INJIL BARNABAS DAN
TANGGAPAN ATASNYA
Ada yang aneh pada sikap penganut Kristen terhadap keberadaan INJIL
BARNABAS . Sikap mereka hanya menunjukkan kekacauan fikiran mereka . Mereka
menyodok ummat Islam atas sambutan ummat Islam terhadap Injil Barnabas , yang
sebenarnya juga tidak berlebih-lebihan kecuali sekedar kagum saja, karena tidak
bermakna apa-apa bagi penegakan akidah Islam. Tetapi di sisi lain penganut Kristen justru
mencoba mempengaruhi dan mengajak ummat
Islam untuk menolak INJIL BARNABAS dengan alasan bahwa beberapa hal yang
diungkapkan dalam INJIL BARNABAS - tetapi
sebenarnya tidak substantif – bertentangan dengan Al Qur’an . Ini
berperilaku ganda namanya dan
menunjukkan sikap tidak jujur. Mengajak ummat Islam menolak Injil Barnabas
karena ” bertentangan dengan ajaran Al
Qur’an ” padahal yang sebenarnya BERTENTANGAN DENGAN DOGMA KRISTEN ! Lebih
lucu lagi mengajak ummat Islam menolak Injil Barnabas dengan alasan karena ” bertentangan dengan ajaran Al Qur’an ”
padahal yang tercantum dalam PERJANJIAN BARU BANYAK YANG BERTENTANGAN dengan Al
Qur’an. Dan yang tidak lucu tetapi sangat
tidak bermoral, mengajak ummat Islam menolak Injil Barnabas dengan alasan
karena ” bertentangan dengan ajaran Al
Qur’an ” ketika di sisi lain justru menuduh ummat Islam yang mengarang
Injil Barnabas.
Penolakan atas INJIL BARNABAS yang
dilakukan penganut Kristen dengan tulisannya tersebut - dengan
mengabaikan kesamaan-kesamaan yang ada dan begitu banyak antara INJIL BARNABAS
dengan Injil-Injil Kanonik ( Matius, Markus , Lukas dan Yahya ) - karena INJIL
BARNABAS mengungkapkan hal-hal yang bertentangan sama sekali dengan ajaran dan
dogma gereja Kristen sekarang, dan di sisi lain menunjukkan kesamaan dengan ajaran Islam dan
Al Qur’an , sebagaimana yang telah disajikan yaitu :
1.
Penolakan
Yesus atas klaim orang atas dirinya sebagai TUHAN dan ANAK ALLAH.
2.
Pengakuan
Yesus bahwa dirinya bukan Messias yang dijanjikan dan dinanti-nantikan
kedatangannya oleh segala bangsa dan seluruh ummat manusia .
3.
Pengakuan
Yesus bahwa beliau adalah Nabi yang diutus hanya kepada Bani Israil.
4.
Pengakuan
Yesus bahwa anak Ibrahim yang terkait dengan peristiwa korban adalah Ismail,
bukan Ishak. Dan dari Ismail inilah , munculnya Messias yang dijanjikan itu dan Messias itu bernama MUHAMMAD .
5.
Pengakuan
Yesus bahwa Nabi Akhir Zaman adalah MUHAMMAD .
6.
Pengakuan
Yesus bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai Pemberi Safa’at di hari kiamat
7.
Pengakuan
Yesus bahwa dirinya akan dikhianati oleh salah seorang muridnya dan murid
inilah yang nanti ditangkap dan disalib , bukan dirinya . Tetapi orang
menyangka bahwa dirinyalah yang ditangkap dan disalib .
8.
Memuat cerita tentang penangkapan dan penyaliban atas
diri Yudas Iskariot , sedangkan Yesus sendiri diangkat ke langit , selamat dari
upaya pembunuhan yang direncanakan orang-orang Yahudi dan dilaksanakan oleh
pasukan Romawi .
Aspek-aspek inilah yang bertentangan dengan ajaran dan dogma Kristen yang
sangat pokok dan justru menunjukkan
kesamaan dengan ajaran Islam . Inilah sebenarnya yang menjadi alasan , mengapa penganut
Kristen menolak INJIL BARNABAS , sekalipun begitu banyak aspek lain yang
menunjukkan kesamaan INJIL BARNABAS dengan Injil-Injil Kanonik ( Matius, Markus , Lukas dan Yahya ).
Tidak diragukan lagi , INJIL BARNABAS bertentangan sepenuhnya dengan
kepercayaan dan dogma Kristen . Menangani perbedaan INJIL BARNABAS dengan
kepercayaan dan dogma Kristen , itu menjadi urusan penganut Kristen sendiri . Penganut Kristen pasti menolak Injil Barnabas dengan berbagai argumentasi yang bisa diberikan. Salah seorang di antaranya adalah Iskander Jadeed.
Iskander Jadeed , mantan Muslim Pakistan dan murtad masuk Kristen telah
menulis sebuah buku kecil berukuran saku dengan judul “
INJIL BARNABAS , SUATU KESAKSIAN PALSU “ dalam versi terjemahan bahasa
Indonesia [1]
) . Tujuannya , memberikan penilaian atas INJIL BARNABAS , yang menurutnya
adalah satu kesaksian palsu . Hanya menjadi pertanyaan , kesaksian palsu tentang
apa ? Sebagaimana yang telah disajikan
dalam Bagian 6 , jika kita menyimak isi ajaran Yesus yang tertulis dalam INJIL
BARNABAS , baik dalam bentuk cerita perumpamaan , ajaran-ajaran moral atau
hal-hal yang berkenaan dengan Yesus sendiri , justru lebih banyak kesamaannya
dengan yang tercantum dalam Injil-Injil Kanonik ( Matius , Markus , Lukas dan Yahya ). Perbedaannya
hanya pada satu hal yaitu kesesuaian ajaran yang terkandung dalam INJIL
BARNABAS dengan AL QUR’AN , berkenaan dengan NABI MUHAMMAD sebagai MENAHEM (
NABI AKHIR ZAMAN ), tidak tersalibnya Yesus, penolakan Ke-Anak-an Allah dan
semacamnya. Dan perbedaan inilah yang menjadi dasar penolakan penganut Kirsten
terhadap INJIL BARNABAS , bukan pada hal-hal yang lain. Tetapi penganut Kristen
pintar berlihai. Mereka menyajikan alasan-alasan lain dan tidak menyinggung
masalah dasar sebagai dasar penolakan mereka , seperti ketidak sesuaian
geografis, ketidak-cocokan masa pemerintahan Pontious Pilatus , tidak sakitnya
Maryam ketika melahirkan Yesus dan lainnya.
1. Iskander
Jadeed , berkata : “ Dalam banyak hal , kitab ini disamakan
dengan bentuk Al Qur’an yang ditulis
oleh Museilma si pendusta (
yi. Mussailamah Al Kadzdzab , ZA ) atau yang dikarang oleh Al Fadhl bin
Rabi’ “.
Iskander Jadeed telah membandingkan hubungan antara “ BIBEL ( Injil-Injil
Kanonik ) dengan INJIL BARNABAS ) “ dengan
hubungan antara “ Al Qur’an
dengan Karya Mussailamah Al
Kadzdzab /Karya Al Fadl bin Rabi “.
Fakta yang kita hadapi : sebagai sebuah kitab , INJIL BARNABAS benar-benar
ada dengan segala ajaran yang
dinisbatkan kepada Yesus di dalamnya , terlepas dari tidak diterimanya oleh
penganut Kristen yang traumatic. Kebenaran INJIL BARNABAS tidak ditentukan oleh
diterima tidaknya oleh penganut Kristen. Dan bertitik tolak dari bandingan
Iskander Jadeed , INJIL BARNABAS boleh ditempatkan dalam “ kesejajaran “ dengan BIBEL. Jika pernyataan Iskander Jadeed yang
membandingkan “ BIBEL ( Injil-Injil Kanonik) dengan INJIL BARNABAS )“ dengan
hubungan antara Al Qur’an dengan ” Al Qur’an Karya
Mussailamah Al Kadzdzab /Karya Al Fadl bin Rabi “ adalah pernyataan yang
benar dan sungguh-sungguh berdasarkan fakta , bukan sebuah khayalan akibat
traumatik terhadap INJIL BARNABAS , maka Iskander Jadeed harus bisa menunjukkan
keberadaan “ Al Qur’an karangan Mussailamah Al Kadzdzab “ dan “ Al Qur’an karangan Al Fadl bin Rabi “ sebagai sebuah kitab untuk diperbandingkan
dengan Al Qur’an , seperti halnya membandingkan INJIL BARNABAS yang memang ada dengan
Injil-Injil Kanonik . Dan juga sangat penting untuk dilakukan Iskander Jadeed
yaitu : harus bisa menyajikan isi ajaran
yang terkandung dalam kedua “ Al Qur’an karya
manusia “ itu kemudian membandingkannya dengan isi ajaran yang
terkandung dalam KITAB SUCI AL QUR’AN agar pernyataan bandingannya : ” Dalam
banyak hal , kitab ini disamakan dengan bentuk Al Qur’an yang ditulis oleh Museilma si pendusta ( yi. Mussailamah Al Kadzdzab , ZA ) atau yang dikarang oleh Al Fadhl bin Rabi’ ” benar-benar
bermakna . Dalam banyak hal yang bagaimana saja ? Jika Iskander Jadeed tidak mampu menyajikannya berarti pernyataan
Iskander Jadeed tidak lebih kicauan sebuah khayalan kosong akibat ketakutan
terhadap INJIL BARNABAS . Sekali lagi , bandingan yang diberikan Iskander
Jadeed baru benar jika memang benar ada
“Al Qur’an karangan Mussailamah Al Kadzdzab“ dan ada “ Al Qur’an karangan Al Fadl bin Rabi “ untuk
disejajarkan dengan KITAB SUCI AL QUR’AN . Tapi dapat diyakinkan bahwa Iskander
Jadeed tidak akan mampu melakukannya karena apa yang disebutnya dengan “ Al Qur’an “ karya Mussailamah Al Kadzdzab dan
karya Al Fadl bin Rabi sebenarnya tidak
pernah ada . Cuma yang ada ialah
Mussailamah Al Kadzdzab dan Al Fadl
bin Rabi mencoba membuat ayat-ayat yang
menandingi ayat -ayat Al Qur’an , tetapi ternyata tidak mampu melakukannya. Tidak pernah mereka
menyusun sebuah
kitab. Jika ada tentu ” Al Qur’an ” yang mereka karang masih ada sampai
sekarang. Mussailamah Al Kadzdzab
memang mengaku bahwa ia punya “ Al Qur’an “ yang diturunkan dari
langit yang dibawa malaikat bernama
RAHMAN . Tetapi sebagai yang benar-benar
sebuah kitab , tidak pernah ada kecuali ocehan-ocehan dan ucapan-ucapannya yang
mencoba menandingi ayat-ayat Al Qur’an . Terbukti ocehan-ocehan itu menunjukkan
kedustaannya. Dalam hal ini, Iskander Jadeed dengan pernyataannya tersebut telah
melakukan kebohongan untuk menipu dan mengelabui para pembaca bukunya, baik dari kalangan
penganut Kristen ataupun dari kalangan ummat Islam yang hendak dipengaruhinya
supaya menolak INJIL BARNABAS .
2. Iskander Jadeed berucap : “ Mereka
yang menerimanya adalah suatu sekte Muslim . Mereka berbuat demikian dengan
alasan yang sangat sederhana karena bagian-bagian kitab itu menyokong
pernyataan bahwa Yesus Kristus tidak disalibkan, tapi kemiripannya jatuh pada
Yudas yang disalibkan menggantikan dia “ .
Kitab bertanya , sekte Muslim manakah yang menerima INJIL BARNABAS dan
diterima untuk apa ? Apakah dijadikan sebagai kitab suci , padahal bagi ummat
Islam satu-satunya kitab suci agama Islam adalah Al Qur’an ? Kalau diterima
hanya untuk “ menyokong pernyataan bahwa
Yesus Kristus tidak disalibkan, tapi kemiripannya jatuh pada Yudas yang
disalibkan menggantikan dia “ maka
hendaknya disadari oleh Iskander Jadeed
, begitu pula penganut Kristen lainnya
bahwa Yesus tidak disalib melainkan yang disalib adalah orang lain ( Yudas Iskariot ) dapat diperoleh dari kajian
kritis atas kalimat ayat dalam Bibel ( yi.Injil-Injil Kanonik ) tidak
semata-mata dari INJIL BARNABAS . Karena itu ummat Islam tidak membutuhkan Injil Barnabas untuk
berpolemik dengan penganut Kristen, kecuali disajikan dalam kajian-kajian
perbandingan. Bagaimana mungkin menggunakan Injil yang ditolak dan tidak diakui
penganut Kristen sebagai dalil argumentasi dalam dialog agama ?
Temuan arkeologi di Mesir tahun 1947 yang terkenal dengan Naskah NAJ’
HAMMADI , didapatkan berbagai Injil yang dinyatakan apokrif oleh gereja seperti
Injil Peterus , justru menyatakan Yesus tidak disalib melainkan yang disalib
itu orang lain . Tampak sekali pernyataan Iskander Jadeed ini penuh dengan
khayalan dan kebohongan lantaran trauma kepada INJIL BARNABAS . Alangkah
bagusnya jika Iskander Jadeed membuat tulisan yang menyanggah Naskah Naj’
Hammadi tersebut . Begitu pula kajian dan analisis terhadap Injil Kanonik
sendiri menunjukkan Yesus tidak disalib melainkan yang disalib adalah Yudas .
Dalam pernyataan Iskander Jadeed di atas dikatakan : “ Mereka yang menerimanya adalah
suatu sekte Muslim “ Untuk dimaklumi, Dr.Robert A . Morey justru berkata : “ suatu buku yang isinya
memuat pengajaran yang tidak benar dari
sebuah sekte Kristen “ . Kita tidak tahu, siapa yang menjadi
pendusta antara Iskander Jadeed dengan Dr.Robert A. Morey tentang sekte agama yang menerima Injil
Barnabas. Mungkin apologi akan dimunculkan oleh pihak Kristen bahwa Injil
Barnabas merupakan ajaran sebuah sekte Kristen tetapi diterima oleh sekte
Muslim . Jika demikian , jangan ummat Islam yang dituduh sebagai pengarang
Injil Barnabas !
1.
Iskander
Jadeed berkata : “ Sarjana-sarjana yang meneliti
dengan cermat tentang pokok ini , secara bulat berpendapat bahwa buku ini yang
dikaitkan dengan Barnabas , tidak pernah
ada sebelum abad ke 15 . Hal ini muncul hampir 1500 tahun sesudah
kematian Barnabas “ .
Ternyata para ahli berbeda pendapat dalam beberapa aspek tentang INJIL
BARNABAS , dan memberikan kesimpulan dengan : “ mungkin “; “ diduga “; “ ada kemungkinan “; “ boleh jadi “; dan semacamnya . Hal ini telah ditunjukkan pada
bahasan sebelum ini . Lalu apanya yang cermat
dan apa yang bulat ? Apakah dapat
dikatakan cermat dan bulat untuk sama-sama menolak Injil Barnabas jika fakta
menunjukkan bahwa penolakan tersebut berada di bawah naungan kata-kata yang
menunjukkan ketidak-pastian : “ mungkin “ ; “ diduga “ ; “ ada kemungkinan “
; “ boleh jadi “ ; dan semacamnya itu
? . Bulat dan sepakat untuk menolak
INJIL BARNABAS memang benar , tetapi tidak ada alasan yang pasti untuk
penolakan tersebut , sehingga penolakan itu lebih tepat dinilai sebagai bentuk
trauma akibat pernyataan dalam INJIL BARNABAS yang bertentangan dengan ajaran
dan dogma Kristen padahal dogma Kristen
perlu dipertahankan menentang fakta sejarah .
Lalu dikatakan “ tidak pernah ada
sebelum abad ke 15 “ dan INJIL BARNABAS “ ini muncul hampir 1500 tahun sesudah kematian Barnabas “ memang
dapat dipahami karena disembu-nyikan oleh petinggi-petinggi gereja setelah
konsili Nicea tahun 325 M . Oleh karena itu pernyataan “ tidak pernah ada sebelum abad ke 15 “ dan “ ini
muncul hampir 1500 tahun sesudah kematian Barnabas “ harus dipahami bukan
baru ditulis atau dikarang sesudah abad ke -15 atau 1500 tahun sesudah kematian
Barnabas, melainkan dikarang pada awal abad-abad pertama pasca “ perginya “
Yesus, tetapi disembunyikan. Faktanya
nama “ INJIL BARNABAS“ selalu disebut-sebut dalam naskah-naskah
Kuna dan surat-surat Kepausan , yang
jauh lebih awal dari abad 15 .
2. Iskander
Jadeed berkata : “ Seandainya buku ini dapat
digunakan periode tersebut , maka sarjana-sarjana Muslim seperti Al Tabari , Al
Baidhawi dan Ibn Kathir tentunya tidak akan terpecah-pecah dalam pandangan
mereka tentang akhir kehidupan Kristus , dan tentang pengenalan akan seseorang
yang dikatakan telah disalibkan menggantikan dia “ .
Apakah yang dikatakan para ilmuwan Muslim
seperti seperti Al Tabari , Al Baidhawi
dan Ibn Katsier tentang akhir
kehidupan Kristus , dan tentang pengenalan akan seseorang yang dikatakan telah
disalibkan menggantikan dia “ sehingga Iskander Jadeed dengan penuh
keyakinan sampai-sampai menggunakan kata “ SEANDAINYA “ ketika berkata : “ seandainya ada INJIL BARNABAS , para ilmuwan Muslim
seperti seperti Al Tabari , Al Baidhawi
dan Ibn Kathir ini tidak akan terpecah-pecah….. “ ?. Kita memahami bahwa yang dimaksud
Iskander Jadeed dengan “ terpecah-pecah
dalam pandangan mereka tentang akhir kehidupan Kristus , dan tentang pengenalan
akan seseorang yang dikatakan telah disalibkan menggantikan dia “ ini tidak lain adalah perbedaan tafsir para
ilmuwan tersebut atas ayat Al Qur’an surah ayat An
Nisaa’ 157 bukan yang lainnya , yang terjemahannya dikutipkan berikut :
dan karena
ucapan mereka : " Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra
Maryam, Rasul Allah ", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak ( pula )
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa
bagi mereka . Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang ( pembunuhan
) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti
persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu
adalah Isa.
Lalu bagaimana tafsir ketiga ilmuwan kuno Muslim tersebut
atas ayat An Nisaa’ 157 ? Inilah yang seharusnya dijelaskan Iskander Jadeed. Tetapi
tidak dilakukan sama sekali . Iskander Jadeed cuma mengatakan “ seandainya
ada INJIL BARNABAS , para ilmuwan Muslim seperti seperti Al Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Kathir ini tidak akan
terpecah-pecah….. “. Dengan demikian
, bolehlah dikatakan Iskander Jadeed seorang pendusta dan menghalalkan segala cara demi
menolak Injil Barnabas. Satu hal pula yang tidak disadari Iskander Jadeed
dengan pernyataan tersebut, justru menunjukkan, para ulama Islam TIDAK MENGENAL
INJIL BARNABAS pada masa mereka, yang sedianya bisa dijadikan dasar dalam
dialog dengan penganut Kristen pada masa itu. Tetapi jangan dijadikan dalil
bahwa INJIL BARNABAS BARU ADA SESUDAH MEREKA , karena tidak benar bila
ditetapkan bahwa ”TIDAK DIKETAHUI ” –nya Injil Barnabas pada masa Al Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Kathir adalah
bukti ” BELUM ADA ”-nya Injil Barnabas pada masa mereka. Antara ” TIDAK
DIKETAHUI ”-nya Injil Barnabas berbeda dengan ” BELUM ADA ”-nya Injil Barnabas.
Iskander Jadeed juga menulis sebuah buku berukuran saku dengan judul “ SALIB DALAM INJIL DAN AL QUR’AN “. Ayat An
Nisaa’ 157 yang berbicara tentang tidak disalibnya Yesus dan yang disalib
adalah orang lain , sebenarnya sangat relevan dengan judul bukunya. Dan
karenanya kita berharap, dia bisa mengangkat tafsir ketiga ilmuwan kuno Muslim - Al
Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Kathir – atas ayat An Nisaa’ 157 dalam bukunya
tersebut karena bagaimana pun menyangkut tema “ akhir kehidupan Kristus, dan tentang pengenalan akan seseorang yang
dikatakan telah disalibkan menggantikan dia “ yang disinggung Iskander Jadeed . Tapi apa kenyataannya
? Tidak satu huruf pun yang menyinggung tafsir Al Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Kathir atas ayat An Nisaa’ 157 . Isi berbeda dengan judul . Yang dibahasnya
justru hanya ayat Ali ‘Imran 55 tentang kata
“ Inniy – mutawaffika “ . Ini
aneh ! Kita sangat yakin bahwa tidak ada perbedaan penafsiran antara Al Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Kathir
berkenaan dengan “ wa maa qataluw-hu wa
maa salabuw-hu “ yang tersebut dalam
ayat An Nisaa’157 sehingga pernyataan Iskander
: “ …… sarjana-sarjana Muslim seperti Al Tabari ,
Al Baidhawi dan Ibn Kathir tentunya tidak akan terpecah-pecah dalam pandangan
mereka tentang akhir kehidupan Kristus …… “ merupakan pernyataan dusta dan pengelabuan .
Dan apakah INJIL BARNABAS menjadi sesuatu yang
sangat penting bagi para ilmuwan Muslim kuno untuk menyatukan pendapat mereka
tentang akhir kehidupan Kristus, dan
tentang pengenalan akan seseorang yang dikatakan telah disalibkan menggantikan
dia sehingga Iskander berkata demikian ? Pernyataan Iskander Jadeed menunjukkan
ketidak-pahamannya bagaimana para mufassir Muslim memberikan tafsir atas
ayat-ayat Al Qur’an , yaitu tidak
menggunakan Bibel baik kanonik ataupun apokrif untuk menafsir ayat Al Qur’an seperti yang dilakukan penganut Kristen ketika
menafsir ayat Al Qur’an padahal penganut Kristen tidak percaya sama sekali akan
Al Qur’an sebagai wahyu Allah . Jadi jelaslah betapa pernyataan Iskander
Jadeed, penuh dengan kesalah-kaprahan . Terlihat logis tetapi sangat salah bahkan yang terlihat adalah dusta dan
kebohongannya .
3.
Iskander
Jadeed berkata : “ Kalau kita melihat pada naskah-naskah kuno dari Alkitab , jauh ke
belakang pada masa sebelum Islam dan masa di mana Al Quran menunjukkan dan menyaksikan kebenaran Alkitab
, maka kita tidak akan temui apa yang disebut Injil yang dihubungkan dengan
Barnabas . Dan juga tidak disebutkan dalam daftar isi dari kitab-kitab yang
membentuk Alkitab sebagai mana yang disiapkan oleh pemimpin-pemimpin gereja
“.
Pernyataan Iskander Jadeed benar-benar menunjukkan
kebohongannya dengan berkata : “ Dan juga
tidak disebutkan dalam daftar isi dari kitab-kitab yang membentuk Alkitab
sebagaimana yang disiapkan oleh pemimpin-pemimpin gereja “. Dia tidak membaca atau tidak memiliki referensi
yang diperlukan untuk membahas INJIL BARNABAS. Daftar yang penulis sajikan pada bagian terdahulu
tentang INJIL BARNABAS dalam sejarah, misalnya dalam Codex Sinaiticus dan catatan
yang berisi keputusan Paus yang melarang
INJIL BARNABAS , telah menunjukkan kebohongan pernyataan Iskander Jadeed tersebut
.
Dan mengenai pernyataan Iskander Jadeed : “ Al Quran
menunjukkan dan menyaksikan kebenaran Alkitab “ maka satu pertanyaan
perlu diajukan kepadanya : MEMBENARKAN APA? Apakah membenarkan Yesus mati
disalib ? Apakah membenarkan Yesus itu Tuhan dan Anak Allah ? Apakah membenarkan Yesus adalah Messiah ?
Apakah membenarkan bahwa turunan Ibrahim yang menjadi Messias itu dari Ishak ? Jika
itu yang dihajatkannya maka Iskander Jadeed telah semakin menambah kedustaannya
. Sebab , Al Qur’an sangat menolak semua hal itu dan tidak pernah menyaksikannya
sebagai kebenaran . Kita heran , penganut Kristen punya hobi yang negatif untuk
menegakkan kepercayaan Kristen mereka dengan cara menyajikan pernyataan-pernyataan
dusta dan mengelabui seperti ini .
4.
Iskander
Jadeed berkata : “ Apapun pandangan-pandangan para sarjana nantinya , yang sudah pasti
adalah bahwa buku ini mengkaitkan sejarah Yesus dalam satu bentuk yang selaras
dengan isi Al Qur’an tetapi bertentangan dengan isi Injil yang benar . Hal ini menuntun
kita untuk meyakini bahwa penulisnya
adalah seorang Kristen yang kemudian memeluk agama Islam “ .
Rupanya Iskander Jadeed punya prinsip : “Apapun pandangan-pandangan para sarjana nantinya “ tentang INJIL
BARNABAS , dia tidak perduli . Yang penting baginya bahwa INJIL BARNABAS : “ penulisnya adalah seorang Kristen yang
kemudian memeluk agama Islam “.
Alasan Iskander Jadeed sangat
sederhana yaitu karena : “ buku ini mengkaitkan sejarah Yesus dalam satu bentuk yang selaras dengan
isi Al Qur’an tetapi bertentangan dengan isi Injil yang benar “. Sikap KEPALA BATU !. Padahal INJIL
BARNABAS memberi informasi yang justru lebih banyak selarasnya dengan BIBEL
kecuali hal-hal yang menjadi dogma dasar Kristen yaitu Yesus bukan Tuhan dan bukan
Anak Allah melainkan manusia biasa , tidak mati tersalibnya Yesus dan Nabi
Akhir Zaman ( Messias ) itu adalah Nabi Muhammad saw. Dan cocok dengan ajaran
Islam . Tetapi kecocokan demikian , bukan diartikan bahwa Al Qur’an mengutipnya
dari INJIL BARNABAS melainkan dipahami adanya “ sumber ajaran “ yang sama
antara Yesus dengan Nabi Muhammad saw . Juga tidak usah menuduh Injil Barnabas dikarang
seorang Kristen yang masuk Islam
lantaran kesamaannya dengan ajaran Al Qur’an . Dan sangat disayangkan ,
bagaimana analisisnya sehingga muncul tuduhan Iskander Jadeed bahwa INJIL
BARNABAS dikarang seorang Kristen yang
masuk Islam ? Dan apakah pasti dan siapakah orang itu ?
5.
Iskander Jadeed berkata : “ Sarjana Inggeris , Dr.Sale
mengatakan bahwa ia mene-mukan buku ini dalam bahasa Spanyol yang ditulis oleh
seorang Ukraina bernama Mustafa Al Arandi, yang mengklaim telah
menterjemahkannya dari bahasa Italia “.
Pernyataan
Iskander Jadeed yang mengungkap pernyataan Dr.Sale : “ buku ini dalam bahasa Spanyol yang ditulis
oleh seorang Ukraina bernama Mustafa Al Arandi “ ini merupakan
satu pengelabuan !. Untuk membuktikan
kebohongan Iskander Jadeed , sebagai bandingan berikut dikutipkan pernyataan Dr.
Khalil Saadah yang mengungkap pernyataan Dr.Sale tersebut : “ ….. bahwa
naskah itu adalah terjemahan dari bahasa Italia yang ditulis oleh seorang
Muslim Arughani bernama Mustafa Alarnadi ……
“ . Kata ” naskah
itu ” dalam pernyataan Dr. Sale maksudnya adalah Naskah Spanyol . Untuk
disadari ada perbedaan yang sangat mendasar antara kalimat kutipan Iskander Jadeed dengan kalimat kutipan Dr. Khalil Saadah . Kalimat
yang dikemukakan Iskander Jadeed : “ buku
ini dalam bahasa Spanyol yang ditulis oleh seorang Ukraina bernama Mustafa Al
Arandi “ jika tidak dikritisi bisa-bisa
akan bermakna bahwa : INJIL BARNABAS ITU
DIKARANG OLEH MUSTAFA AL ARANDI ! Dan makna seperti itu benar-benar muncul dan
memang telah menjadi pemahaman bodoh
penganut Kristen . Sebagai contoh
si penginjil ( Evangelis ) dr.
Suradi menyatakan bahwa INJIL BARNABAS
dikarang oleh MUSTAFA ( lihat bahasan dan tanggapan atas pernyataan dr. Suradi
) . Tetapi dalam pernyataan Dr. Sale yang diungkap Dr.Khalil Saadah : “ ….. bahwa naskah itu adalah terjemahan dari
bahasa Italia yang ditulis oleh seorang Muslim Arughani bernama Mustafa
Alarnadi … “ hanya bermakna : INJIL BARNABAS TIDAK DIKARANG OLEH MUSTAFA
AL ARANDI, MELAINKAN MUSTAFA AL ARANDI HANYA MENTER-JEMAHKANNYA KE BAHASA
SPANYOL DARI NASKAH ITALIA ! Betapa beda makna kedua kalimat tersebut, dan
Iskander Jadeed melakukan pengelabuan ! Dalam bersikap ilmiah dibutuhkan
kejujuran mengutip sebuah referensi terkecuali bagi orang yang memang sudah
berniat bohong untuk menegakkan kepercayaan yang lapuk . Kalau dikembalikan
kepada tuduhan penganut Kristen yang ” Ngawur ” bahwa Injil Barnabas ditulis
oleh orang Arab , maka dengan merujuk pernyataan Dr. Sale yang dikutip Dr.
Khalil Saadah dipahami rupanya ” orang Arab ” tersebut sangat pintar bahasa
Spayol dan bahasa Italia. Mengapa tidak menterjemah-kannya saja langsung ke
bahasa Arab ? Harap direnungkan !
Selanjutnya , di bawah sub judul “
INJIL BARNABAS ADALAH KESAKSIAN PALSU TERHADAP AL QUR’AN “ dari tulisannya
itu, Iskander Jadeed telah mencoba memberi-kan contoh yang terdapat dalam INJIL
BARNABAS sebagai “ kesaksian palsu “ terhadap Al Qur’an , sekaligus menyajikan
konfrontasinya dengan ayat Al Qur’an. Berikut ini, penulis sajikan
pernyataannya dan sekaligus memberikan tanggapan atas pernyataannya tersebut .
1. Iskander
Jadeed setelah mengutip INJIL
BARNABAS ayat 3 : 5-10 yang menyebut
Maryam melahirkan puteranya tanpa sakit
, lalu memberikan komentar
: ” Sedangkan isi Al Qur’an
membenarkan bahwa Maryam merasakan kesakitan melahirkan seperti wanita lain umumnya
, karena dikatakan : “ Kemudian Maryam mengandungnya , lalu ia berpindah ke
tempat yang jauh. Lalu ia berlindung ke pohon korma , karena sakir melahirkan
anak , ia berkata : ‘ Aduhai kiranya , matilah aku sebelum ini dan adalah aku
lupa yang dilupakan ‘ “ ( surat Maryam :
22 -23 ) .
Kita dapatkan pernyataan sanggahan sama dalam situs internet :
” This Gospel portrays Mary as
giving birth to Jesus without pain ( Barnabas, chapter 3 ) and that his birth
took place in a shepherd’s house or shelter. However, the Qur’an relates the
pangs of childbirth, which drove Mary to cry out in pain and that Jesus was
born under a palm tree in the wilderness ” ( ” Injil ini menggambarkan Maryam
yang melahirkan Yesus tanpa rasa sakit ( Barnabas pasal 3 dan
melahirkan tersebut terjadi di
sebuah rumah atau tempat berteduh para pengembala. Namun Al Qur’an menyatakan
kesakitan melahirkan, di mana Maryam beruntun berteriak kesakitan dan Yesus
dilahirkan di bawah sebuah pohon kurma di sebuah padang belantara ” ).
Ayat Injil Barnabas yang mengungkapkan
Maryam melahirkan Yesus tanpa rasa sakit adalah ayat Barnabas 3 : 10
: “
Dan ia pun melahirkan puteranya
tanpa merasa sakit “ . Dan oleh Iskander Jadeed dan penganut Kristen lain, ayat ini
dipertentangkan dengan ayat Al Qur’an
surah Maryam 22-23 yang menyebutkan Maryam merasakan sakit ketika
melahirkan Yesus . Kita kutip terjemahan ayat Maryam 22-23 tersebut : “ Maka Maryam mengandungnya, lalu ia
menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka
rasa sakit akan melahir-kan anak memaksa ia ( bersandar ) pada pangkal pohon
kurma …… “. Pertanyaan
, bagaimana kita memahami ayat Barnabas 3 : 10 yang mengatakan Maryam
melahirkan puteranya tanpa rasa sakit ? Menjawab pertanyaan ini , ada hal-hal
yang harus diperhatikan , yaitu :
-
Barnabas,
sangat jelas tidak ikut melahirkan Yesus sehingga tidak mungkin bisa menetapkan
Maryam melahirkan Yesus tanpa sakit. Ini berarti Barnabas menulis
pernyataan itu berdasarkan cerita yang diterimanya .
- Dalam Injil Barnabas, justru menegaskan bahwa perempuan yang mengandung anak pasti
merasakan sakit; tentu termasuk ketika
melahirkan . Hal ini ditegaskan dalam INJIL BARNABAS ayat 41 : 18 : “ Dan engkau
akan mengandung anak-anak dengan menderita sakit “. Hal ini pasti berlaku
pula pada Maryam . Pernyataan INJIL BARNABAS ayat 41 : 18
sejalan dengan ayat Al Qur’an surah
Maryam 22-23 yang menyebutkan Maryam merasakan sakit ketika melahirkan Yesus .
- Ayat
Lukas 2 : 6-7 menceritakan
kelahiran Yesus tanpa menyebut apakah Maryam
merasa sakit atau tidak, ketika melahirkan.
Begitu pula dengan Injil Matius 1 :
25 menyebut kelahiran Yesus tanpa
menyebut apakah Maryam melahirkan Yesus merasa sakit atau tidak. Fakta kedua
ayat Injil Kanonik tersebut - Lukas 2 : 6-7 dan Matius 1 : 25 - bisa mengindikasikan bahwa Injil
Matius dan Injil Lukas juga mengakui bahwa Maryam melahirkan tanpa rasa sakit,
sama seperti yang dikatakan ayat
Barnabas 3 : 10 yang mengatakan Maryam melahirkan puteranya tanpa rasa sakit.
Berarti Lukas
2 : 6-7 dan Matius 1 : 25 bisa dipertentangkan dengan Al
Qur’an sama seperti mempertentangkan Injil Barnabas dengan Al Qur’an. Mengapa tidak mempertentangkan INJIL-INJIL
KANONIK tersebut dengan AL QUR’AN dan mengapa harus mempertentangkan INJIL
BARNABAS dengan AL QUR’AN saja ?
- Pernyataan bahwa Maryam melahirkan Yesus tanpa sakit bukan hanya Injil Barnabas saja yang
menyebutnya tetapi akan kita dapatkan dalam Injil apokrif lainnya , seperti INJIL IGNACE [2] ) . Dalam mukaddimah dan bagian
penutupnya Injil Ignace memuat kecaman terhadap Paulus . Injil Ignace juga
menyebut kelahiran Al Masih tanpa sakit .
Memperhatikan hal-hal tersebut, sebenarnya pernyataan INJIL BARNABAS ayat 3 : 10
: “ Dan ia
pun melahirkan puteranya tanpa merasa sakit “ tidak perlu dipertentangkan dengan ayat Al
Qur’an surah Maryam 22-23 yang menyebutkan Maryam merasakan sakit ketika
melahirkan Yesus. Pernyataan INJIL BARNABAS ayat 3 : 10
: “
Dan ia pun melahirkan puteranya
tanpa merasa sakit “ tidak bisa
dilihat secara harfiah. Bagaimana Barnabas tahu jika Maryam ketika melahirkan
Yesus, tidak merasa sakit ? Apakah Barnabas sendiri yang merasakan sakitnya
lalu bercerita bahwa Maryam tidak merasa sakit ? Ataukah dia mendapat cerita
dari orang lain ? Jelas harus demikian
dan Barnabas menuliskannya. Kita hanya bisa melihat sebagai pernyataan yang
hendak menunjukkan “ keajaiban “
kelahiran Yesus dalam rangka memuliakan dan menghormati Maryam dan Yesus. Hal
serupa seringkali terceritakan dalam mitos seorang figur. Jelaslah Iskander
Jadeed telah mengada-ada dengan mengutip INJIL BARNABAS ayat 3 : 5 -10 yang menyebut Maryam
melahirkan puteranya tanpa sakit, untuk dipertentangkan dengan ayat Al Qur’an
dalam rangka membujuk dan mempengaruhi ummat Islam supaya sama-sama menolak
INJIL BARNABAS . Tidak ada kepentingan ummat Islam untulk menerima atau menolak
Injil Barnabas . Hal itu adalah urusan penganut Kristen sendiri dan tidak usah
melibatkan ummat Islam . Tapi yang pasti Injil Barnabas kembali muncul di
panggung sejarah setelah disembunyikan hampir 2000 tahun yang lalu, terlepas
mau diakui oleh penganut Kristen atau tidak. Juga perlu dikomentari sanggahan penganut
Kristen dalam situs internet yang dikutip di atas. Bagaimana si penganut
Kristen tersebut mengetahui bahwa dalam melahirkan Yesus ” drove
Mary to cry out in pain ” padahal
ayat Maryam 22- 23 tidak menyatakan demikian ?
Begitu pula menetapkan bahwa menurut Al Qur’an Maryam melahirkan
Yesus ” in the wilderness ” (
= di hutan belantara , padang belantara
) terlalu berlebih-lebihan sebab Al Qur’an ( ayat Maryam 22 ) hanya menegaskan
: ” tempat
yang jauh ” ( = makaanan qasiyyaa
). Tampak sekali ada khayalan yang bermain ketika mengeluarkan pernyataan
tersebut. Ungkapan ” tempat yang jauh ” ( = makaanan qasiyyaa ) tidak menutup
kemungkinan ada gubuk tempat singgah para penggembala . Dengan demikian tidak
perlu mempertentangkan antara pernyataan Injil Barnabas dengan pernyataan Al
Qur’an.
2. Setelah mengutip INJIL BARNABAS ayat 102 :
6 ( yang benar ayat 102 : 16-18 ) yang memuat sebutan “ anak “ dalam ayat “ …… Allah
telah memilih kamu sebagai seorang anak
dan menempatkan engkau di Firdaus…” ( ayat 102 : 18 ). Iskander
Jadeed memberi komentar :
Sedangkan
Al Qur’an memandang kepercayaan kepada ke- bapa-an Allah sebagai satu
penghu -jatan dan layak mendapatkan hukuman dalam neraka . Ia
menyuarakan sebagai peringatan kepada “ orang-orang yang mengatakan : Allah itu
mempunyai anak “. ( Surat AL Kahfi 4 )
Kalau berbicara tentang sebutan “ BAPA “ yang dikenakan kepada Allah dan
sebutan “ ANAK “ yang dikenakan kepada manusia , sebenarnya Iskander Jadeed
tidak perlu membawa-bawa INJIL BARNABAS untuk dipertentangkan dengan Al Qur’an.
Kitab suci agama Kristen bernama BIBEL yang diakui kanonik oleh Gereja Kristen ,
terutama Perjanjian Baru penuh dengan sebutan
“ BAPA “ dan “ ANAK “ yang demikian . Ini sangat bertentangan dengan Al
Qur’an dan ajaran Islam . Jika Iskander Jadeed jujur , dan andaikata Injil
Barnabas ada menetapkan ke-ANAKAN ALLAH, sebenarnya dari aspek tersebut sudah menunjukkan KESAMAAN antara INJIL BARNABAS
dengan BIBEL . Lalu mengapa menolak INJIL BARNABAS dan mencoba mempengaruhi
ummat Islam untuk ikut menolak dan tidak mengakui INJIL BARNABAS ? Bukankah
kepercayaan Yesus sebagai ANAK ALLAH yang disebut dalam Injil Kanonik justru
menunjukkan pertentangan yang sangat parah dengan ajaran Al Qur’an ? Iskander
Jadeed terlalu mengada-ada dalam upayanya membujuk ummat Islam agar sama –s ama
menolak Injil Barnabas . Tidak ada
keperluan ummat Islam dalam hal itu .
Mengangkat
pernyataan ayat Barnabas 102 : 18
“ … Allah telah memilih kamu
sebagai seorang anak dan menempatkan engkau di Firdaus…” dan
mempermasalahkannya untuk dipertentang-kan dengan konsep akidah Al Qur’an yang
menolak tentang ke-anak-an Tuhan, terlalu mengada-ada . Dalam INJIL BARNABAS dijelaskan makna sebutan “ anak “ dan “ bapak “ , yaitu :
Pilipus menanyakan : “ Apa yang engkau katakan ya Tuan ?
Bukankah tersurat dalam Yesaya bahwa Allah itu
Bapak kita , maka bagaimanakah Ia tiada mempunyai anak-anak ?
Yesus menjawab:“
Sesunggguhnya dalam kitab Nabi-Nabi telah tertulis banyak perumpamaan, akan
tetapi tidak mesti engkau ambil secara hurufi , tetapi harus dengan makna “. ( ayat l 17 : 19 -20
)
Jika Iskander Jadeed jujur dalam bahasannya, sebelum dia mengangkat ayat
Barnabas 102 : 18 untuk dipertentangkan
dengan konsep akidah Al Qur’an yang menolak tentang ke-anak-an Tuhan , seharusnya
Iskander Jadeed membaca dulu ayat Barnabas 17 : 19-20 yang menjelaskan bahwa
sebutan “ anak “ dan “ bapak “ adalah satu perumpamaan , yang tidak bisa dilihat secara hurufiah (
letterlijk ) melainkan harus dengan makna . Menjadi tradisi Yahudi menyebut
Tuhan dengan “ Bapak “ sedangkan manusia ( khusus : kaum Yahudi ) disebut “ anak “. Hal ini dapat kita baca dalam
Perjanjian Lama. Dengan demikian ayat Barnabas 17: 19-20 telah membatalkan
permasalahan yang diangkat Iskander Jadeed . Terlihat Iskander Jadeed terlalu
mengada-ada dengan permasalahan tersebut . Apalagi yang ditolak Al Qur’an
adalah ke-anak-an Tuhan model kepercayaan penganut Kristen atas Yesus Kristus
yang mengadopsi konsep Hellenistik serba dewa, dan bukan lagi dalam pengertian perumpamaan seperti yang dikatakan
Yesus. Tujuannya jelas yaitu dalam
upayanya mempengaruhi ummat Islam untuk menolak INJIL BARNABAS , ketika di sisi
lain ummat Islam sendiri sebenarnya tidak terlalu perduli dengan INJIL BARNABAS
dan tidak menjadikannya dalil dalam dialog dengan pihak Kristen . Sikap mengada-ada Iskander Jadeed sangat jelas
dari pernyataannya yang mengangkat ayat Barnabas 102 : 8 . “ …… Allah telah memilih kamu sebagai seorang anak dan menempatkan engkau di Firdaus…”. Ayat Barnabas 102 : 8 sama sekali tidak
berbicara tentang KEANAKAN-ALLAH sebagaimana yang menjadi dogma Kristen
melainkan berbicara tentang gelar ” anak ” bagi orang terpilih dan dimasukkan
dalam surga. Lalu apa yang mau
dipertentangkan dengan Al Qur’an ?
3. Iskander Jadeed setelah mengutip INJIL
BARNABAS ayat 116: 18 ( sebenarnya ayat
115 : 18 ) : “ Hendaklah seorang
lelaki puas dengan seorang wanita yang
dikaruniakan Allah baginya dan hendaklah dia melupakan wanita lainnya “ lalu memberi komentar :
Sedangkan
Al Qur’an mengajarkan poligami ( dapat beristeri lebih dari satu orang ) dengan berkata : “ kawinilah bagimu perempuan-perempuan yang baik bagimu , dua , tiga atau empat orang . Tetapi jika kamu takut , bahwa tiada akan berlaku adil maka kawinilah
seorang saja atau budak-budak yang kamu
miliki …. “
( Surat Al Nisa’3 )
Masalah yang dikemukakan Iskander Jadeed telah dibicarakan dalam pembahasan
atas pernyataan Dr. Robert A. Morey . Dan sanggahan yang sama dikemukakan pula
oleh seorang penganut Kristen melalui blog internet sebagai berikut : ” Jesus is alleged to have said that a man
should content himself with one wife, whereas the Qur’an permits up to four
wives (Surah 4:3; Barnabas, chapter 115) ”. ( ” Yesus dinyatakan telah
berkata bahwa seorang laki-laki akan puas bagi dirinya dengan seorang isteri,
sebaliknya Al Qur’an mengizinkan beristeri empat ” ).
Kutipan ayat Barnabas 115 : 18 dengan kalimat : “ ….... Hendaklah
seorang lelaki puas dengan seorang
wanita yang dikaruniakan Allah
baginya …… “ jelas berbeda dengan terjemahan INJIL BARNABAS yang ada pada penulis
, yang berbunyi : “ ……hendaklah seorang manusia itu merasa cukup menerima
perempuan yang dikaruniakan kepadanya
oleh Allah Penciptanya ….. “. Kata “
seorang “ dalam terjemahan tersebut
telah memberi nilai nominal tentang banyak perempuan yang boleh dikawini . Dan
kata “ seorang “ tidak ada dalam terjemahan INJIL BARNABAS yang
ada di tangan penulis . Lalu mana yang benar ? Penulis melihat ada manipulasi yang
dilakukan penterjemah ketika menterjemahkan buku Iskander Jadeed yang berjudul
“ THE GOSPEL OF BARNABAS, A FALSE TESTIMONY “ ke dalam bahasa Indonesia dengan
judul “ INJIL BARNABAS, SUATU KESAKSIAN PALSU “. Kalimat ayat Barnabas 116 : 18
( seharusnya : 115 : 18 ) yang dikutip
dan ditulis Iskander Jadeed dalam bukunya ( teks bahasa Inggeris ) adalah
: “
Man shall be content with the women … “. Pada kalimat
tertulis “ the women “ ( perempuan
) bukan “ a women “ ( seorang
perempuan ) atau ” one
women ” . Tetapi terjemahan
bahasa Indonesia buku Iskander Jadeed tersebut telah tertulis : “ seorang perempuan “. Jadi ada
manipulasi yang dilakukan penterjemah
buku Iskander Jadeed. Perubahan yang kelihatannya sepele tetapi membawa dampak
perbedaan pemahaman atas ayat Barnabas 115
: 18. Demikian pula yang disajikan penganut Kristen dalam blog internet yang
menyebut ” One women ” ( = satu wanita ). Oleh karena telah
terjadi manipulasi, kita kembalikan saja
pada kalimat asalnya : “ Man shall be
content with the women which His Creator has given him and shall
forget every other woman “ yang diterjemahkan : “ Laki-laki hendaknya puas dengan perempuan
yang telah diberikan kepadanya oleh Penciptanya dan hendaklah melupakan setiap
wanita lain “ . Terjemahan oleh Rahnip M. BA atas ayat Barnabas 115 :
18 adalah : “ Oleh sebab itu, biarlah seorang lelaki puas hati sendiri dengan isteri,
kepadanya Penciptanya telah mengamanatkan kepadanya , dan biarlah dia melupakan
setiap wanita lain “. Dalam kalimat kedua terjemahan tersebut jelas
sekali tidak ada ketetapan dalam INJIL BARNABAS agar seorang laki-laki puas
dengan seorang wanita ( a woman ) atau ” one women ”, untuk dipertentangkan dengan ajaran Al Quran yang
membolehkan kawin sampai empat orang perempuan. Hal ini telah dijelaskan dalam
tanggapan atas pernyataan Dr.Robert A. Morey. Silakan dibaca kembali. Jadi kita
bisa melihat bahwa Iskander Jadeed telah berkhayal seperti Dr.Robert A. Morey
dan penterjemah tulisan Iskander Jadeed ke bahasa Indonesia telah memanipulasinya
sehingga menambah tingkat khayalan penganut Kristen untuk mempertentangkan
INJIL BARNABAS dengan Al Qur’an dalam rangka mempengaruhi ummat Islam supaya bersama-sama
dengan penganut Kristen menolak INJIL BARNABAS . Apa urusan ummat Islam ? Tidak
ada kepentingan ummat Islam di dalamnya.
4. Iskander Jadeed setelah mengutip INJIL
BARNABAS ayat 155 : 6 yang kalimat-nya ada menyebutkan : “ Allah …… memberikan kebebasan kepada
hamba-hambanya …… “ memberi komentar berikut :
Hal ini bertentangan dengan Al Qur’an yang mengatakan
: “ Tiap-tiap manusia , Kami ikat- kan usahanya ( amalnya
) masing-masing kedudukannya “ ( Surat Al –Isra’ 13 ) . Tafsir Al- Jalalayn, dengan mengutip
mujahid sebagai sumber pendukung menjelaskan ayat ini demikian : “ Tidak
seorangpun yang dilahirkan tanpa selembar kertas yang dikaitkan pada lehernya
dan bertuliskan apakah ia susah atau bahagia “.
Ayat Barnabas yang dimaksud Iskander
Jadeed bukan ayat Barnabas 155 : 6 melainkan
ayat 155 : 12 -14 yang penulis kutipkan sebagai berikut :
Oleh karenanya di kala Dia menciptakan manusia ,
diciptakannya bebas , agar diketahui olehnya bahwa Allah tidak membutuhkan
kepadanya .
Sebagai seorang raja yang memberikan kebebasan kepada
hamba-hambanya, untuk memperlihatkan kekayaannya dan agar hamba-hamba itu lebih
mencintai dia .
Jadi Allah telah
menciptakan manusia itu berkebebasan agar ia menjadi lebih cinta kepada
Penciptanya dan mengenal pada kemurahanNya .
Ini JAWABAN Yesus atas pertanyaan DUA IMAM YAHUDI : “ Mengapakah insan itu telah makan gandum dan buah ? Apakah Allah menghendaki untuk dimakannya itu
atau tidak ? “. Jadi
bukan ajaran Barnabas ! Menyimak jawaban
Yesus, terlihat bahwa yang dimaksud dengan : “ manusia diciptakan bebas oleh Allah “ dan Allah “ memberikan kebebasan kepada hamba-hambanya
“ atau “Allah telah menciptakan manusia
itu berkebebasan “ adalah KETIDAK-TERIKATAN
ALLAH KEPADA MANUSIA. Ini sesuai dengan kalimat pernyataan : “ Allah
tidak membutuhkan kepadanya “ . Ketika manusia merasa bahwa Allah tidak
membutuhkannya sedangkan Allah itu Maha Kaya , maka manusia akan lebih
mendekatkan diri kepada Allah. Itulah konteks
JAWABAN YESUS tersebut , BUKAN konteks AJARAN BARNABAS . Lalu apa
hubungannya sehingga diperbandingkan dengan Surat Al –Isra’ 13 : “ Tiap-tiap manusia, Kami ikatkan usahanya ( amalnya
) masing-masing kedudukannya “ yang menegaskan bahwa kedudukan manusia
( beriman ) nanti di akhirat akan bergantung kepada amal usaha yang
dilakukannya di dunia ? Amal usaha yang dilakukan manusia menurut pilihan
manusia itu sendiri. Dia bebas memilih melakukan AMAL USAHA YANG POSITIF atau melakukan AMAL USAHA YANG NEGATIF. Hal
ini sejalan dengan pernyataan dalam INJIL BARNABAS 155 : 12 -14 : ” Oleh karenanya di kala Dia menciptakan manusia , diciptakannya bebas ,
agar diketahui olehnya bahwa Allah tidak membutuhkan kepadanya ”. Kebodohan apa yang didemonstrasikan
Iskander Jadeed dengan mempertentangkan Surat Al –Isra’ 13 dengan BARNABAS 155 : 12 -14 ? .
5. Iskander Jadeed setelah mengutip INJIL
BARNABAS ayat 137 : 1-2 yang memuat permintaan syafa’at 55 dari Pesuruh Allah ( yi.Nabi Muhammad saw )
nanti di hari kiamat : “ O , Allah , ada di antara orang-orang yang
beriman yang telah berada dalam neraka
70.000 tahun …… Hamba mohon kepada Engkau
, Allah , untuk membebaskan dari azab-azab yang pedih itu “ dan Allah mengabulkan do’a syafa’at
tersebut dengan “ mengeluarkan setiap
orang yang telah menganut aqidah Pesuruh-Nya dan memimpin ke dalam
surga “ , lalu memberi komentar :
Ayat ini bertentangan dengan Al Qur’an yang sama sekali
menyangkal akan permohonan ampun karena dikatakan : “ Sesungguhnya Allah
mengutuki orang-orang
yang kafir dan menyediakan untuk mereka
api yang bernyala-nyala ( neraka ). Sedang mereka kekal di dalamnya selama-lamanya
, mereka tiada memperoleh wali dan tiada pula penolong “ ( Surat Al Ahzab 64 -65 )
Sanggahan yang sama dapat
kita baca dalam situs internet dari penganut Kristen :
It
tells us that God sent a group of believers to hell for 70,000 years ( Barnabas,
chapter 137 ) , whereas the Qur’an says that God would not harm a believer even
so much as by the weight of an ant ( Surah 4:40 ).
(
Ia menyatakan kepada kita bahwa Allah mengirim sekelompok orang-orang beriman
ke neraka selama 70.000 tahun ( Barnabas pasal 137 ) , sebaliknya Al Qur’an
menyatakan bahwa Allah tidak akan merugikan orang-orang beriman hatta sekalipun
seberat seekor semut ( Surah 4 : 40 )
Harap diperhatikan, Iskander Jadeed mempertentangkan pernyataan Injil Barnabas
pasal 137 dengan ayat Al Qur’an Al Ahzab 64 -65 . Sedangkan penganut Kristen
yang memposting sanggahannya dalam internet mempertentangkan pernyataan Injil
Barnabas tersebut dengan ayat Al Qur’an An Nisaa’ 40 . Oleh karena ayat Al
Qur’an yang dipertentangkan dengan Injil Barnabas pasal 137, berbeda , maka tanggapan atas sanggahan
penganut Kristen dalam internet dibahas tersendiri. Pada kesempatan ini hanya
dibahas sanggahan Iskander Jadeed saja.
Kita tidak tahu , apakah Iskander Jadeed sedang
bingung atau sedang dalam keadaan tidak waras sehingga ayat Barnabas 137 :
1-2 yang berbicara tentang penyelamatan
atas “ orang-orang yang beriman
“ dari neraka kemudian memasukkannya ke
dalam surga tetapi dibanding-kannya
dengan ayat Al Qur’an surah Al Ahzab 64 -65 yang berbicara tentang “ orang-orang
yang kafir “ yang akan mengalami siksaan yang kekal dalam api neraka . Jika
Iskander Jadeed bisa membedakan antara “ orang-orang
yang beriman “ dengan “ orang-orang
yang kafir “ tentu tidak perlu menyajikannya sebagai contoh pertentangan
INJIL BARNABAS dengan Al Qur’an. Rupanya akal waras sudah tidak ada lagi
sehingga membuatnya tidak mampu membedakan antara penyelamatan atas “ orang-orang
yang beriman “ dari neraka kemudian
memasukkannya ke dalam surga ( ayat
Barnabas 137 : 1-2 ) dengan “ orang-orang
yang kafir “ yang akan mengalami
siksaan yang kekal dalam api neraka (Al Ahzab 64 -65). Ketidak mampuan membedakan tersebut
membuat Iskander Jadeed mempertentangkan ayat Barnabas 137 : 1-2 dengan ayat Al
Qur’an surah Al Ahzab 64 -65 dalam
upayanya mempengaruhi ummat Islam agar ikut menolak INJIL BARNABAS, padahal
konteks kedua ayat tersebut sangat bertolak belakang . Ini namanya pengelabuan
! Dan hebatnya pernyataan-pernyataan model demikian ini banyak dikutip dan
diulang-ulang oleh penganut Kristen tanpa melakukan kajian kritis dalam tampilan
situs-situs internet untuk menolak INJIL BARNABAS.
6. Iskander
Jadeed setelah mengutip INJIL BARNABAS ayat 42 : 2-5 yang berisi pengakuan
Yesus bahwa dirinya bukanlah Messias , lalu memberikan komentar :
Al Qur’an berkata :
( ingatlah ) ketika malaikat berkata , ‘ Ya Maryam , sesungguhnya Allah
memberikan kabar gembira kepada engkau dengan kalimat dari pada-Nya ( yakni seorang anak ) namanya Almasih ‘Isa
anak Maryam , yang mempunyai kebesaran di dunia dan akhirat dan termasuk
orang-orang yang dekat kepada Allah ‘ (
Surat Ali Imran 45 ).
Iskander Jadeed telah menghubungkan kata “
Messias “ yang dinubuatkan oleh para Nabi dan
dinanti-nantikan kedatangannya oleh seluruh bangsa ( ummat manusia ) dengan
gelar “ Al Masih “ atau ” Kristus
” pada diri Yesus . Dalam hubungan inilah, Iskander Jadeed dalam upayanya
mempengaruhi ummat Islam agar menolak pula INJIL BARNABAS dengan
mempertentangkan pernyataan INJIL BARNABAS ayat 42 : 2-5 dengan ayat Al Qur’an
Surat Ali Imran 45. Jelas Iskander Jadeed telah keliru atau sengaja mengelurkan
dalam hal ini untuk melakukan pengelabuan. Ada dua hal yang menjadi dasar
ketidak benaran pernyataan Iskander Jadeed ini , yaitu :
1.
Gelar
“ Al Masih “ dalam Islam tidak hanya
dikenakan kepada Yesus ( Isa bin Maryam ) melainkan juga dikenakan kepada DAJJAL
sehingga disebut AL MASIH AD DAJJAL
. Jika gelar “ Al Masih “ menjadi sebuah sebutan yang semakna dengan konsep “ Messias
“ sebagai NABI AKHIR ZAMAN berarti AL
MASIH AD DAJJAL adalah “ Messias “ atau NABI AKHIR ZAMAN tersebut . Apakah demikian ? Jelas hal ini
kita tolak . Ini menjadi dalil bahwa gelar “ Al Masih “ tidak harus dihubungkan
dengan “ Messias “ yang disebutkan dalam INJIL BARNABAS .
2. Dalam
Bibel sendiri, gelar “ Al Masih “ tidak dihubungkan dengan “ Messias “ dalam
konsep NABI AKHIR ZAMAN . Dilihat dari makna kata “ MASIH “ yaitu “ YANG DIURAPI “ maka kita dapat sejumlah ayat Bibel yang
menceritakan subyek ( termasuk figur ) yang diurapi, sehingga semuanya berhak
pula digelar “ Al Masih “ antara lain :
- SAUL adalah Al Masih , berdasarkan ayat I Semuil 9 : 15-16, 10 : 1 ; 16 : 9
dan 24 : 7
- HARUN adalah Al Masih , berdasarkan ayat
Imamat 8 : 10-12
- ELISA adalah Al Masih , berdasarkan ayat I Raja-Raja 19 : 16
-
DAUD adalah Al Masih , berdasarkan ayat II Semuil 5 : 3; Mazmur
18 : 51 ;
Mazmur 84 : 9-10
- SULAIMAN adalah Al Masih berdasarkan ayat
I Raja-Raja 1 : 39
-
CYRUS adalah AL Masih berdasarkan ayat Yesaya 45 : 1.
Namun
mereka samasekali bukan “ Messias “ yang dinubuatkan para nabi dan
ditunggu-tunggu oleh manusia. Jadi jangan karena terkait dengan gelar “ Al
Masih “ lalu dihubungkan dengan “
Messias “ yang dijanjikan dan dinubuatkan para Nabi . Begitu pula dengan Isa Al
Masih as. Jangan karena terkait dengan gelar “ Al Masih “ lalu dinisbatkan
sebagai “ Messias “ yang
dinubuatkan tersebut. Dalam tradisi Yahudi , yang ditunggu-tunggu adalah NABI
AKHIR ZAMAN dalam istilah ” MENAHEM ” sebagai. Dia juga diurap sehingga ” MENAHEM ” disebut juga AL MASIH. Tetapi
sebutan ” AL MASIH ” lebih menonjol daripada ” MENAHEM ” ( NABI AKHIR ZAMAN ).
Dan istilah tersebut mendominasi Perjanjian Baru. Nabi Isa Al Masih as adalah
AL MASIH tetapi BUKAN MENAHEM.
3.
Dalam Bibel didapatkan
pengakuan Yesus sendiri bahwa dirinya bukan “Messias“ yang dijanjikan dan yang dinubuatkan para nabi .
Pengakuan ini dalam bentuk penolakan atau larangan kepada para muridnya agar
tidak mengatakan dirinya adalah “
Messias “ . Hal ini dapat disimak dan dibaca pada ayat Markus 8 : 27-30 :
Maka keluarlah Yesus dengan murid-muridnya menuju ke
kampung-kampung dekat Kaisaria Pilipi . Sedang Ia berjalan , bertanyalah ia kepada murid-murid-nya serta
berkata kepada mereka itu : “ Menurut kata orang ,
siapakah aku ? “.
Maka
sahut murid-murid itu katanya : “ Ada yang mengatakan Yahya Pembaptis ; dan ada
yang mengatakan Elia ; dan ada pula yang mengatakan seorang dari antara
sekalian nabi “.
Maka bertanyalah Yesus kepada mereka itu :“ Tetapi kata
kamu ini, siapakah aku ? “ Lalu sahut Peterus serta berkata kepadanya : “ Tuhanlah Keristus “.
Maka dipesankannya amat sangat kepada mereka itu , jangan mengatakan dari halnya kepada
seorang juapun.
Kalimat jawaban Peterus : “ Tuhanlah
Kristus “ pada ayat Markus 8 :
29 sama dengan : “ Tuanlah Messias “ . Dan ternyata
Yesus melarang mengatakan hal yang demikian kepada siapapun ! Larangan Yesus yang
demikian terungkap dalam kalimat yang lebih tegas dalam Injil Matius 16 : 20 :
“ Lalu ia berpesan kepada murid-muridnya
, JANGAN MENGA-TAKAN kepada seorang
juapun bahwa IA-LAH KERISTUS adanya
“ . Perhatikan ! JANGAN MENGATAKAN IA ADALAH KERISTUS ! Injil Lukas 9 : 21
tidak ketinggalan pula menegaskan : “ JANGAN MENGATAKAN YANG DEMIKIAN kepada seorang juapaun … “ . Mengapa
Yesus melarang mengatakan yang menunjuk dirinya sebagai Messias kepada siapapun
? Apakah maksudnya bahwa Yesus membenar-kan bahwa memang dirinya adalah Messias
tetapi lantaran takut akan ditangkap dan
dibunuh oleh tentara Romawi maka Yesus melarang mengatakan dirinya adalah
Messias . Memang ada tafsiran
yang demikian . Tetapi tafsir ini sangat janggal . Bila Yesus adalah benar
Messias yang dinubuatkan para nabi dan dinanti-nantikan ummat manusia dan
kehadirannya adalah datang membawa missi sebagai Messias , lalu mengapa Yesus harus
menyembunyikan diri lantaran takut ditangkap tentara Romawi ? Tafsir yang logis bahwa memang YESUS BUKAN MESSIAS sehingga MELARANG MURIDNYA MENGATAKAN DIRINYA
MESSIAS KEPADA SIAPAPUN ! Berkenaan dengan ayat Markus 8 : 27 -30, Dr. Karel A. Steenbrink dalam bukunya “ Perkembangan
Teologi Dalam Dunia Kristen Modern ” menjelaskan :
Ada juga yang mengatakan
bahwa Yesus sama sekali TIDAK MENYETUJUI pendapat murid-muridnya , menegur
mereka , agar mereka tidak boleh mengatakan hal yang kurang benar tentang
dirinya . …….. Para murid dengan Petrus
sebagai jurubicara mengakui Yesus sebagai Raja Penyelamat atau Messias tetapi
Yesus bicara tentang dirinya sebagai Anak Manusia ! Jelas di sini bahwa Yesus
mengoreksi pendapat murid-muridnya .
Penjelasan Dr. Karel Steenbrink mengarahkan adanya pemahaman
atas ayat Markus 8 : 27 -30 bahwa Yesus
menolak dirinya sebagai Messias . Dan penolakan ini tidak ada kaitan dengan
gelar “ Al Masih “ pada dirinya karena gelar demikian bisa dikenakan
kepada orang lain . Hal ini diperkuat pula dengan pendapat Bultman sebagaimana
yang diangkat Donald Guthrie dalam bukunya “ TEOLOGI PERJANJIAN BARU “ yaitu :
“ … Yesus tidak pernah menganggap
dirinya Messias, tetapi hanya Calon Messias …. “.
William
Wrede, seorang teolog Kristen sebagaimana yang diungkap DR.C.L.Ch.Abineno
dalam buku- nya “ YESUS , SANG MESSIAS ” memberikan
pendapat bahwa selama hidupnya , Yesus tidak pernah menganggap dirinya
sebagai Messias . Gelar “ Messias “ baru kemudian diberikan murid-muridnya
sesudah ia mati dan bangkit. Mereka – para murid - menceritakan begitu rupa
seolah-olah Yesus sendiri pernah menganggap dirinya sebagai Messias. Tetapi
mereka menemui kesulitan dengan cerita mereka sebab Yesus tidak mau dianggap sebagai Messias. Dan menurut
DR.C.L.Ch.Abineno : “ Pandangan Wrede
ini …… dianut juga oleh ahli-ahli lain
“. Juga Tom Jacobs , dalam bukunya yang berjudul “ PAULUS “ ( hal. 22 ) menegaskan :
Kiranya cukup jelas bahwa
Yesus sendiri tidak pernah
menyebut diri “ KRISTUS “ . Apapun juga latar
belakang teologinya , kiranya secara histories benar apa yang dikatakan dalam
Yoh. 6 : 15 : “ Karena Yesus tahu bahwa
mereka hendak datang dan hendak membawa dia dengan paksa untuk menjadikan dia ,
raja . Ia menyingkir pulang ke gunung, seorang diri “ . Yesus tidak pernah mau
menjadi “ KERISTUS “ , tidak dalam arti politik dan juga tidak dalam arti
keagamaan .
4.
H. Hasbullah
Bakry dalam bukunya “ Nabi Isa Dalam Al Qur’an Dan Nabi Muhammad
Dalam Bible ” mengungkapkan bahwa sebenarnya istilah “ MESSIAS “ tidak pernah dipakai dalam Perjanjian Lama untuk
dinisbatkan kepada Nabi Besar yang dinubuatkan oleh nabi-nabi Israel ,
melainkan menggunakan istilah “ MENAHEM
“ yang berarti : PENGHIBUR . Telah
menjadi kebiasaan kaum Yahudi, para Imam dan Raja pada bangsa Israel , dalam
penobatannya selalu DIURAPI ( dibaptiskan ) , maka terjadilah penyesuaian bahwa
MENAHEM itu ialah seorang Messias ( orang yang diurapi ) karena semacam pengembangan
pemahaman bahwa lebih layak MENAHEM itu
yang di-MESSIAS-kan daripada para Imam dan Raja . Akibatnya , NABI AKHIR
ZAMAN itu disebut MESSIAS . Bahasan demikian telah disinggung pada butir ( 2 ).
Dengan fakta-fakta yang disajikan , jelaslah tidak ada kaitan antara “
MESSIAS “ yang dinubuatkan para nabi dan dinanti-nantikan kedatangannya oleh
seluruh bangsa dengan gelar “ AL
MASIH “ pada diri Yesus . Oleh karena itu betapa kelirunya Iskander Jadeed yang
mempertentangkan antara ayat Barnabas 42 : 2-5 dengan ayat Al Qur’an surah Ali ‘Imran 45 .
Mengakhiri semua komentarnya
yang mempertentangkan INJIL BARNABAS dengan ayat-ayat Al Qur’an itu , Iskander
Jadeed berkata :
Masih adakah dalam
kenyataannya satu kesaksian palsu yang menentang Injil dan Al Qur’an dari pada
Injil Palsu Barnabas ini ? Masihkah ada seorang Muslim yang mempercayai
pemalsuan ini bahwa Messias itu adalah Muhammad anak Abdullah , bukan Yesus
anak Maryam ?
Iskander meracau dengan
pernyataan-pernyataan bandingannya. Penjelasan sebagai tanggapan atas setiap
contoh bandingan yang disajikan Iskander Jadeed dalam mempertentangkan INJIL
BARNABAS dengan Al Qur’an membuktikan sikap meracaunya Iskander Jadeed . Banyak
kebohongan dan pengelabuan dalam pernyataan-pernyataannya tersebut . Dengan
demikian pernyataan komentar Iskander Jadeed ini cukup dberikan komentar : “ Masihkah
ada seorang Kristen yang mempercayai kebohongan pernyataan-pernyataan Iskander
Jadeed ini yang berusaha menyanggah bahwa Messias adalah Muhammad anak Abdullah
dan berusaha menetapkan Yesus itulah Messias ? “.
Pada bagian lain tulisannya , Iskander Jadeed mengungkap “ bukti-bukti “ ketidak benaran INJIL BARNABAS karena tidak sesuai
dengan “ fakta “. Bukti-bukti yang
disebut Iskander Jadeed tersebut disajikan berikut yang disertai tanggapan atasnya .
1. Iskander
Jadeed mengungkapkan ketidak-tepatan
geografis yang disebutkan dalam INJIL BAR- NABAS
20 :1 yaitu : “ Yesus pergi ke laut Galilea dan naik ke
dalam sebuah perahu berlayar ke kotanya Nazareth ; dalam pada itu terjadi suatu
topan di laut , sampai akhirnya perahu itu hampir tenggelam “. Sehubungan
dengan itu Iskander Jadeed berkomentar bahwa itu menjadi “ bukti
pertama ketidak-tahuan penulisnya tentang ilmu bumi Palestina dan Negara tempat
terjadinya kisah-kisah yang bersifat agama ……... Sudah lama diketahui dengan baik bahwa
Nazareth terletak di atas bukit di Galilea dan bukan sebuah kota di pesisir
pantai seperti yang dikatakan penulis “ .
Lengkapnya cerita ada pada ayat 20 : 1-8 . Jika
Iskander Jadeed bersikap obyektif, sesungguhnya yang diceritakan INJIL BARNABAS 20 : 1-8
sejalan benar dengan cerita yang tercantum dalam Injil Matius 8 : 18 , 23 -27 ( bandingkan dengan Markus 4 : 36 -41 dan Lukas 8 : 23 -25 ) . Kesejalanan cerita menunjukkan bahwa
sesungguhnya INJIL BARNABAS tidak perlu
ditraumakan dan ditakuti oleh penganut Kristen. Tetapi karena ada bagian-bagian
yang menyangkut akidah dasar yang bertentangan dengan dogma Kristen tradisional
tetapi sejalan dengan ajaran Islam , maka sepenuh hati penganut Kristen
menolaknya dengan mengabaikan begitu banyak kesamaannya . Penulis sajikan
kedua versi cerita ini dalam matriks berikut
:
Barnabas
20 : 1-8
|
Matius
8 : 18 , 23-27
|
Syahdan pergilah Yesus ke laut Galilea dan turunlah
ia ke dalam sebuah kapal untuk berlayar ke Nazaret negerinya . ( 1)
Maka terjadilah tofan besar di
laut sehingga hampir menenggelamkan kapal itu . ( 2 )
Dan Yesus
sedang tidur di haluan kapal itu.(3 ).
Maka didekatinyalah dia oleh
para muridnya dan dibangunkannya, kata mereka : “ Ya tuan, selamat-kanlah
dirimu karena kita sekalian pasti akan binasa . (4)
Dan
mereka itu diliputi oleh ketakutan yang dahsyat karena angin yang keras itu
menentang mereka dan gemuruhnya laut . (5)
Maka bangunlah Yesus sambil
memandangkan kedua matanya ke langit dan berkata : “ Ya Elohim al Sabaut ,
kasihanilah hamba-hamba-Mu “ ( 6 ) .
Dan ketika Yesus mengatakan
demikian itu , maka redalah angin seketika dan lautpun tenang . (7 ).
Maka gelisahlah para pelaut ,
kata mereka : “ Sia-pakah , gerangan orang ini sehingga laut dan angin
mentaati dia “ . ( 8 )
|
Apabila dilihat oleh Yesus akan
orang banyak mengelilingi dia , disuruhnya murid-muridnya menyeberang ke
seberang ( 18 )
Apabila
Yesus naik ke dalam sebuah perahu , lalu diiringkan oleh murid-muridnya .( 23
).
Maka
sekonyong-konyong turunlah angin ribut yang besar ke tasik itu, sehingga
perahu itu ditim-bus ombak; akan tetapi Yesus ada tidur juga . ( 24 ).
Maka datanglah murid-muridnya
membangun-kan dia , katanya : “ Ya tuhan tolonglah , binasa kami “ (
25 )
Maka berkatalah ia kepada
mereka itu : “ Apakah sebabnya kamu takut, hai kamu yang kurang percaya ? “.
Lalu bangunlah ia sambil melarang angin
dan ombak itu ; maka jadilah teduh sekali . ( 26 )
Maka heranlah sekalian orang ,
katanya : “ Siapa-kah gerangan orang ini , sehingga angina dan laut pun
menurut perintahnya ? “.( 27 )
|
Tidak diragukan lagi , keduanya menceritakan satu
peristiwa yang sama . Menjadi pertanyaan kepada Iskander Jadeed dan penganut
Kristen lainnya , berdasarkan cerita Injil Matius 8 : 18 , 23 -27 , Yesus dan
para murid ini naik perahu dari
mana ke mana ? Pertanyaan yang
sangat penting dijelaskan ! Sayangnya Injil Matius tidak menceritakan hal itu ,
hanya tiba-tiba saja menceritakan Yesus dan para murid naik perahu, tetapi dari
mana dan ke mana tidak diungkapkan . Oleh
karenanya , kajian yang logis untuk menjawab pertanyaan tersebut , adalah menyimak secara cermat ayat-ayat sebelum dan
sesudah ayat Matius 8 : 18 , 22 -27 . Ternyata dalam ayat Matius 8 : 14-17
diungkapkan Yesus datang ke rumah
Peterus dan menemukan ibu mertuanya Peterus dalam keadaan sakit (14) . Lalu
Yesus menjamahkan tangannya sehingga ibu mertua Peterus menjadi sembuh (15 ).
Setelah itu pada petang harinya - jadi masih di rumah Peterus – orang-orang
yang sakit dirasuk setan dibawa kepada Yesus (16 ) dan Yesus pun
menyembuhkannya (17 ). Dan cerita bersambung pada ayat 8 : 18 : “ Apabila
dilihat oleh Yesus akan orang banyak mengelilingi dia , disuruhnya
murid-muridnya menyeberang ke seberang
“ yang dikutipkan di atas ! Berarti Yesus dan para murid naik perahu di pantai laut dari negeri di mana
rumah Peterus berada . Dan perlu diketahui , Peterus seorang nelayan , tentu
dia bertempat tinggal di kota /negeri yang ada lautnya. Di negeri mana, rumah Peterus itu berada ? Mari kita baca ayat Matius
4 : 18 .
Ketika ia berjalan-jalan di pantai tasik Galilea ,
dilihatnya orang dua beradik , yaitu Simon yang dipanggil Peterus dengan
saudaranya Andereas , yang sedang menebar jala di tasik , karena mereka itu
nelayan .
Dari ayat ini, dipahami bahwa rumah Peterus ada di
dekat tasik ( pantai laut ) Galilea . Dihubungkan dengan ayat Matius
8 : 18 , berarti Yesus dan para
murid naik perahu dari negeri Galilea ! Cocok dengan INJIL BARNABAS : “… pergilah
Yesus ke laut Galilea dan turunlah ia ke dalam sebuah kapal … “ ( 20 : 1 )
.
Selanjutnya kita kaji ayat sesudah ayat Matius 8 :
18, 23-27 yaitu ayat Matius 8
: 28 dan ayat Matius 9 : 1. Ayat
Matius 8 : 28 mengatakan
: “ Setelah ia sampai ke seberang
di tanah Gadara ……. “. Perjalanan Yesus dan para murid yang naik
perahu rupanya sampai ke negeri Gadara ,
berhadapan dengan tanah Galilea dan di antarai laut Galilea. Rupanya perjalanan Yesus dan para murid tidak berhenti
di negeri Gadara. Setelah melaksanakan misi di Gadara , Yesus dan para murid
kembali melakukan perjalanan . Ke mana ? Dalam ayat Matius 9 : 1 dikatakan : “ Maka
naiklah Yesus ke dalam sebuah perahu
serta menyeberang lalu tibalah di negerinya sendiri “ . Pertanyaannya , di mana “ negerinya
sendiri “ dari Yesus ? Jawaban yang pasti : NAZARETH ! Dengan demikian ,
ayat Matius 9 : 1 mengungkapkan perjalanan Yesus dari GADARA ke NAZARET
dengan naik perahu ! Sebagaimana yang dikatakan Iskander Jadeed - Nazareth terletak di atas bukit di Galilea
dan bukan sebuah kota di pesisir pantai . Jadi sekali lagi : Yesus ke NAZARET yang ada di atas bukit di
Galilea dengan naik perahu dari GADARA !
Cocok dengan Injil Barnabas
: “ turunlah
ia ke dalam sebuah kapal untuk berlayar ke Nazaret negerinya “ ( 20 : 1 ) . Lalu apanya yang janggal
dengan cerita INJIL BARNABAS ketika
INJIL MATIUS yang diakui kanonik oleh
penganut Kristen justru juga berbicara hal yang sama : YESUS NAIK PERAHU DARI GADARA KE NAZARETH ?. Memang jika memahaminya secara garis lurus dan
tidak memahami gaya kalimat dalam penceritaan tentu akan didapatkan “ kejanggalan “ . Oleh karena itu pemahaman
kita atas ayat-ayat tersebut , baik pada Injil Barnabas ataupun Injil Matius
harus dilihat dari “ titik awal “ ke “ titik akhir “ perjalanan Yesus dan para
murid dengan perahu dari Galilea ke Gaddara lalu ke “ negerinya “ (Nazareth). Titik akhir
perjalanan Yesus dalam cerita adalah Nazaret sebagaimana disebutkan dalam kisah
yang disajikan. Yesus dari tasik Galilea ke Gaddara naik perahu kemudian dari
Gaddara kembali ke negeri Galilea tentu juga naik perahu. Tapi hal itu bukan
berarti akan naik perahu juga ke Nazaret di atas bukit melainkan dipahami dari
Galilea ke Nazaret naik “ kendaraan “
darat atau jalan kaki . Hal ini pula yang harus diterapkan pada INJIL
BARNABAS 20 : 1 , sekalipun tidak
disebut ada negeri yang dikunjungi terlebih dahulu – yaitu Gaddara - sebelum ke
Nazaret . Apalagi seperti yang dikatakan Iskander Jadeed : “ ….. Nazareth
terletak di atas bukit di Galilea dan bukan sebuah kota di pesisir pantai
seperti yang dikatakan penulis “ , merupakan ekstrapolasi yang berlebihan –
untuk tidak disebut sebuah kedustaan - karena sesungguhnya INJIL BARNABAS tidak
pernah mengatakan : Nazareth adalah kota
di pesisir pantai ! Jelaslah , apa yang dikatakan Iskander Jadeed adalah
kesimpulan atas fakta pernyataan INJIL BARNABAS dan bukan fakta itu sendiri ,
yang sebenarnya juga harus diterapkan pada Injil-Injil Kanonik , bilamana
Iskander Jadeed benar-benar obyektif dalam pembahasannya . Kesimpulan Iskander Jadeed sangat dipengaruhi oleh dogma Kristen yang dianut
Iskander Jadeed yang menghilangkan akal
warasnya .
2. Iskander
Jadeed juga mengungkapkan ketidak-tepatan lokasi geografis dari kota NINEVEH
dalam cerita INJIL BARNABAS 63 : 2 (
sebenarnya ayat 63 : 4 -7 ) . Iskander
Jadeed berkomentar : “ Sudah
diketemukan dengan baik bahwa kota Niniveh adalah ibu kota dari kerajaan Asyur
dan didirikan di atas jalur sebelah timur sungai Tigris , di atas satu pintu ke
luar ( gerbang ) yang dikenal dengan nama Al –Khisr . Sebab itu , kota ini tidak
terletak di daerah
Timur Tengah seperti yang dilaporkan penulis “.
Sungguh mengherankan mengapa Iskander
menyajikan kebohongan dengan mengatakan : “ …… kota ini tidak terletak di daerah Timur Tengah
seperti yang dilaporkan penulis “ . Sebab, INJIL BARNABAS ayat 4-7 sama
sekali tidak mengungkapkannya kecuali menceritakan perjalanan pelarian Yunus
dari Ninive ke Tarsus , dilempar ke laut dan ditelan ikan . Cuma itu dan tidak
ada sama sekali dikatakan kota Nineveh ada di Timur Tengah . Pernyataan
Iskander Jadeed terlalu mengada-ada. Dan
kita tidak tahu , apa yang dimaksud oleh Iskander Jadeed dengan “ Timur Tengah
“ , sebab sungai Tigris berada di wilayah Irak sekarang , juga berada di Timur
Tengah . Perlu pula diketahui ,
pengarang INJIL BARNABAS tidak melaporkan letak geografis kota Nineveh seperti
yang dikatakan Iskander Jadeed , melainkan mengungkapkan perkataan Yesus
tentang pelarian Yunus dari Nineveh ke Tarsus . Sebenarnya kisah Yunus diceritakan pula dalam Perjanjian Lama , ayat Yunus 1 : 1- 3 yaitu :
Sebermula maka datanglah firman Tuhan kepada Yunus bin
Amitai , bunyinya : Bangunlah engkau , pergilah ke Ninewe, negeri besar itu dan
berserulah akan dia karena kejahatannya sudah naik sampai di hadapan hadirat-Ku .
Tetapi bangunlah Yunus
hendak lari ke Tarsis dari hadapan hadirat Tuhan , maka turunlah ia ke Yafo,
didapatinya akan sebuah kapal yang hendak berlayar ke Tarsis, dibayarnya uang
tumpangannya, lalu turunlah ia ke dalamnya hendak berlayar serta mereka itu ke
Tarsis dari hadapan hadirat Tuhan .
Jadi , jika Iskander Jadeed mencari kesalahan ayat INJIL BARNABAS berdasarkan lokasi
geografis dari temuan arkeologi untuk kota Niniveh , maka ayat Yunus 1 lebih tepat dan lebih
didahulukan untuk disalahkan, sebab dari isi ceritanya terlihat pengarang Injil
Barnabas mengutipnya dari kitab Yunus ! Mengutip isi Perjanjian Lama memang juga
menjadi kebiasaan pengarang Injil Kanonik seperti pengarang Injil Matius, yang
selalu mengutip ayat-ayat Perjanjian Lama untuk menggambarkan dipenuhinya
nubuatan oleh Yesus. Nyatalah betapa Iskander Jadeed terlalu mengada-ada dengan
pernyataannya. Ada ketidak-jujuran yang terlalu kental dari Iskander Jadeed dan
kebohongan saja yang selalu disajikan !
3. Iskander
Jadeed menyajikan bukti “ ketidak-pahaman
“ pengarang INJIL BARNABAS tentang sejarah kehidupan Yesus Kristus dengan menunjukkan pernyataan ayat INJIL
BARNABAS 3 : 1 : “ Ketika Yesus lahir , Pilatus adalah Gubernur
, sedangkan jabatan kepala agama dipegang oleh Ananias dan Cayaphas “ . Iskander Jadeed berkata : “ Hal
ini samasekali tidak benar , karena Pilatus menjadi Gubernur dari tahun 26
sampai 36 Masehi. Sedangkan Ananias menjabat sebagai kepala agama pada tahun 6
Masehi dan Cayphas dari tahun 8 s/d 36 Masehi “.
Harap diperhatikan , dalam
hubungan dengan ketepatan waktu antara masa Pilatus menjabat sebagai Gubernur ( menurut Iskander
Jadeed : pada tahun 26 -36 M ) dengan Ananias yang menjabat sebagai kepala
agama ( menurut Iskander Jadeed : pada tahun 6 M ) , Iskander Jadeed mencoba
menunjukkan “ ketidak-benaran “ yang
disajikan INJIL BARNABAS. Penulis kutipkan ayat
Injil Barnabas 3 : 1-2 untuk
dibandingkan dan membuktikan kebenaran
kutipan Iskander Jadeed sebagai
berikut :
Herodes di waktu itu adalah raja atas Yudea dengan titah Kaisar Agustus. Sedang Pilatus seorang hakim ( Prokurator ) di zaman kekuasaan Majelis Besar untuk Hannas dan Kayafas.
Bandingkan kutipan
terjemahan ayat Injil Barnabas 3 : 1-2 tersebut dengan kutipan yang disajikan Iskander
Jadeed . Ada dua hal yang berbeda yaitu :
a. Nama
“ HANNAS “ dalam ayat Injil Barnabas 3 :
2 menurut kutipan Iskander Jadeed menjadi “ ANANIAS “. Kita
tidak tahu apakah nama HANNAS identik dengan ANANIAS . Dalam Perjanjian Baru nama “ ANANIAS “ sebagai
Imam Besar disebut dalam KRR. 23
: 2 . Juga ada disebut dalam peristiwa
tobat-nya Paulus, jauh sesudah “ penangkapan
dan penyaliban Yesus “ ( baca . KRR. 9 : 10 ) dan juga dalam peristiwa dengan
Peterus ( baca KRR. 5 : 1-5). Tetapi bukan Ananias sebagai Imam Besar. Untuk
bahasan ini, mari dipahami saja, nama “ HANNAS “ sama dengan nama “ ANANIAS “ yang ditulis Iskander Jadeed .
b. Kalimat “ di
zaman kekuasaan Majelis Besar untuk Hannas dan Kayafas “ dalam kutipan Iskander Jadeed menjadi : “....sedangkan jabatan kepala agama dipegang oleh
Ananias dan Cayaphas “.
Dan hebatnya , Iskander Jadeed membuktikan
“ ketidak-benaran “ ayat
Injil Barnabas 3 : 1-2
setelah dia mengubah makna kalimatnya . Ketidak-benaran apa yang hendak dibuktikan
Iskander Jadeed atas INJIL BARNABAS jika Iskander Jadeed menyajikan dengan cara
yang tidak jujur dan tidak benar ? Bukankah cara demikian menunjukkan
ketidak-jujuran ? Sebenarnya ayat
Barnabas 3 : 1-2 sejalan dengan ayat
Lukas 3 : 1-2 yang diakui kanonik oleh Iskander Jadeed dan penganut Kristen
lainnya. Berikut dikutipkan ayat Lukas 3
: 1-2 :
Maka pada tahun yang ke lima belas pada zaman Kaisar
Tiberius tatkala Pontius Pilatus menjadi wakil pemerintah Yudea dan Herodes menjadi raja Galilea dan Pilipus , saudara Herodes , raja di jajahan
Ituria serta Terakhonitis dan Lisanias raja Abilene ,
Pada zaman Hannas dan Kayafas menjadi Imam Besar , turunlah firman Allah kepada Yahya anak Zakaria , di
padang belantara ;
Ternyata ayat Lukas 3 : 1-2 juga menyatakan bahwa “ masa Pilatus menjadi wakil pemerintah Yudea bersamaan dengan masa
Hannas dan Kayafas menjadi Imam Besar “
sama seperti yang disebut Injil Barnabas 3 : 1-2 . Jika waktu Pilatus menjabat sebagai Gubernur ( menurut Iskander Jadeed : 26 -36
M ) tidak tepat dengan waktu Ananias
menjabat sebagai kepala agama ( menurut
Iskander Jadeed : 6 M ) , bukankah lebih tepat jika Iskander Jadeed menyalahkan ayat Lukas 3 : 1-2 saja - yang
diakui kanonik oleh penganut Kristen - yang justru menyatakan ketepatan
waktu antara Pilatus dengan Ananias ( jika yang dimaksud adalah : HANNAS ) sebagai
Imam Besar daripada menyalahkan INJIL BARNABAS ? Mengapa hanya INJIL BARNABAS yang disalahkan ? Jadi ada ketidak-jujuran dan ketidak-fairan Iskander Jadeed dalam masalah ini.
Selanjutnya pada ayat INJIL
BARNABAS 3 : 1-2 hanya dikatakan : “ …....
di zaman kekuasaan Majelis Besar untuk
Hannas dan Kayafas “ , sama seperti
yang dikatakan Injil Lukas 3 : 12 : “ ….Pada
zaman Hannas dan Kayafas menjadi Imam Besar “ dan sama sekali tidak dikatakan: “ ….sedangkan jabatan kepala agama dipegang oleh
Ananias dan Cayaphas “ seperti
yang dikatakan Iskander Jadeed . Jadi kita mendapatkan fakta kebohongan
Iskander Jadeed dengan pernyataan tersebut . Keberadaan HANNAS yang juga memiliki kekuasaan di Majelis Imam
Besar dan juga disebut sebagai Imam Besar di samping juga dikatakan bahwa yang menjadi
Imam Besar adalah KAYAFAS , diungkapkan Injil
Yahya 18 sebagai berikut ( dikutip hanya ayat 18 : 12-13 , 19 dan 24 supaya tidak terlalu panjang ) :
Maka pasukan laskar dan
panglima dan segala hamba orang Yahudi itupun menangkap Yesus dan mengikat dia,
lalu dibawanya dia mula-mula kepada HANNAS , karena ialah MENTUA KAYAFAS , yang menjadi Imam Besar pada tahun itu .
Maka Imam Besar itu
menyoal Yesus dari hal murid–muridnya
dan dari hal pengajarannya.
Lalu HANNAS menyuruhkan dia dengan ikatannya
menghadap KAYAFAS, Imam Besar itu .
Ayat Yahya 18 : 12-13,19 sangat jelas mengatakan bahwa HANNAS adalah
Imam Besar yang menyoal Yesus . Analisisnya demikian. Pada ayat 13 dikatakan “ dibawanya
dia mula-mula kepada HANNAS “ lalu
ayat 19 bercerita : “ Imam
Besar itu menyoal Yesus “ . Tokoh “
Imam Besar “ yang menyoal Yesus adalah HANNAS,
sebab dikatakan sesudah “ Imam Besar itu
menyoal Yesus “ lalu pada ayat 24 ,
diceritakan : “ Lalu HANNAS menyuruhkan dia dengan ikatannya menghadap KAYAFAS, Imam Besar itu “. Artinya
sebelum Yesus dibawa menghadap kepada “ KAYAFAS
, Imam Besar itu “ ternyata Yesus
diperiksa dan ditanya dulu oleh HANNAS, yang juga disapa dengan sebutan “ Imam Besar itu menyoal Yesus “. Dengan
demikian, pada waktu penangkapan Yesus ada dua “ Imam Besar “ yaitu HANNAS dan
KAYAFAS . Demikian yang dipahami
dari Injil Yahya dan sejalan dengan Injil
Lukas 3 : 12 : “ ….Pada
zaman Hannas dan Kayafas menjadi Imam Besar “ dan juga sejalan dengan INJIL BARNABAS itu 3 : 1-2 : “…di
zaman kekuasaan Majelis Besar untuk Hannas dan Kayafas“. Lalu atas
dasar apa Iskander Jadeed menyajikan
kebohongan yang berupa satu bukti “ ketidak-pahaman “ pengarang INJIL
BARNABAS tentang sejarah kehidupan Yesus Kristus dengan menunjukkan pernyataan
ayat INJIL BARNABAS 3 : 2 yang menyatakan kelahiran Yesus terjadi pada masa “ … di
zaman kekuasaan Majelis Besar untuk Hannas dan Kayafas “ sebagai pernyataan yang tidak benar , padahal
Injil Yahya dan Injil Lukas menyatakan hal yang sama seperti yang dinayatakan Injil Barnabas ? Apakah
pengarang Injil Yahya dan Injil Lukas bisa juga dikatakan tidak paham tentang
sejarah kehidupan Yesus ?
Hal lain yang
dibuktikan oleh ayat Yahya
18 ( ayat 18 : 12-13 , 19 dan 24 ) adalah kebohongan pernyataan Iskander
Jadeed yang menyatakan bahwa HANNAS
menjadi Imam Besar pada 6 M sedangkan Pilatus menjadi Gubernur pada 26 -36 M [3] ). Padahal pada saat Pilatus menjadi “
gubernur “ , HANNAS masih disebut Imam Besar ( lihat
ayat Yahya 18 : 19). Atau paling tidak
masih memiliki wewenang sebagai “ Imam
Besar “ , walaupun pada saat itu yang
menjadi Imam Besar adalah Kayafas , sang menantu . Bahkan menurut KRR. 4 : 5 -6 menceritakan keberadaan Hannas sebagai Imam
Besar dan juga Kayafas tanpa menyebutnya
sebagai Imam Besar . Hal ini terjadi pasca perginya Yesus dan sebelum munculnya
figur Paulus yaitu ketika Peterus dan Yahya menyampaikan pengajaran tentang
Yesus tetapi mendapat tantangan para Imam , penghulu Bait Allah dan orang
Saduki sehingga mereka dihadapkan pada pengadilan
Imam Besar . Ayat KRR. 4 : 5-6 bercerita
:
Pada keesokan
harinya , berhimpunlah di Yerusalem segala penghulu dan orangtua-tua dan Ahli
Toratnya , dan HANNAS IMAM BESAR dan KAYAFAS , dan Yahya dan Iskandar, dan
sekalian orang itupun yang dari pada asal bangsa Imam Besar ada di situ .
James D. Tabor mengungkapkan, Hannas
menjabat posisi sebagai Imam Besar secara resmi mulai tahun 6 M menggantikan Yoasar , namun penguasa Romawi
menurunkannya pada tahun 15 M. Sesudah itu dari tahun 15 M sampai tahun 30 M
Hannas diganti oleh puteranya sebagaimana dikatakan James D. Tabor : ” Lima dari putera-puteri kemudian menduduki
jabatan tersebut ”. Yosephus , sejarahwan kuno Yahudi mengungkapkan,
Valeritus Gratus utusan Kaisar Romawi , memecat Hanas dari jabatannya yang
kudus itu dan mengangkat Ismael bin Phiabi sebagai Imam Besar . Tak lama
kemudian, Ismael dipecat dan mengangkat Eleazar anak Hanas sebagai
penggantinya. Setahun kemudian , jabatan Imam Besar dipercayakan kepada Simon
anak Camith , yang hanya memegang jabatan tersebut tidak lebih dari satu
tahun dan digantikan dengan Yusuf
Kayafas. Setelah pengangkatan Yusuf Kayafas , Valeritus Gratus , pensiun dan
tinggal selama setahun di Yudea. Valeritus Gratus digantikan Pontius Pilatus. Kayafas
telah menjadi Imam Besar mulai tahun 18 M tetapi hanya ” IMAM BONEKA ” di bawah
banyang-bayang kekuasaan Hannas dan secara resmi menjadi Imam Besar baru
pada tahun 30 M sampai tahun 38 M .
Namun dibalik itu , kekuasaan yang sebenarnya dipegang oleh Hannas. Kayafas
kemudian dipecat dan digantikan Yonathan , anak Hanas sebagai Imam Besar.
Rupanya ada tenggang waktu sesudah Yonathan di mana jabatan Imam Besar dipangku
oleh Yusuf (Kayafas?) yang kemudian dipecat oleh Albinus, utusan Kaisar Romawi
sebagai gubernur Yudea dan digantikan oleh anak Hanas bernama : ANANUS (Imam
Besar Ananias ?) [4] ).
Hal yang paling penting yaitu apa
yang dikemukakan INJIL BARNABAS tentang HANNAS dan KAYAFAS ( 3 : 1-2 ) sejalan
dengan Lukas 3 : 1-2 dan Yahya 18 ( ayat
18 : 12-13 , 19 dan 24 ). Lalu apa
yang mau disalahkan atas INJIL BARNABAS oleh Iskander Jadeed ? Salahkan dulu
ayat Lukas 3 : 1-2 dan Yahya 18 ( ayat 18 : 12-13 , 19 dan 24 )
baru INJIL BARNABAS disalahkan ! Tetapi pernyataan Iskander Jadeed menunjukkan
kebohongannya atau paling tidak menunjukkan ketidak-tahuannya tentang Bibel .
Iskander Jadeed mengatakan : “ Sedangkan Ananias menjabat sebagai kepala
agama pada tahun 6 Masehi dan Cayphas
dari tahun 8 s/d 36 Masehi “. Jika pernyataan Iskander Jadeed benar dan bukan satu kebohongan , mari kita
simak ayat KRR. 23 : 2 : “ Maka Ananias , Imam Besar itupun menyuruhkan
orang lain yang berdiri dekat Paulus menampar mulutnya “. Apa yang dapat kita simpulkan atas ayat
KRR. 23 : 2 tentang masa Ananias menjadi Imam Besar ? Ternyata Ananias tengah menjalani tugas
sebagai Imam Besar ketika Paulus ditangkap lantaran membawa pengajaran Kristen,
lama sesudah Yesus “ ditangkap , disalib , dikuburkan dan bangkit
kembali dari antara orang mati “ sebagaimana yang menjadi kepercayaan
Kristen . Masa ketika Paulus ditangkap oleh hamba-hamba Imam Besar dan disesah
atas perintah Imam Besar Ananias jelas bukan pada tahun 6 M melainkan sekitar tahun 40 M. Lalu
bagaimana Iskander Jadeed bisa mengatakan Ananias menjadi Imam Besar pada tahun
6 M ? Mungkin ada kilah penganut Kristen dalam rangka membela pernyataan
Iskander Jadeed , yaitu Ananias yang dikatakan Imam Besar pada waktu
penangkapan Yesus , bukan Imam Besar Ananias pada waktu Paulus ditangkap
seperti yang diceritakan KRR. 23 . Kilah
demikian terlalu dibuat-buat dan tidak layak diperhatikan . Jika kilah tersebut
benar, silakan tunjukkan dalilnya dalam Bibel ! Nyatalah Iskander Jadeed tidak
benar dengan pernyataannya yang mempermasalahkan masa tugas Ananias sebagai
Imam Besar yang dikaitkan dengan ketepatan dengan masa Pilatus menjabat sebagai
Gubernur .
Sedikit dijelaskan di sini , raja Herodes
yang diceritakan oleh Injil Matius ada meme-rintahkan membunuh bayi-bayi pada
masa Yesus dilahirkan sehingga Yusuf dan Maryam melarikan diri ke Mesir, adalah
Raja Herodes Yang Agung ( Herod The Great ).
Ia seorang budak Romawi yang berasal dari Edom ( Edomite ) yang dengan
peran dan pengabdiannya kepada Romawi lalu diangkat sebagai raja di Galilea
mewakili kekaisaran Romawi. Dia meninggal pada bulan April tahun 4 SM (
Sebelum Masehi ) . Ini berarti Yesus
dilahirkan kira-kira sekitar tahun 4 SM. Jika Iskander Jadeed
mengatakan bahwa Ananias menjadi Imam
Besar pada tahun 6 M , berarti umur Yesus pada waktu itu 10 tahun. Ini
bertentangan dengan Injil Lukas yang menginformasikan ,Yesus dilahirkan dalam
masa sensus penduduk ketika Publius
Sulpicius Quirinius menjabat sebagai Gubernur Suriah melaksanakan tugas
memerintah Suriah mewakili Kaisar Agustus di Roma. Ia menjabat selama tahun 6
-7 Masehi. Dengan demikian, menurut
Injil Lukas Yesus lahir sekitar tahun 6
-7 M . Jika Iskander Jadeed mengatakan
bahwa Ananias menjadi Imam Besar pada tahun 6 M , berarti Yesus pada
waktu itu baru lahir atau bahkan mungkin belum lahir . Bagaimana Iskander
Jadeed dan penganut Kristen lainnya
menjelaskan hal ini ?. Terbuktilah kebohongan Iskander Jadeed.
4.
Iskander Jadeed dalam membuktikan “ketidak-benaran“ INJIL BARNABAS adalah dengan
mengangkat masalah “ Messias “ yang dikatakan oleh INJIL BARNABAS sebagai “
turunan Ismail “ bukan “ turunan Daud “
( baca Injil Barnabas pasal 142 : 16-17 sebagaimana
yang dikutipkan sebelum ini , ZA ) dan mempertentangkannya dengan silsilah
Yesus dalam Injil Matius dan Injil Lukas . Juga Iskander Jadeed menyatakan “ ketidak-benaran “ INJIL BARNABAS karena
adanya pernyataan Yesus bahwa PERJANJIAN
diberikan kepada ISMAIL dan bukan kepada
ISHAK (
baca Injil Barnabas pasal 124 : 14
sebagaimana yang dikutipkan sebelum ini , ZA ) . Dalam hal ini Iskander
Jadeed berkata : “ Ini
merupakan kesalahan yang besar karena setiap orang yang membaca silsilah
Kristus dalam Injil yang sejati ( benar ) akan melihat bahwa silsilah itu ,
menurut daging , dia berasal dari keturunan Daud , suku Yehuda “.
Bagi Iskander Jadeed , Injil yang sejati ( benar ) adalah
Injil kanonik yang diakui dan diterima
gereja dan penganut Kristen , yaitu Injil
KARANGAN Matius , Injil KARANGAN Markus , Injil KARANGAN Lukas dan Injil
KARANGAN Yahya, sekalipun fakta
tidak terbantah menunjukkan bahwa keempat Injil tersebut menyajikan
cerita yang berbeda untuk sesuatu peristiwa . Perbedaan-perbedaan yang
didemonstrasikan keempat Injil kanonik atas suatu kejadian rupanya menurut
Iskander Jadeed adalah kesejatian dan kebenaran Injil-Injil tersebut. Begitukah
? Akal sehat tidak akan pernah bisa
menerima yang demikian dan dalil-dalil
logika pun akan menolaknya . Kebenaran sesuatu peristiwa hanya satu . Jika
terdapat perbedaan , maka hanya satu
cerita yang benar , dan yang lainnya cerita bohong atau semuanya salah dan tidak mungkin semuanya
benar . Untuk menunjukkan semua perbedaan antar keempat Injil kanonik tentang
sesuatu hal dibutuhkan satu tulisan tersendiri berupa sebuah buku tebal. Oleh
karena itu, tidak disajikan dalam tulisan ini . Tapi pembaca dapat dipuaskan dengan sebuah contoh tentang perbedaan keempat
Injil kanonik dengan membandingkan nama-nama murid Yesus yang disajikan
keempatnya sebagaimana yang telah disajikan dalam awal tulisan ini. Dasar yang
dipakai Iskander Jadeed untuk mempertentangkan antara pernyataan INJIL BARNABAS bahwa “ Messias adalah turunan
Ismail bukan turunan
Daud “ dengan silsilah Yesus
dalam Injil Matius dan Injil Lukas , adalah
pemahamannya atas kata : “ Messias “ yang dihubungkan dengan
sebutan “ al Masih “ ( Kristus ) untuk Yesus.
Mengenai masalah “ Messias “ telah dibahas pada
bahagian di muka . Pada bahagian ini akan disinggung masalah silsilah Yesus sebagai turunan Daud
sebagaimana yang dinyatakan Iskander Jadeed dalam pernyataannya di atas. Ada
yang menarik dari pernyataan Iskander Jadeed : “ …. setiap orang yang membaca silsilah Kristus dalam Injil yang sejati ( benar ) akan melihat bahwa silsilah itu, menurut daging, dia berasal dari
keturunan Daud, suku Yehuda….“. Istilah “ menurut daging “ berarti secara biologis sehingga pernyataan
Iskander Jadeed dipahami bahwa silsilah
Yesus yang tercantum dalam Injil Matius dan Injil Lukas adalah secara biologis.
Bacalah ayat Matius 1 : 1 - 16 dan ayat Lukas 3 : 23 – 38 ; keduanya berbicara tentang “ silsilah Yesus “. Dari kedua kelompok ayat ini didapatkan ,
ternyata secara biologis silsilah tersebut berbicara mengenai silsilah Yusuf , suami Maryam ,
dan bukan
silsilah Yesus, karena Maryam sudah hamil mengandung Yesus sebelum disentuh
Yusuf ( baca Matius 1 : 18 ). Oleh karena
silsilah Yusuf menggambarkan turunan Daud, sedangkan Yesus secara biologis
bukan anaknya Yusuf , maka dengan sendirinya Yesus tidak bisa dilihat
sebagai turunan Daud. Dengan demikian
betapa kelirunya Iskander Jadeed dengan pernyataannya : “……silsilah itu, menurut daging dia berasal dari keturunan Daud, suku
Yehuda “. Berdasarkan silsilah dalam Injil Matius dan Injil Lukas, sangat
jelas secara biologis Yesus bukan
keturunan Daud , suku Yehuda . Lalu apa yang mau dipertentangkan dengan
INJIL BARNABAS yang menyatakan
bahwa “ Messias adalah turunan Ismail bukan turunan Daud “ ? Iskander Jadeed telah keliru ketika
mengatakan Yesus adalah turunan Daud, suku Yehuda.
Sekedar diketahui , menurut Injil Matius , Yusuf
suami Maryam adalah YUSUF BIN YAKUB
, sedangkan menurut Injil Lukas adalah YUSUF BIN HELI . Kita bertanya kepada seluruh penganut
Kristen , apakah Maryam mempunyai dua
orang suami dalam waktu yang bersamaan ? Na’udzu billahi mindzaalika !
Tidak mungkin ! Ini berarti ada yang tidak benar dengan Injil-Injil yang diakui
kanonik oleh gereja dan penganut Kristen , dan bukan INJIL BARNABAS yang tidak
benar .
Dari bahasan atas semua pernyataan Iskander Jadeed
, terlihat betapa Iskander Jadeed telah keliru dan juga penuh pengelabuan dan
kebohongan dalam pernyataan-pernyataanya. Tidak habis heran kita, mengapa
menegakkan kebenaran agama yang dianut harus dengan cara manipulasi, mengelabui
dan berbohong ?
[1] ). Buku aslinya berjudul : ” The Gospel of
Barnabas – A False Testimony ” diterbitkan : The Good Way – Rikon / Switzerland
, untuk menjawab pertanyaan A.Q. Jazzin
Lebanon : ” Why don’t Christians
recognize the Gospel of Barnabas ? ” ( Mengapa penganut Kristen tidak
mengakui Injil Barnabas ? ) .
[2] ) . Ignace adalah seorang murid Yahya dan wafat di Roma pada
sekitar tahun 110 M . Injil Ignace ini sudah tidak berbekas lagi , mungkin ada
tersembunyi di perpustakaan Paus
, nasib yang dialami semua
Injil-Injil Apokrif sejak Konsili Nicea tahun 325 M .
[3] ). Craig A. Evans dalam bukunya “ Fabricating Jesus “ ( ed.
bhs.Indonesia : Merekayasa Yesus ) hal.206 menulis tentang masa Pilatus memegang jabatan : “ Pilatus diasumsikan
memangku jabatan pada 25-26 M. Pemindahan-nya pada awal tahun 37 menunjukkan
bahwa ia menjadi gubernur selama sebelas tahun . Namun ada bukti ( dari uang
koin dan Josephus ) , masa jabatan Pilatus mungkin
dimulai lebih awal yaitu tahun 19 atau 20 . Jika demikian – dan ini bukan tempat untuk memperdebatkan
pertanyaan yang rumit – Pointus Pilatus mungkin menjadi
gubernur Yudea dan Samaria selama 17 tahun “. Perhatikan pernyataan yang berisi kata-kata
dan kalimat : “ diasumsikan “, “ mungkin “ dan “ dan ini bukan tempat untuk memperdebatkan
pertanyaan yang rumit “ yang memberi
gambaran tentang ketidak-pastian masa pemerintahan Pointus Pilatus , apakah
memerintah dari tahun 25 sd. 37 M ataukah memerintah dari tahun 19 sd. 37 M ? . Dan
penulisnya menghindari memperdebatkan masalah ini ! Ini adalah bukti betapa lemahnya apologi yang
ditampilkan penganut Kristen !
0 komentar:
Posting Komentar