dengan mukjizatnya bisa memperbanyak makanan sedikit untuk orang banyak

Nabi Muhammad SAW bisa memperbanyak makanan . Kisah-kisah bagaimana Nabi Muhammad saw memperbanyak makanan ini akan didapatkan dalam sejum-lah hadist dan terjadi berkali-kali Memperbanyak makanan yang dilakukan Elia dan Nabi Muhammad saw ini justru jauh lebih hebat dari yang dilakukan Yesus , karena terjadi dalam waktu yang cukup lama. Mungkin yang sejajar kemampuannya dengan Yesus dalam hal memperbanyak makanan ini yaitu Elisa . Mengapa Elia dan Elisa  tidak dinyatakan memiliki sifat-sifat ilahiah dan dijadikan Tuhan yang disembah oleh penganut Kristen ?
Jadi tidak ada bukti sama sekali berupa dalil-dalil dalam Alkitab yang menunjukkan Yesus memiliki sifat-sifat ilahiah dan ditetapkan sebagai TUHAN YANG DISEMBAH karena orang lain bisa melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Yesus . Penetapan Yesus sebagai TUHAN YANG DISEMBAH dan memiliki sifat-sifat ilahiah hanya didasarkan pada penafsiran dogmatis dari penganut Kristen atas keajaiban-keajaiban yang dilakukan Yesus, tanpa mempertimbangkan bahwa orang lain dapat melakukan keajaiban yang sama bahkan lebih ajaib lagi .
2.      Eja Kalima berkata : ” Namun bagi umat Kristiani , wahyu ini adalah sia-sia jikalau dimaksudkan untuk menegor mereka karena sungguh tidak kena mengena dengan ajaran dan iman Kristiani yang ingin   dikecam . Mereka malahan akan turut mengecam hal yang sama !  ”. Sehubungan dengan pernyataan Eja Kalima perlu ditegaskan di sini, fungsi Al Qur’an adalah memperingatkan antara lain ketidak-benaran iman Kristen. Jika peringatan al Qur’an ini menurut Eja Kalima adalah sia- sia, tentu yang demikian adalah urusannya karena tidak memperhatikan peringatan tersebut. Islam tidak memaksa manusia untuk menerima kebenaran-kebenaran tersebut melainkan hanya SEKEDAR MENYAMPAIKAN . Tidak diterima , ya sudah , toh nanti akan dipertanggung-jawabkan di akhirat. Dan jika diterima, tentu kebaikan dan pahala akan diterimanya. Cuma fakta telah menunjukkan betapa banyak pendeta, penginjil, Pastor, Biarawan , Biarawati  yang justru bertobat keemudian masuk Islam. Mereka tidak percaya dengan TRINITAS, tidak percaya dengan KETUHANAN YESUS, dan melihat semua bentuk kepercayaan yang demikian sebagai duplikasi dan forokopi dari kepercayaan kafir kuno, kemudian dilestarikan dengan sangat baik oleh penganut Kristen. Sebenarnya penolakan terhadap TRINITAS dan KETUHANAN YESUS, bukan pada masa sekarang, melainkan sejak awal tumbuh dan berkembangnya Kekristenan ajaran Paulus. Apakah Eja Kalima tidak tahu jikalau penetapan TRINITAS dan KETUHANAN YESUS dan KETUHANAN ROH KUDUS adalah hasil musyawarah bersama para petinggi gereja yang dimulai sejak Konsil Niceae tahun 325 M ? Pada konsili tersebut YESUS DILANTIK SEBAGAI TUHAN, sedangkan ROH KUDUS tetap dibiarkan melayang-layang tanpa dilantik sebagai TUHAN. Barulah pada konsili berikutnya ROH KUDUS DILANTIK SEBAGAI TUHAN. Dari sejarahnya, terlihat bahwa TRINITAS adalah CIPTAAN MANUSIA, bukan dari ALLAH SWT. Pantas jika Sekte Saksi Yehovah mencaci maki TRINITAS SEBAGAI AJARAN SETAN ! Dan Kaum Unitarian sangat menentangnya . Dan menjadi pertanyaan , apakah yang dikatakan Al Qur’an itu TIDAK KENA MENGENA dengan kepercayaan Kristen sehingga teguran dan peringatan Al Qur’an itu adalah sesuatu yang sia-sia sebagaimana yang dikatakan Eja Kalima ? Pembahasan yang telah disajikan sebelum ini telah membatalkan pernyataan Eja Kalima tersebut .
Sebenarnya pernyataan Eja Kalima  tidak ” menyentuh ” yang ditegaskan ayat Qs. 5 : 75  : Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang rasul …. Dan ibunya seorang yang sangat benar, keduanya memakan makanandan meresponnya dengan pernyataan : ” Namun bagi umat Kristiani , wahyu ini adalah sia-sia jikalau dimaksudkan untuk menegor mereka karena sungguh tidak kena mengena dengan ajaran dan iman Kristiani yang ingin dikecam   . Bagaimana Eja Kalima bisa mengatakan ” tidak kena mengena dengan ajaran dan iman Kristiani yang ingin dikecam ” ?  Perhatikan ayat Qs. 5 : 75  yang menegaskan : Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang rasul …. ” !  Ketika dikatakan Yesus HANYALAH seorang Rasul , berarti Yesus bukan Tuhan , bukan Allah , bukan Anak Allah , bukan Mesias ( Menahem ). Apakah yang demikian ini tidak kena mengena dengan ajaran dan iman Kristiani ? Justru penegasan Qs. 5 : 75  merupakan sekelumit ayat Al Qur’an yang MENGECAM ajaran dan iman Kristen !
3.   Eja Kalima berkata : ” Umat Kristen paling percaya lebih dari siapapun bahwa Maria tidak diperisterikan oleh siapapun dan adalah perawan ketika mengandung Yesus dalam tubuhnya ”. Ini adalah pernyataan yang tidak didasarkan pada YESUS HISTORIS dan juga tidak didasarkan pada ayat-ayat Alkitab / Bibel. Jika membaca Perjanjian Baru secara cermat tanpa ” digoda ” oleh dogma yang sudah membatu di hati dan di kepala , justru sejumlah ayat menunjukkan bahwa Maryam kawin dan mempunyai anak selain Yesus . Mari kita baca ayat  Matius 12 : 46  dan Matius 13 : 55-56   berikut  :     
Sedang Yesus lagi bertutur dengan orang banyak itu, kelihatanlah IBUNYA DAN SAUDARA-SAUDARANYA berdiri di luar hendak bertutur dengan Dia .
Bukankah Ia ini ANAK TUKANG KAYU ? Dan bukankah IBUNYA BERNAMA MARYAM dan SAUDARA-SAUDARANYA : YAKUB  DAN YUSUF DAN SIMON DAN YUDAS ? Dan lagi SAUDARANYA YANG PEREMPUAN itupun bukankah semuanya ada di antara kita di sini ? Dari manakah Ia ini beroleh segala perkara itu ?  [4] )
Dengan  fakta  ayat Bibel yang sangat gamblang ini, lalu  bagaimana  Eja Kalima   bisa   berkata :  ” Umat Kristen paling percaya lebih dari siapapun bahwa Maria tidak diperisterikan oleh siapapun dan adalah perawan ketika mengandung Yesus dalam tubuhnya ” ?. Ketika dikatakan bahwa Yesus mempunyai saudara laki-laki dan perempuan , tidak diragukan lagi, Maryam melahirkan sejumlah anak baik laki-laki dan perempuan . Lalu apakah anak-anak Maryam atau saudara-saudara Yesus lahir dari Maryam tanpa melalui proses pembuahan melalui hubungan seksual dengan seorang laki-laki sebagai suaminya sehingga Eja Kalima berkata : ”  Umat Kristen paling percaya lebih dari siapapun bahwa Maria tidak diperisterikan oleh siapapun.....” ?  Kemudian masalah keperawanan apakah setelah melahirkan banyak anak laki-laki dan perempuan, Maryam masih tetap perawan? Masalah keperawanan Maryam, sesungguhnya menjadi pertentangan antara sekte Kristen Awal . Seperti golongan yang dikenal dengan nama KAUM EBIONIT, sangat menolak jika dikatakan Maryam tetap dikatakan perawan ketika hamil dan melahirkan Yesus. Dan harap diketahui, kaum EBIONIT merupakan kelompok Kristen Awal Yerusalem pimpinan Yakub , saudara Yesus .
4.     Selanjutnya Eja Kalima berkata : ” Yesus bukan hasil karena pembuahan biologis benih manusia melainkan karena kandungan Roh Kudus ( Luk. 1 : 35 ). Tuhan “ BAPA “ tidak mungkin punya isteri dan tidak berhubungan seks dengan siapapun untuk menghasilkan anak siapapun. Itu hanyalah tuduhan nyasar yang justru mengundang pertanyaan, dari mana pengetahuan demikian itu diperoleh dan dimasukkan dalam kesucian keagamaan  ? ”.  Sebenarnya pertanyaan ” ... dari mana pengetahuan demikian itu diperoleh dan dimasukkan dalam kesucian keagamaan  ? ” jangan ditanyakan kepada kaum Muslimin melainkan ditanyakan pada diri Eja Kalima sendiri dan penganut Kristen lainnya. Pertanyaan pertama yaitu apa maksudnya  :    melainkan karena kandungan Roh Kudus  ” tersebut ?. Apakah maksudnya : Maryam hamil karena ” perbuatan ” Roh Kudus ?.  Ini yang harus dijelaskan oleh Eja Kalima. Pertanyaan kedua, apakah ada kaitannya antara ” kelahiran Yesus tanpa ayah biologis ” dengan sebutan ” ANAK ALLAH ” kepada Yesus ? Pertanyaan kedua juga perlu ditanyakan kepada pakar teologi dari kalangan Kristen sendiri.
Untuk pertanyaan pertama , mungkin perlu disimak ayat Lukas 1 : 34 -35 .
Lalu kata Maryam kepada malaikat itu : “ Bagaimanakah perkara itu boleh jadi karena hamba belum mengetahui laki-laki  ?.
Maka jawab malaekat itu serta berkata kepadanya : “ Bahwa ROHU’LKUDUS AKAN TURUN ATASMU  dan kuasa Allah Yang Maha Tinggi akan menaungi engkau. Sebab itu juga Yang Kudus yang akan diperanakkan itu kelak dikatakan ANAK ALLAH .
Maryam bertanya dalam logika yang sangat wajar , bagaimana ia bisa punya anak padahal seorang perempuan agar punya anak  harus “ didatangi laki-laki “ atas dirinya padahal ia belum pernah melakukan demikian . Tetapi malaikat itu menjawab bahwa ROHU’LKUDUS AKAN TURUN ATAS MARYAM  . Perhatikan ! Rohu’lkudus turun atas Maryam lalu Maryam jadi hamil ! Apa yang dipahami dengan pernyataan ini bila dikaitkan dengan proses wajar supaya perempuan bisa hamil ? Kita serahkan Eja Kalima untuk  menyimaknya  dalam  satu  bandingan yaitu si Jaka ” turun ” atas si Cantik yang menyebabkan si Cantik menjadi hamil. Dan ternyata karena proses demikianlah sehingga anak yang dikandung Maryam itu disebut ANAK ALLAH , bukan dari proses lain atau bukan menurut  teori dogma Trinitas !
Untuk pertanyaan kedua, ada hubungan antara  sebutan  “ ANAK ALLAH “ kepada Yesus dengan kelahiran Yesus tanpa ayah biologis ini. Dan hal ini  tidaklah muncul saat sekarang saja melainkan telah muncul pada periode awal kelahiran Islam ketika pihak Kristen merespon pernyataan dan ajaran Islam yang menyinggung kepercayaan yang tidak benar tentang “ ANAK ALLAH “. Sebagaimana yang sudah diuraikan dalam tulisan lain dalam seri kajian ini, rombongan Kristen Najran yang dipimpin seorang uskup bernama ABD ALMASIH sengaja mendatangi Nabi Muhammad SAW di Madinah Al Munawwarah Mereka terlibat dialog dengan Nabi Muhammad SAW tentang Nabi Isa Al Masih . Ketika Nabi Muhammad SAW menolak klaim Nabi Isa Al Masih as sebagai “ ANAK ALLAH “, mereka bertanya jika Yesus bukan Anak Allah , lalu siapa bapaknya ? Dialog kemudian berakhir dengan kesepakatan mengadakan MUBAHALAH, yang kemudian dihindari oleh rombongan Kristen Najran.  Pertanyaan Kristen Najran kepada Nabi Muhammad saw  memberi gambaran adanya hubungan pengertian antara sebutan ” ANAK ALLAH ” yang dinisbatkan kepada Yesus dengan ” kelahiran Yesus tanpa ayah biologis ”. Beberapa teolog Kristen sendiri memberi pernyataan yang mengesankan hubungan  BAPA – ANAK  dan konteks sebutan “ ANAK ALLAH “ dengan “ KELAHIRAN YESUS YANG TANPA AYAH BIOLOGIS  “. Dr.J.Verkuyl , menjelaskan SEBUTAN  ANAK ALLAH ini sebagai berikut  [5]  ) :
Nyatalah bahwa Ia adalah ANAK ALLAH YANG SESUNGGUHNYA , bukan ANAK ALLAH dalam arti kiasan atau hanya digelar demikian saja  “.
Pendapat Dr.J.Verkuyl ini sangat jelas, tidak kabur dan tidak bermakna jungkir balik bahwa “ ANAK ALLAH “ yang dikenakan kepada Yesus Kristus itu benar-benar dalam pengertian yang sesungguhnya , bukan dalam arti kiasan atau hanya sekedar gelar atau sapaan saja . Ini berarti , Yesus itu DILAHIRKAN OLEH ALLAH (BAPA), sekalipun dalam cara yang tidak dapat dibayangkan. Ternyata pendapat  Dr.J.Verkuyl  sejalan pula dengan pendapat pakar/
 teolog lainnya yaitu  Dr. D.Bakker yang menegaskan  [6] ) :
ANAK ALLAH disebut ANAK karena DIPERANAKKAN oleh ALLAH BAPA dari kekal sampai kekal .
……. TUHAN Allah itu Roh adanya dan Maha Kuasa. Ia telah menjadikan manusia  dan  binatang  dapat  beranak.  Jadi, ALLAH TENTU BERKUASA BERPUTERA, tetapi CARANYA BERLAINAN DENGAN CARA MANUSIA  .
Allah tentu berkuasa berputera , demikian menurut Dr. D.Bakker. Cuma caranya berbeda dengan  manusia dan binatang. Lalu bagaimana cara Allah itu berputera, tentu menjadi masalah tersendiri bagi penganut Kristen. Tapi  masalah  cara Allah berputera , pasti tidak sama dengan cara manusia dan cara binatang. Begitu pula yang disimpulkan dari pernyataan Dr. R. Soedarmo  berikut [7] ) :
Sudah barang tentu Allah Bapa tidak menghendaki Anak-Nya dikandung oleh seorang  manusia yang kotor dan najis. Bagi Anak-Nya yang maha suci, oleh Allah Bapa tentu disediakan tempat yang suci juga .
Pernyataan Dr. Soedarmo mengarahkan kepada pengertian bahwa ada “ proses suami–isteri “ antara Allah Bapa dan Maryam. Cuma caranya seperti yang dikatakan Dr. B. Bakker , bukan dengan cara manusia atau cara binatang. Mungkin para pakar dan teolog Kristen ini mendasarkan pada proses kehamilan Maryam yang diceritakan Injil Lukas 1 : 34 -35  yang telah dikemukakan . Pernyataan-pernyataan para pakar Kristen tersebut hanya memberi pengertian bahwa memang BAPA mempunyai ANAK yang dilahirkan oleh Maryam . Oleh karena itulah Yesus disebut “ ANAK ALLAH “.  Tidak diragukan lagi, alas pikiran dari semua pernyataan tersebut adalah relasi antara “ KELAHIRAN YESUS TANPA AYAH BIOLOGIS “ dengan Yesus sebagai “ ANAK ALLAH “ , sebagaimana yang diklaim penganut Kristen , bukan pada teori-teori dogma Kristen tentang hubungan BAPA - ANAK – ROH KUDUS yang dibaca dalam tulisan dan buku Kristen yang menerangkan kedudukan ANAK dalam TRINITAS. Seharusnya Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya jujur saja bahwa Yesus disebut “ ANAK ALLAH “ karena Yesus TIDAK PUNYA AYAH BIOLOGIS. Jadi, sesungguhnya dari pernyataan-pernyataan pihak Kristen sendirilah yang  memberi  gambaran  relasi  “ SUAMI - ISTERI  “ antara Allah ( menurut istilah Kriten :
BAPA ) dengan Maryam  sehingga melahirkan Yesus TANPA AYAH BIOLOGIS . Jelas Allah SWT  ( atau BAPA menurut istilah Kristen ) TIDAK MUNGKIN PUNYA ISTERI , tetapi Alkitab/Bibel dan dogma Kristen telah mengarahkan kepada pengertian bahwa ALLAH PUNYA ISTERI dan karenanya ALLAH PUNYA ANAK .

APOLOGI  3  :   ALLAH  BERINKARNASI MENJADI MANUSIA

Eja Kalima memberi pernyataan berikut :
Islam menolak bahwa Allah dan manusia bisa saling berinkarnasi . Benar ! Memang tak mungkin manusia “ berinkarnasi “ menjadi Allah . Tetapi teman Muslim sering lupa bahwa sebenarnya tidak ada masalah apapun bilamana ALLAH SENDIRI YANG INGIN BERINKARNASI MENJADI MANUSIA . Jangankan Allah , Iblis pun pun bisa berinkarnasi    ( dalam unjud lain ) ke dalam diri manusia lalu terjadilah apa yang diistilahkan sebagai        “ KERASUKAN SETAN “ . Kita harus mengakui bahwa sesungguhnya tidak ada istilah lain yang lebih tepat daripada “ ANAK “ untuk meng-komunikasikan konsep inkarnasi FIRMAN ALLAH yang berhakekat sama dengan Allah ( lihat Yoh . 1 : 1 )  menjadi ANAK MANUSIA . Kenapa?  Karena disini tersangkut suatu “ KELAHIRAN SPIRITUAL “ yaitu “ INKARNASI ( penjelmaan ) KALIMAT ALLAH “ menjadi ANAK MANUSIA  YESUS dalam dwikodrat : ALLAH-MANUSIA .
Percakapan Yesus dengan Nikodemus ( Yohanes ps. 3 ) memberi penerangan ilahi bahwa kita-kita ini baru bisa masuk dalam Kerajaan Allah bersama Sang Anak  yang dilahirkan spiritual dalam Roh Kudus “ apabila posisi kita pun telah diubahkan oleh Roh Kudus sebagai ANAK ALLAH YANG DILAHIRKAN KEMBALI    ( ayat 3 ).

TANGGAPAN  :

Eja Kalima berbicara tentang INKARNASI. Islam memang menolak semua bentuk inkarnasi. Biasanya yang dipahami dengan konsep INKARNASI itu adalah inkarnasi Tuhan menjadi manusia dan tidak ada sedikitpun pemahaman tentang terjadinya inkarnasi manusia menjadi Tuhan .  Oleh karena itu sangat mengherankan pernyataan Eja Kalima : “ Islam menolak bahwa Allah dan manusia bisa saling berinkarnasi . Benar ! Memang tak mungkin manusia “ berinkarnasi “ menjadi Allah “. Baru sekarang didengar ada kepercayaan tentang inkarnasi manusia menjadi Tuhan . Islam menolak adanya INKARNASI Tuhan menjadi manusia , apalagi yang namanya inkarnasi manusia menjadi Tuhan Hanya menjadi pertanyaan , apakah yang dimaksud dengan INKARNASI tersebut ?  Jawaban dari pertanyaan ini dapat disimak dari pernyataan apologi Eja Kalima di atas, yang ternyata telah memberikan pengertian INKARNASI yang amburadul .
Pertama-tama Eja Kalima menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan INKARNASI adalah : KERASUKAN. Ini sesuai dengan pernyataan Eja Kalima : “ Iblis pun pun bisa berinkarnasi  ( dalam unjud lain ) ke dalam diri manusia lalu terjadilah apa yang diistilahkan sebagai  KERASUKAN SETAN “. Ini sangat menarik dan diharap Eja Kalima tetap konsisten dengan pernyataannya ini bahwa yang dimaksud dengan INKARNASI adalah KERASUKAN. Berdasarkan apa yang dapat dipahami dari ungkapan “ KERASUKAN SETAN “, rupanya INKARNASI FIRMAN  menjadi manusia Yesus , tidak lain adalah “ YESUS MENGALAMI KERASUKAN FIRMAN “. Ini berarti dalam batas hanya “ MENGALAMI KERASUKAN FIRMAN “, tidak terjadi penjelmaan Firman menjadi manusia Yesus . Tidak akan ada pengertian SEHAKEKAT  atau SATU KODRAT  antara Firman dengan Yesus karena memang hanya sebatas KERASUKAN. Manusia yang kerasukan setan tentu tidak bisa dikatakan sehakekat dengan setan atau tidak akan satu kodrat dengan setan. 
Tetapi ternyata kemudian pada bagian kalimat apologi berikutnya , Eja Kalima  ini memberi pernyataan tentang pengertian INKARNASI yaitu :  …. konsep inkarnasi FIRMAN ALLAH yang berhakekat sama dengan Allah ( lihat Yoh . 1 : 1 )  menjadi ANAK MANUSIA . Kenapa?  Karena disini tersangkut suatu “ KELAHIRAN SPIRITUAL “ yaitu “ INKARNASI ( penjelmaan ) KALIMAT ALLAH “ menjadi ANAK MANUSIA YESUS DALAM dwikodrat : ALLAH-MANUSIA  “.  Menghubungkan “ dua definisi “ INKARNASI yang disajikan Eja Kalima  akan berujung kepada pertanyaan, apakah “ INKARNASI  ( penjelmaan ) KALIMAT ALLAH “ menjadi ANAK MANUSIA YESUS DALAM dwikodrat : ALLAH-MANUSIA “ yang dikatakan Eja Kalima sama dengan “KERASUKAN FIRMAN DALAM DIRI YESUS“ ?  Jelaslah dengan adanya dua “ definisi “ tentang INKARNASI yang disajikan Eja Kalima tersebut menunjukkan betapa amburadulnya penjelasan penganut Kristen tentang INKARNASI , yang akhirnya bermuara pada kesimpulan bahwa konsep tentang INKARNASI di mana FIRMAN menjadi manusia Yesus adalah TIDAK BENAR .
Terlepas dari kebingungan penjelasan dan definisi INKARNASI yang disajikan Eja Kalima , biasanya dijelaskan oleh penganut Kristen lainnya bahwa yang dimaksud dengan INKARNASI adalah penjelmaan FIRMAN menjadi daging . Ini didasarkan pada ayat  Yahya 1 : 14
Firman itu telah menjadi manusia serta tinggal di antara kita ( dan kami sudah memandang  kemuliaannya  yaitu  kemuliaan  Anak  yang  tunggal  yang dari pada Bapa ) penuh dengan anugerah  dan kebenaran
Jadi , dagingnya manusia Yesus itu tidak lain adalah wujud fisik hasil inkarnasi dari Firman.  Nah jika demikian timbul pertanyaan  :
1.        Ketika Yesus mati ( - menurut Alkitab / Bibel, Yesus  mati  tiga  hari  tiga malam -) apakah FIRMAN
ikut mati ? Pertanyaan ini bukanlah tanpa dasar. Sebuah kematian tidak lain adalah kematian fisik manusia . Daging dan segala macam unsur sel dalam tubuh manusia itu mati , kecuali roh-nya yang meninggalkan diri manusia tersebut . Oleh karena “ daging “ –nya Yesus adalah wujud inkarnasi dari FIRMAN , berarti jika daging manusia Yesus mengalami kematian berarti FIRMAN ikut mati . Kalau tidak ikut mati berarti daging fisik Yesus bukanlah hasil inkarnasi dari Firman .
2.      Ketika Yesus diangkat ke langit dan duduk di sebelah kanan Allah , apakah dalam keadaan fisik manusia atau kembali sebagai bentuk FIRMAN sesuai dengan konsep INKARNASI yaitu daging manusia Yesus adalah penjelmaan dari FIRMAN ? 
Hal-hal seperti ini perlu direnungkan oleh Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya.  Untuk diketahui, Islam sangat menolak konsep INKARNASI . Memang INKARNASI itu merupakan bentuk kepercayaan agama pagan penyembah dewa-dewa. Sebagai contoh tentang kelahiran Kresna sebagai INKARNASI dari DEWA WISNU mirip dengan kelahiran YESUS sebagai INKARNASI dari FIRMAN. Keduanya sama-sama dikisahkan lahir dari seorang perawan tanpa adanya partisipasi manusia. Hal ini tidak aneh. Agama Kristen dan Agama Hindu menunjukkan kesamaan dalam konsep Tuhan TRINITAS. Penganut Kristen pasti menolak jika konsep TRINITAS pada agama Kristen disamakan dengan konsep TRINITAS agama Hindu dengan menunjukkan perbedaan antara TRINITAS Kristen ( - yang konsepnya masih berjumplitan antara satu sekte Kristen dengan sekte Kristen lain - ) dengan TRIMURTI Hindu . Untuk melihat kesamaan ini , jangan dibatasi pada keberadaan agama Hindu dengan konsep TRIMURTI yang dapat disaksikan sekarang ini . Apa yang kita saksikan pada agama Hindu dengan TRIMURTI- nya sekarang, yang demikian itu adalah hasil dari proses perubahan terhadap bentuk TRINITAS sebelumnya sehingga bisa saja kita melihat perbedaan dalam detailnya bila dibandingkan dengan TRINITAS Kristen. Sebelum sampai pada HINDUISME sekarang, sebelumnya rantai kepercayaan Hindu dimulai dengan : AGAMA WEDA – AGAMA BRAHMA – AGAMA UPANISHAD – AGAMA SRI KRISHNA ( AGAMA BAGHAWAD ) dan berujung kepada AGAMA HINDU yang kita saksikan sekarang dengan seluruh kepercayaannya termasuk TRIMURTI . Kita tidak akan membicarakan rantai agama Hindu keseluruhan karena bukan fokus bahasan untuk disajikan kepada Si Kristen Penyaji Apologi . Hanya akan disinggung ” Agama SRI KRISHNA ( AGAMA BAGHAWAD ) ” dalam rangka menunjukkan kesamaan TRINITAS Kristen dengan dasar TRINITAS HINDU. Agama SRI KRISHNA ( AGAMA BAGHAWAD ) bergerak di luar Brahmanisme dan bersifat monotheis . Menurut Prof. Richard Garbae  dalam bukunya ” Philosophy of Ancient India ”, ada lima tahapan perkembangan dari AGAMA SRI KRISHNA (AGAMA BAGHAWAD ) , yaitu [8] ) :
a.  Tahap pertama, bersifat monotheis dengan ajaran yang menekankan kepada ketulusan dan melaksanakan tugas kewajiban tanpa pamrih lahiriyah. Pada tahap ini , KRISHNA dianggap sebagai NABI yang memperoleh ilham dari Tuhan untuk mengajarkan agama yang benar.
b.     Tahap kedua , KRISHNA dijadikan TUHAN pasca kematiannya oleh para pengikutnya yang bodoh dan terlampau fanatik .
c.   Tahap Ketiga, berlangsung Brahmanisasi atas Agama SRI KRISHNA (AGAMA BAGHAWAD ) . Agama yang tadinya berkeimanan monotheis berkombinasi dengan ajaran Weda tentang WISHNU NARAYANA, yang berperan dalam menciptakan  TUHAN AJARAN WEDA dan KRISHNA  dijadikan Tuhan dan dikenal sebagai WISHNU NARAYANA sebagai INKARNASI dari Dewa Wishnu 
d.     Tahap   keempat,  terbentuk   DOKTRIN   TRINITAS   yang   merupakan   kesatuan  dari  BRAHMA
- WISHNU – SHIWA sebagai penghargaan terhadap TUHAN WISHNU. Dan ditetapkan penjelmaan  WISHNU dalam diri manusia terwujud sebagai KRISHNA dan RAMA .  Kitab BAGHAWAD GITA muncul pada tahap keempat ini .
e.     Tahap kelima, terbangunnya ajaran WEDA oleh  RAMANUJA, tokoh modifikasi Monoisme .  Kitab Weda mengalami perubahan dan interpolasi yang sangat besar sebelum memperoleh bentuknya sekarang ini dan menyatu dalam epos Hindu : MAHABHARATA .

Perkembangan AGAMA SRI KRISHNA (AGAMA BAGHAWAD ) sebagai agama monotheis menjadi politheistik ini  identik  dengan perkembangan ajaran Yesus Kristus.
Pada mulanya, Yesus membawa ajaran monotheis mutlak. Tidak ada satupun dalam Perjanjian Baru yang mengungkap adanya klaim Yesus bahwa dirinya adalah TUHAN yang disembah. Tetapi pada proses perkembangan selanjutnya , Yesus dijadikan TUHAN oleh mereka yang mengaku diri sebagai “ PENGIKUT YESUS KRISTUS “. Dan pelantikan Yesus sebagai Tuhan benar-benar dilakukan dalam KONSILI NICEAE pada tahun 325.  Ini menunjukkan dimulainya proses HELLENISASI atas ajaran Yesus Kristus dan kemudian Yesus dinyatakan sebagai INKARNASI DARI FIRMAN. Akhirnya kitab suci agama Kristen mengalami perubahan dan interpolasi yang luar biasa . Ada kesamaan yang luar biasa antara dogma Kristen sekarang dengan ajaran Hindu sekalipun banyak penganut Kristen yang menolaknya tanpa melihat basis awal dari agama Hindu itu sendiri. Kisah Yesus sepertinya menjadi duplikasi kisah Kresna. Diceritakan dalam tradisi Hindu, Kresna adalah inkarnasi dari DEWA WISHNU yang lahir dari perawan bernama DEVANAKI, yang hamil oleh DEWA BRAHMA. Ini persis sama dengan dogma Kristen , Yesus adalah inkarnasi dari FIRMAN, yang lahir dari perawan MARYAM , yang hamil oleh BAPA melalui ROH KUDUS. Juga dalam tradisi Hindu, KRESNA datang dan menjadi korban untuk penebus manusia. Ini persis dengan dogma Kristen , Yesus datang ke dunia untuk menebus dosa manusia. Dan ternyata dalam tradisi Hindu dipercaya TUHAN TRITUNGGAL, dan dogma Kristen juga mengenal TUHAN TRINITAS. Oleh karena itu, sangatlah benar tulisan Malvier , seorang pakar Bibel dalam tulisannya yang diterbitkan di Paris tahun 1895 dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab tahun 1912 dengan judul Nakhlat Syafwat ” yang menegaskan kesamaan dasar ajaran Trinitas dengan ajaran Hindu Kuno. Marvier menulis [9] ):
Dalam kitab-kitab agama Hindu Kuno yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris mengenai sekitar akidah Hindu Kuno, disebutkan sebagai berikut :
Kami percaya pada SAFESTRAI yakni Matahari, Tuhan bagi semuanya, yang menciptakan langit dan bumi. Putra satu-satunya AGNY yakni Api adalah cahaya yang luar biasa , yang menyamai Sang Bapa dalam substansinya. Kami juga percaya kepada FAYO yakni RUH YANG KELUAR dari Sang Bapa dan Sang Putera dan yang bersama keduanya, DIA disembah serta dimuliakan .
Ketiga Oknum yang langgeng tersebut , yakni SAFESTRAI , Sang Bapa langit , AGNY , Sang Putera yang merupakan api yang keluar dari matahari dan FAYO yang merupakan tiupan udara atau RUH , adalah dasar aliran-aliran bagi bangsa Arya , yaitu Hindu Kuno .
Menutup bahasan point ini , perlu dikonfirmasi yaitu apa yang dimaksud dengan : Sang Anak     yang dilahirkan spiritual dalam Roh Kudus dalam pernyataannya tersebut ? Inti pertanyaannya berfokus pada yang dilahirkan ............. dalam Roh Kudus bukan yang dilahirkan spiritual .........

APOLOGI  4   :   ALLAH MEMPUNYAI ANAK BUKAN DALAM MAKNA BIOLOGIS

Eja Kalima  memberi pernyataan berikut :

Dalam Quran , puncak komunikasi antara Allah dan umatNya adalah tetap dengan menampilkan seorang manusia Muhammad yang tetap berfungsi-utama sebagai nabi untuk memberitakan Firman Tuhan . Namun dalam Alkitab , pada puncak komunikasiNya , Nabi yang diutus adalah SANG FIRMAN ( SANG KALIMAT ) yang senantiasa berwahyu bukan seperti nabi lainnya yang ada kalanya menerima wahyu dan ada saat lainnya tidak meyampaikan wahyu . Lebih dari itu SANG FIRMAN kini harus bertindak dalam rancangan penyelamatan manusia yang final , bukan hanya sebagi PEMBERITA FIRMAN !
Ilustrasi Tiongkok tepat menggambarkan beda antara guru-guru biasa ( yang memberita ) dibandingkan dengan SANG GURU ( yang menyelamatkan ) :
Ketika seorang muridnya jatuh ke dalam sebuah sumur yang dalam , seorang guru biasa berseru-seru ke bawah dari pinggiran sumur , meng-ajarkan apa-apa yang harus diperbuat oleh si murid agar dapat keluar dari sumur tersebut dengan selamat . Ia hanya dapat berbuat terbatas  begitu . Tetapi seorang Sang Guru bukan hanya berseru-seru dari atas sumur melainkan ia menerjunkan dirinya sendiri ke bawah demi menolong dan mengangkat muridnya keluar dari sumur tersebut , yang tidak kuasa dilakukan oleh murid itu sendiri .
Itulah yang terjadi dengan SANG NABI PALING AKHIR , SANG KALIMAT. Anak Allah sendiri yang bernama YESUS  seperti yang dikatakan dalam Kitab Ibrani :
Setelah pada jaman dahulu , Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan PERANTARAAN NABI-NABI maka  pada zaman akhir ini IA TELAH BERBICARA KEPADA KITA DENGAN PERANTARAAN ANAKNYA  ……. Oleh Dia , Allah tetap menjadi-kan alam semesta . Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan FirmanNya …     ( Ibr. 1 : 1-3 )

TANGGAPAN  :

Eja Kalima mencoba menunjukkan kepintarannya tentang Islam dengan   berkata :  Dalam Quran , puncak komunikasi antara Allah dan umatNya adalah tetap dengan menampilkan seorang manusia Muhammad yang tetap berfungsi-utama sebagai nabi untuk memberitakan Firman Tuhan “. Kalau tidak tahu tentang Islam lebih baik diam dari pada menyajikan pernyataan yang ngawur tentang Islam .
Komunikasi Allah dengan ummat-Nya selalu berlangsung dengan diutusnya para Nabi/Rasul Allah dan diakhiri dengan diutusnya Nabi Muhammad saw selaku NABI TERAKHIR atau NABI PENUTUP dalam fungsinya sebagai NABI AKHIR ZAMAN . Perlu diketahui Eja Kalima, bahwa komunikasi Allah dengan ummat-Nya tidak berhenti dengan kehadiran Nabi Muhammad SAW, sebab  KITAB SUCI AL QUR’AN menjadi sarana komunikasi bagi ummat-Nya terhadap Allah  Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini tidak ada istilah “ PUNCAK KOMUNIKASI “ melainkan KOMUNIKASI YANG TERUS BERLANGSUNG  manusia dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang dengan sarana Al Qur’an dan Hadist.  Fungsi utama seorang Nabi/Rasul Allah adalah menyampaikan wahyu Allah yang diterimanya kepada ummat manusia/ kaumnya. Dan itu pula yang dilakukan Yesus ( Nabi Isa Al Masih as ). Oleh karena itu , sangatlah mengherankan pernyataan Eja Kalima : “ Namun dalam Alkitab, pada puncak komunikasiNya , Nabi yang diutus adalah SANG FIRMAN ( SANG KALIMAT ) yang senantiasa berwahyu bukan seperti nabi lainnya yang ada kalanya menerima wahyu dan ada saat lainnya tidak menyampaikan wahyu  “.  Bagaimana bisa dikatakan  SANG FIRMAN     ( SANG KALIMAT ) yang senantiasa berwahyu bukan seperti nabi lainnya   padahal Yesus yang dikatakan sebagai “ SANG FIRMAN “ sudah mati – yang menurut kepercayaan Kristen : dikuburkan tiga hari tiga malam lalu bangkit kembali - dan sekarang tengah duduk-duduk santai di samping BAPA di “ langit “ dan tidak memiliki aktivitas lagi ?  Dan  bagaimana Eja Kalima bisa berkata : “ SANG FIRMAN ( SANG KALIMAT ) yang senantiasa berwahyu bukan seperti nabi lainnya “ padahal sebelum “ pergi “-nya , Yesus mengakui bahwa masih banyak yang harus disampaikannya ?  Perhatikan ayat Alkitab/Bibel berikut :
Banyak lagi perkara yang aku hendak kepadamu tetapi sekarang ini tiada dapat kamu menanggung dia  ( Yahya 16 : 12 )

Masih banyak perkara yang belum disampaikan Yesus kepada muridnya. Itulah inti  dari  ayat  Yahya      6 : 12  yang dikutipkan di atas . Dengan fakta ayat Alkitab/Bibel ini , lalu bagaimana Eja Kalima  bisa berkata “ SANG FIRMAN ( SANG KALIMAT ) yang senantiasa berwahyu “ ?  Nyatalah pernyataan Eja Kalima lebih didasarkan pada dogma Kristen yang dianutnya daripada didasarkan pada ayat-ayat Bibel yang seharusnya menjadi dasar dari pernyataan tersebut . Dan juga fakta ayat ini telah membatalkan pernyataan Eja Kalima yang hendak mengedepankan betapa ” hebatnya ” TUHAN ALKITAB ketika berwahyu kepada ummat-Nya ketika di sisi lain justru Yesus masih meninggalkan begitu banyak perkara dan belum disampaikannya. Konsekwensi logis dengan masih banyaknya perkara yang belum disampaikan oleh Yesus, dibutuhkan seorang Nabi/Rasul Allah berikutnya yang akan melanjutkan misi ajaran Yesus tersebut. Lalu bagaimana Si Kristen Penyaji Apologi bisa berkata : ” Itulah yang terjadi dengan SANG NABI PALING AKHIR , SANG KALIMAT . Anak Allah sendiri yang bernama YESUS  ” ?. Dan berkaitan dengan ayat Ibrani 1 : 1-3  yang dirujuk Si Kristen Penyaji Apologi sebagai dalil tentang Yesus sebagai SANG NABI PALING AKHIR , berikut dikutipkan lengkap ayat Ibrani      1 : 1-3 tersebut berdasarkan Alkitab LAI 1968 sebagai berikut :
Setelah sudah Allah berfirman pada zaman dahulu kala kepada segala nenek mpyang kirta dengan lidah nabi-nabi beberapa kali dan atas berbagai peri, maka berfirmanlah Ia pula pada akhirnya kepada kita di dalam Anaknya, yang ditetapkannya menjadi waris segala sesuatu . Olehnya juga dijadikannya sekalian alam .
Maka Ia-lah menjadi cahaya kemuliaan Allah dan zat Allah yang kelihatan serta Ia menanggung segala sesuatu dengan firman kuasanya; dan setelah Ia membuat persucian segala dosa maka duduklah Ia disebelah kanan yang Maha Besar di dalam ketinggian .
Mari kita bandingkan dengan kutipan ayat Ibrani 1 : 1-3 yang dikutipkan Eja Kalima. Rupanya kutipan ayat Ibrani 1 : 1-3 yang ditampilkan Eja Kalima, paling tidak berdasarkan Alkitab LAI 1976 sd. 2000.
Pertanyaan pokok dan sangat penting, adakah dalam ayat Ibrani 1 : 1-3 itu , baik versi Alkitab LAI 1968 ataupun versi Alkitab LAI 1976 sd. 2000 yang menegaskan bahwa Yesus adalah SANG NABI PALING AKHIR, SANG KALIMAT. Anak Allah sendiri sebagaimana yang dikatakan Eja Kalima ? Tidak ada satu petilan kalimat pun dalam ayat itu yang mengarahkan pengertian seperti itu. Jadi mengatakan Yesus adalah SANG NABI PALING AKHIR , SANG KALIMAT dengan merujuk pada ayat Ibrani 1 : 1-3 , tidak lain adalah produk penafsiran dogmatis Kekristenan semata-mata , bukan berdasarkan ayat-ayat Alkitab /Bibel itu sendiri. Jelas sekali, ini menjadi fakta betapa dogma Kekristenan yang dianut menentukan makna sebuah ayat , dan bukannya ayat melahirkan dogma Kekristenan .
Selanjutnya ada yang menarik dari ayat Ibrani 1 : 1-3  yang dirujuk Eja Kalima yaitu menurut versi Alkitab LAI 1968 dikatakan, YESUS  MENJADI .... ZAT ALLAH  , sedangkan menurut versi kutipan Si Eja Kalima  ( versi Alkitab LAI 1976 -2000 ) dikatakan : ” GAMBAR WUJUD ALLAH ”. Tentu ” GAMBAR WUJUD ALLAH ” bukanlah ” ZAT ALLAH  ”.  Mana yang benar ?  Ini menjadi bukti pula betapa ayat-ayat Alkitab/Bibel itu bisa berubah-ubah sesuai dengan tahun terbitnya .
Mari kita tinggalkan perbedaan kedua versi ayat Ibrani 1 : 1-3 ini dan membahas masalah ”ZAT ALLAH” atau ” GAMBAR WUJUD ALLAH ” yang disebutkannya. Jika dikatakan : YESUS ADALAH ZAT ALLAH , berarti ketika kaum Yahudi yang dibantu pasukan Romawi menyalib dan membunuh Yesus maka sesungguhnya yang disalib dan dibunuh itu adalah ZAT ALLAH . Jadi ZAT ALLAH itu bisa mengalami kematian selama tiga hari tiga malam . Apakah mungkin ZAT ALLAH mengalami kematian ? Jika tidak mungkin ZAT ALLAH mengalami kematian melalui Yesus lalu mengapa dalam ayat Ibrani 1 : 1-3 yang ditunjuk Eja Kalima, dikatakan Yesus itu ZAT ALLAH ?  Begitu pula dikatakan , Yesus adalah  ” GAMBAR WUJUD ALLAH ”  lalu apakah memang  ALLAH  ITU MEMILIKI WAJAH SEPERTI YESUS ?
Hal-hal seperti ini membutuhkan penjelasan dari penganut Kristen , khususnya dari Eja Kalima yang telah menyajikan pernyataan-pernyataan dogmatisnya . Eja Kalima menampilkan cerita yang katanya cerita kuno Cina  tentang seorang Guru yang membantu seorang muridnya yang jatuh dalam sumur . Guru itu tidak hanya skedar memberi instruksi kepada murid itu tetapi ikut terjun masuk ke dalam sumur untuk menolong muridnya . Maksud Eja Kalima , begitu pulalah dengan TUHAN ALKITAB , tidak sekadar memberi ” pengajaran ” kepada murid tersebut tetapi ikut terjun masuk di mana murid itu jatuh. Rupanya Eja Kalima tidak sadar atas kelemahan memperbandingkan tindakan TUHAN ALKITAB dengan ” cerita kuno Cina ” tersebut . Murid terjatuh dalam sumur, artinya manusia terjatuh dalam dosa . Pertanyaannya, apakah murid itu sengaja menjatuhkan diri ke dalam sumur itu ataukah terjatuh tidak sengaja ?  Kalau sengaja menjatuhkan diri berarti murid itu sadar dengan akibat kejatuhan itu . Apakah Adam terjatuh dalam dosa karena sengaja dengan kesadaran sendiri ataukah tidak sengaja karena ditipu oleh Iblis ? Cerita Alkitab/Bibel , Adam jatuh dalam dosa di luar keinginannya karena ditipu Iblis melalui isterinya HAWA . Ini berarti cerita kuno Cina itu tidak cocok sebagai perbandingan . Kemudian , jatuh dalam sumur berarti jatuh dalam dosa atau tegasnya berbuat dosa . Dan menurut cerita kuno Cina , Guru itu ikut terjun masuk ke dalam sumur . Ini berarti , BAPA IKUT BERBUAT DOSA !  Ini sangat tidak wajar. Apalagi menjadikan cerita kuno Cina untuk membuktikan kebenaran dogma Kristen patut dipertanyakan. Dan perlu diketahui , Guru itu masuk ke dalam sumur, bukan kata-katanya , bukan Roh-nya , bukan semangatnya melainkan diri Guru itu sendiri secara utuh jasmani rohani. Nyatanya dalam dogma Kristen, tokoh yang ” TERJUN MASUK KE DALAM DOSA ” tidak lain cuma FIRMAN YANG BERINKARNASI MENJADI MANUSIA YESUS. Sedangkan BAPA dan ROH KUDUS tidak ikut terjun ke dalam dosa. Ini sangat tidak cocok ! Dengan kata lain , cerita kuno Cina yang dijadikan bandingan itu TIDAK SESUAI dengan cerita dogma Kristen tentang penebusan dosa manusia oleh Yesus !

APOLOGI  5   :  KEBUTUHAN TERAKHIR : KESELAMATAN

Eja Kalima memberi pernyataan  :
Ya, yang kita butuhkan terakhir adalah keselamatan bukan sekedar pengajaran dari seorang duta atau utusan atau nabi biasa. Dan ini persis ternubuat oleh Yesaya  700 tahun sebelumnya untuk mengokohkan peran final dari seorang Juruselamat dan Penebus !  Cobalah renungkan , apakah nubuat besar ini dapat dikarang-karang manusia purba dan menjadi ayat palsu ?
Maka Ia ( Tuhan ) menjadi Juruselamat mereka ……….. Bukan seorang duta atau utusan melainkan Ia sendiri-lah yang menyelamatkan mereka .
Dia-lah yang menebus mereka ; dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya ….. Ya TUHAN , Engkau sendiri BAPA kami; namaMU ialah “  PENEBUS KAMI “ sejak dahulu kala ( Yes. 63 : 9 ; 16 ).
Ya, kali ini yang dilakukan oleh Sang Anak adalah penyelamatan final, satu kali untuk selamanya ( once and for all ) ditawarkan kepada kita secara langsung . Anda dan saya .

TANGGAPAN   :

Ummat beragama selalu membutuhkan keselamatan karena meyakini bahwa sesudah kehidupan di dunia ini , nanti manusia akan menempuh kehidupan kekal di akhirat . Alkitab/Bibel menegaskan :
Sedangkan manusia telah tentu satu kali akan mati dan kemudian daripada itu datang hukuman      ( Ibrani 9 : 27 )
Ajaran keselamatan ada pada semua agama . Tidak ada klaim eksklusif yang bisa dibenarkan bahwa ajaran keselamatan dari agamanya yang lebih benar daripada ajaran agama lain , karena hal ini adalah masalah sekunder yang sangat bergantung kepada BENARNYA IMAN KEPADA TUHAN YANG DIAJARKAN OLEH AGAMA YANG DIANUT itu. Apa artinya berbangga - bangga dengan keselamatan yang diajarkan agama yang dianut padahal fondasi IMAN KEPADA TUHAN yang diajarkan agama tersebut berjumplitan kesana-kemari dan sulit dimengerti ?  Oleh karena itu , masalah keselamatan yang diajarkan suatu agama  diukur harus diukur/dinilai dari kebenaran ajaran IMAN agama tersebut dan ini menjadi  faktor penentu kebenaran keselamatan yang menjadi ajaran agama itu. Apa yang dibanggakan Eja Kalima dengan kehadiran SEORANG PENEBUS YANG MATI TERKUTUK DI ATAS TIANG SALIB ? Justru kepercayaan model begini mengundang ketercengangan manusia-manusia waras lantaran dosa seorang manusia harus dibebankan kepada orang lain ? Apalagi kematian Yesus di atas tiang salib masih perlu diperdebatkan . Paulus berkata :
Maka kita ini  memberitakan KRISTUS YANG TERSALIB yaitu  SUATU  SYAK  KEPADA ORANG YAHUDI  dan SUATU KEBODOHAN KEPADA ORANG KAFIR  ( 1 Kor. 1 : 23 ).
Penyaliban Yesus merupakan suatu syak atau sesuatu yang meragu-ragukan bagi kaum Yahudi dan suatu kebodohan bagi orang-orang non Yahudi yang mempercayainya. Jika demikian halnya , lalu bagaimana Eja Kalima berbicara tentang SEORANG PENEBUS UNTUK KESELAMATAN MANUSIA, padahal proses penebusan itu sendiri sebagai sesuatu yang meragu-ragukan ?. Memang, sebagaimana yang pernah disinggung dalam bagian seri lain dari tulisan ini, sesungguhnya peristiwa penyaliban Yesus sangat diragukan. Sejumlah ayat Bibel memberi pertunjuk bahwa peristiwa penyaliban itu memang terjadi tetapi yang tersalib adalah orang lain, bukan Yesus Kristus ( baca dan kaji ayat Matius 27 : 15- 26 ).
Kepercayaan terhadap TERSALIBNYA Yesus sebagai dasar dogma Penebusan Dosa diakui Paulus sebagai KEBODOHAN. Dalam ayat 1 Korintus 1 : 18, Paulus menegaskan , Pengajaran tentang SALIB adalah KEBODOHAN untuk orang-orang yang menuju kebinasaan tetapi SEBAGAI KUASA ALLAH bagi orang yang menuju keselamatan. Ternyata yang dikatakan ” ORANG-ORANG YANG MENUJU KEBINASAAN ”  dalam ayat 1 Korintus 1 : 18 ini  adalah orang-orang yang berakal dan penuh hikmat sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat 1 Korintus 1:19. Ini berarti yang dikatakan ”ORANG-ORANG YANG MENUJU KESELAMATAN” dalam ayat 1 Korintus 1 : 18 itu  adalah orang-orang bodoh yang tanpa menjalankan akalnya menerima pengajaran tentang Salib itu sebagai jalan menuju keselamatan. Mengapa Allah membuat konfrontasi dengan orang-orang yang berakal dan  berhikmat ini ?. Menurut ayat 1 Korintus 1 : 20 karena Allah hendak MEMBINASAKAN  HIKMAT      ( ILMU PENGETAHUAN ) dari orang-orang yang berhikmat dan MELENYAPKAN KEBIJAKAN  orang-orang yang bijak. Di sisi lain, menurut ayat 1 Korintus 1 : 21, Allah hendak MENYELAMATKAN ORANG YANG PERCAYA DENGAN KEBODOHAN PENGAJARAN TENTANG SALIB. Pantas saja Adam dan Hawa terusir dari surga lantaran MEMAKAN BUAH PENGETAHUAN, yang berakibat anak turunannya yang tidak tahu apa-apa ikut ” terlibat ” menikmati dosa yang dilakukan Adam dan Hawa , terlepas dari istilah yang hendak dikenakan untuk itu , apakah itu  ” DOSA WARISAN ” , ” KULTUR DOSA ” dan segala macam istilah.  Apa yang bisa disimpulkan dengan pengajaran dan penegasan Paulus ini ? Hanya satu kesimpulan : PENGAJARAN SALIB SEBAGAI DASAR PENEBUSAN DOSA HANYA DIPERCAYAI OLEH ORANG-ORANG BODOH, YANG MENEMPATKAN AKALNYA DI DENGKUL, BUKAN DI KEPALA .
Keselamatan dalam Islam diperoleh dengan IMAN dan AMAL melalui pengajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW , tidak membutuhkan seorang Penebus . Memang demikianlah fungsi Nabi/Rasul Allah sebelumnya . Masalah IMAN dan AMAL telah disinggung pada bagian lain dari serial sebelumnya dari tulisan ini . Oleh karena itu tidak dibutuhkan SEORANG PENEBUS YANG HARUS MATI TERKUTUK DI ATAS TIANG SALIB seperti yang juga menjadi kepercayaan kafir (paganisme). Setiap orang bertanggung-jawab sendiri-sendiri di akhirat nanti dengan AMAL PERBUATAN yang dilakukan di dunia. Alkitab/Bibel pun mengakuinya . Hal ini sudah dikemukakan dalam tulisan sebelumnya dan dikutipkan secara singkat sebagai berikut :
maka segala orang yang mati itu DIHUKUMKAN MENURUT SEGALA PERBUATANNYA  yang tersurat di dalam kitab-kitab itu .......... alam maut itu pula mengeluarkan segala orang yang sudah mati di dalamnya; lalu MEREKA DIHUKUMKAN MENURUT PERBUATAN MASING-MASING.               (  Wahyu  20 : 12 – 13 )
…… Aku datang kelak dengan segeranya dan pahala daripada Aku ada menyertai Aku , SUPAYA  AKU  AKAN  MEMBALAS  KEPADA  TIAP–TIAP  ORANG  MENURUT  SEPERTI PERBUATANNYA  . ( Wahyu 22 : 12  ) ,
Yang AKAN MEMBALAS KE ATAS TIAP-TIAP ORANG MENURUT PERBUATAN MASING-MASING     (  Rum 2 : 6 ).
….. supaya TIAP-TIAP ORANG MENERIMA BALASAN SEBAGAIMANA YANG TELAH DILAKUKAN OLEH TUBUH itu , baik atau jahat . ( 2  Korintus 5 : 10 ).
….. mereka itu akan keluar yaitu SEGALA ORANG YANG SUDAH BERBUAT BAIK AKAN BANGKIT KEPADA HIDUP YANG KEKAL dan SEGALA ORANG YANG BERBUAT JAHAT AKAN BANGKIT MENERIMA HUKUMAN  (  Yahya  5 : 29   ).
….. Anak Manusia akan datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan segala malaikatnya ; pada masa itu IA AKAN MEMBALAS KEPADA TIAP-TIAP ORANG MENURUT PERBUATANNYA        (  Matius 16 : 27  ).
….. akulah yang menyelidik jiwa dan hati orang dan AKU MEMBALAS KAMU MENURUT PERBUATAN MASING-MASING  (  Wahyu 2 : 23  ).
Sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu : Siapa yang PERCAYA AKAN DAKU , ia pun akan MELAKUKAN SEGALA PERBUATAN YANG AKU INI PERBUAT  dan ia MELAKUKAN PERBUATAN yang lebih besar daripada ini karena Aku ini pergi kepada Bapaku  ( Yahya           14 : 12  ).
Karena Aku sudah memberi teladan kepada kamu supaya KAMU JUGA BERBUAT sama seperti AKU PERBUAT KEPADAMU (  Yahya 13 : 15 ).
Dengan sesungguhnya Aku berkata  kepadamu , BARANG SIAPA YANG KAMU IKAT DI ATAS BUMI , itulah TERIKAT KELAK DI SURGA  dan BARANG SIAPA YANG KAMU ORAK DI ATAS BUMI, itupun TERORAK KELAK DI SURGA. ( Matius 18 : 18 )

Paulus sendiri selaku tokoh ” PENENTANG AJARAN YESUS ” justru memberi pernyataan yang sama seperti berikut  [10] ) :
Yang akan membalas ke atas tuiap-tiap orang menurut perbuatan masing-masing  ( Rum 2 : 6 )
Maka yang menanam dan yang menyiram itu menjadi sama , tetapi masing-masing akan memperoleh pahalanya sendiri sekadar pekerjaannya sendiri ( 2 Kor. 3 : 8 )
Karena masing-masing akan menanggung bebannya sendiri ( Gal. 6 : 5 )
Jangan kamu tersesat ; Allah tiada boleh diolok-olokkan ; karena barang yang ditabur orang itu, juga akan dituainya .
Dengan fakta ayat-ayat Alkitab yang banyak ini dan menegaskan masalaha keselamatan didasakan pada IMAN dan AMAL PERBUATAN , lalu untuk apa lagi dibutuhkan SEORANG PENEBUS ? Untuk diketahui oleh Eja Kalima , cerita tentang SEORANG PENEBUS untuk memperoleh keselamatan , tidak lain adalah kisah-kisa paganisme yang juga menyembah TIGA TUHAN !

APOLOGI  6   :   YANG PERLU DISADARI TENTANG ISTILAH ANAK ( 1 )

Eja Kalima memberi pernyataan 
Akhirnya , amat perlu disadari oleh teman kita Muslim bahwa istilah “ ANAK “ atau KETUHANAN YESUS bukanlah bikinan Paulus ( dengan melawan pengajaran murid-murid Yesus lainnya ) dan bukan pula akal-akalan manusia Kristen .

TANGGAPAN  :
Substansi   permasalahannya    tidak   sekedar    mengenai   istilah   ANAK   dan ” KETUHANAN YESUS ” tetapi berbicara tentang KEYAKINAN dan PENGAKUAN  terhadap Yesus sebagai Tuhan yang disembah sebagai implikasi dari istilah-istilah tersebut. Kalau hanya sebatas istilah dan kemudian dalam realitasnya istilah-istilah itu tidak berimplikasi kepada keyakinan terhadap Tuhan, mungkin tidak terlalu dipermasalahkan. Yah namanya saja istilah ! Tetapi apakah demikian kenyataannya ? Ternyata tidak ! Justru istilah-istilah tersebut  menjadi dasar penetapan bahwa YESUS ITU ALLAH , YESUS ITU TUHAN YANG DISEMBAH dan segala tetek-bengeknya. Jadi, si Kristen Penyaji Apologi jangan memesongkan inti permasalahan .
Masalah istilah ” ANAK ” , bisa saja bukan bikinan Paulus karena istilah ” ANAK ” itu sudah disebutkan dalam Perjanjian Lama . Ambil contoh  ayat Keluaran  4 : 22  :
Maka pada masa itu hendaknya katamu kepada Firaun demikian : ” Inilah firman Tuhan , Bahwa ISRAIL ITULAH ANAKKU LAKI-LAKI  yaitu ANAKKU YANG SULUNG .
Apakah kita hendak memaknakan bahwa ” ISRAIL ” itu adalah Tuhan lantaran disebut ” ANAKKU LAKI-LAKI ” atau ” ANAKKU YANG SULUNG ” oleh Allah ?  Tidak akan ada yang akan  memahamkan  demikian  karena  istilah ” ANAK ”  hanya ungkapan atau metafora belaka 
dan tidak bisa dimaknakan secara harfiah. Kita baca pula ayat 2 Semuil 7 : 4 :
Maka Aku menjadi baginya akan  BAPA  dan  ia pun  menjadi bagi-Ku akan ANAK ,maka apabila ia bersalah , Aku menyiksakan dia kelak dengan cemeti manusia dan dengan bala anak-anak Adam .
Ayat Semuil 7: 14 merupakan pemberitahuan Allah kepada Daud tentang Sulaiman ( Salomon )  bahwa  Allah  akan  menjadi  BAPA  bagi  Sulaiman  (  Salomon  )  dan  Sulaiman menjadi ANAK bagi Allah. Inilah yang ditegaskan ayat Mazmur 2 : 7-8 [11] ) :
Bahwa Aku telah melantik Raja-Ku di atas Sion yaitu bukit Kesucian-Ku ! . Bahwa aku hendak menyatakan takdir : Tuhan telah berfirman kepadaku demikian : ” Tuhan telah berfirman kepadaku : ” Engkaulah Anak-Ku, pada hari ini Aku memperanakkan dikau ! ” .
Ayat Mazmur ini berbicara tentang penahbisan Sulaiman sebagai Raja yang dilantik di bukit Sion . Dan dalam ayat ini, Sulaiman ( Salomon ) ditegaskan sebagai ANAK oleh Allah dan Allah sebagai BAPA bagi Sulaiman (Salomon). Apakah dengan demikian, Sulaiman ( Salomon )  dapat dikatakan sebagai TUHAN ?. Kita yakin, tidak akan ada penganut Kristen akan menetapkan Sulaiman  (  Salomon  )  sebagai TUHAN lantaran ditetapkan sebagai ANAK oleh Allah dan Allah sebagai BAPA . Dengan demikian , pengertian kata ” ANAK ” harus dimaknakan secara ungkapan , bukan harfiah dogmatis .
Sejumlah ayat Alkitab/Bibel menegaskan , MALAIKAT ADALAH ANAK-ANAK ALLAH . Ini dipahami misalnya pada ayat Kejadian 6 : 2 , Ayub 1 : 6  , Ayub 2 : 1 . Tentu sulit diterima bahwa semua malaikat adalah TUHAN-TUHAN yang disembah karena disebut sebagai ANAK ALLAH .  Tetapi ketika dikenakan kepada Yesus , ternyata istilah ” ANAK ” ini oleh penganut Kristen dihubungkan sebagai aspek KETUHANAN sehingga lahirlah dogma ”KETU-HANAN YESUS ”. Siapakah yang mengajarnya ? Jelas Paulus ! Bukan orang lain . Padahal Yesus tidak pernah menyatakan diri sebagai TUHAN YANG DISEMBAH . Perhatikan ajaran Yesus berikut :
Lalu kata Yesus kepadanya : ” Nyahlah engakau dari sini , hai Iblis , karena telah tersurat : HENDAKLAH ENGKAU MENYEMBAH ALLAH, TUHANMU DAN BERIBADAT HANYA KEPADANYA SAJA   ( Matius 4 : 10 )
Maka kata Yesus kepadanya : ” Hendaklah engkau mengasihi Allah, Tuhanmu dengan sebulat-bulat hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan sepenuh akal budimu  ( Matius 22 : 37 )
Tetapi janganlah kamu ini dipanggil orang : ” GURU BESAR ” karena SATU SAJA GURU KAMU, maka kamu sekalian ini bersaudara . Dan janganlah kamu memanggil ” BAPA ” akan barang seorang pun di dalam dunia ini karena SATU SAJA BAPA KAMU yaitu yang ada di surga .  ( Matius 23 : 8 -9 )

Dan pada prakteknya memang Yesus melakukan penyembahan dan berdoa kepada Allah sebagai bentuk beribadat kepada Allah . Hal  ini diungkapkan oleh ayat-ayat Alkitab/ Bibel , antara lain sebagai berikut :
Maka berjalanlah ia ke hadapan sedikit lalu sujudlah ia BERDOA, katanya :  “ Ya, Bapaku , jikalau boleh , biarlah kiranya cawan ini lepas daripadaku ; tetapi di dalam itupun BUKANNYA KEHENDAKKU melainkan KEHENDAKMU  juga  “ .
Maka pergilah ia pula pada kedua kalimya BERDOA , katanya : “ Ya, Bapaku jikalau cawan ini tiada boleh lepas daripadaku , meliankan aku juga meminum dia , BIARLAH KEHENDAKMU JADI  ( Matius 26 : 39 , 42 )
Pada waktu itu berkatalah Yesus demikian : “ Ya Bapa, Tuhan langit dan bumi ! Aku memuji Engkau sebab Engkau melindungkan perkara ini daripada orang budiman dan berpengetahuan dan menyatakan dia kepada anak-anak . Ya Bapa, karena yang sedemikian itulah berkenan pada pemandanganmu “ ( Matius 11 : 25-26 )
Maka Yesus pun undur daripada mereka itu sekira-kira sepelempar batu jauhnya lalu bertelut dan BERDOA, katanya : “ Ya Bapa , jikalau berkenan kepadamu, jauhkanlah kiranya cawan minuman ini daripadaku tetapi di dalam itupun BUKANNYA KEHENDAKKU MELAINKAN KEHENDAKMU SAJA JADI “.( Lukas 22 : 41-42 )
Maka berlakulah tatkala segenap kaum itu dibaptiskan dan YESUS JUGA DIBAPTISKAN SAMBIL BERDOA , bahwa langit pun terbukalah ; ( Lukas 3 : 21 )
Sekarang ini jiwaku sangat berduka cita. Apakah aku hendak katakan ? YA BAPA, SELAMATKANLAH AKU DARI PADA SAAT INI . Tetapi karena itulah aku sampai kepada saat ini . ( Yahya 12 : 27 )
Maka IA-PUN , TATKALA DI DALAM KEADAAN MANUSIA , SUDAH MEMPER-SEMBAHKAN DOA DAN PERMINTAAN KEPADA YANG BERKUASA MENYELA-MATKAN DIA DARI MAUT  dengan teriak yang kuat dan dengan air matanya maka DOA-NYA DIKABULKAN dari sebab ketakutannya kepada ALLAH . (  Ibrani 5 : 7 )
Maka datanglah mereka itu kepada suatu tempat yang bernama Getsemani ; lalu kata Yesus kepada murid-muridnya : ” Duduklah kamu di sini , sementara AKU PERGI BERDOA ” .
Maka berjalanlah Ia ke hadapan sedikit lalu SUJUD KE TANAH SERTA BERDOA , jikalau boleh kiranya KETIKA ITU akan terlepas daripadanya  [12]).  ( Markus 14 : 32 , 35 )
Pada ketika itu juga , bergemarlah Yesus di dalam Rohu’kudus serta katanya : ” Ya Bapa , Tuhan langit dan bumi . Aku memuji Engkau sebab Engkau melindungkan perkara ini daripada orang budiman dan berpengetahuan dan menyatakan dia kepada anak-anak ; Ya Bapa , karena yang sedemikian itulah berkenan pada pemandanganmu . ( Lukas 10 : 21 )
Setelah sudah disuruhkannya orang banyak itu pulang , Ia-pun naik ke atas gunung hendak BERDOA. Apabila hari sudah malam, maka tinggallah Ia di situ seorang dirinya.  ( Matius          14 : 23 ).
Maka berjalanlah Ia ke hadapan sedikit lalu sujud ke tanah serta berdoa  jikalau boleh kiranya ketika itu akan terlepas daripadanya .
Maka katanya : “ Abba , ya Bapa ,  SEGALA SESUATU ADA DI DALAM KUASAMU , biarlah kiranya cawan ini lepas dari padaku , tetapi di dalam itupun BUKANNYA KEHENDAKKU MELAINKAN KEHENDAKMU SAJA JADI “. ( Markus 14 : 35-36 )

Jadi adanya sebutan ” ANAK ” terhadap Yesus bukanlah menunjukkan KETUHANAN dari Yesus . Hal ini ditunjukkan oleh sejumlah ayat Alkitab/Bibel yang menerangkan betapa Yesus BERDOA kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Tentu yang berdoa tidaklah sederajat dengan pihak di mana doa diarahkan .
APOLOGI  7   :   YANG PERLU DISADARI TENTANG ISTILAH ANAK ( 2 )

Eja Kalima  memberi pernyataan  :
Teman Muslim seharusnya gampang untuk menyimak sendiri ( di Alkitab ) bahwa istilah dan POSISI KEILAHIAN itu justru selalu dipakai oleh setiap murid-murid Yesus. Ya Petrus , ya Yakobus, ya Matius, ya Marku , ya Yohanes, semuanya ! Bahkan benar bahwa itu adalah istilah semesta alam , dipakai oleh Tuhan- Allah sendiri sejak awal mula dan juga oleh malaikat dan para nabi-nabi. Itu ditujukan khusus untuk Yesus Al Masih dan dikonfirmasi balik oleh diriNYa !
TIDAK PERCAYA ? Periksalah sendiri untuk Yes. 9 : 5 ; Hos 11 : 1 ; Mzm. 2 : 7 ; Mat. 3 : 17; Luk. 1 : 32 ; Yoh. 10 : 36.  Bahkan istilah ANAK ALLAH ini terpaksa diakui oleh musuh-musuh Yesus , diketahui dan dikonfirmasi oleh semua setan dan iblis ! Kepala pasukan Romawi dan para prajuritnya yang menyalibkan Yesus , harus berkata : “ Sungguh , Ia ini adalah Anak Allah “ ( Mat. 27 : 54 ) . Iblis pun berkata : “ Jika Engkau Anak Allah , perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti “ ( Mat. 4 : 3 ) -  “ Apa urusanmu dengan kami , hai Anak Allah ? “ ( Mat.8 : 29 ). – “  Mereka ( roh-roh jahat ) jatuh tersungkur di hadapanNYa dan berteriak “ Engkaulah Anak Allah “ ( Mrk . 3 : 11 ).

TANGGAPAN  :

Sebelumya dikutipkan dulu ayat-ayat Alkitab/Bibel yang ditunjuk Eja Kalima sebagai dalil tentang  posisi ketuhanan atau ANAK ALLAH bagi Yesus  dan sekaligus diberikan komentar sebagai sanggahan atas ketidak-benaran klaim tersebut .

a.     Yesaya  9 : 5   :

Karena seorang putera sudah jadi bagi kita , seorang anak laki-laki sudah dikaruniakan kepada kita bahwa pertuanan adalah di atas bahunya dan namanya pun disebut orang-lah : Ajaib Bicara, Allah yang Maha Kuasa , Bapa Kekekalan , Raja Salam

Ayat Yesaya 9 : 5 ini memang selalu dijadikan dalil oleh penganut Kristen sebagai nubuatan untuk Yesus . Kajian kalimat teks menunjukkan ketidak benaran klaim demikian . Dalam ayat Yesaya 9 : 5  ini  ada petilan kalimat yang perlu diperhatikan yaitu : ” seorang putera sudah jadi bagi kita    dan  seorang anak laki-laki sudah dikaruniakan kepada kita  ” .  Kata  ” sudah ” menunjukkan : WAKTU LAMPAU ( Past Tense ) . Ini berarti jika ayat Yesaya 9 : 5 ini dijadikan dalil nubutan tentang Yesus , berarti ketika kalimat ayat Yesaya 9 : 5  ini diucapkan , sesungguhnya  Yesus telah dilahirkan pada waktu itu dan juga Maryam yang melahirkannya juga sudah ada . Apakah demikian ? Tidak mungkin , sebab Yesus baru dilahirkan ratusan tahun kemudian yaitu sekitar 700 tahun kemudian. Dan diakui bahwa ayat Yesaya 9 : 5 berkaitan dengan kelahiran putera Raja Ahaz pada waktu itu . Dengan demikian ayat Yesaya 9 : 5  tidak terkait sama sekali dengan Yesus . Tetapi penganut Kristen sangat menikmati ayat ini sebagai nubuatan tentang Yesus .
Permasalahan ini  rupanya menimbulkan kebingungan Penginjil bernama dr. Suradi ( Christian Centre  ” NEHEMIA ” Jakarta ) yang berbicara juga seperti Eja Kalima mengklaim ayat Yesaya 9 : 5 yang mencantumkan kata ” sudah ” atau ” telah ” ini sebagai dalil nubuatan tentang Yesus ketika dihadapkan dengan permasalahan yang muncul akibat kata ” sudah ” atau ” telah ” yang dikemukakan di atas . Kata ” sudah ” dalam ayat Yesya 9 : 5 ini telah merusak konsep nubuatan tentang Yesus yang sudah tertanam dalam otaknya. Untuk itu si Penginjil bernama dr. Suradi ini TELAH MENYALAHKAN TERJEMAHAN AYAT YESAYA TERSEBUT walaupun tadinya justru menggunakan ayat Yesaya 9 : 5 dengan bunyi yang mencantumkan kata ” sudah ” atau ” telah ” tersebut .  Si Penginjil dr. Suradi ini berkata : 
Dan dalam Yes. 9 : 5  : ” Seorang anak telah dilahirkan untuk kita - Seorang putra telah diberikan untuk kita ”.
Terjemahan ini keliru, seharusnya : ” Seorang anak dilahirkan untuk kita - Seorang putra diberikan kepada kita ”.  Silakan  menyimak terjemahan yang benar berikut ini  :  ( Ayat  Yesaya  
9 : 5  dalam bahasa Ibrani  disertai transkrip  Latin )  :
For unto us a child IS BORN  , unto us a son IS GIVEN  and the government shall be upon his  shoulder  and  his name shall be called Wonderful , Counselor, The Mighty God , the Everlasting Father , The Prince of Peace ( Isaiah 9 : 5 )
Sebab seorang anak DILAHIRKAN untuk kita , seorang putra DIBERIKAN untuk kita, lambing pemerintahan ada di atas bahunya dan namanya disebutkan  orang : Penasehat Ajaib, Allah Yang Perkasa , Bapa Yang Kekal , Raja Damai  ( Yesaya 9 :5 )

Tetapi Penginjil dr. Suradi  lupa bahwa bentuk kata “ BORN “ dan “ GIVEN “ adalah bentuk lampau . Dan bentuk “ is born “ dan “ is given “adalah pola yang kita katakan : PRESENT FOR PAST  yaitu bentuk kata sehari-hari ( PRESENT ) untuk hal-hal yang lampau ( PAST ). Kalimat itu tetap berbicara untuk MASA LAMPAU ( Past ). Untuk masa lampau, tentu benar jika kita menggunakan kata “ TELAH “ dalam terjemahannya. Pola seperti itu dapat dijumpai dalam kalimat bahasa Indonesia , misalnya  : ” Dulu , saya sedang membaca ketika ia datang ”, bukan berarti ” saya sedang membaca buku ” itu sedang terjadi sekarang tetapi terjadi pada waktu yang lalu. Cuma dalam bahasa Indonesia tidak mengenal tenses seperti dalam bahasa Inggeris 
Di duga kebingungan serupa akan menimpa Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya untuk menghubungkan Yesus sebagai tokokh yang dinubuatkan dalam ayat Yesaya 9 : 5  yang menyatakan ” seorang putera sudah jadi bagi kita    dan  seorang anak laki-laki sudah dikaruniakan kepada kita  ”, padahal saat itu Maryam dan Yesus belum ada . Jangankan Maryam dan Yesus, nenek buyutnya saja belum ada sebab nubuatan itu dinyatakan pada masa pemerintahan raja Ahaz sekitar 700 tahun sebelum Yesus.  Sekali lagi , ayat Yesaya 9 : 5 sama sekali tidak menubuatkan Yesus karena memang ayat itu berbicara tentang putera raja Ahaz.

b.     Hosea  11 : 1   :
Bahwa pada masa Israil lagi budak kecil maka kukasihi akan dia dan kupanggil anakku dari Mesir

Rupanya  Eja Kalima menghubungkan ayat Hosea 11 : 1 ini dengan ayat Matius  2 : 13-15  yang berkisah tentang pelarian Yusuf dan Maryam ke Mesir membawa lari Yesus untuk menghindar dari upaya pembunuhan yang dilakukan oleh raja Herodes Yang Agung terhadap anak-anak berusia 2 tahun ke bawah. Pada ayat Matius 2 : 15 dikatakan Maka tinggallah ia di sana sehingga mati Heodes supaya sampailah barang yang difirmankan oleh lidah nabi , bunyinya : Bahwa dari Mesir Aku memanggil Anakku ”.
Ada beberapa permasalahan yang perlu dikritisi untuk menolak ayat Hosea 11 : 1 ini sebagai nubuatan terhadap Yesus .
1.      Kisah pelarian Yusuf dan Maryam membawa lari Yesus ke Mesir yang diceritakan pengarang Injil Matius ini  ( bukan Matius , murid utama Yesus ) perlu dipertanya-kan , apakah benar Yusuf dan Maryam membawa lari Yesus ke Mesir ?  Kisah yang begitu penting ini tidak diceritakan tiga Injil Kanonik lainnya . Padahal sebagai satu peristiwa besar, kejaidan itu – jika memang terjadi – mestinya tidak boleh luput dari pencatatan ” historis ” oleh pengarang-pengarang Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yahya . Dari kalangan Kristen sendiri , justru meragukan kisah ini . WALL DIORANT , pakar sejarah Bibel dalam bukunya ( - dalam edisi terjemahan bahasa Arab - ) : ” QISHSHATUL HADHARAH ”  ( hal. 214 ) sebagaimana  yang dikutip Yoesoef Syoueib  , mengatakan  [13] ) :
Dan yang LEBIH TIDAK BERALASAN LAGI DARI FITNAH TERSEBUT adalah apa yang dikatakan oleh sebahagian Injil tentang .... TINDAKAN PENYEMBELIHAN BAYI-BAYI DI SEKITAR BETHLEHEM dan tentang LARINYA MARYAM KE MESIR dan pernyataan bahwa lahirnya Al Masih dari seorang perawan itu berasal dari keturunan Daud.
2.      Pelarian Yusuf dan Maryam membawa Yesus ke Mesir sebagaimana yang dikisahkan Injil Matius , dilatar-belakangi adanya upaya pembunuhan terhadap bayi-bayi berumur dua tahun ke bawah . Untuk diketahui , PLINY THE ELDER ( 23- 79 M ) dan PHILO JUDAEUS ( 20 -54 M ) keduanya adalah sejarahwan Kuno Yahudi , banyak mencatat kasus-kasus yang terjadi di Palestina dalam buku mereka . Tetapi keduanya tidak mencatat sama sekali  adanya kasus  ” PEMBUNUHAN BAYI-BAYI BERUMUR DUA TAHUN KE BAWAH SECARA MASSAL ” di Palestina pada masa Raja Herodes Yang Agung ( Herodes The Great ), apalagi dikaitkan dengan kelahiran Yesus . Padahal , untuk kasus-kasus kecil dan kurang berarti yang terjadi di Palestina , tidak luput dari pencatatan mereka .
Pakar dari Kristen sendiri tampaknya ”terjebak” dengan masalah historisitas ” Pembunuhan bayi-bayi ” ini, apakah historis atau ahistoris ( tidak bersifat sejarah). Seperti JB. Barawiratma SJ, seorang  Imam Katolik ketika membahas ” TRINITAS ” berkata :                Pertanyaan apakah pembunuhan kanak-kanak di Bethlehem dan sekitar-nya itu historis , dapat ditinggalkan dulu[14] ). Bisa dipahami, sebab jika masalah histrositas pembunuhan kanak-kanak yang diceritakan Injil Matius ini dibahas, akan berakhir dengan tidak terwujudnya pembahasan mengenai kebenaran TRINITAS. Ada kontroversi di sini yaitu bagaimana membahas TRINITAS sebagai kebenaran jika aspek historisitas yang hendak ditegaskan terhadap Yesus yang akan menunjukkan keberadaannya dalam TRINITAS tidak dibahas dan tidak dipastikan ?  
3.      Raja Herodes yang dikatakan menyuruh bunuh secara massal kanak-kanak yang berumur dua tahun ke bawah , tentulah Raja Herodes Yang Agung ( Herod The Great ) ayah  dari Herodes Arkhialus . Seorang Kristen bernama HUGH J. SCHONFIELD  dalam bukunya yang berjudul   ” THE AUTHENTIC NEW TESTAMENT ” ( 1958, hal. xiiv ) menegaskan bahwa Herodes Yang Agung ( Herod The Great ) meninggal pada tahun 2  SM , dua tahun sebelum Yesus lahir  [15] ).  Muncul pertanyaan , bagaimana mungkin orang yang sudah mati bisa memerintahkan  supaya anak-anak berumur dua tahun ke bawah dibunuh  ketika Yesus masih bayi ?  Apakah Raja Herodes Yang Agung , yang sudah mati itu bangkit dari kematiannya dan hidup kembali lalu menjadi penguasa di Yerusalem kemudian memerintahkan pembunuhan massal atas anak-anak tersebut ? Rupanya ada permasalahan dalam hal ini .
Ketika aspek yang dikemukakan ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa peristiwa pembunuhan massal kanak-kanak di masa bayinya Yesus adalah kisah yang ahistoris , sehingga pelarian Yusuf dan Maryam membawa Yesus ke Mesir , tidak memiliki landasan kebenaran lagi . Dengan demikian , ayat Hosea 11 : 1 tidak bisa dijadikan dalil nubuatan tentang Yesus dan kisah yang diceritakan ayat Matius 2 : 15 dikatakan :   Maka tinggallah ia di sana sehingga mati Heodes supaya sampailah barang yang difirmankan oleh lidah nabi , bunyinya : Bahwa dari Mesir Aku memanggil Anakku ” tidak memiliki landasan nubuatan.  Memang pengarang Injil Matius memiliki hobi untuk mengenakan suatu peristiwa pada Yesus dan dihubungkan dengan kitab nabi-nabi. Dan beberapa di antaranya tidak tepat, dan karenanya meragukan . Apalagi kalimat ayat Matius 2 : 15  bisa berbeda secara substantif dengan kalimat ayat Hosea 11: 1.  Perhatikan kalimat ayat Hosea 11 : 1  : ”  ...... kupanggil anakku dari Mesir    dan bandingkan dengan kalimat ayat Matius 2 : 15  :    ..... dari Mesir Aku memanggil Anakku  ” . Kalimat pertama ( Hosea 11 : 1 ) dipahami bahwa Allah memanggil ” Bani Israil ” untuk keluar dari Mesir menuju ” The Promise of Land ” . Dan kalimat ini tidak bisa dipahami : Allah ada di Mesir lalu Allah memanggil  ” anakku ” dari Mesir.  Konteks kalimat tidak memungkinkan diartikan seperti itu , karena pada waktu itu Bani Israel ada di Mesir di bawah kekuasaan Firaun , lalu Allah memanggil Bani Israel keluar dari Mesir di bawah bimbingan Musa . Sedangkan kalimat kedua ( Matius 2 : 15 ) , dipahami : ALLAH berada di Mesir lalu memanggil Bani Israil entah di mana untuk menuju ke  Mesir . Dua kalimat yang kelihatan sama tetapi justru bertolak belakang . Dengan demikian , tidak ada hubungan antara ayat Hosea 11 : 1 dengan ayat Matius 2 : 15 . Kemudian dalam ayat Hosea 11 : 1  ini , yang dipanggil  ” ANAK-KU ” itu bukan individu / perseorangan yang memungkinkan dihubungkan dengan ” YESUS ” melainkan  ” BANI ISRAEL ”. Hal ini diperjelas dengan ayat Hosea 11 : 2 : ”  Makin MEREKA dipanggil makin MEREKA menjauhkan dirinya .......”. Kata ” MEREKA ” menunjuk banyak orang , bukan satu orang . Oleh karena itu , ayat Hosea 11 : 1 tidak bisa dijadikan dalil tentang Yesus  karena Yesus sebagai individu tidak bisa dinyatakan dengan kata ganti  ” MEREKA ”.  Terlihat betapa Eja Kalima telah memberikan penafsiran dogmatis atas ayat Hosea 11 : 1 sebagai nubuatan tentang Yesus , padahal ayat itu tidak terkait sama sekali dengan Yesus ,

c.     Mazmur  2 : 7  :
Bahwa aku hendak menyatakan takdir: Tuhan telah berfirman kepadaku demikian :”  Engkaulah anakku , pada hari ini juga Aku memperanakkan dikau ! ”.

Eja Kalima telah menunjuk ayat Mazmur 2: 7 sebagai dalil tentang istilah ”ANAK” sebagai ” .... istilah semesta alam , dipakai oleh Tuhan- Allah sendiri sejak awal mula dan juga oleh malaikat dan para nabi-nabi . Itu ditujukan khusus untuk Yesus Al Masih dan dikonfirmasi balik oleh diriNYa ! ”. Apakah benar ayat Mazmur 2 : 7 memenuhi pernyataan dogma Eja Kalima  ? Mari kita simak !
Dalam ayat Mazmur 2 : 7 terdapat pernyataan  : ” Tuhan telah berfirman kepadaku demikian :....... ”.  Siapakah yang mengatakan ini ?  Apakah Yesus ? Merujuk kepada pernyataan Eja Kalima bahwa istilah ” ANAK ” adalah istilah semesta alam khusus untuk Yesus Al Masih berarti yang memberi pernyataan ” ....Tuhan telah berfirman kepadaku demikian :.....” adalah Yesus. Apakah Yesus sudah ada pada waktu ayat Mazmur 2 : 7 dinyatakan ratusan tahun sebelumnya ? Ini sangat mustahil ! . Yang mengatakan itu jelas bukan Yesus melainkan tokoh Mazmur. Kita tidak tahu, siapa tokoh tersebut karena Alkitab/Bibel tidak menceritakannya . Tetapi kemungkinan Daud. Dalam hal ini,  petilan kalimat  Aku memperanakkan dikau !  ” merupakan ungkapan umum untuk seseorang yang ditunjuk Allah sebagai seorang nabi/Rasul  Allah . Dalam hal sebagai mana yang telah dibahas sebelum ini , yang dimaksud dengan ” ANAK ” yang disebut dalam ayat Mazmur 2 : 7 itu adalah Sulaiman ( Salomo). Dan ayat Mazmur 2 : 7 menguisahkan ucapan Daud . Dengan demikian , istilah ” ANAK ” dalam ayat ini merupakan sebuah ungkapan umum, bukan dalam hubungan Keilahian. Oleh karena itu , menghubungkan ayat Mazmur 2 : 7 dengan Yesus merupakan penafsiran dogmatis penganut Kristen tanpa menyimak kalimat teks dengan baik .

d.      Matius  3 : 17   :
Maka suatu suara dari langit mengatakan : ” Inilah Anakku yang Kukasihi , kepadanya pun Aku berkenan ”

Kalimat yang boleh dikatakan sama dijumpai pula dalam ayat Matius 17 : 5, Markus  1 : 11 dan Lukas 3 : 22. Juga dapat dibandingkan dengan Lukas  9 : 35  dengan kalimat teks yang berbeda :    Inilah Anakku yang terpilih . Dengarlah olehmu akan Dia ”.
Menjadi pertanyaan , apakah istilah ” ANAK ” sebagaimana yang dikatakan Eja Kalima : ” .... istilah semesta alam , dipakai oleh Tuhan- Allah sendiri sejak awal mula dan juga oleh malaikat dan para nabi-nabi ” memiliki makna khusus yaitu makna keilahian untuk Yesus Al Masih  ? Jika memiliki makna demikian , apa dasar penetapan makna tersebut ?  Harap diperhatikan , kalimat    Anakku yang Kukasihi  ” atau  Anakku yang terpilih    memberi kesan yang kuat bahwa ” ANAK ”di sini tidaklah satu-satunya, bahkan ada ” ANAK YANG TIDAK KUKASIHI ” dan ” ANAKKU YANG TIDAK TERPILIH ” . Dalam pengertian demikian , berarti : ”ANAK ” di sini hanya sekedar ungkapan, bukan lainnya apalagi dihubungkan dengan keilahian.

e.      Lukas  1 : 32  :
Maka Ia akan menjadi besar dan Ia akan dikatakan Anak Allah Yang Mahatinggi ; maka Allah , Tuhan kita akan mengaruniakan kepadanya takhta Daud , nenek moyangnya itu .

Sebagaimana yang telah dibahas pada butir ( 3 ) dan (4 ) di atas , istilah  ” ANAK ” dalam ayat ini juga dalam makna ungkapan , bukan dalam posisi keilahian .  Yesus akan dikatakan ” ANAK ” dari ” ALLAH YANG MAHA TINGGI ”  ( - yang ” MAHA TINGGI ” itu adalah ALLAH , bukan ANAK . Dan dipahami sebagai ” ANAK ALLAH ”  YANG MAHA TINGGI , yaitu  ” YANG MAHA TNGGI ” itu adalah ” ANAK ALLAH ”- ). Hal itu juga berlaku pada NABI-NABI /RASULALLAH-RASUL ALLAH yang lain , bukan khusus untuk Yesus .
Kemudian menarik untuk diperhatikan dan dibahas adalah  Tuhan mengaruniakan tahta Daud kepada Yesus ” dan ”  Yesus adalah turunan Daud ”.  Ini sesuai dengan petilan kalimat ayat Lukas 1 : 32  : ” ......Tuhan kita akan mengaruniakan kepadanya takhta Daud , nenek moyangnya itu ”. Pertanyaannya, benarkah Tuhan telah mengaruniakan tahta Daud kepada Yesus ? Benarkah Daud adalah nenek morangnya Yesus ?  Nyatanya berdasarkan Alkitab / Bibel, Yesus tidak mengakui menerima tahta Daud. Ayat Yahya 18 : 36 sangat jelas mengungkapkan betapa Yesus memberikan pengakuan bahwa kerajaannya bukan dari dunia ini , sedangkan kerajaan Daud adalah dari dunia  ini .
Maka sahut Yesus : ” KERAJAANKU ITU BUKANNYA DARIPADA DUNIA INI; jikalau kerajaanku daripada dunia ini niscaya berperanglah segala laskarku supaya jangan aku diserahkan kepada orang Yahudi ; tetapi sekarang KERAJAANKU BUKAN DARI SINI
Begitu pula silsilah Yesus yang disajikan Injil Matius dan Injil Lukas justru SAMA SEKALI TIDAK MENUNJUKKAN , YESUS TURUNAN DAUD . Silsilah tersebut hanya menunjukkan SILSILAH YUSUF SUAMI MARYAM ( ibunda Yesus ) BUKAN SILSILAH YESUS . Bahkan penyimakan terhadap ayat Lukas 1 : 5 , 36 ,40 , 56 menunjukkan YESUS ADALAH TURUNAN LEWI BERDASARKAN GENEALOGI MARYAM karena Yesus tidak memiliki ayat biologis
Fakta yang sangat jelas berkaitan dengan ayat  Lukas 1 : 32  di atas menunjukkan kelemahan ayat Lukas 1 : 32 sebagai dalil tentang Yesus  dalam kedudukan sebagai ” ANAK ALLAH ” dalam pengertian keilahian .

f.      Yahya  10 : 36 .
Patutkah kamu ini mengatakan kepada DIA itu , yang dikuduskan oleh BAPA dan yang disuruhkannya ke dalam dunia : “ Engkau ini menghujat Allah “ sebab  kataku : “ Aku ini Anak Allah “ ?
Apakah ayat Yahya 10 : 36 ini menjadi dalil klaim bahwa Yesus adalah ANAK ALLAH secara ILAHIAH ?  Membicarakan hal ini, tidak benar hanya mengutip ayat Yahya 10 : 36 ini saja karena bisa menghilangkan konteks maksud  dari ayat itu sendiri . Kita akan membahas mulai dari ayat Yahya 10 : 24 sampai Yahya 10 :  36 , yang dikutipkan berikut :
Lalu seorang Yahudi melingkungi Dia sekeliling serta bertanya kepadanya : ” Berapa lama-kah lagi Engkau membimbangkan hati kami ? Jikalau Engkau ini Kristus , katakanlah kepada kami dengan terus terang ” ( ayat 24 )
Maka jawab Yesus kepada mereka itu : ” Aku sudah katakan itu kepadamu , tiada kamu percaya ; segala perbuatan yang aku lakukan atas nama Bapaku , ia sudah menyaksikan dari hal-ku. tetapi kamu ini tiada percaya karena kamu bukan termasuk bilangan dombaku . Segala dombaku mendengar akan suaraku , dan Aku kenal dia dan sekaliannya pun mengikut aku . Dan aku memberikan kepadanya hidup kekal maka sekali-kali tiada domba-domba itu akan binasa selama-lamanya dan seorang pun tiada dapat merampas dia dari dalam tanganku.  Maka Bapa-ku , yang menyerahkan dia  kepadaku , adalah lebih besar daripada sekalian , maka seorangpun tiada dapat merampas dia dari tangan Bapaku . Aku dan Bapa itu satu adanya. ( ayat 25 sd. 30 )
Lalu sekali lagi orang Yahudi memungut batu hendak merajam dia .( ayat 31 )
Maka jawab Yesus kepada mereka itu : ” Banyak perbuatan yang baik daripada Bapaku aku tunjukkan kepadamu ; Oleh karena perbuatan yang manakah kamu hendak merajam aku ? ” ( ayat 32 )
Lalu jawab orang Yahudi kepadanya : ” Memang karena perbuatan yang baik tiada kami merajam engkau , hanya sebab menghujat Allah , dan lagi sebab Engkau ini seorang manusia menjadikan dirimu Allah ”. ( ayat 33 )
Maka jawab Yesus kepada mereka itu : ” Bukankah di dalam Toratmu telah tersurat demikian , ’ Aku sudah berfirman , kamukah alihah ? ’.  Jikalau kepada orang-orang yang sudah disampaikan firman Allah itu sudah dipanggil : Alihah , ( maka isi al-Kitab itu tiada dapat dibatalkan ), patutkah kamu ini mengatakan kepada DIA itu yang dikuduskan oleh Bapa  dan yang disuruhkannya ke dalam dunia : ’ Engkau ini menghujat Allah ’  sebab kataku : ’ Aku ini Anak Allah ’ ?  ”. ( ayat 34 sd. 36 )
Ada rantai tema yang tidak bersambung dan hubungan permasalahan yang disajikan sehingga kelihatan janggal. Ada semacam rahasia yang disembunyikan . Mari kita simak-simak rangkaian ayat-ayat ayat Yahya   10 : 24  sampai Yahya 10 :  36  tersebut .
Mula-mula menurut ayat Yahya 10 : 24 , orang-orang Yahudi datang melakukan klarifikasi apakah Yesus itu tokoh ” KRISTUS ” atau BUKAN . Mereka butuh kepastian tentang kehadiran Yesus apakah  sebagai tokoh ” KRISTUS ” yang selama ini mereka tunggu-tunggu. Harap dimengerti, tokoh KRISTUS bukan sekedar sebutan yang dikenakan kepada orang diurap tetapi tokoh ” MENAHEM ” yang hadir sebagai realisasi janji Allah kepada Ibrahim. Kalau hanya sekedar istilah yang menggambarkan seseorang ” DIURAP ”, cukup banyak tokoh-tokoh Bibel yang bergelar ”KRISTUS ” .  Rupanya mereka selama ini bertanya-tanya tentang Yesus ketika mereka tengah menanti munculnya tokoh ” KRISTUS ” sedangkan dari Yesus sendiri tidak ada ketegasan sehingga orang-orang Yahudi menjadi bimbang . Sepertinya mereka membutuhkan pengakuan yang tegas dari Yesus misalnya : ” Memang aku adalah Kristus yang kalian tunggu-tunggu ” atau ” Aku bukan Kristus yang kalian tunggu- tunggu ”. Tapi pengakuan yang tegas seperti ini tidak muncul dari Yesus . Hanya dikatakan oleh Yesus : ” Aku sudah katakan itu kepadamu , tiada kamu percaya  ”. Merujuk kepada rangkaian teks , pernyataan Yesus ini harus dihubungkan dengan pertanyaan orang-orang Yahudi tadi yaitu  Jikalau Engkau ini Kristus , katakanlah kepada kami dengan terus terang ”. Hal ini menimbulkan pertanyaan , apakah yang telah dikatakan Yesus tentang tokoh ” KRISTUS ” sebelumnya  sehingga Yesus mengatakan : ”Aku sudah katakan itu kepadamu, tiada kamu percaya ” kepada orang-orang Yahudi yang datang melakukan klarifikasi atas dirinya tentang tokoh ” KRISTUS ” tersebut ? Sayangnya , Alkitab / Bibel  ( Injil-Injil Kanonik ) tidak mengungkapkannya sama sekali.  Dan anehnya tema pembicaraan beralih begitu saja dari tema  klarifikasi tokoh KRISTUS ” menjadi tema ” domba-dombanya Yesus  yaitu orang-orang yang mendengar dan percaya kepada Yesus . Mungkin ini dikaitkan dengan sikap tidak percaya orang-orang Yahudi tentang tokoh ” KRISTUS ” yang telah disebutkan sebelumnya oleh Yesus . Lalu berikutnya dalam rantai kalimat yang satu , tiba-tiba tema pembicaraan Yesus beralih kepada tema lain yang menyangkut hubungan Yesus dengan BAPA   ( ” Aku dan Bapa itu satu adanya ”). Tema klarifikasi tentang tokoh  ” KRISTUS ” hilang begitu saja . Selanjutnya diceritakan , orang-orang Yahudi yang datang mengklarifikasi apakah Yesus adalah tokoh ” KRISTUS ” , justru hendak merajam Yesus  ( ayat 31 ). Apa alasannya ? Hal ini cukup misterius yang dilakukan pengarang Injil Yahya . Dapat diyakinkan bahwa Yesus telah memberitahu orang-orang Yahudi yang datang melakukan klarifikasi tentang tokoh KRISTUS tersebut , tetapi karena jawaban Yesus tidak memenuhi selera mereka membuat mereka marah kepada Yesus. Yesus sendiri menanyakan hal itu kepada mereka– orang-orang Yahudi itu ( ayat 32 ). Anehnya, alasan yang dikemukakan orang-orang Yahudi, justru tidak berkaitan dengan figur KRISTUS melainkan karena Yesus telah menghujat Allah karena Yesus menjadikan dirinya Allah ( ayat 33 ) . Ada hal yang misterius berkaitan dengan ” JAWABAN ” Yesus terhadap klarifikasi figur KRISTUS ini tetapi pengarang Injil Yahya sengaja menyembunyikannya .
Selanjutnya, dalam kemisteriusan ini , tiba-tiba  meloncat ke masalah yang tidak berhubungan dengan figur KRISTUS. Ini merupakan bentuk pengalihan masalah. Apa bentuk hujatan terhadap Allah yang dilakukan Yesus dalam dialog klarifikasi dengan orang-orang Yahudi tentang tokoh ” KRISTUS ” itu ? Apakah ada pernyataan Yesus dalam dialog itu yang menjadikan dirinya ALLAH ? Tidak ada ! . Mungkin karena Yesus mengatakan  Aku dan Bapa itu satu adanya  ” ? Apakah pernyataan Yesus ini dapat diartikan sebagai bentuk pengakuan bahwa Yesus menjadikan dirinya ALLAH  sehingga  dikatakan Yesus menghujat Allah ? Ternyata alasannya bukan karena pernyataan Yesus yang demikian !  Rupanya alasan orang-orang Yahudi hendak merajam Yesus karena Yesus mengatakan ” Aku ini Anak Allah ” ( ayat 36 ). Tapi adakah dalam rangkaian ayat Yahya 24 sd. 34 sebelumnya diungkapkan pernyataan Yesus yang demikian ? Tidak ada ! Ini sangat aneh . Harusnya ada hal lain yang menyebabkan orang-orang Yahudi hendak merajam Yesus , yaitu jawaban Yesus tentang tokoh ” KRISTUS ” sebagai tema tujuan orang-orang Yahudi itu datang melakulkan klarifikasi kepada Yesus. Dan jawaban ini rupanya sangat tidak menyenangkan orang-orang Yahudi sehingga mereka hendak merajam Yesus. Tetapi menjadi pertanyaan pula, apa yang dikatakan Yesus tentang tokoh        ” KRISTUS ” kepada orang-orang Yahudi yang datang mengklarifikasinya tersebut ? Sayang sekali Injil Yahya yang menceritakan ini , tidak mengungkapkannya . Tetapi ada sedikit indikasi tentang itu yaitu pernyataan Yesus :  ” .... patutkah kamu ini mengatakan kepada DIA itu yang dikuduskan oleh Bapa  dan yang disuruhkannya ke dalam dunia : ’ Engkau ini menghujat Allah ’  ..... ”. ( ayat 36 ). Ternyata Yesus berbicara tentang  ” DIA ITU ” YANG SUDAH DIKUDUSKAN  OLEH BAPA DAN DIUTUS KE DALAM DUNIA ” . Kata ganti orang ketiga tunggal ” DIA : menunjuk entitas yang berbeda dengan YESUS YANG BERBICARA dan ORANG-ORANG YAHUDI YANG DATANG MENGKLARIFIKASI . Rupanya inilah tokoh ” KRISTUS ” yang diklarifikasi orang-orang Yahudi kepada Yesus . Ada alasan tentang tokoh ” DIA ” ini sehingga orang-orang Yahudi menuduh Yesus ” MENGHUJAT ALLAH ”. Harusnya tokoh ” DIA ” ini adalah seorang tokoh di luar kaum Yahudi . Jika berasal dari lingkungan Yahudi tidaklah semestinya orang-orang Yahudi yang datang mengkarifikasi tokoh ” KRISTUS ” itu menuduh Yesus menghujat Allah dan hendak merajamnya . Jadi Yesus dituduh menghujat Allah bukan karena Yesus mengaku ” Aku ini Anak Allah ” atau ” Aku dan Bapa itu satu adanya  ” tapi karena Yesus menunjuk ” ORANG LAIN ” di luar Yahudi sebagai tokoh Kristus . Tapi sayangnya , tema pembicaraan telah dimanipulasi oleh pengarang Injil Yahya  dan dikamuflase  sedemikian rupa sehingga tokoh ” DIA ” menjadi ditujukan kepada Yesus . Dan rangkaian kalimat ayat Yahya 10 : 36 pun menjadi tidak sinkron dan terkesan berjungkir balik tidak keruan-keruan . Dengan demikian , ayat Yahya 10 : 36  tidak tepat untuk dijadikan dalil tentang Yesus disebut sebagai ” ANAK ”.  Terkait dengan kehadiran  ” ORANG LAIN ” sebagai tokoh ” KRISTUS ” bukan Yesus , dapat pula disimak ayat Matius 23 : 39  berikut :
Karena Aku berkata kepadamu bahwa daripada masa ini , tiada lagi kamu melihat Aku sehingga kamu berkata : ” MUBARAKLAH IA YANG DATANG DENGAN NAMA TUHAN
Yesus telah membedakan dirinya dengan    IA YANG DATANG DENGAN NAMA TUHAN  ”.  Ini mengindikasikan bahwa sesudah Yesus masih datang SEORANG LAIN yang justru inilah sebagai TOKOH KRISTUS . Baca pula ayat Lukas 13 : 35 . Dipahami dari ayat Matius 23 : 39 ini , Yesus berbicara tentang kepergiannya, sehingga para murid sangat mengharapkan sosok ” IA YANG DATANG DENGAN NAMA TUHAN ” sebagai pengganti yang akan melaksanakan misi dan tugas yang ditinggalkan Yesus . Dan perlu ditambahkan di sini , masalah klarifikasi tokoh ” KRISTUS ” sangat antusias dilakukan orang-orang Yahudi karena memang mereka sedang enanti-nanti kedatangan tokoh ” KRISTUS ” yang relah disebutkan dan dinubuatkan dalam Torat dan kitab nabi-nabi. Mereka orang-orang Yahudi pun pernah datang melakukan klarifikasi kepada Yahya Pembaptis,  tetapi secara tegas Yahya Pembaptis menyatakan bahwa dirinya BUKAN KRISTUS.          ( Yahya 3 : 28 ) .
Rupanya gagasan tentang ” KRISTUS ” dalam pandangan Yahudi telah mengabaikan keajaiban-keajaiban yang dilakukan Yesus, yang sekiranya bisa menjadi bukti bahwa Yesus adalah ” KRISTUS ”  yang mereka tunggu . Perhatikan ayat Yahya 7 :31 berikut :

Tetapi banyaklah orang dari antara orang ramai itu percaya akan Dia serta berkata : ” APABILA
KRISTUS DATANG, ADAKAH IA MENGADAKAN TANDA AJAIB LEBIH BANYAK DARIPADA YANG DIADAKAN OLEH ORANG INI ? ”.
Mereka di antara orang –orang Yahudi itu percaya kepada Yesus berdasarkan keajaiban-keajaiban yang dilakukan Yesus, Tetapi anehnya tak secuil dalam pikiran mereka untuk menganggap Yesus sebagai KRISTUS yang mereka tunggu-tunggu .  Karena itu , mereka mempertentangkan antara ” ORANG INI ” (Yesus ) dengan ” KRISTUS ”. Bagi mereka , ” ORANG INI ” ( Yesus ) bukan tokoh Kristus. Keajaiban-keajaiban yang dilakukan Yesus bukanlah tolok ukur untuk menetapkan Yesus sebagai tokoh KRISTUS . Dengan demikian, orang-orang Yahudi memiliki konsep tersendiri tentang KRISTUS dan tidak dipenuhi oleh Yesus.  Memang di kalangan Yahudi terjadi ” perdebatan ” tentang siapa sebenarnya Yesus ini. Ayat Yahya 7 : 41-42  mengungkapkan :
Ada orang lain pun berkata : ” Ia inilah Kristus ” . Ada yang lain pula berkata :  ” Masakan Kristus itu terbit dari Galilea ”. Bukankah kata al-Kitab bahwa daripada benih Daud dan dari Betlehem tempat Daud , terbit Kristus itu ? ”
Ayat-ayat Alkitab/ Bibel yang disajikan di atas memberi gambaran yang menunjukkan, sesungguhya orang-orang Yahudi memiliki kriteria tentang tokoh ” KRISTUS ” yang ditunggu-tunggu . Rupanya kriteria itu tidak dipenuhi oleh Yesus . Oleh karena itu pula mengapa orang-orang Yahudi diharu-birukan oleh pengajaran Paulus yang menetapkan Yesus adalah KRISTUS . Ketika Paulus memberi pengajaran di Damsyik : ” Yesus itulah Kristus ” ternyata menimbulkan kegemparan  dan kemarahan orang-orang Yahudi di Damsyik ( KRR. 9 : 22 ) sehingga orang-orang Yahudi bermufakat membunuh Paulus ( KRR.  9 : 23 ). Begitu pula Ketika Paulus menyampaikan ajarannya ke orang-orang Yahudi yang ada di Korintus dengan memberikan kesaksian bahwa “ YESUS ADALAH KRISTUS “ ( KRR. 18 : 1-5 ) , ternyata orang-orang Yahudi melawan dan menghujat Paulus . Begitu juga ketika Paulus berada di Tesalonika mengajarkan : “ YESUS ADALAH KRISTUS “ dalam rumah sembahyang Yahudi , ternyata orang-orang Yahudi menjadi marah dan berusaha menangkap Paulus . Ini sesuai dengan cerita Bibel :    membawa beberapa orang jahat-jahat yang hanyut-hanyut di pekan, lalu diadakannya suatu perkumpulan orang banyak mengharukan negeri itu, serta menempuh rumah Jason mencari rasul-rasul hendak membawa keluar kepada orang banyak ” (KRR.17:3-5). Kemarahan orang-orang Yahudi menyebabkan Paulus melarikan diri ke Barea meninggalkan Tesalonika . Tetapi di Barea pun , Paulus mengalami hal yang sama akibat hasutan orang-orang Yahudi di Tesalonika, sehingga melarikan diri meninggalkan Barea ( KRR . 17 : 13-14 ). Semua ini terjadi karena orang-orang Yahudi tidak melihat Yesus memenuhi ciri ” KRISTUS ” ( MENAHEM , RATU ADIL, NABI AKHIR ZAMAN ) yang disebut dalam kitab suci , sehingga mereka marah dan diharu-birukan ketika mendengar Yesus itulah Kristus diajarkan Paulus . Jika kita merujuk ke Perjanjian Baru , Yesus sendiri TIDAK MENGAKUI DIRINYA SEBAGAI KRISTUS , dalam pengertian sebagaimana yang diharapkan orang-orang Yahudi saat itu , yaitu orang yang bisa melepaskan bangsa Yahudi dari penindasan dan penjajahan bangsa lain, serta mendirikan satu kerajaan dunia sebagai lanjutan kerajaan Daud , nenek moyangnya . Dalam Perjanjian Baru terungkap pesan Yesus berikut :
       Lalu ia berpesan kepada murid-muridnya , JANGAN MENGATAKAN kepada seorang juapun bahwa IA-LAH KERISTUS adanya ( Mat.16 : 20)
Dan lebih tegas lagi adalah pesannya ketika Peterus yang menunjuk Yesus sebagai ” Keristus yang daripada Allah  “ , yaitu  :
JANGAN MENGATAKAN YANG DEMIKIAN kepada seorang juapun ........ ( Luk. 9 : 21  ).
Pernyataan  pesan  Yesus  : “ Jangan mengatakan ...IA-lah KERISTUS “ ( Mat. 16 : 20 )  dan
Jangan mengatakan yang demikian .... “ ( Luk.9 : 21 )  menghasilkan tafsir yang beragam di kalangan para ahli  Kristen sendiri . Salah satu dari tafsir ini - yang menjadi pegangan umum penganut Kristen - menegaskan bahwa Yesus dengan pernyataannya tersebut bukannya tidak mengakui dirinya adalah Keristus , bahkan sangat sadar jika dirinya adalah Keristus yang justru ditunggu-tunggu oleh kaum Yahudi. Cuma Yesus khawatir akan ditangkap dan dibunuh oleh orang-orang Yahudi dan pasukan Romawi sedangkan keberadaannya sebagai Keristus belum saatnya dinyatakan sehingga Yesus melarang murid-muridnya mengatakan demikian. Tafsir lain yaitu YESUS SESUNGGUHNYA MENOLAK DIRINYA DISEBUT KERISTUS ( = Menahem , Ratu Adil , Nabi Akhir Zaman ) karena memang Yesus sangat sadar bahwa dirinya bukan Keristus ( = Menahem , Ratu Adil , Nabi Akhir Zaman ) yang dijanjikan sebagaimana ciri yang disebutkan dalam kitab suci . Donald Guthrie menegaskan [16] ):
Tafsiran yang lebih radikal ...............................ialah bahwa YESUS TIDAK PERNAH MENGANGGAP DIRINYA MESIAS , tetapi hanya sebagai  ” CALON MESIAS...   “.
Dan adanya tafsir yang demikian, juga diungkapkan pula oleh Karel A.Steenbrink [17] ) :
Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus sama sekali TIDAK MENYETUJUI PENDAPAT MURID - MURIDNYA, menegur mereka agar mereka TIDAK BOLEH MENGATAKAN HAL YANG KURANG BENAR TENTANG DIRINYA. Tafsir ini diperkuat oleh perkataan dalam kalimat terakhir dari kutipan di atas. Para murid dengan Petrus sebagai juru bicara mengakui Yesus sebagai raja penyelamat atau Mesias, tetapi Yesus bicara tentang dirinya  sebagai  anak manusia. Jelas di sini , bahwa Yesus mengoreksi pendapat murid-muridnya  .
Juga diungkapkan dengan gamblang oleh Tom Jacobs  [18] ) :
Kiranya cukup jelas bahwa Yesus sendiri tidak pernah menyebut diri ” Kristus ”. Apapun juga latar belakang teologinya , kiranya secara historis benar apa yang dikatakan dalam Yo.     6 : 15  : “ Karena Yesus tahu bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa dia dengan paksa untuk menjadikan Dia, raja. Ia menyingkir pulang ke gunung , seorang diri “. Yesus tidak pernah mau menjadi KRISTUS ”, tidak dalam arti politik dan juga tidak dalam arti keagamaan .
Memperhatikan tafsir bahwa Yesus tidak mengakui dirinya sebagai Keristus , mungkin menarik disimak ayat Mat. 22 : 42 – 45  yang berisi ” teka-teki ”  dari Yesus  kepada orang-orang Parisi tentang hubungan ” Keristus  “ dengan “ Anak Daud “ berikut :
-      Apakah pikiran kamu tentang Keristus itu ? Anak siapakah dia ?
-      Maka sahut mereka  :   “ Anak Daud 
-      Maka kata Yesus kepada mereka itu : ‘ Kalau begitu bagaimanakah Daud itu sendiri memanggil dia : ” Tuhan ” dengan ilham Roh , demikian : “ Bahwa Tuhan telah berfirman kepada Tuhanku : ‘ Duduklah engkau di sebelah kananku sehingga Aku menaklukkan segala musuhmu di bawah kakimu ‘. Jikalau Daud sendiri memanggil dia  : ” Tuhan ”, bagaimana pula ia jadi anaknya ? “.
Dalam dialog ini Yesus tidak sedang bercanda ketika melempar ” teka-teki “ kepada orang-orang Parisi berupa pertanyaan yang mempertentangkan antara ” Kristus “ dengan “ Anak   Daud “ tetapi Yesus memberikan pilihan , apakah mengakui Yesus itu Kristus ataukah mengakui Yesus itu ANAK DAUD. Dan pilihan itu tidak bisa kedua-duanya. Biasanya penganut Kristen sangat bangga dengan ” kehebatan ” Yesus memberikan ” teka-teki ” yang menyebabkan orang-orang Parisi keblenger tidak mampu menjawabnya. Tapi mereka lupa ada satu hal yang sangat essensial menyangkut keberadaan ” Kristus “ dalam dialog tersebut . Yesus  memberi  alternatif  pilihan kepada orang-orang Parisi  dengan pertanyaannya  :
1.      Kalau anda mengaku Yesus adalah ” Anak Daud “ maka Yesus bukanlah ” Kristus (= Menahem , Ratu Adil , Nabi  Akhir Zaman )  yang dijanjikan .
2.      Kalau anda mengaku Yesus adalah ” Kristus( = Menahem , Ratu Adil , Nabi Akhir Zaman ) yang dijanjikan maka  Yesus bukanlah ” Anak Daud

Dengan alternatif pilihan ini , tidak mungkin ” Kristus “ itu ” Anak Daud “ Oleh karena di kalangan Yahudi terkonsep bahwa ” Kristus “ itu ” Anak Daud   maka Yesus memberikan pertanyaan yang menggugah nalar untuk mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya tentang  Kristus “.  Substansi atau fokus pokok dialog Yesus dengan orang-orang Parisi tersebut sebenarnya adalah membahas dan melakukan klarifikasi mengenai ” Kristus “ bukan mengenai keberadaan ” Anak Daud “. Harap dipahami bahwa istilah Kristus( = Menahem , Ratu Adil , Nabi Akhir Zaman ) yang dijanjikan, jangan dikaitkan dengan sebutan Kristus “ yang tersandang pada nama Yesus sehingga menjadi Yesus Kristus. Sebutan ” Kristus “ yang tersandang pada nama Yesus adalah sebutan umum yang bisa dikenakan kepada siapa saja , seperti raja-raja, orang-orang besar dan sebagainya yang menjalani ” prosesing pengurapan ” bukan hanya untuk Yesus saja. Sebagai contoh, kita menyebut ” Al Masih Ibnu Maryam ” sama seperti kita menyebut Al Masih Dajjal ”. Dalam Bibel kita mendapatkan contoh semacam itu. Sedangkan yang dimaksud ” Kristus “ dalam dialog Yesus dengan orang-orang Parisi tersebut adalah Menahem, Ratu Adil , Nabi Akhir Zaman , yang dijanjikan kedatangannya melalui nubuatan para nabi . Dalam hal ini , dengan mengikuti alur pendapat penganut Kristen bahwa Yesus adalah ” Anak Daud “, sesungguhnya dengan dialog tersebut Yesus hendak menegaskan dirinya bahwa dia bukanlah ” Kristus( = Menahem , Ratu Adil , Nabi Akhir Zaman ) yang dijanjikan. Tetapi teologi yang dikembangkan dan diajarkan Paulus justru terbalik dari itu. Di kalangan Yahudi sendiri sudah berkeyakinan bahwa Yesus bukanlah  Kristus “ ( = Menahem , Ratu Adil , Nabi Akhir Zaman ) yang dijanjikan .
Bahasan yang panjang ini disajikan untuk Eja Kalima agar mengetahui bahwa  ayat Yahya 10 : 36  bukanlah dalil yang absah tentang Yesus sebagai ANAK ALLAH.  Dan sekaligus menunjukkan, Yesus bukanlah tokoh ” KRISTUS ”(= Menahem , Ratu Adil , Nabi Akhir Zaman ) yang dijanjikan  dan yang ditunggu-tunggu ummat manusia. Tetapi pada umumnya , masyarakat Yahudi yang menyaksikan Yesus dengan segala mukjizat yang dilakukannya merespon Yesus hanya sebagai seorang manusia biasa yang diangkat sebagai nabi/Rasul Allah dan hadir di tengah-tengah mereka seperti nabi-nabi sebelumnya. Hal ini dapat disimak dari ayat-ayat Alkitab/Bibel berikut :
Apabila orang banyak melihat hal itu , takutlah mereka itu serta MEMULIAKAN ALLAH YANG TELAH MENGARUNIAKAN KUASA SEDEMIKIAN ITU KEPADA MANUSIA ( Matius 9 : 8 )
Maka kata orang banyak itu : ” INILAH NABI YAITU YESUS dari negeri Nazaret di tanah   Galilea ”.  ( Matius 21 : 11 )
Maka tatkala mereka itu mencari jalan hendak menangkap Diua, datanglah takut mereka itu akan orang banyak karena ORANG BANYAK ITU MENILIK DIA SEORANG NABI. ( Matius    21 : 46 )

Yesus sendiri mengakui dirinya sebagai NABI. Hal ini dapat dibaca ayat Matius sebagai berikut 

Maka mereka itu menaruh syak akan Dia . tetapi kata yesus kepada mereka itu : ” Seorang nabi bukannya tiada berhormat , kecuali di dalam negerinya dan di dalam rumahnya           ( Matius  13 : 47 )
Tetapi kata Yesus kepada mereka itu : ” seorang nabi bukannya tiada berhormat , kecuali di dalam negerinya sendiri serta di antara sanak saudaranya dan di dalam isi rumahnya  ( Markus 6 : 4 )
Dan lagi katanya : ” Sesungguhnya Aku berkata kepadamu , Tiadalah seorang nabi diindahkan di alam negerinya sendiri ”  ( Lukas 4 : 24 )
Karena Ia sendiri  menyaksikan bahwa seorang nabi tiada berhormat di dalam negerinya  sendiri .   ( Yahya 4 : 44 )

Pernyataan ini dikeluarkan Yesus setelah kaumnya menaruh syak dengan misi ajaran yang dibawanya. Oleh karena hal ini menyangkut keberadaan dirinya dan Yesus mengungkaplkan masalah nabi yang tidak diterima oleh kaumnya berarti Yesus mengakui diri sebagai SEORANG NABI ! Dan tidak ada satupun dalam Alkitab/Bibel yang mengungkapkan bahwa Yesus mengakui dirinya sebagai bagian dari TRINITAS atau sebagai ANAK ALLAH.

PENUTUP

Mengakhiri seri bagian tulisan ini, akan diberikan tanggapan pernyataan Eja Kalima : Ingat ,  bagaimana  pun  manusia  tak  berkuasa  menjadikan  dirinya  ANAK  yangberhakekat Allah . Tetapi Allah berkuasa menjadi-kan diriNya sebagai ANAK MANUSIA  ”.
Jelas, manusia tidak berkuasa menjadikan dirinya berhakekat Allah. Kalau ada yang mengatakan bisa berhakekat Allah , dapat dipastikan orang itu gila.  Tetapi kita yang sadar akan kebesaran Allah tentu tidak akan menempatkan Allah  pada posisi yang tidak pantas bagi Allah . Sifat Kemaha-kuasaan Allah tidak harus diartikan sewenang-wenang bahwa Allah maha kuasa melakukan semua hal termasuk hal-hal yang tidak pantas  karena yang demikian melanggar  ke-MAHA-SUCIAN-Nya . Jangan karena Allah itu MAHA KUASA lalu manusia pun berkesempatan secara sewenang-wenang mengatakan : TIDAK ADA HALANGAN ALLAH MENJADI SEEKOR DOMBA KARENA ALLAH ITU MAHA KUASA . Hal yang demikian melanggar KEMAHA-SUCIAN ALLAH . Atau misalnya jangan karena Allah dikatakan MAHA KUASA lalu dikatakan Allah berkuasa untuk kencing dan ngengek.  Begitu pula , jangan karena Allah itu MAHA KUASA lalu seseorang dengan seenak perut mengatakan ALLAH BERKUASA MENJADIKAN DIRINYA SEBAGAI ANAK MANUSIA. Itu melanggar KEMAHA-SUCIAN ALLAH . Benar-benar sangat merendah-kan Allah jika kita harus mengatakan bahwa Allah selaku ANAK MANUSIA dilahirkan oleh seorang perempuan , lalu Allah menetek pada perempuan itu , dan pada umur delapan hari atau pada umur berapa , Allah disunat alat kelaminnya. Dan suatu saat Allah kencing atau berak, dan pantatnya Allah diceboki oleh perempuan yang melahirkannya dan sebagainya. Penempatan sifat KEMAHA-KUASAAN ALLAH yang tanpa batas seperti itu dan tanpa mempertimbangkan sifat MAHA-SUCI-NYA , sangatlah tidak pantas.  Kalau memang Allah itu MAHA KUASA menjadikan diri-Nya sebagai ANAK MANUSIA yang dilahirkan seorang perempuan, lalu mengapa Allah itu TIDAK MAHAKUASA mengampuni dosa Adam sehingga dosa Adam ini harus ditularkan kepada anak cucunya, kemudian menuntut kehadiran seorang manusia lain untuk dikorbankan di atas tiang salib ?  Harap direnungkan !
Selanjutnya , Eja Kalima berkata : ” Jadi , jikalau Allah , malaikat-malaikat , para nabi ( dan semua setan ) telah menghadirkan realitas ANAK bagi Allah , maka atas wewenang apa orang-orang boleh manajisi dan membatalkan seorang ANAK ALLAH ?  ”.  Perlu ditegaskan di sini , tidak ada satu kalimatpun dalam Al Qur’an yang menegaskan adanya realitas ANAK ALLAH sebagaimana yang menjadi kepercayaan Kristen ajaran Paulus sekarang ini .  Ummat Islam menolak dan wewenang penolakan itu dimiliki dalam rangka menempatkan Allah SWT pada posisi KEMAHA –SUCIANNYA sehingga membatalkan penempatan sifat MAHA KUASA-Nya secara ngawur oleh orang yang terpengaruh oleh SETAN/IBLIS . Oleh karena itu pernyataan Eja Kalima tidak bermakna apa-apa untuk disajikan dalam jamuan yang diakakannya. Pernyataannya tersebut hanya bermakna dihubungkan dengan Alkitab/Bibel dan dogma Kristen . Kalau sampai SEMUA SETAN / IBLIS mengakui eksistensi ANAK ALLAH  sebagaimana yang dikatakan Eja Kalima, cukuplah dimaklumi bagaimana sebenarnya agama Kristen tersebut .
Terakhir , Eja Kalima berkata : ” Dan jikalau Allah sendiri yang mengumumkan :    “ Aku memiliki seorang “ ANAK “ dan membuktikan-nya (! ) maka Muslim manakah yang dapat menutup mulutnya Allah ? “.  Pernyataan Eja Kalima ini sangat ” mengagumkan ”. Pernyataan ini dapat ditanggapi dari dua sisi yaitu dari sisi Al Qur’an dan dari sisi Alkitab / Bibel . Dari sisi Al Qur’an sangat jelas ditegaskan bahwa ALLAH TIDAK BERANAK  sehingga tidak mungkin ” Allah sendiri yang mengumumkan : “ Aku memiliki seorang “ ANAK “ dan membuktikan-nya ( ! ) ” . Dengan demikian , ummat Islam ( kaum Muslimin ) tidak perlu menutup ” mulut ”-Nya Allah karena dalam Al Qur’an ditegaskan, Allah tidak pernah mengakui  memiliki seorang ANAK dan tidak pernah mengatakan bahwa diri-Nya mempunyai anak . Bahkan mengatakan Allah mempunyai anak justru merupakan kekafiran mutlak, dan siapa yang mengatakannya, tidak diragu-ragukan lagi adalah sekafir-kafirnya manusia. Lalu bagaimana dari sisi Alkitab/Bibel? Sebaiknya Eja Kalima menunjukkan bunyi ayat Alkitab/ Bibel yang berisi pernyataan Allah : “ Aku memiliki seorang “ ANAK “ dalam pengertian harfiah dan mutlak bukan sebagai ungkapan. Juga menunjukkan bagaimana Allah ” membuktikannya (! ) ”. Jangan hanya mengatakannya saja. Dalam Alkitab/Bibel ada dinyatakan tentang : BAPA-ANAK, bahkan oleh IBLIS dan SEMUA SETAN pun memberikan pengakuan tersebut.
Tetapi jika dikaji dengan cermat, sebutan ” ANAK ” dalam Bibel/Alkitab itu hanya sekedar UNGKAPAN SEMATA-MATA, bukan secara harfiah. Sejumlah ayat Alkitab/Bibel menyebut ” ANAK ” yang dihubungkan kepada Allah untuk sejumlah tokoh Alkitab/Bibel. Jika kata ” ANAK ” ini diartikan secara harfiah berarti Allah mempunyai begitu banyak ” ANAK ”. Lalu di mana kedudukan ” ANAK TUNGGAL” yang hendak dikenakan kepada Yesus ? Dan harap diketahui, konsep dan dogma ” KEANAKAN ” ini rupanya dipungut dari kepercayaan agama kafir kuno . Oleh karena itu . MULUT ALLAH tidak perlu ditutup karena Allah tidak pernah mengajarkan hal yang aneh-aneh melalui Nabi dan Rasul-Nya . Tetapi kepercayaan kafir kuno yang  dicopet ” oleh penganut Kristen inilah yang harus diberantas, supaya tetap berakidah Tauhid dan tidak terjerumus dalam kepercayaan kepada TIGA TUHAN yang menjadi SATU TUHAN atau TUHAN YANG ESA tetapi terpilah menjadi TIGA TUHAN , sebuah ” aksioma ” yang menjungkir akal sehat dan otak orang waras karena tidak pernah ada dalil matematika yang segila itu .
Dan yang mengherankan yaitu pernyataan Eja Kalima ” Dan jikalau Allah sendiri yang mengumumkan : “ Aku memiliki seorang “ ANAK “ dan membuktikannya ( ! ) maka Muslim manakah yang dapat menutup mulutnya Allah ? “ dikemukakannya dalam  Undangan   Jamuan ” dengan ” mengundang ” Kaum Muslimin. Hal yang demikian hanya dipahami jika dalam Al Qur’an ada pengumuman Allah SWT bahwa diri-Nya mempunyai anak. Jelas cara dan perilaku yang demikian sangat tidak benar untuk dikemukakan dalam sebuah ” Jamuan( dialog agama ) yang benar-benar bertujuan mencari kebenaran yang hak . Lebih benar jika Eja Kalima membuktikan terlebih dahulu bahwa dalam Al Qur’an ada dinyatakan Allah mempunyai anak. Tetapi nyatanya Al Qur’an tidak mengajarkan kepercayaan gila tersebut bahkan menentangnya dengan menyatakan, siapa yang mengatakan Allah mempunyai anak dan Allah itu adalah yang ketiga dari Trinitas, sesungguhnya adalah sesat dan musyrik. Penganut Kristen berkepercayaan seperti itu, maka mereka adalah sesat dan musyrik.
Allah SWT  MAHA SUCI DARI SIFAT-SIFAT yang menghina kesucian-Nya. Anda tidak bisa berkata misalnya : ” Dan jikalau Allah sendiri yang mengumumkan : “ Aku lagi kencing dan ngengek “ dan membuktikannya ( ! ) maka Muslim manakah yang dapat menutup mulutnya Allah? “ karena Allah SWT MAHA SUCI dari berkencing dan berak. Kita tidak bisa menempatkan sifat ” KE-MAHA-ANNYA ” pada semua aspek sehingga kepada yang mustahilpun kita kenakan kepada-Nya . Dalam Al Qur’an ayat Ash Shaffat 159 ( Qs. 37 : 159 ) ditegaskan : ”  Maha Suci  Allah dari apa yang mereka sifatkan ”. Begitu pula ayat Al Anbiyaa 22 ( Qs. 21 : 22 ) : ”  Maka Maha Suci  Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan ”. Pernyataan ayat-ayat Al Qur’an tersebut menunjukkan bahwa ada sifat-sifat yang tidak layak dikenakan kepada Allah SWT  seperti beranak, makan, minum, kencing, disunat dan sebagainya yang hanya ada pada makhluk. Bila kita melakukannya maka sesungguhnya kita telah melakukan satu dosa besar yang tidak terampuni kecuali kalau kita bertobat dari perbuatan demikian.  Dengan pernyataannya yang memberi sifat kepada Allah seperti itu , Si Kristen Penyaji Apologi telah menempatkan Allah SWT , di samping memiliki sifat-sifat yang sejalan dengan KEMAHA-SUCIANNYA dan KEMAHA-BESARANNYA, juga memiliki sifat-sifat yang tidak layak dikenakan kepada Allah SWT. Hal –hal  ini harus diketahui oleh Si Kristen Penyaji Apologi sebelum  mengeluarkan pernyataan ngawur tersebut .



[1] ).  Geoffrey Parrinder , idem , hal.  213.
[2] ).   Dr. C. Groenen Ofm , idem , hal 77
[3] ) .  Teks ayat-ayat Al Qur’an yang mengungkapkan Yesus ( nabi Isa Al Masih as ) dapat berbicara di masa bayi dikutipkan berikut :
dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh  (  Ali ‘Imran 46 )
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus . Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa… ( Al Maa-idah 110 )
maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata : " Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"    ( Maryam 29 )

[4] ).  Injil Markus dalam ayat Markus  6 : 3 mengungkapkan pernyataan yang boleh dikatakan sama tetapi ada perbedaan yaitu :  Bukankah orang ini TUKANG KAYU , ANAK MARYAM dan saudara YAKUB  dan YOSES DAN YUDAS dan SIMON ? Dan bukankah SAUDARANYA YANG PEREMPUAN ada di antara kita di sini ? “. Jika dalam Matius 13 : 55-56 yang berprofesi TUKANG KAYU adalah “ ayah-nya Yesus “ sedangkan menurut Markus 6 : 3, yang berprofesi sebagai TUKANG KAYU ADALAH YESUS sendiri. Perbedaan ini memunculkan perbedaan lanjutan yaitu Matius 12 : 55 mengungkapkan keberadaan “ ayah Yesus “ sesuai dengan kalimat ayat “ Bukankah Ia ini anak tukang kayu ? “ sedangkan Markus meniadakan sama sekali keberadaan “ ayah Yesus “. Perbedaan lainnya, dalam Matius 12 : 55, salah seorang saudara Yesus itu bernama YUSUF, tetapi menurut Markus 6 : 3, namanya YOSIS. Dan menjadi pertanyaan, siapakah nama TUKANG KAYU  yang dikatakan sebagai “ ayah-nya “ Yesus tersebut. Injil Lukas, begitu pula Injil Yahya tidak menyebut “ TUKANG KAYU “ ini kecuali dikatakan Yesus adalah anak Yusuf ( Luk. 4 : 22 dan Yah. 6 : 42 ) dan juga tidak menyebut adanya saudara laki-laki dan perempuan Yesus.
[5] )  Dr.J.Verkuyl ,   “ SAMAKAH SEMUA AGAMA ?   hal. 50
[6] ) . Dr. D.Bakker ,  “ PENGHIBUR SEJATI “ , hal .170
[7] ). Dr. R. Soedarmo, IKHTISAR DOGMATIKA , hal. 138
[8] ).  Ny. Ulfat Aziz-us-Samad,  The Great Religion Of The World  (ed. Terjemahan bhs. Indonesia ,  Agama-Agama Besar Dunia , hal. 25 – 34 )
[9] ).  Ibrahim Sulaiman Al Jabhani , Menyingkap Sosok Missionaris , hal. 57 .
[10] ).  Pernyataan Paulus ini bertentangan dengan pernyataannya yang lain yang menekankan bahwa manusia diselamatkan bukan dari perbuatan melainkan dari iman . Baca misalnya Epesus    2 : 8-9 ; Timotius 1 : 9 ; Titus 3 : 5  ; 2 Kor. 11 : 15 dan sebagainya .
[11] ).   Lihat Dr. Harun Hadiwjono , idem hal. 113 . 
[12] ).  Menjadi pertanyaan , apakah penganut Kristen sekarang jika berdo’a kepada Tuhan , mereka bersujud ke tanah seperti yang dicontohkan Yesus ?  Mungkin yang melakukan ini hanya Sekte Gereja Orthodoks saja , sedangkan lainnya , tidak melakukan sama sekali . Di sini bisa dilihat , apakah mereka pengikut Yesus atau pengikut Paulus .
[13] ). Yoesoef Syoueb  ,  Isa, Nabi Ummat Islam , hal. 27
[14] ).  JB . Banawiratma , KRISTOLOGI DAN ALLAH TRITUNGGAL . hal.67 .
[15] ).  Yoesoef Syoueb , idem , hal .
[16] ). Donald Guthrie ,  Teologi Perjanjian Baru , hal. 272 . 
[17] ). Karel A. Steenbrink , Perkembangan Teologi Dalam Dunia Kristen Modern , hal, 32 .
[18] ). DR. Tom Jacobs SJ , PAULUS  , hal.122 .

0 komentar:

Posting Komentar