Jumat, 24 Agustus 2012

FIRMAN ALLAH : YESUS ATAU AL QUR'AN ?


MENYAMBUT UNDANGAN JAMUAN PIHAK KRISTEN
SIAPAKAH FIRMAN ALLAH YANG DITURUNKAN KE DUNIA ITU ?
 
PENGANTAR .
Sebuah buku berjudul ” KITAB TUHAN MENJAMU TUDUHAN DAN SALAH PAHAM  Apologetika Kristiani , Khusus Untuk Penganut Dan Pengeritik Alkitab  tanpa menyebut nama penerbit  ditulis seorang Kristen bernama Eja Kalima . Entah nama sebenarnya atau nama samaran .
Sesuai dengan judulnya. buku ini menyajikan sejumlah apologi tentang berbagai keyakinan Kristen yang berbeda atau bertentangan dengan keyakinan Islam . Dan apologi ini sengaja ditujukan kepada ummat Islam selaku “ PENGERITIK PEDAS “ keyakinan Kristen . Setiap tema apologi yang dibahas diberi judul : “ SALAH PAHAM  “ . Maksudnya , ada  SALAH-PAHAM pihak Muslim atas keyakinan Kristen dan karenanya melalui tulisan buku itu, Eja Kalima menyajikan “ Jawaban “ atas KESALAH-PAHAMAN ummat Islam ( kaum Muslimin ) tersebut. Ini sesuai dengan JUDUL pengantarnya: MELURUSKAN TUDUHAN DAN SALAH PAHAM. Ada 22 SALAH PAHAM  diungkap Eja Kalima , sekaligus ” meluruskan ” SALAH PAHAM tersebut dengan penjelasan-penjelasan apologi sekaligus menunjukkan ketidak-benaran ajaran Islam pada beberapa tema sentral yang menjadi perbedaan antara Islam dengan  Kristen .Oleh karena buku tersebut merupakan UNDANGAN JAMUAN KEPADA UMMAT ISLAM, maka perlu ditanggapi. Salah satu tema yang dibahas adalah klaim tengan Yesus memiliki sifat-sifat keilahian. Salah satu tema yang diangkat Eja Kalima adalah masalah " FIRMAN ALLAH " dengan pertanyaan : YESUS ATAUKAH AL QUR'AN .

 APOLOGI  1   :  FIRMAN TURUN KE DUNIA MENJADI MANUSIA
 Eja Kalima memberi pernyataan  :
Injil Yohanes memulai ayatnya dengan menegaskan bahwa Firman Allah itu ( sejak semula ) adalah bersama –sama dengan Allah dan adalah Allah. Sang FIRMAN YANG ILAHI INI TURUN KE DUNIA MENJADI MANUSIA yang dinamai Yesus ( Yoh. 1 : 1,14 ). Quran pun dalam Surat 4 : 171 terkesan mengandung kemiripan seperti ayat di atas, namun segera ditafsirkan bahwa “ KALIMAT ALLAH “ hanyalah sebatas “ KATA-KATA “ yang keluar dari mulut  Allah dan Isa adalah AKIBAT dari kalimat “ JADILAH “ ( kun ) MAKA JADILAH DIA ISA .

TANGGAPAN  :
Pembicaraan mengenai ayat Yahya 1 : 1,14  telah dikemukakan dalam seri tulisan bagian ke 1   ( lihat bagian pertama seri tulisan dengan judul : ” MENJAWAB APOLOGI PENGANUT KRISTEN  TENTANG  KONSEP TRINITAS ” ).  Oleh karena itu masalah ayat Yahya 1 : 1, 14  tidak lagi dibahas pada bagian 2 seri tulisan  ini. Satu hal yang menjadi keprihatinan yaitu Eja Kalima mengajukan ayat Yahya 1 : 1,14  kepada ummat  Islam yang diundang hadir dalam ” Jamuan ” yang diadakannya sebagai dalil bagi YESUS selaku FIRMAN ALLAH maka dalam konteks dialog agama yang diadakannya adalah sangat tidak etis, sebab Bibel/ Alkitab bukan kita suci agama Islam, dan itu adalah urusan penganut Kristen.
Namun akan dibahas  pernyataan Eja Kalima yang melihat kemiripan antara ayat Yahya 1 : 1 dengan ayat Qs. 4: 17 yaitu : ” Quran pun dalam Surat 4 : 17 terkesan mengandung kemiripan seperti ayat di atas, namun segera ditafsirkan bahwa “ KALIMAT ALLAH “ hanyalah sebatas “ KATA-KATA “ yang keluar dari mulut  Allah dan Isa adalah AKIBAT dari kalimat  “ JADILAH “      ( kun ) MAKA JADILAH DIA ISA  ”. Sejauh mana kebenaran pernyataan Eja Kalima , untuk jelasnya , berikut dikutipkan terjemahan ayat Qs. 4 : 171  :
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu , dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan)kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan ( dengan tiupan ) roh dari-Nya . Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan : " (Tuhan itu) tiga ", berhentilah ( dari ucapan itu ). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
Melengkapi ayat Qs. 4 : 171 , berikut ditampilkan terjemahan dua ayat lain yang juga berbicara tentang kejadian dan kelahiran Isa Al Masih as (Yesus Kristus ) yaitu Qs.3 : 59  dan Qs. 3 : 45  :
Sesungguhnya misal ( penciptaan ) Isa di sisi Allah, adalah seperti ( penciptaan ) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah , kemudian Allah berfirman kepadanya : " Jadilah " ( seorang manusia ), maka jadilah dia. (  Qs. 3 : 59  )
( Ingatlah ), ketika Malaikat berkata : " Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu ( dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan ) dengan kalimat ( yang datang ) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa  putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan ( kepada Allah ), ( Qs. 3 : 45 ).
Ayat-ayat ini sangat jelas dan tidak membutuhkan penafsiran lagi bahwa Isa Al Masih diciptakan dengan kalimat yang diucapkan Allah yaitu ” KUN ” maka ” JADILAH ” Isa dalam rahim Maryam. Jadi menurut Al Qur’an , Yesus adalah produk dari kata ” KUN ” bukan ”KUN ” itu sendiri. Sedangkan ayat Alkitab/Bibel Yahya 1 : 1, mengajarkan : ” ... Pada awal pertama adalah Firman dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itulah juga Allah ” dan Yahya 1 : 14 mengajarkan pula : ”  Firman itu telah menjadi manusia serta tinggal di antara    kita .....”. Dipahami kedua ayat Alkitab/Bibel tersebut memberi pengajaran dogma Kristen bahwa Yesus ( - selaku Firman yang menjadi daging - ) adalah kalimat  ” KUN ”. Jelas ini tidak mirip bahkan bertentangan sama sekali dengan penegasan ayat Qs. 4 : 171 ;  Qs.  3 : 59  dan Qs.    3 : 45 . Eja Kalima  rupanya asal ucap .
Penciptaan Isa Al Masih ini sama dengan penciptaan Adam ( Qs. 3 : 59 ) dan juga penciptaan semua makhluk sebagaimana yang ditegaskan dalam Qs.16 : 40 : ” Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya : " kun ( jadilah ) ", maka jadilah ia  ”. Ini bukan penafsiran tetapi memang demikian pengertian yang dinyatakan oleh ayat-ayat Al Qur’an tersebut.  Oleh karena itu , betapa kelirunya si Kristen ketika berkata : ” ..... namun segera ditafsirkan bahwa “ KALIMAT ALLAH “ hanyalah sebatas “ KATA-KATA “ yang keluar dari mulut  Allah dan Isa adalah AKIBAT dari kalimat   “ JADILAH “  ( kun ) MAKA JADILAH DIA ISA ”. Tidak ada istilah ” segera ditafsirkan ” karena ayat-ayat Al Qur’an tersebut memang mengatakan demikian, bukan ditafsirkan yaitu ISA DICIPTAKAN DENGAN KALIMAH-NYA seperti halnya penciptaan/kejadian makhluk lainnya, BUKAN KALIMAH-NYA YANG BERINKARNASI MENJADI MANUSIA YESUS.
Bagi Ummat Islam , tidak ada kesan sama sekali bahwa ayat Qs. 4 :171 mirip dengan ayat Yahya 1 : 1 , 14  karena ” inti berita ” yang disampaikan keduanya sangat berbeda bahkan bertentangan. Ayat Yahya 1 : 1 menegaskan ” FIRMAN ” itu ” ALLAH ” dan pesan dengan pengertian seperti itu tidak ada dalam ayat Qs . 4 : 171 .  Begitu  pula  ayat  Yahya  1 :  14  yang  menyatakan  terjadinya  INKARNASI ” FIRMAN ” menjadi  ” MANUSIA ”. Tidak ada pesan dengan pengertian seperti itu dalam ayat Qs. 4 : 171 dan ayat-ayat lainnya. Hanya Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya saja yang mengatakan adanya kesan kemiripan antara ayat Qs. 4 : 171 dengan Yahya 1 : 1,14 lantaran kebodohannya. Tentu kesan seperti itu dipengaruhi oleh dogma Kristen Kristen yang dianut dengan membaca ayat Qs. 4 : 171 menurut kacamata dogma Kristen . Jadi Eja Kalima telah ” menafsir ” ayat Qs. 4 : 171 dengan ayat Bibel/Alkitab ayat Yahya 1 : 1 , 14  . Ini perbuatan yang sangat keterlaluan dan menunjukkan kejahilan .

APOLOGI  2 :   SANG KALIMAT –  SEBAB HAKIKI DAN PENYEBAB TUNGGAL DARI SEGALA YANG ADA . 
Eja Kalima memberi pernyataan  :
Muslim tidak siap melihat Isa dari sisi yang  lain  yaitu sebagai SANG KALIMAT –  “ AKULAH KALIMAT “ yang justru merupakan SEBAB HAKIKI dan PENYEBAB TUNGGAL dari segala yang ada ( Yoh. 1 : 3 , dll ) . Dialah yang merupakan PEMBICARA ILAHI dan PENYATA DIRI ALLAH untuk manusia ( Ibr. 1 : 1 , Yoh 1 : 18 ) agar Allah yang tidak bisa dipahami menjadi dapat dipahami oleh manusia .

TANGGAPAN  :
Sikap  keberagamaan  kaum  Muslimin  didasarkan  pada  Al  Qur’an  dan  Hadist/Sunnah. Jadi bukan soal  siap  atau  tidak  siap . Karena  ini menyangkut akidah dasar Islam , tidak mungkin kaum Muslimin mau melihat Isa dari sisi lain mendasarkan pada dogma Kristen padahal Al Qur’an sangat menegaskan bahwa Isa itu bukan Tuhan , bukan apanya Allah , melainkan makhluk yang diciptakan Allah , sama seperti penciptaan makhluk lain .  Kalau Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya berkeyakinan bahwa Yesus  : ” sebagai SANG KALIMAT –  “ AKULAH KALIMAT “ yang justru merupakan SEBAB HAKIKI dan PENYEBAB TUNGGAL dari segala yang ada ( Yoh. 1 : 3 , dll )  ” maka yang demikian itu adalah urusan Eja Kalima . Tapi jangan meminta ummat Islam untuk berpendapat dan berkeyakinan seperti itu karena Al Qur’an sudah jelas mengatakan – bukan tafsirnya kaum Muslimin – bahwa ISA AL MASIH DICIPTAKAN DARI KALIMAT ” KUN ” , yang berarti ISA AL MASIH ADALAH PRODUK DARI KALIMAT ” KUN ” , sama seperti kejadian Adam , manusia pada umumnya dan makhluk lainnya , BUKAN KALIMAT YANG BERINKARNASI MENJADI ISA AL MASIH .
Begitu pula dengan pernyataan keyakinan tentang Yesus yang disajikan Eja Kalima : ” Dialah yang merupakan PEMBICARA ILAHI dan PENYATA DIRI ALLAH untuk manusia ( Ibr. 1 : 1 , Yoh 1 : 18 ) agar Allah yang tidak bisa dipahami menjadi dapat dipahami oleh manusia ”, itu pun urusan Eja Kalima dan penganut Kristen lainnya sesuai dengan dogma Kristen yang dianutnya. Tapi jangan meminta kesiapan kaum Muslimin untuk memahami seperti itu, karena sudah jelas dalam keyakinan Islam bahwa Allah dipahami melalui segala sifat-Nya dengan memperhatikan dan merenungkan akan segala ke-MAHA KUASA-an, ke-MAHA-BESAR-an dan ke-MAHA-an lainnya dari Allah melalui hasil ciptaan-Nya. Bukan dipahami seperti hendak memahami sebuah benda dengan cara membedah dan memilah-milah Allah. Ummat Islam tidak membutuhkan keyakinan YANG TIDAK MASUK AKAL atau KEYAKINAN YANG TIDAK WARAS seperti itu yaitu agar Allah bisa dipahami , Allah harus menjadi manusia terlebih dahulu. Keyakinan yang demikian tidak lebih baik dengan kepercayaan kafir kuno tentang dewa-dewa.Jika Eja Kalima benar-benar mau menjamu ummat Islam, tunjukkan berdasarkan Al Qur'an, dan Hadist bahwa Yesus adalah KALIMAT YANG BERINKARNASI MENJADI DAGINGNYA YESUS. Jadi bukannya menyodokkan dogma Kristen kepada ummat Islam. Ini jika benar-benar mau mengundang ummat Islam dalam " JAMUAN " yang diadakannya.
Kemudian  berbicara mengenai istilah ”  PEMBICARA ILAHI   atau   PENYATA DIRI ALLAH ”
bagi Yesus sangat tergantung bagaimana memaknai istilah- istilah tersebut. Dalam Islam , kedua istilah itu bisa dikenakan kepada setiap  RASUL ALLAH , seperti Nabi Muhammad SAW dan  Nabi  Isa  Al  Masih  as ( Yesus Kristus ) yang membawa perintah dan risalah dari Allah tentang KEESAAN ALLAH  dan  BERTAUHID KEPADA ALLAH . Dan Islam tidak pernah akan memahami jika kedua istilah tersebut hendak dikenakan kepada MANUSIA sebagai ALLAH itu sendiri yang berinkarnasi menjadi manusia . Ummat Islam ( kaum Muslimin ) tidak akan menempatkan kepalanya dalam pemahaman bodoh seperti itu .

APOLOGI  3   :   SUBYEK  TELAH MENJADI  OBYEK BAGI  “ KALIMAT ALLAH “

Eja Kalima memberi pernyataan  :
Para penafsir Quran yang memaknakan SUBYEK menjadi OBYEK bagi  “ KALIMAT ALLAH “ (sebagai akibat dari KALIMAT ALLAH yang berfirman “JADILAH “) akan menemui kesulitan oleh kenyataan bahwa KALIMAT ALLAH adalah juga AL QURAN yang diturunkan ke dunia . Apakah AL QURAN dapat sama  dengan  ISA : akibat dari kalimat “ JADILAH “?

TANGGAPAN  :
Sekali lagi, pemahaman atas ayat Qs. 4 : 171 bukan hasil penafsiran kaum Muslimin melainkan karena memang demikianlah yang ditegaskan oleh ayat Qs.  4 : 171 . Perlu dijelaskan di sini , TIDAK ADA KESULITAN YANG AKAN DITEMUI OLEH PARA PENAFSIR AL QUR’AN SEHUBUNGAN DENGAN DIKATAKAN AL QUR’AN ADALAH KALIMAH ALLAH KETIKA DI SISI LAIN DIKATAKAN ISA ALMASIH ADALAH KALIMAH ALLAH ( dalam pengertian sebagai produk dari kalimat ” Kun ” ) SEHINGGA TIDAK PERLU DISIMPULKAN : AL QUR’AN DAPAT SAMA DENGAN ISA. Menyatakan adanya kesulitan kaum Muslimin menafsirkannya sesungguhnya tidak lebih dari khayalan Eja Kalima sendiri. Dalam Al Qur’an kata ” KALIMAH ” mempunyai banyak makna . Oleh karena itu pernyataan Eja Kalima  : ” Para penafsir Quran yang memaknakan SUBYEK menjadi OBYEK bagi  “ KALIMAT ALLAH “ ( sebagai akibat dari KALIMAT ALLAH yang ber-firman “JADILAH “ ) akan menemui kesulitan oleh kenyataan bahwa KALIMAT ALLAH adalah juga AL QURAN yang diturunkan ke dunia. Apakah AL QURAN dapat sama  dengan ISA : akibat dari kalimat “ JADILAH “ ? ” sebenarnya muncul KARENA EJA KALIMA TIDAK MEMAHAMI ARTI ’ KALIMAT ” DALAM AL QUR’AN. Untuk itu, berikut ini disajikan beberapa pengertian ” KALIMAH ” menurut Al Qur’an untuk diketahui oleh Eja Kalima  dan penganut Kristen pada umumnya sebelum menyajikan pernyataannya tersebut .
Dalam ayat An Nisaa’ 171 , dikatakan  Isa Al Masih as adalah “ Kalimatuhu “ ( Kalimat-Nya ) atau dalam ayat Ali ‘Imran 45 : “ Kalimati (n)mminhu “ ( Kalimat dari-Nya ). Menjadi pertanyaan pula, apa yang dimaksud dengan kata “ Kalimat “ pada kata-kata tersebut ? Menjawab pertanyaan ini, sangatlah tidak tepat bagi penganut Kristen dengan menunjuk Bibel, ayat Yahya 1 : 1 yang Hellenistic sebagai penjelasan , melainkan harus dikembalikan kepada ayat-ayat Al Qur’an itu sendiri. Pemahaman atas kata “ Kalimat “ bergantung pada penggunaan kata tersebut dalam ayat-ayat Al Qur’an , sedangkan merujukkannya kepada ayat Yahya 1 : 1 merupakan langkah konyol yang tidak tahu malu sebab ayat Al Qur’an bukanlah ayat Bibel ! Penganut Kristen tidak percaya dengan ayat-ayat Al Qur’an sebagai wahyu Allah. Lalu bagaimana mereka menggunakan ayat Al Qur’an untuk membenarkan kepercayaan Kristen walaupun dengan cara menerapkan ayat Bibel atas ayat-ayat Al Qur’an tersebut ?
Berikut  disajikan makna “ Kalimat “ pada berbagai ayat Al Qur’an. Terjemahan yang disajikan diambil dari  terjemahan  tafsir  “ Al Qur’an Dan Terjemahnya “  Departemen Agama RI , dengan
sedikit perubahan yaitu kata “ kalimat “ tetap dipertahankan dalam terjemahan yang disajikan .

1.      Kalimat “ adalah Do’a Taubat .
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubat-nya . Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (  Al Baqarah  37  )
Dalam ayat Al Baqarah  37   dikatakan : “ Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya  lalu  lanjutannya dikatakan : “ maka Allah menerima taubatnya “ . Apa yang disimpulkan dari kedua pernyataan ini ? Rupanya Adam menerima ajaran dari Allah bagaimana do’a taubat yang harus dipanjatkan untuk kesalahan yang dilakukan ,  kemudian dilaksanakan oleh Adam dan Allah SWT menerima taubatnya . Dan berkaitan dengan taubatnya Adam dan Hawa, diungkapkan dalam  ayat Al A’raaf 23  :
        Keduanya  berkata : “ Ya Tuhan kami , kami  telah  menganiaya  diri  kami  sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami , niscaya pastilah kami termasuk orang yang merugi “
Satu bentuk “ ratapan “seorang hamba kepada Al Khaliq lantaran dosa yang dilakukan . Dan itulah yang dilakukan oleh Adam dan Hawa . Allah SWT mengampuni dosanya. Hal ini ditegaskan dalam surah Thaa-haa 122 :
       Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.
Dengan demikian pengertian dari “ Kalimat “ dalam ayat Al Baqarah 37 : “ Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya  adalah  DO’A TAUBAT “.

2.      Kalimat “ adalah Kalimat Tauhid : Laa ilaaha illallah
Katakan , Hai Ahli Kitab , marilah ( berpegang ) kepada kalimat yang tidak ada peselisihan antara kami dan kamu bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak ( pula ) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah . Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka : “ Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri ( kepada Allah ) “ . ( Ali ‘Imran 64  )
Pernyataan “ kalimatin sawaa-i(n)mm baynanaa wa baynakum “ ( kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu ), yang kemudian dilanjuti dengan penjelasan risalah tauhid  yang menjadi dasar Islam : “ allaa na’buda illallaaha wa laa nusyrika bihi “ ( tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun ) dan “ wala yattakhiza ba’dunaa ba’dan arbaa-bam mindunillahi “ ( tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah  ) menunjukkan bahwa kata “ Kalimat “ yang dalam ayat ini tidak lain adalah kalimat Tauhid : LAA ILAAHA ILLALLAH , yang implementasi akidahnya  adalah  hanya  menyembah Allah SWT yang Esa secara mutlak baik substansi-Nya maupun sifat-Nya, bukan Esa dalam konsep Trinitas. Ungkapan “ kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu “ tergambar dari penegasan tauhid dalam surah Al Ikhlas: “ Katakanlah Allah itu Esa  yang sama dengan ajaran Musa yang masih tersisa dalam Bibel : “ Syema Yesrael , Yahwe Elahonu Yahwe Ehad ( Dengarlah hai Israel , Tuhan Allahmu adalah Tuhan yang Esa ) [1] ).  Baca pula dibaca ayat Az Zukhruf 28 yang memberikan makna “ kalimat “ sebagai kalimat tauhid  :
Dan ( Ibrahim ) menjadikan kalimat itu ( kalimat yang ) kekal pada keturunannya supaya mereka kembali ( kepada kalimat  itu )
Pemaknaan “ Kalimat “ sebagai kalimat tauhid : Laa ilaaha illallah pada ayat Az Zukhruf 28 ini , tidak salah karena pada ayat sebelumnya yang mendahului yaitu ayat Az Zukhruf 27 ditegaskan : “ … Tetapi ( aku menyembah ) Tuhan yang menjadikanku , karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku “. Ungkapan “ Tuhan yang menjadikanku  “ dan “sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku “ merupakan statemen dan kesaksian ketauhidan . Dan Ibrahim mengajarkan ketauhidan kepada anak-anaknya dan selanjutnya turun temurun untuk tetap dipertahankan. Banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan hal ini, misalnya Nabi Yakub as. betapa sebelum ajal datang, mengumpulkan anak-anaknya dan meminta mereka mempertahankan ketauhidan kepada Allah SWT. 
Makna “ Kalimat “ sebagai kalimat tauhid juga dapat dilihat pada ayat Al Fath 26 :
       Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan ( yaitu ) kesombongan jahiliyah , lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Rasul-Nya dan kepada orang-orang Mu’min dan Allah mewajibkan kepada mereka : kalimat taqwa dan adalah berhak dengannya    ( kalimat taqwa itu ) dan patut memilikinya . Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
Dalam ayat ini disebutkan : ” Kalimat Taqwa “ yang ditafsirkan “ kalimat tauhid “ dan “ memur-nikan ketaatan kepada Allah SWT ” ( Al Qur’an Dan Terjemahnya , Dep. Agama RI ).

3.      Kalimat “ adalah Janji-Janji Allah .
Dan sesungguhnya telah didustakan ( pula ) rasul-rasul sebelum kamu , akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan ( yang dilaku kan ) terhadap mereka sampai datang  pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat Allah. Dan sesungguhnya telah  datang  kepadamu  sebagian  dari  berita rasul-rasul itu.  ( Al An-aam  34  )
Ayat ini berbicara tentang keadaan rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad saw yang mengalami pendustaan dan penganiayaan kaumnya  sehingga datang pertolongan Allah kepada rasul-rasul tersebut . Kemudian berlanjut pada pernyataan : “Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat Allah  “ .  Pernyataan ini terkait dengan  sampai datang pertolongan Kami kepada mereka “. Dalam hubungan ini , maka makna “ kalimat “ dalam ayat ini adalah “ janji-janji Allah “ atau boleh juga bermakna “ ketetapan Allah “ untuk memberikan pertolongan kepada para rasul Allah ketika menghadapi tantangan, pendustaan, dan pengania-yaan kaumnya pada saat menyampaikan risalah Tuhannya. Oleh karena itu, terjemahan yang diberikan dalam “ Al Qur’an dan Terjemahnya “ Dep.Agama RI , ditulis : “  Tak ada seorang-pun yang dapat merobah kalimat-kalimat ( janji-janji ) Allah  “. Makna “ kalimat Allah “ sebagai   janji-janji Allah “ juga ada dalam ayat Yunus 64: 
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang
besar  .
Ayat Yunus 64 ini berbicara tentang peruntukan yang diperoleh WALI-WALI ALLAH yaitu orang-orang yang beriman dan selalu bertaqwa  ( ayat Yunus 62-63 ) .  Wali-Wali Allah ini akan mendapatkan berita gembira dalam kehidupan di dunia dan di akhirat . Lalu dipertegas : “ Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat Allah “ . Dari konteks ayat , terlihat bahwa yang dimaksud dengan “ kalimat-kalimat Allah “, tidak lain adalah “ janji-janji Allah “ untuk memberikan kebahagian di dunia dan di akhirat bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa ( wali-wali Allah ). Makna  ini , juga dapat disimak pada ayat Ash-Shaaffat 171 .

4.     Kalimat “ adalah Ayat-ayat Al Qur’an .
Telah sempurnahlah  kalimat Tuhanmu (  sebagai kalimat ) yang  benar  dan adil. Tidak ada yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang mendengar lagi Maha Mengetahui .  ( Al An-aam 115  ).
Dalam ayat Al An-aam 115 ini , ada dua sub kalimat yang mengandung kata “ kalimat “ yaitu :   Telah sempurnahlah kalimat Tuhan-mu ) dan “ Tidak ada yang dapat merobah kalimat-   Nya ”. Pada ayat sebelumnya , ayat Al An-aam 114 , disinggung kedudukan Al Qur’an sebagai kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw secara terperinci, dan orang-orang Ahli Kitab sesungguhnya mengetahui bahwa Al Qur’an diturunkan dari Allah dengan sebenarnya . Kemudian bersambung ke ayat 115 sebagaimana yang dikutipkan dengan dua sub kalimatnya mengandung kata “ kalimat “. Dari hubungan kedua ayat ini- ayat 114 dan 115 - dapatlah dipahami bahwa kata “ kalimat “ pada ayat 115 tidak lain berarti : Al Qur’an dan ayat-ayat Al Qur’an. Terinci dan benar, menunjukkan kesempurnaannya . Hal ini dinyatakan pula dalam ayat Al An-aam 38 : “ Tiadalah Kami abaikan sesuatupun di dalam Al Kitab ……  “ yang menegaskan kesempurnaan Al Qur’an [2] ). Dan kesempurnaan dari “ kalimat Tuhanmu “ ( Al Qur’an ) yang disebut ayat Al An-aam 115 ini, secara implisit dalam pengertian yang lebih luas , dijelaskan pula dalam ayat  Al  Maa-idah 3 c 
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu , agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu .
Kesempurnaan agama berfondasi pada kesempurnaan undang-undang yang menjadi basis ajaran agama tersebut. Untuk agama Islam, undang-undangnya adalah Al Qur’an. Ini berarti ketika Allah SWT menegaskan kesempurnaan agama Islam berarti Al Qur’an sebagai basis ajaran agama Islam sesungguhnya telah sempurna .
Selanjutnya pada sub kalimat yang kedua “ Tidak ada yang dapat merobah kalimat-Nya  berkaitan dengan  kesempurnaan  “ kalimat Tuhanmu “  yang  disebutkan sebelumnya. Dengan demikian kata “ kalimat “ dalam sub kalimat yang kedua berarti : “ ayat-ayat Al Qur’an“. Dan dalam kesempurnaan Al Qur’an , tidak akan ada yang dapat mengubah ayat-ayatnya seperti yang telah terjadi pada Taurat dan Injil, sehingga berwujud menjadi “ Bibel/ Alkitab “ sekarang ini .
Kepastian “ Tidak ada yang dapat merobah kalimat-Nya ” ditegaskan sendiri oleh Allah SWT, yang  memberikan  janji   menjaga  Al  Qur’an  dari  perubahan  tersebut  sebagai  mana  yang
tercantum  dalam ayat  Al Hijr 9 :    
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz Dzikr ( Al Qur’an ) dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya  .
Memang ada tuduhan para Orientalis Kristen bahwa Al Qur’an pada masa pencatatannya telah
mengalami perubahan, antara lain dengan membandingkan mushaf Utsman ( Mushaf Al Imam ) dengan mushaf Ibnu Mas’ud atau dengan menampilkan hadist-hadist tentang beberapa kata atau kalimat yang seharusnya ada dalam suatu ayat tetapi pada waktu pengumpulan Al Qur’an dilakukan, kata-kata tersebut tidak ada lagi. Tuduhan tersebut tidak beralasan [3]).
Makna “ Kalimat Allah “ sebagai “ ayat-ayat Al Qur’an “ dijumpai pula dalam ayat Al Kahfi 27   yang terjemahannya  :
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu yaitu kitab Tuhanmu ( Al Qur’an ). Tidak ada ( seorangpun ) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya . Dan kamu tidak dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya .
Dalam ayat Al Kahfi 27 ini ditegaskan :  Tidak ada yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya ” . Penegasan ini setelah perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw : “ Dan bacakanlah  apa yang diwahyukan kepadamu yaitu kitab Tuhan-mu ” yang berarti : membaca Al Qur’an . Dengan demikian, dari konteks ayat, kata “ kalimat  “ tidak lain adalah ayat-ayat Al Qur’an .
Pemahaman “ kalimat “ dengan makna sebagai “ Al Qur’an “ dapat pula disimak pada ayat  Asy Syuura 24 :
Bahkan mereka mengatakan : “ Dia ( Muhammad ) telah  mengada - adakan dusta terhadap  Allah “. Maka jika Allah menghendaki, niscaya Dia mengunci mati hatimu dan Allah menghapuskan yang bathil dan membenarkan yang hak dengan kalimat-kalimat-Nya . Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati .
Kalimat “ dan Allah menghapuskan yang bathil dan membenarkan yang hak dengan kalimat-kalimat-Nya ” merupakan janji Allah untuk menegakkan kebe-naran dan menghapuskan kebathilan. Al Qur’an berisi ajaran bagi ummat manusia untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kebathilan tersebut. Oleh karena itu, dari konteks ayat , maka “ kalimat “ dalam ayat As Syuura 24 ini mempunyai makna : Al Qur’an. Pemaknaan yang sama pada ayat Al Anfaal 7 : “ Dan Allah mengehendaki untuk membenarkan yang benar dengan kalimat-kalimat-Nya ”.

5.      Kalimat “ adalah Kitab-Kitab Allah atau Firman Allah dalam Kitab-Kitab Allah .
Katakanlah : “ Hai manusia , sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua , yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi ; tidak ada Tuhan ( yang berhak disembah ) selain Dia , Yang Menghidupkan dan Mematikan , maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya , Nabi yang ummi , yang beriman kepada kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk “.  (  Al A’raaf 158 )
 Ayat  ini  berisi ajakan  yang  harus  dilakukan  oleh  Nabi Muhammad  saw  kepada  seluruh ummat manusia untuk tauhid kepada Allah SWT. Dalam ayat ini ditegaskan bahwa  Nabiyyul ummi “ ( Nabi Muhammad saw ) itu beriman kepada : Allah dan Kalimat-Nya . Dalam konteks yang demikian , kata “ kalimat-Nya “ bermakna : “ kitab-kitab Allah “ atau “ Firman-firman Allah yang tercantum dalam kitab-kitab Allah  “. Kitab-kitab Allah ini adalah : Taurat, Zabur, Injil, Al Qur’an , dan Suhuf-suhuf para Nabi , termasuk suhuf Nabi  Ibrahim
Pengertian “ Kalimat “ sebagai “ Firman-firman Allah dalam kitab-kitab “ dapat dibaca pula dalam ayat Ali ‘Imran 39  :
Kemudian  Malaikat ( Jibril ) memanggil Zakariya , sedang ia tengah berdiri melakukan sholat di mihrab ( katanya ) : “ Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran ( seorang putera bernama ) Yahya, yang membenarkan kalimat ( yang datang ) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri ( dari hawa nafsu ) dan seorang Nabi, termasuk keturunan orang-orang saleh
Tetapi  dalam tafsir yang diberikan dalam “ Al Qur’an Dan Terjemahnya “  ( - lihat foot note No.193 ) , kalimat  : “ kalimat ( yang datang ) dari Allah   “ dalam ayat Ali ‘Imran 39 tersebut  adalah Nabi Isa Al Masih as , yang diciptakan dari kata  “ KUN “  tanpa bapak . Ada kejanggalan tafsir ini dilihat dari segi urutan waktu kedatangan Nabi Yahya as dengan Nabi Isa Al Masih as. Nabi Yahya as. datang lebih dahulu dari Nabi Isa Al Masih as , walaupun kemudian dakwah kedua nabi suci ini berjalan seiring. Jika yang datang duluan berbicara tentang yang datang kemudian, istilahnya “ penubuatan “, bukan “ membenarkan “. Tampaknya lebih logis jika pernyataan “ membenarkan kalimat ( yang datang ) dari Allah “ dipahamkan : Nabi Yahya as . membenarkan firman-firman Allah dalam kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya yaitu Taurat dan Zabur . Pemahaman  demikian dapat dibandingkan pula dengan ayat Tahrim 12.
Dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam        ( rahim) nya sebagian dari Roh ( ciptaan ) Kami dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya dan adalah dia termasuk orang-orang yang ta’at  .
Sebagaimana  telah kita ketahui kalimat ayat “Kami tiupkan ke dalam (rahim) nya sebagian dari Roh ( ciptaan ) Kami   menunjuk kepada Nabi Isa Al Masih as . ( Yesus Kristus ). Dan lanjutan dari kalimat ayat ini dikatakan Nabi Isa Al Masih as.( Yesus Kristus ) itu “ membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya“. Apa yang dimaksud dengan ” kalimat-kalimat Tuhannya ” di sini ? Apakah menunjuk kepada Yesus atau kepada seseorang lainnya ataukah menunjuk kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum Nabi Isa Al Masih as ? Menjawab pertanyaan ini, secara lebih jelas dalam ayat  Ash Shaff  6, diungkapkan pernyataan Nabi Isa Al Masih as :
Dan (ingatlah) ketika ‘Isa putera Maryam berkata : ‘ Hai Bani Israil , sesung-guhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab ( yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan ….. 
Jadi yang dimaksud dengan “ membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya  “ pada ayat Tahrim 12  adalah  : membenarkan Kitab Taurat . Pengertian ini pulalah yang dapat ditangkap dari ayat  Ali ‘Imran 39 tentang Nabi Yahya as.: “ yang membenarkan kalimat ( yang datang ) dari Allah “, yang maksudnya adalah membenarkan kitab ( yang turun ) sebelumnya, yaitu Taurat. Tafsir yang diberikan dalam Al Qur’an Dan Terjemahnya, Dep. Agama RI  menyatakan bahwa “ kalimat ( yang datang ) dari Allah  “ dalam ayat Ali ‘Imran 39 tersebut  adalah Nabi Isa Al Masih as. Membenarkan seorang Nabi yang datang sesudahnya? Ataukah menubuatkan nabi yang datang sesudahnya ?

6.     Kalimat “ adalah berarti :  Rencana , Kehendak , Keinginan  .
Jika kamu (orang-orang beriman) tidak menolongnya ( Muhammad ) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya ( Muhammad ) ( yaitu ) ketika orang-orang kafir ( musyrikin Mekkah ) mengeluarkannya ( dari Mekkah ) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua diwaktu dia berkata kepada temannya : “ Janganlah kamu berduka cita , sesungguh-nya Allah  beserta kita “. Maka  Allah   menurunkan  ketenangan kepadanya       ( Muhammad ) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya dan Allah menjadikan kalimat orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah, itu yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana . (  Al Bara-ah / At Taubah 40  )
Dalam ayat  Al Bara-ah (  At  Taubah )  40  ini , kata : “ Kalimat “ muncul dua kali, yaitu dalam kalimat : “ kalimat orang-orang kafir ” dan “ kalimat Allah ”. Keduanya dipertentangkan . Untuk memahami maksudnya , perlu diketahui bahwa ayat Al Bara-ah ( At Taubah ) 40 ini mengungkap kisah perjalanan pengungsian ( hijrah ) Nabi Muhammad saw bersama sahabat beliau Abu Bakar Ash Shiddiq  dari Mekkah berhijrah ke Jatsrib ( Madinah ) . Kaum musyrikin Mekkah berkeinginan menangkap dan membunuh Nabi Muhammad saw. Untuk itu mereka telah berjaga mengawasi rumah Nabi Muhammad saw agar jangan sampai Nabi Muhammad saw dapat melarikan diri meninggalkan Mekkah. Tetapi Allah SWT berkehendak lain. Sekalipun di bawah penjagaan kuat oleh para pemuda-pemuda Quraisy , Nabi Muhammad saw  bisa melarikan diri dan meninggalkan mereka dalam keadaan tertidur dengan kepala tertabur tanah. Menyadari Nabi Muhammad saw telah meninggalkan rumahnya, kaum musyrikin Mekkah melakukan pengejaran. Tapi Nabi Muhammad saw dan Abubakar bersembunyi di gua Tsur sehingga selamat dari upaya pengejaran kaum musyrikin Mekkah , padahal para pengejar sebenarnya juga sudah menyelidiki gua Tsur tersebut . Gagallah keinginan kaum musyrikin Mekkah untuk menangkap Nabi Muhammad saw  dan yang terjadi adalah kehendak Allah SWT yaitu Nabi Muhammad saw selamat dari upaya penangkapan dan pembunuhan yang direncanakan kaum musyrikin Mekkah.  Inilah yang ditegaskan Allah SWT dengan : “ Allah menjadikan kalimat orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah, itu yang tinggi “. Dengan demikian, kata “ kalimat “ dalam  ayat  Al  Bara-ah (  At Taubah ) 40  ini  mempunyai  makna : “ Rencana , Kehendak , Keinginan “.
Hal lain yang perlu diungkapkan berkenaan dengan ayat Al Bara-ah ( At Taubah ) 40  ini  yaitu ketika berada dalam gua Tsur , Abubakar Ash Shiddiq menjadi sangat ketakutan jika sampai terpergok orang-orang musyrik Mekkah , Nabi Muhammad saw menghiburnya : “ Janganlah kamu berduka cita , sesungguhnya ALLAH BESERTA KITA  “. Kalimat “ ALLAH BESERTA KITA “ adalah terjemahan dari kalimat :   INNALLAHA MA’ANAA ”  [4] ).
7.      Kalimat “ adalah  Wahyu Allah atau Firman Allah yang berisi : “ Aturan -Aturan ; Undang-Undang ; Sunatullah ; Pengetahuan; Isyarat-Isyarat; Hikmat , Falsafah  dan semacamnya  “.
 Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhan-ku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ( ditulis ) kalimat-kalimat Tuhan-ku, meskipun kamu datangkan tambahan sebanyak itu   ( Al Kahfi 109  ) 
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan ke-padanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)-nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan ) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( Luqman 27 ) 
Asbabunnuzul ayat ini  adalah  adanya pernyataan sebahagian kaum kafir Quraisy bahwa wahyu-wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw sudah habis . Allah SWT memberi jawaban dengan mewahyukan ayat ini kepada Nabi Muhammad saw .
Jadi ,  kata  kalimat  “ dalam  kedua  ayat ini bermakna wahyu Allah atau firman Allah yang berisi : Aturan-Aturan; Undang-Undang; Sunatullah; Pengetahuan; Isyarat-Isyarat; Hikmat
Hikmat , Falsafah  dan semacamnya  “.

8.     Kalimat “ adalah  Perintah dan larangan “.
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat lalu Ibrahim menu- naikannya. Allah berfirman : “ Sesungguhnya Aku akan menjadikan iman bagi seluruh manusia “. Ibrahim berkata : “ ( Dan ) saya mohon juga dari keturunanku “. Allah berfirman :  “ Janji-Ku ( ini ) tidak mengenai orang-orang yang zalim . (  Al Baqarah 124  )
Dalam ayat ini, jelas diungkapkan bahwa  Ibrahim diuji oleh Tuhan dengan beberapa kalimat . Menjadi pertanyaan , apakah yang dimaksud dengan “ beberapa kalimat “ ini ? Untuk memahaminya , dapat disimak dari kata-kata lanjutannya : “ Ibrahim menunaikannya “ . Dalam implementasi keagamaan seseorang , kata  menunaikan “ tidak lain dimaksudkan kecuali : melaksanakan perintah Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya. Ini adalah wujud dari ketaatan . Oleh karena itu , pengertian dari  beberapa kalimat   dalam ayat Al Baqarah 124 ini tidak lain adalah : PERINTAH DAN LARANGAN yang ditetapkan Allah kepada Ibrahim dan dengan penuh ketaatan , Ibrahim melaksanakan perintah dan larangan tersebut .  Contoh dari perintah dan larangan yang diterima Nabi Ibrahim as sebagai ujian bagi Ibrahim , misalnya perintah Tuhan melalui mimpi kepada Ibrahim untuk menyembelih putera tunggalnya ( - pada waktu itu - ) : Ismail . Juga perintah sunat  ( khitan ) dan perintah untuk membawa isterinya : Hajar dan anaknya Ismail ke tanah Makkah yang saat itu merupakan lembah gersang tanpa penghuni . Semuanya itu dilaksanakan Ibrahim penuh ketaatan . Untuk itu Tuhan menetapkan Ibrahim sebagai imam bagi manusia : “ Sesungguhnya Aku akan menjadikan imam bagi seluruh manusia “.
Penyebutan “ beberapa kalimat “ ini mengingatkan kita pada ayat Al Baqarah 37 , yang juga mengungkapkan bahwa Nabi Adam as. menerima “ beberapa kalimat “ dari Tuhannya . Sebagaimana yang dijelaskan , “ beberapa kalimat “ yang diterima Nabi Adam as. dari Tuhannya ini adalah “ do’a taubat “. Sedangkan “ beberapa kalimat “ yang diterima Nabi Ibrahim as. dari Tuhannya ini adalah “ perintah dam larangan  “. Dengan demikian  , makna kata  beberapa kalimat “ pada kedua ayat ini , berbeda .

9.      Kalimat “ adalah  Ucapan  “ atau “ kata-kata yang keluar dari mulut “.     
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat permisalan kalimat yang baik seperti pohon yang baik , akarnya teguh dan cabangnya ( menjulang ) ke langit . Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk , yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi , tidak dapat tetap ( tegak ) sedikitpun .  ( Ibrahim 24 -26  ;  band. ayat Ibrahim  29  ).
Tidak diragukan lagi, pernyataan “ kalimat yang baik “ dan “ kalimat yang buruk “ berarti         ucapan “ atau “ kata-kata “. Dalam hal ini “ kalimat yang baik ” adalah segala ucapan dan kata-kata yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran , termasuk di dalamnya ucapan kalimat tauhid. Sedangkan “ kalimat yang buruk ” adalah ucapan, kata-kata atau pernyataan yang mengandung kekufuran, syirik, tidak benar, sia-sia, kotor, buruk, tidak bermanfaat dan sebagainya .
Pemahaman “kalimat“ sebagai “ucapan“ atau “kata-kata“ dapat pula disimak ayat Al Kahfi  5 :  
Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu , begitu pula nenek moyang mereka . Alangkah jeleknya kalimat yang keluar dari mulut mereka ; mereka tidak mengatakan ( sesuatu ) kecuali dusta .
Kalimat ayat “ Alangkah jeleknya kalimat yang keluar dari mulut mereka ” menunjukkan makna sebagai : ucapan atau kata-kata . Juga dapat disimak ayat Al Mu’minuun 99 -100   :
 Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata  : “ Ya, Tuhanku kembalikanlah aku ( ke dunia ) agar aku berbuat amal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan “. Sekali-kali tidak ! Sesungguhnya itu adalah kalimat yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan .
Dalam ayat ini dikatakan “ kalimat yang diucapkannya “ yang berarti “ kalimat “ adalah ucapan atau kata-kata . Hal yang sama dapat dijumpai pada ayat Bara-ah  ( At Taubah  ) 74  :  
Sesungguhnya mereka telah mengucapkan kalimat kekafiran dan telah menjadi kafir sesudah Islam .
Kata kerja  mengucapkan “ atau  berkata “ menunjukkan bahwa  kalimat “ itu merupakan : perkataan , ucapan atau kata-kata .

10.   Kalimat “ adalah “ Ketentuan , Ketetapan  “.   
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhan-mu , tidaklah akan beriman . ( Yunus  96  )
Ayat Yunus 96 tanpa diragukan lagi mempunyai makna bahwa orang yang telah ditetapkan atau diputuskan sebagai orang kafir, tidak akan beriman. Dalam konteks demikian, makna “ kalimat “ dalam ayat Yunus 96 ini adalah : Ketetapan atau Keputusan. Dapat pula disimak ayat Huud 118 -119  :                
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia ummat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhan-mu telah ditetapkan: “ Sesungguh-nya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia ( yang durhaka ) semuanya  .
Dalam ayat di atas ada ketetapan Allah SWT : “ Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia ( yang durhaka ) semuanya “. Lalu diikuti dengan pernyataan dalam ayat Huud 119 : “ Dan telah sempurna Kalimat Tuhanmu “.  Dari konteks ayat dapat dipahami , yang  dimaksud  dengan “ Kalimat Tuhan  “ yang  sempurna dalam ayat Huud 118 - 119  itu  adalah : “ Keputusan Allah , Ketetapan Allah “ yang berkenaan dengan jin dan manusia durhaka nanti dihari kiamat. Dengan demikian, “ kalimat “ mempunyai makna : Ketetapan, Keputusan. Bandingkan dengan ayat Yunus 19  :
Manusia dahulunya hanyalah satu ummat , kemudian mereka berselisih . Kalau tidaklah karena kalimat yang telah ada dari Tuhan-mu dahulu , pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan .
Seperti halnya ayat  Huud 118 -119  , maka ayat Yunus 19 ini mengungkapkan bahwa manusia dahulunya adalah ummat yang satu , tetapi kemudian berselisih . Allah bisa saja memberikan keputusan atas apa yang diperselisihkan , tetapi karena sudah ada “ kalimat “ ( ketetapan ) Allah terdahulu yaitu untuk memutuskan perselisihan itu di akhirat , maka hal itu tidak dilakukan Allah di dunia ini . Ini yang dinyatakan dengan :  Wa law-laa kalimatun sabaqat mi(n)rrabika = Dan kalau tidak ada kalimat terdahulu dari Tuhan-mu  ”.
Pemaknaan “ kalimat “ sebagai “ ketetapan atau keputusan “ , dapat pula dijumpai pada berbagai ayat Al Qur’an , yaitu  :
a.      Ayat Yunus 33 : “ Demikianlah telah tetap kalimat Tuhan-mu terhadap orang-orang yang fasik , karena sesungguhnya mereka tidak beriman  “.
b.      Ayat Yunus 82 : “ Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan kalimat-Nya walaupun orang-orang  yang berbuat dosa tidak menyukai (-nya ).
c.      Ayat Huud 110  yang dinyatakan dengan :  “ ( Wa law-laa kalimatun sabaqat mi(n)rrabika = Dan kalau tidak ada kalimat terdahulu dari Tuhan-mu ) “ sama seperti pada ayat  Huud 119 . 
d.      Ayat Fushshilat 45 : “ ( Wa law-laa kalimatun sabaqat mi(n)rrabika = Dan kalau tidak ada kalimat terdahulu dari Tuhan-mu ) “  sama seperti pada ayat  Huud  110 dan 119 . 
e.       Ayat Thaa-haa  129   : ( “ ( Wa law-laa kalimatun sabaqat mi(n)rrabika = Dan kalau tidak ada kalimat terdahulu dari Tuhan-mu ) “  sama seperti pada ayat  Huud  110 dan 119 ; ayat Fushshilat 45 . 
f.       Ayat Az Zumaar 19 : ( Afaman haqqat ‘alay-hi kalimatul’azaabi = Apakah ( kamu hendak merobah nasib ) orang-orang telah pasti kalimat azab atas- nya ? )
g.      Ayat Az Zumaar 71 c : ( Walaakin haqqat kalimatul ‘azaabi  alal kaafiriy-na = Tetapi telah pasti berlaku kalimat azab terhadap orang-orang kafir )
h.      Ayat Al Mu’min 6 : ( “ Wa kadzaa lika haqqat kalimatu rabbika  = Dan demikianlah telah pasti berlaku kalimat Tuhanmu )
i.       Ayat  Asy Syuura 14a. : “ ( Wa law-laa kalimatun sabaqat mi(n)rrabika = Dan kalau tidak ada kalimat terdahulu dari Tuhan-mu ) “  sama seperti pada ayat  Huud 110 dan 119.
j.       Ayat Asy Syuura 21b : “( Wa law-laa kalimatul fashli laqudiya bay-nahum = sekiranya tidak ada kalimat yang menentukan – dari Allah – tentu mereka telah dibinasakan ).
Semua ayat yang disajikan menunjukkan makna “ kalimat “ sebagai “ ketetapan , keputusan “ untuk sesuatu yang sudah ditetapkan Allah sehingga Allah tidak mengubahnya lagi.
Dari berbagai pengertian  kalimat “ yang disajikan berdasarkan serjumlah ayat Al Qur’an, terlihat “ kalimat “ yang digunakan dalam Al Qur’an mempunyai beberapa  makna , yaitu  :
1.   Do’a Taubat
2.   Kalimat Tauhid : Laa ilaaha illallah
3.   Janji-Janji Allah
4.   Ayat-ayat Al Qur’an .
5.   Kitab-Kitab Allah atau Firman Allah dalam Kitab-Kitab Allah .
6.   Rencana , Kehendak , Keinginan  .
7.   Wahyu Allah atau Firman Allah yang berisi : “ Aturan-Aturan ; Undang-Undang ; Sunatullah; Pengetahuan; Isyarat-Isyarat ; Hikmat , Falsafah  dan semacamnya .
8.   Perintah dan larangan .
9.   Ucapan   atau  kata-kata
10.   Ketentuan , Ketetapan, Taqdir  .
Demikianlah makna “ kalimat “ pada sejumlah  ayat Al Qur’an. Dan bahasan ini dimunculkan kembali dalam Tanggapan Atas Tuduhan Salah Paham 20 . Dan makna ” kalimat ” yang hendak diterapkan harus dikenakan kepada setiap kata “ kalimat “ yang dibicarakan, mana yang cocok maknanya. Jadi tidak sembarangan berbicara tentang ” kalimat ” dalam ayat-ayat Al Qur’an. Oleh karena itu , pengertian ” Kalimah ” untuk Al Qur’an, berbeda dengan ” Kalimah ” yang dikenakan kepada  Isa Al Masih as (Yesus ). Jangan karena sama-sama ” Kalimah ” lalu hendak disamakan  Yesus Kristus ( Isa Al Masih as ) = Al Qur’an. Itu merupakan kebodohan luar biasa. Dengan demikian betapa sangat salahnya pernyataan Eja Kalima : ” Para penafsir Quran yang memaknakan SUBYEK menjadi OBYEK bagi  “ KALIMAT ALLAH ...........akan menemui kesulitan oleh kenyataan bahwa KALIMAT ALLAH adalah juga AL QURAN yang diturunkan ke dunia . Apakah AL QURAN dapat sama  dengan  ISA : akibat dari kalimat             “ JADILAH “?  ”. Kesalahannya karena Eja Kalima memberi makna yang sama atas kata            ” KALIMAT ” untuk Al Qur’an dengan kata ” KALIMAT ” untuk Isa Al Masih as. (Yesus ). Sebaiknya, jika Eja Kalima memang belum mengerti ayat-ayat Al Qur’an, tidak usahlah memberi pernyataan atau menafsir atas ayat-ayat Al Qur’an, apalagi memberi pernyataan atas ayat-ayat Al Qur’an menurut kacamata dogma Kristen . Itu sangat tidak benar untuk tidak dikatakan kengawuran akibat kejahilan.

APOLOGI  4   :   MELURUS-LURUSKAN APA YANG TELAH LURUS

Eja Kalima dengan menunjuk ayat Qs. 4 : 171 , kemudian berkata :
Tafsiran berjalan tidak mulus sehingga kita tidak usah heran menjumpai sang penafsir harus terus memberi catatan tambahan di bawah tanda kurung bagi penterjemah Quran demi              melurus-luruskan “  apa  yang  aslinya telah lurus dalam ayat berikut :
Sesungguhnya Al Masih , Isa putra Maryam itu adalah Utusan Allah dan Kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan Roh daripada-Nya ……. ( Surat 4 : 171 ).
Bukankah tampak di sini bahwa UTUSAN ALLAH ( Rasulullah ) dan KALIMAT-NYA ( Kalimat-ullah ) dan ROH DARI PADANYA ( Rohullah ) adalah semua perujukan kepada SUBJEK yang bernama AL MASIH ?

TANGGAPAN  :
Maksud Eja Kalima dengan pernyataannya ini adalah sehubungan dengan penjelasan yang diberikan dalam tanda kurung untuk istilah ” KALIMAT-NYA ” dan ” ROH-NYA ” sebagaimana yang terdapat dalam terjemahan ayat Qs. 4 : 171 sebagai berikut :
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu , dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan ( yang diciptakan dengan) kalimat-Nya  yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan ( dengan tiupan ) roh dari-Nya . Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan : " ( Tuhan itu ) tiga ", berhentilah ( dari ucapan itu ). ( Itu ) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
Dalam  terjemahan  ayat Qs. 4 : 171,  kata ” KALIMATUHU ” ( terjemahan harfiah : ” Kalimat-Nya ”) diberikan keterangan dalam tanda kurung yaitu  ” (yang diciptakan dengan ) ” sehingga terjemahan untuk kata ” KALIMATUHU  ” menjadi : ” ( yang diciptakan dengan ) kalimat-Nya  ”. Begitu pula dengan kata  ” RUW-HUM-MINHU ” yang terjemahan harfiahnya : ” ROH DARI-NYA ” tetapi diberikan keterangan dalam tanda kurung, yaitu : ”(dengan tiupan)” sehingga terjemahan untuk kata ” RUW -HUM-MINHU ” menjadi ” ( dengan tiupan ) roh dari- Nya ” . Itulah yang dimaksud Eja Kalima.  Tetapi menurut Eja Kalima  , cara penjelasan dengan memberi catatan tambahan di bawah tanda kurung oleh penterjemah Quran adalah ” .....demi “ melurus-luruskan “ apa yang aslinya telah lurus.....” . Dari pernyataan Eja Kalima , ditangkap maksudnya yaitu jika tidak diberi keterangan dalam tanda kurung itu maka menjadilah terjemahan ayat Qs. 4 : 171 sebagai berikut :
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu , dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya  yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan roh dari-Nya . Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan : " ( Tuhan itu ) tiga ", berhentilah ( dari ucapan itu ). ( Itu ) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
Dan ditangkap maksud Eja Kalima , yaitu kalimat  Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan roh dari-Nya ” tanpa tambahan ” ( yang diciptakan dengan ) ” pada ” kalimat-Nya  ” dan ” ( dengan tiupan ) ” pada ” roh dari-Nya ” itulah terjemahan yang menurut Eja Kalima :  ” apa yang aslinya telah lurus ”. Dan dalam terjemahan ” apa yang aslinya telah lurus ” maka ayat Qs. 4 : 171 akan sama seperti yang dinyatakan Alkitab/Bibel ayat Yahya 1 : 1. Jelas ini merupakan satu kengawuran yang dihasilkan penerapan dogma Kristen terhadap ayat Al Qur’an.  Eja Kalima rupanya tidak mengetahui bagaimana pengertian dari kata ” KALIMAT ” dan ” RUH ” dalam Al Qur’an. Dan juga tidak mengetahui alasan, mengapa penterjemah menambahkan kata dalam tanda kurung itu sebagai penjelasan.
Apakah yang dilakukan penterjemah Al Qur’an itu salah ?. Tidak ! Justru yang dilakukan penterjemah Al Qur’an dengan memberikan penjelasan melalui keterangan dalam tanda kurung tersebut , itulah yang sangat benar karena sesuai dengan ajaran akidah Islam dan sesuai pula dengan ayat Al Qur’an lainnya. Jika tidak demikian , kita akan mendapatkan bentuk kalimat terjemahan yang kabur . Ambil contoh misalnya kata dalam tanda kurung ” ( Tuhan itu ) ” - ”      ( dari ucapan itu ) ” dan ” ( itu ) ” di mana kata-kata ini merupakan penjelasan untuk  kata tertentu : ” TIGA ”- ” BERHENTILAH ”. Jika ketiga kata penjelasan dalam tanda kurung tersebut ditiadakan maka secara letterlijk kalimat terjemahan bahasa Indonesia-nya adalah : ” .... janganlah kamu mengatakan : " tiga ", Berhentilah. Lebih baik bagimu ”. Apakah terjemahan yang demikian yang dimaksud Eja Kalima sebagai ” yang aslinya telah  lurus ” itu  sebagai terjemahan dari kalimat teks dalam bahasa Arab Al Qur’an-nya ? Harusnya demikian karena Eja Kalima menggugat adanya kata-kata dalam tanda kurung yang diberikan penterjemah bahasa Indonesia . Jika seperti itu maknanya menurut Eja Kalima sebagai ” yang aslinya telah lurus ” sehingga penterjemah Al Qur’an tidak perlu lagi ” menambahi ” dengan kata tanda kurung  maka sejumlah pertanyaan perlu diajukan kepadanya :
-    Apa maksud kalimat terjemahan : ”... janganlah kamu mengatakan : " tiga ", Berhentilah. Lebih baik bagimu ” dari ayat Qs. 4 : 171 ini ?
-   Apa maksud kalimat ”..... janganlah kamu mengatakan : " tiga ".....” dalam ayat Qs. 4 : 171 tersebut ? Apakah ini berarti kita tidak boleh mengatakan atau tidak boleh membilang angka ” TIGA ” ?. Oleh karena itu angka atau bilangan ” TIGA ” apa yang tidak boleh dikatakan itu ?
-    Kemudian dalam teks kalimat terjemahan ada perintah : ” BEHENTILAH ”. Berhenti dari hal apa ?  Apakah berhenti membilang angka ” TIGA ” ?
-    Juga dikatakan dalam teks kalimat terjemahan : ” LEBIH BAIK BAGIMU ”. Apanya yang lebih baik ? Apakah lebih baik jika tidak membilang angka ” TIGA ” .
Sungguh aneh, bagaimana mungkin dalam ayat Al Qur’an bisa ada larangan menyebut atau membilang angka ” TIGA ”. Tetapi yang demikian itu adalah dampak yang terjadi ketika ayat Qs. 4 : 171 diterjemahkan dalam bahasa Indonesia lalu kita memahami secara bodoh menurut harfiah terjemahannya tersebut. Padahal sesungguhnya ayat Qs.4 : 171 tidak melarang menyebut atau membilang angka ” TIGA ” karena yang dimaksud bukanlah demikian . Jika Eja Kalima menyadari benar akan pernyataannya : ” ...... sang penafsir harus terus memberi catatan tambahan di bawah tanda kurung bagi penterjemah Quran demi “ melurus-luruskan “ apa yang aslinya telah lurus apa yang aslinya telah lurus ” tentu Eja Kalima harus bisa menjawab pertanyaan tersebut. Dan bilamana Eja Kalima ternyata tidak mampu menjawabnya sesuai dengan makna yang dihajatkan oleh teks bahasa Arab Al Qur’an , berarti Eja Kalima dihadapkan dengan kekaburan makna menurut terjemahan bahasa Indonesia secara letterlijk atas ayat Qs. 4 : 171  tersebut , bukan menurut teks bahasa Arabnya. Karena kekaburan makna teks kalimat dalam bahasa terjemahan ( bahasa Indonesia ) inilah - sedangkan di sisi lain , makna yang diinginkan dalam bahasa Arab-nya sangat jelas -  maka penterjemah memberi tambahan kata : ” ( Tuhan itu ) ” - ”( dari ucapan itu ) ” dan ” ( itu ) ” sebagai penjelasan agar makna yang dihajatkan dalam bahasa Arabnya terpenuhi. Jadi tidaklah heran jika terjemahannya menjadi : ” .....dan janganlah kamu mengatakan : " ( Tuhan itu ) tiga ", berhentilah ( dari ucapan itu ). ( Itu ) lebih baik bagimu ” supaya pesan yang dihajatkan dalam bahasa Arab-nya tersampaikan dengan kalimat bahasa Indonesia. Yang demikian ini adalah penjelasan yang diberikan penterjemah sesuai dengan tuntutan makna yang diinginkan dalam bahasa Arabnya dan sama sekali bukan  tafsir. Jadi bukan hendak membengkokkan apa yang sudah lurus. Oleh karena itu betapa ngawurnya Eja Kalima ketika berkata : ” sang penafsir harus terus memberi catatan tambahan di bawah tanda kurung bagi penterjemah Quran demi “ melurus-luruskan “ apa yang aslinya telah lurus apa yang aslinya telah lurus ” padahal tuntutan atas ketepatan makna dalam bahasa terjemahan sesuai dengan pesan yang hendak disampaikan dalam bahasa Arab Al Qur’an sangat mutlak. Memang penerjemahan kalimat dari satu bahasa ke bahasa lain tidak bisa menghindari diri dari adanya ” penambahan ” seperti itu sebagai penjelasan .  Hal yang sama berlaku pula untuk kalimat dalam tanda kurung ” ( yang diciptakan dengan ) ” dan ” ( dengan tiupan ) ”. Alasan mendasar mengapa diberi tambahan kata dalam tanda kurung pada terjemahannya karena kata ” KALIMAT ” dan ” RUH ” dalam Al Qur’an itu mempunyai banyak makna. Supaya tidak terjadi kekeliruan yang menyimpang dari makna yang dituntut oleh teks bahasa Arab-nya maka diberikan tambahan kata dalam tanda kurung dalam teks terjemahannya .
Perlu penjelasan apa maksudnya dengan ” kalimat-Nya  ” dan ” roh dari-Nya ” untuk Nabi Isa Al Masih as dalam ayat Qs. 4 : 171 tersebut ketika kata ” KALIMAT ” dalam Al Qur’an memiliki banyak pengertian  sebagaimana yang telah dibahas sebelum ini.( TNTANG ROH, lihat pada paparan berikutnya ). Ternyata pengenaan " KALIMAT-NYA " untuk Nabi Isa Al Masih as ( Yesus Kristus ) tidak lain karena diciptakan dengan " KUN " tanpa melalui proses wajar manusia umumnya . Dan penciptaan semua manusia termasuk Nabi Adam as dan makhluk lainnya semuanya dengan kalimat "KUN ". 

APOLOGI  5 :  YESUS SANG SANG KALIMAT - PENYEBAB DAN PEMILIK “ KUN “ 

Eja Kalima memberi pernyataan  :
Pengkajian yang cermat akan menempatkan Yesus Sang Kalimat sebagai PENYEBAB DAN PEMILIK “ KUN “  yang adikodrati ketimbang AKIBAT “ KUN “ YANG DICIPTAKAN .
Pertama , bahwa setiap ucapan Yesus adalah Injil. Ia senantiasa berwahyu, SEJAK DARI BAYI pun (Quran juga mengakuinya,lihat Qs.19 :29 -34) dan bukan seperti nabi lainnya yang sesekali saja MENERIMA WAHYU sambil menyisakan banyak saat-saat lainnya yang tidak mendapat dan tidak menyampaikan wahyu apapun. Itu semata-mata akibat dari diri-Nya sebagai Sang Kalimat, yang mengalirkan setiap kalimat Allah dari diri-Nya dan itu pasti bukan akibat dari kalimat “ KUN “ yang tak ada hubungannya dengan “ berwahyu secara non stop “ . Sebab bagaimana pun, dunia dan seisinya  juga terjadi dengan kalimat Allah “ KUN “ ( Qs. 19 : 35 ), namun tidak satupun ciptaan “ KUN “ itu pernah disebut Allah dengan KALIMATNYA. Dan tidak
ada di antara mereka yang menerima “ wahyu non stop “ apalagi berwahyu sendiri .

TANGGAPAN  :
a.      Eja Kalima berkata : ” Pengkajian yang cermat akan menempatkan Yesus Sang Kalimat sebagai PENYEBAB DAN PEMILIK “ KUN “  yang adikodrati ketimbang AKIBAT “ KUN “ YANG DICIPTAKAN ”. Pertanyaannya, pengkajian terhadap apa ? Apakah pengkajian terhadap Alkitab/Bibel ataukah pengkajian terhadap Al Qur’an ?. Ataukah terhadap kedua-duanya ?. Jika dilihat rangkaian pernyataan Eja Kalima tersebut di atas, tampaknya yang dimaksudkan Eja Kalima adalah pengkajian terhadap Al Qur’an ”. Ini terbukti dari rentetan kalimat pernyataannya selalu dihubungkan dengan ayat Al Qur’an, dan tidak ada satupun ayat Alkitab/Bibel yang disinggung . Baiklah , berarti tinjauannya haruslah dikaitkan dengan ayat Al Qur’an .
Menurut Eja Kalima , YESUS ADALAH PENYEBAB / PEMILIK ”KUN” bukan  AKIBAT DARI
” KUN ” YANG DICIPTAKAN . Pertanyaan untuk Eja Kalima, berdasarkan ayat Al Qur’an yang mana sehingga  berpendapat demikian ? Tunjukkan ayat Al Qur’an yang menegaskan bahwa YESUS ADALAH PENYEBAB /PEMILIK ” KUN ” dan tunjukkan pula ayat Al Qur’an yang menegaskan bahwa ” KUN ” ITU DICIPTAKAN . Pernyataan Eja Kalima terlihat ngawur karena tidak ada ayat Al Qur’an yang menegaskan demikian. Dan bisa dilihat bahwa pernyataannya ini hanyalah interpretasi dogmatis Kristen atas ayat-ayat Al Qur’an . Andaikata Eja Kalima mengatakan : YESUS ADALAH PENYEBAB / PEMILIK  ” KUN ”  berarti kalimat ” KUN ”  dikeluarkan oleh Yesus bukan ALLAH TUHAN YANG MAHA ESA. Padahal yang dinyatakan oleh Al Qur’an adalah masalah kejadian Yesus tanpa ayah biologis  sesungguhnya  mudah  bagi  Allah, karena dengan kata ” KUN ” maka terciptalah
Yesus. Itu yang ditegaskan oleh Al Qur’an .
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya : " Jadilah "( seorang manusia ), maka jadilah dia. (  Qs. 3 : 59  )
Bagaimana Yesus bisa dikatakan sebagai PEMILIK ” KUN ” padahal berdasarkan ayat Al Qur’an  justru Yesus diciptakan dengan kalimat  ” KUN ” setelah melalui peniupan roh oleh malaikat Jibril atas perintah Allah ?  Jika Yesus dikatakan sebagai PEMILIK  KATA ” KUN ” berarti Yesus adalah ALLAH TUHAN YANG MAHA ESA, dan menjadi PENCIPTA ALAM SEMESTA. Jelas yang demikian merupakan pandangan manusia yang tidak waras, sebab justru Yesus dilahirkan oleh perempuan bernama Maryam. Lalu bagaimana dikatakan sebagai PEMILIK KATA ” KUN ”. Memang banyak manusia yang tidak siap menempatkan otaknya di kepala tetapi hanya siap menempatkan otaknya di dengkul .  Begitu pula pernyataan Eja Kalima : ”  KUN “ YANG DICIPTAKAN ” , sangat menyalahi keyakinan Islam dan juga tidak ada ayat Al Qur’an yang menyatakan demikian . Dalam pemahaman Islam,  ” KUN ” adalah kata yang difirmankan Allah dalam menciptakan sesuatu. Jadi tidak ada istilah ” KUN ” YANG DICIPTAKAN ” seperti yang dikatakan Eja Kalima. Lagi-lagi Eja Kalima mendemonstrasikan pemahaman khayalannya atas ayat-ayat Al Qur’an berdasarkan dogma Kristen yang dianutnya. Kebenaran apa yang hendak dicapai dengan memanipulasi ayat Al Qur’an dengan menerapkan dogma Kristen tanpa didasarkan pada ayat Al Qur'an itu sendiri ?
b.      Eja Kalima berkata : “Pertama , bahwa setiap ucapan Yesus adalah Injil . Ia senantiasa berwahyu , SEJAK DARI BAYI pun ( Quran juga mengakuinya , lihat Qs. 19 : 29 - 34 ) dan bukan seperti nabi lainnya yang sesekali saja MENERIMA WAHYU sambil menyisakan banyak saat-saat lainnya yang tidak mendapat dan tidak menyampaikan wahyu apapun. Itu semata-mata akibat dari diri-Nya sebagai Sang Kalimat , yang mengalirkan setiap kalimat Allah dari diri-Nya dan itu pasti bukan akibat dari kalimat “ KUN “ yang tak ada hubungannya dengan “ berwahyu secara non  stop “.  Nabi Isa Al Masih as. bisa berbicara ketika masih bayi . Hal ini memang diungkapkan Al Qur’an  dalam ayat Qs. 19 : 29 – 34 yang ditunjuk Eja  Kalima dan  dikutipkan mulai dari ayat 28 sebagai berikut :
Hai  saudara perempuan Harun ,  ayahmu sekali - kali  bukanlah seorang  yang  jahat  dan
ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina ", maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata : " Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan? "
Berkata Isa : " Sesungguhnya aku ini hamba Allah , Dia memberiku Al Kitab ( Injil ) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali " . Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.
Tetapi mengatakan ” Yesus telah berwahyu ” sejak masa bayi lantaran Yesus bisa berbicara di masa bayinya itu dan menunjuk ayat Al Qur’an sebagai rujukannya sebagaimana yang dikatakan Eja Kalima , sungguh merupakan satu kengawuran yang dihasilkan oleh penafsiran dogma Kristen penuh khayalan atas ayat-ayat Al Qur’an. Apalagi istilah ” berwahyu ” yang berarti ” menurunkan wahyu ” sungguh sangat keterlaluan akibat semangat dogma Kristen yang terlalu mengebu-gebu. Konteks ” berwahyu ” – yang dimaknakan oleh Eja Kalima dari bisanya Yesus berbicara di masa bayi – menunjukkan ada proses ” berwahyu ” yang berlanjut dari bisa berbicaranya Yesus tersebut . Menjadi pertanyaan kepada Eja Kalima , apakah Yesus yang telah berbicara sejak masa bayinya itu  bercakap-cakap dengan setiap orang yang ada di hadapannya sebagai gambaran untuk kata ” berwahyu ” , ataukah bisa berbicaranya Yesus hanya pada satu keadaan itu saja, dan sesudah itu Yesus kembali kepada kondisi bayi yang belum bisa berbicara , kemudian baru belajar berbicara sebagaimana halnya bayi normal yaitu mulai bisa berbicara sekalipun patah-patah sejak umur 3-4 tahun ? Hal ini harus dijelaskan oleh Eja Kalima sebagai bentuk ” pertanggungan –jawab ” atas klaim ngawurnya bahwa Yesus sudah ” berwahyu ” sejak masa bayinya lantaran dalam Al Qur’an diungkapkan tentang Yesus bisa berbicara di waktu bayi . Padahal Bibel/Alkitabnya tidak pernah berkisah tentang hal itu. Ada perbedaan antara ” bisa berbicara di waktu bayi ” dengan ” sudah mulai berbicara ” di waktu bayi . Pernyataan Eja Kalima : ” ....  senantiasa berwahyu , SEJAK DARI BAYI pun ...... ” terkait dengan ” sudah mulai berbicara ” di waktu bayi. Tetapi Al Qur’an tidak pernah mengatakan demikian melainkan Al Qur’an hanya mengungkapkan Yesus ” bisa berbicara di waktu bayi ” - BUKAN MULAI BERBICARA SEJAK BAYI - yang menunjukkan sebagai satu kejadian yang hanya terjadi saat itu saja , dan sesudahnya Yesus kembali sebagai bayi normal yang tidak bisa berbicara apa-apa kecuali dalam proses perkembangannya akan ” belajar ” berbicara yang membutuhkan waktu. Dengan demikian, pernyataan Eja Kalima yang mengklaim bahwa Yesus ”....... senantiasa berwahyu , SEJAK DARI BAYI pun ...... ” merupakan satu pemahaman yang tidak benar dan hanya sebagai hasil penafsiran dogma Kristen atas ayat-ayat Al Qur’an ( Qs. 19 : 28-34 ). Ketidak-benaran pernyataan klaim Eja Kalima  tersebut dapat dikaji dari pernyataan Isa Al Masih dalam ayat Qs. 19 : 28-34 sebagai berikut :
Berkata Isa : " Sesungguhnya aku ini HAMBA ALLAH , Dia memberiku Al Kitab ( Injil ) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan ) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka . Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali " .
Dalam  ayat  Al  Qur’an  19 : 28 - 34 , dikatakan, Isa ( Yesus ) diperintah  untuk mendirikan shalat dan memunaikan zakat. Jika klaim Eja Kalima bahwa Isa ( Yesus )  ” ........ senantiasa berwahyu , SEJAK DARI BAYI pun ...... ” , apakah Yesus waktu bayi itu sudah melaksanakan shalat dan mengeluarkan zakat ? Tidak mungkin sebab Isa ( Yesus ) masih bayi. Jika melaksanakan shalat dan mengeluarkan zakat tidak mungkin dilakukan oleh bayi Yesus, maka pernyataan ” ....senantiasa berwahyu , SEJAK DARI BAYI pun ...... ” merupakan kedustaan luar biasa dan sangat ngawur. Dari sisi ini sudah jelas betapa tidak benarnya klaim Eja Kalima tersebut . Rupanya Eja Kalima hanya siap melihat pada gambaran umum dari ayat  Qs. 19 : 29 -24 tentang Yesus bisa berbicara di waktu bayi tetapi tidak mau melihat isi yang dibicarakan dari kisah Yesus yang bisa berbicara waktu bayi tersebut.  Beberapa isi yang dibicarakan Yesus tersebut dikemukakan berikut ini dan sekaligus dipertanyakan kepada Eja Kalima , antara lain :
-     Pengakuan Yesus sebagai HAMBA ALLAH. Adakah Yesus mengakui diri sebagai
    Tuhan atau Anak Allah dalam ayat Al Qur’an ini ?
-   Yesus mengakui bahwa Allah memberinya Al- Kitab . Di manakah Al-Kitab yang diterima Yesus dari Allah SWT tersebut sekarang ini ? Apakah Injil-Injil Kanonik yang saling bertentangan itu ataukah surat-surat kiriman Paulus ?
-     Yesus mengakui bahwa Allah SWT memerintahkannya mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat. Apakah penganut Kristen sekarang, khususnya Eja Kalima mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat ?
Ketiga aspek dari isi yang dibicarakan Yesus ketika masih bayi ini harus direnungkan oleh Eja Kalima , jika benar-benar mau menjadikan ayat Al Qur’an sebagai rujukannya  untuk membuktikan  kehebatan ” Yesus . Apakah Eja Kalima mau mengakui Yesus hanya sekedar HAMBA ALLAH dan jangan menjadikannya sebagai TUHAN dan ANAK ALLAH ?  Pertanyaan ini sangat penting karena pada ayat Qs. 19 : 35 sebagai lanjutan ayat Qs. 19 : 29-34 , ditegaskan :
Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya : "Jadilah", maka jadilah ia.
Jika benar-benar Eja Kalima  mau merujukkan pada ayat Qs. 19 : 29-34  sebagai dalil ” kehebatan ” Yesus, tentu ayat Qs. 19: 35 tidak boleh ditinggalkan dan harus mengaku bahwa ALLAH ITU TIDAK BERANAK DAN TIDAK BERISTERI, apapun pengertian yang diberikan pada BERANAK dan BERISTERI  ini . Kemudian , apakah Eja Kalima mau berpegang kepada Al-Kitab yang diberikan Allah SWT kepada Yesus dan tidak mendasar-kan keberagama-annya pada Alkitab/Bibel sekarang ini ? Dan apakah Eja Kalima mau melaksanakan sholat dan mengeluarkan zakat ?
Eja Kalima memberikan pemahaman bahwa kebisaan Yesus berbicara di masa bayi merupakan bentuk bagaimana Yesus telah ” berwahyu ” sejak  masa  bayinya. Ada dua hal
yang dipermasalahkan di sini  yaitu :
-     Pertama , jika pernyataan ini dipahami sebagai bentuk pelaksanaan misi   Yesus , dan di sisi lain menurut ayat Qs. 19 : 29-34  yang dirujuk Eja Kalima , mengungkapkan pengakuan Yesus ketika berbicara di masa bayi itu bahwa dirinya menerima al-Kitab dari Allah , apakah pada waktu itu , al-Kitab dimaksud sudah ada ?
-     Kedua , dalam tradisi dan riwayat Islam , dikenal sejumlah bayi yang bisa berbicara di masa bayi  antara lain  :
1.      Kisah ahli  ibadah Yahudi bernama JURAID yang dituduh berzina dengan seorang pelacur sehingga hamil dan melahirkan seorang bayi, padahal bayi itu hasil zinahnya dengan seorang penggembala. Si ahli ibadah JURAID ini mendapat pembelaan dari sang bayi yang baru dilahirkan itu , yang memberikan pengakuan bahwa ayahnya adalah seorang penggembala , bukan JURAID.
2.       Kisah bayi Masyithoh yang memberi spirit kepada ibunya ( Masyithoh ) untuk tidak ragu- ragu terjun masuk dalam penggorengan yang berisi minyak mendidih demi mempertahankan akidah tauhidnya di hadapan Fir'aun yang memaksanya kafir dan melepaskan keimanannya. Sedangkan ayahnya sudah lebih dahulu masuk dalam didihan meniyak itu.
3.    Kisah bayi yang berbicara memberi kesaksian atas kebenaran Nabi Yusuf as. dalam kasus fitnah melakukan pelecehan seksual terhadap isteri menteri kerajaan Mesir pelecehan seksual yang dituduhkan kepadanya lantaran tidak mau mengikuti keinginan nafsu seksual si isteri menteri kerajaan Mesir tersebut .
Dan masih banyak lagi , dan menurut Geoffrey Parrinder  dalam bukunya “ YESUS DALAM QURAN “, dalam tradisi Islam ada sebelas bayi yang bisa berbicara. Dengan fakta yang dikemukakan ini , apakah bayi-bayi ini bisa dikatakan ” berwahyu ” seperti yang dikenakan kepada Yesus ? Dan apa kelebihan Yesus yang berbicara pada waktu masih berada dalam buaian sehingga diklaim memiliki sifat-sifat ilahiah dan dijadikan sebagai Tuhan yang disembah, padahal ada sejumlah bayi yang juga bisa berbicara pada waktu bayinya ?
Jelaslah,  keajaiban  Yesus  bisa  berbicara  di  masa bayi  yang ” dibanggakan ” Eja Kalima dengan merujuk kepada Al Qur’an justru ketika Alkitab/Bibel-nya sendiri tidak berbicara apa-apa tentang hal itu , tidaklah menunjukkan ” kehebatan ” Yesus. Bagaimana Yesus dikatakan berwahyu sejak masih bayi padahal menurut Alkitab/Bibel , Yesus baru dituruni Roh Kudus ketika dibaptis oleh Yahya Pembaptis di sungai Yordan ( Matius 3 : 16 ) lalu DIUJI DAN DIBAWA KESANA KEMARI OLEH IBLIS ( Matius 4 : 1-11 ) ? Tidak ada nabi yang diuji dan dibawa ke sana kemari oleh Iblis, hanya Yesus saja. Itu menurut Alkitab /Bibel , bukan menurut Al Qur'an. Betapa rendahnya Yesus dalam paparan Bibel/Alkitab, sampai-sampai dibawa tanpa daya kesana kemari oleh IBLIS. Dan yang mengherankan di sini yaitu Eja Kalima merujukkan pernyataan klaim yang tidak benar itu  kepada ayat-ayat Al Qur’an padahal di sisi lain tidak mau mengakui Al Qur’an sebagai wahyu Allah . Dan khusus mengenai Yesus bisa berbicara di waktu bayi memang perlu dilakukan penganut Kristen dengan merujuk kepada Al Qur'an karena Alkitab/Bibel sendiri tidak pernah mengungkapkan kisah Yesus bisa berbicara di masa bayi. Tetapi jangan ditafsir menurut dogma Kristen ! Yang demikian adalah tidak bermoral sama sekali .
c.     Eja Kalima berkata : “ Sebab bagaimana pun , dunia dan seisinya  juga terjadi dengan kalimat Allah “ KUN “ ( Qs. 19 : 35 ) , namun tidak satupun ciptaan “ KUN “ itu pernah disebut Allah dengan KALIMATNYA . Dan tidak ada di antara mereka yang menerima “ wahyu non stop “ apalagi berwahyu sendiri  .
Memang betul , dunia dan seisinya termasuk Adam dan manusia seluruhnya terjadi dengan kalimat ” KUN ” tetapi hanya Isa Al Masih as ( Yesus Kristus ) yang disebut dengan  ” KALIMAT ”. Hal ini terjadi karena dua hal . Pertama , kelahiran Yesus yang ajaib tanpa ayah biologis dan kedua , adanya pesan yang terkandung dengan penyebutan ” KALIMAT ” tersebut untuk disampaikan kepada kaumnya ( Bani Israil ) yang materialistik . Kelahiran Adam yang tanpa ayah dan ibu , sebenarnya lebih ajaib lagi dari bentuk kelahiran Isa Al Masih yang cuma tanpa ayah tetapi masih punya ibu yang melahirkannya. Tetapi Adam tidak  disebut dengan ” KALIMAT ” karena tidak adanya kaum yang ditujukan dengan pesan yang terkandung dalam kata ” KALIMAT ” tersebut. Begitu pula makhluk lain (alam semesta ) diciptakan juga dengan kata ” KUN ” tersebut , tetapi tidak bisa dibandingkan dengan Yesus karena alam semesta ( langit , bumi , dan sebagainya ) adalah benda mati yang tentu bukan dalam  kapasitas  untuk  menyampaikan  risalah  Tuhan kecuali sebagai
 tanda kebesaran dan ke-MAHA-KUASAAN Allah .
Oleh karena itu, jangan karena Yesus diciptakan dengan kata ” KUN ” seperti lainnya dan disebut ” KALIMAHNYA ” lalu Eja Kalima hendak mengarahkan pengertiannya bahwa Yesus secara khusus adalah  ” KALIMAH ” itu sendiri .  Mengarahkan pengertian seperti itu didasarkan pada logika ngawur yang dihasilkan oleh dogma Kristen yang dianut Eja Kalima
karena tanpa dasar.
Selanjutnya dengan pernyataan : ” Dan tidak ada di antara mereka yang menerima “ wahyu non stop “ apalagi berwahyu sendiri  ” ini , Eja Kalima menegaskan bahwa Yesus menerima “ wahyu non stop “ dan ” berwahyu sendiri  ” sedangkan nabi-nabi lain tidak ada menerima “ wahyu non stop “ dan juga tidak  berwahyu sendiri ”. Substansi pernyataan Eja Kalima sebenarnya merupakan pengulangan dari pernyataannya sebelumnya :
Namun dalam Alkitab , pada puncak komunikasiNya , Nabi yang diutus adalah SANG FIRMAN ( SANG KALIMAT ) yang senantiasa berwahyu bukan seperti nabi lainnya yang ada kalanya menerima wahyu dan ada saat lainnya tidak menyampaikan wahyu  “. 
Menjadi pertanyaan, apa yang dimaksud dengan menerima “ wahyu non stop “ dan ” berwahyu sendiri ” ini ? Memang penganut Kristen sangat hobi mengeluarkan istilah-istilah yang seringkali membuat mereka bingung sendiri karena tidak mendasarkannya pada Alkitab/Bibel yang diyakini sebagai ” firman Tuhan ”. Mari perhatikan ayat Alkitab / Bibel  yaitu Yahya 16 : 12 berikut [5] ) :
Banyak lagi perkara yang aku hendak katakan kepadamu tetapi sekarang ini tiada dapat kamu menanggung dia 
Masih banyak perkara yang belum disampaikan Yesus kepada muridnya . Itulah inti dari ayat Yahya 16 : 12  yang dikutipkan di atas . Merujuk kepada ayat Yahya 16 : 12 ini , bagaimana Eja Kalima memberi pernyataan bahwa Yesus menerima “ wahyu non stop “ dan ” berwahyu sendiri ” padahal masih banyak perkara yang belum disampaikannya ? . Ketika masih banyak perkara yang belum disampaikan Yesus berarti masih banyak wahyu yang belum diterima oleh Yesus dan Yesus ternyata tidak ” berwahyu ” sendiri . Ini berarti menyatakan Yesus menerima “ wahyu non stop “ dan ” berwahyu sendiri ” tidak lebih dari senuah khayalan dogmatis semata-mata tanpa didasarkan pada ayat-ayat Alkitab/Bibel. Dengan kata lain, pernyataan Eja Kalima lebih didasarkan pada dogma Kristen yang dianutnya daripada ayat-ayat Bibel yang seharusnya menjadi dasar dari pernyataan tersebut . Dan juga fakta ayat telah membatalkan pernyataan Eja Kalima  yang hendak mengedepankan betapa ” hebatnya ” Yesus  ketika ” berwahyu sendiri ” kepada murid-muridnya ketika di sisi lain justru Yesus masih meninggalkan begitu banyak perkara dan belum disampaikannya .
Konsekwensi logis dengan masih banyaknya perkara yang belum disampaikan oleh Yesus,
tentu dibutuhkan seorang Nabi/Rasul Allah berikutnya yang akan melanjutkan misi ajaran Yesus tersebut. Dan itulah NABI AKHIR ZAMAN, yaitu dalam hal ini adalah Nabi Muhammad SAW , yang memang ada dinubuatkan dalam Alkitab/Bibel tetapi penganut Kristen tidak mau mengakuinya. Dalam Injil  Yahya disebut dengan ” PARACLETOS  ” sebuah kosa kata yang sebenarnya sangat asing dan tidak umum. Istilah yang benar adalah ” PERICLETOS ” yang dalam bahasa Arab adalah : AHMAD ( MUHAMMAD) . Dalam  teks – teks  Perjanjian Lama  juga  disebut dengan ”HMDH”, akar kata  yang  sama 
untuk kata ” HAMADA”  yang  dalam  bahasa  Arab  juga berarti : AHMAD ( MUHAMMAD ).

APOLOGI  6  :      YESUS  SEBAGAI  SANG  KALIMAT  ,  MEMBUAT MUKJIZAT DENGAN CREATING WORD  ” KUN ”.

Eja Kalima memberi pernyataan  :

Kedua , Alkitab menerangkan secara lurus  bahwa “ FIRMAN ITU  bersama-sama dengan Allah dan yang adalah Allah ) telah menjadi manusia dan diam di antara  kita   ( Yoh.1: 1 dan 14 ). Itu sebabnya , kerasulan Yesus bukan hanya mengajar atau menyampaikan wahyu tetapi sebagai SANG KALIMAT , Ia membuat mujizat-mujizat terbesar lewat CREATING WORD yaitu Firman “ KUN “ yang berdaya cipta itu . Dan Quran sendiri juga menyaksikan betapa Isa dengan “ KUN “ membangkitkan jenazah tanpa nyawa menjadi manusia hidup serta mampu menciptakan burung hidup dari tanah liat ( lihat Qs. 3 : 49 ).

TANGGAPAN  :
Sebenarnya pernyataan apologi sajian Eja Kalima merupakan pandangan dogmatisnya . Dan itu urusannya . Sebenarnya tidak perlu ditanggapi karena itulah yang menjadi keyakinannya . Tetapi karena ini merupakan suguhan yang ditampilkan kepada kaum Muslimin dalam ” jamuan ” yang diadakannya , terpaksa juga diberikan tanggapan .
a.      Bagaimana dikatakan Aklitab menerangkan secara lurus dengan menunjuk ayat Yahya  1 : 1 , 14 , padahal struktur kalimat pada ayat tersebut menunjukkan kejanggalan ?. Gereja Unitarian menilai ayat Yahya 1 : 1 ini sebagai sesuatu yang tidak masuk akal. Hal ini telah dikemukakan dan dikutip kembali sebagai berikut :
Poin pertamanya adalah kesulitan untuk memahami “ FIRMAN BERSAMA DENGAN ALLAH    di satu sisi dan “ FIRMAN ADALAH ALLAH “ di sisi lain .
Klausa pertama menyatakan bahwa ada perbedaan antara FIRMAN dengan ALLAH            ( karena yang satu BERSAMA dengan yang lain ). Sementara klausa yang kedua menyatakan bahwa mereka ( FIRMAN dan ALLAH ) satu dan sama. Apabila demikian , kalimat tersebut , TIDAK MASUK AKAL .
Sesuatu pernyataan dalam struktur kalimat yang tidak masuk akal, jelas tidak menerangkan secara lurus bahkan membuat pikiran jadi njlimet .
b.     Eja Kalima  memberikan pernyataan : ”Yesus bukan hanya mengajar atau menyampaikan wahyu tetapi sebagai SANG KALIMAT , Ia membuat mujizat-mujizat terbesar lewat CREATING WORD yaitu Firman “ KUN “ yang berdaya cipta itu . Dan Quran sendiri juga menyaksikan betapa Isa dengan  “ KUN “ membangkitkan jenazah tanpa nyawa menjadi manusia hidup serta mampu menciptakan burung hidup dari tanah liat  ( lihat Qs. 3 : 49 ) ”.
Pertanyaannya , benarkah Yesus  ( Isa ) membangkitkan jenazah tanpa nyawa menjadi manusia hidup dengan kata ” KUN ” ?  Benarkah Yesus ( Isa ) men-ciptakan burung hidup dari tanah liat dengan kata ” KUN ” ?  Ternyata Eja Kalima menunjuk ayat Al Qur’an Qs. 3 : 49 . Kita akan menyimak ayat Qs. 3 : 49  ini untuk membuktikan kebenaran pernyataan Eja Kalima bahwa Yesus membangkitkan jenazah tanpa nyawa menjadi manusia hidup dan menciptakan burung hidup dari tanah liat dengan  ” CREATING WORD ” yaitu kata ” KUN ”. Berikut dikutipkan terjemahan ayat Qs. 3 : 49  sebagai berikut :
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka) :  " Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda ( mukjizat ) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian  itu  adalah suatu  tanda (  kebenaran kerasulanku ) bagimu, jika  kamu  sungguh-sungguh beriman.
Ternyata  betapa  dustanya Eja Kalima karena dalam ayat Qs. 3 : 49  , ternyata tidak ada secuilpun kata : ”  KUN  ” diucapkan Yesus ketika membangkitkan jenazah  tanpa nyawa menjadi manusia hidup dan menciptakan burung hidup dari tanah liat . Justru ayat Qs. 3 : 49 ini memperjelas kedudukan Yesus, bahwa Yesus tidaklah berkuasa apa-apa dengan segala mukjizat yang dilakukannya karena semua mukijzat tersebut terjadi DENGAN SEIZIN ALLAH ! Artinya TANPA IZIN ALLAH, Yesus tidak akan bisa melakukan mukjizat. Ketidak-mampuan adalah sifat makhluk , bukan sifat Allah yang Maha Kuasa . Eja Kalima lebih banyak berbicara menurut khayalan kekristenannya. Sebuah kebohongan telah didemonstrasikan dengan sangat baik oleh Eja Kalima yang mempermain-mainkan ayat Al Qur’an  dengan cara membalut ayat Al Qur’an dengan dogma Kristen yang dianutnya . Tidak dilarang mengkaji ayat-ayat Al Qur’an asal dilakukan dengan kejujuran, bukan membalut ayat-ayat Al Qur’an dengan ayat-ayat Bibel/Alkitab. Dan untuk diketahui , kisah Yesus membuat burung dari tanah , tidak ada dalam Injil-Injil Kanonik . Sedangkan menghidupkan orang mati ada diceritakan dalam Alkitab/Bibel yaitu anak perempuan Yairus ( Markus 5 , Lukas 8 , dan Matius 9 ); Lazarus , saudara laki-laki Martha (Yahya 11 ) dan anak muda di Nain ( Lukas 7 ).
Dari kajian atas ketiga cerita menurut Alkitab/Bibel tentang cara Yesus “ meng-hidupkan “ orang mati tersebut, tampaklah bahwa Yesus tidaklah menghidupkan orang mati melainkan hanya sekedar membangunkan orang yang tidur atau orang tadinya mati tetapi dihidupkan Allah lalu Yesus menyuruhnya bangun atau bangkit . Dengan demikian , tidak bukti sifat-sifat keilahian yang bisa dinisbatkan kepada Yesus hanya karena menyuruh orang   bangun . Dengan kata lain , cerita mukijizat Yesus menghidupkan orang mati , bukan bukti bahwa Yesus memiliki sifat-sifat keilahian dan menjadi dasar untuk menetapkannya sebagai Tuhan yang disembah .
Satu hal yang cukup menarik dan perlu dikemukakan di sini, yaitu ketika Eja Kalima ” mem- banggakan ” Al Qur’an yang mengungkapkan kemukjizatan  yang  dilakukan Nabi Isa Al Masih as ( Yesus Kritus ), walaupun tujuannya hendak mengatakan bahwa Al Qur’an memberi isyarat tentang Yesus sebagai ALLAH , ternyata si Apologist Kristen bernama Kamil Mukamil  ” memprotes ” gambaran mukjizat Nabi Isa Al Masih as ( Yesus Kristus ) dalam Al Qur’an tersebut dengan berkata  [6] ) :
Itu sebabnya ALKITAB TIDAK MENGENAL JENIS-JENIS MUJIZAT YESUS YANG BERSIFAT ” PAMER ” / TONTONAN atau yang melayani tuntutan orang-orang akan tanda mujizat sebelum mempercayaiNya. Sebaliknya, Quran justru MENGURAIKAN PANJANG LEBAR JENIS MUJIZAT DEMIKIAN, seperti yang dapat dijumpai pada mujizat Isa membuat burung dari tanah liat atau melayani tuntutan untuk diberi makanan dari langit seperti termaktub dalam Qs. 5 : 113 -115 .
Menjadi   pertanyaan ,  apakah  si  Apologist  Kristen  Kamil  Mukamil , senang  atau   tidak senang dengan diungkapnya mukjizat yang dimiliki Yesus oleh Al Qur’an , ketika Alkitab/Bibel sendiri tidak mengungkapkannya sama sekali . Jika melihat pernyataannya tersebut di atas , jelas sekali si Apologist Kristen Kamil Mukamil ini tidak senang sama sekali dengan diungkapkannya mukjizat Nabi Isa Al Masih as ( Yesus Kristus ) oleh Al Qur’an. Ini berarti bertentangan dengan sikap Eja Kalima yang justru sangat bangga dengan pengungkapan mukjizat Nabi Isa Al Masih as ( Yesus Kristus ) tersebut yang justru tidak ada dalam Alkitab/Bibel.
Fakta ini menunjukkan betapa penganut Kristen ” saling sodok ” ketika mereka berbicara tentang Al Qur’an. Dan itu adalah bukti ketidak-benaran pernyataan-pernyataan mereka tentang Al Qur’an. Dan ummat Islam ( kaum Muslimin ) cukuplah menjadi penonton yang baik dalam menikmati demonstrasi kengawuran penganut Kristen ini ; kedua-duanya.

APOLOGI  7  :  YESUS  TIDAK BERASAL DARI DUNIA INI

Eja Kalima memberi pernyataan  :
 Ketiga , Al Masih sendiri berkata bahwa Dia tidak berasal dari dunia ini : “ KAMU BERASAL DARI BAWAH , Aku dari atas , kamu dari dunia ini , Aku bukan dari dunia ini … AKU KELUAR DAN DATANG DARI ALLAH …“ dan diikuti “ SEBELUM ABRAHAM JADI, AKU ADA “ ( Yoh.    8 : 23 , 42 , 58 ).

TANGGAPAN :
Mengenai ayat Yahya 8 : 23  dikutipkan berikut :
Maka kata Yesus kepada mereka itu : ” Kamu ini dari bawah , Aku ini dari atas ; kamu ini dari dunia ini , Aku ini bukan dari dunia ini ”. 
Ayat Yahya 8 : 23 dijadikan dalil oleh Eja Kalima dan ditujukan kepada ummat Islam ( kaum Muslimin ) sebagai bukti bahwa Yesus adalah Allah . Apakah ummat Islam ( kaum Muslimin )  adalah penganut Kristen yang percaya sepenuhnya kepada Alkitab/Bibel sehingga untuk membuktikan Yesus itu Allah , Eja Kalima perlu menunjukkan dalil dari ayat Alkitab/Bibel kepada ummat Islam ( kaum Muslimin ) ?. Eja Kalima telah salah kaprah . Seharusnya jika hendak menyajikan dalil tentang Yesus sebagai Allah kepada ummat Islam ( kaum Muslimin ) , Eja Kalima haruslah merujukkan ayat-ayat Al Qur’an sebagai dalil , karena itulah kitab suci agama Islam yang dianut oleh ummat Islam ( kaum Muslimin ), bukan Bibel/Alkitab. Bisa dibandingkan demikian , ummat Islam tidak bisa menyajikan dalil-dalil tentang kebenaran Nabi Muhammad saw sebagai NABI AKHIR ZAMAN kepada penganut Kristen berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an karena penganut Kristen tidak mengakui dan tidak mempercayai Al Qur’an sebagai wahyu Allah. Untuk membuktikan kebenaran Nabi Muhammad saw kepada penganut Kristen , ummat Islam ( kaum Muslimin ) harus mengajukan dalil-dalil dari Alkitab/Bibel , karena itulah kitab suci penganut Kristen. Demikian pula yang seharusnya dilakukan Eja Kalima. Tetapi hal yang demikian tidak dilakukan Eja Kalima. Yang dilakukannya adalah ” menjejalkan ” ayat-ayat Bibel/Alkitab kepada ummat Islam dalam ”Jamuan” yang diadakannya seakan-akan ummat Islam berkitabkan Bibel/Alkitab . Ini kengawuran yang luar biasa .
Terlepas dari kengawuran ini , pernyataan Eja Kalima tersebut tetap dibahas dan ditanggapi karena pernyataannya tidak sesuai dengan Alkitab/Bibel . Eja Kalima telah  berbicara  mengenai  Yesus yang ” tidak berasal dari dunia ini ” sedangkan orang-orang Yahudi kaumnya ” berasal dari bawah ” berdasarkan ayat Yahya 8 : 23 . Yang demikian adalah dogma Kristen. Tetapi menjadikan  ayat Yahya 8 : 23 sebagai dalil tentang Yesus sebagai Allah terlalu berlebih-lebihan. Ayat Yahya 8 : 23  cukup dilihat dan dimaknakan sebagai ungkapan karena seorang Nabi/Rasul Allah adalah manusia yang diutus oleh Allah, sehingga wajar jika dikatakan ” tidak berasal dari dunia ini ” dan orang-orang Yahudi kaumnya sebagai ummat di mana Yesus diutus adalah sasaran penyampaian risalah sehingga wajar dikatakan ” berasal dari bawah ”. Memaknai pernyataan ayat Yahya 8 : 23 sebagai ungkapan tersebut tidak salah . Dapat kita bandingkan dengan ayat Yahya 17 : 12-19  berikut :
Selagi Aku bersama-sama dengan mereka itu , Aku ini memeliharakan mereka itu atas namamu yang engkau karuniakan kedaku dan Aku sudah menjagai mereka itu dan seorangpun tiada daripada mereka itu yang hilang kecuali ANAK KEBINASAAN itu , supaya isi al-Kitab itu sampai .
Tetapi sekarang Aku datang kepadamu; maka Aku mengatakan perkara ini SELAGI AKU ADA DI DALAM DUNIA, supaya mereka itu beroleh sukacitaku di dalam hatinya dengan sempurnanya .
Aku sudah menyampaikan firman-Mu kepada mereka itu ; maka ISI DUNIA INI BENCI AKAN MEREKA itu , oleh sebab MEREKA ITU BUKAN DARIPADA DUNIA INI , seperti AKU JUGA BUKAN DARI DUNIA INI .
Tiadalah Aku pinta supaya Engkau mengambil mereka itu dari dalam dunia ini , hanyalah supaya Engkau memeliharakan mereka itu daripada yang jahat
MEREKA ITU BUKAN DARIPADA DUNIA INI seperti AKU JUGA BUKAN DARIPADA DUNIA
Kuduskanlah mereka itu di dalam kebenaran : firman-Mu itulah kebenaran.
Sebagaimana Engkau menyuruhkan Aku ke dalam dunia ini , begitu juga Aku menyuruhkan mereka itu ke dalam dunia .
Dan karena mereka itu, Aku mengudukan diriku supaya mereka itu juga dikuduskan di dalam kebenaran .
Yesus menegaskan : ” Aku juga bukan dari dunia  ” dan juga menegaskan tentang murid-muridnya : ” Mereka  itu bukan daripada dunia ini  ”. Jika Yesus mengatakan  Aku  juga bukan dari dunia  ” ( - sama dengan yang dinyatakan dalam ayat Yahya 8 : 23 : ” Aku ini bukan dari dunia ini ”- ) lalu Yesus berasal dari mana? Khayalan dogma Kekristenan yang menyelimuti diri telah mengantar penganut Kristen untuk menjawab pertanyaaan tersebut yaitu : Yesus berasal dari surga , yang berarti : Yesus adalah Allah . Jika demikian halnya, berarti para murid  (- ” Mereka itu bukan daripada dunia ini  ” - ) sama seperti Yesus ( - ” Aku juga bukan dari dunia ” - ) juga berasal dari surga , yang berarti : PARA MURID ADALAH JUGA ALLAH . Hal itu sangat tidak mungkin . Oleh karena itu , pernyataan Yesus dalam ayat Yahya    8 : 23 : ” Aku ini bukan dari dunia ini ” harus dipahami sebagai ungkapan yang menyatakan bahwa Yesus selaku seorang Nabi/Rasul yang diutus oleh Allah adalah membawa ajaran dari Allah . Begitu juga dengan para murid , memang bukan Nabi dan Rasul Allah , tetapi para murid  DIUTUS OLEH YESUS ( - ” Engkau menyuruhkan Aku ke dalam dunia ini , begitu juga Aku menyuruhkan  mereka  itu  ke  dalam  dunia ”-)  untuk  menyampaikan  ajaran Yesus  sehingga
dikatakan : ” Mereka itu bukan daripada dunia ini  ” .
Pada kenyataannya, Yesus dilahirkan dan hidup di tengah-tengah masyarakat kaumnya , sehingga ungkapan ” tidak berasal dari dunia ini ” bukan menunjukkan sifat ilahi sebagaimana yang dinisbatkan orang-orang Kristen Gereja Pauline kepadanya. Begitu pula para murid Yesus. Semua makhluk berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Pernyataan ini tidak hanya dikhususkan kepada Yesus semata-mata dan sangatlah berlebih-lebihan jika pernyataan ini hendak diarahkan kepada Yesus dalam rangkan menempatkannya sebagai TUHAN.
Selanjutnya untuk menunjukkan Yesus adalah Allah , Eja Kalima menunjuk ayat Yahya 8 : 42 sebagai rujukan atas pernyataannya ” ....AKU KELUAR DAN DATANG DARI ALLAH  ....”.  Sejauh mana kebenaran pernyataan Eja Kalima tersebut, berikut dikutipkan ayat Yahya 8 : 42  :
Maka kata Yesus kepada mereka itu: ” Jikalau Allah itu BAPAMU, niscayalah kamu mengasihi Aku karena daripada Allah, aku datang dan aku ada di sini; KARENA AKU PUN BUKAN DATANG DENGAN KEHENDAKKU SENDIRI MELAINKAN IA-LAH YANG MENYURUH AKU
Satu kedustaan telah ditampilkan kembali oleh Eja Kalima, sebab pernyataan ” ..... AKU KELUAR DAN DATANG DARI ALLAH  .... ”  tidak ada sama sekali dalam ayat Yahya 8 : 42 . Yang ada hanyalah : ” ...karena daripada Allah , aku datang dan aku ada di sini .... ”.  Yesus tidak datang dengan KEHENDAK SENDIRI melainkan datang dengan KEHENDAK ALLAH YANG MENYURUHNYA . Pernyataan ini hanya menegaskan bahwa Yesus bukan Allah karena sebagai Allah , mustahil Yesus TIDAK MEMPUNYAI KEHENDAK SENDIRI. Dan pernyataan Yesus hanya menegaskan kedudukan Yesus hanya menjadi PESURUH ALLAH  ( RASUL ALLAH ) bukan Allah. Sehubungan dengan hal ini, dapatlah dipahami makna perkataan Yesus ” ... karena daripada Allah, aku datang dan aku ada di sini .... ” yaitu Yesus  hadir  di  tengah  masyarakat kaumnya (  Bani Israil ) karena  diutus  oleh  Allah  ( menurut tradisi Kristen disebut : BAPA ) sebagai seorang Nabi/ Rasul Allah dan itu semua bukan atas kehendaknya melainkan karena kehendak Allah. Jadi tidak ada pemaknaan yang berlebih-lebihan apalagi hendak menempatkan Yesus pada posisi sebagai TUHAN . Pemaknaan berlebih-lebihan yang demikian tidak lain karena semangat dogma Kristen yang menggebu-gebu dalam diri Eja Kalima.
Selanjutnya Eja Kalima merujuk  kepada  ayat  Yahya 8 : 58   yang  mengungkap  pernyataan  Yesus : SEBELUM ABRAHAM JADI , AKU ADA. Memang ayat ini selalu dijadikan dalil oleh penganut Kristen tentang PRAEKSISTENSI Yesus , yang diklaim penganut Kristen sebagi bukti KETUHANAN Yesus. Argumentasi penganut Kristen dalam memahami ayat Yahya 8 : 58 seperti itu yaitu bagaimana mungkin Yesus mengatakan bahwa sebelum Ibrahim ada , ia sudah lebih dahulu ada padahal Ibrahim adalah nenek moyangnya yang sudah ada lebih dahulu ribuan tahun sebelumnya , kalau tidak dipahami kedudukan Yesus sebagai Tuhan ?. Tetapi pemahaman demikian sangat keliru karena dalam Bibel pun dinyatakan pula tentang praeksistensi Sulaiman ( Salomon ) yang lebih dahulu ada sebelum bumi dan segala isinya ini ada. Hal ini dapat dibaca dalam  Amsal Sulaiman 8 : 22-29  sebagai berikut :
Bahwa Tuhan telah menaruh aku akan permulaan jalannya, dahulu daripada segala perbuatannya yang mula-mula. Bahwa aku telah dilantik dari selama-lamanya yaitu daripada bumi ini jadi. Sebelum lagi ada tubir laut , aku telah jadi , sebelum ada mata air yang mengandung sarat dengan air. Dahulu daripada segala gunungnya duperalaskan dan dahulu daripada segala bukitpun aku telah jadi.. Sebelum lagi bumi itu dijadikan atau padang atau lebu tanah. Tatkala dilengkapkannya segala langit, aku telah ada , tatkala disifatkannya bulatan di atas muka tubir. Tatkala ditentukannya segala perhinggaan laut supaya airnya jangan melalui hukumnya; tatkala ditetapkannya segala bumi ini. Tatkala itu adalah aku serta dengan Dia seperti anak pemeliharaannya dan pada tiap-tiap hari aku menjadi kesukaannya dan aku bermain-main senantiasa dihadapan hadiratnya.Dan aku bermain dalam dunia di atas buminya dan kesukaannku telah ada dengan anak-anak Adam .
Perhatikan !  Kalau Yesus hanya mengatakan bahwa ia sudah ada sebelum Ibrahim ada , tetapi
Sulaiman ( Salomon ) justru mengatakan bahwa ia sudah kebih dahulu ada SEBELUM ALAM SEMESTA INI ADA. Mana yang lebih hebat : YESUS ataukah SULAIMAN ? Kalau dilihat ukuran ” pra- eksistensi ” mestinya Sulaiman lebih hebat dari Yesus sehingga Sulaiman lebih wajar menempati posisi KETUHANAN daripada Yesus , jika memang pernyataan Yesus : ” SEBELUM ABRAHAM JADI , AKU ADA   ” mau dijadikan dalil tentang posisi KETUHANAN dari Yesus . Begitu pula kita dapat baca ayat Ayub  38 : 4,21 sebagai berikut :
Di manakah engkau tatkala Aku mengalaskan bumi ? Berilah tahu itu jikalau kiranya cukup akalmu . Engkau  tahu  akan  dia  karena  pada  tatkala itu  engkau  sudah jadi ! Hai, bagaimana banyak bilangan segala hari umur hidupmu !
Perhatikan ! Ayub sudah ada sebelum bumi ditetapkan. Mana yang lebih hebat  ” pra-eksistensi ” Ayub dibandingankan ” praeksistensi ” Yesus ?. Harusnya ” pra eksistensi ” Ayub lebih hebat dari Yesus. Kalau dilihat ukuran ” praeksistensi ” mestinya Ayub lebih wajar menempati posisi KETUHANAN dari Yesus , jika memang pernyataan Yesus : ” SEBELUM ABRAHAM JADI , AKU ADA ” mau dijadikan dalil tentang posisi KETUHANAN dari Yesus.  Juga dalam ayat Yeremia  1 : 4-5  :
Maka firman Tuhan itu datanglah kepadaku , bunyinya : “ Dahulu daripada Aku merupakan dikau didalam kandungan, Aku sudah mengenal engkau dan sebelum engkau keluar dari dalam rahim, sudah kusucikan dikau dan kuangkat engkau akan nabi bagi bangsa-bangsa itu “
Perhatikan , Yeremia  sudah  dikenal  oleh Allah  sebelum dikandung dan disucikan sebelum keluar dari dalam rahim. ” Praeksistensi ” Yeremia mestinya lebih hebat dari ” praeksistensi ” Yesus . Mengapa Eja Kalima tidak menempatkan Yeremia dalam posisi sebagai TUHAN , jika pernyataan Yesus dalam ayat Yahya  8 : 58 : “..… sebelum Ibrahim ada, Aku ini sudah ada “ menjadi dasar penetapan ketuhanan terhadap Yesus ?  Praeksistensi  Sulaiman , Ayub dan Yeremia lebih hebat dari praeksistensi Yesus .
Dari fakta ayat-ayat Alkitab/Bibel tentang ” praeksistensi ” Sulaiman , Ayub , dan Yeremia , mestinya ” praeksistensi ” Yesus yang disebutkan dalam ayat Yahya 8 : 58  tidak bisa dimaknakan sebagai bukti KETUHANAN dari Yesus. Oleh karena itu betapa kelirunya Eja Kalima yang hendak menetapkanYesus adalah TUHAN dengan merujuk ayat Yahya 8 : 58 .

APOLOGI  7 :  YESUS ADALAH SUBYEK, BUKAN OBYEK DARI KALIMAT ” KUN ”

Eja Kalima memberi pernyataan  :
Asal-usul Yesus yang tidak berasal dari dunia inilah yang sebenarnya perlu ditelusuri oleh teman Muslim dengan cermatnya . Sebab keseluruhan hidup-Nya memberi bukti keilahian , yang sekaligus menunjukkan diriNya , bukan akibat dari kalimat “ KUN “.
(1). Mulai dari kelahiran-Nya yang berasal dari atas , tidak tersentuh oleh kodrat biologis dan unsur dunia ( juga tidak memakai debu tanah seperti Adam )
(2). Dalam hidupnya, dia tidak tersentuh pula oleh dosa sekecil apapun dan ini menempat-kannya berbeda dengan seluruh nabi-nabi manapun yang telah berbuat dosa dan minta penampunan Allah atas dosanya . Ia tidak takluk pada dimensi-dunia . Ruang dan waktu dan alam tidak menguasainya.
(3). Dalam hal kematian pun Ia menunjukkan dirinya tidak takluk akan “kodrat yang mematikan“. Ia membangkitkan orang mati dan dirinya sendiri . Sementara kuburan segala nabi berisi jenazah ( dari debu kembali ke debu ), kuburan-Nya sendiri kosong karena kebangkitannya atas kematian.
(4). Prinsip “ dari debu kembali ke debu , dari surga kembali ke surga “ dikon-firmasikan Yesus yang keluar dan datang dari Allah dan balik kembali ke surga, bukan ke alam barzah seperti halnya pada para nabi lainnya. ( Dalam  Quran, Isa diangkat langsung kepada Allah di surga , lihat Qs.3 : 55 ; 4:158 ). Dan BILA ISA HANYA PRODUK AKIBAT DARI PERKATAAN ” KUN ” , yang sama dengan Adam dll , bukankah setidaknya penempatan Isa akan sama domain dengan para nabi lainnya ?

 TANGGAPAN  :
 Pernyataan Eja Kalima merupakan pandangan dogma Kekristenan yang dianutnya . Tetapi menjadi tidak tepat jika pandangan dogma Kristennya itu hendak dipaksakan kepada Al Qur’an. Oleh karena penyataan Eja Kalima disuguhkan dalam ” jamuan ” di mana kaum Muslimin diundang ikut  menikmatinya ” , maka  suguhan ini perlu ” dikunyah-kunyah ” bukan ” ditelan ”.
Pernyataan Eja Kalima menunjukkan keanehan. Aneh ! Bagaimana Eja Kalima masih berkata : ”  Asal - usul Yesus yang tidak berasal dari dunia inilah yang sebenarnya perlu ditelusuri oleh teman Muslim dengan cermatnya ” padahal fakta yang ada di ujung hidung Eja Kalima sendiri menunjukkan  Yesus dilahirkan Maryam , punya nenek moyang , punya silsialh , hidup sebagai tukang kayu , makan dan minum , marah dan takut , kencing dan ngengek dan sebagainya yang menunjukkan Yesus adalah manusia biasa seperti Eja Kalima. Bedanya , kalau Yesus diangkat sebagai NABI/RASUL ALLAH , sedangkan Eja Kalima hanyalah manusia biasa saja dan suka memanipulasi ayat-ayat Al Qur'an . Dengan fakta tersebut , apanya yang mau ditelusuri lagi oleh kaum Muslimin  dan apanya yang tidak tersentuh oleh adikodrati biologis ?. Apakah Yesus bukan dari dunia  ini dengan keberadaannya itu ?  Dan apa yang dimaksud Eja Kalima dengan ” adikodrati biologis ” itu ? Eja Kalima telah menunjukkan sikap penuh khayal tentang Yesus dengan pernyataan-pernyataannya .
Tidak ada bukti secuilpun yang menunjukkan KEILAHIAN YESUS , bahkan Yesus sendiri tidak pernah mengatakan : AKU INI ALLAH , KARENA ITU SEMBAHLAH AKU .  Yesus tidak pernah berkata begitu karena Yesus sadar bahwa memang ia bukan Tuhan.Jika Eja Kalima memiliki bukti-bukti ”KEILAHIAN ” Yesus, silahkan disajikan agar dapat didiskusikan dalam jamuan yang diadakannya.
a.   Adam, menurut Alkitab/Bibel dijadikan dari DEBU TANAH. Mirip dengan itu, Al Qur’an mengungkapkan juga , Adam diciptakan dari ” TANAH ” dengan berbagai istilah . Yesus tidak dijadikan secara langsung dari debu tanah . Tapi ingat , manusia turunan Adam pun tidak ada yang dijadikan secara langsung dari debu tanah bukan hanya Yesus . Manusia turunan Adam berikutnya termasuk Yesus , tidak lagi diciptakan langsung dari tanah seperti Adam tetapi dari ” sperma ” dan ” sel telur  ” . Tetapi ” unsur kimiawi tanah ” dalam sperma dan sel telur tetap ada dalam setiap kejadian manusia. Begitu pula dengan Yesus . Oleh karena itu membedakan antara Adam dengan Yesus dari aspek ” dijadikan dari debu  tanah ” merupakan produk khayalan Eja Kalima dalam upayanya meninggikan Yesus ke tingkat TUHAN .
b.      Apa maksudnya bahwa Yesus tidak tersentuh oleh dosa sekecil apapun ? Dan apa kriteria untuk menyatakan Yesus berdosa atau tidak ? Apakah kriteria tersebut didasarkan pada penilaian atas tindakan Yesus  ataukah didasarkan pada adanya klaim pernyataan semata-mata  tentang Yesus tidak berdosa ?. Harus ada ukuran yang jelas , jangan hanya asal menyajikan pernyataan dogmatis semata-mata. Menurut ajaran Islam , alat ukur seseorang berdosa atau tidak didasarkan pada perbuatannya , apakah sesuai dengan aturan hukum agama atau melanggar aturan hukum agama , bukan didasarkan pada adanya pernyataan klaim bahwa orang itu tidak berdosa .  Jika perbuatan seseorang sesuai dengan aturan hukum agama , akan mendapat pahala dan jika melanggar aturan hukum agama berarti orang itu berdosa. Berdasarkan alat ukur  tindakan/perbuatan ” ini dapat ditunjukkan, berdasarkan Alkitab/Bibel, YESUS ADALAH MANUSIA BERDOSA .
Mari kita berikan penilaian atas tindakan perbuatan Yesus berdasarkan cerita Alkitab/Bibel sehingga dinilai  : Yesus adalah manusia berdosa .  Menurut Perjanjian Lama dinyatakan aturan hukum agama : ” Berilah hormat akan bapamu dan akan ibumu ...... ”.  ( Keluaran 20 : 12 ) . Bagaimana dengan tindakan perbuatan Yesus ? Perhatikan ayat  Matius 12 : 46- 50  ( lih. Markus   3 : 31-35 )  berikut :
Sedang Yesus lagi bertutur dengan orang banyak itu, kelihatanlah IBUNYA dan SAUDARA-SAUDARANYA berdiri di luar, hendak bertutur dengan Dia . Maka kata seorang kepadanya : ” Tengoklah , IBU dan SAUDARA tuan berdiri di luar hendak bertutur dengan tuan ”. Maka jawab Yesus kepada orang yang berkata demikian   itu : ” SIAPAKAH IBUKU , dan SIAPAKAH SAUDARA-SAUDARAKU ? ” . Lalu diulurkannya tangannya kepada murid-muridnya sambil berkata : ” Tengok, INILAH IBUKU DAN SAUDARA-SAUDARAKU . Karena barang siapa yang melakukan kehendak Bapaku yang di surga, IALAH SAUDARAKU LAKI-LAKI DAN SAUDARAKU YANG PEREMPUAN DAN IBUKU adanya ”.
Yesus telah memberikan kriteria tentang  : ” IBU DAN SAUDARA ” yaitu siapa yang melakukan kehendak BAPA . Dalam kriteria demikian , Yesus telah menafikan kehadiran ibu dan saudara-saudaranya yang hendak bertemu dengannya sebagai IBU DAN SAUDARA-SAUDARANYA. Ini merupakan SATU BENTUK TINDAKAN atau PERBUATAN YANG TIDAK MENGHORMATI IBU YANG MELAHIRKANNYA. Bukankah tindakan Yesus tersebut merupakan satu pelanggaran terhadap aturan hukum yang disebutkan Keluaran 20 : 12 ? Dalam kriteria penilaian ini disimpulkan : YESUS MANUSIA BERDOSA !  Ini menurut cerita Alkitab/Bibel .
Menurut Perjanjian Lama dinyatakan aturan hukum agama : ” Jangan kamu mengatakan kesaksian dusta akan samamu manusia    ( Keluaran  20 :  16 ). Bagaimana dengan tindakan perbuatan Yesus ? Perhatikan ayat Matius 11 : 14 yang berisi KESAKSIAN YESUS TENTANG YAHYA PEMBAPTIS  :
Jikalau kamu menerima itu , IA INILAH ELIA YANG AKAN DATANG ITU
Juga dalam Matius 17 : 11-13 , mengungkapkan penegasan Yesus tentang Yahya Pembaptis  :
Maka jawab Yesus, katanya : MEMANG ELIA ITU DATANG SERTA MEMBAIKI SEGALA SESUATU . Tetapi Aku berkata kepadamu bahwa ELIA ITU SUDAH DATANG maka tiadalah dikenal orang akan dia melainkan mereka itu melakukan ke atasnya sekehendak hatinya . Demikian juga Anak-manusia pun akan dianiayakan orang ”.Maka barulah murid-murid itu mengerti bahwa IA MENGATAKAN KEPADANYA TENTANG HAL YAHYA PEMBAPTIS
Pengakuan Yesus tentang Yahya Pembaptis sebagai ELIA , dapat kita simak pula dalam ayat Matius  11 : 11-14  :
Dengan  sesungguhnya  Aku   berkata  kepadamu   bahwa  di  antara  segala  orang  yang dilahirkan oleh perempuan , belum bangkit seorangpun yang lebih besar daripada Yahya Pembaptis, tetapi yang terkecil di dalam kerajaan surga, itulah yang lebih besar dari padanya .Maka daripada zaman Yahya Pembaptis sampai sekarang ini , kerajaan surga sangatlah diserbu orang dan orang yang menyerbu itu merebut akan dia .Karena segala nabi dan Torat ada nubuatannya sampai pada zaman Yahya itu .Dan jikalau kamu menerima itu : IA INILAH ELIA YANG AKAN DATANG ITU .
Tidak diragukan lagi bahwa YESUS MEMBERI KESAKSIAN BAHWA YAHYA PEMBAPTIS ITU ADALAH ELIA yang memang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh kaum Yahudi pada masa itu. Tetapi ketika orang-orang Yahudi melakukan konfirmasi kepada Yahya Pembaptis ternyata Yahya Pembaptis memberi pengakuan sebagai berikut
Maka inilah kesaksian Yahya itu, tatkala orang Yahudi menyuruhkan beberapa imam dan orang Lewi dari Yerusalem, akan bertanya kepadanya demikian: ‘ SIAPAKAH ENGKAU? “.  Maka mengakulah ia, tiada ia bersangkal; maka mengakulah demikian : “ AKU INI BUKANNYA KRISTUS ITU ! “. Maka bertanyalah mereka itu kepadanya : “ Kalau begitu, SIAPAKAH ENGKAU ?. ” ENGKAUKAH ELIA ? ”. Maka katanya : “ BUKAN ! “. ”  ENGKAUKAH NABI ITU ? “  Maka jawabnya :  “ BUKAN !     ( Yah. 1 : 19 -21 )
Ternyata YAHYA PEMBAPTIS MENOLAK PENGAKUAN ATAS DIRINYA SEBAGAI ELIA . Berangkat dari fakta ayat Bibel ini , Yesus telah melakukan tindakan perbuatan MEMBERI KESAKSIAN PALSU terhadap Yahya Pembaptis . Ini menurut Alkitab/Bibel dan menurut aturan hukum agama YESUS TELAH MELAKUKAN PERBUATAN DOSA  ( Keluaran 20 : 16 ).
Menurut Perjanjian Lama , dinyatakan aturan hukum agama : ”  Jangan kamu ingin akan rumah samamu manusia , jangan kamu ingin akan bini samamu manusia atau akan hambanya laki-laki atau akan sahayanya perempuan atau akan lembunya atau akan keledainya atau akan barang apa-apa yang samamu manusia punya ”. ( Keluaran 20 : 17 ). Bagaimana dengan tindakan perbuatan Yesus ? Perhatikan ayat  Matius 21 : 1-3         ( lihat Markus 11 : 1-3 ; Lukas 19 : 29-34 ) berikut :
Apabila mereka itu tiba dekat negeri Yerusalem dan sampai ke Baitfagi yang dibukit Zaitun,lalu YESUS MENYURUH DUA ORANG MURIDNYA serta berkata kepada mereka itu : ” Pergilah kamu ke kampung yang di hadapan kamu , maka dengan segeranya KAMU AKAN JUMPA SEEKOR KELEDAI TERTAMBAT BESERTA DENGAN ANAKNYA ; ORAKKANLAH TALINYA, BAWA IA KEPADAKU. Jikalau barang seorang berkata apa-apa kepadamu, hendaklah kamu katakan, bahwa Tuhan berkehendak akan dia maka dengan segeranya ia menyuruh bawa . 
Apakah  keledai itu kepunyaan Yesus ? Ternyata bukan tetapi milik seseorang lain yang tidak dikenal identitasnya. Tetapi Yesus menyuruh kedua muridnya meng-ambil keledai orang lain untuk kepentingan Yesus . Ini merupakan tindakan yang melanggar aturan hukum agama ”  Jangan kamu ingin ................. akan keledainya atau akan barang apa-apa yang samamu manusia punya ” . ( Keluaran 20 : 17 ). Ini berarti YESUS TELAH MELAKUKAN PERBUATAN DOSA . Ini berdasarkan cerita Alkitab/Bibel , bukan cerita dari Al Qur’an . Masih ada lagi sejumlah kisah dalam Alkitab/Bibel yang menunjukkan tindakan Yesus yang melanggar aturan hukum agama sehingga jika kriteria ini yang dijadikan patokan dan bukan pada ada tidaknya pernyataan yang mengandung kata-kata ” BERDOSA ” atau ” TIDAK BERDOSA ” maka tidak bisa tidak: YESUS ADALAH MANUSIA YANG BERDOSA. Dan tidak disebutkannya ” minta pengampunan Allah atas dosa ” secara eksplisit dari Yesus bukanlah dijadikan dasar untuk mengatakan YESUS TIDAK BERDOSA. Ingat, Perjanjian Baru dikarang dengan muatan antara lain : meninggikan Yesus agar mencapai posisi sebagai Tuhan. Dan sebagai Tuhan , tentu tidak bisa dikatakan Yesus berdosa. Oleh karena itulah bisa dipahami jika pengarang Injil-Injil Kanonik tidak menceritakan tentang Yesus berdoa minta ampun . Dan untuk diketahui , Islam menempatkan para Nabi/Rasul Allah sebagai MANUSIA YANG TIDAK BERDOSA . Jika  Yesus  dikatakan  TIDAK BERDOSA  maka  nabi /Rasul Allah  yang lain JUGA TIDAK
BERDOSA . Tidak ada keunggulan dan kelebihan Yesus dalam hal ini .
Selanjutnya Eja Kalima berkata : ” Ia tidak takluk pada dimensi- dunia . Ruang dan waktu dan alam tidak menguasainya. Ini pernyataan dogmatis Kekristenan yang mengabaikan fakta kehidupan Yesus. Bagaimana Eja Kalima bisa berkata demikian padahal Yesus itu lahir , makan dan minum , bekerja , lapar dan haus , disunat , ketakutan , sedih , marah , mencaci maki , dan menurut Alkitab/Bibel Yesus mati , dikuburkan lalu katanya bangkit kembali. Hal-hal ini merupakan dimensi kehidupan dunia . Yesus sudah tidak ada lagi di dunia dan telah mati hampir dua ribu tahun yang lalu dan tidak pernah kembali ke dunia sekarang ini. Ini menunjukkan, Yesus terbatas oleh ruang dan waktu dan alam menguasainya .
c.     Pernyataan dogmatis yang sangat kental disajikan pula oleh Eja Kalima dengan berkata :      Dalam hal kematian pun Ia menunjukkan dirinya tidak takluk akan “ kodrat yang mematikan “. Ia membangkitkan orang mati dan dirinya sendiri . Sementara kuburan segala nabi berisi jenazah ( dari debu kembali ke debu ), kuburan-Nya sendiri kosong karena kebangkitannya atas kematian  ”.
Menurut Alkitab/Bibel , Yesus mati disalib dan dikuburkan tiga hari tiga malam . Ini adalah bukti bahwa Yesus takluk pada ” kodrat yang mematikan ”.  Menyatakan Yesus tidak takluk kepada ” kodrat kematian ” merupakan satu kedustaan .  Dan berbicara mengenai ” takluk kepada kodrat kematian ” ini , sesungguhnya tidak ada kelebihan Yesus terhadap Elia . Jika Yesus pernah mengalami kematian , dikubur tiga hari tiga malam lalu diangkat ke langit, ternyata ELIA TIDAK PERNAH MENGALAMI KEMATIAN DAN LANGSUNG DIANGKAT KELANGIT . Mari kita baca cerita Alkitab/Bibel dalam ayat 2 Raja-Raja 2 : 8 -11  berikut :
Maka oleh ELIA diambil akan baju selimutnya , digulungnya lalu dipalunya air itu dengan dia , maka air itupun terbelah dua ke sana ke mari , lalu keduanya menyeberanglah dengan berjalan pada kekeringan .
Setelah sampai keduanya ke seberang maka kata ELIA  kepada ELISA : ” Pintalah olehmu barang yang boleh kubuat akan dikau , dahulu daripada AKU DIANGKAT DARIPADA SISIMU ” . Maka sahut ELISA : ” Biarlah kiranya DUA BAGIAN ROH TUAN ITU TINGGAL PADA HAMBA ”.
Maka kata ELIA : ” Barang yang kau pinta itu sukar juga . Jikalau ENGKAU MELIHAT AKU APABILA AKU DIANGKAT DARIPADA SISIMU KELAK, maka jadilah padamu demikian. Tetapi jikalau tiada , maka tiada juga ia itu jadi ”.
Maka sesungguhnya sementara keduanya pun berjalan dan berkata –kata , TIBA-TIBA ADALAH SEBUAH RATA API DENGAN KUDA API MENCERAIKAN SEORANG DENGAN SEORANG . MAKA DEMIKIANLAH PERI ELIA NAIK KE SORGA DALAM GURUH .
Perhatikan ! Elia naik ke surga tanpa melalui kematian. Mengapa Elia tidak dikatakan  :  tidak takluk akan “ kodrat yang mematikan ” ? Bukankah itu lebih hebat dari Yesus ?  Kalau Yesus , sebelum ” naik ke surga dan duduk di kanan Bapa ” ternyata harus liwat kematian dan kuburan terlebih dahulu. Sedangkan Elia tidak mengalami yang demikian . Berarti, Elia lebih hebat dari Yesus !  Begitu  pula  dengan  HENOKH , sama  seperti ELIA .  Perhatikan ayat Alkitab/Bibel dalam ayat  Kejadian 5  : 22 – 24  berikut :
Kemudian daripada beroleh Metusalah itu ,  HENOKH HIDUP DENGAN ALLAH  tiga ratus tahun lamanya dan beroleh anak laki-laki dan perempuan .Maka sekalian umur HENOKH itu tiga ratus enam puluh lima tahun . Maka HENOKH ITU HIDUP DENGAN ALLAH maka TIADALAH IA LAGI KARENA DIANGKAT ALLAH AKAN DIA .
Perhatikan ! Henokh hidup dengan Allah selama tiga ratus tahun dan ketika berumur tiga ratus enam puluh lima tahun, HENOKH DIANGKAT OLEH ALLAH untuk HIDUP BERSAMA DENGAN ALLAH. Harusnya sekarang HENOKH LAGI DUDUK BERDAMPINGAN DENGAN YESUS. Henokh tidak mengalami kematian, sama seperti Elia yang juga tidak mengalami kematian . Mengapa Henokh tidak dikatakan  :  tidak takluk akan “ kodrat yang mematikan ” ? Bukankah itu lebih hebat dari Yesus ? Disarankan agar Eja Kalima membaca baik-baik dulu  Alkitab /Bibel  sebelum melempar pernyataan dogmatisnya . Apa
arti dogma tanpa didasarkan pada kitab suci ?
Kemudian berbicara tentang ” kuburan Yesus yang kosong ” justru menjadi kisah yang kontroversial . Kuburan Yesus yang kosong bukanlah bukti tentang bangkit-nya Yesus dari kematian . Para murid hanya menyaksikan kubur itu telah kosong dan tidak ada ” mayat ” Yesus lagi yang berada di sana. Para murid ataupun orang lain , tidak seorang pun yang menyaksikan bagaimana proses terjadinya kebangkitan Yesus atau hidup kembalinya Yesus sehingga kubur Yesus menjadi kosong sebagai bukti bahwa memang benar Yesus bangkit hidup kembali dari antara orang mati . Orang hanya melihat kubur itu sudah dalam keadaan kosong lalu menyimpulkan Yesus bangkit dari antara orang mati . Padahal kubur kosong tidak harus dimaknakan dengan bangkit hidupnya Yesus dari kematian, tetapi bisa jadi ada sebab-sebab lain . Clayton Sullivan dalam bukunya ” RESCUING JESUS FROM THE CHRISTIANS ” menulis [7] ) :
…. Kebangkitan Yesus tidak digambarkan secara eksplisit dalam kitab-kitab Injil. Tidak ada kesaksian mata manusia pada kebangkitan itu. Tidak ada laporan dari para pengikut Yesus yang mengatakan , “ Saya berada di dalam kuburan itu ketika kebangkitan terjadi  ”.
Bisa jadi ” mayat ” Yesus diculik oleh orang-orang yang tidak bertanggung-jawab dan menyembunyikannya lalu disebarkan berita ” YESUS BANGKIT DARI KEMATIAN DAN MENGALAHKAN MAUT ” !  Atau bisa jadi pula , Yesus tidaklah mati karena disalib melainkan hanya pingsan saja lalu para murid mengambil Yesus yang pingsan itu , mengobatinya . Jadi cerita ” KUBUR YESUS YANG KOSONG ” tidak memberikan kepastian untuk satu hal tertentu saja yaitu KEBANGKITAN YESUS DARI KEMATIAN  melainkan memberi alternatif lainnya sebagaimana yang dikemukakan. Apalagi jika dipahami yang disalib dan mati di atas salib bukanlah Yesus melainkan orang lain yang diserupakan dengan Yesus dalam penglihatan manusia pada waktu itu . Dalam pengertian yang demikian ini , maka pernyataan Si Kristen Penyaji Apologi : “ Dalam hal kematian pun Ia menunjukkan dirinya tidak takluk akan “ kodrat yang mematikan “…….. “ menjadi sebuah khayalan dogma Kristen yang dianutnya .
Selanjutnya  petilan  pernyataan  si  Kristen  Penyaji  Apologi  : ” Ia membangkitkan orang mati dan dirinya sendiri ” menimbulkan tanda tanya . Benarkah Yesus membangkitkan dirinya sendiri dari kubur ? Sebaiknya Si Kristen Penyaji Apologi menunjukkan dalilnya dari Alkitab/Bibel , jangan hanya melontar pernyataan dogmatis semacam itu tanpa dasar sama sekali.  Ayat-ayat Alkitab/Bibel yang disajikan berikut ini menginformasikan , siapa yang membangkitkan Yesus sekaligus menunjukkan betapa semangat dogma Kristen sangat menggebu-gebu dalam pernyataannya tersebut sembari mengentuti Alkitab/Bibel-nya sendiri .
 Ia itu juga YANG DIBANGKITKAN OLEH ALLAH tatkala dilenyapkannya sengsara maut karena mustahil ia ditakluk oleh maut ( KRR.  2 : 24 )
Adalah Yesus ini YANG DIBANGKITKAN OLEH ALLAH ,dari halnya itu sekalian , kami inilah saksinya . ( KRR. 2 : 32 )
Dan kamu membunuh Penghulu Hayat tetapi ALLAH TELAH MEMBANGKITKAN DIA  dari antara orang mati , dari halnya kami inilah menjadi saksi ( KRR.3 : 15 )
Maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh segenap kaum Israil, bahwa dengan nama Yesus Kristus orang Nazaret yang telah kamu salibkan dan YANG DIBANGKITKAN ALLAH dari antara orang mati itu bahkan dengan kuasanyalah orang ini berdiri di hadapan kamu sembuh ( KRR. 4 10 )
Maka Ia-lah YANG DIBANGKITKAN HIDUP OLEH ALLAH , pada hari yang ketiga serta diberi Ia menyatakan Dirinya ( KRR.10 :40 )
Tetapi ALLAH MEMBANGKITKAN DIA dari antara orang mati ( KRR. 13 : 30 )
Tetapi akan hal ALLAH MEMBANGKITKAN DIA dari antara orang mati supaya jangan Ia kembali kepada kebinasaan, maka itulah sebabnya difirmankannya demikian: “ Bahwa Aku akan mengaruniakan kepadamu segala berkat Daud yang kudus dan kekal “ ( KRR.13 : 34 )
Tetapi  IA YANG DIBANGKITKAN ALLAH itu tiada kena binasa .( KRR. 13 : 37 )
Sebab mengetahui bahwa ALLAH YANG SUDAH MEMBANGKITKAN TUHAN YESUS akan membangkitkan kami juga dengan Yesus itu dan akan menghadapkan kami dengan kamu ( 2 Korintus 4 : 14 )
Karena memang ia disalibkan dari sebab kelemahan tetapi IA HIDUP DARI SEBAB KUASA ALLAH . Karena kami inipun lemah juga di dalam Dia tetapi kami akan hidup bersama-sama Dia dari sebab kuasa Allah atas kamu . ( 2 Korintus 13 : 4 )
Yang dikerjakannya di dalam Kristus pada masa IA MEMBANGKITKAN DIA DARI ANTA-RA ORANG MATI dan mendudukkan Dia di sebelah kanannya di surga ( Epesus 1 : 20 )
Maka kamu dikuburkan sertanya di dalam baptisan dan di dalam baptisan itulah kamu dibangkitkan juga sertanya oleh sebab percaya akan KUASA ALLAH YANG MEMBANG-KITKAN DIA DARI ANTARA ORANG MATI . ( Kolose 2 : 12  )
Dan menantikan kedatangan ANAKNYA DARI SURGA YANG SUDAH DIBANGKIT-KANNYA DARI ANTARA ORANG MATI yaitu YESUS yang melepaskan kita dari kemurkaan yang akan datang kelak ( Tesalonika 1 :10 ).
Dari sejumlah ayat yang dikutip ini , sangat jelas bahwa YESUS DIBANGKITKAN OLEH ALLAH . Hanya menjadi pertanyaan, ALLAH dalam pengertian yang bagaimana yang membangkitkan Yesus ini ? Apakah ALLAH dalam bentuk TRINITAS ataukah  yang  dimaksud  adalah ALLAH BAPA ? Jika yang dimaksud dengan ALLAH yang membangkitkan Yesus ini adalah ALLAH TRINITAS ( - ada BAPA, ANAK, ROH KUDUS ), berarti Yesus yang dibangkitkan itu sebenarnya tidak terkait lagi dengan “ ANAK “ lagi . Yesus yang dibangkitkan adalah benar-benar manusia dan bukan Ilahi lagi karena “ ANAK “ yang Ilahi sudah bergabung bersama-sama dengan BAPA dan ROH KUDUS untuk membangkitkan Yesus yang sudah kembali utuh sebagai manusia murni tanpa Ilahi lagi . Jika yang membangkitkan Yesus adalah ALLAH BAPA , menjadi pertanyaan , mengapa ANAK dan ROH KUDUS tidak berperan membangkitkan Yesus ?  Kemana perginya  ANAK dan ROH KUDUS  ketika Allah BAPA membangkitkan Yesus . Apakah ALLAH BAPA hanya bekerja sendirian ?
Terlepas dari permasalahan yang dikemukakan ini , fakta ayat-ayat Alkitab/Bibel telah berbicara bahwa yang membangkitkan Yesus adalah ALLAH , bukan dibangkitkan oleh diri Yesus sendiri seperti yang dikatakan Eja Kalima.  Dalam hal ini , ALLAH yang dimaksud tidak lain adalah BAPA , karena dalam ayat-ayat Alkitab/Bibel yang disebutkan di atas dibedakan antara “ YESUS YANG MATI “ dengan “ ALLAH YANG MEMBANGKITKAN “. Oleh karena itu betapa tidak benarnya pernyataan Eja Kalima : ” Ia membangkitkan orang mati dan dirinya sendiri ”. Namun tetap juga menjadi permasalahan , siapa sesungguhnya yang menghidupkan Yesus apakah ALLAH ataukah ROH KUDUS ?. Perhatikan ayat  Rum 8 : 11  berikut :
Tetapi jikalau ROH DIA YANG MEMBANGKITKAN YESUS dari antara orang mati itu, diam di dalam dirimu maka IA ITU YANG MEMBANGKITKAN KRISTUS YESUS dari antara orang mati itu , akan menghidupkan juga tubuh kamu yang fana itu dengan ROHNYA yang diam di dalam dirimu .
Menurut ayat Rum 8 : 11 yang menghidupkan Yesus adalah ROH DIA , yang maksudnya adalah ROH KUDUS , bukan Allah ( Bapa ).  Mana yang benar ?  Dan anehnya , Yesus sebagai salah satu Oknum Tuhan dalam konsep TRINITAS ternyata tidak bisa membangkitkan diri sendiri . Rupanya ada saatnya  OKNUM TUHAN ( ANAK , Yesus ) tidak memiliki kemampuan apa-apa.
Di samping perbedaan ada sejumlah ayat yang mengatakan Yesus dibangkitkan oleh Allah ( tentu maksudnya : BAPA ) dan ada  ayat lain yang menyatakan   Yesus  dibangkitkan oleh “ ROH DIA “ ( maksudnya : ROH ALLAH atau ROHUL’KUDUS ) , memang menjadi pertanyaan mengapa Yesus tidak mampu membangkitkan dirinya sendiri padahal dalam kepercayaan Kristen , Yesus adalah TUHAN YANG DISEMBAH ? Kemanakah perginya “YESUS DALAM KEADAAN ILAHI “ sehingga tidak memberi kesempatan kepada Yesus untuk membangkitkan dirinya sendiri ? Harusnya Yesus bisa membangkitkan dirinya sendiri apalagi jika kita ingat bahwa tubuh jasmani dengan segala tetek-bengeknya Yesus tidak lain adalah INKARNASI dari FIRMAN ALLAH .
d.     Eja Kalima berkata : ” Prinsip “ dari debu kembali ke debu , dari surga kembali ke surga “ dikonfirmasikan Yesus yang keluar dan datang dari Allah dan balik kembali ke surga, bukan ke alam barzah seperti halnya pada para nabi lainnya. ( Dalam  Quran, Isa diangkat langsung kepada Allah di surga , lihat Qs.3 : 55 ; 4:158 ). Dan BILA ISA HANYA PRODUK AKIBAT DARI PERKATAAN ” KUN ” , yang sama dengan Adam dll ,  bukankah  setidaknya
 penempatan Isa akan sama domain dengan para nabi lainnya ?.
Pernyataan    Yesus yang keluar dan datang dari Allah    oleh Eja Kalima didasarkan pada ayat  Yahya 8 : 42 . Sebagaimana telah dikemukakan sebelum ini , Eja Kalima telah melakukan kedustaan , sebab pernyataan ” ...... AKU KELUAR DAN DATANG DARI ALLAH  ..... ”  tidak ada sama sekali dalam ayat Yahya 8 : 42 . Yang ada hanyalah : ” .... karena daripada Allah , aku datang dan aku ada di sini ....  ”. Secara teologis , kedua pernyataan ini sangat berbeda pengertiannya . Untuk pernyataan ” ...... AKU KELUAR DAN DATANG DARI ALLAH  ..... ”  bisa memberi pengertian kedudukan Yesus sebagai inkarnasi dari FIRMAN ALLAH , karena FIRMAN ALLAH memang keluar dari Allah . Tetapi pernyataan ” ........ karena daripada Allah , aku datang dan aku ada di sini ....    mempunyai yang sangat umum karena semua yang ada ini memang datang dari Allah , sehingga pernyataan yang demikian tidak memberikan gambaran seperti yang bisa dipetik  dari pernyataan ” ...... AKU KELUAR DAN DATANG DARI ALLAH  ..... ” . Dengan sangat culas , Eja Kalima  telah mengubah ayat Yahya 8 : 42 ini sehingga cocok dengan dogma Kristen yang dianutnya . Yang demikian adalah salah satu kebiasaan penganut Kristen ketika mempertahankan dogma Kristen yang dianutnya dalam dialog dan polemik dengan ummat Islam ( kaum Muslimin ) . Mengubah arti ayat Alkitab/Bibel rupanya bukanlah dosa dan itu dibutuhkan untuk mempertahankan kepercayaan Kristen.
Dan masalah    .... balik kembali ke surga, bukan ke alam barzah seperti halnya pada para nabi lainnya ” juga merupakan satu kebohongan pula karena sebagaimana yang telah disajikan, ternyata Elia dan Henokh kembali ke surga tanpa melalui kematian apalagi meliwati alam barzah. Sedangkan Yesus menurut cerita Alkitab / Bibel mengalami kematian dan selama tiga tiga malam melanglang buana ” alam kubur ”.  Dan anehnya , Eja Kalima justru menunjuk ayat Qs. 3 : 55 dan Qs. 4 : 158  yang berbicara diangkat langsungnya Yesus ke ” langit ” tanpa melalui kematian tetapi MENGENTUTI ALKITAB/BIBEL kitab sucinya sendiri yang menceritakan YESUS TIDAK LANGSUNG DIANGKAT KE LANGIT TETAPI SEBELUMNYA MENGALAMI KEMATIAN TERLEBIH DAHULU SELAMA TIGA HARI TIGA MALAM . Jadi yang dikisahkan Al Qur’an SANGAT BERBEDA dengan yang dikisahkan Injil-Injil Kanonik. Tetapi mengapa Eja Kalima mengedepankan ayat Al Qur’an yang berkisah tentang hal yang berbeda dengan kisah Alkitab/Bibel, sambil MENGENTUTI Alkitab/Bibel ? . Apakah Eja Kalima LEBIH PERCAYA kepada kisah Al Qur’an yang tidak diakuinya sebagai wahyu Allah ketimbang kisah dari Alkitab/Bibel-nya sendiri sebagai Firman Allah ? Kalau memang demikian , mengapa tidak masuk Islam saja ?
Hal lain yang perlu diketahui, menurut ajaran Islam , belum ada seorang manusia pun yang masuk ke dalam surga yang disediakan nanti di akhirat nanti. Demikian pula Nabi Isa Al Masih as, tetapi beliau ditempatkan di suatu tempat di “ langit “. Oleh karena itu jika Eja Kalima  berkata ”  .... balik kembali ke surga, bukan ke alam barzah seperti halnya pada para nabi lainnya ” sambil menunjuk ayat Qs. 3 : 55 dan Qs. 4 : 158  , maka yang demikian itu menunjukkan kengawuran lantaran memahami ayat Al Qur’an menurut dogma Kristen .

APOLOGI  8   :  YESUS ADALAH SOSOK PALING TIDAK WARAS JIKA BUKAN SANG KALIMAT

Eja Kalima memberi pernyataan  :
Kita tahu bahwa KATA-KATA DARI MULUT ALLAH bagi dunia ini , sekali itu dikeluarkanNya , tidak ada perlunya bagi Allah untuk menariknya kembali ke surga . Ia diperuntukkan bagi manusia dan kekal di mana-mana !  Sebab Allah berkata :      “ Rumput menjadi kering , bunga menjadi layu , tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya “ ( Yes. 40 : 8 ). Dan Yesus pasti merupakan sosok yang paling tidak waras di dunia andaikata Dia bukan Sang Kalimat , namun tetap nekad berkata dalam otoritas ilahi sebagai berikut : “ Langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataanKu tidak akan berlalu “       ( Luk. 21 : 33 )

TANGGAPAN  :
Eja Kalima telah berbicara mengenai ayat-ayat Alkitab/Bibel , kitab suci Agama Kristen yang dianutnya. Sebenarnya ummat Islam ( kaum Muslimin ) tidak perlu memperhatikan komentar dogmatis yang diberikan seorang Kristen terhadap ayat kitab sucinya sendiri. Tetapi karena hal ini disajikan dalam ” jamuan ” di mana kaum Muslimin diundang untuk ” menghadirinya ”, tentu wajarlah jika kaum Muslimin memberikan komentar atas pernyataan apologi dari Eja Kalima.
Berbicara mengenai : KEKEKALAN FIRMAN ALLAH yang disebutkan Eja Kalima dalam pernyataannya di atas , timbul pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan    Kekekalan ” dan  ” Firman Allah ” dalam pernyataan Si Kristen Penyaji Apologi ini ?  Tanpa batasan yang jelas atas kedua istilah ini maka pembicaraan bisa ngalor ngidul tidak keruan-keruan  dan menjadi tidak fokus kepada tema inti dari pernyataan Eja Kalima .
Kita akan mencoba meraba batasan kedua istilah yang disebut Eja Kalima  berdasarkan ayat Yesaya 40 : 8  berikut :
 Bahwa rumput itu layulah dan bunga itupun gugurlah tetapi firman Allah itu kita kekal sampai selama-lamanya
Pernyataan ayat Yesaya 40 : 8 mempunyai padanan dalam Al Qur’an yaitu ” TIDAK ADA PERUBAHAN PADA KALIMAT ALLAH ” sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat Qs. 10: 64 : ”  Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat ( janji-janji ) Allah. Yang demikian  itu  adalah kemenangan yang besar ”. Atau ” TIDAK ADA PERUBAHAN PADA SUNATULLAH ”  dalam ayat Qs. 17 : 77 : ” ( Kami menetapkan yang demikian ) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu ”.
Maksud ” KALIMAT ALLAH ” dan ” SUNATULLAH ” dalam ayat Al Qur’an ini sudah jelas , sesuai dengan pengertian ” KALIMAT ALLAH ” dan ” SUNATULLAH ” menurut konteks kalimatnya. Tetapi apa pengertian ” firman Allah ” dalam ayat Yesaya 40 : 8    ini ? . Ini yang seharusnya dijelaskan oleh Eja Kalima supaya pembicaraan tentang ayat Yesaya 40 : 8 tidak mengambang dan tidak terlalu umum . Mungkin kata ” firman Allah ” ini menurut Eja Kalima hanya dalam pengertian ” kata-kata Allah ” . tetapi Si Kristen Penyaji Apologi lupa , aspek yang diangkat yang diungkapkan dengan ” kata-kata Allah ” itu sangat banyak . Hal ini yang harus dijelaskan . Berapologi tanpa kejelasan begini memang repot . Pembicaraan menjadi sangat umum dan itu membuat tidak mengarah kepada aspek yang dibicarakan .
Kata ” firman Allah ” dalam ayat Yesaya 40 : 8  ini boleh jadi dapat dihubungkan dengan kata ” firman Allah ” dalam ayat Yesaya  40 : 1  :    .... Hiburkanlah , hiburkanlah segala umat-Ku , demikian firman Allah  ”.  Jika dapat dihubungkan demikian , berarti yang dimaksud dengan ” firman Allah ” adalah : PERINTAH ALLAH kepada seorang Nabi/Rasul Allah untuk disampaikan kepada kaumnya . Tetapi  ” PERINTAH ALLAH ”  ini jangan dibatasi khusus hanya yang disebut ayat Yesaya 40 : 1 melainkan bersifat umum yang meliputi antara lain berupa penetapan hukum syariat , sebagai salah satu aspek yang disebutkan dalam ” firman Allah ”.
Berkaitan dengan penetapan hukum syariat tersebut , lalu apa pengertian ” KEKEKALAN ” dari hukum syariat sebagai bentuk ” PERINTAH ALLAH ” yang disampaikan melalui ” firman Allah ” itu ? Apakah maksudnya TIDAK TERJADI PERUBAHAN HUKUM SYARIAT  sebagai wujud tidak ada perubahan ” firman Allah ” atau dalam bahasanya Eja Kalima :   KATA-KATA DARI MULUT ALLAH bagi dunia ini, sekali itu dikeluarkanNya , tidak ada perlunya bagi Allah untuk menariknya kembali ke surga. Ia diperuntukkan bagi manusia dan kekal di mana-mana !  ” ?. Jika demikian yang dimaksudkan, betapa tidak benarnya Eja Kalima, sebab dalam Alkitab / Bibel sendiri justru menunjukkan adanya perubahan   ” firman Allah ” berupa perubahan ketetapan HUKUM SYARIAT .  Ini yang seharusnya dijelaskan oleh Eja Kalima.  Disarankan jika menyajikan ” makanan ” supaya jelas : mana nasinya dan mana lauknya , jangan dicampur-aduk tidak keruan-keruan .
Selanjutnya mengenai pernyataan Eja Kalima: ” Dan Yesus pasti merupakan sosok yang paling tidak waras di dunia andaikata Dia bukan Sang Kalimat , namun tetap nekad berkata dalam otoritas ilahi sebagai berikut : “ Langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataanKu tidak akan berlalu “ ( Luk. 21 : 33 )”, cukup menarik perhatian sekaligus sangat memperihatinkan.  Sungguh hebat ! Betapa seorang yang mengaku diri sebagai ” PENGIKUT YESUS KRISTUS ” telah memberikan alternatif  kepada Yesus sebagai ”  sosok yang paling tidak waras di dunia andaikata Dia bukan Sang Kalimat ” dan sungguh satu keberanian yang dilakukan orang yang tidak waras . Ini adalah gaya berucapnya JOSH MC DOWELL  atau  ” MC DOWELL STYLE ”– kalau boleh dikatakan begitu – model ucapan orang yang putus asa dalam mempertahankan ” KETUHANAN YESUS ” terhadap serangan pihak yang tidak mempercayainya dengan dalil-dalil yang kuat dan logis ketika di sisi lain  ” si Mc Dowell ” tidak mampu memberikan argumentasi final yang menentang dan merontokkan  dalil-dalil lawan .
Kami ummat Islam, jika mendapat serangan pihak Kristen tentang Nabi Muhammad SAW , akan menyajikan argumentasi sanggahan dengan dalil-dalil yang tidak terbantah dari Al Qur’an, Hadist , Logika, Sains , Sejarah , Tradisi . Kultur dan sebagainya . Dan sama sekali kami ummat Islam ( kaum Muslimin ) TIDAK AKAN MEMBERI PERNYATAAN ALTERNATIF PUTUS ASA SEPERTI ITU, misalnya :  Muhammad adalah sosok yang paling tidak waras jika .......  ”. KAMI UMMAT ISLAM TIDAK AKAN PERNAH MENGATAKAN DEMIKIAN TERHADAP NABI /RASUL ALLAH yang kami cintai melebihi kecintaan kami kepada dunia dan seisinya . Bagaimana kami ummat Islam bisa mengatakan demikian padahal Nabi Muhammad SAW adalah pembawa kebenaran risalah Ketuhanan, yang didukung oleh dalil-dalil yang tidak terbantah, termasuk disebutkan namanya dalam Alkitab/Bibel , juga dalam kitab-kitab suci agama lain ? Selidikilah Alkitab/ Bibel maka akan ditemukan kebenaran tentang Nabi Muhammad saw selaku Nabi / Rasul Akhir Zaman . 
Dan terlebih pula pernyataan seperti yang disajikan Eja Kalima tersebut di atas bukanlah dalil yang menunjukkan kehebatan Yesus selaku ” FIRMAN ALLAH ”.  Pernyataan semacam itu adalah ekspresi keputus-asaan ketika tidak mampu mempertahankan keyakinan tentang Yesus sebagai Tuhan dari serangan argumentasi lawan .
Mengenai ayat Lukas 21 : 33 yang memuat ucapan Yesus : “ Langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataanKu tidak akan berlalu “ perlu dikonfirmasi dengan realitas Kekristenan yang ada sekarang , apakah benar penganut Kristen sekarang ini mengikuti AJARAN YESUS ataukah mengikuti AJARAN PAULUS ?. Fakta menunjukkan bahwa kepercayaan Kristen sekarang bukan didasarkan kepada AJARAN YESUS melainkan sepenuhnya berdasarkan AJARAN PAULUS ! Ini apabila pernyataan ayat Lukas 21 : 33 dipahami secara harfiah . Tetapi bila dipahami sebagai ungkapan, yaitu ” perkataanku ” di situ sebagai ajaran yang harus disampaikan Yesus sesuai dengan perintah Allah , memang semua Nabi/Rasul Allah memiliki ” perkataan ” yang tidak akan berlalu karena semua Nabi/Rasul Allah dalam rantai kenabian mengajarkan inti pengajaran yang sama , yaitu TAUHID KEPADA ALLAH .  Ayat Yahya 15 : 15 menegaskan : ” ..... oleh sebab segala perkara Aku dengar dari Bapa-ku , itulah Aku beritahu kepadamu  menunjukkan bahwa apa yang dikatakan Yesus dalam memberitahu atau mengajar para muridnya , tidak lain adalah pengajaran yang datang dari Allah ( atau : BAPA , menurut Kristen ) .  Oleh karena itu , ayat Lukas 21 : 33  bukanlah dalil yang menunjukkan Yesus sebagai ” FIRMAN ALLAH ”.

APOLOGI 9 : MANIFESTASI FIRMAN / KALIMAT ALLAH KETIKA NUZUL  KE DUNIA

Eja Kalima memberi pernyataan  :
Dari sudut perbandingan agama , kita dapat membandingkan apa beda ujud manifestasi Firman/Kalimat Allah ketika Ia turun ke dunia . Bagi Kristianitas , Kalimat Allah yang nuzul /turun ke bumi melahirkan Yesus Al Masih . Bagi Islam , Kalimat Allah yang nuzul/turun ke bumi melahirkan Kitabullah , namun tetap meninggalkan sebuah catatan tambahan yang dilematis dari para penafsir bahwa khusus untuk kasus “ KALIMATULLAH “ maka KALIMAT ALLAH  HARUS DIARTIKAN SEBAGAI “ AKIBAT DARI KUASA KATA-KATA ALLAH “ KUN “ YANG MENCIPTAKAN ISA . Pertanyaannya , HARUSKAH ?

TANGGAPAN  :
 Eja Kalima berbicara mengenai  ” NUZUL/TURUN ”-nya  firman Allah atau Kalimat Allah ke bumi . Dan memperbandingkan konsep nuzul/turunnya Kalimat Allah ini antara keyakinan Kristen dengan keyakinan Islam . Kalau menurut Kristenitas , KALIMAT ALLAH yang nuzul/turun ke bumi itu adalah Yesus Kristus , yang demikian adalah urusan dogma Kristen dan ummat Islam tidak perlu  urus . Tetapi menjadi sangat tidak beretika jika Eja Kalima berbicara tentang KALIMAT ALLAH dalam pemahaman Islam yaitu berupa KITABULLAH ( AL QUR’AN ) tetapi Eja Kalima memberi penilaian yang bertujuan mendiskreditkan pemahaman Islam tersebut berdasarkan pandangan dogma Kristen dengan mengatakan : ”..... namun tetap meninggalkan sebuah catatan tambahan yang dilematis dari para penafsir bahwa khusus untuk kasus “ KALIMATULLAH “ maka KALIMAT ALLAH  HARUS DIARTIKAN SEBAGAI “ AKIBAT DARI KUASA KATA-KATA ALLAH “ KUN “ YANG MENCIPTAKAN ISA ” kemudian mempertanyakan: ” HARUS-KAH  ? ”  yang maksudnya tidak lain adalah : HARUSKAH  ” KALIMATULLAH ” ITU DIARTIKAN SEBAGAI  ” AKIBAT DARI KUASA KATA-KATA  ” KUN ” DARI ALLAH  YANG MENCIPTAKAN ISA .
Pernyataan Eja Kalima menunjukkan kengawuran. Tidak ada yang namanya ” sebuah catatan tambahan yang dilematis dari para penafsir ” mengenai KALIMATULLAH yang dikenakan kepada Yesus. Itu hanya bahasanya Eja Kalima semata-mata berdasarkan khayalan dogma Kristen yang dianutnya. Sebab kata ” KALIMAT ” dalam Al Qur’an mempunyai banyak makna - sebagaimana yang telah dijelaskan sebelum ini -  dan tidak ada satupun yang dapat diartikan bahwa YESUS SEBAGAI KALIMATULLAH adalah SEBAB TERJADINYA SEGALA SESUATU melainkan menunjukkan : KEJADIAN YESUS ADALAH AKIBAT DARI KATA ” KUN ”. Oleh karena itu jika Eja Kalima mempertanyakan: HARUSKAH?, jawabannya : MEMANG HARUS ! , karena memang demikianlah makna ayat Al Qur’an tentang KALIMAT untuk Isa Al Masih as      ( Yesus Kristus ) .
Kemudian ada pernyataan Eja Kalima yang perlu diluruskan yaitu :  Bagi Islam , Kalimat Allah yang nuzul/turun ke bumi melahirkan Kitabullah ”. Memang pernyataan yang demikian  sudah menjadi ” dalil dan ungkapan ” penganut Kristen ketika memberi bandingan dogma Kristen : FIRMAN MENJADI MANUSIA YESUS yang diistilahkan dengan ” NUZUL ” dengan pewahyuan ayat-ayat Al Qur’an sebagai KALIMAT-KALIMAT ALLAH. Tetapi pernyataan yang demikian, adalah pernyataan yang salah kaprah karena sangat tidak benar dan bertentangan dengan ayat Al Qur’an . Tidak ada ajaran Al Qur’an tentang KALIMAT ALLAH YANG NUZUL/TURUN KE BUMI MELAHIRKAN KITABULLAH . Itu bahasanya orang Kristen, bukan bahasanya orang Muslim. Untuk diketahui, Al Qur’an, Injil , Taurat dan kitab-kitab yang diwahyukan kepada para Nabi /Rasul Allah, semuanya bersumber kepada UMMUL KITAB – INDUK KITAB . Hal ini ditegaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut :
 Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang ( tersimpan ) dalam Lauh Mahfuzh. (  Qs. 85 : 21-22.   )
Dan sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab ( Lauh Mahfuzh ) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi ( nilainya ) dan amat banyak mengandung hikmah. (  Qs. 43 : 4 )
Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah ( Kami tulis dalam ) Lauh Mahfuzh , bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh. (  Qs. 21 : 105.   )
Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara        ( Lauhul Mahfuzh ), (  Qs. 56 : 77-78.)
 Penegasan Al Qur’an ini menunjukkan bahwa ” KITABULLAH ”  ( Al Qur’an ) itu memang sudah ada yaitu dalam INDUK KITAB  ( Lauh Mahfuzh ) lalu ayat-ayatnya diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW . Jadi , bukan sama sekali seperti yang dipahamkan oleh penganut Kristen yaitu : Kalimatullah nuzul ke bumi dan menjadi Kitabullah . Yang demikian adalah khayalan Eja Kalima dan sangat terbalik dari pernyataan Al Qur’an. Disarankan, kalau tidak tahu tentang Al Qur’an, sebaiknya tidak usah mengeluarkan pernyataan-pernyataan komentar tentang Al Qur’an, supaya tidak ngawur seperti pernyataan-nya di atas . Perilaku semacam itu hanya menunjukkan kejahilan . Kejahilan selalu melahirkan kengawuran .

P E N U T U P

Penjelasan yang menarik tentang kedudukan Yesus ( Nabi Isa Al Masih as ) sebagai ” KALIMAH ALLAH  ” diberikan Imam Al Gazhali dalam  kitabnya  ” AR- RADDUL JAMIL – LI ILAHIYAT ISA BI SHARIHIL INJIL ” yang membahas dogma Trinitas [8] ).
Menurut Imam Al Ghazali, ada kesyubhatan dalam klaim penganut Kristen atas kata ”Kalimah ” yang dikenakan Al Qur’an kepada Yesus ( Nabi Isa Al Masih as ) karena mengira kata ” Kalimah ” (Firman ) menunjukkan hakikat Oknum Trinitas . Padahal kata ” Kalimah ” ( Firman ) bukan hanya milik syariat tertentu (keyakinan Kristen saja ) tetapi milik setiap pembawa syariat .  Al Qur’an menggunakan kata ” Kalimah ” kepada Yesus ( Nabi Isa Al Masih as ) untuk mendudukkan posisi Yesus ( Nabi Isa Al Masih as ) sebagai manusia dan Rasul Allah , bukan untuk membenarkan hakikat ketuhanan Yesus ( Nabi Isa Al Masih as ) sebagaimana yang diklaim penganut Kristen .
Imam Al Ghazali menguraikan dua sebab dari kelahiran manusia, yaitu  ” SEBAB LANGSUNG ” dan ” SEBAB ANTARA ” yang dalam istilah Imam Al Ghazali :  ” SEBAB DEKAT ” dan ” SEBAB JAUH ”.  Kedua ” SEBAB ” ini merupakan ” SEBAB YANG BIASA TERJADI ” dalam kelahiran seorang anak.  Imam Al Ghazali memberikan contoh tentang ” SEBAB DEKAT ” dan ” SEBAB JAUH ” . Pada waktu kita melihat sebuah kebun yang menghijau di daerah curah hujan , maka kta mengatakannya ” KARENA HUJAN ” . Padahal yang sebenarnya ” KARENA ALLAH SWT ”.  Dalam hal ini ” KARENA HUJAN ” adalah ” SEBAB ANTARA ” (SEBAB DEKAT) dan ” KARENA ALLAH SWT ” adalah ” SEBAB LANGSUNG ” ( SEBAB JAUH ). Tetapi ketika kita melihat tumbuh-tumbuhan yang elok dan subur, sejuk di pandang di tengah-tengah daerah gersang , maka dengan mudah kita  berkata ” KARENA ALLAH SWT ” ( misal-nya dalam bentuk ucapan : MAHASUCI ALLAH YANG MENCIPTAKAN SEGALANYA INI - ) , bukan ” KARENA HUJAN ” karena kita tidak mendapatkan celah untuk mengatakan ” KARENA HUJAN ” dan memang tidak ada bukti akan hal itu. Dan biasanya manusia lebih melihat kepada ” SEBAB DEKAT ” ( SEBAB ANTARA ) dari pada ” SEBAB JAUH ” ( SEBAB LANGSUNG ) .
Pada kelahiran manusia , ” SEBAB DEKAT ” atau ” SEBAB ANTARA ”-nya adalah SPERMA yang membuahi SEL TELUR  dan  ” SEBAB JAUH ” atau ” SEBAB LANG-SUNG ”-nya adalah  ” KALIMAH ALLAH ” . Kedua ” SEBAB ” ini menjadi ” SEBAB YANG BIASA TERJADI ” dalam kelahiran seorang anak . Tidak mungkin terjadi kelahiran seorang anak hanya didasarkan pada ” SEBAB DEKAT ” atau ” SEBAB ANTARA ”-nya yaitu SPERMA tanpa didasarkan pada ” SEBAB JAUH ” atau ” SEBAB LANGSUNG ”-nya yaitu  ” KALIMAH ALLAH ” . Oleh karena itu pada kejadian manusia yang lazim setelah berlangsung dengan ” SEBAB DEKAT ” atau  ” SEBAB ANTARA ”-nya lalu berlangsung pula dengan ” SEBAB JAUH ” atau  ” SEBAB LANGSUNG ”-nya berupa ” peletakan ” Kalimah Allah sebagai PERINTAH KEJADIAN . Tetapi bukanlah hal yang mustahi bagi Allah dalam kejadian manusia , Allah menyingkirkan ” SEBAB DEKAT ” atau ” SEBAB ANTARA ”-nya  tetapi langsung kepada ” SEBAB JAUH ” atau ” SEBAB LANGSUNG ”-nya karena Allah Maha Kuasa . Hal ini telah dicontohkan dengan kejadian Adam dan Hawa yang tanpa melalui ” SEBAB DEKAT ” atau  ” SEBAB ANTARA ” yaitu sperma . Oleh  karena itu , bila  dalam  kelahiran  manusia  tidak  dijumpai  ”  SEBAB  DEKAT  ”  atau ” SEBAB ANTARA ”-nya yaitu ” SPERMA ” yang  membuahi  sel  telur  maka  dikembalikanlah kepada ” SEBAB JAUH ” atau ” SEBAB LANGSUNG ”-nya  yaitu ” KALIMAH ALLAH ” sebagai pokok awal kejadian . Hal ini diperlakukan pada kejadian Yesus ( Nabi Isa Al Masih as ) yaitu tidak ada ” SEBAB DEKAT ” atau  ” SEBAB ANTARA ”-nya berupa sperma yang membuahi sel telur ( ovum ) sehingga kejadiannya tercukupi berupa ” peletakan ” KALAM  kepada Maryam ibunya sebagai perintah kejadian . Hal ini terjadi juga pada kejadian Adam yang tercukupi dengan ” SEBAB JAUH ” atau ” SEBAB LANGSUNG ”-nya . Dengan demikian , makna  ” KALIMAH ” ini berlaku bagi seluruh kejadian makhluk , bukan khusus kepada Yesus ( Nabi Isa Al Masih as ) saja. Jadi sangatlah tidak benar jika karena sebutan ” KALIMAH DARI-NYA ” lalu Yesus dianggap sebagai BAGIAN DARI ALLAH. Padahal Adam dan manusia seluruhnya juga    ” KALIMAH DARI-NYA ”.



[1] ).  Untuk diketahui, penganut Kristen-pun berapologi bahwa Allah itu Esa tetapi terdiri atas tiga kodrat , yaitu Bapa menunjukkan kodrat Allah ketika mencipta , Anak Allah ( Firman Allah ) adalah kodrat Allah ketika berfirman dan Rohulkudus adalah kodrat Allah ketika memelihara. Tetapi berbagai ayat dalam Bibel justru membedakan ketiganya sebagai pribadi yang terpisah satu dengan yang lain , sehingga menunjukkan keberadaan ketiganya sebagai tiga Tuhan yang terpisah satu dengan yang lain . Memang tidak semua sekte Kristen berpendapat seperti itu tentang Ketuhanan Trinitas . Antara satu sekte Kristen dengan sekte Kristen lainnya berbeda pemahamannya akan saling mencerca tentang konsep Trinitas yang dianut oleh masing-masing sekte Kristen tersebut .
[2] ). Untuk diketahui oleh penganut Kristen supaya tidak memberikan pemahaman yang macam-macam , kata “ Al Kitab “ pada ayat Al An-aam 38 ini bukan dimaksudkan dengan : Bibel  (- dalam terjemahan bahasa Indonesia menggunakan nama : Alkitab -) melainkan : Al Qur’an , sebab “ Al Kitab “ juga adalah nama lain dari Al Qur’an, di samping nama lainnya: Al Furqaan, Al Bayan , Az Dzikir dan sebagainya .
[3] ). Hal ini dapat dibaca buku berjudul  “ THE HISTORY OF THE QUR’ANIC TEXT , FROM RELEVATION TO COMPILATION “ oleh Prof.DR.M.M. Al A’zami .
[4] ). Bibel , kitab suci agama Kristen juga menyinggung kalimat “ ALLAH BESERTA KITA  “ ini yaitu dalam  ayat Matius 1 : 23 :    Sesungguhnya anak dara itu akan mengandung dan beranakkan seorang laki-laki dan disebut orang namanya : “ IMMANUEL “ yang diterjemahkan , artinya : ALLAH BESERTA KITA “.Penganut Kristen pasti menghubungkan figur : “ IMMANUEL “ ini dengan “ Yesus Kristus “. Tetapi penganut Kristen lupa dengan sejumlah fakta , yaitu :
1.     Tidak ada satupun ayat dalam Perjanjian Baru  yang menunjukkan bahwa Yesus pernah dipanggil dengan “ IMMANUEL “ oleh para murid ataupun oleh orang-orang Yahudi . Ini menjadi satu fakta dengan kemungkinan :
a.     Ayat Matius 1: 23  merupakan khayalan pengarang Injil Matius . Dan memang pengarang Injil Matius mempunyai hobi untuk menceritakan keadaan Yesus Kristus yang selalu dihubungkan dengan ayat-ayat Perjanjian Lama , padahal ayat Perjanjian Lama yang dinisbatkan sebagai nubuatan untuk Yesus Kristus itu sebenarnya tidak ada kaitan dengan Yesus Kristus .
b.    Sebutan “ IMMANUEL “ sesungguhnya bukanlah nama melainkan pernyataan yang hanya menyatakan keadaan seseorang yang selalu disertai Allah . Ini berarti sebutan tersebut bersifat umum yang dapat dikenakan pada setiap nabi/rasul Allah . Dan dalam hal ini , Nabi Muhammad saw pernah berkata :  ALLAH BESERTA KITA    ( INNALLAHA MA’ANAA ).
2.     Ketika berbicara mengenai ayat Matius 1 : 23 ,  penganut Kristen mengambilnya sebagai dasar pengidentifikasian terhadap Yesus Kristus karena dikatakan : “ anak dara itu akan mengandung dan beranakkan seorang laki-laki “. Namanya “anak dara “ tentu adalah “anak perawan “ sedangkan anak perawan yang secara mukjizat melahirkan anak laki-laki tanpa disentuh laki-laki adalah Maryam . Dasar Identifikasi ini , sangat tidak berdasar. Teks Yunani: “ PARTHENOS “ yang diterjemahkan dengan : “ the virgin “ ( anak perawan , anak dara ) merupakan terjemahan yang menyimpang dari teks Ibrani : “ ALMAH “ yang sebenarnya berarti : “ PEREMPUAN MUDA “ yang bisa saja sudah tidak perawan karena bersuami . Sedangkan kata “ the virgin ( anak perawan , anak dara ) “ adalah terjemahan untuk kata Ibrani :  BATILAH “.
Dengan demikian  kata keadaan yang digambarkan dengan “ IMMANUEL “ harus dihubungkan dengan seorang laki-laki yang dilahirkan oleh “ PEREMPUAN  MUDA “ yang  sudah tidak perawan karena bersuami . Nabi Muhammad saw dilahir-kan oleh “ perempuan muda “ bernama Siti Aminah , yang wafat ketika Nabi Muhammad saw berumur 6 tahun . Dan Nabi Muhammad saw berucap : “ ALLAH BESERTA KITA    ( INNALLAHA MA’ANAA ).
[5] ).   Ayat Yahya 16 : 12  bertentangan dengan ayat Yahya 15 : 15  : “ ......  Oleh sebab segala perkara Aku dengar dari Bapa , itulah Aku beritahu kepadamu  “.  Ternyata pada ayat Yahya 16 : 12 , Yesus mengakui banyak perkara yang  hendak dikatakan kepada para muridnya tetapi tidak disampaikan oleh Yesus . Segala perkara ini tentu yang didengarnya dari Allah .  Ini menyebabkan kedua ayat itu saling bertentangan . Dan ternyata masalah ketersampaian apa yang diterima dari Allah menjadi bukti bagi seseorang untuk percaya atau tidak percaya kepada Yesus . Hal ini ditegaskan oleh Yesus sendiri dalam ayat Yahya 10: 37  : “  Jikalau tiada Aku kerjakan segala pekerjaan Bapa-ku , JANGANLAH KAMU PERCAYA AKAN DAKU
[6] ). Kamil Mukamil , DISKUSI ISMAEL-ISHAK , ( footnote ) hal. 49 .
[7] ).  Clayton Sullivan , Rescuing Jesus From The Christians ( ed. Terjemahan bhs. Indonesia :                   “ SELAMATKAN YESUS DARI ORANG-ORANG KRISTEN “ hal. 127 )
[8] ).  Lihat ulasan yang diberikan Dr. M.Abdullah Syarqawy  dalam bukunya  “ YESUS DALAM PANDANGAN AL –GHAZALI    (ed. Terjemahan bhs. Indonesia  , hal . 225-229 ).

0 komentar:

Posting Komentar