Senin, 29 Oktober 2012

INJIL BARNABAS DAN SANGGAHAN ISKANDER JADEED

                                       PENOLAKAN   PENGANUT   KRISTEN TERHADAP
INJIL  BARNABAS DAN TANGGAPAN ATASNYA

Ada yang aneh pada sikap penganut Kristen terhadap keberadaan INJIL BARNABAS . Sikap mereka hanya menunjukkan kekacauan fikiran mereka . Mereka menyodok ummat Islam atas sambutan ummat Islam terhadap Injil Barnabas , yang sebenarnya juga tidak berlebih-lebihan kecuali sekedar kagum saja, karena tidak bermakna apa-apa bagi penegakan akidah Islam.  Tetapi di sisi lain penganut Kristen justru mencoba  mempengaruhi dan mengajak ummat Islam untuk menolak INJIL BARNABAS dengan alasan bahwa beberapa hal yang diungkapkan dalam INJIL BARNABAS - tetapi sebenarnya tidak substantif – bertentangan dengan Al Qur’an . Ini berperilaku ganda namanya  dan menunjukkan sikap tidak jujur. Mengajak ummat Islam menolak Injil Barnabas karena ” bertentangan dengan ajaran Al Qur’an ” padahal yang sebenarnya BERTENTANGAN DENGAN DOGMA KRISTEN ! Lebih lucu lagi mengajak ummat Islam menolak Injil Barnabas dengan alasan karena ” bertentangan dengan ajaran Al Qur’an ” padahal yang tercantum dalam PERJANJIAN BARU BANYAK YANG BERTENTANGAN dengan Al Qur’an. Dan yang tidak lucu  tetapi sangat tidak bermoral, mengajak ummat Islam menolak Injil Barnabas dengan alasan karena ” bertentangan dengan ajaran Al Qur’an ” ketika di sisi lain justru menuduh ummat Islam yang mengarang Injil Barnabas.
Penolakan atas INJIL BARNABAS yang dilakukan penganut Kristen dengan tulisannya tersebut  - dengan mengabaikan kesamaan-kesamaan yang ada dan begitu banyak antara INJIL BARNABAS dengan Injil-Injil Kanonik ( Matius, Markus , Lukas dan Yahya ) - karena INJIL BARNABAS mengungkapkan hal-hal yang bertentangan sama sekali dengan ajaran dan dogma gereja Kristen sekarang, dan di sisi lain  menunjukkan kesamaan dengan ajaran Islam dan Al Qur’an , sebagaimana yang telah disajikan yaitu  : 
1.        Penolakan Yesus atas klaim orang atas dirinya sebagai TUHAN dan ANAK ALLAH.
2.       Pengakuan  Yesus  bahwa  dirinya  bukan  Messias yang dijanjikan dan dinanti-nantikan kedatangannya oleh segala bangsa dan seluruh ummat manusia .
3.        Pengakuan Yesus bahwa beliau adalah Nabi yang diutus hanya kepada Bani Israil.
4.       Pengakuan Yesus bahwa anak Ibrahim yang terkait dengan peristiwa korban adalah Ismail, bukan Ishak. Dan dari Ismail inilah , munculnya Messias yang dijanjikan itu  dan Messias itu  bernama MUHAMMAD .
5.        Pengakuan Yesus bahwa Nabi Akhir Zaman adalah MUHAMMAD .
6.        Pengakuan Yesus bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai Pemberi Safa’at di hari kiamat
7.        Pengakuan Yesus bahwa dirinya akan dikhianati oleh salah seorang muridnya dan murid inilah yang nanti ditangkap dan disalib , bukan dirinya . Tetapi orang menyangka bahwa dirinyalah yang ditangkap dan disalib .
8.        Memuat cerita tentang penangkapan dan penyaliban atas diri Yudas Iskariot , sedangkan Yesus sendiri diangkat ke langit , selamat dari upaya pembunuhan yang direncanakan orang-orang Yahudi dan dilaksanakan oleh pasukan Romawi .
Aspek-aspek inilah yang bertentangan dengan ajaran dan dogma Kristen yang sangat pokok  dan justru menunjukkan kesamaan dengan ajaran Islam . Inilah sebenarnya yang menjadi alasan , mengapa penganut Kristen menolak INJIL BARNABAS , sekalipun begitu banyak aspek lain yang menunjukkan kesamaan INJIL BARNABAS dengan Injil-Injil Kanonik  ( Matius, Markus , Lukas dan Yahya ).
Tidak diragukan lagi , INJIL BARNABAS bertentangan sepenuhnya dengan kepercayaan dan dogma Kristen . Menangani perbedaan INJIL BARNABAS dengan kepercayaan dan dogma Kristen , itu menjadi urusan penganut Kristen sendiri . Penganut Kristen pasti menolak Injil Barnabas dengan berbagai argumentasi yang bisa diberikan. Salah seorang di antaranya adalah Iskander Jadeed.
Iskander Jadeed , mantan Muslim Pakistan dan murtad masuk Kristen telah menulis sebuah buku kecil berukuran saku dengan judul  INJIL BARNABAS , SUATU KESAKSIAN PALSU “ dalam versi terjemahan bahasa Indonesia [1] ) . Tujuannya , memberikan penilaian atas INJIL BARNABAS , yang menurutnya adalah satu kesaksian palsu . Hanya menjadi pertanyaan , kesaksian palsu tentang apa ?  Sebagaimana yang telah disajikan dalam Bagian 6 , jika kita menyimak isi ajaran Yesus yang tertulis dalam INJIL BARNABAS , baik dalam bentuk cerita perumpamaan , ajaran-ajaran moral atau hal-hal yang berkenaan dengan Yesus sendiri , justru lebih banyak kesamaannya dengan yang tercantum dalam Injil-Injil Kanonik  ( Matius , Markus , Lukas dan Yahya ). Perbedaannya hanya pada satu hal yaitu kesesuaian ajaran yang terkandung dalam INJIL BARNABAS dengan AL QUR’AN , berkenaan dengan NABI MUHAMMAD sebagai MENAHEM ( NABI AKHIR ZAMAN ), tidak tersalibnya Yesus, penolakan Ke-Anak-an Allah dan semacamnya. Dan perbedaan inilah yang menjadi dasar penolakan penganut Kirsten terhadap INJIL BARNABAS , bukan pada hal-hal yang lain. Tetapi penganut Kristen pintar berlihai. Mereka menyajikan alasan-alasan lain dan tidak menyinggung masalah dasar sebagai dasar penolakan mereka , seperti ketidak sesuaian geografis, ketidak-cocokan masa pemerintahan Pontious Pilatus , tidak sakitnya Maryam ketika melahirkan Yesus dan lainnya.

1.   Iskander Jadeed , berkata : “ Dalam banyak hal , kitab ini disamakan dengan bentuk Al Qur’an yang ditulis  oleh Museilma si pendusta  ( yi. Mussailamah  Al Kadzdzab , ZA ) atau yang dikarang oleh Al Fadhl bin Rabi’  “.
Iskander Jadeed telah membandingkan hubungan antara BIBEL ( Injil-Injil Kanonik ) dengan  INJIL BARNABAS  )  “ dengan  hubungan antara Al Qur’an  dengan  Karya Mussailamah Al Kadzdzab /Karya Al Fadl bin Rabi “.
Fakta yang kita hadapi : sebagai sebuah kitab , INJIL BARNABAS benar-benar ada  dengan segala ajaran yang dinisbatkan kepada Yesus di dalamnya , terlepas dari tidak diterimanya oleh penganut Kristen yang traumatic. Kebenaran INJIL BARNABAS tidak ditentukan oleh diterima tidaknya oleh penganut Kristen. Dan bertitik tolak dari bandingan Iskander Jadeed , INJIL BARNABAS boleh ditempatkan dalam “ kesejajaran “ dengan BIBEL. Jika pernyataan Iskander Jadeed yang membandingkan BIBEL ( Injil-Injil Kanonik) dengan  INJIL BARNABAS )“ dengan hubungan antara Al Qur’an  dengan Al Qur’an Karya Mussailamah Al Kadzdzab /Karya Al Fadl bin Rabi “ adalah pernyataan yang benar dan sungguh-sungguh berdasarkan fakta , bukan sebuah khayalan akibat traumatik terhadap INJIL BARNABAS , maka Iskander Jadeed harus bisa menunjukkan keberadaan “ Al Qur’an karangan Mussailamah Al Kadzdzab “ dan “ Al Qur’an karangan Al Fadl bin Rabi “ sebagai sebuah kitab untuk diperbandingkan dengan Al Qur’an , seperti halnya membandingkan INJIL BARNABAS yang memang ada dengan Injil-Injil Kanonik . Dan juga sangat penting untuk dilakukan Iskander Jadeed yaitu : harus bisa menyajikan isi ajaran yang terkandung dalam kedua “ Al Qur’an karya manusia “ itu kemudian  membandingkannya dengan isi ajaran yang terkandung dalam KITAB SUCI AL QUR’AN agar pernyataan bandingannya : ” Dalam banyak hal , kitab ini disamakan dengan bentuk Al Qur’an yang ditulis  oleh Museilma si pendusta  ( yi. Mussailamah  Al Kadzdzab , ZA ) atau yang dikarang oleh Al Fadhl bin Rabi’ ” benar-benar bermakna . Dalam banyak hal yang bagaimana saja ? Jika Iskander Jadeed  tidak mampu menyajikannya berarti pernyataan Iskander Jadeed tidak lebih kicauan sebuah khayalan kosong akibat ketakutan terhadap INJIL BARNABAS . Sekali lagi , bandingan yang diberikan Iskander Jadeed  baru benar jika memang benar ada “Al Qur’an karangan Mussailamah Al Kadzdzab“ dan ada “ Al Qur’an karangan  Al Fadl bin Rabi “ untuk disejajarkan dengan KITAB SUCI AL QUR’AN . Tapi dapat diyakinkan bahwa Iskander Jadeed tidak akan mampu melakukannya karena apa yang disebutnya dengan “ Al Qur’an “ karya Mussailamah Al Kadzdzab  dan karya  Al Fadl bin Rabi sebenarnya tidak pernah ada . Cuma yang ada ialah Mussailamah Al Kadzdzab dan Al Fadl bin Rabi mencoba membuat ayat-ayat  yang  menandingi  ayat -ayat  Al Qur’an , tetapi  ternyata tidak  mampu melakukannya. Tidak pernah mereka menyusun sebuah
kitab. Jika ada tentu ” Al Qur’an ” yang mereka karang masih ada sampai sekarang. Mussailamah Al Kadzdzab  memang mengaku bahwa ia punya “ Al Qur’an “ yang diturunkan dari langit  yang dibawa malaikat bernama RAHMAN . Tetapi  sebagai yang benar-benar sebuah kitab , tidak pernah ada kecuali ocehan-ocehan dan ucapan-ucapannya yang mencoba menandingi ayat-ayat Al Qur’an . Terbukti ocehan-ocehan itu menunjukkan kedustaannya. Dalam hal ini, Iskander Jadeed dengan pernyataannya tersebut telah melakukan kebohongan untuk menipu dan mengelabui  para pembaca bukunya, baik dari kalangan penganut Kristen ataupun dari kalangan ummat Islam yang hendak dipengaruhinya supaya menolak INJIL BARNABAS .

2.   Iskander Jadeed berucap : “ Mereka yang menerimanya adalah suatu sekte Muslim . Mereka berbuat demikian dengan alasan yang sangat sederhana karena bagian-bagian kitab itu menyokong pernyataan bahwa Yesus Kristus tidak disalibkan, tapi kemiripannya jatuh pada Yudas yang disalibkan menggantikan dia   .
Kitab bertanya , sekte Muslim manakah yang menerima INJIL BARNABAS dan diterima untuk apa ? Apakah dijadikan sebagai kitab suci , padahal bagi ummat Islam satu-satunya kitab suci agama Islam adalah Al Qur’an ? Kalau diterima hanya untuk “ menyokong pernyataan bahwa Yesus Kristus tidak disalibkan, tapi kemiripannya jatuh pada Yudas yang disalibkan menggantikan dia  “ maka hendaknya disadari  oleh Iskander Jadeed , begitu pula penganut Kristen lainnya  bahwa Yesus tidak disalib melainkan yang disalib  adalah orang lain  ( Yudas Iskariot ) dapat diperoleh dari kajian kritis atas kalimat ayat dalam Bibel ( yi.Injil-Injil Kanonik ) tidak semata-mata dari INJIL BARNABAS  .  Karena itu ummat Islam  tidak membutuhkan Injil Barnabas untuk berpolemik dengan penganut Kristen, kecuali disajikan dalam kajian-kajian perbandingan. Bagaimana mungkin menggunakan Injil yang ditolak dan tidak diakui penganut Kristen sebagai dalil argumentasi dalam dialog agama ?
Temuan arkeologi di Mesir tahun 1947 yang terkenal dengan Naskah NAJ’ HAMMADI , didapatkan berbagai Injil yang dinyatakan apokrif oleh gereja seperti Injil Peterus , justru menyatakan Yesus tidak disalib melainkan yang disalib itu orang lain . Tampak sekali pernyataan Iskander Jadeed ini penuh dengan khayalan dan kebohongan lantaran trauma kepada INJIL BARNABAS . Alangkah bagusnya jika Iskander Jadeed membuat tulisan yang menyanggah Naskah Naj’ Hammadi tersebut . Begitu pula kajian dan analisis terhadap Injil Kanonik sendiri menunjukkan Yesus tidak disalib melainkan yang disalib adalah Yudas .
Dalam pernyataan Iskander Jadeed di atas dikatakan : “ Mereka yang menerimanya adalah suatu sekte Muslim “ Untuk dimaklumi,  Dr.Robert A . Morey  justru berkata : “ suatu buku yang isinya memuat  pengajaran yang tidak benar dari sebuah sekte Kristen  “ . Kita tidak tahu, siapa yang menjadi pendusta antara Iskander Jadeed dengan Dr.Robert A. Morey  tentang sekte agama yang menerima Injil Barnabas. Mungkin apologi akan dimunculkan oleh pihak Kristen bahwa Injil Barnabas merupakan ajaran sebuah sekte Kristen tetapi diterima oleh sekte Muslim . Jika demikian , jangan ummat Islam yang dituduh sebagai pengarang Injil Barnabas !

1.        Iskander Jadeed berkata  : “ Sarjana-sarjana yang meneliti dengan cermat tentang pokok ini , secara bulat berpendapat bahwa buku ini yang dikaitkan dengan  Barnabas , tidak pernah ada sebelum abad ke 15 . Hal ini muncul hampir 1500 tahun sesudah kematian Barnabas  “ .
Ternyata para ahli berbeda pendapat dalam beberapa aspek tentang INJIL BARNABAS , dan memberikan kesimpulan dengan : “ mungkin “; “ diduga “; “ ada kemungkinan “; “ boleh jadi “; dan semacamnya . Hal ini telah ditunjukkan pada bahasan sebelum ini . Lalu apanya yang cermat  dan apa yang bulat ?  Apakah dapat dikatakan cermat dan bulat untuk sama-sama menolak Injil Barnabas jika fakta menunjukkan bahwa penolakan tersebut berada di bawah naungan kata-kata yang menunjukkan ketidak-pastian :  mungkin “ ; “ diduga “ ; “ ada kemungkinan “ ; “ boleh jadi “ ; dan semacamnya itu ?  . Bulat dan sepakat untuk menolak INJIL BARNABAS memang benar , tetapi tidak ada alasan yang pasti untuk penolakan tersebut , sehingga penolakan itu lebih tepat dinilai sebagai bentuk trauma akibat pernyataan dalam INJIL BARNABAS yang bertentangan dengan ajaran dan dogma Kristen  padahal dogma Kristen perlu dipertahankan menentang fakta sejarah .
Lalu dikatakan “ tidak pernah ada sebelum abad ke 15 “ dan INJIL BARNABAS “ ini muncul hampir 1500 tahun sesudah kematian Barnabas “ memang dapat dipahami karena disembu-nyikan oleh petinggi-petinggi gereja setelah konsili Nicea tahun 325 M . Oleh karena itu pernyataan “ tidak pernah ada sebelum abad ke 15 “ dan  ini muncul hampir 1500 tahun sesudah kematian Barnabas “ harus dipahami bukan baru ditulis atau dikarang sesudah abad ke -15 atau 1500 tahun sesudah kematian Barnabas, melainkan dikarang pada awal abad-abad pertama pasca “ perginya “ Yesus, tetapi disembunyikan. Faktanya  nama “ INJIL BARNABAS“ selalu disebut-sebut dalam naskah-naskah Kuna  dan surat-surat Kepausan , yang jauh lebih awal dari abad 15 .

2.    Iskander Jadeed berkata :  Seandainya buku ini dapat digunakan periode tersebut , maka sarjana-sarjana Muslim seperti Al Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Kathir tentunya tidak akan terpecah-pecah dalam pandangan mereka tentang akhir kehidupan Kristus , dan tentang pengenalan akan seseorang yang dikatakan telah disalibkan menggantikan dia .
Apakah yang dikatakan para ilmuwan Muslim seperti seperti Al Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Katsier tentang akhir kehidupan Kristus , dan tentang pengenalan akan seseorang yang dikatakan telah disalibkan menggantikan dia “ sehingga Iskander Jadeed dengan penuh keyakinan sampai-sampai menggunakan kata “ SEANDAINYA “ ketika berkata :  seandainya  ada INJIL BARNABAS , para ilmuwan Muslim seperti seperti Al Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Kathir ini tidak akan terpecah-pecah…..  “ ?. Kita memahami bahwa yang dimaksud Iskander Jadeed dengan “ terpecah-pecah dalam pandangan mereka tentang akhir kehidupan Kristus , dan tentang pengenalan akan seseorang yang dikatakan telah disalibkan menggantikan dia  ini tidak lain adalah perbedaan tafsir para ilmuwan tersebut atas ayat Al Qur’an surah  ayat An Nisaa’ 157 bukan yang lainnya , yang terjemahannya dikutipkan berikut :   
dan karena ucapan mereka : " Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah ", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak ( pula ) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka . Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang ( pembunuhan ) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
Lalu bagaimana tafsir ketiga ilmuwan kuno Muslim tersebut atas ayat An Nisaa’ 157 ? Inilah yang seharusnya dijelaskan Iskander Jadeed. Tetapi tidak dilakukan sama sekali . Iskander Jadeed cuma mengatakan “ seandainya  ada INJIL BARNABAS , para ilmuwan Muslim seperti seperti Al Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Kathir ini tidak akan terpecah-pecah…..  “. Dengan demikian , bolehlah dikatakan Iskander Jadeed  seorang pendusta dan menghalalkan segala cara demi menolak Injil Barnabas. Satu hal pula yang tidak disadari Iskander Jadeed dengan pernyataan tersebut, justru menunjukkan, para ulama Islam TIDAK MENGENAL INJIL BARNABAS pada masa mereka, yang sedianya bisa dijadikan dasar dalam dialog dengan penganut Kristen pada masa itu. Tetapi jangan dijadikan dalil bahwa INJIL BARNABAS BARU ADA SESUDAH MEREKA , karena tidak benar bila ditetapkan bahwa ”TIDAK DIKETAHUI ” –nya Injil Barnabas pada masa  Al Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Kathir adalah bukti ” BELUM ADA ”-nya Injil Barnabas pada masa mereka. Antara ” TIDAK DIKETAHUI ”-nya Injil Barnabas berbeda dengan ” BELUM ADA ”-nya Injil Barnabas.
Iskander Jadeed juga menulis sebuah buku berukuran saku dengan judul  “ SALIB DALAM INJIL DAN AL QUR’AN “. Ayat An Nisaa’ 157 yang berbicara tentang tidak disalibnya Yesus dan yang disalib adalah orang lain , sebenarnya sangat relevan dengan judul bukunya. Dan karenanya kita berharap, dia bisa mengangkat tafsir ketiga ilmuwan kuno Muslim  - Al Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Kathir – atas ayat An Nisaa’ 157 dalam bukunya tersebut karena bagaimana pun menyangkut tema “ akhir kehidupan Kristus, dan tentang pengenalan akan seseorang yang dikatakan telah disalibkan menggantikan dia  yang disinggung Iskander Jadeed . Tapi apa kenyataannya ? Tidak satu huruf pun yang menyinggung tafsir Al Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Kathir atas ayat An Nisaa’ 157 .  Isi berbeda dengan judul . Yang dibahasnya justru hanya ayat Ali ‘Imran 55 tentang kata  Inniy – mutawaffika “ . Ini aneh ! Kita sangat yakin bahwa tidak ada perbedaan penafsiran antara Al Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Kathir berkenaan dengan “ wa maa qataluw-hu wa maa salabuw-hu  “ yang tersebut dalam ayat An Nisaa’157 sehingga pernyataan Iskander  : “  ……  sarjana-sarjana Muslim seperti Al Tabari , Al Baidhawi dan Ibn Kathir tentunya tidak akan terpecah-pecah dalam pandangan mereka tentang akhir kehidupan Kristus …… “ merupakan pernyataan dusta dan pengelabuan   .
Dan apakah INJIL BARNABAS menjadi sesuatu yang sangat penting bagi para ilmuwan Muslim kuno untuk menyatukan pendapat mereka tentang akhir kehidupan Kristus, dan tentang pengenalan akan seseorang yang dikatakan telah disalibkan menggantikan dia sehingga Iskander berkata demikian  ? Pernyataan Iskander Jadeed menunjukkan ketidak-pahamannya bagaimana para mufassir Muslim memberikan tafsir atas ayat-ayat Al Qur’an , yaitu tidak menggunakan Bibel baik kanonik ataupun apokrif untuk menafsir ayat Al Qur’an  seperti yang dilakukan penganut Kristen ketika menafsir ayat Al Qur’an padahal penganut Kristen tidak percaya sama sekali akan Al Qur’an sebagai wahyu Allah . Jadi jelaslah betapa pernyataan Iskander Jadeed, penuh dengan kesalah-kaprahan . Terlihat logis tetapi sangat salah  bahkan yang terlihat adalah dusta dan kebohongannya .

3.        Iskander Jadeed berkata : “ Kalau kita melihat pada naskah-naskah kuno dari Alkitab , jauh ke belakang pada masa sebelum Islam dan masa di mana Al Quran  menunjukkan dan menyaksikan kebenaran Alkitab , maka kita tidak akan temui apa yang disebut Injil yang dihubungkan dengan Barnabas . Dan juga tidak disebutkan dalam daftar isi dari kitab-kitab yang membentuk Alkitab sebagai mana yang disiapkan oleh pemimpin-pemimpin gereja “.
Pernyataan Iskander Jadeed benar-benar menunjukkan kebohongannya dengan berkata : “ Dan juga tidak disebutkan dalam daftar isi dari kitab-kitab yang membentuk Alkitab sebagaimana yang disiapkan oleh pemimpin-pemimpin gereja  “. Dia tidak membaca atau tidak memiliki referensi yang diperlukan untuk membahas INJIL BARNABAS. Daftar  yang penulis sajikan pada bagian terdahulu tentang INJIL BARNABAS dalam sejarah, misalnya dalam Codex Sinaiticus dan catatan yang berisi  keputusan Paus yang melarang INJIL BARNABAS , telah menunjukkan kebohongan pernyataan Iskander Jadeed tersebut .
Dan mengenai pernyataan Iskander Jadeed : “ Al Quran  menunjukkan dan menyaksikan kebenaran Alkitab “ maka satu pertanyaan perlu diajukan kepadanya : MEMBENARKAN APA? Apakah membenarkan Yesus mati disalib ? Apakah membenarkan Yesus itu Tuhan dan Anak Allah  ? Apakah membenarkan Yesus adalah Messiah ? Apakah membenarkan bahwa turunan Ibrahim yang menjadi Messias itu dari Ishak ? Jika itu yang dihajatkannya maka Iskander Jadeed telah semakin menambah kedustaannya . Sebab , Al Qur’an sangat menolak semua hal itu dan tidak pernah menyaksikannya sebagai kebenaran . Kita heran , penganut Kristen punya hobi yang negatif untuk menegakkan kepercayaan Kristen mereka dengan cara menyajikan pernyataan-pernyataan dusta dan mengelabui seperti ini .

4.        Iskander Jadeed berkata : “ Apapun pandangan-pandangan para sarjana nantinya , yang sudah pasti adalah bahwa buku ini mengkaitkan sejarah Yesus dalam satu bentuk yang selaras dengan isi Al Qur’an tetapi bertentangan dengan isi Injil yang benar . Hal  ini  menuntun  kita  untuk  meyakini  bahwa  penulisnya  adalah  seorang Kristen yang kemudian memeluk agama Islam  “ .
Rupanya Iskander Jadeed punya prinsip : “Apapun pandangan-pandangan para sarjana nantinya “ tentang INJIL BARNABAS , dia tidak perduli . Yang penting baginya bahwa INJIL BARNABAS   : “  penulisnya adalah seorang Kristen yang kemudian memeluk agama Islam  “. Alasan Iskander Jadeed sangat  sederhana  yaitu  karena : “ buku ini mengkaitkan sejarah Yesus dalam satu bentuk yang selaras dengan isi Al Qur’an tetapi bertentangan dengan isi Injil yang benar   “. Sikap KEPALA BATU !. Padahal INJIL BARNABAS memberi informasi yang justru lebih banyak selarasnya dengan BIBEL kecuali hal-hal yang menjadi dogma dasar Kristen yaitu Yesus bukan Tuhan dan bukan Anak Allah melainkan manusia biasa , tidak mati tersalibnya Yesus dan Nabi Akhir Zaman ( Messias ) itu adalah Nabi Muhammad saw. Dan cocok dengan ajaran Islam . Tetapi kecocokan demikian , bukan diartikan bahwa Al Qur’an mengutipnya dari INJIL BARNABAS melainkan dipahami adanya “ sumber ajaran “ yang sama antara Yesus dengan Nabi Muhammad saw . Juga tidak usah menuduh Injil Barnabas dikarang seorang Kristen yang masuk Islam  lantaran kesamaannya dengan ajaran Al Qur’an . Dan sangat disayangkan , bagaimana analisisnya sehingga muncul tuduhan Iskander Jadeed bahwa INJIL BARNABAS  dikarang seorang Kristen yang masuk Islam ? Dan apakah pasti dan siapakah orang itu ?  

5.        Iskander Jadeed berkata : “ Sarjana Inggeris , Dr.Sale mengatakan bahwa ia mene-mukan buku ini dalam bahasa Spanyol yang ditulis oleh seorang Ukraina bernama Mustafa Al Arandi, yang mengklaim telah menterjemahkannya dari bahasa Italia  “.
Pernyataan Iskander Jadeed yang mengungkap pernyataan Dr.Sale : “  buku ini dalam bahasa Spanyol yang ditulis oleh seorang Ukraina bernama Mustafa Al Arandi   “ ini merupakan  satu pengelabuan !. Untuk membuktikan kebohongan Iskander Jadeed , sebagai bandingan berikut dikutipkan pernyataan Dr. Khalil Saadah yang mengungkap pernyataan Dr.Sale tersebut : “ ….. bahwa naskah itu adalah terjemahan dari bahasa Italia yang ditulis oleh seorang Muslim Arughani bernama Mustafa Alarnadi ……  “ .  Kata ” naskah itu ” dalam pernyataan Dr. Sale maksudnya adalah Naskah Spanyol . Untuk disadari ada perbedaan yang sangat mendasar antara  kalimat kutipan Iskander Jadeed  dengan kalimat kutipan Dr. Khalil Saadah . Kalimat yang dikemukakan Iskander Jadeed : “  buku ini dalam bahasa Spanyol yang ditulis oleh seorang Ukraina bernama Mustafa Al Arandi   “ jika tidak dikritisi bisa-bisa akan bermakna bahwa : INJIL BARNABAS ITU DIKARANG OLEH MUSTAFA AL ARANDI ! Dan makna seperti itu benar-benar muncul dan memang telah menjadi pemahaman bodoh  penganut Kristen . Sebagai contoh  si penginjil  ( Evangelis ) dr. Suradi  menyatakan bahwa INJIL BARNABAS dikarang oleh MUSTAFA ( lihat bahasan dan tanggapan atas pernyataan dr. Suradi ) . Tetapi dalam pernyataan Dr. Sale yang diungkap Dr.Khalil Saadah :  ….. bahwa naskah itu adalah terjemahan dari bahasa Italia yang ditulis oleh seorang Muslim Arughani bernama Mustafa Alarnadi …   hanya bermakna : INJIL BARNABAS TIDAK DIKARANG OLEH MUSTAFA AL ARANDI, MELAINKAN MUSTAFA AL ARANDI HANYA MENTER-JEMAHKANNYA KE BAHASA SPANYOL DARI NASKAH ITALIA ! Betapa beda makna kedua kalimat tersebut, dan Iskander Jadeed melakukan pengelabuan ! Dalam bersikap ilmiah dibutuhkan kejujuran mengutip sebuah referensi terkecuali bagi orang yang memang sudah berniat bohong untuk menegakkan kepercayaan yang lapuk . Kalau dikembalikan kepada tuduhan penganut Kristen yang ” Ngawur ” bahwa Injil Barnabas ditulis oleh orang Arab , maka dengan merujuk pernyataan Dr. Sale yang dikutip Dr. Khalil Saadah dipahami rupanya ” orang Arab ” tersebut sangat pintar bahasa Spayol dan bahasa Italia. Mengapa tidak menterjemah-kannya saja langsung ke bahasa Arab ?  Harap direnungkan !
Selanjutnya , di bawah sub judul INJIL BARNABAS ADALAH KESAKSIAN PALSU TERHADAP AL QUR’AN “ dari tulisannya itu, Iskander Jadeed telah mencoba memberi-kan contoh yang terdapat dalam INJIL BARNABAS sebagai “ kesaksian palsu “ terhadap Al Qur’an , sekaligus menyajikan konfrontasinya dengan ayat Al Qur’an. Berikut ini, penulis sajikan pernyataannya dan sekaligus memberikan tanggapan atas pernyataannya tersebut .
1.    Iskander Jadeed setelah mengutip INJIL BARNABAS ayat 3 : 5-10  yang menyebut  Maryam melahirkan puteranya tanpa sakit  , lalu memberikan komentar  :  Sedangkan isi Al Qur’an membenarkan bahwa Maryam merasakan kesakitan melahirkan  seperti  wanita  lain  umumnya , karena dikatakan : “ Kemudian Maryam mengandungnya , lalu ia berpindah ke tempat yang jauh. Lalu ia berlindung ke pohon korma , karena sakir melahirkan anak , ia berkata : ‘ Aduhai kiranya , matilah aku sebelum ini dan adalah aku lupa yang dilupakan ‘ “  ( surat Maryam : 22 -23 ) .
Kita dapatkan pernyataan sanggahan sama dalam situs  internet :    This Gospel portrays Mary as giving birth to Jesus without pain ( Barnabas, chapter 3 ) and that his birth took place in a shepherd’s house or shelter. However, the Qur’an relates the pangs of childbirth, which drove Mary to cry out in pain and that Jesus was born under a palm tree in the wilderness ” ( ” Injil ini menggambarkan Maryam yang melahirkan Yesus tanpa rasa sakit ( Barnabas  pasal 3 dan  melahirkan tersebut  terjadi di sebuah rumah atau tempat berteduh para pengembala. Namun Al Qur’an menyatakan kesakitan melahirkan, di mana Maryam beruntun berteriak kesakitan dan Yesus dilahirkan di bawah sebuah pohon kurma di sebuah padang belantara  ” ).
Ayat Injil Barnabas yang mengungkapkan Maryam melahirkan Yesus tanpa rasa sakit adalah ayat Barnabas  3  : 10 :    Dan ia pun melahirkan puteranya tanpa merasa sakit “ . Dan oleh Iskander Jadeed  dan penganut Kristen lain, ayat ini dipertentangkan dengan ayat Al Qur’an  surah Maryam 22-23 yang menyebutkan Maryam merasakan sakit ketika melahirkan Yesus . Kita kutip terjemahan ayat Maryam 22-23  tersebut : “ Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahir-kan anak memaksa ia ( bersandar ) pada pangkal pohon kurma …… “.  Pertanyaan , bagaimana kita memahami ayat Barnabas 3 : 10 yang mengatakan Maryam melahirkan puteranya tanpa rasa sakit ? Menjawab pertanyaan ini , ada hal-hal yang harus diperhatikan , yaitu  :
-     Barnabas, sangat jelas tidak ikut melahirkan Yesus sehingga tidak mungkin bisa menetapkan Maryam melahirkan Yesus tanpa sakit. Ini berarti Barnabas menulis pernyataan itu berdasarkan cerita yang diterimanya .
-       Dalam Injil Barnabas, justru menegaskan  bahwa perempuan yang mengandung anak pasti merasakan  sakit; tentu termasuk ketika melahirkan . Hal ini ditegaskan dalam INJIL BARNABAS ayat 41 : 18 : “ Dan  engkau akan mengandung anak-anak dengan menderita sakit “. Hal ini pasti berlaku pula pada Maryam . Pernyataan  INJIL BARNABAS  ayat    41 : 18   sejalan  dengan ayat Al Qur’an surah Maryam 22-23 yang menyebutkan Maryam merasakan sakit ketika melahirkan Yesus .
-     Ayat  Lukas 2 : 6-7 menceritakan kelahiran Yesus  tanpa menyebut apakah Maryam merasa sakit atau tidak,  ketika melahirkan. Begitu pula dengan Injil Matius  1 : 25  menyebut kelahiran Yesus tanpa menyebut apakah Maryam melahirkan Yesus merasa sakit atau tidak. Fakta kedua ayat Injil Kanonik tersebut -  Lukas 2 : 6-7 dan Matius 1 :  25 - bisa mengindikasikan bahwa Injil Matius dan Injil Lukas juga mengakui bahwa Maryam melahirkan tanpa rasa sakit, sama seperti yang dikatakan ayat Barnabas 3 : 10 yang mengatakan Maryam melahirkan puteranya tanpa rasa sakit. Berarti Lukas 2 : 6-7 dan Matius 1 : 25  bisa dipertentangkan dengan Al Qur’an sama seperti mempertentangkan Injil Barnabas dengan Al Qur’an.  Mengapa tidak mempertentangkan INJIL-INJIL KANONIK tersebut dengan AL QUR’AN dan mengapa harus mempertentangkan INJIL BARNABAS dengan AL QUR’AN saja ?
-   Pernyataan bahwa  Maryam  melahirkan Yesus tanpa sakit bukan hanya Injil Barnabas saja yang menyebutnya tetapi akan kita dapatkan dalam Injil apokrif lainnya , seperti INJIL  IGNACE [2] ) . Dalam mukaddimah dan bagian penutupnya Injil Ignace memuat kecaman terhadap Paulus . Injil Ignace juga menyebut kelahiran Al Masih tanpa sakit .
Memperhatikan hal-hal tersebut, sebenarnya pernyataan INJIL BARNABAS ayat  3  : 10 :    Dan ia pun melahirkan puteranya tanpa merasa sakit  “ tidak perlu dipertentangkan dengan ayat Al Qur’an surah Maryam 22-23 yang menyebutkan Maryam merasakan sakit ketika melahirkan Yesus. Pernyataan INJIL BARNABAS ayat  3  : 10 :    Dan ia pun melahirkan puteranya tanpa merasa sakit  “ tidak bisa dilihat secara harfiah. Bagaimana Barnabas tahu jika Maryam ketika melahirkan Yesus, tidak merasa sakit ? Apakah Barnabas sendiri yang merasakan sakitnya lalu bercerita bahwa Maryam tidak merasa sakit ? Ataukah dia mendapat cerita dari orang lain ?  Jelas harus demikian dan Barnabas menuliskannya. Kita hanya bisa melihat sebagai pernyataan yang hendak menunjukkan “ keajaiban “ kelahiran Yesus dalam rangka memuliakan dan menghormati Maryam dan Yesus. Hal serupa seringkali terceritakan dalam mitos seorang figur. Jelaslah Iskander Jadeed telah mengada-ada dengan mengutip INJIL BARNABAS ayat 3 :  5 -10 yang menyebut  Maryam melahirkan puteranya tanpa sakit, untuk dipertentangkan dengan ayat Al Qur’an dalam rangka membujuk dan mempengaruhi ummat Islam supaya sama-sama menolak INJIL BARNABAS . Tidak ada kepentingan ummat Islam untulk menerima atau menolak Injil Barnabas . Hal itu adalah urusan penganut Kristen sendiri dan tidak usah melibatkan ummat Islam . Tapi yang pasti Injil Barnabas kembali muncul di panggung sejarah setelah disembunyikan hampir 2000 tahun yang lalu, terlepas mau diakui oleh penganut Kristen atau tidak.  Juga perlu dikomentari sanggahan penganut Kristen dalam situs internet yang dikutip di atas. Bagaimana si penganut Kristen tersebut mengetahui bahwa dalam melahirkan Yesus ” drove Mary to cry out in pain ” padahal ayat Maryam 22- 23 tidak menyatakan demikian ?  Begitu pula menetapkan bahwa menurut Al Qur’an Maryam melahirkan Yesus  in the wilderness  ” ( = di hutan belantara , padang belantara ) terlalu berlebih-lebihan sebab Al Qur’an ( ayat Maryam 22 ) hanya menegaskan : ” tempat yang jauh ” ( = makaanan qasiyyaa ). Tampak sekali ada khayalan yang bermain ketika mengeluarkan pernyataan tersebut. Ungkapan ” tempat yang jauh ” ( = makaanan qasiyyaa ) tidak menutup kemungkinan ada gubuk tempat singgah para penggembala . Dengan demikian tidak perlu mempertentangkan antara pernyataan Injil Barnabas dengan pernyataan Al Qur’an.  

2.   Setelah mengutip INJIL BARNABAS ayat 102 : 6 ( yang benar ayat 102 : 16-18 ) yang memuat sebutan “ anak “ dalam ayat  …… Allah telah memilih kamu sebagai seorang anak dan menempatkan engkau di Firdaus…( ayat 102 : 18 ).  Iskander  Jadeed  memberi komentar :
         Sedangkan Al Qur’an memandang kepercayaan kepada ke- bapa-an Allah sebagai satu penghu -jatan dan layak mendapatkan hukuman dalam neraka . Ia menyuarakan sebagai peringatan kepada “ orang-orang yang mengatakan : Allah itu mempunyai anak “.  ( Surat AL Kahfi 4 )
Kalau berbicara tentang sebutan “ BAPA “ yang dikenakan kepada Allah dan sebutan “ ANAK “ yang dikenakan kepada manusia , sebenarnya Iskander Jadeed tidak perlu membawa-bawa INJIL BARNABAS untuk dipertentangkan dengan Al Qur’an. Kitab suci agama Kristen bernama BIBEL yang diakui kanonik oleh Gereja Kristen , terutama Perjanjian Baru penuh dengan sebutan  “ BAPA “ dan “ ANAK “ yang demikian . Ini sangat bertentangan dengan Al Qur’an dan ajaran Islam . Jika Iskander Jadeed jujur , dan andaikata Injil Barnabas ada menetapkan ke-ANAKAN ALLAH, sebenarnya dari aspek tersebut sudah menunjukkan KESAMAAN antara INJIL BARNABAS dengan BIBEL . Lalu mengapa menolak INJIL BARNABAS dan mencoba mempengaruhi ummat Islam untuk ikut menolak dan tidak mengakui INJIL BARNABAS ? Bukankah kepercayaan Yesus sebagai ANAK ALLAH yang disebut dalam Injil Kanonik justru menunjukkan pertentangan yang sangat parah dengan ajaran Al Qur’an ? Iskander Jadeed terlalu mengada-ada dalam upayanya membujuk ummat Islam agar sama –s ama menolak Injil  Barnabas . Tidak ada keperluan ummat Islam dalam hal itu .
Mengangkat  pernyataan ayat Barnabas 102 : 18  … Allah telah memilih kamu sebagai seorang anak dan menempatkan engkau di Firdaus…” dan mempermasalahkannya untuk dipertentang-kan dengan konsep akidah Al Qur’an yang menolak tentang ke-anak-an Tuhan, terlalu mengada-ada . Dalam INJIL BARNABAS  dijelaskan makna  sebutan “ anak “ dan  bapak “ , yaitu :
Pilipus menanyakan : “ Apa yang engkau katakan ya Tuan ? Bukankah tersurat dalam Yesaya bahwa Allah itu  Bapak kita , maka bagaimanakah Ia tiada mempunyai anak-anak ?
Yesus menjawab:“ Sesunggguhnya dalam kitab Nabi-Nabi telah tertulis banyak perumpamaan, akan tetapi tidak mesti engkau ambil secara hurufi , tetapi harus dengan makna “. ( ayat l 17 :  19 -20  )
Jika Iskander Jadeed jujur dalam bahasannya, sebelum dia mengangkat ayat Barnabas 102 : 18 untuk dipertentangkan dengan konsep akidah Al Qur’an yang menolak tentang ke-anak-an Tuhan , seharusnya Iskander Jadeed membaca dulu ayat Barnabas 17 : 19-20 yang menjelaskan bahwa sebutan “ anak “ dan “ bapak “ adalah satu perumpamaan , yang tidak bisa dilihat secara hurufiah ( letterlijk ) melainkan harus dengan makna . Menjadi tradisi Yahudi menyebut Tuhan dengan “ Bapak “ sedangkan manusia ( khusus : kaum Yahudi ) disebut  “ anak “. Hal ini dapat kita baca dalam Perjanjian Lama. Dengan demikian ayat Barnabas 17: 19-20 telah membatalkan permasalahan yang diangkat Iskander Jadeed . Terlihat Iskander Jadeed terlalu mengada-ada dengan permasalahan tersebut . Apalagi yang ditolak Al Qur’an adalah ke-anak-an Tuhan model kepercayaan penganut Kristen atas Yesus Kristus yang mengadopsi konsep Hellenistik serba dewa, dan bukan lagi dalam pengertian perumpamaan seperti yang dikatakan Yesus. Tujuannya jelas yaitu  dalam upayanya mempengaruhi ummat Islam untuk menolak INJIL BARNABAS , ketika di sisi lain ummat Islam sendiri sebenarnya tidak terlalu perduli dengan INJIL BARNABAS dan tidak menjadikannya dalil dalam dialog dengan pihak Kristen .  Sikap mengada-ada Iskander Jadeed sangat jelas dari pernyataannya yang mengangkat ayat Barnabas 102 : 8 .  …… Allah telah memilih kamu sebagai seorang anak dan menempatkan engkau di Firdaus”. Ayat Barnabas 102 : 8 sama sekali tidak berbicara tentang KEANAKAN-ALLAH sebagaimana yang menjadi dogma Kristen melainkan berbicara tentang gelar ” anak ” bagi orang terpilih dan dimasukkan dalam surga.  Lalu apa yang mau dipertentangkan dengan Al Qur’an ?

3.    Iskander Jadeed setelah mengutip INJIL BARNABAS ayat 116: 18  ( sebenarnya ayat 115 : 18 ) : “ Hendaklah seorang lelaki puas dengan seorang wanita yang dikaruniakan Allah baginya dan hendaklah dia melupakan wanita lainnya  “ lalu memberi komentar :
         Sedangkan  Al Qur’an mengajarkan poligami ( dapat beristeri lebih dari satu  orang ) dengan berkata : “ kawinilah bagimu perempuan-perempuan yang baik bagimu , dua , tiga atau empat orang . Tetapi jika kamu takut , bahwa tiada akan berlaku adil maka kawinilah seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki …. “ ( Surat Al Nisa’3 )
Masalah yang dikemukakan Iskander Jadeed telah dibicarakan dalam pembahasan atas pernyataan Dr. Robert A. Morey . Dan sanggahan yang sama dikemukakan pula oleh seorang penganut Kristen melalui blog internet sebagai berikut : ”  Jesus is alleged to have said that a man should content himself with one wife, whereas the Qur’an permits up to four wives (Surah 4:3; Barnabas, chapter 115) ”. ( ” Yesus dinyatakan telah berkata bahwa seorang laki-laki akan puas bagi dirinya dengan seorang isteri, sebaliknya Al Qur’an mengizinkan beristeri empat ” ).
Kutipan ayat Barnabas 115 : 18 dengan kalimat  : “ ….... Hendaklah seorang lelaki puas dengan seorang wanita yang dikaruniakan Allah baginya …… “ jelas berbeda dengan terjemahan INJIL BARNABAS yang ada pada penulis , yang berbunyi : “ ……hendaklah seorang manusia itu merasa cukup menerima perempuan yang dikaruniakan kepadanya oleh Allah Penciptanya …..  “. Kata “ seorang “ dalam terjemahan tersebut telah memberi nilai nominal tentang banyak perempuan yang boleh dikawini . Dan kata “ seorang tidak ada dalam terjemahan INJIL BARNABAS yang ada di tangan penulis . Lalu mana yang benar ? Penulis melihat ada manipulasi yang dilakukan penterjemah ketika menterjemahkan buku Iskander Jadeed yang berjudul “ THE GOSPEL OF BARNABAS, A FALSE TESTIMONY “ ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “ INJIL BARNABAS, SUATU KESAKSIAN PALSU “. Kalimat ayat Barnabas 116 : 18 ( seharusnya :  115 : 18 ) yang dikutip dan ditulis Iskander Jadeed dalam bukunya ( teks bahasa Inggeris ) adalah :    Man shall be content with the women … “. Pada kalimat tertulis  the women “ ( perempuan )  bukan “ a women “ ( seorang perempuan ) atau   one women ” . Tetapi  terjemahan bahasa Indonesia buku Iskander Jadeed tersebut telah tertulis : “ seorang perempuan “. Jadi ada manipulasi  yang dilakukan penterjemah buku Iskander Jadeed. Perubahan yang kelihatannya sepele tetapi membawa dampak perbedaan pemahaman atas ayat Barnabas  115 : 18. Demikian pula yang disajikan penganut Kristen dalam blog internet yang menyebut ” One women ” ( = satu wanita ). Oleh karena telah terjadi manipulasi,  kita kembalikan saja pada kalimat asalnya : “ Man shall be content with the women which His Creator has given him and shall forget every other woman “ yang diterjemahkan :      Laki-laki hendaknya puas dengan perempuan yang telah diberikan kepadanya oleh Penciptanya dan hendaklah melupakan setiap wanita lain “ . Terjemahan oleh Rahnip M. BA atas ayat Barnabas 115 : 18 adalah : “ Oleh sebab itu, biarlah seorang lelaki puas hati sendiri dengan isteri, kepadanya Penciptanya telah mengamanatkan kepadanya , dan biarlah dia melupakan setiap wanita  lain “.  Dalam kalimat kedua terjemahan tersebut jelas sekali tidak ada ketetapan dalam INJIL BARNABAS agar seorang laki-laki puas dengan seorang wanita ( a woman ) atau ” one women ”, untuk dipertentangkan dengan ajaran Al Quran yang membolehkan kawin sampai empat orang perempuan. Hal ini telah dijelaskan dalam tanggapan atas pernyataan Dr.Robert A. Morey. Silakan dibaca kembali. Jadi kita bisa melihat bahwa Iskander Jadeed telah berkhayal seperti Dr.Robert A. Morey dan penterjemah tulisan Iskander Jadeed ke bahasa Indonesia telah memanipulasinya sehingga menambah tingkat khayalan penganut Kristen untuk mempertentangkan INJIL BARNABAS dengan Al Qur’an dalam rangka mempengaruhi ummat Islam supaya bersama-sama dengan penganut Kristen menolak INJIL BARNABAS . Apa urusan ummat Islam ? Tidak ada kepentingan ummat Islam di dalamnya.

4.  Iskander Jadeed setelah mengutip INJIL BARNABAS ayat 155 : 6  yang kalimat-nya ada menyebutkan : “ Allah ……  memberikan kebebasan kepada hamba-hambanya  ……  memberi komentar berikut :
          Hal  ini  bertentangan  dengan  Al Qur’an  yang mengatakan  : “  Tiap-tiap manusia , Kami ikat- kan usahanya ( amalnya ) masing-masing kedudukannya “ ( Surat Al –Isra’  13 ) . Tafsir Al- Jalalayn, dengan mengutip mujahid sebagai sumber pendukung menjelaskan ayat ini demikian : “ Tidak seorangpun yang dilahirkan tanpa selembar kertas yang dikaitkan pada lehernya dan bertuliskan apakah ia susah atau bahagia “.
Ayat Barnabas yang dimaksud Iskander Jadeed  bukan ayat Barnabas 155 : 6 melainkan ayat  155 : 12 -14  yang penulis kutipkan sebagai berikut :
Oleh karenanya di kala Dia menciptakan manusia , diciptakannya bebas , agar diketahui olehnya bahwa Allah tidak membutuhkan kepadanya .
Sebagai seorang raja yang memberikan kebebasan kepada hamba-hambanya, untuk memperlihatkan kekayaannya dan agar hamba-hamba itu lebih mencintai  dia .
Jadi Allah telah menciptakan manusia itu berkebebasan agar ia menjadi lebih cinta kepada Penciptanya dan mengenal pada kemurahanNya .
Ini JAWABAN Yesus atas pertanyaan DUA IMAM YAHUDI : “ Mengapakah insan itu telah makan gandum dan buah ?  Apakah Allah menghendaki untuk dimakannya itu atau tidak ? “. Jadi bukan ajaran Barnabas !  Menyimak jawaban Yesus, terlihat bahwa yang dimaksud dengan : “ manusia diciptakan bebas oleh Allah “ dan Allah “ memberikan kebebasan kepada hamba-hambanya “ atau “Allah telah menciptakan manusia itu berkebebasan “ adalah KETIDAK-TERIKATAN ALLAH KEPADA MANUSIA. Ini sesuai dengan kalimat pernyataan : “  Allah tidak membutuhkan kepadanya “ . Ketika manusia merasa bahwa Allah tidak membutuhkannya sedangkan Allah itu Maha Kaya , maka manusia akan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Itulah konteks JAWABAN YESUS tersebut , BUKAN konteks AJARAN BARNABAS . Lalu apa hubungannya sehingga diperbandingkan dengan  Surat Al –Isra’ 13 :  Tiap-tiap manusia, Kami ikatkan usahanya ( amalnya ) masing-masing kedudukannya “ yang menegaskan bahwa kedudukan manusia ( beriman ) nanti di akhirat akan bergantung kepada amal usaha yang dilakukannya di dunia ? Amal usaha yang dilakukan manusia menurut pilihan manusia itu sendiri. Dia bebas memilih melakukan AMAL USAHA YANG POSITIF  atau melakukan AMAL USAHA YANG NEGATIF. Hal ini sejalan dengan pernyataan dalam INJIL BARNABAS  155 : 12 -14 : ” Oleh karenanya di kala Dia menciptakan manusia , diciptakannya bebas , agar diketahui olehnya bahwa Allah tidak membutuhkan kepadanya ”. Kebodohan apa yang didemonstrasikan Iskander Jadeed dengan mempertentangkan Surat Al –Isra’ 13 dengan BARNABAS  155 : 12 -14 ? .

5.  Iskander  Jadeed setelah mengutip INJIL BARNABAS ayat 137 : 1-2 yang memuat permintaan syafa’at 55 dari Pesuruh Allah ( yi.Nabi Muhammad saw ) nanti di hari kiamat : “  O , Allah , ada di antara orang-orang yang beriman yang telah berada dalam neraka 70.000 tahun ……  Hamba mohon kepada Engkau , Allah , untuk membebaskan dari azab-azab yang pedih itu  “ dan Allah mengabulkan do’a syafa’at tersebut dengan “ mengeluarkan setiap orang  yang  telah menganut aqidah Pesuruh-Nya dan  memimpin  ke  dalam surga “ , lalu memberi komentar :  
            Ayat ini bertentangan dengan Al Qur’an yang sama sekali menyangkal akan permohonan ampun karena dikatakan : “ Sesungguhnya Allah mengutuki orang-orang yang kafir dan menyediakan untuk mereka api yang bernyala-nyala ( neraka ). Sedang mereka kekal di dalamnya selama-lamanya , mereka tiada memperoleh wali dan tiada pula penolong “ ( Surat Al Ahzab 64 -65 )
Sanggahan yang sama dapat kita baca dalam situs internet dari penganut Kristen  :
It tells us that God sent a group of believers to hell for 70,000 years ( Barnabas, chapter 137 ) , whereas the Qur’an says that God would not harm a believer even so much as by the weight of an ant ( Surah 4:40 ).
( Ia menyatakan kepada kita bahwa Allah mengirim sekelompok orang-orang beriman ke neraka selama 70.000 tahun ( Barnabas pasal 137 ) , sebaliknya Al Qur’an menyatakan bahwa Allah tidak akan merugikan orang-orang beriman hatta sekalipun seberat seekor semut ( Surah 4 : 40 )
Harap diperhatikan, Iskander Jadeed  mempertentangkan pernyataan Injil Barnabas pasal 137 dengan ayat Al Qur’an Al Ahzab 64 -65 . Sedangkan penganut Kristen yang memposting sanggahannya dalam internet mempertentangkan pernyataan Injil Barnabas tersebut dengan ayat Al Qur’an An Nisaa’ 40 . Oleh karena ayat Al Qur’an yang dipertentangkan dengan Injil Barnabas pasal 137,  berbeda , maka tanggapan atas sanggahan penganut Kristen dalam internet dibahas tersendiri. Pada kesempatan ini hanya dibahas sanggahan Iskander Jadeed saja.
Kita tidak tahu , apakah Iskander Jadeed sedang bingung atau sedang dalam keadaan tidak waras sehingga ayat Barnabas 137 : 1-2  yang berbicara tentang  penyelamatan atas orang-orang yang berimandari neraka kemudian memasukkannya ke dalam surga tetapi dibanding-kannya dengan ayat Al Qur’an surah Al Ahzab 64 -65 yang berbicara tentang  orang-orang yang  kafir yang akan mengalami siksaan yang kekal dalam api neraka . Jika Iskander Jadeed bisa membedakan antara “ orang-orang yang beriman “ dengan “ orang-orang yang kafir “ tentu tidak perlu menyajikannya sebagai contoh pertentangan INJIL BARNABAS dengan Al Qur’an. Rupanya akal waras sudah tidak ada lagi sehingga membuatnya tidak mampu membedakan antara penyelamatan atas orang-orang yang berimandari neraka kemudian memasukkannya ke dalam surga  ( ayat Barnabas 137 : 1-2 ) dengan “ orang-orang yang kafir yang akan mengalami siksaan yang kekal dalam api neraka (Al Ahzab  64 -65). Ketidak mampuan membedakan tersebut membuat Iskander Jadeed mempertentangkan ayat Barnabas 137 : 1-2 dengan ayat Al Qur’an surah Al Ahzab  64 -65 dalam upayanya mempengaruhi ummat Islam agar ikut menolak INJIL BARNABAS, padahal konteks kedua ayat tersebut sangat bertolak belakang . Ini namanya pengelabuan ! Dan hebatnya pernyataan-pernyataan model demikian ini banyak dikutip dan diulang-ulang oleh penganut Kristen tanpa melakukan kajian kritis dalam tampilan situs-situs internet untuk menolak INJIL BARNABAS.

6. Iskander Jadeed setelah mengutip INJIL BARNABAS ayat 42 : 2-5 yang berisi pengakuan Yesus bahwa dirinya bukanlah Messias , lalu memberikan komentar :
         Al Qur’an berkata : ( ingatlah ) ketika malaikat berkata , ‘ Ya Maryam , sesungguhnya Allah memberikan kabar gembira kepada engkau dengan kalimat dari pada-Nya ( yakni seorang anak ) namanya Almasih ‘Isa anak Maryam , yang mempunyai kebesaran di dunia dan akhirat dan termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah ‘  ( Surat Ali Imran 45 ).
Iskander Jadeed telah menghubungkan kata “ Messias  “ yang dinubuatkan oleh para Nabi dan dinanti-nantikan kedatangannya oleh seluruh bangsa ( ummat manusia ) dengan gelar  Al Masih “ atau ” Kristus ” pada diri Yesus . Dalam hubungan inilah, Iskander Jadeed dalam upayanya mempengaruhi ummat Islam agar menolak pula INJIL BARNABAS dengan mempertentangkan pernyataan INJIL BARNABAS ayat 42 : 2-5 dengan ayat Al Qur’an Surat Ali Imran 45. Jelas Iskander Jadeed telah keliru atau sengaja mengelurkan dalam hal ini untuk melakukan pengelabuan. Ada dua hal yang menjadi dasar ketidak benaran pernyataan Iskander Jadeed ini , yaitu :
1.        Gelar “ Al Masih “ dalam Islam tidak hanya dikenakan kepada Yesus  ( Isa bin   Maryam ) melainkan juga dikenakan kepada DAJJAL sehingga disebut AL MASIH AD DAJJAL . Jika gelar “ Al Masih “ menjadi sebuah sebutan yang semakna dengan konsep “ Messias “ sebagai NABI AKHIR ZAMAN berarti AL MASIH AD DAJJAL adalah “ Messias “ atau NABI AKHIR ZAMAN  tersebut . Apakah demikian ? Jelas hal ini kita tolak . Ini menjadi dalil bahwa gelar “ Al Masih “ tidak harus dihubungkan dengan “ Messias “ yang disebutkan dalam INJIL BARNABAS .
2.     Dalam Bibel sendiri, gelar “ Al Masih “ tidak dihubungkan dengan “ Messias “ dalam konsep NABI AKHIR ZAMAN . Dilihat dari makna kata “ MASIH “  yaitu “ YANG DIURAPI “  maka kita dapat sejumlah ayat Bibel yang menceritakan subyek ( termasuk figur ) yang diurapi, sehingga semuanya berhak pula digelar “ Al Masih “ antara lain :
-       SAUL adalah Al Masih , berdasarkan ayat I Semuil 9 : 15-16, 10 : 1 ; 16 : 9 dan 24 : 7
-       HARUN adalah Al Masih , berdasarkan ayat  Imamat 8 : 10-12
-       ELISA adalah Al Masih , berdasarkan ayat I Raja-Raja 19 : 16
-       DAUD adalah Al Masih , berdasarkan ayat II Semuil 5 : 3; Mazmur 18 : 51 ;
     Mazmur 84 : 9-10
-       SULAIMAN adalah Al Masih berdasarkan ayat  I Raja-Raja  1 : 39
-       CYRUS  adalah AL Masih berdasarkan ayat Yesaya 45 : 1.
       Namun mereka samasekali bukan “ Messias “ yang dinubuatkan para nabi dan ditunggu-tunggu oleh manusia. Jadi jangan karena terkait dengan gelar “ Al Masih “ lalu dihubungkan dengan  “ Messias “ yang dijanjikan dan dinubuatkan para Nabi . Begitu pula dengan Isa Al Masih as. Jangan karena terkait dengan gelar “ Al Masih “ lalu dinisbatkan sebagai               “ Messias “ yang dinubuatkan tersebut. Dalam tradisi Yahudi , yang ditunggu-tunggu adalah NABI AKHIR ZAMAN dalam istilah ” MENAHEM ” sebagai. Dia juga diurap sehingga      ” MENAHEM ” disebut juga AL MASIH. Tetapi sebutan ” AL MASIH ” lebih menonjol daripada ” MENAHEM ” ( NABI AKHIR ZAMAN ). Dan istilah tersebut mendominasi Perjanjian Baru. Nabi Isa Al Masih as adalah AL MASIH tetapi BUKAN MENAHEM.
3.       Dalam Bibel didapatkan pengakuan Yesus sendiri bahwa dirinya bukan “Messias“ yang dijanjikan dan yang dinubuatkan para nabi . Pengakuan ini dalam bentuk penolakan atau larangan kepada para muridnya agar tidak  mengatakan dirinya adalah “ Messias “ . Hal ini dapat disimak dan dibaca pada ayat  Markus 8 : 27-30  :
Maka keluarlah Yesus dengan murid-muridnya menuju ke kampung-kampung dekat Kaisaria Pilipi .  Sedang Ia berjalan , bertanyalah  ia kepada murid-murid-nya serta
berkata kepada mereka itu : “ Menurut kata orang , siapakah aku ? “.
Maka sahut murid-murid itu katanya : “ Ada yang mengatakan Yahya Pembaptis ; dan ada yang mengatakan Elia ; dan ada pula yang mengatakan seorang dari antara sekalian  nabi  “.
Maka bertanyalah Yesus kepada mereka itu :“ Tetapi kata kamu ini, siapakah aku ? “ Lalu sahut Peterus serta berkata kepadanya : “ Tuhanlah Keristus “.
Maka dipesankannya amat sangat kepada mereka itu , jangan mengatakan dari halnya kepada seorang juapun.
     Kalimat jawaban Peterus : “ Tuhanlah Kristus  “ pada ayat Markus 8 : 29 sama dengan : Tuanlah Messias “ . Dan ternyata Yesus melarang mengatakan hal yang demikian kepada siapapun ! Larangan Yesus yang demikian terungkap dalam kalimat yang lebih tegas dalam Injil Matius 16 : 20 : “ Lalu ia berpesan kepada murid-muridnya , JANGAN MENGA-TAKAN kepada seorang juapun bahwa IA-LAH KERISTUS adanya “ . Perhatikan ! JANGAN MENGATAKAN IA ADALAH KERISTUS ! Injil Lukas 9 : 21 tidak ketinggalan pula menegaskan : “ JANGAN MENGATAKAN YANG DEMIKIAN kepada seorang juapaun … “ . Mengapa Yesus melarang mengatakan yang menunjuk dirinya sebagai Messias kepada siapapun ? Apakah maksudnya bahwa Yesus membenar-kan bahwa memang dirinya adalah Messias tetapi lantaran  takut akan ditangkap dan dibunuh oleh tentara Romawi maka Yesus melarang mengatakan dirinya adalah Messias . Memang ada tafsiran yang demikian . Tetapi tafsir ini sangat janggal . Bila Yesus adalah benar Messias yang dinubuatkan para nabi dan dinanti-nantikan ummat manusia dan kehadirannya adalah datang membawa missi sebagai Messias , lalu mengapa Yesus harus menyembunyikan diri lantaran takut ditangkap tentara Romawi  ? Tafsir  yang logis bahwa memang YESUS BUKAN MESSIAS sehingga MELARANG MURIDNYA MENGATAKAN DIRINYA MESSIAS KEPADA SIAPAPUN ! Berkenaan dengan ayat Markus 8 : 27 -30, Dr. Karel A. Steenbrink dalam bukunya  Perkembangan Teologi Dalam Dunia Kristen Modern ” menjelaskan :
Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus sama sekali TIDAK MENYETUJUI pendapat murid-muridnya , menegur mereka , agar mereka tidak boleh mengatakan hal yang kurang benar tentang dirinya . ……..   Para murid dengan Petrus sebagai jurubicara mengakui Yesus sebagai Raja Penyelamat atau Messias tetapi Yesus bicara tentang dirinya sebagai Anak Manusia ! Jelas di sini bahwa Yesus mengoreksi pendapat murid-muridnya .
       Penjelasan Dr. Karel Steenbrink mengarahkan adanya pemahaman atas ayat Markus 8 : 27 -30 bahwa Yesus menolak dirinya sebagai Messias . Dan penolakan ini tidak ada kaitan dengan gelar “ Al Masih “ pada dirinya karena gelar demikian bisa dikenakan kepada orang lain . Hal ini diperkuat pula dengan pendapat Bultman sebagaimana yang diangkat Donald Guthrie dalam bukunya “ TEOLOGI PERJANJIAN BARU “ yaitu : “ … Yesus tidak pernah menganggap dirinya Messias, tetapi hanya Calon Messias …. “.
     William Wrede, seorang teolog Kristen sebagaimana yang diungkap DR.C.L.Ch.Abineno dalam buku- nya “ YESUS , SANG MESSIAS  ” memberikan pendapat  bahwa selama hidupnya , Yesus tidak pernah menganggap dirinya sebagai Messias . Gelar “ Messias “ baru kemudian diberikan murid-muridnya sesudah ia mati dan bangkit. Mereka – para murid - menceritakan begitu rupa seolah-olah Yesus sendiri pernah menganggap dirinya sebagai Messias. Tetapi mereka menemui kesulitan dengan cerita mereka sebab Yesus tidak mau dianggap sebagai Messias. Dan menurut DR.C.L.Ch.Abineno : “ Pandangan Wrede ini  …… dianut juga oleh ahli-ahli lain “. Juga Tom Jacobs , dalam bukunya yang berjudul “ PAULUS “ ( hal. 22 )  menegaskan :
Kiranya cukup jelas bahwa Yesus sendiri tidak pernah menyebut diri “ KRISTUS “ . Apapun juga latar belakang teologinya , kiranya secara histories benar apa yang dikatakan dalam Yoh.  6 : 15 : “ Karena Yesus tahu bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa dia dengan paksa untuk menjadikan dia , raja . Ia menyingkir pulang ke gunung, seorang diri “ . Yesus tidak pernah mau menjadi “ KERISTUS “ , tidak dalam arti politik dan juga tidak dalam arti keagamaan . Tetapi mereka menemui kesulitan dengan cerita mereka sebab Yesus tidak mau
4.      H. Hasbullah Bakry dalam bukunya “  Nabi Isa Dalam Al Qur’an Dan Nabi Muhammad Dalam Bible ” mengungkapkan bahwa sebenarnya istilah “ MESSIAS “ tidak pernah dipakai dalam Perjanjian Lama untuk dinisbatkan kepada Nabi Besar yang dinubuatkan oleh nabi-nabi Israel , melainkan menggunakan istilah “ MENAHEM “ yang berarti : PENGHIBUR . Telah menjadi kebiasaan kaum Yahudi, para Imam dan Raja pada bangsa Israel , dalam penobatannya selalu DIURAPI ( dibaptiskan ) , maka terjadilah penyesuaian bahwa MENAHEM itu ialah seorang Messias ( orang yang diurapi ) karena semacam pengembangan pemahaman bahwa lebih layak MENAHEM itu yang di-MESSIAS-kan daripada para Imam dan Raja . Akibatnya , NABI AKHIR ZAMAN itu disebut MESSIAS . Bahasan demikian telah disinggung pada butir ( 2 ).
Dengan fakta-fakta yang disajikan , jelaslah tidak ada kaitan antara “ MESSIAS “ yang dinubuatkan para nabi dan dinanti-nantikan kedatangannya oleh seluruh bangsa dengan gelar      “ AL MASIH “ pada diri Yesus . Oleh karena itu betapa kelirunya Iskander Jadeed yang mempertentangkan antara ayat Barnabas  42 : 2-5  dengan ayat Al Qur’an surah Ali ‘Imran 45 .
Mengakhiri semua komentarnya yang mempertentangkan INJIL BARNABAS dengan ayat-ayat Al Qur’an itu , Iskander Jadeed berkata :
Masih adakah dalam kenyataannya satu kesaksian palsu yang menentang Injil dan Al Qur’an dari pada Injil Palsu Barnabas ini ? Masihkah ada seorang Muslim yang mempercayai pemalsuan ini bahwa Messias itu adalah Muhammad anak Abdullah , bukan Yesus anak Maryam ?
Iskander meracau dengan pernyataan-pernyataan bandingannya. Penjelasan sebagai tanggapan atas setiap contoh bandingan yang disajikan Iskander Jadeed dalam mempertentangkan INJIL BARNABAS dengan Al Qur’an membuktikan sikap meracaunya Iskander Jadeed . Banyak kebohongan dan pengelabuan dalam pernyataan-pernyataannya tersebut . Dengan demikian pernyataan komentar Iskander Jadeed ini cukup dberikan komentar :  Masihkah ada seorang Kristen yang mempercayai kebohongan pernyataan-pernyataan Iskander Jadeed ini yang berusaha menyanggah bahwa Messias adalah Muhammad anak Abdullah dan berusaha menetapkan Yesus itulah Messias ? “.
Pada bagian lain tulisannya , Iskander Jadeed  mengungkap “ bukti-bukti “ ketidak benaran INJIL BARNABAS karena tidak sesuai dengan  “ fakta “. Bukti-bukti yang disebut Iskander Jadeed tersebut disajikan berikut yang disertai  tanggapan atasnya .

1.   Iskander Jadeed mengungkapkan ketidak-tepatan geografis yang disebutkan dalam INJIL BAR- NABAS  20 :1  yaitu  : “ Yesus pergi ke laut Galilea dan naik ke dalam sebuah perahu berlayar ke kotanya Nazareth ; dalam pada itu terjadi suatu topan di laut , sampai akhirnya perahu itu hampir  tenggelam “. Sehubungan  dengan  itu  Iskander  Jadeed  berkomentar  bahwa  itu  menjadi  bukti pertama ketidak-tahuan penulisnya tentang ilmu bumi Palestina dan Negara tempat terjadinya kisah-kisah yang bersifat agama  ……...  Sudah lama diketahui dengan baik bahwa Nazareth terletak di atas bukit di Galilea dan bukan sebuah kota di pesisir pantai seperti yang dikatakan penulis .
Lengkapnya cerita ada pada ayat 20 : 1-8 . Jika Iskander Jadeed bersikap obyektif, sesungguhnya yang diceritakan INJIL BARNABAS  20 : 1-8  sejalan benar dengan cerita yang tercantum dalam Injil Matius  8 : 18 , 23 -27  ( bandingkan dengan Markus  4 : 36 -41  dan  Lukas 8 : 23 -25  ) . Kesejalanan cerita menunjukkan bahwa sesungguhnya INJIL BARNABAS  tidak perlu ditraumakan dan ditakuti oleh penganut Kristen. Tetapi karena ada bagian-bagian yang menyangkut akidah dasar yang bertentangan dengan dogma Kristen tradisional tetapi sejalan dengan ajaran Islam , maka sepenuh hati penganut Kristen menolaknya dengan mengabaikan begitu banyak kesamaannya . Penulis sajikan kedua versi cerita ini dalam matriks berikut  :

Barnabas  20 : 1-8
Matius  8 : 18 , 23-27

Syahdan pergilah Yesus ke laut Galilea dan turunlah ia ke dalam sebuah kapal untuk berlayar ke Nazaret negerinya . ( 1)


Maka terjadilah tofan besar di laut sehingga hampir menenggelamkan kapal itu . ( 2 )
Dan Yesus sedang tidur di haluan kapal itu.(3 ).

Maka didekatinyalah dia oleh para muridnya dan dibangunkannya, kata mereka : “ Ya tuan, selamat-kanlah dirimu karena kita sekalian pasti akan binasa . (4)
Dan mereka itu diliputi oleh ketakutan yang dahsyat karena angin yang keras itu menentang mereka dan gemuruhnya laut . (5)
Maka bangunlah Yesus sambil memandangkan kedua matanya ke langit dan berkata : “ Ya Elohim al Sabaut , kasihanilah hamba-hamba-Mu “ ( 6 ) .
Dan ketika Yesus mengatakan demikian itu , maka redalah angin seketika dan lautpun tenang . (7 ).

Maka gelisahlah para pelaut , kata mereka : “ Sia-pakah , gerangan orang ini sehingga laut dan angin mentaati dia  “ . ( 8 )


Apabila dilihat oleh Yesus akan orang banyak mengelilingi dia , disuruhnya murid-muridnya menyeberang ke seberang ( 18 )
Apabila Yesus naik ke dalam sebuah perahu , lalu diiringkan oleh murid-muridnya .( 23 ).
Maka sekonyong-konyong turunlah angin ribut yang besar ke tasik itu, sehingga perahu itu ditim-bus ombak; akan tetapi Yesus ada tidur juga .      ( 24 ).
Maka datanglah murid-muridnya membangun-kan dia , katanya : “ Ya tuhan tolonglah , binasa kami “     ( 25 )




Maka berkatalah ia kepada mereka itu : “ Apakah sebabnya kamu takut, hai kamu yang kurang percaya ? “. Lalu bangunlah ia sambil melarang angin  dan ombak itu ; maka jadilah teduh sekali . ( 26 )

Maka heranlah sekalian orang , katanya : “ Siapa-kah gerangan orang ini , sehingga angina dan laut pun menurut perintahnya ? “.( 27 )

Tidak diragukan lagi , keduanya menceritakan satu peristiwa yang sama . Menjadi pertanyaan kepada Iskander Jadeed dan penganut Kristen lainnya , berdasarkan cerita Injil Matius  8 : 18 , 23 -27  , Yesus dan  para murid ini naik perahu dari mana ke  mana ? Pertanyaan yang sangat penting dijelaskan ! Sayangnya Injil Matius tidak menceritakan hal itu , hanya tiba-tiba saja menceritakan Yesus dan para murid naik perahu, tetapi dari mana dan ke mana tidak diungkapkan .  Oleh karenanya , kajian yang logis untuk menjawab pertanyaan tersebut , adalah  menyimak secara cermat ayat-ayat sebelum dan sesudah ayat Matius 8 : 18 , 22 -27 . Ternyata dalam ayat Matius 8 : 14-17 diungkapkan Yesus datang ke rumah Peterus dan menemukan ibu mertuanya Peterus dalam keadaan sakit (14) . Lalu Yesus menjamahkan tangannya sehingga ibu mertua Peterus menjadi sembuh (15 ). Setelah itu pada petang harinya  - jadi masih di rumah Peterus – orang-orang yang sakit dirasuk setan dibawa kepada Yesus (16 ) dan Yesus pun menyembuhkannya (17 ). Dan cerita bersambung pada ayat 8 : 18  : “ Apabila dilihat oleh Yesus akan orang banyak mengelilingi dia , disuruhnya murid-muridnya menyeberang ke seberang   yang dikutipkan di atas !  Berarti Yesus dan para murid  naik perahu di pantai laut dari negeri di mana rumah Peterus berada . Dan perlu diketahui , Peterus seorang nelayan , tentu dia bertempat tinggal di kota /negeri yang ada lautnya. Di negeri mana, rumah Peterus itu berada ? Mari kita baca ayat Matius  4 : 18 .
Ketika ia berjalan-jalan di pantai tasik Galilea , dilihatnya orang dua beradik , yaitu Simon yang dipanggil Peterus dengan saudaranya Andereas , yang sedang menebar jala di tasik , karena mereka itu nelayan  .
Dari ayat ini, dipahami bahwa rumah Peterus ada di dekat tasik ( pantai laut ) Galilea . Dihubungkan dengan  ayat Matius  8 : 18 , berarti Yesus dan para murid naik perahu dari negeri Galilea ! Cocok dengan  INJIL BARNABAS  : “… pergilah Yesus ke laut Galilea dan turunlah ia ke dalam sebuah kapal … “ ( 20 : 1 ) .
Selanjutnya kita kaji ayat sesudah ayat Matius 8 : 18, 23-27  yaitu  ayat Matius 8 : 28  dan ayat Matius 9 : 1. Ayat Matius 8  : 28   mengatakan  : “ Setelah ia sampai ke seberang di tanah Gadara  …….  “. Perjalanan Yesus dan para murid yang naik perahu  rupanya sampai ke negeri Gadara , berhadapan dengan tanah Galilea dan di antarai laut Galilea. Rupanya  perjalanan Yesus dan para murid tidak berhenti di negeri Gadara. Setelah melaksanakan misi di Gadara , Yesus dan para murid kembali melakukan perjalanan . Ke mana ? Dalam ayat Matius 9 : 1 dikatakan :    Maka naiklah Yesus ke dalam sebuah perahu  serta menyeberang lalu tibalah di negerinya sendiri “ . Pertanyaannya , di mana  negerinya sendiri “ dari Yesus ? Jawaban yang pasti : NAZARETH ! Dengan demikian , ayat Matius  9 : 1 mengungkapkan perjalanan Yesus dari GADARA ke NAZARET dengan naik perahu ! Sebagaimana yang dikatakan Iskander Jadeed - Nazareth terletak di atas bukit di Galilea dan bukan sebuah kota di pesisir pantai . Jadi sekali lagi : Yesus ke NAZARET yang ada di atas bukit di Galilea dengan naik perahu dari GADARA !  Cocok dengan Injil Barnabas  :    turunlah ia ke dalam sebuah kapal untuk berlayar ke Nazaret negerinya   “ ( 20 : 1 ) . Lalu apanya yang janggal dengan cerita INJIL BARNABAS  ketika INJIL MATIUS  yang diakui kanonik oleh penganut Kristen justru juga berbicara hal yang sama : YESUS NAIK PERAHU DARI GADARA KE NAZARETH ?.  Memang jika memahaminya secara garis lurus dan tidak memahami gaya kalimat dalam penceritaan tentu akan didapatkan “ kejanggalan “ . Oleh karena itu pemahaman kita atas ayat-ayat tersebut , baik pada Injil Barnabas ataupun Injil Matius harus dilihat dari “ titik awal “ ke     titik akhir “ perjalanan Yesus dan para murid dengan perahu dari Galilea ke Gaddara lalu ke     negerinya “ (Nazareth). Titik akhir perjalanan Yesus dalam cerita adalah Nazaret sebagaimana disebutkan dalam kisah yang disajikan. Yesus dari tasik Galilea ke Gaddara naik perahu kemudian dari Gaddara kembali ke negeri Galilea tentu juga naik perahu. Tapi hal itu bukan berarti akan naik perahu juga ke Nazaret di atas bukit melainkan dipahami dari Galilea ke Nazaret naik “ kendaraan “ darat atau jalan kaki . Hal ini pula yang harus diterapkan pada INJIL BARNABAS   20 : 1 , sekalipun tidak disebut ada negeri yang dikunjungi terlebih dahulu – yaitu Gaddara - sebelum ke Nazaret . Apalagi seperti yang dikatakan Iskander Jadeed  : “ ….. Nazareth terletak di atas bukit di Galilea dan bukan sebuah kota di pesisir pantai seperti yang dikatakan penulis “ , merupakan ekstrapolasi yang berlebihan – untuk tidak disebut sebuah kedustaan - karena sesungguhnya INJIL BARNABAS tidak pernah mengatakan : Nazareth adalah kota di pesisir pantai ! Jelaslah , apa yang dikatakan Iskander Jadeed adalah kesimpulan atas fakta pernyataan INJIL BARNABAS dan bukan fakta itu sendiri , yang sebenarnya juga harus diterapkan pada Injil-Injil Kanonik , bilamana Iskander Jadeed benar-benar obyektif dalam pembahasannya . Kesimpulan Iskander Jadeed sangat dipengaruhi oleh dogma Kristen yang dianut Iskander Jadeed  yang menghilangkan akal warasnya .

2.    Iskander Jadeed juga mengungkapkan ketidak-tepatan lokasi geografis dari kota NINEVEH dalam cerita INJIL BARNABAS  63 : 2 ( sebenarnya  ayat 63 : 4 -7 ) . Iskander Jadeed berkomentar  : “ Sudah diketemukan dengan baik bahwa kota Niniveh adalah ibu kota dari kerajaan Asyur dan didirikan di atas jalur sebelah timur sungai Tigris , di atas satu pintu ke luar ( gerbang ) yang dikenal dengan nama Al –Khisr . Sebab itu , kota  ini  tidak  terletak  di  daerah  Timur Tengah seperti yang dilaporkan    penulis “.
Sungguh mengherankan mengapa Iskander menyajikan kebohongan dengan mengatakan :  “ …… kota ini tidak terletak di daerah Timur Tengah seperti yang dilaporkan penulis “ . Sebab, INJIL BARNABAS ayat 4-7 sama sekali tidak mengungkapkannya kecuali menceritakan perjalanan pelarian Yunus dari Ninive ke Tarsus , dilempar ke laut dan ditelan ikan . Cuma itu dan tidak ada sama sekali dikatakan kota Nineveh ada di Timur Tengah . Pernyataan Iskander Jadeed  terlalu mengada-ada. Dan kita tidak tahu , apa yang dimaksud oleh Iskander Jadeed dengan “ Timur Tengah “ , sebab sungai Tigris berada di wilayah Irak sekarang , juga berada di Timur Tengah .  Perlu pula diketahui , pengarang INJIL BARNABAS tidak melaporkan letak geografis kota Nineveh seperti yang dikatakan Iskander Jadeed , melainkan mengungkapkan perkataan Yesus tentang pelarian Yunus dari Nineveh ke Tarsus . Sebenarnya kisah Yunus diceritakan  pula dalam Perjanjian Lama , ayat Yunus  1 : 1- 3  yaitu  : 
Sebermula maka datanglah firman Tuhan kepada Yunus bin Amitai , bunyinya : Bangunlah engkau , pergilah ke Ninewe, negeri besar itu dan berserulah akan dia karena kejahatannya sudah naik sampai di hadapan  hadirat-Ku .
Tetapi bangunlah Yunus hendak lari ke Tarsis dari hadapan hadirat Tuhan , maka turunlah ia ke Yafo, didapatinya akan sebuah kapal yang hendak berlayar ke Tarsis, dibayarnya uang tumpangannya, lalu turunlah ia ke dalamnya hendak berlayar serta mereka itu ke Tarsis dari hadapan hadirat Tuhan .
Jadi , jika  Iskander Jadeed  mencari kesalahan  ayat INJIL BARNABAS berdasarkan lokasi geografis dari temuan arkeologi untuk kota Niniveh , maka ayat Yunus 1 lebih tepat dan lebih didahulukan untuk disalahkan, sebab dari isi ceritanya terlihat pengarang Injil Barnabas mengutipnya dari kitab Yunus ! Mengutip isi Perjanjian Lama memang juga menjadi kebiasaan pengarang Injil Kanonik seperti pengarang Injil Matius, yang selalu mengutip ayat-ayat Perjanjian Lama untuk menggambarkan dipenuhinya nubuatan oleh Yesus. Nyatalah betapa Iskander Jadeed terlalu mengada-ada dengan pernyataannya. Ada ketidak-jujuran yang terlalu kental dari Iskander Jadeed dan kebohongan saja yang selalu disajikan !

3.     Iskander  Jadeed  menyajikan  bukti “ ketidak-pahaman “ pengarang INJIL BARNABAS tentang sejarah kehidupan Yesus Kristus  dengan menunjukkan pernyataan ayat INJIL BARNABAS  3 : 1  : “ Ketika Yesus lahir , Pilatus adalah Gubernur , sedangkan jabatan kepala agama dipegang oleh Ananias dan Cayaphas  “ . Iskander Jadeed berkata : “ Hal ini samasekali tidak benar , karena Pilatus menjadi Gubernur dari tahun 26 sampai 36 Masehi. Sedangkan Ananias menjabat sebagai kepala agama pada tahun 6 Masehi dan Cayphas dari tahun 8 s/d 36 Masehi “.
Harap diperhatikan , dalam hubungan dengan ketepatan waktu antara masa Pilatus  menjabat sebagai Gubernur ( menurut Iskander Jadeed : pada tahun 26 -36 M ) dengan Ananias yang menjabat sebagai kepala agama ( menurut Iskander Jadeed : pada tahun 6 M ) , Iskander Jadeed mencoba menunjukkan “ ketidak-benaran “ yang disajikan INJIL BARNABAS. Penulis kutipkan ayat  Injil Barnabas 3 : 1-2 untuk dibandingkan dan membuktikan kebenaran  kutipan Iskander Jadeed  sebagai berikut :
Herodes di waktu itu adalah raja atas Yudea dengan titah Kaisar Agustus. Sedang Pilatus seorang hakim ( Prokurator ) di zaman kekuasaan Majelis Besar untuk Hannas dan Kayafas.
Bandingkan kutipan terjemahan ayat  Injil Barnabas 3 : 1-2  tersebut dengan kutipan yang disajikan Iskander Jadeed . Ada dua hal yang berbeda  yaitu  :
a.      Nama “ HANNAS  “ dalam ayat Injil Barnabas 3 : 2  menurut kutipan  Iskander Jadeed menjadi “ ANANIAS “. Kita tidak tahu apakah nama HANNAS identik dengan ANANIAS .  Dalam Perjanjian Baru nama “ ANANIAS “ sebagai Imam Besar disebut dalam KRR. 23 :  2 . Juga ada disebut dalam peristiwa tobat-nya Paulus, jauh sesudah “ penangkapan dan penyaliban Yesus “ ( baca . KRR.  9 : 10 ) dan juga dalam peristiwa dengan Peterus ( baca KRR. 5 : 1-5). Tetapi bukan Ananias sebagai Imam Besar. Untuk bahasan ini, mari dipahami saja, nama “ HANNAS “ sama dengan nama  “ ANANIAS “ yang ditulis Iskander Jadeed .  
b.   Kalimat “ di zaman kekuasaan Majelis Besar untuk Hannas dan Kayafas “ dalam kutipan  Iskander Jadeed menjadi : “....sedangkan jabatan kepala agama dipegang oleh Ananias dan Cayaphas  “.
Dan hebatnya , Iskander Jadeed membuktikan “ ketidak-benaranayat  Injil Barnabas 3 : 1-2  setelah dia mengubah makna kalimatnya . Ketidak-benaran apa yang hendak dibuktikan Iskander Jadeed atas INJIL BARNABAS jika Iskander Jadeed menyajikan dengan cara yang tidak jujur dan tidak benar ? Bukankah cara demikian menunjukkan ketidak-jujuran ? Sebenarnya ayat Barnabas 3 : 1-2  sejalan dengan ayat Lukas 3 : 1-2 yang diakui kanonik oleh Iskander Jadeed dan penganut Kristen lainnya. Berikut dikutipkan ayat Lukas 3 : 1-2 :
Maka pada tahun yang ke lima belas pada zaman Kaisar Tiberius tatkala Pontius Pilatus menjadi   wakil  pemerintah  Yudea  dan  Herodes  menjadi  raja  Galilea  dan  Pilipus , saudara Herodes , raja di jajahan Ituria serta Terakhonitis dan Lisanias raja Abilene ,
Pada zaman Hannas dan Kayafas menjadi Imam Besar , turunlah firman Allah kepada Yahya anak Zakaria , di padang belantara ;
Ternyata ayat Lukas 3 : 1-2  juga menyatakan bahwa “ masa Pilatus menjadi wakil pemerintah Yudea bersamaan dengan masa Hannas dan Kayafas menjadi Imam   Besar “ sama seperti yang disebut Injil Barnabas 3 : 1-2 . Jika waktu Pilatus  menjabat sebagai Gubernur ( menurut Iskander Jadeed :  26 -36 M ) tidak tepat dengan  waktu Ananias menjabat sebagai kepala agama ( menurut Iskander Jadeed :  6 M ) , bukankah lebih tepat  jika Iskander Jadeed  menyalahkan ayat Lukas  3 : 1-2  saja - yang diakui kanonik oleh penganut Kristen - yang justru menyatakan ketepatan waktu antara Pilatus dengan Ananias    ( jika yang dimaksud adalah : HANNAS ) sebagai Imam Besar daripada menyalahkan INJIL BARNABAS ? Mengapa hanya INJIL BARNABAS  yang disalahkan ?  Jadi ada ketidak-jujuran  dan ketidak-fairan  Iskander Jadeed dalam masalah ini.
Selanjutnya pada ayat INJIL BARNABAS  3 : 1-2 hanya dikatakan : “ ….... di zaman kekuasaan Majelis Besar untuk Hannas dan Kayafas  “ , sama seperti yang dikatakan Injil Lukas 3 : 12  :  “ ….Pada zaman Hannas dan Kayafas menjadi Imam Besar “ dan sama sekali tidak dikatakan: “  ….sedangkan jabatan kepala agama dipegang oleh Ananias dan Cayaphas  “ seperti yang dikatakan Iskander Jadeed . Jadi kita mendapatkan fakta kebohongan Iskander Jadeed dengan pernyataan tersebut . Keberadaan HANNAS  yang juga memiliki kekuasaan di Majelis Imam Besar dan juga disebut sebagai Imam Besar di samping juga dikatakan bahwa yang menjadi Imam Besar adalah KAYAFAS , diungkapkan Injil Yahya 18 sebagai berikut  ( dikutip hanya  ayat 18 : 12-13 , 19 dan 24  supaya tidak terlalu panjang )  :
Maka pasukan laskar dan panglima dan segala hamba orang Yahudi itupun menangkap Yesus dan mengikat dia, lalu dibawanya dia mula-mula kepada HANNAS , karena ialah MENTUA KAYAFAS , yang menjadi Imam Besar pada tahun itu .
Maka  Imam  Besar  itu  menyoal  Yesus  dari  hal  murid–muridnya dan dari  hal pengajarannya.
Lalu HANNAS menyuruhkan dia dengan ikatannya menghadap KAYAFAS, Imam Besar itu .
Ayat Yahya 18 : 12-13,19  sangat jelas mengatakan bahwa HANNAS adalah Imam Besar yang menyoal Yesus . Analisisnya demikian. Pada ayat 13 dikatakan  dibawanya dia mula-mula kepada HANNAS  “ lalu ayat 19  bercerita :  Imam Besar itu menyoal Yesus  “ . Tokoh Imam Besar yang menyoal Yesus adalah HANNAS, sebab dikatakan sesudah “ Imam Besar itu menyoal Yesus  lalu pada ayat 24 , diceritakan : “ Lalu  HANNAS menyuruhkan dia dengan ikatannya menghadap KAYAFAS, Imam Besar itu “. Artinya sebelum Yesus dibawa menghadap kepada “ KAYAFAS , Imam Besar itu “  ternyata Yesus diperiksa dan ditanya dulu oleh HANNAS, yang juga disapa dengan sebutan    Imam Besar itu menyoal Yesus “. Dengan demikian, pada waktu penangkapan Yesus ada dua “ Imam Besar “ yaitu HANNAS dan KAYAFAS . Demikian yang dipahami dari Injil Yahya dan sejalan dengan Injil Lukas 3 : 12 :  “ ….Pada zaman Hannas dan Kayafas menjadi Imam Besar   dan juga sejalan dengan INJIL BARNABAS itu 3 : 1-2 : “…di zaman kekuasaan Majelis Besar untuk Hannas dan Kayafas“. Lalu atas dasar apa  Iskander Jadeed menyajikan kebohongan yang berupa satu bukti  ketidak-pahaman “ pengarang INJIL BARNABAS tentang sejarah kehidupan Yesus Kristus dengan menunjukkan pernyataan ayat INJIL BARNABAS  3 : 2  yang menyatakan  kelahiran Yesus terjadi pada masa “ … di zaman kekuasaan Majelis Besar untuk Hannas dan Kayafas   sebagai pernyataan yang tidak benar , padahal Injil Yahya dan Injil Lukas menyatakan hal yang sama  seperti yang dinayatakan Injil Barnabas ? Apakah pengarang Injil Yahya dan Injil Lukas bisa juga dikatakan tidak paham tentang sejarah kehidupan Yesus ?
Hal  lain  yang  dibuktikan  oleh  ayat Yahya 18 ( ayat 18 : 12-13 , 19 dan 24  ) adalah kebohongan pernyataan Iskander Jadeed yang menyatakan bahwa HANNAS menjadi Imam Besar pada 6 M sedangkan Pilatus menjadi Gubernur pada 26 -36 M [3] ). Padahal pada saat Pilatus menjadi “ gubernur  “ , HANNAS masih disebut Imam Besar ( lihat ayat Yahya 18 : 19).  Atau  paling  tidak  masih  memiliki  wewenang  sebagai   Imam Besar “ ,  walaupun pada saat itu yang menjadi Imam Besar adalah Kayafas , sang menantu . Bahkan menurut KRR. 4 : 5 -6  menceritakan keberadaan Hannas sebagai Imam Besar dan juga Kayafas  tanpa menyebutnya sebagai Imam Besar . Hal ini terjadi pasca perginya Yesus dan sebelum munculnya figur Paulus yaitu ketika Peterus dan Yahya menyampaikan pengajaran tentang Yesus tetapi mendapat tantangan para Imam , penghulu Bait Allah dan orang Saduki sehingga mereka dihadapkan pada  pengadilan Imam Besar . Ayat KRR. 4 : 5-6  bercerita :
Pada keesokan harinya , berhimpunlah di Yerusalem segala penghulu dan orangtua-tua dan Ahli Toratnya , dan  HANNAS IMAM BESAR dan KAYAFAS , dan Yahya dan Iskandar, dan sekalian orang itupun yang dari pada asal bangsa Imam Besar ada di situ .
James D. Tabor mengungkapkan, Hannas menjabat posisi sebagai Imam Besar secara resmi mulai tahun 6 M  menggantikan Yoasar , namun penguasa Romawi menurunkannya pada tahun 15 M. Sesudah itu dari tahun 15 M sampai tahun 30 M Hannas diganti oleh puteranya sebagaimana dikatakan James D. Tabor : ” Lima dari putera-puteri kemudian menduduki jabatan tersebut ”. Yosephus , sejarahwan kuno Yahudi mengungkapkan, Valeritus Gratus utusan Kaisar Romawi , memecat Hanas dari jabatannya yang kudus itu dan mengangkat Ismael bin Phiabi sebagai Imam Besar . Tak lama kemudian, Ismael dipecat dan mengangkat Eleazar anak Hanas sebagai penggantinya. Setahun kemudian , jabatan Imam Besar dipercayakan kepada Simon anak Camith , yang hanya memegang jabatan tersebut tidak lebih dari satu tahun  dan digantikan dengan Yusuf Kayafas. Setelah pengangkatan Yusuf Kayafas , Valeritus Gratus , pensiun dan tinggal selama setahun di Yudea. Valeritus Gratus digantikan Pontius Pilatus. Kayafas telah menjadi Imam Besar mulai tahun 18  M tetapi hanya ” IMAM BONEKA ” di bawah banyang-bayang kekuasaan Hannas dan secara resmi menjadi Imam Besar baru pada  tahun 30 M sampai tahun 38 M . Namun dibalik itu , kekuasaan yang sebenarnya dipegang oleh Hannas. Kayafas kemudian dipecat dan digantikan Yonathan , anak Hanas sebagai Imam Besar. Rupanya ada tenggang waktu sesudah Yonathan di mana jabatan Imam Besar dipangku oleh Yusuf (Kayafas?) yang kemudian dipecat oleh Albinus, utusan Kaisar Romawi sebagai gubernur Yudea dan digantikan oleh anak Hanas bernama : ANANUS (Imam Besar Ananias ?) [4] ).
Hal yang paling penting yaitu apa yang dikemukakan INJIL BARNABAS tentang HANNAS dan KAYAFAS ( 3 : 1-2 ) sejalan dengan Lukas 3 : 1-2 dan Yahya 18 ( ayat 18 : 12-13 , 19 dan 24  ). Lalu apa yang mau disalahkan atas INJIL BARNABAS oleh Iskander Jadeed ? Salahkan dulu ayat Lukas  3 : 1-2 dan Yahya 18 ( ayat 18 : 12-13 , 19 dan  24  ) baru INJIL BARNABAS disalahkan ! Tetapi pernyataan Iskander Jadeed menunjukkan kebohongannya atau paling tidak menunjukkan ketidak-tahuannya tentang Bibel . Iskander Jadeed mengatakan : “ Sedangkan Ananias menjabat sebagai kepala agama pada tahun 6 Masehi dan  Cayphas dari tahun 8 s/d 36 Masehi. Jika  pernyataan  Iskander Jadeed  benar dan bukan satu kebohongan , mari kita simak ayat KRR. 23 : 2 : “ Maka Ananias , Imam Besar itupun menyuruhkan orang lain yang berdiri dekat Paulus menampar mulutnya “. Apa yang dapat kita simpulkan atas ayat KRR.    23 : 2 tentang masa Ananias menjadi Imam Besar ?  Ternyata Ananias tengah menjalani tugas sebagai Imam Besar ketika Paulus ditangkap lantaran membawa pengajaran Kristen, lama sesudah Yesus  ditangkap , disalib , dikuburkan dan bangkit kembali dari antara orang mati “ sebagaimana yang menjadi kepercayaan Kristen . Masa ketika Paulus ditangkap oleh hamba-hamba Imam Besar dan disesah atas perintah Imam Besar Ananias jelas bukan pada tahun 6 M  melainkan sekitar tahun 40  M.  Lalu bagaimana Iskander Jadeed bisa mengatakan Ananias menjadi Imam Besar pada tahun 6 M ? Mungkin ada kilah penganut Kristen dalam rangka membela pernyataan Iskander Jadeed , yaitu Ananias yang dikatakan Imam Besar pada waktu penangkapan Yesus , bukan Imam Besar Ananias pada waktu Paulus ditangkap seperti yang diceritakan KRR. 23 . Kilah  demikian terlalu dibuat-buat dan tidak layak diperhatikan . Jika kilah tersebut benar, silakan tunjukkan dalilnya dalam Bibel ! Nyatalah Iskander Jadeed tidak benar dengan pernyataannya yang mempermasalahkan masa tugas Ananias sebagai Imam Besar yang dikaitkan dengan ketepatan dengan masa Pilatus menjabat sebagai Gubernur .
Sedikit  dijelaskan  di sini ,  raja  Herodes  yang  diceritakan  oleh  Injil  Matius  ada meme-rintahkan membunuh bayi-bayi pada masa Yesus dilahirkan sehingga Yusuf dan Maryam melarikan diri ke Mesir, adalah Raja Herodes Yang Agung ( Herod The Great ).  Ia seorang budak Romawi yang berasal dari Edom ( Edomite ) yang dengan peran dan pengabdiannya kepada Romawi lalu diangkat sebagai raja di Galilea mewakili kekaisaran Romawi. Dia meninggal pada bulan April  tahun 4 SM ( Sebelum Masehi ) . Ini berarti Yesus dilahirkan kira-kira sekitar tahun 4 SM. Jika Iskander Jadeed mengatakan  bahwa Ananias menjadi Imam Besar pada tahun 6 M , berarti umur Yesus pada waktu itu 10 tahun. Ini bertentangan dengan Injil Lukas yang menginformasikan ,Yesus dilahirkan dalam masa sensus penduduk ketika Publius Sulpicius Quirinius menjabat sebagai Gubernur Suriah melaksanakan tugas memerintah Suriah mewakili Kaisar Agustus di Roma. Ia menjabat selama tahun 6 -7 Masehi. Dengan demikian,  menurut Injil Lukas Yesus lahir sekitar tahun 6 -7 M . Jika Iskander Jadeed mengatakan  bahwa Ananias menjadi Imam Besar pada tahun 6 M , berarti Yesus pada waktu itu baru lahir atau bahkan mungkin belum lahir . Bagaimana Iskander Jadeed  dan penganut Kristen lainnya menjelaskan hal ini ?. Terbuktilah kebohongan Iskander Jadeed.

4.       Iskander Jadeed dalam membuktikan “ketidak-benaran“ INJIL BARNABAS adalah dengan mengangkat masalah “ Messias “ yang dikatakan oleh INJIL BARNABAS sebagai “ turunan Ismail “ bukan “ turunan Daud  “ ( baca Injil Barnabas pasal 142 : 16-17 sebagaimana yang dikutipkan sebelum ini , ZA ) dan mempertentangkannya dengan silsilah Yesus dalam Injil Matius dan Injil Lukas . Juga Iskander Jadeed menyatakan “ ketidak-benaran “ INJIL BARNABAS karena adanya pernyataan Yesus bahwa  PERJANJIAN diberikan kepada ISMAIL  dan bukan kepada ISHAK  (  baca Injil Barnabas pasal 124 : 14 sebagaimana yang dikutipkan sebelum ini , ZA ) . Dalam hal ini Iskander Jadeed  berkata  : “ Ini merupakan kesalahan yang besar karena setiap orang yang membaca silsilah Kristus dalam Injil yang sejati ( benar ) akan melihat bahwa silsilah itu , menurut daging , dia berasal dari keturunan Daud , suku Yehuda  .

Bagi Iskander Jadeed , Injil yang sejati ( benar )  adalah Injil kanonik yang  diakui dan diterima gereja dan penganut Kristen , yaitu Injil KARANGAN Matius , Injil KARANGAN Markus , Injil KARANGAN Lukas dan Injil KARANGAN Yahya, sekalipun fakta  tidak terbantah menunjukkan bahwa keempat Injil tersebut menyajikan cerita yang berbeda untuk sesuatu peristiwa . Perbedaan-perbedaan yang didemonstrasikan keempat Injil kanonik atas suatu kejadian rupanya menurut Iskander Jadeed adalah kesejatian dan kebenaran Injil-Injil tersebut. Begitukah ?  Akal sehat tidak akan pernah bisa menerima yang demikian  dan dalil-dalil logika pun akan menolaknya . Kebenaran sesuatu peristiwa hanya satu . Jika terdapat perbedaan , maka  hanya satu cerita yang benar , dan yang lainnya cerita bohong  atau semuanya salah dan tidak mungkin semuanya benar . Untuk menunjukkan semua perbedaan antar keempat Injil kanonik tentang sesuatu hal dibutuhkan satu tulisan tersendiri berupa sebuah buku tebal. Oleh karena itu, tidak disajikan dalam tulisan ini . Tapi pembaca dapat dipuaskan  dengan sebuah contoh tentang perbedaan keempat Injil kanonik dengan membandingkan nama-nama murid Yesus yang disajikan keempatnya sebagaimana yang telah disajikan dalam awal tulisan ini. Dasar yang dipakai Iskander Jadeed untuk mempertentangkan antara pernyataan  INJIL BARNABAS  bahwa “ Messias  adalah  turunan Ismail  bukan  turunan Daud  “ dengan silsilah Yesus dalam Injil Matius dan Injil Lukas , adalah  pemahamannya atas kata :  Messias “ yang dihubungkan dengan sebutan “ al Masih ( Kristus ) untuk Yesus.
Mengenai masalah “ Messias “ telah dibahas pada bahagian di muka . Pada bahagian ini akan disinggung masalah silsilah Yesus sebagai turunan Daud sebagaimana yang dinyatakan Iskander Jadeed dalam pernyataannya di atas. Ada yang menarik dari pernyataan Iskander Jadeed : “ …. setiap orang yang membaca silsilah Kristus dalam Injil yang sejati  ( benar ) akan melihat bahwa silsilah itu, menurut daging, dia berasal dari keturunan Daud, suku Yehuda….“. Istilah “ menurut daging “ berarti secara biologis sehingga pernyataan Iskander Jadeed dipahami bahwa silsilah Yesus yang tercantum dalam Injil Matius dan Injil Lukas adalah secara biologis. Bacalah ayat Matius 1 : 1 - 16 dan ayat Lukas 3 : 23 – 38  ; keduanya berbicara tentang “ silsilah Yesus “.  Dari kedua kelompok ayat ini didapatkan , ternyata secara biologis silsilah tersebut berbicara mengenai silsilah Yusuf , suami Maryam , dan  bukan silsilah Yesus, karena Maryam sudah hamil mengandung Yesus sebelum disentuh Yusuf  ( baca Matius 1 : 18  ). Oleh karena silsilah Yusuf menggambarkan turunan Daud, sedangkan Yesus secara biologis bukan anaknya Yusuf , maka dengan sendirinya Yesus tidak bisa dilihat sebagai  turunan Daud. Dengan demikian betapa kelirunya Iskander Jadeed dengan pernyataannya : “……silsilah itu, menurut daging dia berasal dari keturunan Daud, suku Yehuda “. Berdasarkan silsilah dalam Injil Matius dan Injil Lukas, sangat jelas secara biologis Yesus bukan keturunan Daud , suku Yehuda . Lalu apa yang mau dipertentangkan dengan INJIL BARNABAS  yang menyatakan bahwa  Messias  adalah  turunan Ismail  bukan  turunan Daud  “ ? Iskander Jadeed telah keliru ketika mengatakan Yesus adalah turunan Daud, suku Yehuda.
Sekedar diketahui , menurut Injil Matius , Yusuf suami Maryam adalah YUSUF BIN YAKUB , sedangkan menurut Injil Lukas adalah YUSUF  BIN HELI . Kita bertanya kepada seluruh penganut Kristen , apakah Maryam mempunyai dua orang suami dalam waktu yang bersamaan ? Na’udzu billahi mindzaalika ! Tidak mungkin ! Ini berarti ada yang tidak benar dengan Injil-Injil yang diakui kanonik oleh gereja dan penganut Kristen , dan bukan INJIL BARNABAS yang tidak benar .
Dari bahasan atas semua pernyataan Iskander Jadeed , terlihat betapa Iskander Jadeed telah keliru dan juga penuh pengelabuan dan kebohongan dalam pernyataan-pernyataanya. Tidak habis heran kita, mengapa menegakkan kebenaran agama yang dianut harus dengan cara manipulasi, mengelabui dan berbohong ?


[1] ). Buku aslinya berjudul : ” The Gospel of Barnabas – A False Testimony ” diterbitkan : The Good Way – Rikon / Switzerland , untuk menjawab pertanyaan  A.Q. Jazzin Lebanon :  ” Why don’t Christians recognize the Gospel of Barnabas ? ” (  Mengapa penganut Kristen tidak mengakui Injil Barnabas ? ) .
[2] ) . Ignace adalah  seorang murid Yahya dan wafat di Roma pada sekitar tahun 110 M . Injil Ignace ini sudah tidak berbekas lagi , mungkin  ada  tersembunyi di perpustakaan Paus , nasib  yang dialami semua Injil-Injil Apokrif sejak Konsili Nicea tahun 325 M .
[3] ). Craig A. Evans  dalam bukunya “ Fabricating Jesus “ ( ed. bhs.Indonesia : Merekayasa Yesus ) hal.206 menulis tentang masa  Pilatus memegang jabatan : “ Pilatus diasumsikan memangku jabatan pada 25-26 M. Pemindahan-nya pada awal tahun 37 menunjukkan bahwa ia menjadi gubernur selama sebelas tahun . Namun ada bukti  ( dari uang koin dan Josephus ) , masa jabatan Pilatus mungkin dimulai lebih awal yaitu tahun 19 atau 20 . Jika demikian – dan ini bukan tempat untuk memperdebatkan pertanyaan yang rumit – Pointus Pilatus mungkin menjadi  gubernur Yudea dan Samaria selama 17 tahun “. Perhatikan pernyataan yang berisi kata-kata dan kalimat : “ diasumsikan “, “ mungkin “ dan    dan ini bukan tempat untuk memperdebatkan pertanyaan yang rumit  yang memberi gambaran tentang ketidak-pastian masa pemerintahan Pointus Pilatus , apakah memerintah dari tahun 25 sd. 37 M ataukah  memerintah dari tahun 19 sd. 37 M ? . Dan penulisnya menghindari memperdebatkan masalah ini !  Ini adalah bukti betapa lemahnya apologi yang ditampilkan penganut Kristen !
[4]  ).  Craig A, Evans , idem  , hal. 200-2001.

0 komentar:

Posting Komentar