Sabtu, 25 Agustus 2012

PEWAHYUAN KEPADA NABI-NABI


SAMBUTAN ATAS UNDANGAN JAMUAN PIHAK KRISTEN

BAGAIMANA CARA PEWAHYUAN KEPADA NABI-NABI YANG SAMA
BILA ROH KUDUS BERBEDA .

 
PENGANTAR .
Sebuah buku berjudul ” KITAB TUHAN MENJAMU TUDUHAN DAN SALAH PAHAM  Apologetika Kristiani , Khusus Untuk Penganut Dan Pengeritik Alkitab  tanpa menyebut nama penerbit  ditulis seorang Kristen bernama Eja Kalima . Entah nama sebenarnya atau nama samaran .
Sesuai dengan judulnya. buku ini menyajikan sejumlah apologi tentang berbagai keyakinan Kristen yang berbeda atau bertentangan dengan keyakinan Islam . Dan apologi ini sengaja ditujukan kepada ummat Islam selaku “ PENGERITIK PEDAS “ keyakinan Kristen . Setiap tema apologi yang dibahas diberi judul : “ SALAH PAHAM  “ . Maksudnya , ada  SALAH-PAHAM pihak Muslim atas keyakinan Kristen dan karenanya melalui tulisan buku itu, Eja Kalima menyajikan “ Jawaban “ atas KESALAH-PAHAMAN ummat Islam ( kaum Muslimin ) tersebut. Ini sesuai dengan JUDUL pengantarnya: MELURUSKAN TUDUHAN DAN SALAH PAHAM. Ada 22 SALAH PAHAM  diungkap Eja Kalima , sekaligus ” meluruskan ” SALAH PAHAM tersebut dengan penjelasan-penjelasan apologi sekaligus menunjukkan ketidak-benaran ajaran Islam pada beberapa tema sentral yang menjadi perbedaan antara Islam dengan  Kristen .Oleh karena buku tersebut merupakan UNDANGAN JAMUAN KEPADA UMMAT ISLAM, maka perlu ditanggapi. Salah satu tema yang diangkat Eja Kalima adalah masalah " PEWAHYUAN KEPADA NABI-NABI " . 

APOLOGI 1  :  CARA PENURUNAN WAHYU YANG BERBEDA
Eja Kalima  memberi pernyataan  :
Benar, bila Roh Kudusnya berbeda , tentu seluruh bentuk dan cara dan isi pewahyuan menjadi berbeda . Di sini kita ingin mengajak Anda untuk melihat dengan cermat perbedaan pewahyuan Allah menurut versi Alkitab dan Al Quran masing-masing.
(a). Cara penurunan wahyu yang berbeda .
Sesungguhnya cara penurunan wahyu Allah kepada manusia tidak akan terlepas daripada bagaimana karakter Allah tersebut dan bagaimana relasi-Nya terhadap umat-Nya . Bukankah Kitab Suci yang tertuntun karena wahyu itu adalah sebentuk komunikasi Allah kepada manusia ? Karena karakter Allah –Quran dan Tuhan- Alkitab , sudah diperlihatkan berbeda jauh ( lihat SP 2 di atas ) , maka kita tidak heran mendapati pewahyuan yang berbeda bagi Alkitab dan Al Quran .
Karena Allah Islam lebih bersifat impersonal ( tidak personal ) maka ia lebih memilih pewahyuan mekanis dan pendiktean tanpa sentuhan apapun dari unsur-unsur manusia . Itupun masih dilakukan lewat pihak ketiga , yaitu lewat roh pewahyu atau Jibril dan ditujukan kepada seorang Muhammad . Jadi Muhammad – nabi yang dipercaya buta huruf – tidak terlibat apapun kecuali menerima pendiktean mutlak dari Allah persis seperti menurut apa yang diwahyukan untuk setiap kata , kalimat sampai kepada cakupan , isi , susunan,gaya dan bentuknya . karena mutlaknya pewahyuan ini maka Al Quran dipercaya adalah 100% Firman Allah, yang diturunkan / nuzul / tanzil dari surga secara mutlak sempurna. Dan manusia tidak akan menjumpai cacat kesalahan , keraguan maupun kontradiksi sedikitpun di dalamnya. Namun semua itu baru klaim yang harus dibuktikan kebenarannya lebih lanjut. Walau begitu, teman-teman Muslim sudah berpendapat bahwa kriteria dan standard pewahyuan seperti Quran itulah yang harus dikenakan kepada Alkitab. Itulah lagi salah paham asumtif yang sepihak karena tidak memahami bahwa Tuhan Alkitab ( yang berbeda karakterNya ) menurunkan model pewahyuan yang amat berbeda dengan Quran .

TANGGAPAN  :
Apakah ROH KUDUS antara pengertian Islam ( - yaitu : MALAIKAT JIBRIL ) dengan pengertian dogma Kristen ( yaitu : SALAH SATU UNSUR PENYUSUN KETUHANAN YANG MAHA TRINITAS ) , berbeda atau tidak, bukan urusan ummat Islam melainkan urusan penganut Kristen dengan dogma Kristen yang dianutnya. Kata ” ROH KUDUS ” adalah istilah Islam, bukan istilah Kristen. Mengapa ” mencopet ” istilah Islam dan kemudian mempermasalahkan perbedaannya ? Sikap demikian menunjukkan kengawuran.
Sebuah aksioma telah ditetapkan oleh Eja Kalima dengan berkata :  ” ...... cara penurunan wahyu Alla Apakah ROH KUDUS antara pengertian Islam ( - yaitu : MALAIKAT JIBRIL ) dengan pengertian dogma Kristen ( yaitu : SALAH SATU UNSUR PENYUSUN KETUHANAN YANG MAHA TRINITAS ) , berbeda atau tidak, bukan urusan ummat Islam melainkan urusan penganut Kristen dengan dogma Kristen yang dianutnya. Kata ” ROH KUDUS ” adalah istilah Islam, bukan istilah Kristen. Mengapa ” mencopet ” istilah Islam dan kemudian mempermasalahkan perbedaannya ? Sikap demikian menunjukkan kengawuran.
h kepada manusia tidak akan terlepas daripada bagaimana karakter Allah tersebut dan bagaimana relasi-Nya terhadap umat-Nya ”. Model karakter Allah yang bagaimana yang dimaksud dalam pernyataan Eja Kalima ini ? Penyataan aksioma Eja Kalima ini harus dihubungkan dengan ” TUHAN ALKITAB ” dan        ” ALLAH AL QURAN ”, yang memang dari awal sudah diperbedakannya baik secara EKSOTERIS ataupun ESOTERIS . Hal ini sesuai dengan lanjutan pernyataan Eja Kalima : ”Karena karakter Allah –Quran dan Tuhan- Alkitab, sudah diperlihatkan berbeda jauh   ( lihat SP 2 di atas ), maka kita tidak heran mendapati pewahyuan yang berbeda bagi Alkitab dan Al Quran ”. Dan lebih diperjelas lagi dengan keterangan yang diberikannya sehubungan dengan karakter KEDUA TUHAN ini. Membedakan dan memilah dari aspek ”KARAKTER” menunjukkan Eja Kalima mengakui bahwa memang ada DUA TUHAN YANG BERBEDA SATU DENGAN YANG LAIN secara ESOTERIS bukan lagi secara EKSOTERIS. Pertanyaannya , di antara kedua TUHAN yang berbeda ini, lalu mana yang MENCIPTAKAN ALAM SEMESTA dan yang menjadikan manusia penganut agama Kristen dan manusia Muslim ( ummat Islam ) ? Apakah TUHAN ALKITAB ataukah ALLAH AL QUR’AN ?  Masalah ini akan menjadi tidak keruan-keruan jika berpegang pada pernyataan aksioma Eja Kalima ini karena menunjukkan bentuk KEKAFIRAN. Bilamana ada DUA TUHAN yang secara berbeda dari segi HAKIKAT DAN SIFAT, tentu kedua Tuhan ini akan saling berkompetisi, saling klaim, saling berperang memperebutkan ” KEMAHA-KUASAAN ” dan mempertontonkan  ” SUPERIORITAS ” kepada makhluk – yang entah Tuhan yang mana menciptakan mereka di antara KEDUA TUHAN ini. Oleh karena itu pernyataan Eja Kalima ini merupakan pernyataan kekafiran mutlak.
Pembedaan DUA TUHAN secara ESOTERIS yang dilakukan Eja Kalima mengingatkan kita kepada seorang tokoh Gereja abad kedua bernama MARCION, yang membedakan antara TUHAN PERJANJIAN LAMA dengan TUHAN PERJANJIAN BARU secara ESOTERIS. Menurut Marcion , TUHAN PERJANJIAN LAMA adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta, Tuhan yang pendendam, bengis, kejam dan tingkatnya lebih rendah dari TUHAN PERJANJIAN BARU yang Maha Pengasih [1] ).  Hal semacam itu pulalah yang telah dilakukan Eja Kalima. Dalam pembedaan ” KARAKTER ” antara  TUHAN ALKITAB/BIBEL dengan ALLAH AL QUR’AN , Eja Kalima  memberi pernyataan :
Karena Allah Islam lebih bersifat impersonal ( tidak personal ) maka ia lebih memilih pewahyuan mekanis dan pendiktean tanpa sentuhan apapun dari unsur-unsur manusia. Itupun masih dilakukan lewat pihak ketiga, yaitu lewat roh pewahyu atau Jibril dan ditujukan kepada seorang Muhammad . Jadi Muhammad – nabi yang dipercaya buta huruf – tidak terlibat apapun kecuali menerima pendiktean mutlak dari Allah persis seperti menurut apa yang diwahyukan untuk setiap kata, kalimat sampai kepada cakupan, isi, susunan,gaya dan bentuknya .
Pembedaan yang diberikan Eja Kalima hanya membuktikan bahwa dalam gagasan Eja Kalima memang ada DUA TUHAN YANG BERBEDA , terpisah dan tidak dalam pengertian sebagai KESATUAN sebagaimana dipahami pada TRINITAS . Dalam hal ini Eja Kalima memberikan penegasan ALLAH AL QUR’AN memilih pewahyuan mekanis bukan karena sifat impersonal ( tidak mempribadi seperti manusia ) tetapi memang begitulah mekanisme pewahyuan . Ketika memberi gambaran demikian terhadap ALLAH AL QUR’AN maka dalam perbedaan dengan TUHAN ALKITAB , tentu Eja Kalima berpandangan bahwa TUHAN ALKITAB pastilah sosok personal. Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa Eja Kalima berpandangan bahwa memang ada DUA TUHAN YANG BERBEDA SECARA ESOTERIS. Hanya sayangnya, Eja Kalima tidak memberikan penegasan, siapa di antara DUA TUHAN tersebut yang menjadi MAHA PENCIPTA. Dan dalam pandangan Eja Kalima tersebut, tentu TUHAN yang mencipta Eja Kalima dan penganut Kristen seluruhnya adalah TUHAN ALKITAB sedangkan TUHAN yang mencipta ummat Islam adalah ALLAH AL QUR’AN. Jika ada penganut Kristen yang masuk Islam maka dengan tiba-tiba TUHAN yang menciptanya tiba-tiba berubah yang tadinya TUHAN ALKITAB lalu sekarang adalah ALLAH AL QUR’AN. Apa yang dikemukakan ini hanya menunjukkan ketidak benaran pernyataan Eja Kalima.
Dalam ranah ESOTERIS tidak bisa tidak TUHAN ALKITAB adalah ALLAH AL QUR’AN sehingga bersifat impersonal (tidak mempribadi seperti manusia). Tanggapan dalam ranah EKSOTERIS menyebabkan penganut Kristen berkeyakinan, TUHAN ALKITAB bisa mempribadi sehingga berbeda dengan ALLAH AL QUR’AN. Eja Kalima dipersilahkan menunjukkan ayat-ayat Alkitab/Bibel yang bisa dijadikan dalil tentang BAPA yang memanusia, jika memang ada ayat-ayat Alkitab/Bibel yang mengatakan demikian. Jelas tidak akan ada. Dalam dogma Kristen, yang mempribadi itu adalah FIRMAN, Bahkan ROHUL KUDUS pun tidak pernah dikatakan memanusia. Oleh karena itu secara ESOTERIS, ALLAH AL QUR’AN ataupun TUHAN ALKITAB tidak lebih sebutan bagi The Lord Of Host ( Tuhan Semesta Alam ) yang mencipta sekalian alam semesta. Kedua istilah tersebut muncul dalam ranah EKSOTERIS tetapi tidak berlaku dalam ranah ESOTERIS. Dalam ranah ESOTERIS inilah yang harus dikenakan pada sifat-sifat Allah bukan pada ranah EKSOTERIS. Karena itu, TUHAN ALKITAB yaitu BAPA, dalam pewahyuan pasti bersifat mekanis seperti yang diyakini ummat Islam. Pewahyuan mekanis hanya diterima oleh para Nabi/Rasul Allah  karena  cuma merekalah yang dibebankan tugas dan fungsi untuk menyampaikan ” firman  Allah ” kepada kaumnya, bukan kepada semua manusia secara sembarangan ( orang kafir, maling, penzina, orang fasik, maling, pembunuh tanpa alasan dan sebagainya yang negatif ).
Dalam ” membumikan ” wahyu yang diterima secara mekanis kepada ummat , ternyata ada dua bentuk cara yang dilakukan para Nabi/Rasul Allah . Cara pertama membahasakan wahyu yang diterima menurut kata-kata dari Nabi/Rasul Allah si penerima wahyu itu sendiri, bukan rekaman kata-kata menurut yang difirmankan Allah. Menurut tradisi Islam, yang demikian terjadi pada  Nabi Isa Al Masih as  ketika menyampaikan wahyu Allah  berupa Injil dengan kata-kata Nabi Isa Al Masih as sendiri. Cara kedua, di samping menyampaikan wahyu Allah menurut kata-kata yang difirmankan Allah, juga menyampaikan wahyu Allah menurut kata-kata dari Nabi/Rasul Allah si penerima wahyu itu sendiri. Hal ini terjadi pada  Nabi Musa as. dan Nabi Muhammad saw. Khusus Nabi Muhammad SAW , dua bentuk pembumian wahyu Allah terwujud dalam bentuk : AL QUR’AN , yang berisi wahyu Allah menurut rekaman kata-kata yang difirmankan Allah tanpa intervensi kata-kata Nabi Muhammad SAW, dan HADIST QUDSI, yang berisi wahyu Allah yang teralih dan sajikan menurut kata-kata Nabi Muhammad SAW sendiri bukan kata-kata yang difirmankan Allah. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW menerima wahyu Allah dan menangkap maknanya lalu maknanya dinyatakan Nabi Muhammad SAW .
Berangkat dari fakta dua bentuk   pembumian ”  wahyu Allah yang diterima Nabi  Muhammad
SAW  berupa AL QUR’AN dan HADIST QUDSI , jelas BETAPA KELIRU DAN SALAHNYA PERNYATAAN Eja Kalima :  Jadi Muhammad – nabi yang dipercaya buta huruf – tidak terlibat apapun kecuali menerima pendiktean mutlak dari Allah persis seperti menurut apa yang diwahyukan untuk setiap kata , kalimat sampai kepada cakupan , isi , susunan,gaya dan bentuknya .......... Pernyataan si Kristen menjadi benar kalau hanya berkaitan dengan AL QUR”AN tetapi tidak benar berkaitan dengan HADIST QUDSI. Oleh karena itu, disarankan kepada Eja Kalima, belajar dulu tentang ISLAM dengan berbagai aspek, baru kemudian memberi pernyataan tentang Al Qur’an.
Selanjutnya tujuan dari pernyataan apologi Eja Kalima di atas adalah memberikan pembelaan akan ” keunggulan ” cara pewahyuan Alkitab/Bibel dibandingkan dengan cara pewahyuan Al Qur’an . Mengklaim ” keunggulan  pewahyuan Alkitab/Bibel ” tidak lebih dari klaim penghibur hati ketika menyadari adanya kelemahan yang begitu banyak dijumpai dalam Alkitab/Bibel, sebagaimana diakui para pakar Alkitab/Bibel dari kalangan Kristen   sendiri. Padahal disisi lain , harus dipertahankan kesucian Alkitab/Bibel . Dengan demikian , klaim ” keunggulan ” pewahyuan Alkitab/Bibel  sangat kekanak-kanakan dan sebuah upaya untuk  membenarkan ” apa yang sesungguhnya ” tidak benar ” dari Alkitab/Bibel , ketika di sisi lain Eja Kalima tidak mampu membuktikan ” ketidak-benaran ” Al Qur’an . 
Cara pewahyuan Al Qur’an sangat jelas karena diterangkan dalam Al Qur’an. Tetapi bagaimana dengan pewahyuan Alkitab/Bibel dan siapa yang mewahyukan ? Masalah ini mungkin menjadi satu kesulitan bagi penganut Kristen, khususnya Eja Kalima untuk menjelaskannya. Fakta pertentangan dan perbedaan antar ayat-ayat Alkitab/Bibel mengenai satu masalah, perubahan-perubahan yang terjadi pada ayat-ayat Alkitab/Bibel, kejanggalan-kejanggalan yang teramati yang semuanya dapat disimak pada ayat-ayat Alkitab/Bibel, semakin mempersulit penganut Kristen menjelaskan bagaimana sesungguhnya ayat-ayat Alkitab/Bibel ”diwahyukan ”. Keberadaan TAURAT dan INJIL, keduanya masing-masing diwahyukan Allah kepada Nabi Musa as dan Nabi Isa AL Masih as. tidak diketahui lagi. Kitab yang dimiliki agama Kristen sekarang adalah PERJANJIAN LAMA dan PERJANJIAN BARU, yang tidak lebih dari penulisan berdasarkan cerital oral turun temurun. Bisa berisi ajaran para Nabi, tetapi juga berpadu dengan dongeng-dongeng khayalan, dan sejarah Bani Israel yang tingkat kebenaran historisnya masih dipertanyakan. Siapa yang menulisnya tidak diketahui termasuk kitab-kitab dalam Perjanjian Baru . Apakah penulisan Alkitab/Bibel berdasarkan inspirasi ROHULKUDUS ? Marilah kita melihat Injil Lukas yang menjelaskan bagaimana ” cara pewahyuan ” Alkitab/Bibel yang dibanggakan Eja Kalima yang sampai kepada pengarang Injil Lukas .
Perhatikan ayat Lukas 1 : 1-4  berikut :
Sedangkan BANYAK ORANG SUDAH MENCOBA MENGARANG HIKAYAT dari segala perkara yang menjadi yakin di antara kita sebagaimana yang DISERAHKAN KEPADA KITA OLEH ORANG YANG DARI MULANYA MELIHAT DENGAN MATA KEPALA SENDIRI dan menjadi pengajar Injil . Maka TAMPAKNYA BAIK KEPADAKU PUN YANG TELAH MENYELIDIKI SEGALA PERKARA ITU betul-betul dari asalnya , menyuratkan bagimu dengan peraturannya , hai Teopilus yang mulia, supaya engkau dapat mengetahui kesungguhan segala sesuatu yang diajarkan kepadamu
Pengarang Injil Lukas sangat jelas mengungkapkan bahwa karangan yang ditulisnya adalah berdasarkan ” hasil penyelidikannya ” terhadap nara sumber ( yaitu  ORANG YANG DARI MULANYA MELIHAT DENGAN MATA KEPALA SENDIRI dan menjadi pengajar Injil ”).  Merujuk kepada ayat Lukas 1 : 1-4 , apakah kegiatan ” menyelidiki segala perkara itu ” merupakan proses ” pewahyuan ” Alkitab/Bibel ?. Dan bagaimana proses pewahyuan yang terjadi pada pengarang Injil Lukas dalam melakukan penyelidikan ini ? Pertanyaan ini sangat penting karena ada yang menarik dalam pengakuan pengarang Injil Lukas , bahwa sumber penulisan Injil-nya adalah : ” ORANG YANG DARI MULA-NYA MELIHAT DENGAN MATA KEPALA SENDIRI dan menjadi pengajar Injil ”. Dari pengakuan pengarang Injil Lukas ini , diketahui pada masa itu Injil diajarkan ( - terlihat dari kalimat : ” .... dan menjadi pengajar Injil ” ) tetapi Injil yang diajarkan itu belum tertulis lalu pengarang Injil Lukas mengarang dan menulisnya . Dengan gambaran keadaan tersebut , lalu bagaimana dikatakan ada proses pewahyuan dalam penulisan Injil Lukas padahal itu adalah sebuah proses ” intelektual ” dalam penulisan Injil Lukas , yaitu melalui ” penyelidikan ” ( pengumpulan data ) kemudian ” penulisan ” hasil penyelidikan? Hal inilah yang harus dijelaskan Eja Kalima, dan jangan hanya berbicara dogmatis saja .
Selanjutnya Eja Kalima berkata : ” Karena mutlaknya pewahyuan ini maka Al Quran dipercaya adalah 100% Firman Allah , yang diturunkan / nuzul / tanzil dari surga secara mutlak sempurna . Dan manusia tidak akan menjumpai cacat kesalahan , keraguan maupun kontradiksi sedikitpun di dalamnya . Namun semua itu baru klaim yang harus dibuktikan kebenarannya lebih lanjut   ”.  Benar sekali ! Tidak diragukan kalau Al Qur’an 100 %  Firman Allah .  Tidak akan ada keraguan di dalam ayat-ayat Al Qur’an dan tidak ada kontradiksi antara ayat-ayat Al Qur’an .  Jika Eja Kalima bisa menemukan adanya hal-hal yang meragukan  dan kontradiksi dari ayat-ayat Al Qur’an , sebaiknya Eja Kalima menunjukkan agar bisa didialogkan . Ummat Islam ( Kaum Muslimin ) sangat tahu , betapa penganut Kristen berusaha menunjukkan hal-hal yang meragukan dan kontradiksi atau kejang-galan dari ayat-ayat Al Qur’an , tetapi setelah dijelaskan oleh ummat Islam ( Kaum Muslimin ) akan ketidak-benaran tuduhan tersebut  , ternyata tuduhah itu tidak dilanjutkan oleh penganut Kristen . Dan anehnya penganut Kristen mengulangi lagi tuduhan tersebut tanpa menyanggah bantahan ummat ( Kaum Muslimin ). Ini sangat berbeda dengan yang dapat dilihat pada Alkitab/Bibel . Bukan ummat Islam saja yang menunjukkan kelemahan Alkitab/Bibel ini tetapi justru datang dari pakar-pakar Bibel dari kalangan Kristen sendiri. Fakta kelemahan Alkitab/Bibel berupa kontradiksi, kejanggalan, ketidak-tepatan, tidak masuk akal dan sebagainya , pada saatnya akan dikemukakan dalam tuluisan ini .
Berikutnya Eja Kalima berkata : ”  Walau begitu , teman-teman Muslim sudah berpendapat bahwa kriteria dan standard pewahyuan seperti Quran itulah yang harus dikenakan kepada Alkitab . Itulah lagi salah paham asumtif yang sepihak karena tidak memahami bahwa Tuhan Alkitab ( yang berbeda karakterNya ) menurunkan model pewahyuan yang amat berbeda dengan Quran ”. Ada hal yang perlu diluruskan terlebih dahulu berkaitan dengan pernyataan Eja Kalima ini . Ummat Islam ( Kaum Muslimin ) tidak pernah berpendapat bajwa kriteria dan standar pewahyuan seperti Al Qur’an harus dikenakan pula kepada Alkitab/Bibel karena ummat Islam ( kaum Muslimin ) mengetahui sekali , Alkitab/Bibel bukanlah kitab yang diwahyukan oleh Allah SWT melainkan hanyalah KARANGAN MANUSIA BERDASAR-KAN ORAL TRADITION , yang didalamnya termuat juga ajaran para nabi tetapi keberadaan ajaran para Nabi/Rasul Allah ini dalam Alkitab/Bibel bagaikan keberadaan sebutir intan di antara pasir-pasir kotor yang ditaburi manusia. Dan kemudian dalam perkembangannya karangan manusia ini mengalami perubahan, baik penambahan ataupun pengurangan , sehingga berwujud Alkitab/Bibel sebagaimana yang kita temukan sekarang ini.  DR. R. Soedarmo dalam bukunya ” IKHTISAR DOGMATIKA ” ( hal. 61 ) mengakui : ” JADI SEBETULNYA KITAB SUCI ( maksudnya : Alkitab/Bibel , ZA ) , BUKAN FIRMAN ALLAH , MELAINKAN KITAB MENGENAI FIRMAN ALLAH. BUKANNYA PERNYATAAN YANG LANGSUNG DARI ALLAH  ” .
Oleh karena itu, pernyataan Eja Kalima di atas tidak mengena . Lalu terhadap kitab suci mana di mana ummat Islam  ( kaum Muslimin ) berpendapat harus dikenakan kriteria dan standar pewahyuan yang sama seperti Al Qur’an ? Jelas adalah : TAURAT dan INJIL , dua kitab suci yang masing-masing diturunkan kepada Nabi Musa as. dan Nabi Isa Al Masih as.  ! Bukan Alkitab/Bibel !  Memang ketika diyakini bahwa secara ESOTERIS ( - jangan dilihat secara Eksoteris - ), Tuhan yang berwahyu kepada Nabi Muhammad SAW adalah juga Tuhan yang berwahyu kepada Nabi-Nabi /Rasul-Rasul Allah sebelumnya seperti Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as. , Nabi Isa Al Masih as dan lainnya , maka tidak bisa tidak , mekanisme pewahyuan pasti sama .  Dengan kata lain  , kriteria dan standar perwahyuan seperti Al Qur’an itulah  - atau menurut istilah Dr. R. Soedarmo : ” Pewahyuan Mekanistis ” – juga berlaku pada pewahyuan pada TAURAT dan INJIL . Dan ini tidak berlaku pada ALKITAB/BIBEL karena sebagaimana yang diakui Dr. R. Soedarmo , Alkitab/Bibel BUKAN FIRMAN ALLAH ! .

APOLOGI 2 :   ALKITAB TIDAK DITURUNKAN DARI SURGA - BUKAN PENDIKTEAN MUTLAK DARI TUHAN
Si  Kristen Penyaji Apologi memberi pernyataan  :
Alkitab tidak diturunkan dari surga, tidak merupakan produk pendiktean mutlak dari Tuhan. Ia tidak bersifat mekanis dan robotis tanpa sentuhan manusia melainkan justru sebaliknya. Tuhan yang ingin berbicara dengan manusia yang dikasihiNya tetap memakaui unsur-unsur duniawi yang terbatas ( seperti bahasa , tempat, zaman, budaya , pengalaman dan pikiran manusia sendiri ) demi mencatatkan pesan-pesan Ilahi secara manusiawi .
PESAN-PESAN ILAHI ITU DIKOMUNIKASIKAN KEPADA SI PENULIS LEWAT TUNTUNAN ROH KUDUS DENGAN TETAP MEMANFAATKAN KATA-KATA , GAYA , BAKAT , PENGALAMAN DAN LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA DARI SI PENULIS YANG BERSANGKUTAN . PROSES ITULAH YANG DISEBUT “ PENGILHAMAN ROH KUDUS “ kepada hati dan pikiran penulisNya .
Dalam Alkitab, PENGILHAMAN atau INSPIRASI yang disebut THEOPNEUSTOS itu berarti : ‘ TIUPAN NAFAS TUHAN “ yang mana menunjukkan substansinya berasal dari Tuhan sendiri . Alkitab juga menyebutkan oleh DORONGAN ROH KUDUS , para ter-ilham berbicara atas nama Tuhan ( 2 Pet. 1 : 21 ). Juga dikatakan bahwa para ter-ilham ini BERKATA-KATA DENGAN PERKATAAN YANG DIAJARKAN bukan oleh hikmat manusia tetapi oleh ROH  ( 1 Kor. 2 : 13 ).

TANGGAPAN  :
Dengan pernyataan : ” Alkitab tidak diturunkan dari surga , tidak merupakan produk pendiktean mutlak dari Tuhan. Ia tidak bersifat mekanis dan robotis tanpa sentuhan manusia melainkan justru sebaliknya ”  berarti Eja Kalima mengakui.  adanya keterlibatan manusia dalam ” menghadirkan ” wahyu Allah. Ini menunjukkan Alkitab bukan Firman Allah  sebagaimana yang diakui Dr. R. Soedarmo ! Ini membedakannya dengan Al Qur’an yang pewahyuannya tidak tersentuh oleh manusia. Jika demikian halnya , lalu untuk apa Eja Kalima membandingkan pewahyuan Al Qur’an yang FIRMAN ALLAH  dengan ” pewahyuan ” ( penulisan ) Alkitab/Bibel YANG BUKAN FIRMAN ALLAH ?  Perbandingan yang tidak sepadan ! Permasalahannya sudah jelas sehingga sebenarnya membuang waktu jika membahas apologi Eja Kalima ini. Namun karena telah disuguhkan dalam jamuan dengan mengundang ummat Islam, masalah pewahyuan Alkitab/Bibel sebagai ” firman
Allah ” sebagaimana yang diklaim Eja Kalima , tetap diberikan bahasan .
Berkaitan dengan ” pewahyuan ” Alkitab/Bibel , Eja Kalima berbicara tentang ” pewahyuan ” Alkitab/Bibel berupa ” PENGILHAMAN ROH KUDUS ” atau ” INSPIRASI OLEH ROH KUDUS ” di mana karangan-karangan dalam Alkitab/Bibel ditulis oleh pengarangnya di bawah tuntunan ROH KUDUS. Tetapi pengilhaman Roh kudus  dengan memakai unsur-unsur manusiawi berupa :  bahasa, tempat, zaman, budaya, pengalaman dan pikiran manusia sendiri selaku faktor-faktor yang mempengaruhi penulisan pesan-pesan Ilahi dan juga memanfaatkan gaya, bakat, pengalaman dan latar belakang sosial budaya penulis kitab-kitab dalam Alkitab/ Bibel. Kemudian bagaimana ” PENGILHAMAN ROH KUDUS ” atau ” INSPIRASI ” ini ketika dilakukan penulisan karangan-karangan dalam Alkitab/Bibel ini dijelaskan pula oleh Eja Kalima, yaitu berupa ” TIUPAN NAFAS TUHAN ” atau yang disebut THEOPNEUSTOS ,
Jika penjelasan Eja Kalima tentang ” PENGILHAMAN ROH KUDUS ” atau ” INSPIRASI ” dalam  penulisan karangan-karangan dalam Alkitab/Bibel  sebagai pernyataan yang benar , tentu tidak diharapkan adanya perbedaan-perbedaan dalam penceritaan tentang satu peristiwa oleh pengarang kitab-kitab dalam Alkitab/Bibel . Jika ternyata fakta Alkitab/Bibel justru membuktikan sebaliknya maka kebenaran klaim ” PENGILHAMAN ROH KUDUS ” atau ” INSPIRASI ” dalam  penulisan karangan-karangan dalam Alkitab/Bibel  perlu dipertanyakan dan terpaksa harus dikatakan sebagai SATU KEBOHONGAN DARI SEBUAH KLAIM .  Untuk itu mari kita tunjukkan dari Injil-Injil Kanonik sebagai bukti betapa ayat-ayat Alkitab/Bibel menunjukkan perbedaan yang berkaitan dengan satu kejadian  yang diceritakan dalam  ayat Markus 1 : 41  ( bandingkan dengan versi Holy Bible )   :
Maka tergeraklah hatinya dengan kasihan lalu diulurkannuya tangannya , dijamahnya dia serta berkata kepadanya : ” Aku kehendaki , jadilah engkau tahir ! ”

Cerita ini diawali dengan kedatangan seorang yang  berpenyakit lepra dan memohon kepada Yesus untuk menyembuhkannya. Yesus menunjukkan “rasa kasihan“-nya dan menyembuhkan orang itu . Versi Holy Bible menyatakannya dengan kata “compassion “ yang lebih luas artinya, yaitu bisa menunjukkan rasa kasihan, rasa haru, rasa iba dan sebagainya. Teks ayat Markus    1 : 41 yang menyuguhkan “rasa kasihan “ Yesus kepada orang yang berpenyakit lepra merupakan terjemahan menurut sejumlah versi Yunani dengan kata ” SPLANGNISTHEIS ”. Tetapi menurut Bart D. Ehrman [2] ), bahwa dalam salah satu manuskrip yang disebut KODEKS BEZAE  yang didukung tiga manuskrip berbahasa Latin, ternyata kata yang tercantum adalah ” ORGISTHEIS “ yang berarti : DENGAN MARAH, bukan dengan kata “ SPLANGNISTHEIS “ ( yang berarti : DENGAN KASIHAN  ), sehingga ayat Markus 1 : 41 itu dapat diterjemahkan  :

Maka Ia (Yesus) MENJADI MARAH lalu diulurkannuya tangannya, dijamahnya dia serta berkata kepadanya : ” Aku kehendaki , jadilah engkau tahir ! ”

Mana yang benar ? Jika dikaitkan dengan ayat berikutnya yaitu Markus 1 : 43  : “ Maka setelah dipesaninya sangat-sangat , disuruhnya dia pergi dengan segera ” , lalu  rasa kasihankah atau rasa marahkah yang menyebabkan Yesus menyuruh orang itu pergi dengan segera meninggalkannya dari tempat itu padahal maksud kehadiran Yesus di situ justru adalah untuk mengajar ? . Menyuruh orang pergi dengan segera meninggalkannya adalah cermin rasa marah Yesus karena merasa terganggu karena Yesus sedang memberi pengajaran . Bart D. Ehrman ( hal. 146 – 155 ) memberi uraian yang sangat luas dalam masalah perbedaan teks Markus 1 : 41 dan memberi penegasan [3]  ):

  ..... versi kedualah yang lebih mungkin . Versi yang mengatakan bahwa Yesus menjadi marah adalah versi yang ” lebih sulit ” dan oleh karena itu , kemungkinannya lebih besar bahwa versi tersebut adalah ASLI

Jika kemungkinan versi yang menyatakan YESUS MARAH adalah asli , berarti ayat Markus      1 : 41 yang menyatakan YESUS KASIHAN sebagaimana yang dipegang penganut Kristen sekarang adalah keliru. Memang ada yang janggal mengenai cerita dalam rangkaian ayat Markus 1 : 39 – 44, di mana ayat Markus 1 : 43 menjadi bagian di dalamnya . Kita ulas kembali lebih tajam. Dalam ayat Markus 1: 39 diceritakan Yesus pergi mengajar ke segala rumah ibadat Yahudi dan membuangkan setan di seluruh tanah Galilea. Lalu dalam ayat Markus 1 : 40, diceritakan , ketika Yesus mengajar dan membuangkan setan itu , datang seseorang yang berpenyakit bala zara’at ( lepra ) yang meminta Yesus menyembuhkannya . Ayat Markus 1 : 41-42  menceritakan Yesus menyembuhkan orang itu oleh ” rasa kasihan ” ( menurut satu versi manuskrip ) atau dengan ” rasa marah ” ( menurut versi manuskrip lain ). Dan orang itupun sembuh seketika itu juga. Tetapi mengapa Yesus mengusir perempuan itu pergi dengan segera dari hadapannya , padahal tujuan kehadiran di tempat itu adalah untuk mengajar ? Bukankah sangat wajar jika Yesus menyuruhnya tetap di tempat itu untuk mendengarkan pengajarannya dari pada menyuruh orang yang baru disembuhkannya itu ? Hal itu bisa terjadi karena didorong oleh  rasa marah ” dari pada ” rasa kasihan ”.
Permasalahan ini kita kembalikan kepada pernyataan Eja Kalima bahwa ” PENGILHAMAN ROH KUDUS ” atau ”INSPIRASI ” terjadi ketika dilakukan penulisan karangan-karangan dalam Alkitab/Bibel . Mana yang diilhamkan atau diinspirasikan oleh ROH KUDUS, apakah ”RASA KASIHAN” (SPLANGNISTHEIS) atau ” RASA MARAH ” ( ORGIS-THEIS ) ?. Harap diingat oleh Eja Kalima , bahwa kedua versi ayat Markus 1 : 41-42 ini ada pada manuskrip kuno , bukan terjemahan pada bahasa –bahasa sekarang ini .

APOLOGI 3 : ROH KUDUS TIDAK MENGILHAMKAN KESALAHAN  DALAM    ALKITAB

Si  Kristen Penyaji Apologi memberi pernyataan  :
Dan karena Roh Allah tidak akan menuntun , mendorong dan meniupkan nafas kesalahan ke dalam Alkitab-Nya maka Alkitab merupakan VOX DEI yaitu  “ SUARA ALLAH ”  atau “ VERBUM DEI “ yaitu “ FIRMAN ALLAH “ yang tidak bersalah dalam pesan dan makna-Nya sendiri ( lihat selanjutnya ,  KATA PENGANTAR INJIL YAHYA ).
Roh Kudus mengilhamkan Firman Tuhan ( YANG MUTLAK SEMPURNA ) kepada manusia untuk menjadi rangkuman ucapan/ tulisan dalam bahasa dunia ( juga tempat , waktu dan budaya manusia dll yang terbatas – TIDAK BISA MUTLAK SEMPURNA ). Ini seolah memberi kesan bahwa Alkitab yang dihasilkan TIDAK SEMPURNA . Jangan salah ! Bukankah ini sama ibaratnya dengan orang tua yang harus membatas-batasi bahasanya tatkala mereka berbicara dengan seorang anak   kecil ? Jalur terbatas ini justru sengaja dipilih Tuhan karena Ia bukan berkehendak mendatangkan satu Kitab non –duniawi melainkan Kitab yang tetap berwibawa Ilahi namun dalam wujud insani demi kedekatanNya kepada umat manusia . tetapi yang lebih mendasar lagi adlah bahwa Kitab semacam itulah yang emmang menjadi BATAS PEMAHAMAN kita dalam mencernakan Hakekat dan Firman Allah . Maka itulah keunikan pengilhaman Alkitab yang tidak over klaim mengenai dirinya sebagai Kitab Maha Mutlak Sempurna , melainkan sungguh IA SUDAH SEMPURNA DAN PENUH OTORITAS MEMENUHI KEBUTUHAN SETIAP MANUSIA dalam ruang lingkup untuk apa ia “diturunkan “.

TANGGAPAN  :
Oleh karena pengilhaman ini dilakukan Roh Kudus , maka menurut Eja Kalima , PARA TERILHAM ( yaitu para pengarang karangan-karangan dalam Alkitab/Bibel ) BERKATA-KATA DENGAN PERKATAAN YANG DIAJARKAN bukan oleh hikmat manusia tetapi OLEH ROH  ( 1 Kor. 2 : 13 ).  Artinya yang tertulis dalam karangan-karangan dalam Alkitab / Bibel itu , TIDAK MUNGKIN SALAH , dan Eja Kalima memang menegaskannya :  Dan karena Roh Allah tidak akan menuntun , mendorong dan meniupkan nafas kesalahan ke dalam Alkitab-Nya maka Alkitab merupakan VOX DEI yaitu “ SUARA ALLAH ” atau “ VERBUM DEI “ yaitu  “ FIRMAN ALLAH “ yang tidak bersalah dalam pesan dan makna-Nya sendiri ” . Tetapi anehnya , Eja Kalima masih juga berkata : ”  Roh Kudus mengilhamkan Firman Tuhan ( YANG MUTLAK SEMPURNA ) kepada manusia untuk menjadi rangkuman ucapan/ tulisan dalam bahasa dunia ( juga tempat , waktu dan budaya manusia dll yang terbatas – TIDAK BISA MUTLAK SEMPURNA ) ”. Satu pernyataan apologi yang sangat ” mengagumkan ” karena ada kontaradiksi di dalamnya dan Eja Kalima meyakini kebenaran apologinya yang berkontradiksi tersebut. Kita bahas apologi Eja Kalima ini .
Ada dua aspek yang menjadi fokus pernyataan apologi Eja Kalima tersebut , yaitu  :
a.     Pengilhaman Roh Kudus dituliskan dengan memakaI unsur-unsur manusiawi berupa  :  bahasa , tempat , zaman , budaya , pengalaman dan pikiran manusia sendiri  selaku  faktor - faktor  yang  mempengaruhi  penulisan  pesan - pesan  Ilahi
       sehingga terwujudlah dalam bentuk karangan-karangan dalam Alkitab .
b.     Pesan-pesan Ilahi dalam karangan-karangan pada Alkitab/Bibel  ditulis oleh pengarangnya DI BAWAH BIMBINGAN ROH KUDUS.
Kedua aspek ini mengandung kontradiksi .  Ketika dikatakan Alkitab/Bibel dituliskan dengan memakai unsur-unsur manusiawi berupa : bahasa, tempat, zaman, budaya, pengalaman dan pikiran manusia sendiri  ” berarti membuka peluang terjadinya perbedaan dan pertentangan ayat-ayat Alkitab/Bibel sebagai salah satu aspek yang menunjukkan KETIDAK-SEMPURNAAN Alkitab/Bibel . Hal ini secara implisit diakui oleh Eja Kalima : ” .......... untuk menjadi rangkuman ucapan/ tulisan dalam bahasa dunia ( juga tempat , waktu dan budaya manusia dll yang terbatas – TIDAK BISA MUTLAK SEMPURNA ) ” .Tetapi masalah perbedaan dan pertentangan ayat-ayat Alkitab yang disebabkan unsur-unsur manusiawi ini hanya terjadi antara dua karangan yang berbeda karena perbedaan pengarangnya , yang dilatarbelakangi perbedaan bahasa , tempat , zaman , budaya , pengalaman dan pikiran manusia sendiri tersebut. Tidak akan terjadi pada pada sebuah karangan atau dua karangan dalam Alkitab/Bibel yang dikarang oleh seorang pengarang , karena tidak akan ada perbedaan bahasa , tempat , zaman , budaya , pengalaman dan pikiran manusia sendiri sebab pengarangnya sama . Tetapi ketika dikatakan , karangan-karangan pada Alkitab/Bibel  ditulis oleh pengarang-nya DI BAWAH BIMBINGAN ROH KUDUS , maka Alkitab/Bibel tidak mungkin salah , sekalipun menggunakan unsur-unsur manusiawi tersebut karena ditulis DI BAWAH BIMBINGAN ROH KUDUS sesuai dengan  yang dikatakan Eja Kalima  : ” ..... dikatakan bahwa para ter-ilham ini BERKATA-KATA DENGAN PERKATAAN YANG DIAJARKAN bukan oleh hikmat manusia tetapi oleh ROH  ( 1 Kor. 2 : 13 ). Dan karena Roh Allah tidak akan menuntun , mendorong dan meniupkan nafas kesalahan ke dalam Alkitab-Nya maka Alkitab merupakan VOX DEI yaitu  “ SUARA ALLAH ”  atau “ VERBUM DEI “ yaitu “ FIRMAN ALLAH “ yang tidak bersalah dalam pesan dan makna-Nya  sendiri  ”. Tidak diragukan lagi betapa kedua aspek pernyataan Eja Kalima ini secara diametrical mengandung  kontradiksi yang parah dan pontang panting. Bagaimana Eja Kalima  bisa mengatakan Alkitab /Bibel itu sempurna , tidak mengandung kesalahan lantaran ditulis diilhami dan di bawah bimbingan Roh Kudus ketika di sisi lain Eja Kalima mengakui bahwa karena Alkitab/Bibel itu ditulis dengan unsur-unsur manusiawi berupa : bahasa, tempat, zaman, budaya, pengalaman dan pikiran manusia sendiri ” maka bisa  menunjukkan ketidak sempurnaannya ? Di manakah keberadaan bimbingan Roh Kudus   ketika penulisan Alkitab/Bibel  itu dilakukan dengan unsur-unsur manusiawi berupa : bahasa, tempat, zaman, budaya, pengalaman dan pikiran manusia sendiri ” yang bisa membuat ketidak-sempurnaan Alkitab/Bibel padahal dengan kehadiran bimbingan Roh Kudus bisa membuat kesempurnaan Alkitab/Bibel ?  Permasalahan ini direspon  Eja Kalima dengan pernyataan apologi :
Roh Kudus mengilhamkan Firman Tuhan ( YANG MUTLAK SEMPURNA ) kepada manusia untuk menjadi rangkuman ucapan/ tulisan dalam bahasa dunia ( juga tempat , waktu dan budaya manusia dll yang terbatas – TIDAK BISA MUTLAK SEMPURNA ).
Jika  Roh Kudus mengilhamkan Firman Tuhan YANG MUTLAK SEMPURNA tetapi  ketika penulisan dilakukan dalam bahasa dunia ( juga tempat, waktu dan budaya manusia dll yang terbatas ) yang menyebabkan Firman Tuhan menjadi TIDAK BISA MUTLAK SEMPURNA lalu di mana kesempurnaan Firman Tuhan yang diilhamkan Roh Kudus tersebut dalam Alkitab/Bibel yang sudah tidak sempurna ini ?. Dan di mana bimbingan Roh Kudus yang diberikan kepada pengarang –pengarang Alkitab/ Bibel itu ? Ketidak-sempurnaan Alkitab/Bibel yang terwujud sekarang ini justrui menun-jukkan bahwa penulisan Alkitab/Bibel TIDAK DALAM BIMBINGAN ROH KUDUS dan jika dalam bimbingan Roh Kudus , tidak bisa tidak , Alkitab/Bibel haruslah sempurna. Eja Kalima dalam satu pernyataan telah mendemonstarikan kontradiksi. Tetapi Eja Kalima mencoba memberi pembelaan atas kontradiksi yang pontang panting ini dengan pernyataan apologi berikut :
Ini seolah memberi kesan bahwa Alkitab yang dihasilkan TIDAK SEMPURNA . Jangan salah ! Bukankah ini sama ibaratnya dengan orang tua yang harus membatas-batasi bahasanya tatkala mereka berbicara dengan seorang anak   kecil ?
Apologi ini adalah apologi orang tidak waras !  Tidak benar jika dikatakan ” SEOLAH MEMBERI KESAN ” tetapi memang BENAR-BENAR MEMBERI KEYAKINAN BAHWA ALKITAB/BIBEL MERUPAKAN KITAB SUCI YANG TIDAK SEMPURNA . Apanya yang sempurna jika tidak sempurna ? Logika model apa yang dikembangkan Eja Kalima ini ? Eja Kalima pun mencoba memberi perbandingan :  Bukankah ini sama ibaratnya dengan orang tua yang harus membatas-batasi bahasanya tatkala mereka berbicara dengan seorang anak kecil ? ”. Bandingan model apa ini ?  Ingat , penulisan Alkitab/Bibel itu menggunakan bahasa manusia , bukan menggunakan bahasanya Tuhan . Bahasa Tuhan yang mana dan dibatas-batasi itu sehingga Eja Kalima membandingkannya ” orang tua yang harus membatas-batasi bahasanya tatkala mereka berbicara dengan seorang anak kecil ? ”. Jika apologi ini dibenarkan berarti , apa yang tercantum dalam Alkitab/Bibel itu DIBATAS-BATASI . Apa artinya jika sebuah kitab suci DIBATAS-BATASI ? Risalah kebenaran apa yang hendak disampaikan jika DIBATAS-BATASI ? Ini adalah apologi orang yang bingung ketika dihadapkan dengan fakta ketidak-sempurnaan Alkitab/Bibel padahal di sisi lain harus diyakinkan bahwa Alkitab/Bibel itu ditulis berdasarkan bimbingan Roh Kudus, sehingga Alkitab/Bibel pasti sermpurna. Kebingungan memang pasti melahirkan kengawuran dalam pernyataan dan hal itu telah didemonstrasikan dengan baik oleh Eja Kalima.
Selanjutnya Eja Kalima berkata : ” Jalur terbatas ini justru sengaja dipilih Tuhan karena Ia bukan berkehendak mendatangkan satu Kitab non –duniawi melainkan Kitab yang tetap berwibawa Ilahi namun dalam wujud insani demi kedekatanNya kepada umat manusia ”. Bisa-bisanya TUHAN ALKITAB menurunkan Alkitab/Bibel yang TIDAK SEMPURNA itu demi kedekatan-Nya kepada ummat manusia . Kedekatan model apa yang dihasilkan Alkitab/Bibel yang tidak sempurna ? Dan juga sangat aneh pernyataan apologi si Kriten Penyaji Apologi : Tetapi yang lebih mendasar lagi adalah bahwa Kitab semacam itulah yang memang menjadi BATAS PEMAHAMAN kita dalam mencernakan Hakekat dan Firman Allah . Maka itulah keunikan pengilhaman Alkitab yang tidak over klaim mengenai dirinya sebagai Kitab Maha Mutlak Sempurna , melainkan sungguh IA SUDAH SEMPURNA DAN PENUH OTORITAS MEMENUHI KEBUTUHAN SETIAP MANUSIA dalam ruang lingkup untuk apa ia “ diturunkan “. Ketika dikatakan ” Kitab semacam itulah yang memang menjadi BATAS PEMAHAMAN kita dalam mencernakan Hakekat dan Firman Allah ” berarti dengan BATAS PEMAHAMAN yang diberikan maka kitab suci agama Kristen yang bernama Alkitab/Bibel itu TIDAK MEMBERIKAN KESEMPATAN KEPADA PENGANUT KRISTEN UNTUK MENCERNA HAKEKAT DAN FIRMAN ALLAH  selauas-luasnya . Kok,  begitu ? Kitab suci model apa yang demikian ?
Jelaslah semua pernyataan apologi yang disajikan Eja Kalima ini benar-benar pernyataan asal bunyi hanya untuk mempertahankan :KEUNGGULAN ALKITAB/BIBEL ” ketika harus dihadapkan dengan fakta KETIDAK-SEMPURNAAN ALKITAB. Ini sangat berbeda dengan pakar-pakar Bibel yang mengakui secara jujur akan kelemahan Alkitab tanpa berusaha menunjukkan ’ KEHEBATAN ” Alkitab /Bibel .
Selanjutnya mari kita membahas kembali pernyataan si Kristen Penyaji bahwa dalam pengilhaman Roh Kudus ” itu ada keterlibatan unsur-unsur manusiawi berupa : bahasa , tempat, zaman, budaya, pengalaman dan pikiran manusia sendiri . Ini berarti, akan ada banyak variasi teks Alkitab/Bibel yang berbeda karena adanya intervensi pengalaman dan pikiran manusia dalam ” menterjemahkan  ” ilham, yang mereka terima dari ROH KUDUS .
Dengan kata lain , akan ada banyak variasi teks Alkitab/Bibel yang berbeda karena adanya intervensi dari bahasa , tempat , zaman , budaya  pengalaman dan pikiran manusia dari pengarangnya ketika ” menterjemahkan  pesan yang diilhamkan Roh Kudus ” untuk ditulis oleh mereka. Menjadi pertanyaan : Apakah bervariasinya isi manuskrip-manuskrip Alkitab/Bibel lantaran perbedaan unsur manusiawi  bahasa, tempat, zaman, budaya, pengalaman dan pikiran manusia sendiri ” dari pengarangnya ? Dan apakah ” substansi wahyu ” menjadi berbeda akibat unsur manusiawi ” bahasa, tempat, zaman, budaya, pengalaman dan pikiran manusia sendiri ” dari pengarangnya , kemudian perbedaan-perbedaan itu harus diakui sebagai sama-sama benar  walaupun saling bertentangan ? Berapologi dengan beralasan pada unsur manusiawi  bahasa , tempat , zaman , budaya , pengalaman dan pikiran manusia sendiri ” dari pengarangnya tidak lebih dari satu pengelakan diri ketika harus melihat fakta perbedaan antar ayat-ayat ketika membicarakan masalah yang sama .
Tidak perlu berteori menjawab pertanyaan ini , tetapi langsung diambil contoh dari Alkitab/Bibel untuk melihat sejauh mana kebenaran pernyataan Eja Kalima ini .  Akan ditinjau beberapa ayat  Bibel saja .

1.      Ayat Markus 16 : 9 – 20  :
Telah diakui para ahli Bibel kalangan Kristen sendiri bahwa ayat Markus 16 itu adalah ayat PALSU . Dr.A.K.de Groot  mengungkapkan [4] ) :
Penutup Injil Markus fasal 16 : 9 – 20 oleh orang yang berilmu sudah diputuskan asalnya dari abad kedua , karena dalam kitab yang tertua sekali , selamanya kitab Markus , tiada mendapat beberapa ayat atau cerita itu  .   
K.Riedel menulis  : “ Menurut keterangan dari sekalian ahli Perjanjian Baru , ayat 9 –20 ditambahkan orang di dalam abad  kedua [5] ) . Pakar lainnya dari golongan Katolik , Karel A. Steenbrink  berkata: ” ……ayat-ayat ini tidak diketemukan dalam naskah tertua dan oleh para ahli diakui sebagai suatu kompilasi dari cerita yang dimuat dalam Injil yang lain untuk mengadakan harmonisasi antara Markus dan Injil yang lain[6] ).
Dr. Maurice Bucaille berkata  : “ Seluruh Injil Markus dianggap kanon ( canon ) secara resmi . Akan tetapi kita ingat bahwa akhir Injil Markus 16 : 9 –20  dianggap oleh ahli-ahli modern sebagai karya yang ditambahkan . Terjemahan  Ekumenik tegas dalam hal ini. Bagian terakhir tersebut tidak dimuat dalam dua manuskrip kuno Injil yang komplit yaitu Kodex Vatikanus dan Kodex Sinaitikus dari abad IV  [7] ).
Beberapa Bibel berbahasa Inggeris memberi ”respon “ atas ayat Markus 16 : 9 -20  . Seperti  GOOD NEWS BIBLE , tetap mencantumkan utuh sampai dengan ayat Mark . 16 : 9 – 20 tetapi dengan memberikan catatan kaki  : ” Some manuscripts and ancient translation don not have  this ending to the Gospel ( verses 9 – 20 ) ” ( = Beberapa manuskrip dan terjemahan tertua tidak mempunyai penutup yang demikian pada Injil ini  ( ayat 9 –20 )  ) . Begitu pula THE JERUSALEM BIBLE – NEW TESTAMENT juga tetap mencantumkan utuh sampai dengan ayat Mark . 16 : 9 – 20, namun memberikan catatan kaki : ‘ Many MSS omit vv. 9 – 20  and this ending to the gospel may not have been written by Mark , though it is old enough ‘ ( Banyak manuskrip membuang ayat 9 -20 dan akhir dari Injil ini boleh jadi tidak ditulis oleh Markus, meskipun Injil ini cukup tua ). Sedangkan THE FOUR GOSPEL  menuliskan  ayat Mark. 16 : 9 – 20 DALAM TANDA KURUNG tanpa catatan kaki. Mengapa harus DALAM TANDA KURUNG jika tidak ada masalah ? Dan GOOD NEWS FOR MODERN MAN  memberi batas antara ayat Mark. 16 : 8 dan ayat Mark. 16 : 9 – 20 dengan kata-kata : AN OLD ENDING TO THE GOSPEL ,yang berarti teks tertua hanya sampai pada ayat Mark. 16 : 8. Dan juga menginformasikan bahwa teks tertua lainnya ternyata berakhir sampai pada ayat Mark 16 : 10 , di mana bunyi ayat Mark  16 : 9 –10 ini  BERBEDA SAMA SEKALI DAN BUKAN  ayat  Mark 16 : 9 –10  yang biasa ditemui dan dibaca dalam Bibel /Alkitab sekarang ini . Hal ini dapat pula dibaca dalam New Testament in Contemporary English  yang menuliskan kata-kata : ‘ ANOTHER OLD ENDING TO MARK’S GOSPEL ‘ dengan menyajikan ayat Mark  16: 9 -10 yang lain tersebut dan memberikan catatan kaki: ‘ ANOTHER OLD ENDING TO MARK’S GOSPEL: Some manuscripts and early translations have both this shorter ending and the longer one ( verses 9 –20 ) ‘ . THE EMPHATIC DIAGLOTT - teks berbahasa Yunani , mulai dari ayat 9 diberi TANDA KURUNG , kemudian diberi CATATAN KAKI : ” From this verse to the end of chapter is wanting in the Vat. MS , and in many others ancient copies. Grisbach marks the whole passage of very doubtful  authenticity, but retains it in the text . Tischendorf rejects the whole clause . But judging from the evidence with regard to this passage , it is probably an authentic fragment , placed as completion of the Gospel in very early times ; and  therefore coming to us with strong claims on our rejection and reverence  .  ( Dari ayat ini sampai ke akhir pasal , tidak tercantum dalam Manuskrip Vatikanus dan dalam beberapa naskah kuno lainnya. Grisbach menilai keseluruhan bagian , keasliannya sangat meragu-ragukan, namun mempertahankannya dalam teks. Tischendorf menolak seluruh kalimat. Namun jika mempertimbangkan fakta yang berkenaan dengan bagian ini, ada kemungkinan sebuah fragmen yang autentik dan ditempat-kan sebagai pelengkap dari Injil ini pada masa-masa yang sangat awal ; dan oleh karena itu sampai kepada kita dengan penegasan yang kuat atas penolakan dan penghargaan kita ) .
       Kitab Suci Perjanjian Baru ” yang diterbitkan DITJEN BIMAS KATOLIK Departemen AGAMA RI  ketika menyinggung ayat Mark. 16 : 8  telah memberikan catatan kaki yang berat hati dan malu-malu dengan kalimat  yang kabur :  Bagian ayat ini hanya terdapat dalam beberapa naskah ( kadang-kadang sebagai kata penutup  Injil ). Agaknya baru dalam abad ke-2  Mas. ditambah pada Injil MRK  ” . Kekaburan catatan kaki ini , terlihat dari kalimat  Agaknya baru dalam abad ke-2  Mas. ditambah pada Injil   MRK  ”. Menjadi pertanyaan, yang  Agaknya baru dalam abad ke-2  Mas. ditambah pada Injil  MRK   ” itu apakah ayat Mark. 16 : 8  ataukah ayat Mark. 16 : 9 –20 ? Harusnya : ayat Mark. 16 : 9 –20 . Tetapi mengapa catatan kaki tersebut dikenakan pada ayat Mark. 16 : 8  yang dikatakan : ” kadang-kadang sebagai kata penutup Injil  ” dan tidak tegas dikatakan saja : ” sebagai kata penutup Injil  ” tapi masih ada embel-embel ” kadang-kadang “?.Tetapi terlepas dari catatan kaki yang berat hati ini, rupanya pihak Katolik pun mengakui , naskah-naskah tertua penutup Injil Markus adalah ayat Mark.16 : 8  .
Begitu pula Dr. Weymouth, Dr. Moffat , Ferrar Fenton dalam buku mereka : “ Twentieth Centry New Testament “ menegaskan : “ Telah jadi kebulatan pendapat bahwa pasal  16 : 8-20 Injil Markus itu adalah SUATU TAMBAHAN “. Dan Kristolog Muslim, Ahmad Deedat dalam  tulisannya : ” APAKAH INJIL FIRMAN TUHAN ” (dalam bukunya : ” THE CHOICE ”) mengungkapkan masalah ayat Mark. 16 ini . Bibel versi RSV ( Revised Standar Version ) tidak lagi memasukkan ayat Mark. 16 : 9 – 20  sebagai bagian dari ayat  Injil Markus  melainkan  ditempatkan hanya  sebagai CATATAN KAKI ( foot note ) saja . Ahmad Deedat  berkata : ‘ Para pendakwah dibuat bersorak dan menangis . Dengan didukung  dua komite golongan dari 50 golongan , mereka memaksa penerbit menggabungkan penambahan ke dalam FIRMAN TUHAN yang telah  diinspirasikan. Di dalam setiap terbitan RSV  tahun 1952 , bagian yang telah dihilangkan diperbaiki sesuai dengan teks ‘. Maksud Ahmad Deedat ,  ayat Mark . 16 : 9 – 20  kembali dicantumkan sebagai bagian dari Injil Markus akibat desakan dari 50 golongan Kristen yang didukung oleh dua komite, padahal tadinya sudah dibuang. Tidak diragukan lagi ayat Markus 16 : 9-20 adalah AYAT PALSU. Sehubungan dengan fakta keberadaan ayat palsu ini dalam Alkitab/Bibel , perlu dipertanyakan kepada Eja Kalima  :
-     Faktor unsur manusiawi  bahasa , tempat , zaman , budaya , pengalaman dan pikiran manusia sendiri yang mana dan yang bagaimanakah sehingga ayat palsu Markus 16 : 9-20 ini ” terwahyukan ” dalam Injil Markus ?
-     Eja Kalima mengatakan : ” Roh Kudus mengilhamkan Firman Tuhan        ( YANG MUTLAK SEMPURNA ) kepada manusia untuk menjadi rang-kuman ucapan/ tulisan dalam bahasa dunia ( juga tempat, waktu dan budaya manusia dll yang terbatas – TIDAK BISA MUTLAK SEMPURNA ) ”. Keberadaan ayat palsu Markus 16 : 9-20 jelas merupakan KETIDAK SEMPURNAAN ALKITAB/BIBEL sebagai akibat dari menggunakan unsur manusiawi ” bahasa, tempat, zaman, budaya , pengalaman dan pikiran manusia sendiri ” ketika pengarang Injil Markus menerima ilham ( inspirasi ) FIRMAN TUHAN yang mutlak sempurna dari Roh Kudus . Apa isi ” FIRMAN TUHAN ” yang diilhamkan Roh Kudus kepada si penulis Injil Markus , sehingga berubah menjadi AYAT PALSU  MARKUS 16 : 9-20  ? Apakah karena adanya  faktor unsur manusiawi ” bahasa , tempat , zaman, budaya, pengalaman dan pikiran manusia  sendiri ” ?
Hal-hal ini harus dijelaskan Eja Kalima jika pernyataannya berada dalam kebenaran. Jika tidak mampu menjelaskannya secara meyakinkan , maka pernyataan si Kristen Penyaji Apologi tersebut , tidak lebih dari ekspresi dogma Kristen yang lapuk .

2.      Ayat 1 Samuel 14 :41.
Menurut versi Holy Bibel , ayat tersebut berbunyi sebagai berikut :
Therefore Saul said unto the Lord God of Israel, Give a perfect lot. And Saul and Jonnathan were taken ; but the people escaped.
( Lalu Saul berkata kepada Tuhan Allah Israel, tunjukkan satu kumpulan yang sempurna. Dan Saul dan Yonathan merebutnya ; tetapi orang banyak itu lolos )
Ayat 1 Samuel 14 : 41 versi Holy Bibel , sejalan dengan versi Alkitab LAI 1968  :
Lalu sembah Saul kepada Tuhan , Allah orang Israel : “ Tuhan , nyatakan apalah orang yang tiada bersalah ! Maka kenalah Yonatan dengan Saul.; orang banyak itupun luput “.
Tetapi menurut versi Alkitab LAI 1976 -2000, ayat 1 Samuel 14 : 41 itu berbunyi  :
Lalu berkatalah Saul : “ Ya Tuhan, Allah Israel, mengapa Engkau tidak menjawab hamba-Mu pada hari ini ? Jika kesalahan itu ada padaku atau pada anakku Yonatan , ya Tuhan , Allah Israel , tunjukkanlah kiranya Urim ; tetapi jika kesalahan itu ada pada umat-Mu Israel , tunjukkanlah Tumim “. Lalu didapati Yonatan dan Saul tetapi rakyat itu terluput .
Membandingkan kedua versi untuk ayat yang seharusnya sama ini , ternyata ada kalimat yang terbuang dalam versi Holy Bibel dan versi Alkitab LAI 1968 dibandingkan dengan versi Alkitab LAI 1976-2000  atau sebaliknya ada yang ditambahkan pada versi Alkitab LAI 1976 -2000 dibandingkan dengan versi Holy Bible dan Alkitab LAI 1968 yaitu : “ ……mengapa Engkau tidak menjawab hamba-Mu pada hari ini ? Jika kesalahan itu ada padaku atau pada anakku Yonatan, ya Tuhan, Allah Israel, tunjukkanlah kiranya Urim ; tetapi jika kesalahan itu ada pada umat-Mu Israel, “. Mengapa bisa terjadi perbedaan ini ? Ada teks panjang  ( versi Alkitab LAI 1976 -2000 ) dan ada teks yang pendek (  versi versi Alkitab LAI 1968  dan Holy Bible ) untuk ayat 1 Samuel 14 : 41. Mana yang benar ? Rupanya teks panjang versi Alkitab LAI 1976- 2000 ini bersumber dari Septuaginta dan Vulgata , sedangkan teks pendek versi Alkitab LAI 1968 dan Holy Bible, bersumber dari teks Masorah. Berarti ada perubahan. Encyclopedia Americana menjelaskan :
In 1 Samuel 14 : 41 , a long clause obviously has dropped out of the Masoret text but has been preserved in the Septuagint and the Vulgate . In the following translation , the words  in Italic are omitted in the Hebrew  :
And Saul said to the Lord, God of Israel ; “ Why hast thou not answered thy servant to  day ? . If the guilt be in me or Jonathan my son , O Lord of Israel , give Urim ; but if the guilt be in thy people Israel , give Thummim “. Jonathan and Saul were taken , and the people escaped .
It is clear that this longer form of the verse is necessary to the sense and it is easy  to see why the Hebrew scribe made the omission. His eye skipped from the word “ Israel “ near the beginning of the verse to the same word near the end , and he unconsciously omitted all the intervening words . His type of error is known as homoioteleuton. The same error some times is made by typist today .
( Dalam 1 Samuel 14 : 41 , sebuah anak kalimat yang panjang ternyata telah dikeluarkan dari teks Masorah tetapi terpelihara dalam Septuaginta dan Vulgata  :
Dan Saul berkata kepada Tuhan, Allah Israel : “ Mengapa Engkau tidak menjawab hamba-Mu hari ini ? Jika kesalahan ada padaku atau pada Yonatan, anakku, O Tuhan Israel , berikan Urim ; tetapi   jika  kesalahan  ada   pada  kaum  Israel- Mu ,  berikan Thummim  “ .  Yonatan  dan  Saul mengambilnya , dan rakyat terluput .
Sudah jelas bahwa bentuk panjang  dari ayat ini perlu untuk suatu pengertian dan mudah untuk melihat mengapa penulis Herbrew membuangnya . Matanya meloncat dari kata “ Israel “ pada awal ayat ke kata yang sama pada akhir ayat, dan ia secara tidak sadar membuang seluruh kata yang memisahnya . Jenis kesalahan ini dikenal dengan homoioteleuton.  Kesalahan yang sama , suatu waktu dapat pula dilakukan oleh penulis saat ini .
Sehubungan dengan fakta ayat 1 Samuel 14 : 41 ini , perlu dipertanyakan kepada Eja Kalima  :
-    Faktor unsur manusiawi  bahasa , tempat , zaman , budaya , pengalaman dan pikiran manusia sendiri ” yang mana dan yang bagaimanakah sehingga ayat  1 Samuel 14 : 41  terwahyukan ” secara berbeda dalam Alkitab/Bibel ?  Apakah karena aspek bahasa si pengarang ataukan aspek tempat si pengarang berada ataukah karena aspek waktu ketika si pengarang menulis  ataukah karena aspek budaya yang dimiliki si pengarang ataukah karena aspek pengalaman dan pikiran si penga- rang  dan sebagainya ?
-    Eja Kalima mengatakan : ” Roh Kudus mengilhamkan Firman Tuhan      ( YANG MUTLAK SEMPURNA ) kepada manusia untuk menjadi rang-kuman ucapan/ tulisan dalam bahasa dunia ( juga tempat , waktu dan budaya manusia dll yang terbatas – TIDAK BISA MUTLAK SEMPURNA ) ”. Keberadaan ayat 1 Samuel 14 : 41 yang berbeda-beda dalam versi-versi  Alkitab/ Bibel  ini jelas merupakan KETIDAK SEMPURNAAN ALKITAB/BIBEL yang tentu saja seperti dikatakan Eja Kalima , sebagai akibat dari mengguna-kan unsur manusiawi ” bahasa, tempat, zaman, budaya , pengalaman dan pikiran manusia sendiri ” ketika pengarang menerima ilham ( inspirasi ) FIRMAN TUHAN yang mutlak sempurna dari Roh Kudus dan menuliskannya . Dihadapkan dengan fakta perbedaan versi ayat yang seharusnya sama ini, lalu sebenarnya apa isi ” FIRMAN TUHAN ” dari ayat 1 Samuel 14 : 41 yang diilhamkan Roh Kudus kepada si penulis, tetapi berubah teksnya pada versi Alkitab/ Bibel yang berbeda ? Apakah karena adanya  faktor unsur manusiawi ” bahasa , tempat , zaman , budaya , pengalaman dan pikiran manusia   sendiri ” ? Dan bagaimana bimbingan Roh Kudus ketika dilakukan penulisannya ?
Hal-hal ini harus dijelaskan Eja Kalima jika pernyataannya berada dalam kebenaran. Jika tidak mampu menjelaskannya secara meyakinkan , maka pernyataan Eja Kalima tersebut , tidak lebih dari ekspresi dogma Kristen yang lapuk .

3.      Matius  19 : 16-17 - Markus 10 : 17-18 - Lukas 18 : 18-19
Maka tiba- tiba datanglah  seorang kepadanya, serta berkata : ” Ya Guru, kebajikan apakah
patut hamba perbuat supaya beroleh hidup yang kekal ?
Maka kata Yesus kepadanya : ” Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaku dari hal kebajikan ?  Ada SATU YANG BAIK . Tetapi jikalau engkau mau masuk kepada hidup , turutlah hukum-hukum itu (   Matius  19 : 16-17 ).
Tatkala Yesus keluar di jalan , berlari-larilah seorang , datang kepadanya serta bertwlut lalu bertanya kepadanya : ” Ya Guru yang baik ! Apakah yang patut hamba berbuat , supaya hamba menjadi waris heidup yang kekal ? Maka jawab Yesus kepadanya : ” Apakah sebabnya engkau katakan Aku ini baik ? Seorangpun tiada yang baik , hanya SATU YAITU ALLAH . ( Markus 10 : 17-18 ).
Adalah seorang penghulu bertanya kepada Yesus , katanya : ” Ya Guru yang baik , apakah wajib hamba perbuat supaya hamba menjadi waris hidup yang kekal ? Maka kata Yesus kepadanya : ” Apakah sebabnya engkau katakan Aku ini baik ? Seorangpun tiada yang baik , hanya SATU yaitu ALLAH . ( Lukas 18 : 18-19 )
Ketiga versi ini menceritakan peristiwa yang sama . Injil Markus  dan Injil Lukas menya-jikan isi yang boleh dikatakan sama tetapi keduanya SANGAT BERBEDA dengan yang disajikan oleh Injil Matius. Jawaban Yesus dalam ayat ini , rupanya sangat terkait dengan ” sapaan ” terhadap Yesus oleh orang yang bertanya . Pada Matius 19 : 16  , orang itu yang bertanya itu menyapa Yesus : ” Ya , Guru !  ” tetapi dalam Markus 10 : 17 dan Lukas 18 : 18 , sapaan terhadap Yesus itu : ” Ya Guru yang baik ! ”. Bentuk sapaan yang berbeda ini membawa konsekwensi terhadap bentuk jawaban pertanyaan balik Yesus kepada yang bertanya , yang berbeda pula . Akibatnya isi kisah dari peristiwa yang satu ini menjadi berbeda antara Matius 19 : 16 -17  dengan Markus 10 : 17-18 dan Lukas 18 : 18-19 , walaupun pada akhirnya ketiga versi itu berbicara mengenai hukum-hukum Taurat .
Dalam Matius 19 : 18 , pertanyaan balik jawaban Yesus adalah  : ” Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaku dari hal kebajikan ? ” karena terkait dengan ISI PERTANYAAN  orang   itu : ” kebajikan apakah patut hamba perbuat supaya beroleh hidup yang kekal ?    Sedangkan dalam Markus 10 : 18 dan Lukas 18 : 19 , pertanyaan balik jawaban Yesus adalah :    Apakah sebabnya engkau katakan Aku ini baik ?    karena terkait dengan SAPAAN orang itu kepada Yesus : ” Ya, Guru yang baik ”, bukan terkait dengan ISI PERTANYAAN .  Selanjutnya dalam Matius 19: 17, setelah memberikan jawaban pertanyaan ”Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaku dari hal kebajikan ?”, lalu memenuhi pertanyaan orang itu , Yesus menjawab : ” Ada SATU YANG BAIK ”.  Jawaban ini sangat kabur, siapa atau apa yang dimaksud oleh Yesus dengan ” SATU YANG BAIK ” itu. Apakah maksudnya :  ALLAH ? Ataukah yang dimaksud adalah berkaitan dengan SIKAP yaitu sikap taat dengan  ” MENGIKUTI HUKUM ” yang telah ditetapkan sesuai dengan kalimat berikutnya : ” jikalau engkau mau masuk kepada hidup, turutlah hukum-hukum itu ” ? Sedangkan dalam Markus 10 : 19 atau Lukas 18 : 19 , setelah Yesus memberi pertanyaan jawaban : ” Apakah sebabnya engkau katakan Aku ini baik ?  lalu Yesus memberi penegasan atas pertanyaan jawaban tersebut : ” Seorangpun tiada yang baik, hanya SATU YAITU ALLAH ”.   Perhatikan jawaban Yesus : ” Seorang pun tiada yang baik , hanya SATU YAITU ALLAH ” ini , yang dipahami bahwa Yesus menegaskan bahwa hanya Allah yang baik sedangkan dirinya tidak bisa dikatakan baik . Ini berarti terkandung pengertian bahwa Yesus tidak mengakui diri sebagai Allah . Tentu konteksnya sudah berbeda dengan yang disajikan Matius 19 : 18  karena  Satu yang baik ” itu tidak harus diartikan dengan ” Allah ”. Kemudian yang menarik lainnya adalah kalimat pernyataan dalam ayat Matius 19 : 18 : ” Tetapi jikalau engkau mau masuk kepada hidup , turutlah hukum-hukum itu  ”. Menyimak kalimat ayat ini , rupanya untuk masuk kepada    ” hidup ” tidak membutuhkan kematian Yesus di atas salib terlebih dahulu melainkan cukup dengan     turutlah hukum-hukum itu  ” yang tentu maksudnya adalah mengikuti hukum-hukum Taurat ( Musa ). Di sinilah kita bisa melihat betapa ajaran agama Kristen sekarang sudah bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus sendiri karena dasar ajaran agama Kristen , kematian Yesus Kristus di atas salib menjadi fondasi dasar keimanan Kristen . Seseorang masuk  kepada : ” hidup yang kekal ” jika  mempercayai kematian Yesus di atas salib . Padahal Yesus mengajarkan : ”  turutlah hukum-hukum itu  ” agar masuk kepada ” hidup yang kekal ”.
Sehubungan dengan fakta ayat Matius  19 : 16-17 - Markus 10 : 17-18 - Lukas 18 : 18-19 ini , perlu dipertanyakan kepada Eja Kalima  :
-    Faktor unsur  manusiawi bahasa , tempat , zaman , budaya , pengalaman  dan pikiran manusia sendiri ” yang mana dan yang bagaimanakah sehingga ayat   Matius  19 : 16-17 - Markus 10 : 17-18 - Lukas 18 : 18-19 ” terwahyukan ” secara berbeda dalam Alkitab/Bibel ?  Apakah karena ketiganya ditulis dalam dua bahasa yang berbeda sehingga Matius  19 : 16-17 berbeda dengan Markus 10 : 17-18 dan Lukas 18 : 18-19 ? aspek bahasa si pengarang ataukan aspek tempat si pengarang berada ataukah karena aspek waktu ketika si pengarang menulis ataukah karena aspek budaya yang dimiliki si pengarang ataukah karena aspek pengalaman dan pikiran si pengarang  dan sebagainya ?
-     Eja Kalima mengatakan : ” Roh Kudus mengilhamkan Firman Tuhan        ( YANG MUTLAK SEMPURNA ) kepada manusia untuk menjadi rang-kuman ucapan/ tulisan dalam bahasa dunia ( juga tempat, waktu dan budaya manusia dll yang terbatas – TIDAK BISA MUTLAK SEMPURNA ) ”. Keberadaan ayat Matius  19 : 16-17 - Markus 10 : 17-18 - Lukas 18 : 18-19  yang berbeda-beda dalam versi-versi  Alkitab/ Bibel  jelas merupakan KETIDAK SEMPURNAAN ALKITAB/BIBEL yang tentu saja seperti dikatakan Eja Kalima , sebagai akibat dari menggunakan unsur manusiawi  bahasa, tempat, zaman, budaya , pengalaman dan pikiran manusia sendiri ” ketika pengarang menerima ilham ( inspirasi ) FIRMAN TUHAN yang mutlak sempurna dari Roh Kudus dan menuliskannya. Dihadapkan dengan fakta perbedaan versi ayat yang seharusnya sama , lalu sebenarnya apa isi ” FIRMAN TUHAN ” dari ayat Matius  19 : 16-17- Markus 10 : 17-18 - Lukas 18 : 18-19 yang diilhamkan Roh Kudus kepada si penulis, tetapi berubah teksnya pada versi Alkitab/ Bibel yang berbeda ? Apakah karena adanya  faktor unsur manusiawi ” bahasa , tempat , zaman , budaya , pengalaman dan pikiran manusia  sendiri ” ? Dan bagaimana bimbingan Roh Kudus ketika dilakukan penulisan-nya ?  Apakah ” bimbingan Roh Kudus ” tidak mampu memberikan kemurnian pada penulisan ” firman Tuhan ” yang terilham ?. Fakta perbedaan antar versi teks hanya membuktikan bahwa adanya ” BIMBINGAN ROH KUDUS ” ketika penulisan ayat-ayat Bibel/Alkitab , MERUPAKAN KLAIM YANG PENUH DENGAN KEBOHONGAN. Dan pernyataan Eja Kalima dengan mengedepankan unsur manusiawi  bahasa , tempat , zaman , budaya , pengalaman dan pikiran manusia sendiri ” tidak lebih dari serbuah usaha untuk membenarkan perbedaan-perbedaan antar versi ayat Bibel/Alkitab tanpa keinginan untuk mencari, bagaimana yang sebenarnya. Memang demikianlah cara penganut Kristen mempertahankan keyakinan atas Bibel/Alkitab mereka.

4.      Matius  2 : 23  dan Matius 27 : 9
a.      Matius  2 : 23  :
  ….. kemudian tibalah ia serta di dalam sebuah negeri yang bernama NAZARET, SUPAYA SAMPAILAH SABDA SEGALA NABI, bahwa Yesus akan bergelar NAZARI  .
 Menyimak ayat Matius 2 : 23, tentu tidak bisa tidak, harus dipahamkan bahwa SEGALA NABI SEBELUM YESUS TELAH MENYATAKAN BAHWA YESUS AKAN BERGELAR NAZARI.  Dan juga kita tahu bahwa Perjanjian Lama  ada memuat pernyataan para Nabi. Tetapi apa faktanya ? Ternyata dalam Perjanjian Lama tidak ada satu ayatpun yang berisi ucapan seorang Nabi yang menyebut Yesus akan bergelar Nazari. Sehubungan dengan KEBOHONGAN Roh Kudus ini, seorang pendeta  Kristen bernama Ds.K.Riedel dalam bukunya “ TAFSIR INJIL MATIUS “ , berkata  :
Yesus akan harus bergelar  NAZARI. Kita mendapat kesukaran tentang nas dari Perjanjian Lama itu, sebab kita tidak mengetahui suatu nas yang berbunyi demikian di seluruh Perjanjian Lama  .

Tentu Eja Kalima akan berbeda dengan Ds.K.Riedel dalam hal ini, karena Eja Kalima sangat meyakini kebenaran ayat Matius 2 : 23 yang  mengatakan  “….. kemudian tibalah ia serta di dalam sebuah negeri yang bernama NAZARET, SUPAYA SAMPAILAH SABDA SEGALA NABI, bahwa Yesus akan bergelar NAZARI  “ dan penganut Kristen berkeyakinan , Alkitab tidak mungkin salah sebab dilhami Roh Kudus. Oleh karena itu mungkin menurut Eja Kalima, pasti ada ayat dalam Perjanjian Lama yang menyatakan demikian, cuma ayat itu masih tersembunyi sehingga tidak terbaca.  Jika seperti itu yang menjadi pendapat Eja Kalima . yah silakan si Kriten Penyaji Apologi  bermimpi dan berkhayal , sebab ayat yang demikian itu tidak akan pernah ada, kecuali jika si Kristen  Penyaji  Apologi  menambahkannya  sendiri. Apalagi  ayat yang menyatakan demikian
tidak tercantum dalam tiga Injil Kanonik lainnya ( - Markus, Lukas dan Yahya ) .

b.      Matius 27 : 9  :
Tatkala itu SAMPAILAH BARANG YANG DISABDAKAN NABI YEREMIA, bunyinya : ‘  Bahwa mereka itu mengambil ketiga puluh keping perak, yaitu harga orang ditaksirkan harga nilai bani Israel 

Ayat ini berkaitan dengan Yudas Iskariot yang mengkhianati gurunya ( Yesus Kristus )Tetapi menjadi pertanyaan, benarkan Nabi Yeremia menyatakan demikian ? Silakan buka Alkitab pada Kitab Yeremia-nya . Maka kita mendapatkan tidak ada satu hurufpun yang menyinggung hal tersebut. Ini menjadi bukti bahwa Roh Kudus telah “ mengilhami “ pengarang Injil Matius  penuh kedustaan. Sehubungan dengan ayat Matius 27 : 9  ini, Ds.K.Riedel, berkata :

Nas ini TIDAK TERTULIS DALAM KITAB YEREMIA …… Seluruh nas MENIMBULKAN BANYAK KESULITAN untuk mengartikannya  .

Sehubungan dengan fakta ayat Matius 2 : 23 dan Matius 27 : 9  , perlu dipertanyakan kepada Eja Kalima  :
-    Faktor unsur manusiawi  bahasa , tempat , zaman , budaya , pengalaman dan pikiran manusia sendiri ” yang mana dan yang bagaimanakah sehingga ayat  Matius 2 : 23 dan Matius 27 : 9 ” terwahyukan ” secara aneh dalam Alkitab/Bibel karena  yang dinyatakan oleh kedua ayat ini tidak tercantum dalam Alkitab/Bibel ( Perjanjian Lama ) ? Apakah karena aspek bahasa si pengarang atau aspek tempat si pengarang berada atau aspek waktu ketika si pengarang menulis  ataua aspek budaya yang dimiliki si pengarang atau aspek pengalaman dan pikiran si pengarang  dan sebagainya sehingga kedua ayat ini ditulis dengan memberikan pernyataan yang justru tidak tercantum dalam ayat Alkitab/ Bibel ( Perjanjian  Lama ) ?.
-    Eja Kalima mengatakan : ” Roh Kudus mengilhamkan Firman Tuhan  ( YANG MUTLAK SEMPURNA ) kepada manusia untuk menjadi rang-kuman ucapan/ tulisan dalam bahasa dunia ( juga tempat , waktu dan budaya manusia dll yang terbatas – TIDAK BISA MUTLAK SEMPURNA ) ”. Keberadaan ayat Matius 2 : 23 dan Matius 27 : 9  yang isinya tidak terbukti ini jelas merupakan KETIDAK SEMPURNAAN ALKITAB/BIBEL yang tentu saja seperti dikatakan Eja Kalima , sebagai akibat dari menggunakan unsur manusiawi ” bahasa, tempat, zaman, budaya , pengalaman dan pikiran manusia sendiri ” ketika pengarang menerima ilham (inspirasi) FIRMAN TUHAN yang mutlak sempurna dari Roh Kudus dan menuliskannya. Dihadapkan dengan fakta ketidak-terbuktian apa yang dinyatakan kedua ayat ini, lalu sebenarnya apa isi ” FIRMAN TUHAN ” dari ayat Matius 2 : 23 dan Matius 27 : 9  yang diilhamkan Roh Kudus kepada si penulis ? Apakah karena adanya faktor unsur manusiawi ” bahasa, tempat, zaman, budaya, pengalaman dan pikiran manusia sendiri ” ? Dan bagaimana bimbingan Roh Kudus ketika dilakukan penulisannya ?
Nah, menjadi  pertanyaan,  dari mana pengarang Injil Matius memperoleh informasi yang tidak benar ini ?  Jawabannya sudah jelas : ROH KUDUS !!!  Kok bisa-bisanya ROH KUDUS  yang dipercaya Eja Kalima sebagai Tuhan itu memberikan ilham  yang dusta dan penuh kebohongan ? Kalau begitu Roh Kudus itu adalah TUKANG TIPU, lantaran memberikan ilham mengenai sesuatu peristiwa yang tidak benar dan  tidak ada dasarnya . Dan hebatnya, “ ILHAM “ tentang “ YESUS AKAN BERGELAR NAZARI “ dan  SAMPAILAH BARANG YANG DISABDAKAN NABI YEREMIA  ” ini hanya diberikan kepada pengarang Injil Matius dan lupa diberikan kepada ketiga pengarang Injil lainnya. Mungkin Roh Kudus sadar bahwa ilham yang diberikannya kepada pengarang Injil Matius hanyalah satu kebohongan saja sehingga  tidak perlu diilhamkan kepada pengarang Injil lainnya. Hal-hal ini harus dijelaskan Eja Kalima jika pernyataannya berada dalam kebenaran. Jika tidak mampu menjelaskannya secara meyakinkan , maka pernyataan Eja Kalima tersebut , tidak lebih dari ekspresi dogma Kristen yang lapuk .
Cukup lima ayat Alkitab/Bibel itu saja yang disajikan sebagai contoh yang perlu dipertanyakan kepada Eja Kalima jika memang ALKITAB/BIBEL itu diinspirasikan oleh Roh Kudus – dan karena itu MUTLAK SEMPURNA  – tetapi karena ditulis dengan melibatkan unsur-unsur manusiawi ( bahasa, tempat , zaman, budaya , pengalaman dan pikiran manusia   sendiri  ) maka menjadi TIDAK SEMPURNA . Dan menjadi pertanyaan , dalam ketidak-sempurnaan itu apakah ayat-ayat Alkitab/Bibel adalah FIRMAN ALLAH ?  Dr. R. Soedarmo , teolog Kristen Lutherian Indonesia menja-wab pertanyaan tersebut : ” JADI SEBETULNYA KITAB SUCI ( maksudnya : Alkitab/ Bibel , ZA ) , BUKAN FIRMAN ALLAH , MELAINKAN KITAB MENGENAI FIRMAN ALLAH . BUKANNYA PERNYATAAN YANG LANGSUNG DARI ALLAH ”. Kalau sudah demikian, untuk apa Eja Kalima membandingkan pewahyuan Al Qur’an dengan ” pewahyuan ” Alkitab/Bibel padahal Alkitab/Bibel BUKAN FIRMAN ALLAH melainkan kita yang tentang Firman Allah ?
Satu hal yang menarik dari pernyataan Eja Kalima : ” Roh Kudus meng-ilhamkan Firman Tuhan ( YANG MUTLAK SEMPURNA ) kepada manusia untuk menjadi rangkuman ucapan/ tulisan dalam bahasa dunia ( juga tempat, waktu dan budaya manusia dll yang terbatas – TIDAK BISA MUTLAK SEMPURNA ) ” adalah jika dihubungkan dengan pernyataan dalam ayat Hosea  9 : 7  :
Bahwa sudah datang hari pembalasannya, sudah datang hari tulahnya dan Israil pun mengetahuinya. Maka orang nabi itu bodoh DAN YANG BERKATA DENGAN ILHAM ROH ITU, GILA ; OLEH KARENA KEBESARAN KESESATANMU MAKA BESARLAH JUGA KEBENCIAN .
Pertanyaannya , apakah Eja Kalima dalam memberikan pernyataan-pernyataan apologinya berdasarkan ilham Roh Kudus ?. Pertanyaan ini sangat terkait dengan klaim yang selalu didengar, bahwa penganut Kristen itu selalu dipenuhi oleh Roh Kudus. Jika memang demikian halnya, maka ayat Hosea 9 : 7 memberi penegasan : ”DAN  YANG  BERKATA  DENGAN  ILHAM  ROH  ITU, GILA ! ”. Silakan Eja Kalima merenungkannya . Berkatalah dengan ILHAM ROH maka anda adalah seorang yang GILA !

APOLOGI  4 :       PERBEDAAN PEWAHYUAN ALKITAB DAN AL QUR’AN TENTANG OKNUM PENYAMPAI WAHYU

Si  Kristen Penyaji Apologi memberi pernyataan  :
(b). Oknum penyampaian wahyu yang berbeda
Menurut Quran , Allah tidak pernah berbicara langsung dengan Muhammad . Muhammad mengklaim bahwa roh ( dari Allah ) telah mewahyukan Quran kepadanya ayat per ayat . Namun baru ketika di Madina , Muhammad mengklaim bahwa roh itu bernama Jibril walau bukan dia yang mengungkapkan nama pribadinya sendiri seperti halnya pada Alkitab.
Jibril inilah yang dianggap telah menurunkan pewahyuan kepada Muhammad selama 22-23 tahun . Para komentator membandingan bahwa tanpa Jibril , tak akan ada pewahyuan Islam ; dan ini jelas berseberangan dengan kehadiran Taurat dan Mazmur dan Injil yang tidak bergantung kepada Gabriel. Pada Alkitab, Tuhan sendiri-lah yang berbicara langsung atau mengilhamkan kata-kata-Nya :
   Lalu Allah berfirman kepada Nuh dan kepada anak-anaknya ……… “
  Maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya : ……...............
   Kemudian datanglah firman Tuhan dalam suatu penglihatan ……… “.
Firman Allah dalam Alkitab bukan diturunkan lewat rantaian panjang mahluk yang satu kepada lainnya yaitu lewat malaikat ciptaan kepada nabi ciptaan untuk disampaikan kepada manusia ciptaan ! Jadi bagaimana teman-teman Muslim dapat mengklaim bahwa Allah tidak membeda-bedakan ke semua Kitab Allah  ( lihat Qs. 2 : 136 ) ?

TANGGAPAN  :
1.     Kembali Eja Kalima berkata : ” Menurut Quran , Allah tidak pernah berbicara langsung dengan Muhammad. Muhammad mengklaim bahwa roh ( dari Allah ) telah mewahyukan Quran kepadanya ayat per ayat . Namun baru ketika di Madina , Muhammad mengklaim bahwa roh itu bernama Jibril walau bukan dia yang mengungkapkan nama pribadinya sendiri seperti halnya pada Alkitab ”. Berkaitan dengan penyataan Eja Kalima ini , telah diberikan tanggapan, yang dikutipkan kembali sebagai berikut  :
Masalah JIBRIL memperkenalkan diri kepada Nabi Muhammad SAW, diceritakan sendiri oleh Nabi Muhammad saw sebagai berikut :
Kemudian aku keluar dari gua tersebut dan ketika aku berada di luar, aku mendengar suara dari langit : ” YA MUHAMMAD , KAMU RASUL ALLAH DAN AKU MALAIKAT JIBRIL ”. Aku mendongakkan kepalaku ke langit untuk mencari asal suara tadi dan JIBRIL dalam wujud manusia dengan kedua kakinya mengangkang di atas langit,  berkata : ” YA MUHAMMAD, ENGKAU RASUL ALLAH DAN AKU JIBRIL ” sekali lagi.  .....................................................
( dikutip SIRAH IBNU ISHAK, hal. 156-157, juga SIRAH NABAWIYAH IBNU HISYAM, jikid I hal. 198 dan  ” PERI HIDUP MUHAMMAD  RASULULLAH SAW ” oleh H. Zainal Arifin Abbas  hal. 502-503  ).
Jelas sekali, JIBRIL memperkenalkan dirinya kepada Nabi Muhammad saw. Lalu bagaimana Eja Kalima bisa berkata : ”  .... namun nama pribadi dari roh itu tetap tersembunyi . Barulah di Medina tiba-tiba Muhammad memunculkan nama Jibril atas nama wahyu ! ” ? Dengan fakta riwayat ini jelas sekali KEBOHONGAN pernyataan apologi Eja Kalima di atas .
Jelaslah betapa tidak benarnya pernyataan Eja Kalima di atas .
2.      Selanjutnya Eja Kalima berkata: ”Jibril inilah yang dianggap telah menurunkan pewahyuan kepada Muhammad selama 22-23 tahun. Para komentator membandingan bahwa tanpa Jibril, tak akan ada pewahyuan Islam; dan ini jelas berseberangan dengan kehadiran Taurat dan Mazmur dan Injil yang tidak bergantung kepada Gabriel  “. Ummat Islam ( kaum Muslimin ) tidak pernah menganggap melainkan SANGAT MEYAKINI bahwa malaikat Jibril yang membawa wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. Tidak ada sedikitpun perselisihan antara para ulama Islam tentang hal ini. Kata ” menganggap ” mempunyai peluang untuk ” tidak  menyakini ”. Ketika kita berkata   Jibril inilah yang dianggap telah menurunkan pewahyuan kepada Muhammad ” berarti ada peluang untuk ” tidak menyakini Jibril yang telah menurunkan pewahyuan kepada Muhammad ”. Bentuk pernyataan demikian merupakan bentuk kekafiran dalam Islam. Siapa yang ” menganggap ” tersebut ? Jika seorang Muslim yang ” menganggap ” berarti dia tidak yakin jika Jibril yang menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad saw. Berarti dia sudah keluar dari Islam. Tetapi jika yang ” menganggap ” adalah seorang Kristen seperti Eja Kalima, maka wajar karena seorang Kristen di mata Islam adalah SEORANG KAFIR BAHKAN SANGAT KAFIR. Tetapi permasalahannya adalah kata   menganggap ” tersebut disajikan dalam jamuan yang diadakan Eja Kalima. Diharap Eja Kalima bisa memilih kosa kata yang menghargai keyakinan ummat Islam yang ” diundangnya ” karena penggunaan kosa kata yang menghargai keyakinan orang lain tidak akan mengganggu keyakinan diri.
Kemudian , siapakah dan dari kepercayaan mana para komentator yang ” mem-bandingan bahwa tanpa Jibril , tak akan ada pewahyuan Islam ; dan ini jelas berseberangan dengan kehadiran Taurat dan Mazmur dan Injil yang tidak bergantung kepada Gabriel  “ tersebut ? Dari pihak Islam tidak mungkin mengatakan seperti  , melainkan berasal dari pihak Kristen , atau paling tidak yang mengatakan demikian adalah Eja Kalima sendiri.  Memang tidak heran adanya ” komentar ” seperti itu karena yang mengatakan adalah penganut Kristen , yang bagaimanapun pasti melihat dari kacamata dogma Kristen yang dianutnya sehingga sangat subyektif .  Untuk diketahui , dari keyakinan Islam , semua kitab suci termasuk Taurat, Zabur dan Injil , pasti diturunkan oleh Allah dengan perantaraan malaikat Jibril , sama seperti Al Qur’an diturunkan oleh malaikat Jibril. Hal ini sudah dijelaskan pada bagian tulisan sebelum ini . Apakah karena hal itu lalu dikatakan ” ...  tanpa Jibril , tak akan ada pewahyuan Islam  ... ”. Kita tidak bisa mengatakan demikian , sebab memberi penegasan seperti itu berarti telah meletakkan satu keyakinan bahwa MALAIKAT JIBRIL adalah MAHA KUASA sehingga tanpa kehadirannya tidak ada pewahyuan dalam Islam ( termasuk pewahyuan Taurat , Zabur dan Injil ).  Kita hanya bisa mengatakan , dari awal , MALAIKAT JIBRIL TELAH MENDAPAT tugas dari Allah SWT untuk menyampaikan perintah Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya , dan tidak ditugaskan kepada malaikat lainnya tanpa berfikir alternatif : ” TANPA JIBRIL TIDAK AKAN ADA PEWAHYUAN ISLAM ”. Memangnya Jibril yang memiliki otoritas penyampaian wahyu ?. Islam tidak akan mengajarkan alternatif  demikian .
Selanjutnya Eja Kalima mengatakan pewahyuan Al Qur’an berseberangan dengan kehadiran Taurat, Zabur dan Injil . Menjadi pertanyaan , apa alasan Eja Kalima sehingga mengatakan demikian ?  Ternyata tidak ada satu alasan pun yang dikemukakan oleh Eja Kalima . Hanya tiba-tiba Eja Kalima berkata : ” Pada Alkitab Tuhan sendirilah yang berbicara langsung atau mengilhamkan kata-kata-Nya ”. Dari ” TAURAT, ZABUR, DAN INJIL ” tiba-tiba meloncat ke ” ALKITAB ”. Ini menunjukkan, Eja Kalima mempunyai keyakinan , yang namanya ALKITAB , tidak lain adalah : TAURAT, ZABUR , dan INJIL. Padahal dalam keyakinan kaum Muslimin, yang namanya ” ALKITAB/BIBEL ” yang menjadi kitab suci agama Kristen, BUKAN TAURAT-ZABUR DAN INJIL sekarang, melainkan karangan manusia yang juga mengandung ajaran para nabi di samping perkataan-perkataan manusia , di mana keberadaan ajaran para nabi/Rasul Allah ini bagaikan sebutir intan di antara pasir-pasir kotor yang ditaburi manusia . 
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelum ini , semua kitab Allah – antara lain Al Qur’an – Taurat – Zabur dan Injil – dalam pandangan Islam , diwahyukan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril. Lainnya halnya dengan Alkitab/Bibel  yang dikarang oleh manusia , sehingga karenanya tidak diperlukan malaikat Jibril untuk menyampaikan apa yang harus ditulis oleh para pengarang Alkitab/Bibel.
3.    Eja Kalima  menegaskan : ” Pada Alkitab , Tuhan sendiri-lah yang berbicara langsung atau mengilhamkan kata-kata-Nya :
   Lalu Allah berfirman kepada Nuh dan kepada anak-anaknya ……… “
   Maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya : ……........
   Kemudian datanglah firman Tuhan dalam suatu penglihatan ……… “.
Penegasan ini lucu dan aneh . Perhatikan bentuk kalimat ayat Alkitab/Bibel yang dikutip Eja Kalima. Ketika dikatakan : ” Lalu Allah berfirman .... ” atau ” Maka Tuhan menampakkan diri .... dan berfirman .... ” atau ” Kemudian datanglah firman Tuhan .....”, apakah merupakan kata-katanya Tuhan yang diilhamkan kepada pengarang Alkitab/Bibel sebagaimana yang dikatakan Eja Kalima : ” ...Tuhan sendiri-lah yang berbicara langsung atau mengilhamkan kata-kata-Nya ...” ?. Bentuk kalimat ini menunjukkan kalimat cerita dari pengarang , bukan kata-katanya Tuhan. Jelas sekali kebohongan pernyataan Eja Kalima .
Selanjutnya sehubungan dengan bunyi ayat Bibel/Alkitab yang dikutip Eja Kalima  : ”  Maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya : ……........ ” menjadi pertanyaan apakah Eja Kalima meyakini bahwa Abram  ( Ibrahim ) benar-benar melihat Tuhan yang meanmpakkan diri kepadanya ? bagaimana bentuk Tuhan yang menampakkan diri kepada Abram ( Ibrahim ) tersebut ? Apakah Tuhan berwujud seperti manusia atau bagaimana ?  Sayangnya Eja Kalima hanya bisa mengutip ayat Bibel/Alkitab yang aneh tersebut tanpa menerangkan dengan jelas bagaimana bentuk wujud Tuhan yang menanpakkan diri tersebut. Apakah berbentuk manusia Yesus Kristus ?
4.     Eja Kalima  menegaskan : ” Firman Allah dalam Alkitab bukan diturunkan lewat rantaian panjang mahluk yang satu kepada lainnya yaitu lewat malaikat ciptaan kepada nabi ciptaan untuk disampaikan kepada manusia ciptaan ! Jadi bagaimana teman-teman Muslim dapat mengklaim bahwa Allah tidak membeda-bedakan ke semua Kitab Allah  ( lihat Qs. 2 : 136 ) ? ” .
Perlu ditegaskan di sini , dalam pemahaman ummat Islam ( kaum Muslimin ) bahkan oleh kalangan dari kalangan Kristen sendiri ( lihat pernyataan Dr. R. Soedarmo yang telah dikutipkan sebelum ini ), Alkitab bukanlah firman Allah tetapi merupakan kata-kata karangan manusia , walaupun di dalamnya termuat juga sebahagian kecil ajaran dari para Nabi/Rasul Allah , yang dituliskan kembali menurut kata-kata pengarang Alkitab/Bibel . Dalam sejarahnya , Alkitab/Bibel yang bisa disaksikan sekarang ini sesungguhnya terwujud LEWAT RANTAIAN PANJANG MAKHLUK YANG SATU KEPADA YANG LAINNYA DALAM WAKTU YANG SANGAT PANJANG  dan masih tetap menjadi persoalan  dan perdebatan di kalangan sendiri . Lalu bagaimana Eja Kalima bisa berkata :   Firman Allah dalam Alkitab bukan diturunkan lewat rantaian panjang mahluk yang satu kepada lainnya...... ” ? Pernyataan Eja Kalima ini bertentangan dengan realitas sejarah keberadaan dari Alkitab/Bibel .
Oleh karena dalam pendangan ummat Islam (kaum Muslimin), Alkitab/Bibel BUKAN FIRMAN ALLAH YANG DIWAHYUKAN, maka pertanyaan Eja Kalima :  Jadi bagaimana teman-teman Muslim dapat mengklaim bahwa Allah tidak membeda-bedakan ke semua Kitab Allah (lihat Qs. 2 : 136 )? ” TIDAK MENEMUKAN LANDASAN-NYA . Dan perlu diperhatikan, si Kriten Penyaji Apologi telah berdusta dengan menunjuk ayat Al Qur’an Qs. 2 : 136  untuk dasar perta-nyaannya tersebut, sebab ayat Qs. 2 : 136 berbicara mengenai sikap MEMBEDA-BEDAKAN ANTARA PARA NABI , BUKAN MEMBEDA-BEDAKAN KE SEMUA KITAB ALLAH. Jika Eja Kalima mencoba memberikan sanggahan atas tuduhan ini dengan berargumentasi , kitab-kitab Allah itu diwahyukan kepada Nabi-Nabi berarti bila dikatakan tidak membeda-bedakan para Nabi tentu juga ” tidak membeda-bedakan ke semua Kitab Allah ”, maka perlu diketahui, banyak nabi-nabi Israel itu tidak membawa kitab Allah tetapi melaksanakan kitab Musa. Oleh karena itu menghubungkan ” tidak membeda-bedakan nabi-nabi ” dengan ” tidak membeda-bedakan ke semua Kitab Allah ” adalah satu kengawuran !

APOLOGI  5 : PERBEDAAN  PEWAHYUAN ALKITAB  DAN  AL QUR’AN TENTANG  MANIFESTASI  PENERIMAAN  WAHYU

Si  Kristen Penyaji Apologi memberi pernyataan  :
(c). Manifestasi penerimaan   wahyu yang berbeda .
Hadis shahih menceritakan betapa Muhammad menerima wahyu yang ditandai dengan beban-beban fisik yang luar biasa berat seperti mendengar gemerincing bunyi lonceng / kadang-kadang unta yang sedang ditungganinya sampai terduduk karena menahan suatu berat ketika wahyu turun/ jantungnya beregup-degup dengan cepat /wajahnya menjadi merah/nafasnya sangat berat/bibirnya gemetar ketika dia terkapar di tanah/berkeringat banyak sekali, bercucuran seperti permata/kadang-kadang mendengkur seperti onta ( hadist Shahih Bukhari  jilid II ps.16 ; jilid III/17 ) tiba-tiba terjatuh atau terbaring ( HSB V/170 , VI/448 ) / minta diselimuti badannya / Saya jatuh ke tanah …. Dan berkata, “ Selimuti saya !   ( HSB III/17 ; IV /461. Kemudian Allah mengirimkan wahyunya : “ Wahai engkau yang terbungkus selimut ! “( HSB V/170 ). Juga dikisahkan : “ Dia jatuh tidak sadarkan diri di tanah dengan kedua mata (terbuka) menghadap ke langit. Ketika dia sadar, dia berkata : “ Kain sarung saya ! Kain sarung saya ! “ ( HSB IV / 447 , 448 , 468 , 481 ).

TANGGAPAN  :
Eja Kalima  mengungkapkan bagaimana keadaan Nabi Muhammad SAW  ketika menerima wahyu . Untuk ini , Eja Kalima merujuk kepada riwayat dari Hadist Shahih Bukhari . Lalu apa relevansi berat ringannya penerimaan wahyu bagi sebuah kebenaran ajaran yang dibawa seorang Nabi/Rasul Allah ? Jika kita ingin mendapatkan bagaimana kebenaran ajaran yang dibawa seorang Nabi/Rasul Allah , kajilah ajaran yang dibawa Nabi/Rasul Allah itu dengan segala akal fikiran, nalar logika dan hati nurani, bukan dengan menunjuk pada berat-ringannya cara penerimaan wahyu .
Lanjut pembicaraan ini, dalam berbicara mengenai cara penerimaan wahyu oleh Nabi Muhammad saw, sayangnya , Eja Kalima boleh dikatakan hanya menunjuk nomor hadist tanpa menyajikan secara lengkap isi hadist tersebut  kecuali menyebut keadaan-keadaan yang dikatakannya dialami Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu . Tapi apa benar keadaan-keadaan yang disebut-kannya berkenaan dengan Nabi Muhammad SAW ? Bisa jadi keadaan yang disebutkan Eja Kalima itu sebenarnya bukan ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW melainkan kepada orang lain seperti Abu Hurairah . Memang penganut Kristen jika merujuk sumber Islam sebagai dalil bagi apologinya hanya sekedar menunjuk nomor ayat Al Qur’an dan Hadist tanpa mengutip isi ayat Al Qur’an dan Hadist tersebut , yang kemudian jika disimak ternyata ayat Al Qur’an dan Hadist yang ditunjuknya itu tidak sesuai dengan pokok yang dibicarakan . Ini merupakan tindakan PENGELABUAN DAN PENIPUAN . Oleh karena itu , diperingatkan kepada ummat Islam ( kaum Muslimin ), jika seorang Kristen menunjuk suatu ayat Al Qur’an atau Hadist sebagai dalil argumentasinya , jangan langsung percaya tapi carilah ayat Al Qur’an atau Hadist yang ditunjukknya itu , kemudian periksalah isinya apakah cocok dengan argumentasi yang diajukan orang Kristen tersebut .
Eja Kalima ini telah menunjuk nomor-nomor Hadist Shahih Bukhari tanpa menyajikan isi hadist itu secara lengkap . Penyebutan Nomor-nomor Hadist yang ditunjuknya  : ” hadist Shahih Bukhari  jilid II ps. 16 ; jilid III/17...... HSB V/170 , VI/448 ......... HSB III/17 ; IV /461..........-HSB V/170 HSB IV / 447 , 448 , 468 , 481 )membuat kita kesulitan mencari hadist tersebut . Bisa jadi edisi penerbitan Hadist Shahih Bukhari yang dipegang Eja Kalima – andaikata benar-benar memilikinya -  berbeda dengan yang dimiliki penulis sesuai dengan tahun terbitnya. Beberapa keadaan yang disebut Eja Kalima memang benar , yaitu  :
-    mendengar gemerincing bunyi lonceng ( hadist Shahih Bukhari  jilid II ps. 16 ; jilid III/17 )
-    kadang-kadang unta yang sedang ditungganinya sampai terduduk karena menahan suatu berat ketika wahyu turun ( hadist Shahih Bukhari  jilid II ps. 16 ; jilid III/17 )
-    jantungnya berdegup-degup dengan cepat ( hadist Shahih Bukhari  jilid II ps. 16 ; jilid III/17 )
-    wajahnya menjadi merah ( hadist Shahih Bukhari  jilid II ps. 16 ; jilid III/17 )
-    nafasnya sangat berat ( hadist Shahih Bukhari  jilid II ps. 16 ; jilid III/17 )
-    berkeringat banyak sekali, bercucuran seperti permata ( hadist Shahih Bukhari jilid II ps.16 ; jilid III/17 )
-    minta diselimuti badannya ( HSB III/17 ; IV /461 .  HSB V/170 ).)
Tetapi beberapa keadaan Nabi Muhammad SAW ketika menerima wahyu yang dikemukakan Eja Kalima merupakan KEDUSTAAN DAN KEBOHONGAN YANG LUAR BIASA . Keadaan-keadaan dimaksud adalah :
-     bibirnya gemetar ketika dia terkapar di tanah (hadist Shahih Bukhari  jilid II ps.16 ; jilid III/17 )
-     kadang-kadang mendengkur seperti onta ( hadist Shahih Bukhari  jilid II ps. 16 ; jilid III/17 )
-     Saya jatuh ke tanah …. Dan berkata, “ Selimuti saya !. Kemudian Allah mengirimkan wahyunya : “ Wahai engkau yang terbungkus selimut ! “ . ( HSB III/17 ; IV /461. HSB V/170 ).
-     Dia jatuh tidak sadarkan diri di tanah dengan kedua mata ( terbuka ) meng-hadap ke langit . Ketika dia sadar, dia berkata : “ Kain sarung saya ! Kain sarung saya ! “. (HSB IV / 447, 448 , 468 , 481 ).
Jika  memang  keadaan  Nabi  Muhammad  saw  ketika  menerima  wahyu adalah seperti yang
dikatakan Eja Kalima ini, lalu bagaimana sesungguhnya bunyi hadist-hadist itu secara lengkap ? Kutipan keadaan Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu dengan menunjuk sumber pada Hadist Shahih Bukhari bisa saja dilakukan dengan model yang disajikan Eja Kalima oleh siapa saja termasuk PARA PENYESAT dari kalangan Kristen ,  tetapi dengan model ” kutipan ” seperti mengindikasikan adanya sebuah manipulasi yang disengaja  atas Hadist yang ditunjuk . Gambaran KEBOHONGAN DAN KEDUSTAAN tentang keadaan nabi Muhammad SAW ketika menerima wahyu yang dikemukakan Eja Kalima tersebut, tentu tujuannya adalah MENCOBA MENGHINA NABI MUHAMMAD   SAW . Nyatalah , betapa Eja Kalima ini tidak lain adalah DAJJAL PENYESAT  karena menyajikan keadaan yang tidak benar tentang Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu Allah !  Tentu tidaklah tepat jika tidak ditunjukkan bukti kebohongan Eja Kalima ini  padahal apa yang dikatakannya merujuk kepada hadist shahih Bukhari .
Berikut dikutipkan bunyi hadist yang dirujuk Eja Kalima tersebut untuk keadaan Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu yang dikemukakan penuh KEBOHONGAN oleh Eja Kalima .
a.      Hadist Shahih Bukhari yang menggambarkan bagaimana cara wahyu turun kepada Nabi Muhammad SAW seperti bunyi lonceng dan keadaan diri beliau yang berpeluh sebagaimana yang dikatakan Eja Kalima : ” ........ seperti mendengar gemerincing bunyi lonceng ... berkeringat banyak sekali .. ” , bunyinya demikian  :
Dari Aisyah Ummul Mu’minin ra bahwa Al Harits bin Hisyam ra bertanya: ” Wahai Rasulullah, bagaimana catanya wahyu datang jkepadamu ? ”. Rasulullah saw menjawab : ” Kadang-kadang wahyu itu datang kepadamu seperti bunyi lonceng , itulah yang paling berat bagiku. Setelah bunyi itu berhenti, akupun memahami , apa yang dikatakan. Ada kalanya malaikat menampakkan diri kepadaku dalam bentuk seorang laki-laki lalu berbicara kepadaku , maka aku memahami apa yang diucapkan ”.
Aisyah ra berkata : ” Aku pernah melihat beliau ketika wahyu turun kepadanya di suatu hati yang sangat dingin, yang mana setelah wahyu itu selesai turun, kelihatan  dahi beliau bersimbah peluh ”.
Hadist ini terdapat dalam Shahih Bukhari , jilid I pada Kitab ” BA’DIL WAHYI ” pasal 1 no.2 .  Tetapi menurut Eja Kalima , hadist shahih Bukhari tentang cara turunnya wahyu dan keadaan Nabi Muhammad saw yang berpeluh usai penerimaan wahyu terdapat dalam Shahih Bukhari jilid II pasal 16 atau jilid III pas. 17.  Eja Kalima tidak menyebut dalam kitab apa dalam Shahih Bukhari terdapat hadist yang menyatakan cara turunnya wahyu dan keadaan Nabi Muhammad saw yang berpeluh usai penerimaan wahyu tersebut . Ternyata penunjukkan nomor Hadist  ( hadist Shahih Bukhari  jilid II ps. 16 ; jilid III/17 )  ” oleh Eja Kalima tidak sesuai dengan keberadaan hadist ini dalam kitab Shahih Bukhari . Mungkin kitab Shahih Bukhari yang dimiliki Eja Kalima adalah edisi terbitan yang berbeda ? . Jika demikian halnya sebaiknya Eja Kalima menyajikan isi hadist tersebut secara lengkap , jangan hanya main tunjuk ayat saja .
b.      Hadist yang dikatakan Eja Kalima sebagai Hadist Shahih Bukhari jilid II ps. 16 ; jilid III/17 yang menggambarkan keadaan Nabi Muhammad saw  : ” berkeringat banyak sekali, bercucuran seperti permata ” terkait dengan turunnya ayat An Nuur 11 yang membersihkan Aisyah dari tuduhan perseling-kuhan yang disebarkan kaum munafik dalam peristiwa yang terkenal dengan nama HADISTUL IFKI. Hadist tersebut bunyinya demikian :
...sungguh Rasulullah saw tidak ingin beranjak dari tempat duduknya dan tidak seorangpun dari anggota keluarga yang keluar , sampai turun wahyu kepadanya (pada saat itu dan kami teriam ). Beliau ditimpa apa yang menimpanya berupa demam hingga keringat bercucuran darinya seperti butir mutiara , padahal hari itu adalah musim dingin , namun karena beratnya firman Allah yang diturunkan kepadanya .
Hadist Shahih Bukhari ini dalam ” Mukhtashar Shahih Al Imam Bukhari ” jilid 4 hal.  dari Muhammad Nashiiruddin Al Bani.  Riwayat lainnya dikutip dari Sirah Nubuwah Ibnu Hisyam jilid II hal. 267, sebagai berikut :
Aisyah ra berkata : Rasulullah saw belum beranjak dari tempat duduknya , TIBA-TIBA BELIAU PINGSAN. Lalu beliau diselimuti dengan pakaiannya dan bantal dari kulit, diletakkan di bawah kepalanya. Ketika aku melihat hal tersebut , demi Allah , aku tidak takut dan tidak mengubrisnya karena aku tahu bahwa aku suci bersih dan Allah tidak akan mendzalimiku . Sedang kedua orang tuaku, demi jiwa Aisyah yang berada di tangan-Nya, keduanya tidak senang dengan apa yang terjadi pada Rasulullah SAW hingga aku berkeyakainan bahwa nyawa keduanya pasti keluar dari badan keduanya karena takut datang sesuatu dari Allah yang membenarkan apa yang dikatakan manusia. Kemudian kedua orang tuaku senang dengan kieadaan Rasulullah SAW karena beliau duduk kembali dan KERINGAT MENGUCUR DARI BADAN BELIAU SEPERTI BIJI INTAN BERLIAN DI MUSIM HUJAN. Beliau mengusap keringat dari keningnya kemudian bersabda : ” Bergem-biralah engkau hai Aisyah karena Allah telah menurunkan ayat tentang kesucian dirimu ”. ...................................
Sulit menemukan hadist dimaksud seperti yang ditunjuk Eja Kalima dengan petunjuk Cuma  : ”  jilid II ps. 16 ; jilid III/17  ”. Bisa jadi edisi terbitan Kitab Shahih Bukhari berbeda. Oleh karena itu, jangan hanya main tunjuk hadist tanpa mengutipnya secara lengkap minimal untuk alinea yang terkait. Tapi dapat dipastikan bahwa hadist dimaksud sama dengan yang tersajikan dalam riwayat yang dikutipkan.
c.   Hadist yang ditunjuk Eja Kalima yang menggambarkan keadaan Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu : ”  kadang-kadang mendengkur seperti onta  ” yang katanya tercantum dalam ” hadist Shahih Bukhari jilid II ps.16 ; jilid III/17 ” sulit dilacak. Jika Eja Kalima menyebut nomor hadist , tentu akan cepat diketahui. Oleh karena itu, sementara kita meragukan pernyataan Eja Kalima tentang keadaan Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu : ”  kadang-kadang mendengkur seperti onta  ” tersebut , dan diduga pernyataannya tersebut sebagai satu bentuk ejekan dan penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw  untuk memuaskan hawa nafsu kebenciannya terhadap Islam . Ada hadist dalam Shahih Bukhari yang menyebut Nabi Muhammad saw mendengkur ketika sedang menerima wahyu tetapi sama sekali tidak menyebut ”  kadang-kadang mendengkur seperti onta  ” seperti yang dikatakan Eja Kalima. Hadist Shahih Bukhari dimaksud terdapat dalam Terjemahan Hadist Shahih Bukhari yang diterbitkan Gita Media  sebagai berikut  :
Diterima dari Abu Ya’la ra, katanya ia pernah mengatakan kepada Umar, ” Ceritakan kepada saya keadaan Nabi saw ketika wahyu turun kepada beliau ”. Kata Umar, ” Pada suatu waktu ketika Nabi saw dan para sahabat berada di Ji’ranah, datang seorang laki-laki kepada beliau dan berkata: ’ Hai Rasulullah ! Bagaimana pendapat Tuan tentang orrang yang ihram untuk umrah padahal dia memakai harum-haruman ?’. Nabi dia seketika dan ketika itu wahyu turun. Umar memberi isyarat kepada kepada Ya’la, lalu ia datang mendekat. Lalu Rasulullah saw diselubungi dengan kain dan memasukkan kepalanya ke dalam selubung itu. Kelihatan muka Rasulullah saw merah dan beliau seperti mendengkur. Setelah wahyu selesai  turun beliau bersabda ’ Mana orang yang bertanya tentang Umrah ? ’. Laki-laki yang bertanya tadi dihadapkan kepada Nabi saw. Sabd beliau ’ ” bersihkan harum-harumanmu itu sampai tiga kali dan bukalah bajumu dan kerjakanlah umrah sebagamana mengerjakan haji .
Menurut hadist ini, keadaan Rasulullah saw ketika menerima wahyu yaitu muka beliau memerah dan seperti mendengkur. Tidak disebut sama sekali : ” ........ mendengkur seperti onta  ” seperti yang dikatakan Eja Kalima . Jika pernyataan Eja Kalima tersebut didasarkan pada hadist tersebut, tampak sekali kebohongannya dan terlihat sekali nafsu kebenciannya terhadap Islam dan Nabi Muhammad saw sehingga dia menyamakan keadaan Nabi Muhammad saw seperti unta. Jika tujuan pernyataannya hendak menghina Nabi Muhammad saw maka tidak lain kita do’akan semoga LAKNAT ALLAH TURUN ATASNYA – LA’NATULLAH ’ALAL KAFIRUN.  Mungkin ada hadist lain , tetapi hadist yang menyebut Rasulullah saw mendengkur ” seperti unta  belum kita temukan. Dan hadist di atas menjadi dasar bagi Eja Kalima untuk menyebut keadaan Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu :  wajahnya menjadi merah           ( hadist Shahih Bukhari  jilid II ps. 16 ; jilid III/17 ) ”. Dan memang demikianlah salah satu keadaan Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu dan keadaan itu bukanlah sesuatu bukti yang hendak dipakai menunjukkan ketidak-benaran Nabi Muhammad saw.         
d.     Hadist yang dikatakan Eja Kalima berisi potongan-potongan kalimat : ”  Saya jatuh ke tanah …. Dan berkata , “ Selimuti saya ! ( HSB III/17 ;    IV /461 )  . Kemudian Allah mengirimkan wahyunya : “ Wahai engkau yang terbungkus selimut ! “( HSB V/170 )  ” juga sulit ditemukan berdasarkan petunjuk nomor hadist yang disebutkan. Tapi jika dilihat rangkaian kalimat yang dikutip Eja Kalima ini , terlihat sekali bentuk tipu daya yang dilakukannya . Terlihat , rangkaian kalimat ” hadist ” yang dikutip Eja Kalima dalam potongan-potongan kalimat tersebut , dihimpun dari tiga sumber yaitu ” HSB III/17 ” untuk potongan kalimat ” Saya jatuh ke tanah ”, ” HSB IV /461 ” untuk petilan kalimat  Dan berkata ,  “ Selimuti saya ! ” dan  HSB V/170     untuk potongan kalimat ” Kemudian Allah mengirimkan wahyunya : “ Wahai engkau yang terbungkus selimut ! “..... ”. Tetapi bagaimana lengkap bunyi masing-masing hadist yang ditunjuknya tersebut secara lengkap supaya bisa diketahui maksud masing-masing hadist , tidak disajikan sama sekali . Tentu untuk mendapat kebenaran , kita bertanya , dalam hubungan peristiwa yang bagaimana sehingga ada potongan kalimat ” Saya jatuh ke tanah  ”. Begitu pula dengan potongan kalimat ” Dan berkata , “ Selimuti saya !  ” dan  Kemudian Allah mengirimkan wahyunya :   “ Wahai engkau yang terbungkus selimut ! “.....”. Ini merupakan salah satu manipulasi dan tipu daya yang dilakukan Eja Kalima .
Oleh karena sulit menemukan posisi hadist dengan potongan-potongan kalimat tersebut dalam kitab Shahih Bukhari , berikut disajikan menurut redaksi kitab Shahih Muslim untuk kutipan yang berkaitan dengan potongan kalimat  Dan berkata ,  “ Selimuti saya !   ” dari hadist yang cukup panjang  ( Hadist no.132  jilid I hal. 77-79 ) :
Setelah itu Rasulullah saw kembali pulang , membawa ayat-ayat dan pengalaman yang baru dialaminya itu dengan tubuh menggigil gemetaran. Sampai di rumah Khadijah, beliau berkata : ” Selimuti aku , selimuti aku ! ”. Khadijah segera menyelimutinya sehingga hilang rasa keterkejutannya .
Atau hadist lain yang berkaitan dengan  masa terputusnya wahyu ” ( Hadist no.133  jilid I, hal.79-80 ) yang menyajikan kisah dari Nabi Muhammad saw sendiri :
Pada suatu ketika , sedang aku berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit . Karena itu kuangkat pandanganku ( ke arah suara tersebut ). Maka tampak olehku malaikat yang pernah datang kepadaku di Gua Hira, sedang duduk di kursi antara langit dan bumi, .............  ............... Dengan perasaan terkejut bercampur takut, aku segera pulang. Sesampai di rumah , aku berkata kepada Khadijah : ” Selimuti aku! Selimuti aku! ”. Khadijah pun segera menyelimutiku. Sedang aku berselimut itu, Allah Tabaaraka wa Ta’ala menurunkan ayat : ” Hai , orang yang berselimut ! Bangunlah dan berikan peringatan ! Dan Tuhan engkau , agungkanlah ( sucikanlah ) ! Dan perbuatan dosa jauhilah ! 
Dilihat  dari  potongan - potongan  kalimat  hadist  yang  disajikan  Eja Kalima , rupanya hadist yang kedua inilah yang dimaksudkannya bukan hadist yang pertama . Oleh karena itu , berangkat dari hadist yang kedua ini kita bisa membuktikan kedustaan Eja Kalima yaitu :
-       Eja Kalima mengatakan : ” Hadis shahih menceritakan betapa Muhammad menerima wahyu yang ditandai dengan beban-beban fisik yang luar biasa berat seperti ..............” . Saya jatuh ke tanah …. ...... Dan berkata , “ Selimuti saya ! ( HSB III/17 ; IV /461 . Kemudian Allah mengirimkan wahyunya :Wahai engkau yang terbungkus selimut ! “( HSB V/170 ). Artinya keadaan yang disebutkan ini menurut Eja Kalima terjadi ketika Nabi Muhammad saw menerima wahyu . Padahal berdasakan hadist yang dikemukakan di atas , keadaan yang dialami Nabi Muhammad saw tersebut , bukan karena tengah menerima wahyu melainkan karena melihat malaikat Jibril yang sebelumnya pernah mendatanginya di Gua Hira .
-       Keadaan lain yang dikatakan Eja Kalima, yaitu Nabi Muhammad saw  : ” Jatuh ke tanah  padahal dalam hadist tersebut di atas , sama sekali tidak menceritakan , Nabi Muhammad saw terjatuh di tanah . Apalagi hadist tersebut tidak menceritakan keadaan Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu melainkan ketilka melihat malaikat Jibril
Terlihat betapa dustanya Eja Kalima tentang keadaan Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu .
e.      Hadist yang dikatakan Eja Kalima : ” Dia jatuh tidak  sadarkan  diri  di  tanah  dengan  kedua mata ( terbuka ) menghadap ke langit . Ketika dia sadar , dia berkata : “ Kain sarung saya ! Kain sarung saya ! “. ( HSB IV / 447, 448, 468 , 481 ) dalam terjemahan Hadist Shahih Bukhari oleh  GITAMEDIA PRESS , Surabaya terdapat pada halaman 361 , hadist no. 821 , yang bunyinya sebagai berikut :
Diterima dari Jabir bin Abdullah ra , katanya , ” Ketika Ka’bah sedang diperbaiki ( yaitu sebelum masa kerasulan), Nabi saw turut mengangkat batu bersama-sama dengan Abbas. Kata Abbas , ’ Ikatkanlah sarung Tuan di kuduk Tuan ! ”. Sementara itu Nabi saw terjatuh dengan matanya terbelalak. Kata Nabi, ’ Sarungku, sarungku kemari ’. Lalu beliau mengikatkannya kembali ”.
Setelah kita membaca kutipan lengkap hadist ini , tahulah kita  bahwa bentuk kutipan yang disajikan Eja Kalima itu merupakan potongan sebuah hadist. Tidak apa-apa. Hanya menjadi pertanyaan,  benarkah Nabi Muhammad saw mengalami keadaan demikian ketika menerima wahyu ? Menurut Eja Kalima, ya ! Jelas ini merupakan satu kebohongan yang biasa dikemukakan murid-murid Dajjal Penyesat , sebab hadist tersebut meriwayatkan keadaan Nabi Muhammad saw ketika masih anak-anak , pada waktu ikut membantu memperbaiki Ka’bah , bukan keadaan ketika menerima wahyu . Lalu bagaimana Eja Kalima bisa menyatakannya sebagai keadaan Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu. Sangat jelas keduistaannya , yang memang sengaja dilakukannya dengan tujuan hendak menghina Nabi Muhammad saw. Jika benar yang mengalami keadaan yang demikian adalah Nabi Muhammad saw  ketika menerima wahyu , menjadi pertanyaan wahyu apa yang telah diterima Nabi Muhammad saw  sehingga berkeadaan seperti itu ?  Jika si Kristen tidak bisa menjawab pertanyaan itu , berarti Eja Kalima semakin menunjukkanKEBOHONGAN  pernyataannya .  
Masih ada lagi hadist Shahih Bukhari yang menggambarkan keadaan penerimaan wahyu oleh Nabi Muhammad saw  yaitu hadist No.1258  ( lihat Mukhtasar Shahih Bukhari oleh Nashiruddin Albani , jilid 3 hal. 490 )  yaitu :
Dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi bahwa ia berkata : ”  Aku melihat Marwan bin Al Hakam sedang duduk di masjid lalu aku menghadap sehingga duduk mengarah ke sisi badannya. Lalu ia mengabarkan kepada kami bahwa Zaid bin Tsabit megabarkan kepadanya bahwa Rasulullah SAW mendiktekan ayat kepadanya : Tidaklah sama orang yang duduk dari kaum mu’min dengan orang-orang  yang berjihad pada jalan Allah  ”.
Perawi berkata : ” Maka Ibnu Ummi Maktum datang kepada beliau padahal beliau sedang membacakannya kepadaku , lalu ia berkata : ’ Wahai Rasulullah , sendainya aku dapat berjihad niscaya aku akan berjihad ’. Sedangkan ia oranmg yang buta , MAKA ALLAH MENURUNKAN KEPADA RASUL-NYA DI MANA PAHA BELIAU DI ATAS PAHAKU . PAHA ITU TERASA BERAT OLEHKU SEHINGGA AKU KHAWATIR PAHAKU RETAK. KEMUDIAN KESUSAHAN BELIAU HILANG. Maka Allah ’Azza wa Jalla menurunkan ayat yang artinya : ’ Selain orang-orang yang berudzur ’.
Demikian riwayat-riwayat yang shahih berkenaan dengan penerimaan wahyu oleh Nabi Muhammad saw dan keadaan beliau jasmani dan rohani ketika menerima wahyu tersebut.

APOLOGI 6 :     PERBEDAAN PEWAHYUAN ALKITAB DAN AL QUR’AN TENTANG MANIFESTASI PENERIMAAN  WAHYU  (  lanjutan Apologi 5 ).

Eja Kalima berkata :
Bagaimana kita harus membandingkan pengalaman berat Muhammad dalam menerima wahyu dari sosok Jibril, dibandingkan dengan nabi & Rasul dari Alkitab yang justru tidak pernah berbeban dan berkelakuan demikian ketika Allah ( atau sesekali Gabriel ) berbicara dengan mereka, melainkan damai-damai saja ? Apakah karena Quran “ wahyu terakhir “ maka dikenakan beban yang paling berat bagi penerimanya ?  Dan yang lebih penting lagi, perlukah komunikasi wahyu mengharuskan beban demikian berat jikalau dulunya juga tidak pernah dibebankan kepada nabi-nabi sebelumnya ?

TANGGAPAN  :
Apa urusan Eja Kalima untuk mempermasalhkan berat ringannya penerimaan wahyu yang dialami Nabi Muhammad saw ?  Apakah dalam urusan ” berat –ringan ” tersebut Eja Kalima hendak membuktikan kebenaran dogma Kristen yang menymebah tiga tuhan ( Trinitas ) duplikasi kepercayaan kafir kuno Eropah tersebut ? Pernyataan yang disajikan Eja Kalima tidak bermanfaat sama sekali.
Bagaimanakah Eja Kalima bisa mengetahui, nabi & Rasul dari Alkitab tidak pernah berbeban dan berkelakuan seperti Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu dari Allah padahal mereka nabi & Rasul dari Alkitab tersebut tidak menerima kitab Allah kecuali Nabi Musa as, Nabi Daud as dan Nabi Isa Al Masih as. ? Kemudian Nabi Daud dan Nabi Isa Al Masih  memang menerima kitab Allah tetapi wahyu yang diterima tidak memiliki beban syariat sebagaimana halnya yang diterima Nabi Musa as dan Nabi Muhammad saw  sehingga jelas keduanya berbeda dalam beban penerimaan wahyu syariat dan karenanya tidak diharapkan mengalami proses yang berat ketika menerima wahyu dari malaikat Jibril. Selanjutnya bagaimanakah Eja Kalima mengetahui bahwa nabi Musa as tidak pernah berbeban dan berkelakuan seperti Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu dari Allah ?  Apakah karena tidak diceritakan oleh pengarang Alkitab/Bibel ?  Adakah orang-orang Bani Israil menyaksikan keadaan Nabi Musa as ketika menerima wahyu ?. Baca Alkitab/Bibel ternyata tidak ada satu ayatpun yang bercerita tentang keadaan Nabi Musa as ketika menerima wahyu syariat . Ini berarti tidak yang melihat keadaan Nabi Musa as ketika menerima wahyu syariat . Karena itu wajarlah jika pengarang Alkitab/Bibel tidak menceritakannya . Tapi itu bukanlah dalil untuk menyatakan Nabi Musa as tidak mengalami keadaan yang sama seperti yang dialami Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu. Oleh karena itu betapa tidak berdasarnya pernyataan Eja Kalima : ” ..... nabi & Rasul dari Alkitab  yang justru tidak pernah berbeban dan berkelakuan demikian ketika Allah ( atau sesekali Gabriel ) berbicara dengan mereka ......”. Nabi Muhammad saw selaku NABI AKHIR ZAMAN , pembawa wahyu terakhir , tentu memiliki beban penerimaan wahyu yang lebih berat dari nabi/Rasul Allah yang mana saja dan beratnya beban tersebut tergambar dalam keadaan yang dialami Nabi Muhammad SAW , tetapi bukan dalam keadaan yang disebut SECARA DUSTA DAN PENUH KEBOHONGAN oleh Eja Kalima :  bibirnya gemetar ketika dia terkapar di tanah - kadang-kadang men-dengkur seperti onta -  Saya jatuh ke tanah … Dan berkata, “ Selimuti saya !. Kemudian Allah mengirimkan wahyunya : “ Wahai engkau yang terbungkus  selimut ! “-  Dia jatuh tidak sadarkan diri di tanah dengan kedua mata ( terbuka ) menghadap ke langit . Ketika dia sadar , dia berkata : “ Kain sarung saya ! Kain sarung saya ! “ . Keadaan yang disebutkan ini merupakan khayalan Eja Kalima , bukan menurut hadist. Dengan khayalannya, Eja Kalima memanipulasi proses dan keadaan Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu, padahal menurut hadist, tidak seperti yang dikatakan Eja Kalima . Hadist tersebut tidak bisa dimanipulasi oleh siapapun . 

P E N U T U P 

Terlihat betapa Eja Kalima  mendemonstrasikan kebohongan dengan memberi pernyataan berkaitan dengan pewahyuan kepada Nabi Muhammad saw, yang katanya bersumber dari Hadist Shahih Bukhari. Sebuah cara yang penuh kebiadaban karena tujuannya sangat jelas yaitu bukan mencari kebenaran melainkan bertujuan menghina Islam, Al Qur’an dan Nabi Muhammad saw , dengan memanipulasi hadist-hadist. Mari, silakan lakukan kajian secara jujur atas ayat-ayat Al Qur’an dan riwayat-riwayat Hadist, bukan dengan memanipulasinya agar membenarkan dogma Kristen yang sebenarnya adalah duplikasi kepercayaan kafir kuno Eropa.
Menutup jamuan ” Salah Paham 7 ” ini, Eja Kalima berkata :   KESIMPULAN : Melihat cara-cara dan kriteria pewahyuan yang begitu berbeda bagi Quran dan Alkitab maka dapat disimpulkan bahwa kedua Kitab Allah itu tidak datang dari sumber yang sama ”.
Pernyataan ” .... kedua Kitab Allah itu tidak datang dari sumber yang sama ”, perlu dibahas. Ada dua kemungkinan pemahaman yang diberikan untuk kalimat pernyataan tersebut. Kemungkinan pertama dalam pemahaman bahwa Tuhan yang menurunkan Al Qur’an berbeda dengan Tuhan yang menurunkan  Taurat, Zabur dan Injil  ( - oleh penganut Kristen diartikan sebagai BIBEL/ALKITAB, padahal Taurat, Zabur dan Injil tidak diketahui lagi jejaknya. Sedangkan BIBEL/ALKITAB adalah karangan manusia dengan memasukkan ajaran para    Nabi ). Dalam pemahaman demikian ini , berarti Eja Kalima memiliki pandangan bahwa memang secara esotoris ada dua Tuhan yang berbeda ; Tuhan yang satu menurunkan Al Qur’an dan Tuhan yang lain menurunkan Taurat, Zabur dan Injil . Pemahaman yang demikian sangatlah tidak masuk akal . Jika ada DUA TUHAN YANG BERBEDA, maka kedua TUHAN tersebut akan saling berperang memperebutkan KE- MAHA-ANNYA. Jelas, Tuhan yang menurunkan Al Qur’an sebagai wahyu terakhir adalah juga Tuhan yang menurunkan Taurat, Zabur dan Injil , juga wahyu-wahyu kenabian sebelumnya . TUHAN HANYA ADA SATU dan dari TUHAN YANG SATU inilah diturunkan wahyu-wahyu kepada para nabi untuk kebaikan manusia dalam rantai kenabian. Dalam pemahaman demikian, betapa tidak benarnya pernyataan Eja Kalima : ” .... kedua Kitab Allah itu tidak datang dari sumber yang sama ”. Kemungkinan pemahaman kedua yaitu dari orisinalitas kitab suci . Dalam pemahaman kedua ini maka perlu ditegaskan bahwa memang benar :  Al Qur’an, Taurat, Zabur dan Injil berasal dari Allah SWT, sedangkan Alkitab/Bibel berasal dari manusia antara lain bersumber dari Paulus. Jadi jelas sekali sumbernya berbeda. Dan menyebutkan Alkitab/Bibel sebagai        ” KITAB ALLAH ” merupakan satu kesalah-kaprahan yang parah. Ini yang perlu direnungkan Eja Kalima .



[1] ).  Marcion dalam mendukung ajarannya telah menyusun “ PERJANJIAN BARU    yang hanya terdiri dari INJIL LUKAS , KISAH RASUL-RASUL , dan semua surat-surat Paulus . Selebihnya dari itu , ditolak oleh Marcion .
[2] ) . Bart D. Ehrman , MISQUOTING JESUS , ( ed. Bhs. Indonesia , hal. 147 )
[3] ).  Bart D. Ehrman , idem , hal . 146-155
[4] ).  Dr.A.K.de Groot  , “ PENGAJARAN AGAMA Masehi “ hal.36
[5] ).  Tafsiran Injil Markus  “ halaman 198 ,
[6] ).  Karel A. Steenbrink ,
[7] ). Dr. Maurice Bucaille, Bibel, Qur’an Dan Sains Modern, ( terjemahan bhs. Indonesia oleh Prof.Dr.H.M.Rosyidi ) hal.

0 komentar:

Posting Komentar